SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. ·...

67
SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM Studi pada Petani Garam di Desa Genengmulyo, Juwana, Pati, Jawa Tengah SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Siti Rohana NIM 3201414073 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. ·...

Page 1: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

i

SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN

PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM

Studi pada Petani Garam di Desa Genengmulyo,

Juwana, Pati, Jawa Tengah

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Siti Rohana

NIM 3201414073

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

ii

Page 3: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

iii

Page 4: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

iv

Page 5: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tiada hasil tanpa usaha dan do‟a

Keep fighting, smiling, and charming!

PERSEMBAHAN

1. Universitas Negeri Semarang, almamaterku yang selalu kubanggakan.

2. Kedua orangtua yaitu Bapak Rustam (alm), Bapak Ahmad Sudarji dan Ibu

Samiyati yang selalu mendukung dan mendoakan selama masa studi saya.

3. Kedua adikku yaitu Teguh Irawan dan Bayu Andik Setiawan yang selalu

menjadi motivasi agar selalu semangat dalam melakukan segala hal.

4. Bapak Ahmad Sirad dan Ibu Endang Suharyati serta keluarga yang selalu

mendukung dan mendoakan selama masa studi saya.

5. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar

dapat menyelesaikan masa studi dengan baik.

6. Sahabat-sahabat sepermainan, teman-teman kos, dan teman-teman se-dosen

pembimbing yang selalu memberikan bantuan dan selalu mendukung selama

masa studi.

7. Keluarga Bapak Mu‟in yang membantu selama proses penelitian.

Page 6: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

vi

SARI

Rohana, Siti. 2018. Sistem Pewarisan dan Keberlanjutan Usaha Tambak Garam

Studi Pada Petani Garam Desa Genengmulyo. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas

Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Juhadi, M.Si.

Kata Kunci: Sistem Pewarisan, Keberlanjutan, Pengelolaan Usaha Tambak

Garam

Indonesia adalah negara maritim yang mempunyai wilayah pantai luas

dan berpotensi dalam produksi garam dengan luas tambak 20.151 Ha. Meskipun

demikian, Indonesia masih mengimpor untuk memenuhi kebutuhan garam dalam

negeri. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor

alam, sistem pengelolaan, dan petani garam. Penelitian ini melihat dalam

perspektif sistem pewarisan dan keberlanjutan karena adanya indikasi bahwa

sistem pewarisan pada petani garam terputus dengan tujuan untuk mengetahui

sistem dan mekanisme pewarisan serta keberlanjutan pengelolaan usaha tambak

garam oleh petani di Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati

sebagai salah satu daerah penghasil garam terbesar di Jawa Tengah dengan

produksi sebesar 116.274,94 ton pada tahun 2017.

Populasi dalam penelitian ini yaitu petani penguasa lahan tambak garam

yang berjumlah 92 orang yang terdiri dari penguasa lahan Bondo Deso

(kepemilikan desa), Norowito (kepemilikan kolektif), dan kepemilikan pribadi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran yaitu kuantitatif untuk

mengumpulkan data instrumen angket dan kualitatif untuk mengumpukan data

instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara,

studi dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif

kualitatif dan deskriptif kuantitatif menggunakan skala likert kemudian diagram

layang-layang (diagram kite) untuk mengetahui keterkaitan antara variabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pewarisan yang digunakan

yaitu partible inheritance (pewarisan yang melibatkan lebih dari satu ahli waris).

Sistem dan mekanisme pewarisan yang digunakan yaitu lahan dijual 36,11%,

termasuk keberlanjutan rendah dan lahan dibagi 63,89%, termasuk keberlanjutan

sedang. Pewarisan nilai pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan didapat

secara otodidak dan turun temurun dari orangtua (pewarisan verikal). Pengelolaan

usaha tambak garam pada, aspek ekologi sesuai untuk lahan tambak termasuk

keberlanjutan; aspek sosial, usaha tambak garam melibatkan penduduk sebesar

66,67% termasuk cukup berkelanjutan; aspek ekonomi, kesejahteraan petani

penguasa lahan yang memperkerjakan petani penggarap sebesar 58,33% termasuk

cukup berkelanjutan; dan aspek budaya, usaha tambak garam tidak bertentangan

dengan norma dan nilai sosial dengan persentase 88,89% termasuk berkelanjutan.

Saran, sistem pewarisan yang diterapkan petani garam dapat dilakukan

secara bersama agar pengelolaan usaha tambak lebih optimal karena tenaga,

modal, dan bahan baku lebih efisien. Keseimbangan antara aspek ekologi, aspek

sosial, aspek ekonomi, dan aspek budaya supaya tetap dipertahankan oleh

masyarakat desa khususnya petani garam.

Page 7: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

vii

ABSTRACT

Rohana, Siti. 2018, Inheritance System and Sustainability of Salt Pond Business

Studies in Salt Farmers in Genengmulyo Village. Final Project. Department of

Geography. Faculty of Social Science. Semarang State University. Advisor Dr.

Juhadi, M.Si.

Keywords: Inheritance System, Sustainability, Salt Farmers

Indonesia is a maritime country that has a vast coastal area and the

potential to produce salt with 20.151 Ha area ponds. Even, Indonesia still imports

to fulfill domestic salt needs. This can be caused by various factors, including

natural factors, management systems, and salt farmers. This research looks at

inheritance system and sustainability perspective because there arre indications

the inheritance system in salt farmers is broken with the aim of knowing the

inheritance system and mechanism and the sustainability of the management salt

farms by farmers in the Genengmulyo Village, Juwana District, Pati Regency as

one of the largest salt producing regions in Central Java with a production of

116,274 94 tons in 2017.

The population in this study were 92 farmers who ruled salt ponds

consisting of the rulers of Bondo Deso (village ownership), Norowito (collective

ownership), and private ownership. This study uses a mixed approach that is

quantitative to collect questionnaire, and qualitative instrument to collect

interview instrument. Methods of this research are questionnaire methods,

interview methods, documentation study methods, and observation methods. The

data analysis technique uses descriptive qualitative and quantitative descriptive

using a Likert Scale then a kite diagram (kite diagram) to determine the

relationship between variables.

The results showed that inheritance systems are used partible inheritance.

The inheritance system and mechanism used is land for sale 36,11%, including

low sustainability and land divided by 63.89%, including moderate sustainability.

Inheritance values of attitudes, knowledge, and self-acquired and hereditary skills

from parents (vertical inheritance). Management of salt farms on ecological

aspects suitable for ponds including sustainability; social aspect, salt farm

business involves a population of 66.67% including quite sustainable; economic

aspects, the welfare of farmers who control the land who employ tenant farmers is

58.33%, including quite sustainable; and cultural aspects, salt farm business does

not conflict with social norms and values with a percentage of 88.89% including

sustainability.

Suggestion, the inheritance system applied by salt farmers can be done

together so that the management of the pond business is more optimal because

energy, capital and raw materials are more efficient. The balance between

ecological aspects, social aspects, economic aspects, and cultural aspects must be

maintained by rural communities, especially salt farmers.

Page 8: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Sistem Pewarisan dan Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak Garam

Studi Pada Petani Garam Desa Genengmulyo Kecamatan Juwana Kabupaten

Pati”. Penulis meyakini sepenuhnya bahwa skripsi tidak dapat diselesaikan tepat

waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin meyampaikan terimakasih

kepada:

1. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dan perizinan skripsi

sehingga peneliti menyelesaikan skripsi,

2. Dr. Juhadi, M.Si., Dosen Pembimbing yang selalu memberikan pembelajaran,

pengarahan dan menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing

dan menasehati sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi,

3. Dr. Eva Banowati, M.Si., Dosen Penguji I yang telah menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk menguji dan memberikan masukan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi,

4. Drs. Sriyono, M.Si., Dosen Penguji II yang telah menyediakan waktu, tenaga,

dan pikiran untuk menguji dan memberikan masukan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi,

5. Teman-teman Pendidikan Geografi 2014 yang telah mendoakan, memberi

semangat dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi,

Page 9: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

ix

6. Fandhori, Kepala Desa Genengmulyo dan jajaran perangkat desa yang telah

membantu dan memberikan perizinan penelitian,

7. Sunarto, Ketua Kelompok Petani Garam yang telah memberikan bantuan

selama proses penelitian sehingga penulis dapat dapat meyelesaikan

penyusunan skripsi,

8. Warga Desa Genengmulyo khususnya petani garam yang telah meluangkan

waktu untuk mengisi angket yang diberikan penulis dalam proses

pengumpulan data.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

dijadikan sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

Semarang, Desember 2019

Penyusun

Page 10: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

x

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ ii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................. iii

PERNYATAAN .......................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... v

SARI............................................................................................................................ vi

ABSTRACT ............................................................................................................... vii

PRAKATA ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................7

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................................7

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................................................7

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 8

1.5. Batasan Istilah ...........................................................................................................8

1.5.1. Sistem Pewarisan .................................................................................... 9

1.5.2. Sistem Keberlanjutan .............................................................................. 9

1.5.3. Pengelolaan Usaha Tambak Garam ...................................................... 10

1.5.4. Petani Tambak Garam .......................................................................... 10

1.5.5. Generasi Muda ...................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ........................... 11

2.1. Deskripsi Teoritis ...................................................................................................11

2.1.1. Sistem Pewarisan .................................................................................. 11

Page 11: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

xi

2.1.2. Sistem Keberlanjutan ............................................................................ 15

2.1.3. Pengelolaan ........................................................................................... 20

2.1.4. Usaha Tambak Garam .......................................................................... 26

2.1.5. Petani Tambak Garam .......................................................................... 34

2.1.6. Generasi Muda ...................................................................................... 36

2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Relevan ................................................................37

2.3. Kerangka Berpikir ..................................................................................................44

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 46

3.1. Tempat Penelitian ...................................................................................................46

3.2. Populasi Penelitian .................................................................................................46

3.3. Sampel dan Teknik Sampling ...............................................................................46

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................................48

3.4.1. Sistem dan Mekanisme Pewarisan Pengelolaan Usaha Tambak

Garam.................................................................................................... 48

3.4.2. Sistem Keberlanjutan Usaha Tambak Garam....................................... 50

3.5. Alat Dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................................51

3.5.1. Kuesioner .............................................................................................. 52

3.5.2. Observasi .............................................................................................. 52

3.5.3. Wawancara............................................................................................ 52

3.5.4. Studi Dokumentasi................................................................................ 52

3.6. Validitas dan Reliabilitas Data .............................................................................53

3.6.1. Validitas Data ....................................................................................... 53

3.6.2. Reliabilitas Data.................................................................................... 53

3.7. Teknik Analisis Data...............................................................................................54

3.7.1. Deskriptif kualitatif............................................................................... 54

3.7.2. Deskriptif kuantitatif............................................................................. 55

3.7.3. Diagram Layang (Diagram Kite).......................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................... 60

4.1. Gambaran Umum Desa Genengmulyo ................................................................60

4.1.1 Letak Astronomis dan Administrasi Desa Genengmulyo..................... 60

4.1.2 Penggunaan Lahan Desa Genengmulyo ............................................... 61

4.1.3 Kondisi Alam Desa Genengmulyo ....................................................... 62

4.1.4 Kondisi Demografis Desa Genengmulyo ............................................. 63

Page 12: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

xii

4.2. Sistem dan Mekanisme Pewarisan Pengelolaan Usaha Tambak Garam..........63

4.2.1 Sistem dan Mekanisme Pewarisan........................................................ 63

4.2.2 Pewarisan Material ............................................................................... 65

4.2.3 Pewarisan Non Material........................................................................ 69

4.3. Sistem Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak Garam................................70

4.3.1 Aspek Ekologis ..................................................................................... 70

4.3.2 Aspek Sosial ......................................................................................... 81

4.3.3 Aspek Ekonomi..................................................................................... 89

4.3.4 Aspek Budaya ....................................................................................... 93

4.4. Generasi Penerus ....................................................................................................97

4.5. Tingkat Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak Garam .............................99

4.6. Pembahasan ...........................................................................................................101

BAB V PENUTUP................................................................................................... 124

5.1. Simpulan ................................................................................................................124

5.2 Saran ……………………………………………………………………………..…..........125

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 126

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 131

Page 13: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 2.1 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................40

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Petani Penguasa Lahan Tambak Garam ..............................48

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran ........................................................................................57

Tabel 3.3 Matrik Proposal Skripsi ................................................................................58

