Sistem Respirasi

57
STRUKTUR ANATOMI SYRINX PADA AYAM KETAWA SKRIPSI ANDHIKA YUDHA PRAWIRA O111 10 254 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

description

respirasi pada unggas

Transcript of Sistem Respirasi

Page 1: Sistem Respirasi

STRUKTUR ANATOMI SYRINX PADA AYAM KETAWA

SKRIPSI

ANDHIKA YUDHA PRAWIRA

O111 10 254

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: Sistem Respirasi

i

STRUKTUR ANATOMI SYRINX PADA AYAM KETAWA

ANDHIKA YUDHA PRAWIRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: Sistem Respirasi

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Struktur Anatomi Syrinx Pada Ayam Ketawa

Nama : Andhika Yudha Prawira

NIM : O111 10 254

Disetujui Oleh,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc

NIP. 19730216 199903 2 001 NIP. 19850513 201404 2 001

Diketahui Oleh,

Dekan

Fakultas Kedokteran Ketua Program Studi

Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. Bs Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin M.Sc

NIP. 19551019 198203 1 001 NIP. 19480307 197411 2 001

Tanggal lulus : 6 November 2014

Page 4: Sistem Respirasi

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Andhika Yudha Prawira

NIM : O111 10 254

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil

dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 20 November 2014

Andhika Yudha Prawira

Page 5: Sistem Respirasi

iv

ABSTRAK

ANDHIKA YUDHA PRAWIRA. Struktur Anatomi Syrinx Pada Ayam

Ketawa. Di bawah bimbingan DWI KESUMA SARI dan DINI KURNIA

IKLIPTIKAWATI.

Ayam Ketawa merupakan salah satu hewan endemik dari Sulawesi

Selatan. Penampilan luar ayam Ketawa terlihat sama dengan ayam Kampung,

namun memiliki suara yang khas. Ayam ini memilki suara kokok yang terdengar

seperti orang yang tertawa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur

anatomi syrinx pada ayam Ketawa. Pengamatan dilakukan secara topografik dan

morfologi anatomi dengan membandingkan dengan ayam Kampung (Gallus

gallus domesticus). Penelitian ini menggunakan 4 ekor ayam Ketawa dan 4 ekor

ayam Kampung. Pengamatan morfologi anatomi pada syrinx dilakukan dengan

pewarnaan methylen blue. Penelitian ini menunjukkan struktur yang serupa

dengan ayam Kampung yaitu terdiri atas cartilago, membran tympani, dan otot

baik pada pengamatan secara topografi dan morfologi anatomi dengan perbedaan

mendasar pada ayam jantan dan betina, seperti ukuran syrinx, warna dan ukuran

otot. Cartilago syrinx terdiri atas tympanum, intermediet syringeal cartilago,

pessulus, dan tiga cartilago awal bronchus. Membran tympani terdiri atas

membrana tympanyform lateralis et medialis. Otot terdiri atas otot eksternal

syrinx, yaitu M. sternohyoideus, M. tracheolateralis, dan M. sternotrachealis.

Terdapat beberapa perbedaan yang membedakan struktur syrinx pada ayam

Ketawa terhadap ayam Kampung. Struktur otot M. tracheolateralis pada ayam

Ketawa jantan yang menutupi bagian ventral dari sebagian trachea di daerah

caudal. Selain itu letak insersio otot ini yang lebih ke arah cranial pada ayam

Ketawa dibanding ayam Kampung. Syrinx pada ayam Ketawa jantan terlihat

lebih kecil dibanding pada ayam Kampung jantan. Perbedaan struktur ini diduga

menjadi faktor yang memberikan suara yang khas pada ayam Ketawa.

Kata kunci : Ayam Ketawa, Ayam Kampung, syrinx, topografik, morfologi

anatomi

Page 6: Sistem Respirasi

v

ABSTRACT

ANDHIKA YUDHA PRAWIRA. Anatomical Syrinx Structure of Laughter

Chicken. Under the direction of DWI KESUMA SARI and DINI KURNIA

IKLIPTIKAWATI.

The Laughter chicken is one of the endemic fauna from South Sulawesi.

The chicken has the similar look to the domestic chicken, but the sound of its

crow is distinctive. The Laughter chicken’s crow is similar with a laugh sound.

This study was conducted with aim to describe the gross anatomical structure of

syrinx of Laughter chicken. The study of the syrinx was observed topographically

and anatomical morphology view to compare with Domestic chicken (Gallus

gallus domesticus). The study used 4 Laughter chicken and 4 Domestic chicken.

The morphology anatomy observation used the methylen blue staining. The

study noted similar structure of the syrinx between Laughter chicken and

Domestic chicken, which composed by cartilages, membrana tympany, and

muscles both in topographical and morphology anatomy observation, with basic

differences such as the size of syrinx, muscle’s color and size. Syringeal

cartilages were composed by tympanum, intermediet syringeal cartilages,

pessulus, and the first three of primary bronchi cartilages. The membrana

tympany were membrana tympanyform lateralis et medialis. The muscles

consisted of external muscles, they were M. sternohyoideus, M. tracheolateralis,

and M. sternotrachealis. There were some differences in the structure that

differentiated between Laughter chicken and Domestic chicken. In males of

Laughter chicken, M. tracheolateralis covered the caudal part of the trachea on

ventral side. The insertio of this muscle were located more cranially in Laughter

chicken than Domestic chicken. Syrinx in males of Laughter chicken was

observed smaller than in males of Domestic chicken. These varian of the structure

were expected as the factor that gave the distinctive sound in the Laughter

chicken.

Keywords: Laughter chicken, Domestic chicken, syrinx, topographic,

morphology anatomy

Page 7: Sistem Respirasi

vi

Kata Pengantar

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah

SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur Anatomi Syrinx pada Ayam Ketawa”

ini.

Proses penyusunan skripsi ini merupakan sebuah proses dan perjalanan panjang yang

tidak lepas dari dukungan banyak pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari dan Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan nasihat

penuh kesabaran dan rasa semangat selama penelitian penyusunan skripsi ini.

2. Keluarga besar saya, ayahanda Dwi Susilo, ibunda Dewi Sutratiati, adik saya

Muh, Faris Nauval R. dan kakak saya Andhika Wisnu W. yang selalu dan tidak

henti-hentinya memberikan dukungan moril, doa, kasih sayang, dan tentunya

material sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman serumah peneliti, Hairind Haerul yang selalu memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis.

4. Drh. Novi Susanty dan Drh. Farida Nur Yuliati, M.Si. sebagai dosen pembahas

dan penguji dalam seminar proposal dan hasil yang telah memberikan

masukan-masukan dan penjelasan untuk perbaikan penulisan ini.

5. Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. dan Drh. Maghfira Satya Apada sebagai dosen

yang turut memberikan saran dan penjelasan yang membantu dalam penulisan

skripsi ini. Terkhusus kepada Drh. Maghfira Satya Apada juga sebagai

pembimbing akademik yang telah banyak memberi nasihat dan bimbingannya

selama penulis kuliah di PSKH FK UNHAS.

6. Bapak Syamsuddin yang telah membantu menyediakan sampel penelitian

ayam Ketawa.

7. Teman peneliti Muh. Syukur Hamdan Ali dan Dian Fatmawati yang telah

membantu dalam mencari sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

8. Seluruh staf Dosen dan Pegawai di PSKH FK UNHAS yang telah membantu

dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Teman seangkatan 2010, ‘V-gen’, terutama kepada The pongor (Eka Syafi,

Zainal, Irwansyah, Aldi, Ari dan Ripay) yang selalu memberikan tawa di saat

waktu senggang; Sosialita, Ukhti bermartabat, Chamangi dan sayap kanan

(Nayah, Titin Siti, Muthe, Yuli, Dian, Vivi, Anna usse’, Upe, Dhita, Cika,

Nuni Selayar, Ita gaul, Uci kapurung, Pakma, Fikar, Aqshar, dan Eka Anny)

yang selalu memberikan kesegaran dan semangat baru di kala mencapai

kejenuhan maksimum dalam menyusun skripsi ini; Koreanis (Vilzah, Riana,

Ela, Tintam, dan Priska) yang telah memberikan pengaruh dalam kehidupan

Page 8: Sistem Respirasi

vii

perkuliahan di PSKH UH ini; Chibi-chibi (Ade, Degi, Indra yang selalu

begitu, Satrya, Darma, Mela, Hera, Lilis, dkk) yang telah memberikan

semangat selalu dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini; Sayap Kiri

(Ainin, Mitha, Eti Rumpi, Nana, Lidya, dkk) dan geng belakang (Syukur,

Imam, Ihwal, Andio, Imam Al, dan hampir semua laki-lakinya) yang telah

memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan penulis selama

berkuliah di PSKH FKUH.

10. Adik-adik angkatan 2011 ‘Clavata’ yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk belajar kembali lagi materi sebelumnya sebagai asisten

laboratorium klinik.

11. Warkop 51 yang telah menjadi rumah kedua serta tempat mengerjakan skripsi

dan tugas-tugas.

Penulis sadar tulisan ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap tulisan ini

dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, November 2014

ANDHIKA YUDHA PRAWIRA

Page 9: Sistem Respirasi

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 April 1992 di Pangkep

dari ayahanda H. Dwi Susilo dan ibunda Hj. Dewi

Sutratiati Admin. Penulis merupakan anak ke dua dari

tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Semen

Tonasa II pada tahun 2004, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan ke SMP Semen Tonasa II dan

lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis

menyelesaikan pendidikan di SMA Semen Tonasa. Penulis diterima di Program

Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin pada

tahun 2010 melalui ujian lokal.

Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu

Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH menjabat

sebagai koordinator divisi Pendidikan dan Penghayatan Profesi pada periode

2011-2012. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan yang

diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia

(IMAKAHI) dan komunitas penyayang hewan peliharaan seperti Komunitas

Penyayang Kucing (KPK) Makassar dan Indonesian Cat Asscosiation (ICA)

Makassar.

