Sistem Propulsi
-
Upload
achmad-rifai -
Category
Documents
-
view
547 -
download
3
description
Transcript of Sistem Propulsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem propulsi adalah rangakaian sistem pada kapal yang digunakan
untuk menggerakkan suatu kapal. Dalam operasinya di laut, suatu kapal harus
memiliki kemampuan untuk mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang
direncanakan. Hal ini mempunyai arti bahwa, kapal haruslah mempunyai
rancangan sistem propulsi (penggerak) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya-
gaya hambat (total resistance) yang terjadi agar memenuhi standar kecepatan
dinasnya.
Secara umum, Sistem Propulsi Kapal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama,
antara lain : (a) Motor Penggerak Utama (main engine); (b) Sistem Transmisi; dan
(c) Alat Gerak (propulsor). Ketiga komponen utama ini merupakan suatu kesatuan
yang didalam proses perencanaannya tidak dapat ditinjau secara terpisah
Kapal patroli adalah kapal yang memiliki misi untuk melindungi dan
mengawasi suatu wilayah perairan dari kegiatan kegiatan penyelundupan,
pembajakan dilaut, ilegal logging, ilegal fishing, invasi negara asing, dan aktifitas
lain yang merugikan negara. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik
maka kapal patroli harus dirancang cepat, handal,kuat, nyaman dan mempunyai
stabilitas yang tinggi merupakan prioritas utama disamping aspek-aspek teknis
operasional yang ekonomis dari segi bahan bakar, keselamatan, kenyamanan ABK
dan kelengkapan persenjataan.
Kapal Patroli harus memiliki kecepatan service yang tinggi. Sampai saat
ini permasalahan kecepatan pada kapal patroli merupakan salah satu hal yang
harus diperhatikan. Banyak riset untuk mengembangkan kapal patroli mulai dari
bentuk badan kapal sampai peralatan sistem propulsinya. Dan inilah yang menjadi
kendala utama dalam mendesain sistem propulsinya.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pemilihan system propusi pada
kapal patroli.
2
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dengan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi dari kapal patroli?
2. Apa saja jenis sistem propulsi pada kapal?
3. Apa saja jenis sistem propulsor pada kapal?
4. Bagaimana metode dalam menentukan sistem propulsi pada kapal?
5. Bagaimana sistem propulsi pada kapal patroli?
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
Ada beberapa yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui definisa dari kapal patroli.
2. Mengetahui jenis – jenis propulsi yang digunakan pada kapal.
3. Mengetahui jenis – jenis propulsor yang digunakan pada kapal.
4. Dapat menentuka metode dalam menetukan system propulsi pada kapal.
5. Menentukan sistem propulsi yang paling baik digunakan pada kapal
patroli.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI KAPAL PATROLI
Kapal patroli adalah kapal yang memiliki misi untuk melindungi dan
mengawasi suatu wilayah perairan dari kegiatan kegiatan penyelundupan,
pembajakan dilaut, ilegal logging, ilegal fishing, invasi negara asing, dan aktifitas
lain yang merugikan negara.
Contoh dari kapal patrol adalah kapal trimaran. Kapal Trimaran sebagai
kapal patroli cepat yang dimiliki oleh Indonesia, dibangun pada tahun 2010.
Trimaran merupakan kapal dengan 3 buah lambung yang terdiri dari 1 buah
mainhull dan 2 buah demihull. Kapal trimaran ini didesain dengan beberapa
variasi kecepatan guna mendukung tugasnya sebagai kapal patroli kelautan.
2.2. JENIS – JENIS SISTEM PROPULSI PADA KAPAL
Pada saat beroperasi di laut, suatu kapal harus memiliki kemampuan untuk
mempertahankan kecepatan dinas(Vs) seperti yang direncanakan. Hal ini
mempunyai arti bahwa, kapal haruslah mempunyai rancangan sistem propulsi
(penggerak) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya-gaya hambat (total
resistance) yang terjadi agar memenuhi standar kecepatan dinasnya (Masroeri &
Asianto,1999). Secara umum, Sistem Propulsi Kapal terdiri dari 3 (tiga)
komponen utama, antara lain :
Motor Penggerak Utama (Prime Mover)
Sistem Transmisi (Transmission)
Alat Gerak (Propulsor).