Tabel 4. 1 Luas Penggunaan Lahan Di Desa Genengmulyo.........................................61 Tabel 4. 2 Sistem Pewarisan Petani Penguasa Lahan Desa Genengmulyo...................64 Tabel 4. 3 Asal Perolehan Lahan Petani Penguasa Lahan Garam ................................66 Tabel 4. 4 Asal Perolehan Modal Petani Penguasa Lahan Garam ................................67 Tabel 4. 5 Asal Perolehan Baku Petani Penguasa Lahan Di Desa Genengmulyo ........68 Tabel 4. 6 Hasil Pengolahan Data Pewarisan Material .................................................69 Tabel 4. 7 Klasifikasi Keberlanjutan Pewarisan Material .............................................69 Tabel 4. 8 Pewarisan Non Material Petani Penguasa Lahan.........................................70 Tabel 4. 9 Kualitas Air Laut Pantai Utara Jawa Tengah ...............................................73 Tabel 4. 10 Curah Hujan Kecamatan Juwana Tahun 2008-2017..................................74 Tabel 4. 11 Jumlah Hari Hujan Desa Genengmulyo Tahun 2008-2017 .......................76 Tabel 4. 12 Suhu Udara Desa Genengmulyo Tahun 2008-2017 ..................................78 Tabel 4. 13 Cuaca Dan Iklim Desa Genengmulyo........................................................78 Tabel 4. 14 Tekstur Tanah Tambak Garam Kecamatan Juwana ..................................79 Tabel 4. 15 Parameter Tanah Kecamatan Juwana ........................................................80 Tabel 4. 16 Hasil Pengolahan Data Aspek Ekologi Desa Genengmulyo .....................81 Tabel 4. 17 Keterlibatan Penduduk Dalam Usaha Tambak Garam ..............................82 Tabel 4. 18 Jumlah Petani Penggarap Lahan Tambak Garam ......................................83 Tabel 4. 19 Perencanaan Usaha Tambak Garam Desa Genengmulyo ..........................84 Tabel 4. 20 Pembuatan Garam Desa Genengmulyo .....................................................85 Tabel 4. 21 Pemanenan Garam Desa Genengmulyo.....................................................85 Tabel 4. 22 Sistem Pemasaran Petani Penguasa Lahan Garam Desa Genengmulyo ....87 Tabel 4. 23 Pengelolaan Usaha Tambak Garam Pada Aspek Sosial ............................88 Tabel 4. 24 Hasil Pengolahan Data Aspek Sosial Desa Genengmulyo ........................89 Tabel 4. 25 Klasifikasi Tingkat Pendapatan Petani Tambak Garam ............................90 Tabel 4. 26 Tingkat Pendapatan Petani Garam Desa Genengmulyo ............................90 Tabel 4. 27 Tingkat Pendidikan Petani Penguasa Lahan Desa Genengmulyo .............91 Tabel 4. 28 Luas Lahan Petani Penguasa Lahan Tambak Garam Desa Genengmulyo

92 Tabel 4. 29 Sistem Pemasaran Hasil Garam Desa Genengmulyo ..........................92 Tabel 4. 30 Hasil Pengolahan Data Aspek Ekonomi Desa Genengmulyo ...................93 Tabel 4. 31 Institusi Lokal Di Desa Genengmulyo .......................................................94 Tabel 4. 32 Tradisi Lokal Di Desa Genengmulyo ........................................................95 Tabel 4. 33 Teknologi Usaha Tambak Garam Desa Genengmulyo..............................96 Tabel 4. 34 Hasil Pengolahan Data Aspek Budaya Desa Genengmulyo ......................97 Tabel 4. 35 Generasi Penerus Petani Penguasa Lahan Garam Di Desa Genengmulyo 98

Tabel 4. 36 Tingkat Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak Garam Desa

Genengmulyo .............................................................................................99

Page 14: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir ........................................................................45

Gambar 4. 1 Peta Penggunaan Lahan Desa Genengmulyo Tahun 2018........................62

Gambar 4. 2 Diagram Alir Sistem dan Mekanisme Pewarisan Usaha Tambak Garam64

Gambar 4. 3 Proses Pelelangan Lahan Tambak Garam Desa Genengmulyo ...............66

Gambar 4. 4 Pesisir Pantai Desa Genengmulyo ............................................................71

Gambar 4. 5 Peta Citra Satelit Kecamatan Juwana Tahun 2018 ...................................72

Gambar 4. 6 Grafik Curah Hujan Desa Genengmulyo Dalam 10 Tahun ......................75

Gambar 4. 7 Grafik Hari Hujan Desa Genengmulyo Dalam 10 Tahun .........................77

Gambar 4. 8 Petani Garam Memanen Garam ................................................................86

Gambar 4. 9 Penjualan Garam dilakukan Secara Bersama oleh Petani Garam .............88

Gambar 4. 10 Alat Pemompa Air Laut, Kincir Angin dan Mesin Diesel ......................96

Gambar 4. 11 Diagram Layang Tingkat Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak

Garam......................................................................................................100

Page 15: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1 Tabel Penentuan Jumlah Sampel Dan Michael .................................... 132

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................................. 133

Lampiran 3 Instrumen Wawancara .......................................................................... 135

Lampiran 4 Instrumen Kuesioner............................................................................. 137

Lampiran 5 Instrumen Wawancara ......................................................................... 140

Lampiran 6 Panduan Studi Dokumentasi................................................................ 143

Lampiran 7 Karakteristik Responden Petani Penguasa Lahan Bondo Deso........... 144

Lampiran 8 Karakteristik Responden Petani Penguasa Lahan Norowito ................ 145

Lampiran 9 Karakteristik Responden Petani Penguasa Lahan Milik Pribadi .......... 146

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Instrumen Wawancara ......................................... 147

Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner........................................... 150

Lampiran 12 Hasil Reliabilitas Alat........................................................................ 152

Lampiran 13 Instrumen Angket Petani Penguasa Lahan Bondo Deso .................... 153

Lampiran 14 Instrumen Angket Petani Penguasa Lahan Norowito......................... 155

Lampiran 15 Instrumen Angket Petani Penguasa Lahan Milik Pribadi................... 157

Lampiran 16 Instrumen Wawancara Pewarisan Non Material Desa Genengmulyo

158 Lampiran 17 Instrument Wawancara Sistem Keberlanjutan Desa Genengmulyo..

160 Lampiran 18 Sistem Pewarisan Material Petani Penguasa Lahan ................... 165

Lampiran 19 Sistem Keberlanjutan Aspek Ekonomi Petani Penguasa Lahan......... 169

Lampiran 20 Karakteristik Petani Penguasa Lahan ................................................. 173

Lampiran 21 Foto Dokumentasi Lapangan.............................................................. 175

Lampiran 22 Alur Proses Pembuatan Garam........................................................... 177

Page 16: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya

merupakan lautan dan mempunyai banyak potensi ekonomi yang bersumber dari

kekayaan laut, seperti: perikanan, pariwisata, minyak bumi, dan garam. Indonesia

sebagai negara kepulauan dengan total pulau sebanyak 17.508 pulau, total luas

laut sebesar 3.257.357 km², dan garis pantai yang panjangnya hampir 100.000 km

(KKP, 2011), mempunyai potensi besar dengan sumber daya alam melimpah

terutama dalam hal produksi garam. Garam merupakan salah satu kebutuhan

pokok untuk pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia yang bersumber

dari kekayaan laut. Lahan garam rakyat seluruhnya tersebar dan terkonsentrasi di

6 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Nusa

Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur sedangkan lahan PT. Garam berada di

daerah Madura, Jawa Timur (Puska PDN, 2011). Indonesia mempunyai garis

pantai yang panjang, namun tidak semua pantai di Indonesia dapat berpotensi

sebagai lahan garam, hanya pantai yang memenuhi syarat yang dapat

dimanfaatkan sebagai lahan garam. Luas lahan garam potensial dari seluruh pantai

di Indonesia yaitu 34.100 Ha, sedangkan luas lahan garam produktif yaitu 20.151

Ha. Luas lahan garam produktif tersebut menghasilkan jumlah produksi garam

pada musim normal (5 bulanan) sebesar 1.260.000 ton (Kementerian

Perindustrian, 2009).

Page 17: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

2

Potensi lahan tambak garam di Indonesia tidak dapat dikelola dengan

baik sehingga berdampak pada ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan garam

nasional dari dalam negeri, oleh karena itu pemerintah melakukan kebijakan

impor garam untuk memenuhi kebutuhan garam (Prasetyo, 2016:2).

Ketidakmampuan tersebut dipengaruhi oleh hambatan dan faktor yang menjadi

permasalahan dalam produksi garam. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

garam dibedakan menjadi tiga, yaitu iklim, usaha tambak garam, dan petani

garam. Pertama, faktor iklim sangat mempengaruhi dalam produksi garam karena

masih bergantung pada sinar matahari sehingga hanya berproduksi saat musim

kemarau. Panjang pendeknya musim kemarau mempengaruhi jumlah produksi

garam yang dihasilkan. Kebutuhan garam di Indonesia meningkat seiring

bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya jumlah industri garam yang

berbanding terbalik dengan jumlah produksi garam yang relatif tetap (BIG, 2010).

Apabila dibandingkan antara kebutuhan nasional dan kemampuan produksi maka

produksi nasional hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi saja (Adiraga,

2013; Adiraga dan Setiawan, 2014). Kedua, faktor usaha tambak garam memiliki

hambatan antara lain (1) keterbatasan daya dukung produksi dan pola pengelolaan

masih tradisional, (2) permodalan luas garam yang tidak mudah karena tidak

semua pantai berpotensi sebagai lahan garam, (3) mutu air laut sebagai bahan

baku pembuatan garam semakin buruk, (4) sistem dan mekanisme pemasaran

kurang menjanjikan sehingga kurang menarik, dan (5) kebijakan importasi tidak

menguntungkan bagi petani garam (KKP, 2005). Ketiga, faktor petani garam

memiliki hambatan antara lain (1) jumlah petani garam semakin berkurang karena

Page 18: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

3

generasi muda kurang tertarik dengan usaha tambak garam, (2) sistem penguasaan

lahan tambak garam yang dapat mempengaruhi intensitas pengelolaan, dan (3)

kelembagaan dalam produksi garam rakyat di masyarakat masih lemah.

Berdasarkan data perkembangan produksi, kebutuhan, dan impor garam

nasional dari tahun 2011 sampai tahun 2017 menunjukkan bahwa kebutuhan

garam mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 sebesar 3.200.000 ton,

tahun 2012 sebesar 3.300.000 ton, tahun 2013 sebesar 3.600.000 ton, tahun 2014

sebesar 3.900.000 ton, tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar 3.400.000 ton, dan

tahun 2017 sebesar 4.200.000 ton. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah

produksi yang dihasilkan dari dalam negeri yang hanya dapat memenuhi setengah

dari kebutuhan garam nasional bahkan pada tahun 2016 produksi garam hanya

200.000 ton. Jumlah kebutuhan garam nasional tahun 2011 sampai tahun 2017

jika dijumlah seluruhnya yaitu 25.000.000 ton, sedangkan jumlah produksi hanya

sebesar 9.000.000 ton. Hal ini menyebabkan pemerintah mengimpor garam

sebesar 15.300.000 ton untuk menutupi kebutuhan garam nasional (Kementerian

Perdagangan, 2018).

Pada awal dekade 1930-an saat pemerintahan Belanda di Indonesia, stok

garam begitu berlimpah sehingga pemerintah terpaksa membatasi produksi garam

dan menutup lahan-lahan garam yang baru dibuka, dan sekitar seperlima dari

tambak garam pribumi dibeli oleh pemerintah. Pengurangan ini menimbulkan

akibat radikal pada kesempatan kerja dan kesejahteraan di pulau yang tidak subur

dan kelebihan penduduk. Situasi bertambah parah selama tahun-tahun depresi

ekonomi, ketika permintaan terhadap garam menurun drastis. Indonesia mulai

Page 19: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

4

mengimpor garam pertama kali pada tahun 1990-an untuk memenuhi kebutuhan

industri dan kelangkaan stok garam akibat dampak anomali cuaca. Kebijakan

impor tersebut berlangsung hingga sekarang karena usaha garam rakyat tidak

mampu memenuhi kebutuhan garam nasional (Fajariyah dan Sumarno,

2016:1099).

Kabupaten Pati merupakan wilayah agraris dan wilayah pesisir yang

sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, dan terkenal

sebagai produsen garam. Ironisnya sekarang daerah penghasil garam terbesar di

Jawa Tengah (Pati), justru mengimpor garam dari luar negeri untuk mencukupi

kebutuhan garam karena di daerah Pati terdapat/berkembang berbagai industri

rakyat yang unsurnya berbahan baku garam. Menurut Marihati (2011, Winarsih et.

al., 2014:89) di Jawa Tengah terdapat 60 industri menengah ke bawah yang

membutuhkan garam rakyat untuk memenuhi persyaratan bahan baku, dan

sebagian besar garam produksi di Jawa Tengah (Pati) tidak memenuhi standart

SNI dan masih menggantungkan impor garam setiap bulan.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati (2017) mencatat produksi

garam di Kabupaten Pati sebesar 116.274,94 ton, yang tersebar di 4 kecamatan

wilayah pesisir yaitu wilayah Kecamatan Batangan, Wedarijaksa, Trangkil dan

Juwana. Luas lahan tambak garam di Kabupaten Pati tercatat 2.838,101 Ha.

Kabupaten Pati merupakan produsen garam terbesar di Jawa Tengah dan urutan

ketiga di Indonesia. Dinas Perindustrian Kabupaten Pati (2014) menyatakan

bahwa garam di Kabupaten Pati dulu menguasai pangsa skala nasional, tetapi

hanya mampu mensuplay 44% kebutuhan garam di Jawa Tengah, bahkan pada

Page 20: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

5

tahun 2013 industri garam di kabupaten Pati kalah bersaing dengan industri garam

lain karena beberapa perusahaan tidak memenuhi kualitas garam yang baik.