Page 10: Sistem Respirasi

ix

DAFTAR ISI

Kata Pengantar vi

Daftar isi ix

Daftar Gambar x

1. Pendahuluan 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Rumusan Masalah 2

1.3.Tujuan Penelitian 2

1.4.Manfaat Penelitian 2

1.5.Hipotesis 2

1.6.Keaslian Penelitian 2

2. Tinjauan Pustaka 3

2.1.Ayam Ketawa 3

2.2.Taksonomi 4

2.3.Sistem Respirasi Ayam 4

Glottis 5

Trakea 6

Syrinx 6

Bronchi 6

Pulmo 7

2.4.Struktur Makroskopik (Anatomi) Syrinx Ayam 9

2.5.Mekanisme Suara Pada Ayam 11

2.6.Kepentingan Klinis 11

Kerangka Konsep 12

3. Metode Penelitian 13

3.1.Waktu dan Tempat. 13

3.2.Jenis Penelitian dan Metode Pengambilan Sampel 13

3.3.Materi Penelitian 13

3.4.Metode Penelitian 13

Euthanasi 13

Pengamatan Anatomi 13

4. Hasil dan Pembahasan 15

4.1.Hasil 15

Pengamatan Topografi 15

Pengamatan Skeletal 20

Pengamatan Otot 24

4.2.Pembahasan 30

5. Penutup 34

5.1.Kesimpulan 34

5.2.Saran 34

Daftar Pustaka 35

Lampiran I

Page 11: Sistem Respirasi

x

Daftar Gambar

1. Ayam Ketawa 4

2. Sistem respirasi ayam 5

3. Glottis 5

4. Trachea 6

5. Bronchus, bronchiolus, dan parabronchus 7

6. Pulmo 7

7. Mekanisme pernapasan unggas (ayam) 8

8. Aliran udara pada sistem respirasi unggas (ayam) 8

9. Sel penghasil mucus 9

10. Syrinx ayam 10

11. Musculus pengatur syrinx 11

12. Lokasi syrinx 16

13. Letak trachea 16

14. Perlekatan syrinx dan oesophagus 17

15. Syrinx Ayam Ketawa dan Ayam Kampung 17

16. Origo M. sternohyoideus 18

17. Syrinx pada ayam jantan dan betina 18

18. Bagian medial syrinx 19

19. Syrinx tampak medial 25

20. Syrinx tampak sagital cranioventral 26

21. Syrinx tampak lateral 26

22. Syrinx Ayam Ketawa jantan dan betina 27

22. Syrinx Ayam Ketawa jantan dan Ayam Kampung jantan 28

23. Syrinx Ayam Ketawa betina dan Ayam Kampung betina 29

Daftar Diagram dan Tabel

Diagram

1. Kerangka konsep 12

Tabel

1. Pengamatan topografi 15

2. Pengamatan skeletal 22

3. Pengamatan muskulus 24

Page 12: Sistem Respirasi

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam sudah menjadi bagian yang penting bagi kehidupan masyrakat. Ayam

dapat diternakkan dan dibudidayakan untuk diambil manfaatnya. Beberapa manfaat

yang dapat diperoleh dari budidaya ayam adalah daging dan telurnya. Namun pada

sebagian orang memelihara ayam tidak dimaksudkan untuk diambil daging ataupun

telurnya, melainkan sebagai hobby. Beberapa ayam memiliki warna bulu yang

indah, unik dan berbeda dari yang lainnya. Oleh sebab itu harga ayam tersebut lebih

mahal dibandingkan ayam lainnya. Ayam dengan keunikan tersebut merupakan

ayam hias, namun selain penampilan, terdapat ayam yang dipelihara karena

suaranya yang khas, yaitu ayam Ketawa.

Ayam Ketawa merupakan salah satu ayam yang populer di masyarakat sejak

tahun 2005 (Anonim, 2012). Kepopuleran ayam ini disebabkan suara kokoknya

yang khas, yaitu di bagian akhirnya terdengar seperti orang yang tertawa. Secara

fisik, penampilan ayam ini sama dengan ayam kampung pada umumnya. Ayam

Ketawa berasal dari suatu daerah di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Sidrap.

Ayam Ketawa merupakan ayam endemis daerah Sulawesi Selatan. Berawal dari

Kabupaten Sidrap, ayam Ketawa akhirnya tersebar ke seluruh pelosok tanah air.

Keberadaan ayam ini di Indonesia dilindungi karena jumlahnya yang tidak banyak

dan masih kurangnya budidaya ayam Ketawa.

Kontes ayam Ketawa sudah sering dilakukan di berbagai daerah dengan

hadiah mencapai puluhan juta rupiah. Ayam Ketawa yang menang di dalam suatu

kontes akan memiliki nilai jual yang tinggi. Untuk menjaga kondisi ayam tersebut

diperlukan pemeliharaan kesehatan kualitas suaranya tetap terjaga, seperti

pemberian pakan khusus. Pemeliharaan kesehatan yang utama pada ayam Ketawa

adalah suaranya, maka organ yang menghasilkan suara pada ayam Ketawa perlu

diteliti.

Pengetahuan mengenai struktur suatu organ baik secara makroskopik

maupun mikroskopik merupakan suatu hal yang penting. Dengan mengetahui suatu

struktur organ pada hewan dapat diketahui bagian mana yang harus dilakukan terapi

jika hewan tersebut mengalami kelainan atau terkena gangguan.

Organ yang menghasilkan suara pada unggas berbeda dengan mamalia.

Organ tersebut adalah syrinx yang merupakan organ penghasil suara pada spesies

aves (Koch, 1973; König, 2001; Yıldız et al., 2003). Seperti pada mamalia, suara

diproduksi oleh getaran udara yang melewati organ tersebut. Syrinx tersusun atas

jaringan kartilago, jaringan ikat, membran, dan beberapa otot (Larsen and Goller,

2002). Pada beberapa unggas, perbedaan struktur syrinx menghasilkan suara yang

berbeda. Secara fisik, ayam Ketawa sama dengan ayam Kampung pada umumnya,

maka perlu diketahui perbedaan mendasar mengenai struktur syrinx pada ayam

Ketawa. Saat ini tidak banyak literatur yang membahas secara lengkap dan detail

mengenai ayam Ketawa.

Mitos yang beredar di masyarakat adalah suara khas pada ayam Ketawa

disebabkan oleh kecacatan pada organ penghasil suaranya yang kemudian

diturunkan ke generasi selanjutnya. Hal inilah yang diduga menyebabkan adanya

galur tertentu yang disebut ayam Ketawa.

Page 13: Sistem Respirasi

2

Metode yang umumnya digunakan untuk mengetahui struktur syrinx, adalah

bedah bangkai (nekropsi) untuk mengamati secara makroskopis (anatomi) dan

melalui pembuatan preparat histologi untuk mengamati secara mikroskopis

(histologi). Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada studi makroskopis

(anatomi) menggunakan sampel yang terdiri atas syrinx ayam Kampung dan ayam

Ketawa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut:

Bagaimana struktur anatomi syrinx ayam Ketawa?

Apakah terdapat perbedaan struktur anatomi syrinx antara ayam Kampung dan

ayam Ketawa?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka

tujuan penelitian dapat dibagi menjadi tujuan umum dan khusus:

Tujuan Umum

Mengetahui struktur anatomi syrinx ayam Ketawa

Tujuan Khusus

Melihat adanya perbedaan struktur anatomi syrinx antara ayam Kampung dan

ayam Ketawa.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi pengembangan ilmu adalah menambah literatur

mengenai ayam Ketawa sedangkan manfaat aplikatif adalah sebagai rujukan untuk

penelitian selanjutnya dan membantu dalam penangan kasus yang berkaitan dengan

struktur syrinx

1.5. Hipotesis

Struktur syrinx ayam Ketawa, berbeda dengan ayam Kampung pada

umumnya, sehingga memiliki suara kokok yang khas. Perbedaan ini diduga

terdapat pada bagian yang mengatur tegangan membran dan aliran udara yang

melewati syrinx.

1.6. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai struktur syrinx pada ayam Ketawa belum pernah

dilakukan. Penelitian yang serupa pernah dilakukan pada ayam Kampung (Gallus

gallus domesticus) oleh James Arthur Myer pada tahun 1917. Penyempurnaan

penelitian mengenai struktur syrinx pada ayam Kampung dilakukan oleh John

McLelland pada tahun 1990 yang dimuat di dalam Colour Atlas of Avian Anatomy.

Page 14: Sistem Respirasi

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Ketawa

Ayam Ketawa dalam bahasa Bugis disebut Manu gaga yang artinya ayam

tergagap-gagap. Ayam ini berasal dari Kabupaten Sidrap, sekitar 183 Km arah utara

Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Ayam tersebut tersebar di

Kampung Baranti, Panca Rijang, Benteng, Simpo Arasi’e dan sekitarnya yang

dipelihara dalam lingkungan keluarga bangsawan. Daerah tersebut merupakan

kampung tua bekas pusat Kerajaan Bugis (Anonim, 2011).

Ayam Ketawa merupakan suatu simbol status sosial pada zaman dahulu,

karena hanya dipelihara oleh keluarga bangsawan. Masyarakat jarang

memeliharanya karena adanya perasaan segan dan hormat pada Rajanya, sehingga

perkembangan ayam Ketawa pada waktu itu masih sangat terbatas. Hal tersebut

tidak terjadi lagi di zaman sekarang seiring informasi yang sudah terbuka dan

meningkatnya jumlah pemelihara, bahkan dalam perkembangannya ayam Ketawa

menjadi populer serta sangat berkembang penggunaannya (Anonim, 2012 dan

Anonim, 2014).

Kontes ayam Ketawa sering diadakan dalam suatu daerah karena suaranya

yang khas. Penjuriannya berdasarkan jenis dan panjang “ketawa”-nya. Dalam

sekali kontes, ayam yang menang bisa memperoleh hadiah sampai puluhan juta

rupiah. Oleh sebab itu ayam Ketawa yang diperdagangkan memiliki harga yang

tinggi, terutama ayam yang sering menang dalam kontes (Anonim, 2012).

Ayam Ketawa memiliki jenis “ketawa” yang berbeda. Adanya perbedaan

ini dijadikan sebagai faktor penjurian dalam suatu kontes ayam Ketawa. Jenis-jenis

suara pada ayam Ketawa adalah sebagai berikut:

Kretek

Dangdut

Dangdut slow

Dangdut slow crystal

Slow

Slow crystal

Menurut Anonim (2013), ayam Ketawa yang ada di masyarakat terdiri atas berbagai

jenis, diantaranya yaitu:

Ayam Bakka adalah ayam Ketawa yang memiliki warna dasar putih mengkilap

yang dihiasi warna dasar hitam, oranye, merah dan kaki hitam atau putih.

Ayam Lappung adalah ayam Ketawa yang memiliki warna dasar bulu hitam

dengan merah hati, dan mata putih.

Ayam Ceppaga adalah ayam Ketawa yang memiliki warna dasar hitam dengan

dihiasi bulu hitam dan putih, ditambah bentuk putih di badan sampai pangkal

leher dan kaki hitam.

Ayam Kooro adalah ayam Ketawa yang memiliki warna dasar hitam dengan

dihiasi hijau atau putih dan kuning mengkilap dan kaki kuning atau hitam.

Page 15: Sistem Respirasi

4

Ayam Ijo Buata adalah ayam Ketawa yang memiliki warna dasar hijau dihiasi

merah, diselingi warna hitam di sayap, kaki warna kuning.

Bori Tase’ adalah ayam Ketawa yang memiliki warna dasar bulu merah dan

dihiasi bintik-bintik kuning keemasan.

2.2. Taksonomi

Ayam Ketawa merupakan suatu varian dari ayam Kampung. Penampilan

fisik ayam Ketawa sama dengan ayam Kampung yang memiliki paruh pendek dan

kaki belakang yang berfungsi untuk lari dan mengorek tanah, sehingga taksonomi

ayam Ketawa mengikuti ayam Kampung. Menurut Perrins (2003), ayam Kampung

merupakan salah satu ayam yang didomestikasi dan subspesies dari ayam Hutan

Merah (Red Junglefowl). Penampilan fisik ayam Ketawa dapat dilihat pada Gambar

1.

Gambar 1. Ayam Ketawa (Anonim, 2013)

Taksonomi ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) berada pada

kingdom animalia, filum chordata, sub filum vertebrata, kelas aves, ordo

galliformes, genus Gallus, spesies Gallus gallus. Ayam yang dipelihara masyarakat

merupakan hasil domestikasi dari spesies Gallus gallus, sehingga termasuk dalam

subspesies Gallus gallus domesticus (Radiopoetro, [tahun tidak diketahui])

2.3. Sistem Respirasi Ayam

Sistem respirasi ayam mencakup absorbsi oksigen (O2), pelepasan karbon

dioksida (CO2), pelepasan panas, detoksifikasi bahan kimia serta pengaturan asam

basa dan suara. Meskipun fungsi sistem respirasi unggas (ayam) sama dengan

mamalia, namun keduanya sangat jauh berbeda dari sisi anatomi. Unggas (ayam)

tidak bernapas dengan cara seperti mamalia. Paru-paru mamalia memiliki banyak

bronchi yang setiap ujungnya menuju ke suatu kantung kecil yang disebut alveoli.