Gambar 2.1 Skema sistem propulsi kapal
4
Ketiga komponen utama ini merupakan suatu kesatuan yang didalam proses
perencanaannya tidak dapat ditinjau secara terpisah. Kesalahan didalam
perancangan, akan membawa ‘konsekuensi’ yang sangat besar terhadap kondisi-
kondisi sebagai berikut;
Tidak tercapainya kecepatan dinaskapal yang direncanakan.
Fuel oil consumption yang tidak efisien.
Turunnya nilai ekonomis dari operasional kapal tersebut.
Pengaruh pada tingkat vibrasi yang terjadi pada badan kapal, dsb.
Dasar perancangan sistem penggerak utama adalah merupakan koordinasi
antara prime mover dengan sistem transmisi dan propulsor. Untuk menentukan
pilihan seorang marine engineer harus mempertimbangkan beberapa kemungkinan
kombinasi permesinan (masroeri & Asianto,1999)
Didunia ini ada beberapa jenis sistem propulsi yang biasa digunakan pada
kapal. Berikut beberapa jenis sistem propulsi yang secara umum digunakan.
2.2.1 Diesel Propulsion Systems
Sistem propulsi diesel adalah sistem propulsi yang paling umum
digunakan kelautan mengubah energi mekanik dari pasukan termal. Sistem
propulsi diesel terutama digunakan di hampir semua jenis kapal bersama dengan
kapal kecil dan kapal rekreasi.
Gambar 1. Diesel Propulsion System
2.2.2 Wind Propulsion
Propulsi angin muncul sebagai alternatif untuk sistem-sistem yang
memancarkan sejumlah besar gas CO2 di atmosfer laut. Namun, penggunaan
5
propulsi turbin angin laut belum dimulai secara ekstensif dalam kapal-kapal
komersial besar.
Gambar 2. Wind Propulsion System
2.2.3 Nuclear-Powered Ships Propulsion systems
Kapal angkatan laut menggabungkan penggunaan propulsi maritim nuklir.
Menggunakan proses fisi nuklir, propulsi nuklir merupakan sistem yang sangat
kompleks yang terdiri dari reaktor air dan peralatan lainnya untuk bahan bakar
kapal. Reaktor nuklir di kapal juga digunakan untuk menghasilkan listrik untuk
kapal. Kapal dagang beberapa juga sedang direncanakan akan dibangun dengan
sistem propulsi
Gambar 3. Nuclear Propulsion System
6
2.2.4 Gas Turbine Propulsion
Gas turbin penggerak digunakan untuk angkatan laut serta non-kapal
angkatan laut. Dalam kasus kapal angkatan laut, turbin gas sistem propulsi
membantu supaya gerakan kapal lebih cepat.
Gambar 4. Gas Turbine Propulsion
2.2.5 Fuel Cell Propulsion System
Sistem propulsi sel bahan bakar menggunakan hidrogen sebagai
komponen bahan bakar utama. Listrik dibuat dalam sel bahan bakar tanpa
pembakaran apapun. Proses ini bersih sehingga telah dianggap sebagai sistem
propulsi kelautan sangat penting alternatif.
Gambar 5. Fuel Cell Propulsion
2.2.6 Biodiesel Fuel Propulsion
Biodiesel propulsi telah dianggap sebagai sistem propulsi kelautan yang
potensial untuk masa depan. Saat ini riset sedang dilakukan untuk mengetahui
7
kelebihan-kelebihan dari sistem propulsi ini yang diharapkan akan beroperasi
penuh pada tahun 2017.
2.2.7 Solar Propulsion
Propulsi surya untuk kapal yang digunakan untuk pertama kalinya pada
tahun 2008. Manfaat penggerak surya termasuk pengurangan tinggi dalam emisi
karbon dioksida beracun. Propulsions surya mampu menghasilkan kapasitansi
setinggi 40 kilowatt (kW).