Kecamatan Juwana merupakan salah satu dari empat kecamatan di Kabupaten Pati

yang dapat memproduksi garam. Terdapat 4 desa yang memproduksi garam yang

letaknya di daerah pesisir yaitu Desa Bakaran Kulon, Desa Agungmulyo, Desa

Langgenharjo, dan Desa Genengmulyo. Luas lahan produksi di Kecamatan

Juwana yaitu 1.229,63 Ha dengan jumlah produksi yaitu 21.744,74 ton pada tahun

2017.

Produksi pertanian yang dijalankan para petani (termasuk petani tambak

garam) akan berpijak pada sistem produksi (ways of production). Sebagaimana

dikemukakan Shanin (Fadjar dkk, 2008:212) sebuah sistem produksi akan

mencakup: 1) kekuatan produksi (force of production) yang akan mempengaruhi

produktivitas, dan 2) hubungan sosial produksi (relation of production) yang akan

membentuk struktur sosial dalam penguasaan kekuatan produksi. Banowati dan

Sriyanto (2013) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi

dalam produksi pertanian yaitu faktor genetik, faktor alam/lingkungan, faktor

tenaga kerja, faktor modal, dan faktor managemen. Berdasarkan lima faktor

tersebut, terdapat empat faktor yang mempengaruhi dalam pertanian tambak

garam yaitu faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal, dan faktor

managemen.

Hambatan yang telah dijelaskan di atas seharusnya dapat diatasi dengan

sistem pengelolaan usaha tambak garam disesuaikan dengan cara adaptasi yang

benar dan didukung dengan teknologi modern. Kualitas air laut tidak menjadi

Page 21: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

6

faktor utama yang mempengaruhi rendahnya produktivitas garam. Pengolahan

produksi yang benar dan cara adaptasi terhadap hambatan tersebut dapat

mengurangi resiko rendahnya produktivitas garam. Berdasarkan faktor petani

garam, generasi muda cenderung tidak tertarik lagi dengan pertanian khususnya

pertanian tambak sehingga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah petani

tambak garam. Hal ini dapat dikarenakan teknologi dan pendidikan semakin

berkembang sehingga generasi muda lebih tertarik dalam bidang tersebut. Usaha

tambak garam tidak menjadi komoditas yang menarik bagi mereka. Tenaga kerja

pertanian semakin tidak ada peminat dan sulit untuk dicari karena pendidikan

formal menjadi lebih utama bagi generasi muda terutama bagi petani tambak

garam yang mempunyai kecukupan materi.

Pendidikan dan pengalaman dapat mempengaruhi kemampuan

pengetahuan dan keterampilan generasi muda jika ingin meneruskan usaha

tambak garam. Inovasi-inovasi baru dibutuhkan dalam usaha tambak garam agar

kualitas dan kuantitas produksi garam semakin baik. Aturan kerja tetap harus

dipertahankan dan tidak boleh dikesampingkan agar cara dan kebiasaan

pengolahan maupun pengelolaan dapat berkelanjutan baik dalam aspek alam,

sosial, ekonomi dan budaya. Teknologi yang tradisional dapat dikombinasikan

dengan teknologi yang lebih modern untuk meningkatkan produksi

garam.Berdasarkan permasalahan dan data yang telah dikumpulkan di atas,

peneliti akan melakukan penelitian tentang sistem pewarisan dan keberlanjutan

pengelolaan usaha tambak oleh petani garam dari generasi ke generasidengan

judul, “Sistem Pewarisan dan Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak Garam

Page 22: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

7

Studi pada Petani Garam di Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten

Pati”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan

penelitian ini adalah “bagaimana sistem dan mekanisme pewarisan serta

keberlanjutan pengelolaan usaha tambak garam oleh petani di Desa

Genengmulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dilakukan penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui sistem dan mekanisme pewarisan pengelolaan usaha tambak

garam oleh petani di Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana.

2. Mengetahui sistem keberlanjutan pengelolaan usaha tambak garam oleh petani

di Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan dan hasil

penelitian dipergunakan pada penelitian sejenis sebagai bahan referensi tambahan

tentang pertanian khususnya pertanian tambak garam.

Page 23: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

8

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti serta dapat digunakan sebagai referensi atau pijakan dalam

melakukan penelitian atau kajian berikutnya, khususnya tentang pertanian tambak

garam.

1.4.2.2 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan

kepada masyarakat mengenai pertanian khususnya tambak garam sehingga

diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan usaha tambak garam.

1.4.2.3 Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan usaha garam rakyat melalui

penyuluhan kepada petani garam dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas

produksi garam.

1.5. Batasan Istilah

Batasan Istilah merupakan batasan dasar sebagai acuan dalam proses

penelitian. Tujuannya yaitu agar dalam melaksanakan penelitian diperoleh

pengertian yang sama dan berkaitan dengan sistem pewarisan pengelolaan usaha

tambak garam oleh petani garam di Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana, serta

untuk menghindari perbedaan presepsi. Berikut ini beberapa batasan istilah yang

digunakan dalam penelitian ini:

Page 24: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

9

1.5.1. Sistem Pewarisan

Sistem pewarisan yaitu seperangkat aturan kerja yang digunakan dalam

situasi dan lokasi tertentu yang lebih bersifat khusus dalam setiap pergantian

generasi tua oleh seorang anggota dari generasi baru. Regenerasi dapat

mengancam keberadaan rumah tangga petani jika susunan yang lama berubah.

Oleh karena itu, kita melihat ada institusi-institusi khusus yang mengatur

pergantian itu, yakni institusi warisan. Institusi warisan sangat penting artinya

dalam mengatur peralihan sumberdaya-sumberdaya dan penguasaan dari generasi

tua ke generasi muda (Juhadi, 1995). Sistem pewarisan yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu seperangkat aturan kerja dan nilai-nilai yang digunakan dalam

pewarisan pengelolaan usaha tambak petani garam dari generasi ke generasi

melalui suatu mekanisme yang meliputi pewarisan material dan pewarisan non

material. Mekanisme yang dimaksud adalah bagaimana aturan itu diterapkan oleh

petani. Pewarisan material meliputi lahan tambak garam, modal, dan bahan baku

produksi. Pewarisan non material berupa aspek pengetahuan, aspek sikap, dan

aspek keterampilan.

1.5.2. Sistem Keberlanjutan

Menurut Conway (1986, Juhadi, 1995:30), dalam ekologi pertanian

(agroesystem), sistem berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu

sistem dalam mempertahankan produktivitasnya, walaupun sistem itu banyak

mengalami gangguan. Sistem berkelanjutan yang dimaksudkan dalam penelitian

ini yaitu sistem keberlanjutan pengelolaan usaha tambak garam ditinjau dari aspek

ekologi, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek budaya.

Page 25: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

10

1.5.3. Pengelolaan Usaha Tambak Garam

Terry (1992) mengemukakan pengelolaan adalah pemanfaatan sumber

daya manusia ataupun sumberdaya lainnya yang dapat diwujudkan dalam kegiatan

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating),

dan pengawasan (controlling) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengelolaan

yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengelolaan tentang usaha tambak

garam yang terdiri dari perencanaan usaha tambak garam, proses pembuatan

garam, proses pemanenan garam, dan sistem pemasaran pada usaha tambak garam

(Puska PDN, 2011).

1.5.4. Petani Tambak Garam

Petani tambak garam dapat diartikan sebagai tenaga kerja atau orang yang

mengerjakan usaha tambak garam. Petani tambak garam yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu petani garam penguasa lahan tambak garam yang memiliki

lahan sendiri dan petani penguasa lahan yang memperoleh lahan dari hasil sewa.

1.5.5. Generasi Muda

Generasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sekalian orang

yang kira-kira sama waktu hidupnya; angkatan; turunan, masa orang-orang satu

angkatan hidup. Sedangkan muda artinya kelompok (golongan, kaum) muda. Jadi

generasi muda dapat diartikan generasi yang akan melanjutkan generasi

sebelumnya sebagai penerus generasi tua. Generasi muda yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu generasi penerus yang akan mewarisi usaha tambak garam dari

generasi sebelumnya yang dipercaya untuk mewarisi usaha tambak garam.

Page 26: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Deskripsi Teoritis

2.1.1.Sistem Pewarisan

Sistem pewarisan mengarah kepada konsep institusi yang dikemukakan

oleh Ostrom (1992, Juhadi, 1995:15). Menurut Ostrom yang dimaksud institusi

adalah seperangkat aturan kerja yang digunakan dalam situasi dan lokasi tertentu

yang lebih bersifat khusus dalam pergantian generasi tua oleh seorang anggota

dari generasi baru. Institusi khusus yang dimaksud adalah institusi warisan. Tanpa

adanya institusi warisan yang dapat mengatur pergantian tersebut maka dapat

mengancam keberadaan rumah tangga petani dalam susunannya yang

lama.Perangkat aturan ini menetapkan tentang siapa yang dapat membuat

keputusan dalam lingkup kegiatan apa; tindakan-tindakan apa yang diperbolehkan

dan yang tidak; prosedur-prosedur apa yang harus diikuti oleh orang-orang yang

bersangkutan; kerugian dan keuntungan apa yang diperoleh orang-orang yang

bersangkutan dari tindakan-tindakan mereka. Aturan ini diketahui, dipantau, dan

dilaksanakan oleh orang-orang yang memakainya, orang-orang yang mereka

sewa, dan oleh pihak luar, atau oleh kombinasi dari ketiga kemungkinan ini

(Juhadi, 1995:15).

Page 27: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

12

Menurut Wolf (1985; Juhadi, 1995), di dalam masyarakat petani (desa)

pada dasarnya ada dua sistem waris. Pertama, Impartible inheritance, adalah

sistem waris yang menyangkut pengalihan sumberdaya kepada ahliwaris tunggal

atau sistem warisan yang tidak dapat dibagi, seperti rumah dan pekarangan dapat

diwariskan kepada anak cikal dalam primogeniture; atau kepada anak bungsu

dalam ultramogeniture; atau kepada lainnya yang bukan cikal dan bukan bungsu,

yang ditentukan oleh kepala rumah tangga. Kelebihan dari sistem ini yaitu dapat

mempertahankan keutuhan tanah milik keluarga, karena hanya satu orang saja

yang menjadi ahli waris; untuk anggota keluarga yang tidak menerima waris harus

bersedia menjadi anggota bawahan atau meninggalkan tempat itu, dengan dan

tanpa mendapat ganti rugi. Pola pewarisan yang tidak dapat dibagi dan hanya

diturunkan kepada ahli waris tunggal lebih disukai oleh daerah-daerah yang

didominasi oleh domain patrimonial (hak milik) yang kuat. Untuk sebagian, sikap

itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor ekologis, dimana pola ahli waris

tunggal berfungsi untuk mempertahankan kombinasi sumberdaya yang telah

dibangun di masa lampau.

Kedua, Partible inheritance adalah sistem waris yang menyangkut lebih

dari satu ahli waris, atau sistem warisan yang dapat dibagi. Sistem warisan yang

dapat dibagi, harta waris dibagi-bagi kepada setiap anggota keluarga generasi

baru. Kepemilikan tanah secara mudah dapat mendorong pola pewarisan ini

karena setiap ahli waris akan mempunyai tanah cukup luas, namun bukan hanya

faktor tanah yang menentukan, melainkan sumber-sumber lainnya meliputi tenaga

manusia ataupun hewan tarik. Oleh karena itu harta warisan hanya secara

Page 28: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

13

potensial dapat dipecah-pecah akan tetapi pada kenyataannya tetap utuh.

Kelahiran dan migrasi ikut mempengaruhi dalam sistem pewarisan ini. Apabila

dalam kelompok tersebut bertambah anggota, maka kelompok tersebut dapat

menambah jumlah tanah mereka. Apabila terdapat anggota kelompok yang ber-

migrasi, maka secara potensial warisan tersebut dapat dipecah dan mungkin dapat

tetap utuh, jika orang-orang yang bermigrasi dapat berdiri sendiri. Akan tetapi jika

kohesi itu hilang, pola warisan yang dapat dipecah dapat segera terwujud. Kedua

sistem diatas dapat dibedakan dengan sistem yang memberikan hak itu hanya

kepada anak laki-laki menjadi sistem yang memberikan hak waris kepada semua

anak. Anak perempuan menerima ganti rugi antaran kawin atau sejumlah uang

yang diberikan (Juhadi, 1995:17).

Pewarisan yang merupakan proses, cara, perbuatan mewarisi atau

mewariskan (KBBI, 2008:1557), yang dalam konteks penurunan kebudayaan

merujuk pada proses pengiriman pesan dari satu orang ke orang lain yang lazim

disebut sebagai transmisi tidak dapat dilepaskan dari konsep memori (ingatan)

terutama dalam proses penciptaannya menjelaskan tentang model proses yang

akan dilalui dalam transmisi (Finnegan, 1992:106-110; Zaini, 2014:5). Transmisi

dilakukan melalui proses internalisasi yang panjang danberlangsung turun

temurun sebagai akibatinteraksi antara manusia denganlingkungannya sehingga

muncul kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan kegiatan,pengetahuan, dan

kepercayaan suatumasyarakat dalam mengelola alam yangberorientasi pada

kelestarian lingkungan meliputi nilai, norma,kepercayaan, etika, adat istiadat, dan

aturan-aturankhusus (Setyowati et. al., 2017). Nilai dan norma kehidupan yang

Page 29: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

14

berlaku serta dianut oleh warga masyarakat diturunkan oleh para orang tua yang

diupayakan untuk selalu dijunjung tinggi dan ditradisikan secara turun temurun

sehingga menjadi semacam kebutuhan atau kelengkapan dari masyarakat yang

bersangkutan (Cahyono, 2006: 24). Transmisi pewarisan terdiri dari dua jenis

yaitu (1) pewarisan material, yaitu pewarisan yang dapat dilihat secara fisik

meliputi lahan tambak, modal dan bahan baku yang digunakan dalam masyarakat

petani; (2) pewarisan non material, pewarisan yang tidak dapat dilihat secara fisik

yang mengarah pada kearifan lokal meliputi aspek sikap, aspek pengetahuan, dan

aspek keterampilan yang digunakan masyarakat petani dalam institusi pewarisan.

