Sistem Reproduksi Serangga

22
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................ .................................................... .......1 Daftar Gambar.............................................. .................................................... .2 Sistem Reproduksi Serangga …….................................................. .................3 Alat Reproduksi Serangga............................................ .........................4 Alat Reproduksi Jantan……………………………………….3 Alat Reproduksi Betina……………………………………….5 Telur Dan Proses Fertilisasi………...................................... ................7 Embriogenesis (Perkembangan Embrio)......................................... 10 Strategi Reproduksi………………………………………………….13 Poliembrioni………………………………………………....13 Paedogenesis………………………………………………...13 Parthenogenesis…………………………………….…..……13 1

Transcript of Sistem Reproduksi Serangga

Page 1: Sistem Reproduksi Serangga

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...........................................................................................................1

Daftar Gambar...................................................................................................2

Sistem Reproduksi Serangga ……...................................................................3

Alat Reproduksi Serangga.....................................................................4

Alat Reproduksi Jantan……………………………………….3

Alat Reproduksi Betina……………………………………….5

Telur Dan Proses Fertilisasi………......................................................7

Embriogenesis (Perkembangan Embrio).........................................10

Strategi Reproduksi………………………………………………….13

Poliembrioni………………………………………………....13

Paedogenesis………………………………………………...13

Parthenogenesis…………………………………….…..……13

Peletakan Telur Dan Eklosi……………………………………...….13

Daftar Pustaka.................................................................................................16

1

Page 2: Sistem Reproduksi Serangga

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Organ Kelamin Jantan Insecta……………………………………4

Gambar 2. Organ Kelamin Jantan Insecta………………………………......4

Gambar 3. Organ Kelamin Jantan Insecta……………………………………5

Gambar 4. Organ Kelamin Betina Insecta…………………………………..6

Gambar 5. Perbandingan Organ Kelamin Insecta…………………………….6

Gambar 6. Perbandingan Organ Kelamin Insecta………………………….....7

Gambar 7. Telur Belalang Daun……………………………………………...8

Gambar 8. Perkawainan Serangga……………………………………………9

Gambar 9. Perkawainan Serangga…………………………………………..10

Gambar 10. Limfa belalang………………………………………………..12

Gambar 11. Peletakan Telur Pada Belalang……………………………….15

Gambar 12. Peletakan Telur Pada Kepik ………………………………….15

Gambar 13. Peletakan Telur Pada Serangga...………………………………15

2

Page 3: Sistem Reproduksi Serangga

SISTEM REPRODUKSI SERANGGA

A. Alat Reproduksi Serangga

Walaupun beragam tampilannya, organ reproduksi serangga memiliki

struktur dan fungsi yang sama dengan organ reproduksi pada vertebrata yaitu

testis pada jantan menghasilkan sperma dan ovarium pada betina menghasilkan

telur. Kedua jenis gamet  ini haploid dan uniseluler, tetapi telur biasanya memiliki

volume yang  jauh lebih besar daripada sperma (Meyer, 2009).

Setiap  sistem reproduksi dapat bervariasi dalam bentuk (misalnya gonad

dan kelenjar aksesori), posisi (misalnya tambahan kelenjar aksesori), dan jumlah

(misalnya tabung ovarium atau testis, atau organ penyimpanan sperma) antara

kelompok serangga yang berbeda, dan kadang-kadang bahkan di antara spesies

yang berbeda dalam genus (Gullan  and Cranston,  2005).

1.  Alat Reproduksi Serangga Jantan

Sistem reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis yang terletak di ujung

belakang abdomen. Setiap testis mengandung unit-unit fungsional  dimana sperma

dihasilkan. Sperma matang yang keluar dari testis melewati  saluran pendek dan

mengumpul di ruang penyimpan. Saluran yang sama mengarah keluar dari

vesikula seminalis, bergabung satu sama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan

membentuk saluran ejakulasi (ejaculatory duct) tunggal yang mengarah keluar

dari tubuh melalui organ kelamin jantan (aedeagus). 

Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori (accessory glands) biasanya

berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-organ sekretori yang

terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek - beberapa mungkin

menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya  mungkin

berhubungan dengan saluran ejakulasi.

3

Page 4: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 1. Organ Kelamin Jantan Insecta

Sumber:

Gambar 2. Organ Kelamin Jantan Insecta

Sumber:

4

Page 5: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 3. Organ Kelamin Jantan Insecta

Sumber:

2. Alat reproduksi serangga betina

Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium. Setiap ovarium

terbagi menjadi unit-unit fungsional (ovariol) di mana telur dihasilkan. Satu

ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya sejajar satu sama lain.

Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur lateral (lateral

oviducts). Pada sekitar pertengahan tubuh, saluran telur lateral ini bergabung

untuk membentuk common oviduct yang membuka ke ruang alat kelamin yang

disebut bursa copulatrix. 

Kelenjar aksesori betina (accessory glands) memasok pelumas untuk

sistem reproduksi dan mengeluarkan kulit telur kaya protein (chorion) yang

mengelilingi seluruh telur. Kelenjar ini biasanya dihubungkan dengan saluran

kecil ke saluran telur umum atau bursa copulatrix.

Selama kopulasi, jantan menyimpan spermatophore di bursa copulatrix.

Kontraksi peristaltik menyebabkan spermatophore masuk ke dalam spermatheca

betina, sebuah ruang kantong penyimpanan sperma. 

Kelenjar spermathecal (spermathecal gland) memproduksi enzim (untuk

mencerna lapisan protein spermatophore) dan nutrisi (untuk mempertahankan

sperma sementara berada di penyimpanan). Sperma dapat hidup di spermatheca

selama berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

5

Page 6: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 4. Organ Kelamin Betina Insecta

Sumber:

Gambar 5. Perbandingan Organ Kelamin Insecta

Sumber:

6

Page 7: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 6. Perbandingan Organ Kelamin Insecta

Sumber:

B. Telur Dan Proses Fertilisasi

Telur yang matang bentuknya beragam mulai dari yang pipih, bulat telur

(oval), seperti tong sampai bulat. Sebagian besar telur bagian terbesar telur terisi

oleh kuning telur (yolk) atau deutoplasma (deutoplasm), sitoplasma dan inti hanya

menempati bagian kecil dari telur. Kuning telur mengandung karbohidrat, protein

dan lipida. Protein adalah bagian yang terbanyak. Sitoplasma terdapat di sekitar

inti (sitoplasma inti) dan sekitar tepi kuning telur (periplasma atau sitoplasma

korteks = cortical cytoplasm).  Telur dapat terbungkus oleh dua membran yaitu

membran vitelin yang merupakan membran sel telur dan korion (chorion) atau

kulit telur.

Korion berfungsi seperti kutikula yang melindungi terhadap gangguan

fisik, penguapan air, dan juga untuk ventilasi (pernapasan) telur. Telur-telur jenis

serangga tertentu yang diletakkan di tempat lembab dapat menyerap air dari

lingkungannya.

7

Page 8: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 7. Telur Belalang Daun

Sumber: Dina Msulida

Spermatozoa dapat masuk ke dalam telur melalui satu atau lebih saluran

khusus disebut mikropil, yang merupakan perforasi, pada korion yang terdapat di

bagian tertentu dari telur. Pembuahan telur terjadi setelah ovulasi, dimulai dengan

transfer sperma dari serangga jantan ke serangga betina di dalam sistem

reproduksinya pada waktu kopulasi.

Sperma yang ditransfer itu bebas atau dalam spermatofor. Spermatofor

biasanya diletakkan dalam bursa kopulatriks atau vagina, jarang  di dalam

spermateka. Spermatozoa, apapun kondisinya waktu ditransfer ke serangga betina

akhirnya berkumpul di spermateka. 