Gambar 6. Solar Propulsion
2.2.8 Steam Turbine Propulsion
Uap propulsi turbin menggunakan batubara atau uap sebagai bahan bakar
untuk menggerakkan kapal. Steam turbin maritim sistem propulsi ini sangat
dimanfaatkan antara 19-an dan awal abad 20.
Gambar 7. Steam Turbine Propulsion
2.2.9 Diesel-Electric Propulsion
Dalam istilah sederhana, sistem kapal diesel-listrik propulsi menggunakan
kombinasi generator dioperasikan oleh listrik yang melekat pada motor diesel.
Teknologi ini telah digunakan sejak awal 1900-an. Pada zaman sekarang ini, kapal
8
selam dan kapal dagang menggabungkan sistem propulsi diesel-listrik untuk
sistem pendorongnya.
Gambar 8. Diesel-Electric Propulsion
2.2.10 Water-Jet Propulsion
Water-jet propulsi telah digunakan sejak tahun 1954. Keuntungan yang
paling penting dari water-jet propulsi adalah tidak menimbulkan polusi suara dan
memiliki kecepatan tinggi pada kapal.
Gambar 9. Water Jet Propulsion
2.2.11 Gas fuel or Tri Fuel Propulsion
LNG bahan bakar dimanfaatkan untuk dibakar di Mesin Utama setelah
mengadopsi beberapa modifikasi di mesin penggerak untuk mengurangi emisi dari
kapal.
Berbagai jenis sistem propulsi menawarkan keuntungan mereka sendiri
yang unik untuk kapal. Tergantung pada kebutuhan dan persyaratan, jenis terbaik
9
dari sistem propulsi kapal perlu dipasang. Sehingga kapal akan dapat menawarkan
layanan kapasitansi optimal.
Gambar 10. Gas fuel or Tri Fuel Propulsion
2.3. JENIS - JENIS PROPULSORS (ALAT GERAK KAPAL)
Propulsor adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai alat penggerak pada
kapal. Secara mendasar alat gerak kapal dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua),
yaitu alat gerak kapal yang non mekanik dan yang mekanik. Alat gerak kapal yang
nonmekanik adalah Dayung dan Layar.Sedangkan alat gerak kapal yang mekanik
banyak mengalami perkembangan adalah sebagai berikut :
1. Fixed Pitch Propeller
2. Ducted Propeller
3. Contra-rotating Propeller
4. Overlapping propeller
5. Controllable Pitch Propeller
6. Waterjet Propulsion System
7. Cyclodial Propeller
8. Paddle Wheels
9. Superconducting Electric Propulsion System
10. Azimuth Podded Propulsion System
10
2.3.1. Fixed Pitch Propellers (FPP)
Baling-baling jenis ini secara ‘tradisi’ telah membentuk basis produksinya
Baling-baling ini secara umum telah memenuhi ‘proporsi’ yang tepat
terutama jenis rancangan dan ukurannya, baik itu untuk baling-baling
perahu motor yang kecil hingga untuk kapal muatan curah hingga kapal
tangki yang berukuran besar
FPP ini adalah mudah untuk membuatnya
Gambar 15. Baling-baling jenis Fixed Pitch Propeller
2.3.2 Ducted Propeller
Baling-baling Ducted terdiri dari dua komponen, yaitu :
Saluran pipa (Duct) berbentuk seperti gelang yangmana mempunyai
potongan melintang berbentuk aerofoil, dan
Baling-baling
Keberadaan ‘saluran pipa’ (duct) akan mengurangi gaya-gaya tekanan
yang menginduced pada lambung kapal. Baling-baling jenis ini dikenal dengan
sebutan Kort Nozzles, melalui pengenalan Kort Propulsion Company’s sebagai
pemegang Hak Paten dan asosiasi dari jenis baling-baling ini. Efisiensi Baling-
Baling ditingkatkan tergantung atas beban baling-baling.