Berkaitan dengan sistem pewarisan, Cavalli-Sforza dan Feldman

(Rochmat, 2010: 33) juga mengemukakan terdapat dua jenis sistem pewarisan

yaitu 1) Vertical Transmission (Pewarisan Tegak) ialah sistem pewarisan yang

berlangsung melalui mekanisme genetik yang diturunkan dari waktu ke waktu

secara lintas generasi yakni melibatkan penurunan ciri-ciri budaya dari orang tua

kepada anak-cucu. Orang tua mewariskan nilai, keterampilan, keyakinan, motif

budaya, dan sebagainya kepada anak-cucu mereka, oleh karena itu pewarisan

tegak disebut juga “Biological Transmission” yakni sistem pewarisan yang

bersifatbiologis; 2) Horizontal Transmission (PewarisanMiring) ialah sistem

pewarisan yang berlangsung melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti

sekolah-sekolah atau sanggar-sanggar. “Horizontal Transmission” terjadi ketika

seseorang belajar dari orang dewasa atau lembaga-lembaga (misalnya dalam

pendidikan formal) tanpa memandang apakah hal itu terjadi dalam budaya sendiri

atau dari budaya lain.

Page 30: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

15

Pola kehidupan masyarakat memiliki perbedaan yang bergantung pada

kecenderungan nilai yang dianut dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat petani

yang tinggal di Pantai Utara Jawa (pantura) memiliki pola yang berbeda dengan

masyarakat lain. Perbedaan pola kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh latar

belakang tempat tinggal, aset yang dimiliki, nilai anak dan nilai budaya yang

menjadi pedoman masyarakat dalam pilihan pola pewarisannya. Oleh karena itu,

pola yang berlaku di kalangan petani, nelayan, bangsawan dan kalangan pegawai

tentu berbeda (Sudaryanto, 2008:172).

Menurut Moran (Haryatno, 2012:192) telah dikenal penyesuaian manusia

untuk mengadaptasikan dirinya dalam berbagai perubahan lingkungannya, yaitu

1) penyesuaian fisiologi dan perilaku merupakan proses adaptasi secara biologi

atau evolusi dari manusia untuk dapat survive dan bereproduksi, dan kemampuan

ini bersifat pewarisan yang diturunkan secara genetik; 2) penyesuaian budaya

merupakan kemampuan yang tidak diwariskan secara genetik, tetapi diperoleh

dengan cara belajar, berkat kemampuan untuk membuat, memahami, dan

mengkomunikasikan ide-ide yang abstrak serta melakukan kelakuan simbolik,

terutama karena manusia punya bahasa. Adaptasi secara kebudayaan difahami

sebagai proses budaya yang terjadi dalam rangka untuk memelihara keseimbangan

antara populasi penduduk dengan sumber daya alam dalam suatu ekosistem.

2.1.2.Sistem Keberlanjutan

Menurut Conway (1991:9) sistem keberlanjutan dapat diartikan sebagai

berikut.

Page 31: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

16

Sustainability is thus a function of how assets and capabilities are

utilised, maintained and enhanced so as to preserve livelihoods, that is,

able to cope with stress and shocks, and retain its ability to continue

and improve. Stresses are pressures which are typically continous and

cumulative, predictable and distressing, such as seasonal shortages,

rising populations or declining resources, while shocks are impacts

which are typically sudden, unpredictable, and traumatic, such as fires,

floods and epidemics (Conway 1987; Conway and Barbier 1990).

Sistem berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu sistem

dalam mempertahankan produktivitasnya, kendati sistem itu banyak mengalami

gangguan besar, misalnya akibat oleh suatu tekanan yang intensif atau suatu

gangguan yang luas. Tekanan (stress) terhadap suatu sistem adalah sebagai suatu

keadaan yang sifatnya teratur, yang terjadi kadang-kadang tetapi berkelanjutan,

relatif kecil atau ringan, dan keadaan gangguan tersebut dapat diramalkan.

Sedangkan gangguan (partubation) dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak

teratur, tidak datang terus-menerus, keadaannya relatif besar, dan datangnya tidak

bisa diramalkan, seperti kasus kekeringan atau adanya bahaya banjir. Suatu sistem

dikatakan memiliki suatu keberlanjutan rendah, apabila ditandai dengan adanya

penurunan produktivitas ataupun terjadinya suatu keambrukan pada suatu sistem,

serta sistem tersebut dikatakan tidak memiliki sistem keberlanjutan yang mungkin

dapat terjadi dengan tiba-tiba (Juhadi, 2013:30).

Sistem berkelanjutan merupakan aspek penting dalam menganalisis aspek

ekologi pertanian, sedangkan aspek berkelanjutan mempunyai kaitan yang erat

dan dapat saling tukar menukar (trade off) dengan komponen aspek penting

lainnya dalam ekologi pertanian, yaitu 1) produktivitas (productivity), dapat

diartikan sebagai produksi atau keluaran berupa barang atau jasa, misalnya

produktivitas getah damar/bidang/tahun; 2) stabilitas (stability), merupakan tinggi

Page 32: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

17

produksi yang ada dalam keadaan normal, pada suatu keadaan lingkungan yang

berubah-ubah dalam fluktuasi, seperti karena adanya perubahan iklim, atau

perubahan kondisi ekonomi dan lain-lain. Suatu sistem dapat dikatakan memiliki

kestabilan tinggi, bila sistem itu mendapat gangguan, kondisinya hanya sedikit

saja mengalami fluktasi. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan

rendah, bila sistem itu mengalami gangguan, kondisinya mengalami fluktuasi

yang besar atau tinggi; dan 3) kesamaan atau perataan (equatibility),

menggambarkan meratanya tingkat hasil-hasil pertanian dapat dinikmati oleh

segenap lapisan masyarakat. Dalam hal ini penduduknya memiliki pemerataan

yang besar di dalam menikmati sumberdaya alam yang ada. Misalnya menikmati

makanan, pendapatan keluarga (income) dan lain-lain. (Conway, 1986; Juhadi,

2013:31).

Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-

komponen fisik, biologi dan sosioekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem

pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia

dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan

pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-

bahan input maksimum, pemeliharaaan kesuburan tanah, serta penggunaan dasar-

dasar biologi pada pelaksanaan pertanian (Banowati dan Sriyanto, 2013:160).

Pertanian berkelanjutan mencerminkan (1) keberhasilan pengelolaan sumber daya

pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia dan (2) kelestarian sumber daya

dan lingkungan serta produktivitas dapat dipertahankan sekalipun di bawah

Page 33: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

18

cengkraman lingkungan biofisik maupun sosial-ekonomi (Conway, 1985; Zamora,

1995; Juhadi, 2013).

Sistem pertanian berkelanjutan berorientasi pada empat dimensi yaitu 1)

Dimensi Ekologikal, membahas tentang faktor-faktor geobiofisik yang

mempengaruhi dalam pertanian serta hubungan antara perilaku manusia dengan

lingkungan; 2) Dimensi Sosial-Budaya, pola-pola kehidupan masyarakat

mempengaruhi tindakan petani dalam usaha tani; 3) Dimensi Sosial-Ekonomi,

kondisi sosial-ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga

petani meliputi tingkat pendapatan keluarga, tingkat kebutuhan rumah tangga,

tingkat kebutuhan biaya sosial, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan posisi

dalam masyarakat; dan 4) Dimensi Sosial-Teknologi/Preferensi Petani, keputusan

petani dalam memlilih atau menentukan suatu pemanfaatan teknologi yang

dianggap terbaik bagi usaha tani (Juhadi, 2013).

Munasinghe (1993; Rivai dan Anugrah, 2011:16), mengemukakan konsep

pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan yaitu 1)

Dimensi Ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang

dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan aset produktif yang menjadi

basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi ekonomi

ini ialah tingkat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah

dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan

kebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang; 2)

Dimensi Sosial, adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan

kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis

Page 34: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

19

(termasuk tercegahnya konflik sosial), reservasi keragaman budaya dan modal

sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,

pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan,

partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-

indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan;

3) Dimensi Lingkungan Alam, menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem

alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam

hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya dukung biologis, sumber

daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.

Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk

beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi suatu kondisi ideal statis

yang mustahil dapat diwujudkan.

Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus

dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil serta sumber daya

alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara

kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial

budaya maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sistem

sosial yang tidak stabil akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak

kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara

ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong

terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.

Selain definisi operasional diatas, konsep keberlanjutan dapat diperinci

menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu 1) keberlanjutan ekonomi,diartikan sebagai

Page 35: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

20

pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk

memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya

ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri;

2) keberlanjutan lingkungan,sistem keberlanjutan secara lingkungan harus mampu

memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam

dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan

keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang

tidak termasuk kategori sumbersumber ekonomi; 3) keberlanjutan sosial,diartikan

sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial

termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik (Nurmalia,

2008).

2.1.3.Pengelolaan

Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan

adalah proses atau cara perbuatan mengelola atau proses melakukan kegiatan

tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu

merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi atau proses yang memberikan

pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan

pencapai tujuan. Follet (1997, dalam Pengantar Manajemen, 2009:6)

mendefinisikan pengelolaan adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu

terkait dengan pencapaian tujuan dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut

meliputi tiga faktor yang terlibat, yaitu: 1) adanya penggunaan sumber daya

organisasi, baik sumber daya manusia maupun faktor-faktor produksi lainya; 2)

proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Page 36: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

21

pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan; 3) adanya seni dalam

penyelesaian pekerjaan. Terry (1992) mengemukakan pengelolaan adalah

pemanfaatan sumber daya manusia ataupun sumber daya lainnya yang dapat

diwujudkan dalam kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) untuk

mencapai suatu tujuan.

1) Perencanaan, adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-

kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan

dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk

tercapainya hasil yang dikehendakinya;

2) Pengorganisasian, adalah kegiatan pengaturan pekerjaan yang harus dikerjakan

untuk tiap kelompok kerja, serta menetapkan wewenang dan tanggung jawab

sehingga terwujud satu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan;

3) Pengarahan, menempatkan semua anggota kelompok agar sama-sama bekerja

mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola

organisasi;

4) Pengawasan, adalah proses pengukuran dan koreksi terhadap aktivitas yang

telah dilaksanakan dan jika diperlukan, dapat mengambil tindakan korektif agar

pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana.

Page 37: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

22

Pengelolaan usaha tambak garam memerlukan beberapa tahapan dalam

proses pengolahan, mulai dari perencanaan awal, proses pembuatan garam, masa

panen dan sistem pemasaran sebagai berikut.

1) Perencanaan Pembuatan Garam

Perencanaan dalam proses pembuatan garam dibagi dalam empat tahap

yaitu 1) penyiapan dan kriteria lokasi penggaraman, dalam pembuatan garam

harus memperhatikan beberapa hal yaitu: (a) persiapan lahan, (b) pemindahan air

penggaraman, (c) pemasakan garam dengan menggunakan tenaga matahari, (d)

pemanenan dan pemasaran. Areal untuk proses pembuatan garam terutama untuk

garam yang berasal dari air laut dengan menggunakan tenaga matahari harus

dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam

memilih lokasi tersebut antara lain letak dari permukaan air laut, topografi, dan

sifat fisik tanah. Sedangkan faktor-faktor desain lokasi areal pergaraman yang

menentukan adalah „air laut‟ sebagai bahan baku, „tanah‟ sebagai faktor sarana

utama dan „iklim‟ sebagai faktor sumber tenaga serta tenaga manusia sebagai

faktor tambahan. Tanah untuk penggaraman yang dipilih harus memenuhi kriteria

yang berkaitan dengan ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah, sifat fisis

tanah, kehidupan (hewan/tumbuhan) dan gangguan bencana alam (Puska PDN,

2011).

2) Proses Pembuatan Garam

Pelaksanaan pembuatan garam dimulai dari serangkaian proses dalam

kristalisasi garam sampai pemanenan. Secara umum, pembuatan lahan

penggaraman yaitu (1) meratakan tanah, (2) memadatkan tanah dengan cara

Page 38: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

23

memukul atau menggilas dengan kayu yang silinder, (3) menyekat atau membagi

tanah, (4) mempersiapkan kincir-kincir angin. Proses pembuatan garam melalui

beberapa tahapan yaitu (1) pengeringan lahan, (2) pengolahan air peminian, (3)

pengolahan air dan tanah, (4) proses kristalisasi, (5) proses pungutan, (6) proses

pencucian.