Karena alveoli hanya memiliki satu pintu, maka udara dapat masuk dan keluar,

namun tidak dapat menembusnya menuju luar paru-paru. Paru-paru pada unggas

(ayam) memiliki parabronchi yang merupakan perpanjangan saluran yang

membuat udara dapat melewati paru-paru dalam satu arah menuju kantung-kantung

Acer
Highlight
Page 16: Sistem Respirasi

5

udara di luar paru-paru. Parabronchi ini terisi oleh darah kapiler dan di tempat

inilah terjadi pertukaran gas (Jacob dan Pescatore, [tahun tidak diketahui]). Saluran

pernapasan unggas terdiri dari glottis, larynx, trachea, syrinx, bronchus, paru-paru

dan kantung-kantung udara. Saluran pernapasan unggas dapat dilihat pada Gambar

2.

Glottis

Glottis terletak di pangkal trachea atau larynx. Glottis akan menutup ketika

makanan turun ke oesophagus, sehingga makanan tidak masuk ke dalam paru-paru

(McLelland, 1990). Glottis dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Glottis ditunjukkan oleh tanda panah (McLelland,1990).

Gambar 2. Sistem respirasi unggas (ayam) (Jacob dan

Pescatore. [tahun tidak diketahui]).

Larynx glottis

Trachea

M. SternoTrachealis

Syrinx

Bronchus

jantung

Paru-paru

Acer
Highlight
Page 17: Sistem Respirasi

6

Trakea

Trachea tersusun atas cincin cartilago melingkar berbentuk O yang

mencegah collaps dari tekanan negatif paru-paru (McLelland, 1990). Menurut

Setijanto (1998), trachea unggas disusun oleh cincin cartilago yang sempurna dan

ditautkan oleh ligament yang rapat dan sempit. Jumlah cincin cartilago sangat

bervariasi pada jenis unggas. Trachea dapat dilihat pada Gambar 4.

Syrinx

Syrinx merupakan kotak suara pada unggas. Suara ayam dihasilkan dari

tekanan udara pada katup suara dan dimodifikasi oleh tegangan otot. Baik ayam

jantan maupun betina, keduanya mampu berkokok. Namun alasan ayam betina

jarang berkokok adalah karena ayam betina “tidak suka” berkokok, disebabkan efek

dari hormon estrogen. Banyak ayam betina mulai menunjukkan karakteristik

jantan, termasuk berkokok ketika ovarium terkena penyakit dan level hormon

estrogen menurun, (McLelland,1990).

Bronchi

Bronchus merupakan percabangan trachea menjadi saluran yang lebih

kecil. Bronchus akan bercabang-cabang menjadi bronchiolus di dalam paru-paru,

dan selanjutnya bronchiolus akan bercabang menjadi parabronchi. Parabronchi

akan meneruskan udara yang lewat di dalam paru-paru menuju kantung-kantung

udara di luar paru-paru melalui satu arah saja (McLelland, 1990). Bronchus,

bronchiolus dan parabronchus dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Trachea. A. Trachea (panah) dan Larynx. B. Cartilago

trachea ayam. (McLelland,1990).

A

B

B

Page 18: Sistem Respirasi

7

Pulmo

Pulmo atau paru-paru ayam umumnya berukuran kecil dan tidak mampu

mengembang. Hal ini disebabkan karena paru-paru ayam menempel di tulang rusuk

(McLelland,1990). Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam

rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Selain paru-paru, burung memiliki

8 atau 9 perluasan paru-paru atau kantung-kantung udara berselaput tipis (air sacs)

yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Difusi gas pernapasan tidak

terjadi di kantung-kantung udara. Kantung-kantung udara hanya berfungsi sebagai

penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya kantung-

kantung udara maka pernapasan pada burung menjadi efisien (Jacob and Pescatore,

[tahun tidak diketahui]). Menurut McLelland (1990) kantung-kantung udara

terdapat satu di pangkal leher (cervical), sepasang di ruang dada bagian depan

(thoraks anterior), sepasang di antara tulang selangka (coracoid), sepasang di ruang

dada bagian belakang (thoraks posterior) dan sepasang di rongga perut

(abdominal). Paru-paru ayam dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Bronchus, bronchiolus, dan parabronchus.

(McLelland,1990)

Gambar 6. Pulmo. Terlihat pulmo (paru-paru) melekat pada sisi

dorsal tulang rusuk (McLelland,1990).

Acer
Highlight
Acer
Highlight
Page 19: Sistem Respirasi

8

Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan

adanya kontraksi otot antar tulang rusuk (intercostal) sehingga tulang rusuk

bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Burung mengisap udara

dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga

dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang

masuk, sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke

kantung-kantung udara sebagai cadangan udara (Jacob dan Pescatore. [tahun tidak

diketahui]). Mekanisme pernapasan ayam dapat dilihat pada Gambar 7.

Menurut Reece (2005), udara masuk melalui hidung, kemudian menuju

trachea, lalu bronchus. Udara selanjutnya mengalir ke daerah caudal untuk mengisi

kantung udara di daerah caudal, saat bersamaan udara mengalir ke arah cranial

melalui parabronchus di dalam paru-paru, untuk mengisi kantung udara di daerah

tersebut (Gambar 8). Pada saat itu juga, udara dari kantung udara di daerah cranial

mengalir ke trachea melalui bronchiolus (ventrobronchi). Aliran udara pada sistem

pernapasan unggas dapat dilihat pada Gambar 8.

Di dalam sistem respirasi ayam, terdapat suatu sistem pertahanan yang

dapat melawan agen penyakit yang masuk melalui pernapasan. Sistem pernapasan

berhubungan langsung dengan lingkungan, maka sistem ini rentan terhadap infeksi.

Gambar 7. Mekanisme pernapasan unggas (ayam). A. Inspirasi; B. Ekspirasi; C.

Sternum (Jacob dan Pescatore. [tahun tidak diketahui])

Gambar 8. Aliran udara pada sistem respirasi unggas (ayam)

(Ritchison, [tahun tidak diketahui]).

C C

A

A

B

Acer
Highlight
Acer
Highlight
Page 20: Sistem Respirasi

9

Sistem pertahanan yang terdapat pada sistem pernapasan ayam adalah adanya cilia

pada permukaan dalam trachea. Cilia mampu menangkap partikel tertentu yang

terdapat di dalam udara. Selain itu ada mucus yang diproduksi oleh epitel

respiratorius di trachea. Sekresi mucus dan aktivitas cilia sangat berkembang pada

ayam. Keduanya saling bekerja sama dalam menangkap partikel berbahaya yang

terdapat di udara yang dihirup. Jika sekresi mucus terlalu encer, maka cilia tidak

dapat berfungsi dengan baik. Sel scavenging terdapat dalam paru-paru yang mampu

membersihkan partikel dan agen penyakit lain yang terhirup dengan cara fagositosis

(Jacob dan Pescatore. [tahun tidak diketahui]). Sel penghasil mucus dapat dilihat

pada Gambar 9.

2.4. Struktur Makroskopik (Anatomi) Syrinx Ayam Domestik

Suara pada unggas dihasilkan melalui suatu organ yang terdapat pada akhir

trachea yaitu syrinx. Dahulu disebut larynx caudalis dan hanya terdapat pada

unggas. Hal inilah yang membedakan dengan mamalia, yang sumber suaranya

berasal dari pita suara di larynx (Setijanto, 1998).

Syrinx pada unggas ada tiga tipe, yaitu Syrinx yang terletak di daerah

terminalis trachea disebut syrinx-trachealis; syrinx yang terletak di daerah awal

bronchi disebut syrinx-bronchialis; dan syrinx yang terletak di ujung terminalis

trachea dan awal bronchi yang disebut syrinx-tracheobronchialis. Syrinx pada

ayam merupakan tipe yang ketiga. Syrinx pada beberapa spesies terdiri dari

sebagian trachea dan bronchus pada pangkalnya dan sangat bervariasi dalam hal

struktur pada setiap spesies. Syrinx terdiri dari cartilago yang ter-ossifikasi,

membran dan otot. Jika dibandingkan dengan unggas yang lain, syrinx ayam lebih

sederhana dalam hal strukturnya (Myers, 1917).

Menurut Myers (1917) dalam penelitiannya menemukan bahwa empat

cincin cartilago trachea pertama menyatu dengan sempurna untuk membentuk

tympanum. Bagian caudal setelah tympanum terdapat empat cartilago syrinx

intermediet yang melekat secara ventral pada pessulus dan secara dorsal tidak

melekat. Struktur tympanum pada ayam betina terdiri dari tiga cincin cartilago

pertama. Cartilago pertama dari bronchi berukuran besar dan melekat pada

pessulus secara ventral maupun dorsal. Pessulus merupakan bagian terbesar dari

sturktur skeletal pada organ syrinx. Pessulus terletak di percabangan bronchi secara

dorsovental. Cincin trachea, pessulus, dan ujung ventral cartilago bronchi pertama

Gambar 9. Sel penghasil mucus (panah) (Bacha et al., 2000).

Acer
Highlight
Page 21: Sistem Respirasi

10

ter-ossifikasi sedangkan yang lain tetap merupakan cartilago. Struktur skeletal pada

ayam jantan dan betina terlihat mirip secara makroskopis.

Menurut Setijanto (1998), antara trachea dan bronchi dihubungkan oleh

suatu membran elastis di kedua sisi (lateral dan medial). Membran ini adalah

membrana tympaniform lateralis et medialis yang akan berperan dalam

menghasilkan suara pada ayam. Membrana tympaniform medialis berasal dari

pessulus. Struktur maksroskopik syrinx dapat dilihat pada Gambar 10.

Syrinx pada sebagian unggas terdapat otot yang menempel langsung pada

syrinx untuk mengatur tegangan syrinx. Banyaknya otot syrinx mempengaruhi

suara yang dihasilkan. Jumlahnya bervariasi pada berbagai spesies. jumlah otot

syrinx pada burung/unggas yang bernyanyi lebih banyak dibanding dengan

burung/unggas yang tidak bernyanyi seperti ayam dan kakatua. Variasi suara pada

burung-burung penyanyi diatur oleh otot-otot syrinx yang subur (Mm. syringealis)

yang terdiri dari 7 pasang otot-otot kecil. Mm. syringealis pada ayam tidak ada.

Pengaturan suara pada ayam dipengaruhi oleh otot-otot trachea, yaitu M.

tracheolateralis dan M. sternotrachealis (McLelland, 1990 dan Setijanto, 1998).