11
Gambar16. Baling-baling jenis Ducted Propeller
2.3.3 Contra-rotating propellers
Baling-baling jenis ini mempunyai dua-coaxial propellers yang dipasang
dalam satu sumbu poros, secara tersusun satu didepan yang lainnya dan berputar
saling berlawanan arah.
Baling-baling ini memiliki keuntungan hidrodinamis terhadap
permasalahan penyelamatan energi rotasional ‘slip stream’ yang mungkin akan
‘hilang’ bilamana kita menggunakan sistem ‘single screw propeller’ yang
konventional. Energi yang dapat diselamatkan sekitar 15% dari dayanya.
Baling-baling jenis ini biasanya diaplikasikan pada small outboard units
yang beroperasi pada putaran 1500 sampai dengan 2000 RPM. Untuk aplikasi
pada kapal kapal yang berukuran relatif besar terdapat permasalahan teknis yang
terkait dengan sistem perporosan yang relatif mempunyai ukuran lebih panjang.
Gambar 17. Baling-baling jenis Contra-Rotating Propellers
12
2.3.4 Overlapping Propellers
Konsep dari baling-baling ini adalah dua propeller tidak dipasang/diikat
secara coaxially, tapi masing-masing propeller memiliki sumbu poros pada sistem
perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam prakteknya, adalah sangat jarang
diaplikasikan.
Meskipun efisiensi propulsi dari sistem ini adalah lebih tinggi dari single
screw propeller, namun sistem ini sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkat
getaran dan kavitasi yang ditimbulkan.
Gambar 18. Baling-baling jenis Overlapping Propellers
2.3.5 Controllable Pitch Propellers (CPP)
Pemilihan dalam aplikasi baling-baling CPP dibandingkan dengan
penerapan FPP, adalah disebabkan oleh kebutuhan yang lebih tinggi untuk
pengaturan dalam operasional yang harus lebih fleksibel dari pada kebutuhan
efisiensi propulsi pada saat kondisi servis.
Baling-baling CPP menyediakan ekstra dalam tingkat ‘derajad kebebasan’
melalui kemampuan perubahan ‘pitch’ dari daun baling-balingnya. Hal ini
khususnya untuk kapal-kapal jenis ferries, tugs, trawlers, dan fisheries yang
membutuhkan kemampuan manouever (olah-gerak) lebih tinggi.Namun demikian,
beaya manufaktur/fabrikasinya adalah sangat tinggi serta kebutuhan beaya untuk
perawatan dan perbaikan juga relatif tinggi.
13
Gambar 19. Baling-baling jenis CPP
2.3.6 Waterjet Propulsion System
Sistem propulsi waterjet telah menjawab tentang kebutuhan akan aplikasi
system propulsi untuk variasi dari small high speed crafts, meski sesungguhnya
juga banyak kita jumpai aplikasi sistem propulsi ini pada kapal-kapal yang
berukuran relatif besar.
Prinsip operasi dari waterjet, air dihisap melalui sistem ducting oleh
internal pump yang mana terjadi penambahan energi pada air. Kemudian, air
tersebut di semprotkan ke belakang dengan kecepatan yang tinggi. Gaya dorong
(Thrust) yang dihasilkan merupakan hasil dari penambahan momentum yang
diberikan ke air. Sistem lebih disukai untuk suatu baling-baling konvensional.
Sebab suatu baling-baling konvensional mengalami cavitation pada kecepatan
sangat tinggi ( 45 knots), tetapi di dalam waterjet unit pompa mestinya tidak
terjadi kavitasi. Sistem propulsi Waterjet memiliki kemampuan untuk
meningkatkan olah-gerak kapal.
Gambar 20. Sistem Propulsi Waterjet
14
Gambar 21. Sistem Propulsi Waterjet
2.3.7. Cycloidal Propellers
Sistem Cycloidal Propellers adalah juga dikenal dengan sebutan baling-
baling poros vertikal meliputi satu set verically mounted vanes, enam atau delapan
dalam jumlah, berputar pada suatu cakram horisontal atau mendekati bidang
horisontal.