Garam dari air laut dapat dibuat melalui dua proses, yaitu 1) penguapan air

laut di ladang garam dengan tenaga sinar matahari (Solar Evaporation), air laut

diuapkan di ladang-ladang garam dengan tenaga sinar matahari. Hasil garam

diambil, kemudian dicuci agar bersih serta sesedikit mungkin mengandung

senyawa lain yang tidak dikehendaki dan lumpur; 2) pemisahan NaCl dengan

aliran listrik (Elektrodialisa), air laut dimasukkan dalam sel-sel elektrolisa yang

dialiri listrik sehingga didapatkan larutan NaCl jernih. Larutan ini kemudian

dikristalisasi dalam kolom kristalisasi. Hasil re-kristalisasi dikeringkan, diayak

dan terakhir dikantongi (packing).

3) Panen Garam

Effendy et. al dalam buku Garam Rakyat: Potensi dan Permasalahan

(2012) menyatakan “Proses panen garam meliputi kegiatan mengumpulkan,

mengangkut, dan memindahkan kristal garam dari petak meja-meja ke tempat

pengeringan, disebut juga penjemuran atau Droeffplat (Bld)”. Cara pemungutan

atau pemanenan garam terdiri dari tiga metode yaitu 1) metode Portugis,

pemungutan garam dilakukan saat berumur 10 hari; 2) metode Maduris, panen

dilaksanakan setelah kristal garam berumur 7-15 hari sejak pemindahan air laut

Page 39: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

24

tua; dan 3) metode campuran/Tussen panen dilaksanakan setelah kristal garam

berumur 15-25 hari sejak pemindahan air laut tua.

Pemanenan garam dilakukan setelah air penggaraman itu menjadi kristal

dan berwarna putih, dan dicuci dengan air garam yang belum masuk ke lahan

penggaraman. Pemanenan biasanya dilakukan dalam seminggu dua kali atau tiga

kali panen dalam satu minggu, pemanenan biasanya dilakukan pada sore hari

karena menunggu cuaca tidak terlalu panas dan ketika pemanenan tersebut selesai

lahan yang kosong bisa diisi air penggaraman dan keesokan harinya bisa

dilakukan proses pemasakan lagi dengan menggunakan sinar matahari. Petani

garam membuat garam di tambak-tambak garam, setelah diperoleh hasil

pembuatan garam selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan garam untuk

dilakukan transaksi penjualan.

4) Sistem Pemasaran

Sistem pemasaran yang dimaksud adalah distribusi produk atau jasa dari

produsen ke konsumen agar terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai

guna, tempat maupun waktu (Alham, 2015:34). Hal ini disebabkan oleh fungsi

produksi sebelum produk sampai ke konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan

oleh lembaga pemasaran mencakup fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan),

fungsi fisik (pengolahan, transportasi/pengangkutan, penyimpanan) dan fungsi

fasilitas (standarisasi, penanggungan risiko, pembiayaan, informasi pasar).

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga yang terlibat dalam

pemasaran garam adalah:

Page 40: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

25

1) Petani Garam, petani garam dalam pemasaran garam bertindak sebagai

produsen. Petani garam dibedakan menjadi tiga yaitu, petani pemilik, petani

yang menyewa lahan, dan petani penggarap dengan sistem bagi hasil;

2) Tengkulak, yang dimaksud yaitu tengkulak garam, merupakan lembaga

perantara yang membeli garam rakyat pada pegaram dalam bentuk curah dan

karungan serta menjualnya kembali ke pedagang besar. Tengkulak juga

berperan dalam penentuan harga dengan berpegang pada informasi yang cukup

dimiliki sehingga memiliki posisi tawar yang kuat saat penentuan harga dengan

pegaram. Peranan tengkulak dalam perekonomian masyarakat petani garam di

penambangan relatif memegang peranan yang amat penting. Umumnya petani

garam sebagai produsen garam, dalam pola perdagangannya tidak mampu

memasarkan hasil garamnya sendiri, karena waktunya yang terbatas dan

terbentur kebutuhan untuk segera memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sering kali

petani garam dipermainkan harganya oleh para tengkulak yang antar tengkulak

saling bekerja sama dalam menentukan harga antar sesama tengkulak dimana

posisi petani selalu kalah;

3) Pedagang Besar merupakan lembaga perwakilan dari pabrikan untuk membeli

garam rakyat yang diperoleh dari tengkulak;

4) Pabrik bertindak sebagai konsumen akhir yang berperan juga sebagai penentu

harga berdasarkan grade yang diinginkan yaitu apabila kadar NaCl > 94,7%

untuk garam industri dan < 94,7% untuk garam konsumsi;

5) Pembeli Perantara dan Pembeli Akhir, pembeli atau pedagang perantara

merupakan pembeli garam atau yang disuplai dari petani garam secara

Page 41: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

26

langsung maupun pedagang yang disuplai dari pabrik untuk kebutuhan pasar

konsumsi yang beradadi pasar lokal, sedangkan pembeli akhir merupakan

pembeli yang tujuannya adalah untuk dikonsumsi dalam bentuk garam yang

sudah di lakukan pengepakan.

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat mengakibatkan

penerimaan yang diterima pegaram semakin kecil dan semakin menyiratkan jika

sistem pemasaran yang berlaku masih belum dikatakan efisien. Keterkaitan

tersebut memberikan dampak secara ekonomi terhadap para pelaku usaha di

sektor masing-masing. Hubungan keterkaitan yang kuat pada pelaku usaha,

mencerminkan bahwa sistem bisnis garam dalam menghasilkan produk garam

sangat terkait oleh keberadaan petani garam yang dapat memberikan dampak pada

beberapa pelaku usaha lainnya. Dampak ini direpresentasikan dalam penciptaan

pendapatan dan membuka lapangan kerja yang mempunyai keterkaitan dalam

kegiatan pergaraman pada produksi (hulu) sampai dengan pasca produksi (hilir)

(Fauziyah dan Ihsannudin, 2014:54).

2.1.4. Usaha Tambak Garam

Garam merupakan bahan pokok yang banyak digunakan untuk keperluan

konsumsi masyarakat dan untuk keperluan industri. “Garam konsumsi biasanya

digunakan untuk bahan makanan dan pengolahan pangan….” (Effendy et. al,

2012). Dengan demikian garam dapur adalah komoditi penting dan salah satu dari

sembilan bahan pokok yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bahan baku industri, garam merupakan bahan baku yang tak tergantikan.

Semua jenis industri makanan dan minuman memasukkan garam sebagai bahan

Page 42: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

27

dasarnya. Selain itu bahan-bahan kimia penting lainnya juga merupakan turunan

garam.Usaha tambak garam memiliki beberapa karakteristik dalam upaya

pemenuhan usaha tambak yang dapat mempengaruhi produksi garam sebagai

berikut.

1) Status kepemilikan lahan, menururt Estimewa (2017:34), teori sewa lahan

model klasik yang banyak digunakan yaitu konsep dari David Ricardo dan Von

Thunen. David Ricardo mendefinisikan tinggi rendahnya sewa tanah

ditentukan tingkat kesuburan tanah. Von Thunen, menyatakan bahwa

permintaan tanah merupakan suatu model sewa tanah pada sektor pertanian

yang mengupas tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas

dasar perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi);

2) Status kepemilikan modal, modal kerja menurut Kasmir (2007:89; Estimewa,

2017:35-36), menyatakan bahwa pengertian modal kerja merupakaan modal

yang digunakaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Pengelolaan

modal secara optimal dapat menghasilkan bisnis yang berjalan lancar;

3) Status kepemilikan bahan baku, kategori untuk biaya bahan terdiri dari biaya

komponen, biaya langsung bahan dan materi yang langsung berhubungan

dengan produk. Biaya estimasi untuk bahan dipengaruhi oleh harga spot untuk

bahan baku yang berlaku dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan. Jumlah

baku material tergantung pada jenis bahan, bentuk kompleksitas dan jumlah

limbah dalam proses pembuatan produk. Dependensi yang jelas antara biaya

bahan dan biaya pengolahan bahan baku tertentu memiliki kesesuaian yang

Page 43: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

28

berbeda untuk berbagai bentuk dan teknik pengolahan (Gustavsson, 2011:22;

Estimewa, 2017:36);

4) Pola usaha, suatu cara, usaha, sistem dalam kegiatan dengan mengerahkan

tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu maksud yang ingin dituju yaitu dapat

memenuhi kebutuhan hidup (Estimewa, 2017:36).

Daratan atau pantai yang digunakan dalam usaha tambak garam harus

memenuhi syarat sebagai lahan garam, oleh karena itu tidak semua pantai dapat

digunakan sebagai lahan garam. Tipe dan bentuk pantai sangat mempengaruhi

lahan yang bisa digunakan sebagai lahan garam. Berikut adalah faktor teknis yang

harus dimiliki daratan atau pantai yang dapat dijadikan sebagai lahan garam.

1) Air laut, sebagai bahan baku harus berkadar garam relatif tinggi dan jernih.

Artinya pantai harus tidak memiliki muara sungai, dengan pasang surut

mencapai permukaan daratan sekitar 2 meter. Mutu air laut terutama dari segi

kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat

mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan);

2) Keadaan cuaca meliputi (1) panjang musim kemarau berpengaruh minimal 4

bulan secara kontinu, (2) curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya

dalam setahun, (3) kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat

mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka

makin besar jumlah kristal garam yang mengendap;

3) Pantai atau daratan sebagai bahan baku utama pembuatan harus memiliki, (1)

sifat porositas tanah harus tidak porous agar air laut tidak masuk ke dalam

tanah, harus datar dengan tinggi maksimum 3 meter di atas permukaan laut.

Page 44: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

29

Porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut

kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja. Bila kecepatan perembesan

ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan

selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam, (2) jenis tanah

mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh

garam yang dihasilkan (BIG, 2010).

Usaha tambak garam di Indonesia masih menggunakan teknologi

tradisional. Teknologi (tradisional) merupakan salah satu tonggak utama dalam

menentukan corak dan tingkat hubungan antara manusia dengan lingkungannya

serta turut menentukan tingkat ketergantungan manusia terhadap lingkungannya

(Suparlan, 1980:29; Juhadi, 1995:23). Pengetahuan (teknologi) masyarakat

pedesaan (sederhana) pada umumnya tersimpan dalam ingatan para anggota

kelompok yang bersangkutan (Haviland, 1988:48; Juhadi, 1995:23). Teknologi

tersebut merupakan sandaran bagi kehidupan yang harus dipelajari dan diteruskan

kepada generasi berikutnya agar kelompok tersebut dapat bertahan hidup, seperti

halnya pembagian pekerjaan adalah suatu metoda untuk menurunkan kebanyakan

teknologi kepada para anggotanya, sehingga tidak akan hilang dan bahkan dapat

ditingkatkan (Juhadi, 2013:125).

Menurut J.J Honigman (1959:290; Juhadi, 2013:124) bahwa teknologi itu

mengenali segala tindakan baku dengan apa manusia merubah alam termasuk

badannya sendiri atau badan orang lain…”, maka teknologi mengenali cara

manusia membuat, memakai, dan memelihara seluruh peralatannya, bahkan

mengenai cara manusia bertindak dalam keseluruhan hidupnya. Teknologi muncul

Page 45: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

30

dalam cara-cara manusia melaksanakan mata pencaharian hidupnya dalam cara-

cara ia mengorganisasi masyarakat, dalam cara-cara ia mengekspresikan rasa

keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya. Selanjutnya, Juhadi

(1995:24) menyatakan bahwa teknologi adalah pengetahuan-pengetahuan

setempat tentang berbagai peralatan (cara pembuatan, bahan baku, dan cara

penggunaannya), pengetahuan tentang perilaku dan kebiasaan tumbuhan/binatang

(bagaiamana cara melacaknya, cara pengembangiakkan, bagaimana cara

menanam, merawat, mengambil hasil, dan sebagainya), yang digunakan dan

dikembangkan oleh masyarakat setempat, juga merupakan teknologi tradisional.

Kesemua itu dipahami, dimiliki, dan dipraktekkan oleh sebagian anggota

masyarakatnya demi mempertahankkan kelangsungan hidup individu dan

kelompok masyarakat yang bersangkutan.

Teknologi merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat, dan

bagaimana alat tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan

beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Teknologi juga dapat diartikan

benda‐benda yang berguna bagi manusia, seperti mesin, tetapi dapat juga

mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem, metode organisasi, dan teknik.

Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya dalam beberapa cara.

Teknologi telah membantu mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk

ekonomi global saat ini). Analisis yang lebih mendalam lagi terhadap teknologi

sebagai kegiatan manusia yang secara sistematis langkah demi langkah dilakukan

untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu secara efisien sampai pada faktor

pengetahuan yang mendasari kegiatan itu. Pengetahuan ini harus dipelajari oleh

Page 46: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

31

manusia baik dari pengalaman sendiri maupun dari sumber‐sumber lain untuk

dapat melakukan kegiatan yang merupakan teknologi. Teknologi merupakan ilmu

pengetahuan untuk memecahkan masalah. Teknologi juga merupakan sekumpulan

proses, peralatan, metode, prosedur yang digunakan untuk memproduksi barang

dan jasa (Winarsih et. al, 2014:91).

Definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi merupakan

proses transformasi dari input dengan menggunakan teknik dan peralatan produksi

tertentu sehingga diperoleh output yang lebih efektif dan efisien. Hampir

keseluruhan garam Indonesia diproduksi dengan menggunakan teknologi

penguapan air laut dengan tenaga sinar matahari (solar evaporation). Secara

umum, pembuatan garam air laut dengan metode tersebut dilakukan melalui

proses pemekatan dan proses pemisahan garam (kristalisasi). Proses pemekatan

dilakukan dengan menguapkan airnya dengan panas matahari. Setelah garam

melalui proses kristalisasi maka garam akan mengandung berbagai macam unsur

mineral lainnya yang disebut dengan impurities yaitu sulfat, magnesium dan

kalsium. Teknologi yang digunakan dalam pembuatan garam rakyat masih sangat

tradisional sehingga berpengaruh pada produktivitas dan kualitas garam yang

dihasilkan oleh petani. Produksi garam nasional hanya mampu memenuhi

kebutuhan sisi konsumsi sementara untuk keperluan industri masih bergantung

pada impor (Winarsih et. al, 2014).

Alhayat (2016:96-102 dalam buku Info Komoditi garam) berpendapat

bahwa “usaha tambak garam di Indonesia mengalami hambatan yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas garam”. Ketidakmampuan petani tambak

Page 47: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

32

garam dalam memenuhi kebutuhan garam dapat disebabkan oleh hambatan-

hambatan sebagai berikut.

1) Faktor cuaca menentukan produksi garam, salah satu penyebab utama mengapa

peningkatan luas tambak tidak sejalan dengan jumlah produksi adalah faktor

cuaca. Proses produksi garam melibatkan proses penguapan air laut yang telah

dialirkan pada lahan-lahan tambak garam. Selain harus didukung oleh radiasi

sinar matahari yang memadai, terjadinya evaporasi air garam juga harus

didukung oleh kondisi iklim mikro pada areal penggaraman, yang meliputi

angin, curah hujan, suhu, kelembaban, serta durasi penyinaran matahari;

2) Kualitas garam lokal dapat memenuhi standar industri, namun dalam jumlah

terbatas. Adanya mismatch antara kebutuhan/permintaan dengan produksi

mengakibatkan produsen garam lokal terutama petambak tidak diuntungkan

dengan potensi pasar garam domestik yang besar. Mayoritas produksi garam

domestik dihasilkan oleh petambak rakyat, sedangkan sebagian besar

permintaan garam domestik berasal dari industri. Kualitas garam yang

dihasilkan petambak tidak seluruhnya bisa memenuhi standar yang dibutuhkan

sebagai bahan baku industri;

3) Faktor yang mengakibatkan produktivitas garam lokal rendah, faktor cuaca

yang dikombinasikan dengan teknik pengolahan yang relatif

sederhana/tradisional mengakibatkan produktivitas garam di Indonesia

tergolong rendah. Sistem teknologi yang digunakan dalam pembuatan garam di

Indonesia mayoritas masih mengandalkan penguapan air laut menggunakan

sinar matahari pada areal tambak (di atas tanah);

Page 48: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

33

4) Penghasilan petani garam tidak menentu, usaha penggaraman dapat menjadi

sumber penghasilan masyarakat, khususnya yang berdomisili di pesisir pantai.

Besarnya jumlah penghasilan usaha garam sedikitnya ditentukan oleh berapa

faktor utama, yaitu: luas tambak, masa dan waktu panen, kualitas, dan model

pemasaran. Semakin luas areal tambak yang dimiliki petani, umumnya juga

akan memperoleh pendapatan yang lebih besar. Luas lahan garam juga menjadi

suatu indikator kemampuan ekonomi dan status sosial petani tambak;

5) Kebijakan pemerintah, kebijakan pemerintah RI pada komoditas garam ini

secara umum lebih bercorak liberalistik di mana pemerintah tidak mengambil

peran signifikan untuk melakukan pengaturan komoditas garam. Oleh karena

itu, ketika terjadi kesenjangan antara jumlah pasokan dan kebutuhan,

pemerintah terpaksa menempuh kebijakan impor garam sebagai cara yang

instan dan mungkin lebih menguntungkan. Berdasarkan hal ini sepertinya

pemerintah RI belum menempatkan garam sebagai komoditas strategis,

sehingga kebijakan yang ditempuh belum secara signifikan menunjukkan

langkah-langkah untuk mengakhiri impor garam (Rochwulaningsih, 2012:23);

6) Posisi daya tawar petani garam lemah, pasar garam lokal di Indonesia memiliki

kecenderungan bersifat oligopsoni (Antara News, 2015). Hal ini berarti bahwa

terdapat sedikit pembeli yaitu perusahaan besar pengolahan garam dan terdapat

banyak sekali penjual yaitu petani garam. Praktek oligopsoni merugikan petani

secara langsung karena menekan harga penjualan garam di tingkat petani,

terlebih ketika musim panen terjadi. Dengan alasan suplai garam melimpah

Page 49: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

34

maupun kualitas garam yang rendah, pembeli dapat menekan petani garam

dengan menawarkan harga murah.

2.1.5. Petani Tambak Garam

Produksi garam rakyat hingga saat ini masih dilakukan dengan

menggunakan peralatan sederhana sehingga dalam berproduksi masih bergantung

pada tenaga kerja manusia. Tenaga kerja yang terdapat pada sektor garam dapat

dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dan

tenaga kerja yang tidak terlibat langsung. Tenaga kerja yang terlibat langsung

antara lain penggarap (tukang garam), tukang pikul, tukang pemelihara areal dan

penjaga. Tenaga kerja tak langsung adalah para pemilik lahan, penyewa lahan dan

pengepul yang rata-rata tiap hektar areal terdapat 2 orang tenaga kerja tak

langsung.Pada areal produksi garam rakyat yang memiliki luas areal produksi

relatif sempit, tugas dari tenaga-tenaga kerja tersebut dirangkap oleh penggarap

(tukang garam) (Puska PDN, 2011).

Petani garam sendiri dibedakan menjadi dua yaitu 1) petani buruh adalah

petani garam yang tidak memiliki lahan, tapi semata-mata hanya menggarap atau

menjual jasa tenaga kerja yang bekerja untuk membuat garam krosok pada para

petani pemilik lahan; 2) petani pemilik: petani garam pemilik lahan dimana

mereka ini yang memiliki hak milik dan penguasaan atas lahan yang digunakan

untuk memproduksi garam krosok. Berdasarkan dua kelompok petani garam itu

tampak terdapat kecenderungan terjadinya polarisasi ekonomi yaitu; pemiliki

lahan (kecil menengah-besar/majikan) dan buruh (petani penggarap/ perombong,

pengolok, kuli angkut, mandor). Selain itu di luar kedua kelompok sosial itu

Page 50: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

35

terdapat pemerintah, yang keberadaannya ikut memengaruhi formasi struktur

sosial petani garam (Puska PDN, 2011).

Petani garam itu sendiri dalam proses produksi memiliki karakteristik yang

dapat mempengaruhi hasil produksi garam, yaitu 1) usia dan jenis kelamin, jenis

kelamin dan usia seseorang dapat dikaitkan dengan kinerja yang dimiliki

seseorang untuk melakukan suatu aktivitas; 2) tingkat pendidikan, yang dimaksud

dalam penelitian adalah sebuah tingkatan pendidikan yang telah dicapai setiap

individu; 3) asal petani garam, yaitu asal dari manakah status kependudukan yang

dimiliki para petani; 4) pengalaman kerja, kemampuan petani garam dapat dilihat

dari berapa lama pengalaman yang dimiliki para petani dalam mengelola lahan

tambak garam; 5) jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah keluarga yang

menjadi tanggungan petani garam dalam usaha tambak garam untuk mencukupi

kebutuhan dari hasil usaha tambak garam (Estimewa, 2017:34-35).

Kemampuan pengetahuan dan keterampilan petani tambak garam

dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia, tingkat pendidikan, dan asal petani

garam. Ketiga karakteristik tersebut mempengaruhi hasil produksi garam. Jenis

kelamin dan usia dapat menentukan besarnya tenaga kerja dan banyaknya

pengalaman yang diperoleh. Sedangkan tingkat pendidikan dapat mengukur

kemampuan pengetahuan petani tambak garam. Semakin lama petani tambak

garam menekuni usaha tambak garam maka semakin banyak pula pengalaman

yang didapatkan begitupun sebaliknya. Semakin tingkat pendidikan

memungkinkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan petani tambak garam

semakin tinggi.

Page 51: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

36

2.1.6. Generasi Muda

Generasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sekalian orang

yang kira-kira sama waktu hidupnya; angkatan; turunan, masa orang-orang satu

angkatan hidup. Sedangkan muda artinya kelompok (golongan, kaum) muda. Jadi

generasi muda dapat diartikan generasi yang akan melanjutkan generasi

sebelumnya sebagai penerus generasi tua. Generasi muda adalah kata yang

mempunyai banyak pengertian, namun dari pengertian-pengertian generasi muda

mengerah pada satu maksud yaitu kumpulan orang-orang yang masih mempunyai

jiwa, semangat, ide yang masih segar dan orang-orang yang mempunyai

pemikiran yang visioner.

Pengertian generasi muda dalam lokakarya tentang generasi muda yang

diselenggarakan tanggal 4–7 Oktober 1978, terdiri dari 6 kategori:

1) Biologi, generasi muda adalah mereka yang berusia 12-15 tahun (remaja) dan

15-30 tahun (pemuda);

2) Budaya, generasi muda adalah mereka yang berusia 13-14 tahun;

3) Angkatan kerja, yang dibuat oleh Depkaner adalah yang berusia 18-22 tahun;

4) Kepentingan perencanaan pembangunan, yang disebut sebagai sumber daya

manusia muda adalah yang berusia 0-18 tahun;

5) Idiologi politik, generasi muda yang menjadi pengganti adalah mereka yang

berusia 18-40 tahun;

6) Lembaga dan lingkungan hidup sosial, generasi muda dibedakan menjadi 3

kategori (1) Siswa yaitu usia 6-8 tahun, (2) Mahasiswa yaitu usia 18-25 tahun,

(3) Pemuda yang berada diluar sekolah / Perguruan Tinggi berusia 15-30 tahun.

Page 52: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

37

2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Relevan

Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Penelitian oleh Juhadi tahun 1995

Penelitian ini membahas tentang sistem pengelolaan sumber daya hutan

repong damar berkelanjutan di Desa Waysindi, Krui, Lampung Barat yaitu

mengapa keberadaan repong damar di desa tersebut terus berlanjut dari generasi

ke generasi. Data yang telah dikumpulkan dan data hasil lapangan dianalisis

menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Persamaan dalam penelitian yaitu

membahas variabel yang sama yaitu sistem pengelolaan berkelanjutan, sedangkan

perbedaannya yaitu terdapat perbedaan subjek, tempat, dan tahun penelitian.

2. Penelitian Agus Cahyono tahun 2006

Penelitian ini membahas tentang pola pewarisan nilai-nilai kesenian tayub

dengan rumusan masalah yaitu mengapa komunitas tledhek mampu mewariskan

tayub sebagai kesenian tradisional rakyat dari generasi ke generasi selanjutnya,

dan bagaimana pola pewarisan kesenian tayub secara tradisional dalam

masyarakat Blora. Penelitian keduanya memilki persamaan yaitu membahas

tentang pewarisan dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi. Sedangkan

perbedaannya yaitu subjek, tempat, dan tahun penelitian. Perbedaan subjek kedua

penelitian tersebut adalah petani garam dan penari tayub.

3. Penelitian Winarsih, Baedhowi, dan Bandi tahun 2014

Penelitian ini membahas tentang pengaruh tenaga kerja, teknologi, dan

modal dalam meningkatkan produksi di industri pengolahan garam Kabupaten

Page 53: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

38

Pati dengan rumusan masalah yaitu bagaimana tenaga kerja, teknologi, dan modal

dalam industri pengolahan garam Kabupaten Pati, bagaimana produksi di industri

pengolahan garam Kabupaten Pati, dan bagaimana tenaga kerja, teknologi, dan

modal dalam meningkatkan produksi di industri pengolahan garam Kabupaten

Pati. Persamaan dalam penelitan ini yaitumembahas subjek tentang garam dan

tempat penelitian yang sama yaitu di Kabupaten Pati, sedangkan perbedaannya

yaitu variabel berbeda dan tahun penelitian, serta tempat penelitian lebih

dikerucutkan hanya di Kecamatan Juwana, tepatnya di Desa Genengmulyo.

4. Penelitian Heru Susanto, Nur Rokhati, dan Gunawan W Santosa tahun 2014

Penelitian ini membahas tentang pengembangan proses produksi garam

untuk peningkatan kuantitas dan kuaitas produk di Kabupaten Jepara dengan

rumusan masalah bagaimana pengembangan proses produksi garam untuk

peningkatan kuantitas dan kualitas produk di Kabupaten Jepara. Persamaan dalam

penelitian ini adalah membahas objek yang sama yaitu tentang garam terkait

produksinya, sedangkan perbedaannya terdapat di variabel, subjek, tempat, dan

tahun penelitian.