M. sternotrachealis terdiri atas sepasang yang menempel pada proccesus

craniolateral os sternum dan memanjang hingga trachea di sedikit bagian cranial

dari syrinx dan berfusi dengan M. tracheolateralis. M. tracheolateralis memanjang

dari caudal trachea sampai larynx dan menyatu dengan M. sternotrachealis secara

makroskopis, (McLelland, 1990). Kedua otot ini terlihat lebih kecil pada ayam

betina dibanding pada ayam jantan (Myers, 1917). Otot pengatur syrinx pada ayam

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Syrinx ayam. Bagian cartilago syrinx pada ayam memiliki tympanum (1),

yang dibentuk dari susunan empat cartilago yang rapat. Bagian bifurcatio terdapat suatu

bentukan seperti segitiga yang disebut pessulus (2) dimana udara terpisah ke arah dextra

dan sinistra. Bagian akhir trachea terdapat 4 cartilago yang berbentuk C yang melekat

pada pessulus (3) dan 3 buah pada bronchi yang juga melekat pada pessulus (4). Terdapat

membran di antara trachea dan bronchi yang mampu bergetar untuk menghasilkan suara.

Masing-masing sepasang untuk daerah lateral (external) (5) dan medial (internal) (6)

yang disebut membrana tympaniform (McLelland,1990).

Page 22: Sistem Respirasi

11

2.5.Mekanisme Suara pada Ayam

Otot internal syrinx pada ayam tidak ada. M. tracheolateral merupakan otot-

otot pengatur syrinx pada sebagian besar unggas yang tidak dapat terbang, terletak

di luar dan memanjang hingga di bagian depan syrinx. Suara dihasilkan hanya saat

ekspirasi saja ketika terjadi peningkatan tekanan pada kantung udara clavicular

yang terletak mengelilingi syrinx. Hal ini menyebakan membrana tympaniform

tertekan ke dalam lumen syrinx. Adanya kontraksi dari M. tracheolateralis,

membuat membran menjadi tegang, sehingga akan bergetar ketika udara

melewatinya dan akhirnya suara dihasilkan (McLelland, 1990).

Vokalisasi bergantung pada konfigurasi syrinx dan aliran udara yang tepat.

M. tracheolateralis, M. sternotrachealis, struktur syrinx, kantung udara clavicular

dan otot-otot ventilator akan bekerja sama membentuk sistem suara (Gaunt dan

Gaunt, 1977).

2.6.Kepentingan Klinis

Syrinx merupakan salah satu komponen sistem respirasi yang berfungsi

menghasilkan suara. Adanya perubahan suara yang dihasilkan oleh seekor ayam

atau unggas lainnya mengindikasikan adanya kelainan patologis pada saluran

pernapasan yang melewati syrinx (Coles, 2007).

Syrinx merupakan wilayah yang mengalami penyempitan pada bifurcatio

trachea. Oleh sebab itu, syrinx merupakan tempat yang paling rentan dan sering

mengalami obstruksi akibat benda asing seperti biji atau fungal granuloma (Tully

et al., 2000). Adanya perubahan suara pada ayam atau unggas sebaiknya diperiksa

dengan endoskopi. Penyebab lainnya adalah goiter yang menekan syrinx atau

menyebabkan kerusakan di sekitar kantung udara clavicular (O’Malley, 2005).

Gambar 11. Musculus pengatur Syrinx . A. M. tracheolateralis (panah);

B. M. sternotrachealis (d) (McLelland,1990).

A

B

B

Page 23: Sistem Respirasi

12

Kerangka Konsep

Diagram 1. Kerangka Konsep

Sistem Pernapasan Ayam Ketawa

Sebagai Tempat Pertukaran

Gas

Sebagai Organ Penghasil

Suara

Syrinx

Perbedaan struktur dapat mengakibatkan perubahan suara

Struktur morfologi anatomi

Tympanum

Musculus

Membrana Tympanyform

Pessulus

Cartilago bronchsoyringealis

Pengamatan topografi

Page 24: Sistem Respirasi

13

3. METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni hingga Juli 2014. Sedangkan

tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Anatomi dan Histologi Program Studi

Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin.

3.2.Jenis Penelitian dan Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan

dalam pengambilan sampel adalah selektif. Sampel dipilih dengan cara mendengar

suara kokok ayam, umur yang relatif sama, cara pemeliharaan yang sama, dan

berasal dari tempat budidaya yang sama. Sampel diperoleh di sekitar Kota

Makassar.

3.3.Materi penelitian

Dalam penelitian ini digunakan ayam Ketawa sebanyak 4 ekor yang terdiri

dari 2 ekor ayam jantan dan 2 ekor ayam betina. Sebagai kontrol atau pembanding

digunakan ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) sebanyak 4 ekor yang terdiri

dari 2 ekor ayam jantan dan 2 ekor ayam betina.

Sampel yang digunakan adalah ayam yang berumur ±1 tahun dengan berat

badan 0,8 Kg– 1,5 Kg. Ayam umur 1 tahun merupakan ayam yang telah dewasa

dan telah mampu berkokok. Ayam berasal dari silsilah keturunan yang sama,

memiliki jenis suara yang sama dan dipelihara dengan perlakuan yang sama.

Penelitian ini menggunakan ayam dalam kondisi sehat terutama di bagian

sistem pernafasan. Kriteria ayam sehat yang digunakan sebagai sampel adalah mata

bulat, putih, tidak berair dan tidak bengkak; jengger berwarna merah; kepala tegak

ke atas, tidak terkulai; hidung dan mulut bersih, tidak terdapat lendir dan kotoran;

pernapasan ayam lancar, tidak ngorok, bersin ataupun batuk (Maryuki, 2012).

3.4.Metode penelitian

Euthanasia

Ayam di-euthanasia dengan menginjeksikan Ketamine dengan dosis 67,9

mg/kg BB secara intravena (McGrath et al., 1984). Metode euthanasia pada hewan

dengan injeksi agen kimiawi tidak boleh dilakukan melalui intramuscular

berdasarkan AVMA (American Veterinary Medical Association) Guidelines on

Euthanasia (2007).

Pengamatan Anatomi

Setelah ayam di-euthanasi, rongga dada kemudian dibuka dengan hati-hati

untuk pengamatan topografik. Pengamatan dilakukan pada organ trachea hingga

syrinx yang menempel pada tubuh. Pengambilan gambar dilakukan dengan

menggunakan kamera digital dari berbagai sudut yaitu ventral dan lateral.

Page 25: Sistem Respirasi

14

Trachea hingga bronchus beserta otot yang melekat kemudian diangkat dan

dipisahkan dari tubuh secara hati-hati menggunakan pisau bedah.

Proses penyimpanan dilakukan dengan menyimpan organ dalam larutan

formaldehid 10% selama 2 x 24 jam. Organ selanjutnya dipindahkan ke larutan

alkohol 70% sebagai stop point (Cannel, 1988).

Pengamatan morfologi anatomi struktur skeletal dan otot diawali dengan

merendam organ pada larutan methylene blue 1% dengan aquades selama 15 menit.

Organ selanjutnya direndam dalam alkohol 50% dan 70% masing-masing selama 1

jam (Onuk et al., 2010). Syrinx diamati strukturnya dari berbagai sudut yaitu dorsal,

ventral dan lateral, kemudian dibandingkan antara syrinx ayam Ketawa jantan dan

betina, serta organ ayam Ketawa dan ayam Kampung. Selanjutnya dilakukan

pengambilan gambar dengan menggunakan kamera digital.

Page 26: Sistem Respirasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.HASIL

Pengamatan Topografik

Pengamatan topografi syrinx dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan Topografik

Struktur Ayam Ketawa Ayam Kampung

Jantan Betina Jantan Betina

1. Lokasi syrinx Belakang jantung,

melekat pada

oesophagus

Belakang jantung,

melekat pada

oesophagus

Belakang jantung,

melekat pada

oesophagus

Belakang jantung,

melekat pada

oesophagus

2. Tipe syrinx Tracheobronchial Tracheobronchial Tracheobronchial Tracheobronchial

3. Keseimbangan dan

ukuran syrinx

Simetris Simetris, lebih kecil dari

jantan

Simetris Simetris, lebih kecil dari

jantan

4. Pessulus Ada, segitiga Ada, segitiga Ada, segitiga Ada, segitiga

5. Membrana

tympaniform

Lateralis et medialis Lateralis et medialis Lateralis et medialis Lateralis et medialis

15

Page 27: Sistem Respirasi

6. Ligamentum

interbronchiales

Ada Ada Ada Ada

7. Foramen

interbronchiales

Berbentuk lingkaran Berbentuk lingkaran Berbentuk lingkaran Berbentuk lingkaran

8. otot M. sternohyoideus

(sepasang), memanjang

dari larynx hingga os

sternum.

M. tracheolateralis (satu

pasang) melekat di lateral

trachea

M. sternotrachealis (satu

pasang) memanjang dari

bagian os sternum dan

menempel di

craniolateral dari syrinx

M. sternohyoideus

(sepasang), memanjang

dari larynx hingga os

sternum.

M. tracheolateralis (satu

pasang) melekat di lateral

trachea

M. sternotrachealis (satu

pasang) memanjang dari

bagian os sternum dan

menempel di

craniolateral dari syrinx

M. sternohyoideus

(sepasang), memanjang

dari larynx hingga os

sternum.

M. tracheolateralis (satu

pasang) melekat di lateral

trachea

M. sternotrachealis

(satu pasang) memanjang

dari bagian os sternum

dan menempel di

craniolateral dari syrinx

M. sternohyoideus

(sepasang), memanjang

dari larynx hingga os

sternum.

M. tracheolateralis (satu

pasang) melekat di lateral

trachea

M. sternotrachealis (satu

pasang) memanjang dari

bagian os sternum dan

menempel di

craniolateral dari syrinx

9. Warna dan ukuran

relatif otot*

Merah kecoklatan gelap Merah pucat keputihan, lebih

kecil dari jantan

Merah kecoklatan gelap Merah pucat keputihan, lebih

kecil dari jantan

Keterangan: * = perbedaan yang ditemukan

16

Page 28: Sistem Respirasi

17

Syrinx terletak di bagian belakang jantung (Gambar 12). Larynx pada ayam Ketawa

dan ayam Kampung terlihat identik namun terdapat perbedaan pada ayam jantan

dan betina. Letak larynx lebih distal dari cavum oral pada ayam jantan dibanding

ayam betina. Trachea pada ayam Ketawa dan ayam Kampung lebih ke arah dextra

(Gambar 13). Larynx hingga bronchus menempel pada oesophagus. Syrinx ayam

Ketawa dan ayam Kampung menempel pada oesophagus di bagian dorsal yang

ditautkan kuat oleh jaringan ikat (Gambar 14). Syrinx diselubungi jaringan ikat.

Terdapat kantung udara yang terlihat seperti selaput tipis yang menyelubungi

syrinx. Syrinx ayam Ketawa dan ayam Kampung terlihat identik (Gambar 15).

Gambar 12. Lokasi syrinx. Syrinx (lingkaran putih)

terletak di belakang jantung (panah kuning)

Gambar 13. Letak trachea. Trachea (panah hitam) terletak lebih ke

dextra dari leher (panah putih) dan M. sternohyoideus (panah kuning)

Page 29: Sistem Respirasi

18

Gambar 14. Perlekatan syrinx dan oesophagus. Syrinx (panah

putih) melekat dengan oesophagus (panah kuning) di bagian

ventral.