Sistem ini mempunyai keuntungan yang pantas dipertimbangkan ketika
kemampuan olah gerak dalam mempertahankan posisi stasiun kapal merupakan
faktor penting pada perencanaan kapal. Dengan aplikasi propulsor jenis ini, maka
instalasi kemudi yang terpisah pada kapal sudah tidaklah diperlukan. Sistem
memperlengkapi dengan rangka pengaman untuk membantu melindungi propulsor
tersebut dari kerusakan-kerusakan yang di sebabkan oleh sumber eksternal.
Gambar 22. Cycloidal Propeller
15
2.3.8. Paddle Wheels (Roda Pedal)
Salah satu tipe propulsors mekanik yang aplikasinya sudah jarang ditemui
saat ini. Seperti namanya, maka Paddle Wheels ini adalah suatu roda yang pada
bagian diameter luarnya terdapat sejumlah bilah/sudu-sudu yang berfungsi untuk
memperoleh momentum geraknya. Ada dua tipe bilah/sudu yang diterapkan pada
propulsors jenis ini, antara lain : fixed blades dan adjustable blades.
Pada fixed blades, sudu-sudu terikat secara mati pada bagian roda pedal
tersebut. Sehingga hasil momentum gerak dari roda pedal tidaklah begitu optimal.
Namun bila ditinjau dari aspek teknis pembuatannya adalah sangat jauh lebih
mudah daripada adjustable blades. Hal ini disebabkan oleh tingkat kompleksitas
konstruksi – adjustable blades-nya, yang mana harus mampu menjaga posisi
blades agar selalu tegak lurus terhadap arah gerak kapal.
Kelemahan teknis dari propulsors ini adalah terletak pada adanya
penambahan/perubahan lebar kapal sebagai konsekuensi terhadap penempatan
kedua roda pedal di sisi sebelah kiri dan kanan dari badan kapal. Selain itu,
keberadaan instalasi roda pedal adalah relatif berat bila dibandingkan dengan
screw propeller. Sehingga secara umum aplikasi roda pedal membawa
konsekuensi juga terhadap berat instalasi motor penggerak kapal. Kemudian
paddle-wheels ini juga rentan terhadap gerakan rolling kapal, yang mana akan
menyebabkan ‘ketidak-seimbangan’ momentum gerak yang dihasilkan. Kondisi
ini tentu akan mengakibatkan gaya dorong paddle-wheels menjadi tidak seragam
antara roda disebelah kiri dan kanan kapal, sehingga laju gerak kapal berubah
‘zig-zag’. Aplikasi yang tepat dari roda pedal ini adalah untuk perairan yang
tenang, seperti danau, sungai dan pantai.
16
Gambar 23. Paddle-Wheels
2.3.9. Super-conducting Electric Propulsion
Pada sistem ini tidak perlu disediakan propulsors (alat gerak kapal), seperti
misalnya screw propellers ataupun paddle-wheels. Prinsip dasarnya adalah
merupakan electromagnetic propulsion, yang mana dihasilkan dari interaksi antara
fixed coil didalam badan kapal dan ‘arus listrik’ yang dilewatkan melalui air laut
oleh elektrodeelektrode yang tempatkan pada bagian dasar (bottom) dari lambung
kapal.
Gaya yang dihasilkan secara orthogonal terhadap medan magnet dan arus
listrik, adalah merupakan hasil dari Fleming’s right-hand rule. Jenis Propulsion ini
mampu menekan tingkat noise dan vibration akibat propulsi hidrodinamik,
sehingga hal ini menjadikan pertimbangan tersendiri untuk aplikasi pada kapal-
kapal angkatan laut.
Satu dari masalah utama yang terjadi pada sistem propulsi ini adalah
kesulitan kesulitan teknis untuk menjaga superconducting coil di zero resistance
property, yang mana hal tersebut dibutuhkan untuk menjaga temperatur Liquid
Helium hingga mencapai -2680C.