5. Penelitian Renaldi Bahri Tambunan, Hariyadi, dan Adi Santoso (2012)

Penelitian ini membahas tentang Bagaimana tingkat kesesuaian lahan

tambak garam dari aspek fisik di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Persamaan

dalam penelitian ini yaitu membahas tentang lahan tambak garam dan parameter

yang mempengaruhi kesesuaian lahan tambak garam, sedangkan perbedaannya

yaitu variabel penelitian, subjek penelitian dan tahun penelitian.

Page 54: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

39

6. Penelitian Ma‟wa Estimewa (2017)

Penelitian ini membahas bagaimana pola usaha tambak garam dan

pendapatan petani garam serta hubungan antara pola usaha tambak garam dengan

tingkat pendapatan petani garam di Kecamatan Pakal Kota Surabaya. Persamaan

dalam penelitian ini yaitu membahas terkait pola usaha tambak garam dan

pendapatan petani garam, sedangkan perbedaannya yaitu variabel penelitian,

tempat penelitian, subjek penelitian dan tahun penelitian.

Page 55: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

40

Tabel 2.1 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Judul, Tahun, Wilayah,

Nama Peneliti Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Variabel

Penelitian

Teknik

Analisis Data Hasil dan Kesimpulan

Penelitian Juhadi

(1995) “REPONG

DAMAR: Sistem

Pengelolaan

Sumberdaya Hutan

Berkelanjutan di Desa

Waysindi, Krui,

Lampung Barat”.

Mengapa keberadaan

repong damar di desa-

desa di Krui terus

berlanjut dari generasi-

generasi?

Mengetahui sistem

pengelolaan

sumberdaya hutan

berkelanjutan di

Desa Waysindi

Krui, Lampung

Barat.

Sistem

pengelolaan

sumberdaya

hutan

berkelanjutan

(Repong

Damar )

Analisis data

kualitatif

dengan teknik

interpretasi

pada setiap

variabel

Keberadaan repong damar didukung oleh faktor

sosio-budaya penting sehingga masih tetap

berlanjut, yaitu: adanya institusi pewarisan yang

keberadaannya masih diakui dan dipratekkan

oleh sebagian besar penduduk, konsekuensi logis

dari pola pewarisan mendorong penduduk

setempat di dalam memanfaatkan dan mengelola

repong damar, teknologi tradisional yang telah

diciptakan dan dikembangkan tersebut selalu

disosialisasikan kepada setiap anggota keluarga

masing-masing ataupun ke antar keluarga satu

dengan yang lain, serta dari generasi ke generasi

berikutnya, adanya migrasi ke luar bagi sebagian

penduduk Waysindi yang akan mengurangi

tekanan terhadap repong damar, dan adanya

permintaan pasar terhadap getah damar yang

mendorong penduduk setempat untuk

membudidayakannya.

Penelitian Agus

Cahyono (2006), “Pola

Pewarisan Nilai-Nilai

Kesenian Tayub”.

{Harmonia Jurnal

Pengetahuan dan

Pemikiran Seni Vol.

VII No. 1/Januari-April

1. Mengapa komunitas

tledhek mampu

mewariskan tayub

sebagai kesenian

tradisional rakyat

dari generasi ke

generasi selanjutnya?

2. Bagaimana pola

Mengkaji,

memahami,

mengidentifikasi,

dan menjelaskan

pola pewarisan

kesenian tayub

dalam masyarakat

Blora serta

1. Pola

pewarisan

2. Nilai-nilai

kesenian

tayub

Analisis data

kualitatif

dengan

pendekatan

multi disiplin

yang

menggunakan

perspektif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola

pewarisan nilai-nilai kesenian tayub secara

tradisional dari tledhek atau jogged senior kepada

para wurukan sebagai generasi penerus telah

mewarisi nilai pengetahuan, nilai sikap, dan nilai

keterampilan yang memadai serta kesiapan untuk

melanjutkan uaha sebagai penari tayub atau

jogged melalui pendekatan mengajar dan belajar

Page 56: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

41

Judul, Tahun, Wilayah,

Nama Peneliti Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Variabel

Penelitian

Teknik

Analisis Data Hasil dan Kesimpulan

2006} pewarisan kesenian

tayub secara

tradisional dalam

masyarakat Blora

kemampuan

komunitas tledhek

dalam mewariskan

tayub sebagai

kesenian

tradisional rakyat

dari generasi ke

generasi

histori,

antropologi,

sosiologi,

paedogogi,

dan seni.

sambil bekerja. Cara pewarisan nilai-nilai tayub

yang diterapkan tersebut bersifat informal

kekeluargaan yang melibatkan subjek utama

orangtua atau anggota komunitas tledhek yang

lebih tua sebagai pendidik atau sumber belajar

dan para wurukan sebagai subjek didik.

Penelitian Winarsih,

Baedhowi, dan Bandi

(2014), “Pengaruh

Tenaga Kerja,

Teknologi, dan Modal

dalam Meningkatkan

Produksi di Industri

Pengolahan Garam

Kabupaten Pati”.

{Jurnal Pendidikan

Insan Mandiri : Vol.3

No.2 (2014)}

1. Bagaimana tenaga

kerja, teknologi, dan

modal dalam industri

pengolahan garam

Kabupaten Pati?

2. Bagaimana produksi di

industri pengolahan

garam Kabupaten Pati?

3. Bagaimana tenaga

kerja, teknologi, dan

modal dalam

meningkatkan

produksi di industri

pengolahan garam

Kabupaten Pati?

Mengetahui

pengaruh secara

parsial dan

simultan pada

tenaga kerja,

teknologi, dan

modal dalam

meningkatkan

produksi di

industri

pengolahan garam

Kabupaten Pati

Tenaga

kerja,

teknologi,

modal dan

produksi

industri

pengolahan

garam

Kabupaten

Pati.

Analisis data

deskriptif

kuantitatif

menggunakan

regresi

berganda

1. Variabel tenaga kerja, teknologi, dan modal

berpengaruh signifikan secara parsial dalam

meningkatkan produksi di industri pengolahan

garam Kabupaten Pati.

2. Variabel tenaga kerja, tekonologi, dan modal

berpengaruh signifikan secara simultan dalam

meningkatkan produksi di industri pengolahan

garam Kabupaten Pati.

Penelitian Heru

Susanto, Nur Rokhati,

dan Gunawan W

Santosa (2014),

Bagaimana

Pengembangan Proses

Produksi Garam Untuk

Peningkatan Kuantitas

Meningkatkan

kapasitas industri

pengolahan garam

rakyat yang

1. Proses

produksi

garam di

Kabupaten

Analisis data

deskriptif

kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan produksi garam

rakyat di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara

dikerjakan dengan teknologi yang sangat

sederhana dan dilakukan secara turun temurun.

Page 57: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

42

Judul, Tahun, Wilayah,

Nama Peneliti Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Variabel

Penelitian

Teknik

Analisis Data Hasil dan Kesimpulan

“Development of

Traditional Salt

Production Process for

Improving Product

Quantity and Quality in

Jepara District, Central

Java, Indonesia.

{Procedia

Environmental Sciences

No.23 Hal 175 – 178,

2015}

dan Kualitas Produk di

Kabupaten Jepara?

berdaya saing

tinggi baik dari

kemampuan

sumber daya

manusia,

teknologi, mutu

dan standar produk

yang dihasilkan,

dengan

memanfaatkan

kemajuan ilmu

pengetahuan dan

teknologi, dari sisi

keunggulan

inovatif produk

yang dihasilkan

maupun efisiensi

produksi.

Jepara

2. Kuantitas

dan

Kualitas

Produk di

Kabupaten

Jepara

Proses produksi yang sangat sederhana dan tidak

mengalami peningkatan dari waktu ke waktu

berakibat pada rendahnya kualitas produk dan

tidak optimalnya kuantitas produk yang mampu

diperoleh. Kegiatan yang telah dilakukan

meliputi: survei kondisi terkini lahan dan

persiapan pelaksanaan program, peningkatan

kualitas air yang dialirkan ke kolam kristalisasi,

dan peningkatan kualitas produk garam dengan

penerapan teknik kristalisasi bertahap.

Penelitian Renaldi

Bahri Tambunan,

Hariyadi, dan Adi

Santoso (2012)

“Evaluasi Kesesuaian

Tambak Garam

Ditinjau Dari Aspek

Fisik di Kecamatan

Juwana Kabupaten

Bagaimana tingkat

kesesuaian lahan tambak

garam dari aspek fisik di

Kecamatan Juwana

Kabupaten Pati?

Mengetahui dan

mengevaluasi

tingkat kesesuaian

lahan tambak

garam di

Kecamatan

Juwana Kabupaten

Pati.

Lahan

tambak

garam di

Kecamatan

Juwana

Kabupaten

Pati

Analisis data

deskriptif

kualitatif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penilaian

kajian evaluasi kesesuaian fisik tambak garam di

Kecamatan Juwana Kabupaten Pati secara

memiliki kesesuaian fisik tambak kategori kelas

kesesuaian sangat sesuai (S1) guna tambak garam

nasional.

Page 58: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

43

Judul, Tahun, Wilayah,

Nama Peneliti Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Variabel

Penelitian

Teknik

Analisis Data Hasil dan Kesimpulan

Pati”.

{ Journal Of Marine

Research. Volume 1,

Nomor 2, Tahun 2012,

Halaman 181-187}

Penelitian Ma‟wa

Estimewa (2017)

“Analisis Pola Usaha

Tambak Garam

Terhadap Pendapatan

Petani Garam di

Kecamatan Pakal Kota

Surabaya”.

{Swara Bhumi. Volume

05 Nomor 02 Tahun

2017, 33 – 40}

1. Bagaimana pola usaha

tambak garam di

Kecamatan Pakal Kota

Surabaya?

2. Bagaimana Pendapatan

Petani Garam di

Kecamatan Pakal Kota

Surabaya?

3. Bagaimana Pola Usaha

Tambak Garam

Terhadap Pendapatan

Petani Garam di

Kecamatan Pakal Kota

Surabaya?

Mengetahui

karakteristik

petani garam,

karakteristik usaha

dan pola usaha

tambak garam

yang dijalankan

para petani garam

beserta

pengaruhnya

terhadap

pendapatan yang

mereka peroleh

setelah masa

panen garam tiba.

1. Pola usaha

tambak

garam di

Kecamatan

Pakal Kota

Surabaya

2. Pendapatan

Petani

Garam di

Kecamatan

Pakal Kota

Surabaya

Analisis data

kuantitatif

dengan

menggunakan

teknik

sampling

random

sampling dan

model

persamaan

regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani

garam didominasi oleh penduduk non-lokal

dengan bagi hasil. Teknik pengolahan lahan yang

diterapkan di Kecamatan Pakal, didominasi oleh

penerapan teknik secara tradisional. Diperoleh

dari hasil model analisis persamaan regresi, biaya

sewa lahan dan perlengkapan lahan berpengaruh

positif terhadap pendapatan petani garam, yaitu

mencapai sebesar 98,3%. Karakteristik petani

garam didominasi oleh kaum laki-laki yang

seluruhnya berada pada usia produktif.

Sumber: Juhadi (1995); Agus Cahyono (2006); Winarsih, Baedhowi, dan Bandi (2014); Heru Susanto, Nur Rokhati, dan Gunawan W

Santosa (2014); Renaldi Bahri Tambunan, Hariyadi, dan Adi Santoso (2012); Ma‟wa Estimewa (2017).

Page 59: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

44

2.3. Kerangka Berpikir

Potensi lahan tambak garam di Indonesia tidak dapat dikelola dengan

baik sehingga berdampak pada ketidakmampuanpemenuhan kebutuhan garam

nasional dari dalam negeri, oleh karena itupemerintah melakukan kebijakan impor

garam untuk memenuhi kebutuhan garam. Produksi garam hanya cukup untuk

kebutuhan konsumsi saja, sedangkan untuk kebutuhan industri masih belum dapat

terpenuhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam dibedakan menjadi

tiga, yaitu alam, usaha tambak garam, dan petani garam.Sistem pengelolaan usaha

tambak garam di Indonesia termasuk di Desa Genengmulyo masih tradisional,

sehingga peneliti akan melakukan penelitian tentang sistem dan mekanisme serta

keberlanjutan pengelolaan usaha tambak garam. Sistem pewarisan meliputi

pewarisaan material dan pewarisan non material diteliti agar dapat diketahui

sistem pewarisan dan mekanisme yang digunakan petani garam dalam

pengelolaan usaha tambak garam. Sistem pewarisan pada masyarakat petani

garam dalam pengelolaan usaha tambak garam juga dipengaruhi oleh aspek

lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya agar suatu sistem dapat berkelanjutan

(sustainability). Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan

penelitian dengan tentang sistem dan mekanisme pewarisan serta keberlanjutan

pengelolaan usaha tambak garam oleh petani di Desa Genengmulyo, Kecamatan

Juwana, Kabupaten Pati.