Proses pembuahan adalah sebagai berikut:

a. Pelepasan sejumlah spermatozoa dari spermateka.

Spermateka atau kantung sperma pada serangga betina berfungsi

memproduksi bahan likat untuk menempelkan telur.

b. Masuknya spematozoa ke dalam telur melalui mikropil (micropyle)

Mikropil adalah saluran khusus untuk memasukkan sperma kedalam sel

telur.

c. Fusi pronuklei telur dan spermatozoa menjadi zigot.

8

Page 9: Sistem Reproduksi Serangga

Penentuan kelamin (seks) pada serangga seksual tergantung dari

keseimbangan antara gen-gen sifat jantan dan gen-gen sifat betina. Pada sebagian

besar kelompok serangga jantan adalah heterogamet dan betina homogamet.

Pada serangga primitif, pejantan meletakkan spermatozoa pada suatu

substrat, kadang-kadang dilindungi oleh struktur tertentu, dan kemudian

mencumbu si betina untuk mengambil spermatozoa tersebut dan dimasukkan ke

dalam bukaan organ kelaminnya. Capung dan laba-laba memasukkan langsung

spermatozoa ke dalam struktur kopulasi sekunder, yang kemudian digunakan

untuk membuahi betina. Serangga yang lebih maju memiliki organ khusus untuk

memasukkan spermatozoa langsung ke saluran reproduksi betina.

Gambar 8. Perkawainan Serangga

Sumber:

9

Page 10: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 9. Perkawainan Serangga

Sumber:

C. Embriogenesis (Perkembangan Embrio)

Embriogenesis mencakup perkembangan sejak terjadinya zigot dan

keluarnya individu yang sudah berkembang penuh dari telur. Proses individu

keluar dari telur ini disebut penetasan atau eklosi (eclosion).  Morfogenesis adalah

perkembangan sejak terjadi zigot sampai menjadi serangga dewasa.

Embriogenesis antara kelompok-kelompok serangga beragam, ulasan umumnya

dapat disajikan sebagai berikut.

Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah blastoderm, yang terdiri dari

lapis tunggal sel-sel, yaitu blastomer. Proses terbentuknya blastomer berbeda pada

satu jenis binatang dengan jenis yang lainnya, hal ini berhubungan dengan

banyaknya bahan kuning telur di dalam telur.  Namun pada sebagian besar

serangga, telurnya mempunyai bahan kuning telur yang banyak.  Pada

kebanyakan serangga nukleus yang berfungsi dengan sitoplasmanya, berperilaku

seperti individu sel dan membelah diri (cleavage) secara mitosis.  Nukleus-

nukleus baru yang terjadi bergerak ke daerah tepi telur dan membentuk

blastoderm. Selama proses itu berlangsung, tiap nukleus membentuk sel lengkap

dengan selaput selnya.

10

Page 11: Sistem Reproduksi Serangga

Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian tetap di bagian kuning telur, atau

sebagian yang sudah di tepi kembali ke kuning telur, sel-sel ini disebut vitofag

(vitellophages) atau sel-sel kuning telur (yolk cells).  Vetelofag ini berperan dalam

pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan pengasimilasian oleh sel-sel

embrio lain.

Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel hasil

pembelahan berubah menjadi sel-sel lembaga (germ cells) yang nantinya

berkembang menjadi gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap larva tua, pupa

atau dewasa.

Setelah pembentukan blastoderm selesai, sel-sel pada satu sisi telur

berubah bentuk menjadi kolumnar (columnar) (artinya seperti tiang besar)

sepanjang garis tengah-longitodinal telur, ke arah dua sisi dari garis ini sel-sel itu

secara berurutan kurang kolumnar, akhirnya bersatu dengan sel-sel blastoderm

yang tersisa, yang cenderung menjadi pipih (sequamous). 

Daerah yang menebal dari blastoderm terdiri dari sel-sel kolumnar itu

adalah pita lembaga (germ band), yang kemudian memanjang dan berkembang

menjadi embrio. Sel-sel lain ikut dalam pembentukan selaput atau membran

ekstraembrio. 