Gambar 24. Superconducting Electric Propulsion
17
2.3.10. Azimuth Podded Propulsion System
Jenis propulsion system ini memiliki tingkat olah-gerak kapal dan efisiensi
yang tinggi, demikian juga dengan tingkat noise dan cavitation yang relatif
rendah. Saat ini pengguna terbanyak dari sistem pod units ini adalah kapal-kapal
cruise liner. Pengenalan teknologi pada aplikasi Pod Propulsion ini akan
membawa perubahan untuk penempatan unit propulsi, yang sedemikian hingga
tanpa perlu lagi mempertimbangkan susunan shaft atau space untuk motor
penggerak. Tentu saja, hal ini akan memberikan kesempatan-kesempatan baru
kepada designers kapal untuk membuat rancangan ‘ultimate hullform’.
Gambar 25. Azimuth Podded Propulsion System
18
2.4. METODE DALAM MENENTUKAN SISTEM PROPULSI KAPAL
Dalam menentukan sistem propulsi pada kapal terlebih dahulu harus
mengetahui data – data pada kapal tersebut, data tersebut antara lain :
1. Lines Plan
Untuk mengetahui tahanan lambung dan model lambung kapal.
2. Rencana Umum Dari Kapal
Untuk mengetahui space yang tersedia untuk ruang mesin dan
menentukan posisi peletakan prame mover.
3. Data Peralatan
Mendapatkan data teknis peralatan-peralatan sistem propulsi yang
ada di pasaraan.
Setelah mengetahui data utama yang diperlukan maka pada tahapan ini ada
beberapa perhitungan teknis dilakukan diantaranya:
1. Tahanan total kapal.
2. Kebutuhan power main engine.
3. Trust minimum.
4. Diemeter Propeller.
5. Diameter Shaft.
Setelah tahapan diatas selesai maka kita dapat menentukan jenis peralatan-
peralatan yang sesuai di pasaran:
1. Pemilihan Main Engine
Pemilihan main engine harus memperhatikan beberapa kreteria baik dari
segi daya, putaran, type, berat, dimensi, dan fuel oil consumption (sfoc).
2. Pemilihan Motor
Pemilihan motor harus memperhatikan beberapa kreteria seperti Daya,
Voltage, Jenis Motor, Dimensi,Putaran maupun Berat.
19
3. Menetukan Propeller
Pemilihan jenis propeller harus memperhatikan beberapa hal diantaranya
diameter, jumlah daun, pitch, dan effisiensi propeller.
Selanjutnya adalah tahapan dalam merancang sistem propulsi. Tahapan
Perancangan sistem propulsi ini ada beberapa hal yang dilakukan antara lain
menentukan:
a. Pemilihan Propeller
Menentukan Propeller dengan mempertimbangkan Type, Diameter,
Jumlah Blade Propeller, Putaran, Effisiensi Propeller
b. Pemilihan Main Engine
Menentukan Main Engine dengan mempertimbangkan Daya, Putaran,
Type, Berat , Layout, SFOC. M/E.
c. Pemilihan Gear Box & Shaft
Pemilihan Gearbox dan shaft dengan mempertimbangkan Daya ,
Reduction Ratio, Type, Berat , Layout.
2.5. SISTEM PROPULSI PADA KAPAL PATROLI TRIMARAN
2.5.1 Prime Mover
Langkah pertama dalam menetukan system propulsi kapal patroli trimaran
ini dengan meninjau terlebih dahulu dimensi dari kapal tersebut. Adapun dimensi
dari kapal patrol Trimaran adalah sebagai berikut:
Loa = 56 m
Lwl = 52,67 m
Beam = 14,63 m
Draft = 2,8m
V displ. = 308,75 m³
Wetted area = 566,8 m²
20
Cb = 0,69
Cp = 0,608
Selanjutnya adalah menentuan tahanan total pada kapal patroli. Tahanan total
pada kapal dapat dicari dengan menggunakan rumus 𝑅𝑇 =1
2 𝑥 𝐶𝑇 𝑥 𝜌 𝑥 𝑆 𝑥 𝑉𝑠
2
Diamana:
𝑅𝑇 = Tahanan total kapal
𝐶𝑇 = Coefisien Tahanan total
𝜌 = kerapatan fluida / air laut
𝑆 = luas badan kapal yang tercelup ke dalam air
𝑉𝑠 = Kecepatan kapal
Dengan menggunakan rumus diatas maka akan didapatkan hasil, pada saat
melakukan pengejaran (28 knots) akan menghasilkan tahanan sebesar 204,64 kN,
pada saat melakukan patroli (24 knots) sebesar 171,32 kN, dan pada saat
melakukan pengintaian (16 knots) sebesar 57,08 kN.