Page 60: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

45

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir

Tambak garam di Desa Genengmulyo Kecamatan Juwana

(Produksi garam hanya cukup untuk kebutuhan konsumsi)

Sistem pengelolaan tradisional

Sistem dan Mekanisme Pewarisan Sistem Keberlanjutan

Tingkat keberlanjutan pengelolaan usaha tambak garam

Evaluasi keberlanjutan

Pewarisan

Material

Pewarisan

non material

Sistem

Pewarisan

Aspek

Sosial

Aspek

Ekologi

Aspek

Ekonomi

Aspek

Budaya

Page 61: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

124

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Sistem dan mekanisme pewarisan yang diterapkan oleh petani garam di

Desa Genengmulyo merupakan partible inheritance, yaitu sistem warisan yang

dapat dibagi dengan mekanisme lahan yang dimiliki orangtua dibagi sama rata

kepada setiap anak untuk dikelola sebagai lahan tambak. Pewarisan diturunkan

secara vertical/tegak (vertical transmission) yaitu pewarisan secara lintas generasi

dari orang tua kepada anak-cucu. Berdasarkan sistem pewarisan yang diterapkan

maka sistem pewarisan di Desa Genengmulyo termasuk dalam kategori 2 yaitu

cukup berkelanjutan. Pewarisan material meliputi asal perolehan lahan, asal

perolehan modal, dan asal perolehan bahan baku serta pewarisan non material

meliputi nilai pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan termasuk dalam

kategori 3 yaitu berkelanjutan.

Sistem keberlanjutan pengelolaan usaha tambak garam di Desa

Genengmulyo dikategorikan cukup berlanjut dikarenakan pengukuran aspek

ekologi, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek budaya sesuai untuk lahan

pertambakan dengan rincian aspek ekologi dan aspek budaya temasuk dalam

kategori 3 yaitu berkelanjutan, aspek sosial dan aspek ekonomi termasuk dalam

kategori 2 yaitu cukup berkelanjutan.

Page 62: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

125

5.2. Saran

1. Sistem pewarisan yang diterapkan petani garam dapat dilakukan secara

bersama oleh setiap anak dengan cara bergilir lahan garapan supaya

pengelolaan usaha tambak garam lebih optimal karena tenaga, modal,

dan bahan baku lebih efisien.

2. Sistem keberlanjutan pengelolaan usaha tambak dari aspek ekologi,

aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek budaya termasuk dalam kategori

berkelanjutan, oleh karena itu keseimbangan keempat aspek tersebut

supaya tetap dipertahankan oleh masyarakat desa khususnya petani

garam.

Page 63: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

126

DAFTAR PUSTAKA

Adiraga, Yudha dan Achmad Hendra Setiawan. 2014. „Analisis Dampak

Perubahan Curah Hujan, Luas Tambak Garam dan Jumlah Petani Garam

terhadap Produksi Usaha Garam Rakyat di Kecamatan Juwana

Kabupaten Pati Periode 2003-2012: Universitas Diponegoro di

Semarang‟. Dalam Diponegoro Journal Of Economics. Vol. 3. No. 1.

Hal. 1-13. ISSN 2337-3814.

Adiraga, Yudha. 2014. „Analisis Dampak Perubahan Curah Hujan, Luas Tambak

Garam dan Jumlah Petani Garam terhadap Produksi Usaha Garam

Rakyat di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Periode 2003-2012‟.

Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Diponegoro.

Alham, Fiddini. 2015. „Perilaku Pasar Garam Di Kabupaten Sumenep Jawa

Timur‟. Dalam Jurnal Agribisnis Kerakyatan. Vol. 5. No. 1. Hal. 31-43.

Alhayat, Aditya P. 2016. „Peluang dan Tantangan Komoditas Garam di

Indonesia‟. Dalam Salim (Ed.). Info Komoditi Garam. Jakarta: Badan

Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dan Al Mawardi Prima.

Hal. 89-108.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Bineka Cipta.

----- 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka

Cipta.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Badan Meteorologi dan Geofisika. 2005.

Prototip: Informasi Iklim dan Cuaca Untuk Tambak Garam. Jakarta:

Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati.

Banowati, Eva. 2013. Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.

Banowati, Eva dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Ombak.

Cahyono, Agus. 2006. „Pewarisan Nilai-Nilai Kesenian Tayub: Universitas Negeri

Semarang di Semarang‟. Dalam Harmonia Jurnal Pengetahuan dan

Pemikiran Seni. Vol. VII. No. 1. Hal. 23-36.

Cavalli-Sforza, Luigi L. 1973. „Cultural versus Biological Inheritance: Phenotypic

Transmission from Parents to Children‟. Dalam Am J Hum Genet. No.

25. Hal. 618-637.

Page 64: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

127

Conway, Gordon R dan Robert Chambers. 1991. „Sustainable Rural Livelihoods:

Practical Concepts for The 21st Century‟. Dalam IDS Discussion Paper.

ISBN 0903715589.

Dacko, Mariusz. 2015. „The Issues of Environmental Resources Management in

the Light of the Model of Tragedy of the Commons-Systemic Approach‟.

Dalam Problems of Sustainable Development. Vol. 10. No.1. Hal. 21-30.

Effendy, Makhfud dkk. 2012. Garam Rakyat: Potensi dan Permasalahan.

Universitas Trunojoyo Madura: UTM Press.

Estimewa, Ma‟wa. 2017. „Analisis Pola Usaha Tambak Garam Terhadap

Pendapatan Petani Garam di Kecamatan Pakal Kota Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya di Surabaya‟. Dalam Swara Bhumi. Vol. 5.

No. 2. Hal. 33-40.

Fadjar, U dkk. 2008. „Transformasi Sistem Produksi Pertanian dan Struktur

Agraria serta Implikasinya terhadap Diferensiasi Sosial dalam Komunitas

Petani: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) di Bogor‟. Dalam

Agro Ekonomi. Vol. 26. No. 2. Hal. 209-233.

Fajariyah, Desy dan Sumarno. 2016. „Sengketa Tanah Tambak Garam di

Sampang Tahun 2005-2012: Universitas Negeri Surabaya di Surabaya‟.

Dalam Avatara. Vol. 4. No. 3. Hal. 1095-1109.

Fauziyah dan Ihsanudin. 2014. „Pengembangan Kelembagaan Pemasaran Garam

Rakyat: Universitas Trunojoyo Madura di Madura‟. Dalam JSEP. Vol. 7.

No.1. Hal. 52-59.

Feldman, Marcus W. 1992. „Geneculture Coevolution: Towards A General

Theory of Vertical Transmission‟. Dalam Proc. Natl. Acad. Sci. USA.

Vol. 89. Hal. 11935-11938.

Hamuna, Baigo et. al,. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran

berdasarkan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik Depapre,

Jayapura. Dalam Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 16. No. 1. Hal. 35-43.

ISSN 1829-8907.

Haryatno, Dhedy P. 2012. „Kajian Strategi Adaptasi Budaya Petani Garam:

Universitas Negeri Semarang di Semarang‟. Dalam Komunitas. Vol. 4.

No. 2. Hal 191-199. ISSN 2086-5456.

Juhadi. 1995. „REPONG DAMAR: Sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Berkelanjutan di Desa Waysindi, Krui, Lampung Barat‟. Thesis. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Page 65: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

128

Juhadi. 2013. „Dimensi Spasio Ekologikal Pemanfaatan Lahan Perbukitan

Pegunungan di Kecamatan Kokap, Girimulyo dan Pengasih Kabupaten

Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta‟. Disertasi. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Juhadi. 2013. „Sistem Pertanian Kebun Campuran Berkelanjutan Berbasis

Teknologi Tradisional‟. Dalam Forum Ilmu Sosial. Vol. 40. No. 2. Hal.

123-140.

Menteri Muda Urusan Pemuda. 1993. Garis Besar Haluan Negara tentang

Pendidikan. http://tulisanterkini.com/artikel/rtikel-ilmiah/9219-

pengertian-generasimuda.html. (27 Juni 2018).

Muhsoni, Firman Farid. 2012. „Kesesuaian Lahan Tambak Garam Menggunakan

Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sampang‟. Dalam Seminar

Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi, Fakultas Pertanian,

Universitas Trunojoyo.

Mustofa dan Edy Turjono. 2015. „Analisis Optimalisasi Terhadap Aktivitas Petani

Garam Melalui Pendekatan Hulu Hilir di Penambangan Probolinggo‟.

Dalam jurnal WIGA. Vol. 5. No. 1. Hal. 46-57. ISSN 2088-0944.

Nazir, Moh. 2005. “Metode Penelitian”. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurmalia, Rita. 2008. „Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem

Ketersediaan Beras di Beberapa Wilayah Indonesia: Fakultas Ekonomi

dan Manajemen IPB di Bogor‟. Dalam Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 26.

No.1. Hal. 47-79.

Prasetyo, Adhi. 2016. „Petani Garam Vs Impor Garam. Dalam Nasution (Ed.).

Buletin APBN. Jakarta: Pusat Kajan Anggaran Badan Keahlian‟. Vol. 1.

No.18. Hal. 1-5. ISSN 2502-8685.

Pusat Kebijakan Perdagangan dalam Negeri (Puska PDN). (2011). Analisis

Kebijakan Harga Garam Nasional. Jakarta: Badan Pengkajian dan

Pengembangan Kebijakan Perdagangan.

Pusat Kebijakan Perdagangan dalam Negeri (Puska PDN). 2011. Analisis

Kebijakan Harga Garam Nasional. Jakarta: Badan Pengkajian dan

Pengembangan Kebijakan Perdagangan.

Riduwan. 2010. “Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian”. Bandung:

Alfabeta.

Page 66: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

129

Ristyani, Dwi. 2012. „Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Perikanan

Tambak di Pesisir Kendal: Universitas Negeri Semarang di Semarang‟.

Dalam Jurnal Geoimage. Vol. 1. No.1. Hal. 1-18. ISSN 2252-6285.

Rivai, Rudy S dan Iwan S Anugrah. 2011. „Konsep dan Implementasi

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia: Pusat Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian di Bogor‟. Dalam Agro Ekonomi. Vol.

29. No. 1. Hal. 13-25.

Riyadi, Agung; Lestario Widodo, dan Kusno Wibowo. 2005. „Kajian Kualitas

Perairan Laut Kota Semarang dan Kelayakannya untuk Budidaya Laut:

Teknologi Lingkungan di Semarang‟. Dalam Jurnal Teknologi

Lingkungan. Vol. 6. No. 3. Hal. 497-500.

Rochmat, Nur. 2013. „Pewarisan Tari Topeng Gaya Dermayon: Studi Kasus Gaya

Rasinah: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Bandung‟. Dalam

Resital. Vol. 14. No. 1. Hal. 33-40.

Rochwulaningsih, Yety. 2012. „Pendekatan Sosiologi Sejarah Pada Komoditas

Garam Rakyat: Dari Ekspor Menjadi Impor: Universitas Diponegoro di

Semarang‟. Dalam Paramita. Vol. 22. No. 1. Hal. 14-24. ISSN 0854-

0039.

Setyowati, Dewi Liesnoor; Juhadi, dan Umi Kiptida‟iyah. 2017. „Konservasi Mata

Air Senjoyo Melalui Peran Serta Masyarakat dalam Melestarikan Nilai

Kearifan Lokal: Universitas Negeri Semarang di Semarang‟. Dalam

Indonesian Journal of Conservation. Vol. 06. No. 1. Hal. 36-43. ISSN

2252-9195.

Siregar, Syofian. 2017. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Subekti, Nugroho Ari. 2016. „Perdagangan Garam di Luar Negeri. Dalam Salim

(Ed.). Info Komoditi Garam. Jakarta: Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan dan Al Mawardi Prima‟. Hal. 49-68.

Sudaryanto, Agus. 2008. „Pola Pewarisan di Kalangan Nelayan Desa Pandang

Wetan, Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang‟. Dalam Mimbar

Hukum. Vol. 21. No. 1. Hal. 171-186.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

----- 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Heru; Nur Rokhati, dan Gunawan W Santosa. 2014. „Development of

Traditional Salt Production Process for Improving Product Quantity and

Page 67: SISTEM PEWARISAN DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN USAHA TAMBAK GARAM … · 2019. 12. 30. · instrumen wawancara. Metode pengumpulan data meliputi kuesioner, wawancara, studi dokumentasi,

130

Quality in Jepara District, Central Java, Indonesia: Diponegoro

University di Semarang‟. Dalam Procedia Environmental Sciences. No.

23. Hal. 175 – 178.

Syaugy, Afwan. 2013. „Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak Udang di Kecamatan

Cijulang dan Parigi, Ciamis, Jawa Barat‟. Skripsi. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Tambunan, Renaldi Bahri; Hariyadi, dan Adi Santoso. 2012. „Evaluasi Kesesuaian

Tambak Garam Ditinjau dari Aspek Fisik di Kecamatan Juwana

Kabupaten Pati‟. Dalam Journal of Marine Research. Vol.1. No. 2. Hal.

1818-187.

Terry, George R dan Leslie W. 1992. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Winarsih; Baedhowi, dan Bandi. 2014. „Pengaruh Tenaga Kerja, Teknologi, dan

Modal dalam Meningkatkan Produksi di Industri Pengolahan Garam

Kabupaten Pati: Universitas Sebelas Maret di Surakarta‟. Dalam Jurnal

Pendidikan Insan Mandiri. Vol. 3. No. 2. Hal. 88-98.

Zaini, Marhalim. 2014. „Cerita Lisan “Yong Dollah”: Pewarisan dan Resistensi

Budaya Melayu Bengkalis: Sekolah Tinggi Seni Riau di Riau‟. Dalam

Madah. Vol. 5. No. 5. Hal. 1-14.