Gambar 15. Syrinx ayam Ketawa (A) dan ayam Kampung (B)

Terdapat otot yang memanjang dari larynx hingga wilayah pectoral. Otot

ini adalah M. sternohyoideus. Otot ini berasal (origo) dari os sternum dan

menempel pada larynx (insersio). Otot ini terdiri atas 1 origin dan 2 serabut otot

(Gambar 16). Serabut otot bagian sinistra melebar dan tidak menempel pada

trachea melainkan menempel di bagian leher. Otot ini memiliki perlekatan di

bagian trachea sedikit ke arah cranial dari bagian trachea yang menjadi tempat fusi

M. tracheolateralis dan M. sternotrachealis. Perlekatan di bagian ini ditautkan oleh

jaringan ikat yang kuat. Bagian trachea caudalis mendekati syrinx terdapat otot

yang berfusi yaitu M. sternotrachealis dan M. tracheolateralis. M. tracheolateralis

terdapat di bagian lateral (dextra et sinistra) trachea, memanjang dari larynx

hingga trachea caudalis. M. tracheolateralis teramati pada ayam Ketawa dan ayam

Kampung. M. sternotrachealis berasal dari proccesus craniolateral os sternum dan

menempel di bagian caudal trachea berfusi bersama M. tracheolateralis. Kedua

otot ini teramati dibungkus oleh satu jaringan ikat yang kuat dan tebal. Warna otot

terlihat lebih pucat dan tipis pada ayam betina dibanding pada ayam jantan baik

pada ayam Ketawa dan ayam Kampung.

Syrinx pada ayam jantan terlihat lebih besar dibandingkan pada ayam

betina. Hal ini juga sama dengan ayam Kampung. Serabut saraf terlihat jelas

berwarna putih disekitar trachea yang memanjang hingga daerah trachea caudalis

mendekati syrinx.

Syrinx terletak pada bifurcatio trachea (Gambar 17). Terlihat adanya

penyempitan ruang pada trachea. Struktur segitiga yang besar teramati di bagian

tengah bifurcatio trachea. Struktur ini adalah pessulus. Warna kehitaman terlihat

A B

Page 30: Sistem Respirasi

19

di bagian tengah dari pessulus yang merupakan struktur yang ter-ossifikasi. Sisi

lateral dan medial dari pessulus teramati bagian yang transparan (Gambar 18).

Syrinx pada ayam Ketawa dan ayam Kampung, baik jantan dan betina teramati

simetris.

Pessulus bercabang menjadi bronchus. Terdapat jaringan ikat yang

menghubungkan kedua bronchus yaitu ligamentum interbronchiales. Suatu lubang

teramati di tengah jaringan ikat tersebut yang disebut foramen interbronchiales.

Struktur ini teramati pada ayam Ketawa dan Kampung.

Gambar 16. Origo M. Sternohyoideus (Lingkaran kuning)

Gambar 17. Syrinx (Lingkaran kuning) ayam jantan (A) dan ayam betina (B)

A B

Page 31: Sistem Respirasi

20

Gambar 18. Bagian medial dari syrinx (panah kuning),

terlihat membrana tympaniform medialis.

Pengamatan Skeletal

Struktur skeletal terdiri dari tympanum, intermediet syringealis cartilago,

pessulus, dan cartilago awal bronchi (Gambar 19, 20 dan 21). Perubahan struktur

cartilago terjadi pada trachea hingga bronchus. Cartilago di bagian trachea terlihat

bulat utuh dan memiliki pertautan yang kuat dengan cartilago yang lainnya. Terjadi

perubahan bentuk cartilago menjadi lebih sempit, pendek dan oval (Gambar 19, 20,

21, 22, 23 dan 24) mendekati tympanum tepatnya di bagian trachea caudalis.

Pertautan cartilago di tympanum terlihat rapat. Cartilago tympanum berjumlah 4-5

buah pada ayam Ketawa jantan dan 4 buah pada ayam Ketawa betina. Sedangkan

pada ayam Kampung jantan jumlah cincin cartilago tympanum-nya adalah 4 buah

dan pada betina adalah 3 buah.

Cartilago yang relatif lebih lurus dan pipih (Gambar 20 dan 21) terdapat di

bagian caudal dari tympanum. Cartilago ini adalah intermediet syringealis

cartilago. Cartilago ini melekat pada pessulus di bagian ventral sedangkan di

bagian dorsal tidak tampak dengan jelas perlekatan cartilago pada pessulus.

Cartilago ini berjumlah 4 pasang. Cartilago I dan dan II menyatu sebelum

mencapai bagian dorsal. Cartilago IV berukuran lebih besar dibandingkan ketiga

cartilago lainnya. Cartilago IV melekat pada pessulus di bagian dorsal dan ventral.

Intermediet syringealis cartilago teramati sama pada ayam Ketawa maupun ayam

Kampung.

Struktur berbentuk segitiga yang disebut pessulus (Gambar 19 dan 20)

terdapat di bagian tengah dari percabangan trachea menjadi bronchus (bifurcatio

trachea). Pessulus berbentuk segitiga di bagian dorsal dan ventral dengan puncak

segitiga berada di bagian cranial. Struktur ini memanjang dari ventral hingga

dorsal. Struktur ter-ossifikasi terlihat pada bagian tengah pessulus yang teramati

berwarna hijau kekuningan pada pewarnaan. Pessulus bagian ventral berukuran

lebih besar dibanding di bagian dorsal dengan dasar yang lebih panjang dibanding

bagian dorsal. Membran transparan teramati di antara trachea dan bronchus yang

disebut membrana tympaniform lateralis et medialis. Membrana tympaniform

lateralis memanjang dari intermediet syringealis cartilago IV sampai cartilago I

bronchus sedangkan membrana tympaniform medialis memanjang dari pessulus

hingga cartilago III bronchus. Kedua membran ini teramati sama pada ayam

Ketawa dan ayam Kampung (Gambar 19, 20 dan 21).

Page 32: Sistem Respirasi

21

Trachea caudalis terlihat lebih kecil secara diameter pada ayam Ketawa

betina dibanding jantan baik itu pada ayam Ketawa dan ayam Kampung.

Tympanum terlihat lebih besar pada jantan dibanding betina baik itu pada ayam

Ketawa dan ayam Kampung. Tympanum terlihat lebih besar pada ayam Kampung

jantan dibandingkan pada ayam Ketawa jantan, sedangkan tympanum pada ayam

Kampung betina terlihat lebih kecil dibandingkan ayam Ketawa betina. Pessulus

dari ventral hingga dorsal terlihat lebih panjang pada ayam Ketawa dibanding ayam

Kampung baik itu jantan ataupun betina.

Perubahan bentuk cartilago menyebabkan perubahan struktur trachea.

Tampak lateral terjadi perubahan bentuk dorsoventral. Trachea yang awalnya

berbentuk bulat utuh kemudian menjadi melebar secara dorsoventral, sedangkan

secara laterolateral terjadi penyempitan (tampak dorsal atau ventral). Perubahan

ini terlihat mendekati pessulus dan bronchi.

Cartilago pertama bronchus bertautan dengan pessulus (Gambar 20 dan

21). Cartilago ini berbentuk konveks ke arah caudal. Cartilago kedua bronchus

bertautan dengan cartilago pertama di bagian ventral. Cartilago bronchus yang

lainnya tidak memiliki pertautan. Cartilago ini berbentuk huruf C dan berukuran

lebih kecil dibanding cartilago trachea. Terdapat ligament yang menghubungkan

di antara kedua bronchus (ligamentum interbronchiales). Terdapat lubang di bagian

bawah pessulus yang terbentuk dari jaringan ikat yang menghubungkan kedua

bronchus yang disebut foramen interbronchiales.

Perbandingan struktur syrinx antara ayam Ketawa jantan dan betina; ayam

Ketawa jantan dan ayam Kampung jantan; serta ayam Ketawa betina dan ayam

Kampung betina dapat dilihat pada Tabel 2 dan diamati pada Gambar 22, 23, dan

24.

Page 33: Sistem Respirasi

Tabel 2. Pengamatan Skeletal

Struktur Ayam Ketawa Ayam Kampung

Jantan Betina Jantan Betina

1. Cartilago

tracheosyringealis

Tympanum, intermediet

syringealis cartilago,

pessulus

Tympanum, intermediet

syringealis cartilago,

pessulus

Tympanum,

intermediet syringealis

cartilago, pessulus

Tympanum, intermediet

syringealis cartilago,

pessulus

2. Cartilago tympanum* 4-5 buah 4 buah 4 buah 3 buah

3. Intermediet syringealis

cartilago

4 pasang, cartilago 1

dan 2 menyatu di

bagian dorsal

4 pasang, cartilago 1 dan

2 menyatu di bagian

dorsal

4 pasang, cartilago 1

dan 2 menyatu di

bagian dorsal

4 pasang, cartilago 1 dan 2

menyatu di bagian dorsal

4. Pessulus Berbentuk segitiga

pada bagian ventral

dan dorsal.

Mengalami ossifikasi

di bagian tengah.

Memanjang secara

ventrodorsal

Berbentuk segitiga pada

bagian ventral dan

dorsal.

Mengalami ossifikasi di

bagian tengah.

Memanjang secara

ventrodorsal

Berbentuk segitiga

pada bagian ventral

dan dorsal.

Mengalami ossifikasi

di bagian tengah.

Memanjang secara

ventrodorsal

Berbentuk segitiga pada

bagian ventral dan dorsal.

Mengalami ossifikasi di

bagian tengah.

Memanjang secara

ventrodorsal

5. Membrana

tympaniform lateralis

Cranial melekat pada

intermediet syringealis

cartilago 4 dan caudal

melekat pada cartilago

I bronchus

Cranial melekat pada

intermediet syringealis

cartilago 4 dan caudal

melekat pada cartilago I

bronchus

Cranial melekat pada

intermediet syringealis

cartilago 4 dan caudal

melekat pada cartilago

I bronchus

Cranial melekat pada

intermediet syringealis

cartilago 4 dan caudal

melekat pada cartilago I

bronchus 22

Page 34: Sistem Respirasi

6. Membrana

tympaniform medialis

Cranial melekat pada

batang pessulus, caudal

melekat pada cartilago

III bronchus

Cranial melekat pada

batang pessulus, caudal

melekat pada cartilago

III bronchus

Cranial melekat pada

batang pessulus,

caudal melekat pada

cartilago III bronchus

Cranial melekat pada batang

pessulus, caudal melekat

pada cartilago III bronchus

7. Carilago

bronchosyringealis

Cartilago I-III.

Cartilago I bertautan

dengan pessulus secara

ventrodorsal;

Cartilago II bertautan

dengan cartilago I di

bagian ventral;

Cartilago III tidak

memiliki pertautan

Cartilago I-III.

Cartilago I bertautan

dengan pessulus secara

ventrodorsal;

Cartilago II bertautan

dengan cartilago I di

bagian ventral;

Cartilago III tidak

memiliki pertautan

Cartilago I-III.

Cartilago I bertautan

dengan pessulus

secara ventrodorsal;

Cartilago II bertautan

dengan cartilago I di

bagian ventral;

Cartilago III tidak

memiliki pertautan

Cartilago I-III.