Pada sebagian besar serangga lipatan pada daerah di luar pita lembaga

tumbuh ke arah atas pita lembaga, nantinya bertemu sepanjang garis tengah

longitudinal.  Lapis luar dan dalam dari satu lipatan bersatu dengan lapis yang

sama dan lipatan lainnya.  Lipatan dalam membentuk amnion (amnion) di

sekeliling embrio yang berkembang dan lapis luar membentuk serosa yang

mengelilingi kuning telur, ammon dan embrio.  Pada beberapa serangga selaput

ekstraembrio terbentuk dari invaginasi (Apterigota) atau involusi embrio

(Odonata, beberapa Orthoptera dan Homoptera).

Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa, terjadi juga proses

gastrulasi, yang dimulai dengan invaginasi (melekuk ke dalam) bagian bawah

(venter) pita lembaga.  Nantinya invaginasi itu mendatar ke arah keluar dan

pinggir-pinggir luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari sel-

sel (lapis dalam atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar, disebut

ektoderm. 

11

Page 12: Sistem Reproduksi Serangga

Tipe lain pembentukan lapisan dalam ialah mengendapnya pita

longitudinal bawah ke dalam kuning telur, yang kemudian tertumbuhi oleh sel-sel

pita lembaga yang tertinggal.  Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu berkembang

dari proliferasi pita lembaga.  Kemudian lapisan dalam berkembang menjadi dua

pita longitudinal lateral (mesoderm) dan untingan tengah (median strands) dengan

massa sel pada ujung anterior dan posterior.  Untingan tengah bagian massa sel di

kedua ujungnya akan menjadi endorm.

Pada tahap perkembangan ini yaitu mulai adanya mesoderm dan endorm,

terjadi alur-alur melintang sehingga embrio terbagi-bagi menjadi satu seri ruas-

ruas, 20 jumlahnya.  Segmentasi atau peruasan ini adalah proses bertahap

(gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang.  Pada saat yang

sama terjadi juga evaginasi ektoderm, yang membentuk berbagai embelan

(appendages) tubuh.  Apabila segementasi embrio itu telah sempurna dan semua

dasar-awal (rudiments) dari embelan telah terbentuk, bagian-bagian embrio yang

akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah dapat terlihat.  Setelah

pembentukan tiga lapis lembaga (germ layers) (endorm, mesoderm, ektoderm),

masing-masing berkembang lebih lanjut yang nantinya membentuk berbagai

jaringan dan organ-organ.  Proses ini disebut organogenesis.

Otot-otot, jantung dan aorta (pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ

reproduksi berasal dari perkembangan mesoderm.  Mesenteron adalah

endodermal, sedang stomodeum dan proktodeum ektodermal, otak, sistem saraf,

sistem trakea dan integumen juga ektodermal.

Gambar 10. Limfa belalang

Sumber:

12

Page 13: Sistem Reproduksi Serangga

D. Strategi Reproduksi

Serangga memiliki beberapa tipe perkembangan embrio antara lain :

a. Poliembrioni 

Setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah secara mitosis dan

menjadi beberapa sampai banyak embrio. Tipe perkembangan ini biasanya

terdapat pada Hymenoptera.

Telur pada serangga polimbrioni berbeda dari serangga non-poliembrioni,

sebagai berikut:

(1) telurnya sangat kecil

(2) tidak ada kuning telur

(3) karion, jika ada, sangat tipis dan permeabel.

b. Paedogenesis

Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang telah matang dan dapat

menghasilkan keturunan. Beberapa jenis Coleoptera memiliki perkembangan

paedogenesis.

c. Parthenogenesis

Sel telur berkembang menjadi embrio tanpa mengalami

pembuahan. Partenogenesis dapat terjadi pada serangga ovipar maupun vivipar.

Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina

memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.