Daya yang dibutuhkan pada kapal trimaran adalah 1923,47 kW
Dengan diketahuinya nilai Daya yang dibutuhkan kapal maka kita dapat
memperkirakan prime mover yang dapat digunakan. Pertimbangan dalam memilih
prime mover hendaknya dilakukan secara teknis dan ekonomis. Secara teknis
pemilihan mesin tergantung pada type, jenis, misi, dan kondisi operasional kapal.
Penentuan urutan dari karakteristik mesin yang diutamakan untuk kapal patroli
diantaranya adalah:
1. Menentukan daya power mesin dalam bentuk Horse Power (HP) atau
kiloWatt (kW),
2. Dimensi mesin yaitu ukuran panjang, lebar dan tinggi mesin,
3. Berat mesin biasanya berat kosong (dry mass) kedalam ton atau kilogram
(kg),
4. Jenis langkah mesin yaitu 4 langkah (four stroke) atau 2 langkah (two
stroke),
5. Putaran mesin yaitu putaran mesin kedalam rotasi permenit (rpm),
21
6. Specific fuel oil consimption (sfoc) yaitu kebutuhan bahan bakar yang
diperlukan persatuan daya perjam operasi mesin (gram/kWh).
Dengan adanya pertimbangan diatas, maka kami memilih untuk menggunakan
prime mover jenis motor listrik. Motor listrik yang kami anggap sesuai adalah
sebagai berikut:
Brand Name : WILLDA
Model Number : YKK6502-4
Type : Asynchronous Motor
Frequency : 50 Hz
Output Power : 2000 kW
Input Power : 2087,68 kW
Phase : Three-phase
AC Voltage : 10kV
Place of Origin : Fujian China (Mainland)
Rated Current : 229 Ampere
Speed : 1500 RPM
22
2.5.2 Alat gerak (propulsor)
Pada kapal trimaran ini kami memilih menggunakan propulsor water jet.
Kapal water jet merupakan kapal yang dalam pengoperasiannya
menggunakan system semburan air sebagai media pendorongnya, sehingga
kapal dapat bergerak sesuai dengan kecepatan kapal yang diinginkan.
Pemilihan water jet sebagai propulsor didasarkan pada beberapa
pertimbangan diantaranya:
1. Kapal trimaran merupakan jenis kapal patrol sehingga harus memiliki
kecepatan yang tinggi
2. Kapal trimaran tidak selalu beroperasi pada perairan dalam. Sehingga
dikawatirkan akan terjadi kandas apabila menggunakan propeller.
3. Kapal trimaran harus bias melakukan maneuver dengan baik dan cepat
Sistem propulsi water jet memiliki keistimewaan yang tidak ada kaitannya dengan
efisiensi propulsinya. Adapun beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh system
propulsi water jet adalah, sebagai berikut :
• Dengan tidak terdapatnya propeller dan kemudi diluar kapal, sehingga tidak
terjadi obyek-obyek yang dapat memper besar tahanan total kapal.
• Sangat memungkinkan untuk dioperasikan di perairan yang tidak dalam /
dangkal.
• Mempunyai kemampuan akselerasi yang baik.
• Mempunyai kemampuan olah gerak kapal yang baik pada saat kecepatan kapal
yang relatif rendah.
• Mempunyai keunggulan pada saat olah gerak kapal pada kecepatan kapal yang
relatif tinggi.
23
• Penempatan suction propeller (impeller) di dalam selongsong saluran air pada
badan kapal, akan dapat mengurangi terjadinya eksitasi getaran maupunt ingkat
kebisingan pada kapal.