Cartilago I bertautan dengan

pessulus secara ventrodorsal;

Cartilago II bertautan

dengan cartilago I di bagian

ventral;

Cartilago III tidak

memiliki pertautan

Keterangan: * = perbedaan yang ditemukan

23

Page 35: Sistem Respirasi

Pengamatan Otot

Pengamatan otot dengan pewarnaan methylen blue dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengamatan Otot

Struktur Ayam Ketawa Ayam Kampung

Jantan Betina Jantan Betina

1. M. sternotrachealis Satu pasang Satu pasang, terlihat lebih

kecil dari jantan

Satu pasang Satu pasang, terlihat lebih

kecil dari jantan

2. M. tracheolateralis* Satu pasang

Insersio: cartilago 7-9

Memiliki penyatuan

serabut otot di bagian

ventral dari trachea

pars cervicalis

Satu pasang

Insersio: cartilago 8-10

Satu pasang

Insersio: cartilago 5-8

Satu pasang

Insersio: cartilago 9-10

Keterangan: * = perbedaan yang ditemukan

24

Page 36: Sistem Respirasi

25

Tidak teramati adanya otot yang di dalam syrinx pada ayam Ketawa. Otot terdapat

di luar bagian syrinx. M. tracheolateralis, M. sternotrachealis dan M.

strenohyoideus menempel di bagian caudal dari trachea. M. sterohyoideus telah

dideskripsikan pada pengamatan topografik.

Cartilago pertama bronchus bertautan dengan pessulus (Gambar 20 dan

21). Cartilago ini berbentuk konveks ke arah caudal. Cartilago kedua bronchus

bertautan dengan cartilago pertama di bagian ventral. Cartilago bronchus yang

lainnya tidak memiliki pertautan. Cartilago ini berbentuk huruf C dan berukuran

lebih kecil dibanding cartilago trachea. Insersio M. tracheolateralis terdiri dari 4

bagian. Setiap satu otot M. tracheolateralis memiliki 2 insersio yang berukuran

lebih kecil. Insersio otot pada setiap serabut tidak seimbang, yang ditandai dengan

beberapa perlekatan cabang otot tidak pada cartilago yang sama. Insersio M.

tracheolateralis menempel pada cartilago trachea 7-9 pada ayam Ketawa jantan,

sedangkan pada betina teramati menempel pada cartilago trachea 8-10. Insersio

otot pada ayam Kampung terlihat lebih mendekati tympanum. Insersio M.

tracheolateralis menempel pada cartilago trachea 5-8 pada ayam Kampung jantan,

sedangkan pada betina adalah pada cartilago trachea 9-10. Perbedaan letak insersio

M. tracheolateralis dapat dilihat pada Gambar 22, 23 dan 24.

Serabut otot M. tracheolateralis di bagian ventral terlihat lebih meluas dan

hampir menyatu menutupi trachea pada ayam Ketawa jantan, sedangkan pada ayam

Kampung jantan terlihat lebih terpisah. Serabut otot pada ayam Ketawa jantan

terlihat lebih pucat dibanding pada ayam Kampung (Gambar 23).

M. sternotrachealis menempel di bagian craniolateral dari trachea

caudalis. Otot ini berasal dari proccesus craniolateral os sternum. Otot ini

berjumlah 2 buah yang terdapat di sisi lateral dari syrinx. Serabut otot M.

sternotrachealis terlihat lebih besar pada ayam jantan dibanding ayam betina baik

pada ayam Ketawa ataupun ayam Kampung. Penyatuan otot di bagian ini ditautkan

oleh jaringan ikat yang cukup kuat.

Gambar 19. Syrinx tampak medial. 1--Bagian ter-ossifikasi pada pessulus ; 2--bagian pessulus yang

memanjang ke bagian dorsal berwarna kekuningan (panah hitam); 3--Membran tympaniform

medialis

1

2

3

Page 37: Sistem Respirasi

26

Gambar 20. Syrinx tampak sagital cranioventral. 1—Trachea caudalis, 2—Tympanum, 3—

Intermediet syringeal cartilago, 4—Pessulus, 5—Membrana tympaniform lateralis, 6—

Cartilago I bronchus, 7—Bronchus

Gambar 21. Syrinx tampak lateral. Tympanum (1), Intermediet syringeal cartilago (2), membran

tympaniform lateralis (3), cartilago I bronchus (4)

1 2 3

4

Page 38: Sistem Respirasi

Gambar 22. Syrinx ayam Ketawa jantan (Ki) dan betina (Ka) tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—Trachea, 2—M. tracheolateralis, 3— Insersio M. Trachealis,

4— M. sternotrachealis, 5— Trachea caudalis, 6—Tympanum, 7—Pessulus, 8— Foramen interbronchiales, 9— Ligamentum interbronchiales, 10—— Intermediet syringealis

cartilago, 11— Membrana tympaniform lateralis, 12—Cartilago I bronchus, 13—Bronchus

A B C

27

Page 39: Sistem Respirasi

Gambar 23. Syrinx ayam Ketawa jantan (Ki) dan ayam Kampung jantan (Ka) tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—M. tracheolateralis, 2— Insersio M.

tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4— Trachea caudalis, 5—Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales, 9——

Intermediet syringealis cartilago, 10— Membrana tympaniform lateralis, 11—Cartilago I bronchus, 12—Bronchus

A B C

28

Page 40: Sistem Respirasi

Gambar 24. Syrinx ayam Ketawa betina (Ki) dan ayam Kampung betina (Ka) tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—M. tracheolateralis, 2—Insersio M.

tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4— Trachea caudalis, 5—Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales, 9——

Intermediet syringealis cartilago, 10— Membrana tympaniform lateralis, 11—Cartilago I Bronchus, 12—Bronchus

A B C

29

Page 41: Sistem Respirasi

30

4.2.Pembahasan

Struktur morfologi dan anatomi syrinx telah banyak dideskripsikan pada

berbagai spesies burung. Penelitian ini menunjukkan karakteristik organ syrinx

pada ayam Ketawa. Dari lebih 9600 spesies burung yang telah diketahui, sebanyak

hampir 4000 spesies bukan merupakan burung penyanyi (Pough et al., 2002). Ayam

Ketawa bukan merupakan spesies burung penyanyi. Hal ini ditandai dengan tidak

adanya otot intrinsik pada syrinx pada ayam Ketawa, sama halnya dengan ayam

Kampung (McLelland, 1990).

Organ syrinx pada ayam Ketawa terdiri atas bagian trachea dan bronchus

primer, maka dari itu syrinx pada ayam Ketawa digolongkan ke dalam tipe

tracheobronchial. Tipe syrinx ini terdapat pada hampir semua spesies burung,

seperti merpati, angsa, ayam Denizili dan ostrich. Syrinx pada ayam Ketawa terlihat

serupa dengan ayam Kampung yang tersusun atas cartilago tracheosyringeales dan

cartilago bronchosyringeales (Baumel et al., 1993).

Syrinx ayam Ketawa terletak di belakang organ jantung, sama seperti pada

angsa Anser anser domesticus (Onuk et al. 2010). Syrinx pada spesies Anas

platyrhynchos betina terletak di belakang jantung namun terlihat lebih ke arah

cranial, sehingga dapat terlihat secara langsung (Yilmaz et al., 2012). Syrinx juga

melekat pada oesophagus di bagian dorsal, seperti pada merpati (Yildiz et al.,

2005). Organ syrinx pada ayam merupakan simetris, baik pada jantan maupun

betina. Hal ini pun sama pada ayam Kampung (Myers, 1917). Beberapa spesies

aves memiliki satu struktur yaitu Bulla syringealis pada salah satu bagian

percabangan trachea-nya, seperti pada bebek jantan Anas paltyrhinchos dan

Aythya marila (Pierko, 2007). Adanya struktur ini menjadikan syrinx menjadi

asimetris, umumnya pada spesies ini asimetris terjadi secara asimetris dextra, yang

ditandai dengan adanya Bulla syringealis di bagian dextra dari syrinx (King dan

McLelland, 1989). Ukuran syrinx lebih besar pada ayam jantan dibanding ayam

betina baik itu pada ayam Ketawa maupun pada ayam Kampung. Menurut Myers

(1917), perbedaan utama struktur syrinx pada ayam jantan dan betina adalah

ukurannya. Ayam jantan biasanya memiliki ukuran syrinx yang lebih besar

dibandingkan ayam betina.

Trachea caudalis merupakan bagian terminal dari trachea yang mengalami

perubahan bentuk dan ukuran dari trachea bagian cranial. M. tracheolateralis

menempel di bagian trachea caudalis. Trachea caudalis pada ayam Ketawa dan

ayam Kampung terdiri dari beberapa cartilago yang berbentuk cincin tunggal.

Trachea caudalis pada spesies Falconidae terdiri dari cincin tunggal dan menjadi

cincin ganda yang berpasangan ketika memasuki bronchus (Ames, 1971).

Cartilago tracheosyringealis terdiri atas tympanum dan intermediet

syringealis cartilago. Syrinx pada kebanyakan grup aves dibatasi di bagian cranial

oleh tympanum, sebuah struktur kaku berbentuk silinder yang dibentuk oleh fusi

atau pertautan yang kuat dari elemen skeletal (Nottebohm, 1976). Tympanum pada

ayam Kampung merupakan susunan tulang cartilago yang rapat dan mengalami

ossifikasi (McLelland, 1990). Tympanum pada ayam Ketawa teramati sama dengan

ayam Kampung.

Tympanum pada ayam Ketawa jantan terdiri atas 4-5 cartilago sedangkan

pada betina berjumlah 4 buah. Cartilago tympanum pada ayam Kampung jantan

tersusun atas 3-4 cartilago (Getty, 1975). Adanya jumlah cartilago tympanum yang

berlebih kemungkinan salah satu variasi dari keturunan ayam Kampung. Cartilago

Page 42: Sistem Respirasi

31

tympanum pada ayam Kampung tersusun rapat namun dapat diamati (Myers, 1917;

King, 1989; dan McLelland 1990). Sedangkan tympanum pada beberapa spesies

mengalami penyatuan, seperti pada angsa Anser anser domesticus, sehingga sulit

untuk mengamati jumlah cartilago yang menyusunnya (Onuk et al. 2010).

Tympanum pada ayam Denizili diketahui tersusun atas 4 cartilago (Tasbas et al.,

1994) dan 3 buah pada ostrich (Yildiz et al., 2003).

Pessulus pada ayam Ketawa termasuk tipe modern. Pessulus yang

merupakan tipe primitif ditandai dengan ukuran yang besar, cartilaginous, terdiri

atas banyak bagian kecil, dan tidak mengalami ossifikasi (Brown dan Yard, 1990).

Hal ini berarti ayam Ketawa merupakan salah satu divergensi dari leluhurnya.

Pessulus pada ayam Ketawa dan Kampung baik jantan dan betina, mengalami

ossifikasi di bagian tengahnya walaupun di bagian tepi dari struktur segitiga

teramati masih bersifat cartilaginous. Pessulus pada burung penyanyi Rhea

americana, tersusun atas cartilago pada betina, sedangkan pada jantan mengalami

ossifikasi (Picasso dan Carril, 2013).

Jika pessulus terdiri atas jaringan tulang, maka membran tympaniform

medialis akan lebih tegang dan lebih bergetar kuat, sehingga suara yang dihasilkan

akan lebih nyaring. Jika pessulus terdiri atas jaringan cartilago, maka membrana

tympaniform medialis tidak akan cukup kuat bergetar sehingga suara yang

dihasilkan lebih lemah. Jika pessulus terdiri atas jaringan ikat, maka terjadi

kegagalan dalam penegangan membran, sehingga suara yang dihasilkan tidak akan

dapat dibedakan. Pessulus yang terdiri atas jaringan tulang umumnya ditemukan

pada burung penyanyi (Onuk et al., 2010). Pessulus pada ayam Kampung

merupakan tipe yang terdiri atas jaringan cartilago (King dan McLelland, 1984)

yang mengalami sedikit ossifikasi, sehingga suara yang dihasilkan cukup kuat

namun tidak nyaring. Struktur pessulus ini terlihat serupa pada ayam Ketawa.