Pada lebah madu hasil parthenogenesis menghasilkan lebah jantan (drone)

sedangkan jika ada fertilisasi akan menjadi lebah betina.

E. Peletakan Telur Dan Eklosi

Peletakan telur (oviposition) terjadi setelah telur matang dan terjadi

ovulasi.  Telur umumnya diletakkan di tempat-tempat yang sesuai untuk

kehidupan keturunan.  Telur dapat diletakkan dalam kelompok atau satu-satu,

tergantung spesiesnya.  Organ atau struktur untuk peletakan telur dapat terdiri dari

13

Page 14: Sistem Reproduksi Serangga

embelan-embelan khusus yang membentuk alat peletak telur atau ovipositor, atau

abdomen dimodifikasi demikian rupa sehingga dapat dijulurkan seperti tabung

sehingga berfungsi sebagai ovipositor.  Struktur ini umum disebut ovitubus dan

dapat ditemui pada trips (Thysanoptera), lalat (Diptera) dan lainnya.  Ovipositor

itu tereduksi atau tidak ada pada ordo-ordo berikut: Odonata, Plecoptera,

Mellophaga, Anoplura, Ceoleoptera dan ordo-ordo panorpoid (Mecoptera).

Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya

secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur

pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok.  Jenis-jenis Vrysopidae

(Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur

terdapat di ujung tangkai.  Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang

sembah, lipas) meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur;

dalam satu paket terdapat banyak telur.  Bahan untuk melekatkan telur atau untuk

pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).

Serangga parasitoid menggunakan ovipositornya untuk "menyuntikkan"

telurnya dalam tubuh inangnya, pada serangga akuatik telurnya diliputi oleh bahan

gelatin.  Serangga-serangga yang memarasit mamalia kerapkali meletakkan telur

pada rambut-rambut inangya.

Eklosi (eclosion) adalah proses penetasan atau keluar dari telur; kadang-

kadang diartikan sebagai munculnya imago dari fase pradewasa. Eklosi umumnya

melibatkan penegukan (swallowing) cairan amnion dan difusi udara ke dalam

telur.  Masalah pada eklosi adalah peretakan korion dan lapisan embrio lain serta

melepaskan diri dari telur.

 Retakan dapat terjadi pada permukaan telur secara tidak teratur atau pada

garis yang lemah.  Pada beberapa serangga pelemahan lapisan embrio terjadi

karena kerja ensim.  Berbagai struktur mungkin terlibat dalam meretakkan korion,

yang dapat berbentuk duri (spines) atau pundi-pundi (bladder) yang eversibel

(eversible) atau melibatkan kekuatan ekspansi dari bagian tubuh, karena kontraksi,

yang dibantu oleh penegukan cairan amnion dan udara (lihat di atas). Beberapa

serangga seperti pada Lepidoptera larva menggerigit kulit telur untuk keluar.

14

Page 15: Sistem Reproduksi Serangga

Gambar 11. Peletakan Telur Pada Belalang

Sumber:

Gambar 12. Peletakan Telur Pada Kepik

Sumber:

Gambar 13.Peletakan Telur Pada Serangga

15

Page 16: Sistem Reproduksi Serangga

Sumber:

DAFTAR PUSTAKA

Itawidiati. 2013. Makalah Anthropoda Insecta (Online) http://itawidiati22.blogspot.co.id/2013/10/makalah-arhtropoda-

insecta.html Diakses paada 1 November 2015

Kliksma. 2014. Sistem Reproduksi Serangga (Online) http://kliksma.com/2014/11/sistem- reproduksi-serangga.html Diakses paada 1 November 2015

Istiana.2015. Makalah Reproduksi serangga (Online) http://istiana93.blogspot.co.id/2015/04/makalah-reproduksi-serangga.html Diakses paada 1 November 2015

Sophianirmalida. 2010. Reproduksi Serangga (Online) http://sophianirmalida.blogspot.co.id/2010_07_01_archive.html Diakses paada 1 November 2015

16