• Pada saat kecepatan kapal yang relatif tinggi, efisiensi propulsive dapat
diusahakan cukup tinggi sehingga dapat dibandingkan dengan system penggerak
propeller.
Setelah mempertimbangkan beberapa hal diatas kami memilih jenis water jet
melalui pertimbangan sebagai berikut:
Spesifikasi pemilihan waterjet ini dilakukan berdasarkan pada kurva yang
dikeluarkan oleh pabrikan waterjet, yaitu Wartsila.
Penentuan teknis yaitu dengan cara memotongkan garis nilai output daya kW)
dari motor listrik dengan k ecepatan dinas yang diinginkan (knots), sehingga
akan mendapatkan ukuran nozzle dari tipe waterjet yang diinginkan
Sehingga didapat spesifikasi water jet sebagai berikut:
NO Spesifikasi Water Jet
1. Merk WARTSILA Waterjet
2. Size 640
3. Length x Width x Heigth 4550 x 1400 x 1200 (mm)
]
.
24
2.5.3 Sistem transmisi.
Sistem water jet memiliki komponen – komponen utama yang sangat menentukan
kinerjanya, yang dalam pemilihannya sebagai suatu system propulsi lebih rumit
dan kompleks jika dibandingkan dengan pemilihan baling – baling (propeller).
Komponen – komponen tersebut meliputi mesin penggerak dan system
transmisinya, pompa, thrust nossel yang dilengkapi dengan deflektor, thrust
vectoring dan mekanisme pembalik, diffuser, ducting dan inlet (intake). Dalam
prosesnya, air dari lingkungan akan dihisap melalui intake sebagai lubang
pemasukan di dasar kapal, kemudian laju aliran fluida yang terhisap akan
dipercepat oleh aktuator yang biasanya berupa pompa mekanis dan selanjutnya
fluida disemburkan kelingkungan kembali malalui nossel sebagai lubang
pengeluaran yang terletak persis di atas permukaan air. Semburan air yang keluar
melalui nossel diatur oleh deflector untuk mengatur pergerakan maju atau
mundurnya kapal sesuai dengan yang diinginkan. Secara garis besar system umum
water jet dapat ditunjukkan seperti gambar dibawah ini.
Laju aliran air yang tersembur melalui lubang nossel akan menghasilkan gaya
dorong (thrust), hal ini dikarenakan adanya kenaikan kecepatan aliran yang masuk
melalui saluran untuk kemudian menyebabkan terjadinya perbedaan momentum,
sehingga dapat membuat kapal dapat bergerak. Perhatian yang utama dari system
water jet adalah keseimbangan antara gaya dorong yang dibutuhkan untuk
mendorong kapal sehingga dapat bergerak maju sesuai dengan kecepatan yang
direncanakan dengan gaya dorong sesungguhnya yang diberikan oleh sistem water
jet.
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kapal trimaran merupakan salah satu jenis kapal patroli cepat yang dimiliki
Indonesia. Melalui analisa dan beberapa pertimbangan kami melakukan pemilihan
sistem propulsi pada kapal trimaran sebagai berikut:
1. Kapal trimaran dengan ukuran loa: 56 meter ini menggunakan Prime
mover motor listrik dengan daya engine sebesar 2000 kw
2. Kapal ini menggunakan propulsor Water jet karena membutuhkan
kecepatan yang tinggi dan maneuver yang cepat dengan ukuran 640
26
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Suryo. (2006) Pengenalan Sistem Propulsi Kapal ( internet )
oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=93
Sharda. (2011) Different Types of Marine Propulsion Systems Used in the
Shipping World ( internet ) http://www.marineinsight.com/tech/main-
engine/different-types-of-marine-propulsion-systems-used-in-the-
shipping-world/
Kang, KJ:Lee, CJ:Kim, S.Y. 2004. Design and Hydrodynamic of a Frigate Class
Trimaran. Design & Operation of Trimaran Ship. Hal 185
Harington, Roy L. 1992. Marine Engineering Hal. 246