Ayam Ketawa memiliki bentuk pessulus menyerupai pisau belati. Bentukan

ini sama pada ayam Kampung (Tasbas et al., 1994). Bentukan pessulus dapat

berupa bulat lonjong seperti pada kalkun (Ghetie et al., 1976) dan angsa (Onuk et

al., 2010), serta berbentuk oval pada bebek (Frank et al., 2007). Cartilago bronchus

merupakan salah satu struktur skeletal yang menyusun organ syrinx. Syrinx pada

ayam kalkun dibentuk oleh cartilago pertama bronchus primer (Cover, 1953),

sedangkan pada ayam Kampung, burung penyanyi, dan ostrich dibentuk dari 3

cartilago pertama bronchus primer (Warner, 1972; King dan McLelland, 1984; dan

Yildiz et al., 2003). Struktur syrinx pada ayam Ketawa teramati sama dengan ayam

Kampung yaitu disusun antara lain oleh 3 cartilago pertama bronchus primer.

Membrana tympaniform (lateralis et medialis) teramati pada ayam Ketawa

dan ayam Kampung sama. Membrana tympaniform lateralis menempel pada

cartilago intermediet syringelis terakhir secara cranial dan pada cartilago I

bronchus di bagian caudal, sedangkan di bagian dorsal dan ventral melekat pada

bagian tepi dari pessulus dorsal dan ventral (Myers, 1917). Membrana tympaniform

lateralis pada burung merpati (Streoptopelia decaocto) menempel pada cartilago

trachea pertama dan kedua. Membrana tympaniform lateralis pada merpati jantan

lebih masuk ke lumen syrinx dibanding pada merpati betina. Membran ini terlihat

asimetris bilateral pada merpati betina (Ballintjin and Cate, 1997). Kedalaman

membrana tympaniform lateralis pada ayam Kampung dan ayam Ketawa tidak

diukur, sehingga tidak diketahui perbedaannya. Beberapa anggota dari kelas burung

Charadriformes, tidak memiliki membrana tympaniform lateralis (Brown dan

Page 43: Sistem Respirasi

32

Ward, 1990). Membrana tympaniform medialis mengarah lebih ke caudal dan

berasal dari bifurcatio trachea, tepatnya di batang pessulus. Membran ini

menempel di bagian lateral dari batang pessulus secara cranial dan memanjang

hingga di cartilago III bronchus (Myers, 1917). membrana tympaniform medialis

pada burung kelas Psittacidae, terletak di bagian cranial bronchus (Gaban-lima,

2006). Membrana tympaniform sangat berkembang pada burung penyanyi seperti

Psittacidae (Gaban-lima, 2006) dan Falconidae (Griffiths, 1994)

Foramen interbronchiales terletak tepat di bagian dorsal syrinx di antara

bronchus primer. Foramen interbronchiales membantu membrana tympaniform

medialis untuk bergetar dan memproduksi suara yang teramati pula pada beberapa

burung penyanyi (Warner, 1972). Foramen interbronchiales teramati sama pada

ayam Ketawa dan ayam Kampung.

M. sternohyoideus, disebut juga oleh beberapa peneliti sebagai M.

tracheohyoideus (Gaunt dan Gaunt, 1977), karena menempel di Os. hyoideus dan

pada bagian trachea serta berperan secara tidak langsung dalam konfigurasi syrinx.

Otot ini menarik trachea ke arah caudal dan mengisolasi syrinx dari pergerakan

leher dan trachea. (Gaunt dan Gaunt, 1977). M. tracheolateralis teramati di bagian

lateral trachea dari ayam Ketawa dan Domestik. Hampir semua golongan aves

memiliki M. tracheolateralis dextra dan sinistra (O’Malley, 2005). M.

tracheolateralis memiliki pertautan insersio di bagian trachea caudalis. Origo otot

ini teramati di bagian cartilago cricoidea pada burung Passerine (Gaban-Lima dan

Hofling, 2006), angsa (Onuk et al., 2010) dan pada ayam Kampung (McLelland,

1990). Origo otot ini pada beberapa spesies berada pada syrinx (McLelland, 1990).

Menurut Myers (1917), pada ayam Kampung M. tracheolateralis memiliki

pertautan di bagian akhir trachea caudalis secara ventrolateral dan dorsolateral.

Pertautan otot ini terdapat pada cartilago 5-8 (Myers, 1917), sedangkan pada ayam

Ketawa jantan teramati berada pada cartilago 7-9 dan betina pada cartilago 9-10.

Dalam hal ini letak insersio otot lebih ke cranial dibanding ayam Kampung. Hal

ini diduga berdampak pada kemampuan otot dalam menegangkan membran.

Serabut otot M. tracheolateralis pada ayam Ketawa jantan menutupi bagian ventral

dari sebagian trachea pars cervicalis. Hal ini kemungkinan merupakan salah satu

faktor yang memberikan perbedaan suara antara ayam Ketawa dan ayam Kampung.

Umumnya salah satu bagian dari M. tracheolateralis menyatu menutupi bagian

dorsal dari trachea, namun tetap terpisah secara ventral. Otot ini pada spesies

Climateris lebih tebal pada bagian sinistra dibanding dextra, tapi bentuknya lebih

sempit dan bergerak ke arah medioventral di bagian anterior dari tympanum (Ames,

1987). Burung merpati yang bukan merupakan burung tipe penyanyi, memiliki M.

tracheolateralis yang memanjang hingga di bagian membrana tympaniform

lateralis (Yildiz et al., 2006).

Menurut McLelland (1990), M. sternotrachealis berasal dari proscessus

craniolateral os sternum dan berfusi dengan M. tracheolateralis sedangkan pada

merpati M. sternotrachealis sinistra terletak menyilang melewati trachea dan

menyatu dengan M. sternotrachealis dextra. Beberapa spesies seperti bebek Anas

platyrhinchos dan angsa Anser anser domesticus memiliki M. cleidotrachealis yang

terletak di sebelah cranial dari lokasi fusi M. tracheolateralis dan M.

sternotrachealis (Onuk et al., 2010 dan Pierko, 2007). Menurut Ames (1987), M.

sternotrachealis berasal dari Os. sternum atau jaringan ikat dan memanjang

Page 44: Sistem Respirasi

33

melewati interclavicular air sac dan menempel pada bagian lateral syrinx. M.

sternotrachealis pada golongan burung penyanyi beragam dalam hal ketebalannya.

Menurut Gaunt dan Gaunt (1977), M. tracheolateralis dan M.

sternotrachealis berperan dalam mengatur tegangan membran vokal (Membrana

tympaniform). M. sternotrachealis merelaksasikan membran dengan cara menarik

drum trachea ke arah caudal atau melalui ligament syringeal dengan cara memutar

pessulus ke arah cranioventral atau bisa keduanya. M. tracheolateralis berperan

menegangkan membran dan/atau mencegah pergerakan ke arah caudal dari M.

sternotrachealis, jika ligament syringealis memutar pessulus. Vokalisasi

bergantung pada konfigurasi syrinx dan aliran udara pada saluran respirasi.

Menurut Prince et al (2011), perilaku vokalisasi pada burung Sturnus

vulgaris tercermin dari morphology struktur vokalisasinya. Burung betina memiliki

perilaku jarang bersuara, sehingga memiliki struktur syrinx yang lebih kecil

dibanding pada burung jantan yang cenderung aktivitas bersuaranya lebih tinggi.

Struktur syrinx pada ayam betina berukuran lebih kecil dibanding ayam jantan. Hal

ini dapat pula tercermin dari perilaku vokalisasinya, yang ditandai dengan ayam

jantan yang cenderung lebih banyak berkokok dibanding betina. Menurut Appel

(1929), terlihat sedikit perbedaan struktur syrinx pada jenis kelamin yang berbeda

pada beberapa ayam, namun tidak terlihat pada ayam Brown leghorn. Pada

percobaannya yang membandingkan antara ayam jantan dan ayam betina yang di-

ovariotomi, menunjukkan tidak adanya pengaruh hormon betina dalam aktivitas

berkokok. Jika terdapat pengaruh hormon seks, pasti akan mempengaruhi sistem

saraf pusat.

Page 45: Sistem Respirasi

34

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Struktur anatomi syrinx pada ayam Ketawa pada umumnya serupa dengan

ayam Kampung baik pada jantan dan betina yang tersusun atas cartilago tracheo

syringealis (tympanum, intermediet cartilago syringealis, dan pessulus), membrana

tympaniform (lateralis et medialis), cartilago bronchosyringealis, dan otot.

Perbedaan mendasar teramati pada ayam jantan dan betina, baik pada ayam Ketawa

maupun ayam Kampung, yaitu ukuran syrinx, warna dan ukuran otot. Syrinx terlihat

lebih besar pada ayam jantan dibanding ayam betina. Seluruh otot pada ayam jantan

teramati berwarna lebih gelap dan berukuran lebih besar dibanding pada ayam

betina.

Syrinx pada ayam Ketawa teramati memiliki beberapa perbedaan terhadap

ayam Kampung di bagian M. tracheolatearalis dan cartilago tracheosyringealis,

yaitu pada tympanum dan pessulus. M. tracheolatearalis pada ayam Ketawa meluas

dan hampir menyatu di bagian ventral trachea pars cervicalis. Insersio otot ini

terletak lebih cranial pada ayam Ketawa dibanding pada ayam Kampung.

Tympanum terlihat lebih besar pada jantan dibanding betina baik pada ayam Ketawa

maupun ayam Kampung. Tympanum pada ayam Kampung jantan terlihat lebih

besar dibandingkan pada ayam Ketawa jantan. Sedangkan tympanum pada ayam

Kampung betina terlihat lebih kecil dibandingkan ayam Ketawa betina. Cartilago

tympanum berjumlah 4-5 buah pada ayam Ketawa jantan dan 4 buah pada ayam

Ketawa betina sedangkan pada ayam Kampung jantan jumlah cincin cartilago

tympanum-nya adalah 4 buah dan pada betina adalah 3 buah. Pessulus dari ventral

hingga dorsal terlihat lebih panjang pada ayam Ketawa dibanding ayam Kampung

baik itu jantan ataupun betina. Perbedaan struktur ini diduga menjadi faktor yang

memberikan suara yang khas pada ayam Ketawa.

5.2. Saran

Untuk lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suara pada ayam

Ketawa, peneliti menyarankan untuk lebih mengeksplorasi struktur dan fisiologi

saluran pernapasan atas, menggunakan sampel ayam Ketawa dengan berbagai

varian suara, menggunakan metode pewarnaan yang lebih spesifik, dan mengamati

struktur histologi serta melakukan pengukuran dan analisis data dengan aplikasi

pengolah data.

Page 46: Sistem Respirasi

35

DAFTAR PUSTAKA

Ames PL. 1987. The Unusual Syrinx Morphology of Australian Treecreepers

Climacteris. EMU 87: 192-195.

Anonim. 2011. Sejarah Ayam Ketawa yang Unik. [Online] http://ada-

akbar.com/2011/05/sejarah-ayam-Ketawa-yang-unik/. Diakses Pada

tanggal 17 Oktober 2012.

Anonim. 2012. “Seputar Ayam Ketawa”. [Online]

http://rajanyaayam.blogspot.com/2012/07/seputar-ayam-Ketawa-jika-

ingin-tahu.html. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2012.

Anonim. 2013. Arti Warna Bulu dari Ayam Ketawa. [Online]

http://ciriayam.blogspot.com/2013/04/arti-warna-bulu-dari-ayam-

Ketawa.html. Diakses pada tanggal 18 Januari 2014.

Anonim. 2014. Cara Memelihara Ayam Ketawa. [Online]

http://www.ayamKetawaindonesia.com/2011/04/cara-memelihara-ayam-

Ketawa.html. Diakses pada tanggal 18 Januari 2014.

Appel FW. 1929. Sex Dimorphisme in The Syrinx of The Fowl. Journal of

Morphlogy 47 (2): 297-517

AVMA (American Veterinary Medical Association) Guidelines on Euthanasia,

2007.

Bacha Jr, William J and Linda M.B. 2000. Colour Atlas of Veterinary Histology.

Lippincot Williams and Wilkins, United Stated of America

Ballintjin MR and Cate CT. 1997. Sex Differences in The Vocalizations And Syrinx

of The Collared Dove (Streptopelia decaocto). Tha Auk. 114(1) : 22-39,

1997.

Baumel JJ, King AS, Breazile JE, Evans HE, and Vanden Berge JC. 1993. Nomina

anatomi Avium. MA Nuttall Ornithlogical Club, Cambridge.

Brown C and Ward D. 1990. The Morphology of The Syrinx in The Charadriiformes

(Aves): Possible phylogenic implication. Bonn Zool Beitr. Bd 41. H2 S:95-

107.

Cannell PF, 1988. Techniques for study of avian syringes. Will. Bull. 100: 289-293.

Coles BH. [ed]. 2007. Essential of Avian Medicine and Surgery. Australia :

Blackwell Publishing.

Cover MS. 1953. Cross And Microscopic anatomy of The respiratory System of The

turkey. II. Larynx, Trachea, Syrinx, Bronchi And Lung. Am J Vet Res 14:

230-238.

Frank T, Probst A, Kong HE, and Walter I. 2007. The Syrinx of The Male Mallard

(Anas platyrhinchos) Special anatomical features. Anat Histol Embryol

36: 121-126.

Gaban-Lima R and Hofling E. 2006. Comparative Anatomy of The Syrinx in The

Tribe Arini (Aves; Psittacidae). Braz. J. Morphology Science 23(3-4): 501-

512.

Gaunt AS and Gaunt LL. 1977. Mechanics of The Syrinx in Gallus gallus. II.

Electromyographic Studies of Ad Libitum Vocalizations. Journal of

morphology 152(1): 1-19.

Getty R. 1975. Sisson And Grossman’s The anatomy Ir Domestic Animal, 5th edn.

Vol. 1-2. W.B. Saunders Co., New York.

Page 47: Sistem Respirasi

36

Ghetie V, Chitescu ST, Cotofan V, and Hillebrand A. 1976. Anatomical atlas of

domestik Bird. Editura Academiei Republicii Socialiste Rumania.

Jacob J and Pescatore T. [tahun tidak diketahui]. Avian Respiratory System.

University of Kentucky.

King AS dan McLelland J. 1984. Birds: Their Structure Ana Function, 2nd edn.

Bailliere Tindall, London, pp. 110-144.

King AS. 1989. Functional Anatomy of The Syrinx. In: Form And Function in Birds.

pp. 105-182. Academic Press, London.

King AS. 1993. Apparatus Respiratorius. In: Handbook of Avian Anatomy: Nomina

Anatomica Avium. 2nd edn. (Baumel JJ, King AS, Breazile JE, Evans HE,

Berge JC, def). Nuttal Ornithological Society : Cambridge . Pp. 257-299.

Koch T, 1973. Anatomy of the Chicken and Domestic Birds. 1st edition, The Iowa

State University Press: Iowa, pp: 84-88.

König HE, Liebich HG, 2001. Anatomie und Propädeutik des Geflügels, Stuttgart.

Schattaver, p. 110.

Larsen ON, Goller F, 2002. Direct observation of syringeal muscle function in

songbirds and a parrot. J Exp Biol, 205, 25–35.

Maryuki A. 2012. Ternak Ayam Kampung Sehat. [Online]

http://www.ternakayamkampung.com/2012/12/tanda-ayam-kampung-

yang-sehat.html. Dikses pada tanggal 20 Maret 2014.

McGrath CJ, Lee JC, and Campbell VL. 1984. Dose-response Anesthetic Effects of

Ketamine in The Chicken. Am J Vet Res Mar 45(3):531-534.

McLelland J.1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publisihing, England.

Myers JA. 1917. Studies on The Syrinx of Gallus Domesticus. Journal of

Morphologi (1924): 165-216.

Nottebohm F. 1976. Phonation in The Orange-winghed Amazon parrot (Amazona

amazonica). J. Comp. Physiology 108. 157-170.

O’Malley B. 2005. Clinical Anatomy and Physiology of Exotic Species. Germany:

Elsevier Limited.

Onuk B, Haziroglu RM, and Kabak M. 2010. The Gross Anatomy of Larynx,

Trachea, and Syrinx in Goose (Anser anser domesticus). Kafkas Universitas

Vet Fak Deng 16(3): 443-450.

Perrins C [ed]. 2003. Firefly Encyclopedia of Birds. Buffalo, N.Y.: Firefly Books,

Ltd.

Picasso MBJ and Carril J. 2013. The Peculiar Sryinx of Rhea American (Greater

Rhea, Palaeognathae). Vertebrata Zoology 63(3): 321-327.

Pierko M. 2007. Morphological comparison of upper respirator Trac in mallard

Anas platyrhynchos And scaup Aythya marila. English Journal of Polish

Agricultural Universities 10(4): 08.

Pough FH, Janis CM, and Heiser JB. 2002. Vertebrate Life. 6th edn. Prentice-Hall

Inc., USA.

Prience B, Riede T, and Goller F. 2011. Sexual Dimorphisme and Bilateral

Asymetry of Syrinx and Vocal Tract in The European Atarling (Sturnus

vulgaris). Journal of Morphology 272(12): 1527-1536.

Radiopoetro. [tahun tidak diketahui]. Zoologi. Erlangga : Jakarta.

Reece WO. 2005. Functiotanal Anatomy and Physiology of Domestic Animals.

United States of America: Lippincott Williams and Wilkins

Page 48: Sistem Respirasi

37

Ritchison G. [tahun tidak diketahui]. Avian Respiration. [online]

http://people.eku.edu/ritchisong/birdrespiration.html. Diakses pada tanggal

18 Januari 2014.

Setijanto H. 1998. Anatomi Unggas. IPB Press, Bogor.

Tasbas M, Haziroglu RM, Cakir A, and Ozer M. 1994. Denizili Horozunun

Solunum Sisteminin Morfologis. II. Larynx, Trachea, Syrinx. Ankara uni

Vet Fak Derg 41: 135-153.

Tully Jr TN, Dorrestein GM, and Jones AK [ed]. 2000. Handbook of Avian

Medicine Second Edition. England : Reed Educational and Professional

Publishing.

Warner RW. 1972. The Anatomy of The Syrinx in Passerine Bird. J Zool Lond, 168,

381-393.

Yildiz H, Bahadir A, and Akkoc A. 2003. A Study on The Morphological Structure

of Syrinx in ostriches (Struthio camelus). Anat Histol Embryol 32, 187-

191.

Yildiz H, Yilmaz B, and Arican I. 2005. Morphological structure of The Syrinx in

The bursa roller pigeon (Columba Olivia). Bull vet Ina Pulaway, 49, 323-

332.

Yilmaz B, Yilmaz R, Arican I, and Yildiz H. 2012. Anatomical Structure of The

Syrinx in The Mallard (Anas platyrhynchos). Harran Univ Vet Fak Derg,

1(2):111-116.

Page 49: Sistem Respirasi

I

LAMPIRAN

Keterangan Sampel

Ayam Ketawa dengan tipe suara Dangdut dan bermotif bulu Bakka pada

jantan.

Ayam Ketawa dan Ayam Kampung berumur ±7 bulan.

Tabel 1. Berat badan

Jenis Kelamin Sampel Ayam Ketawa Ayam Kampung

Jantan I 1520 g 1400 g

II 1520 g 1360 g

Betina I 1200 g 1000 g

II 1220 g 1120 g

Tabel 2. Dosis Ketamin yang diberikan

Jenis Kelamin Sampel Ayam Ketawa Ayam Kampung

Jantan I 1,02 ml 0,95 ml

II 1,02 ml 0,92 ml

Betina I 0,81 ml 0,67 ml

II 0,82 ml 0,76 ml

Dokumentasi

Gambar 1. Sampel ayam Ketawa.

Page 50: Sistem Respirasi

II

Gambar 2. Sampel ayam Kampung.

Gambar 3. Bahan-bahan yang digunakan.

Gambar 4. Euthansia injeksi ketamin IV (vena axilaris).

Page 51: Sistem Respirasi

III

Gambar 4. Nekropsi sampel.

Gambar 5. Origo M. sternohyoideus (panah hitam) dan insersio M.

tracheolateralis (panah kuning).

Page 52: Sistem Respirasi

IV

Gambar 6. Syrinx tampak ventral (A) dan dorsal (B). Pessulus (a) dan foramen

interbronchiales (b), dan ligamentum interbronchiales (c)

Gambar 7. Syrinx tampak sagital caudoventral. Batang pessulus (kotak hitam)

berwarna kekuningan. Cartilago III bronchus (panah hitam) menjadi tempat

perlekatan caudal dari membrana tympaniform medialis

a a

b b

A B

c c

Page 53: Sistem Respirasi

Gambar 8. Syrinx ayam Ketawa jantan tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—Trachea, 2—M. tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4— Trachea

caudalis, 5— Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales, 9— Intermediet syringealis cartilago, 10— Membrana

tympaniform lateralis, 11—Cartilago I bronchus,

V

Page 54: Sistem Respirasi

Gambar 9. Syrinx ayam Ketawa betina tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—Trachea, 2—M. tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4— Trachea

caudalis, 5— Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales, 9— Intermediet syringealis cartilago, 10— Membrana

tympaniform lateralis, 11—Cartilago I Bronchus, 12—Bronchus primer

VI

Page 55: Sistem Respirasi

Gambar 10. Syrinx ayam Kampung jantan (Ki) dan betina (Ka) tampak ventral (A) dan dorsal (B). 1—Trachea, 2—M. tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4—

Trachea caudalis, 5— Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales,

VII

Page 56: Sistem Respirasi

s

Gambar 11. Syrinx ayam Kampung jantan tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—Trachea, 2—M. tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4— Trachea

caudalis, 5— Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales, 9— Intermediet syringealis cartilago, 10— Membrana

tympaniform lateralis, 11—Cartilago I bronchus, 12—Bronchus primer

VIII

Page 57: Sistem Respirasi

Gambar 12. Syrinx ayam Kampung betina tampak ventral (A), dorsal (B), dan lateral (C). 1—Trachea, 2—M. tracheolateralis, 3— M. sternotrachealis, 4—

Trachea caudalis, 5— Tympanum, 6—Pessulus, 7— Foramen interbronchiales, 8— Ligamentum interbronchiales, 9— Intermediet syringealis cartilago, 10—

Membrana tympaniform lateralis, 11—Cartilago I bronchus, 12—Bronchus primer

IX