Sistem Pengawasan Di Indonesia tugaas

49
SISTEM PENGAWASAN DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA KEMAL AHMAD RIDLA 1206254605 0

description

Sistem Pengawasan Di Indonesia tugaas

Transcript of Sistem Pengawasan Di Indonesia tugaas

SISTEM PENGAWASAN DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA

KEMAL AHMAD RIDLA1206254605

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS INDONESIAKATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada saya telah menyelesaikan tugas dari salahsatu mata kuliah Sistem Administrasi Negara Indonesia yang berjudulkan Sistem Pengawasan di Indonesia. Pembuatan makalah kali ini merupakan pemenuhan tugas akhir semester genap untuk mata kuliah Sistem Administrasi Negara Indonesia.

Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Bulizuar Buyung selaku dosen pengajar mata kuliah Sistem Administrasi Negara Indonesia. Berkat beliau, penulis mendapat banyak ide penulisan dan ide-ide untuk mengangkat banyak masalah untuk dijadikan materi untuk dikembangkan selanjutnya.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya,. Demikianlah sebagai pengantar kata, denga, atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.

Jakarta, Mei 2013Penulis

Abstraksi

Pengawasan adalah segala yang berkaitan dengan proses penilikan, penjagaan serta pengarahan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, agar objek yang diawasi berjalan menurut semestinya. Pengawasan adalah fungsi atau tugas dari pimpinan untuk mencocokan sampai di manakah program atau rencana yang telah ditetapkan dilaksanakan. Dengan pengawasan akan diketahui adanya kekurangan, hambatan-hambatan, kelemahan, kesalahan, dan kegagalan untuk kemudian dicari jalan mengatasinya. Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas / pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah (aturan) yang diberikan

BAB IPENDAHULUANPengawasan adalah salah satu fungsi dasar manajemen yaitu pengamatan agar tugas-tugas yang telah direncanakan dan dilaksanakan dengan tepat sesuai rencana, dan apabila terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan (George R Terry). Pemerintahan (Government) menunjukkan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan control atas pihak lain (the activity or the process of governing).

A. LATAR BELAKANGSetelah tumbanngnya rezim Orde Baru Indonesia menapaki Reformasi di segala bidang, guna mewujudkan pemrintahan yang demokratis, guna memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat, good governance, Melalui UU No. 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerahdan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat danDaerah, Pemerintah dan DPR telah jelas menunjukkan political will untuk melaksanakanotonomidaerahdan desentralisasi pada tahun anggaran 2001.Dalamkonteksotonomidaerah, desentralisasi dimaksudkan agar daerahlebih mampu mengembangkan inisiatif dan kreativitasdaerahdan sumberdayanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraanotonomidaerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepadadaerahsecara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dandaerah.2Namun kesemuanya itu perlu diimbangi dengan Sistem Pengawasanyang memadai agar tidak menimbulkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) baru.Dalam rangka pelaksanaan pekarjaan dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena dengan pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat dengan berpedoman rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah.Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas pemerintahan, sehingga pengawasan diadakan dengan maksud untuk, mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak lau untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru dan juga mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak

B. RUMUSAN MASALAH

Setelah 15 tahun perjalanannya, remormasi, kita perlu meninjau ulang apakahpengawasan, termasuk alat-alat penting pengawasannya, telah dapat berjalan secara memadaidalammengawal keberhasilan pelaksanaanotonomidaerahdan desentralisasi, supaya lebih mampumengembangkan inisiatif dan kreativitasdaerahdan sumber dayanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat, yang bebas dari KKN. Sehubungan dengan hal timbul pertanyaan sejauh mana agenda reformasi itu terimplentasi.kerena pada kenyataannya sampai saat ini lembaga-lembaga pengawas administrasi/keuangan kurang maksimal. Adanya hal ini di tengarai dengan adanya para birokrat di daerah yang tersandung kasus korupsi.hal ini menandakan bahwa pelimpahan KKN dari PUSAT kepada daerah. Hal ini yang perlu kita cermati bersama, bahwa setiap kebijakan public perlu adanya pengawasan dari berbagai pihak untuk mengawal kebijakan tersebut pada tujuan yang telah di rencanakan secera efektif dan efisien serta bersifat rasionalitas.

C. TUJUANPenulisan makalah ini bertujan untuk menjelaskan tentang Sistem Pengawasan Di Indonesia dan Permasalahannya, serta meninjau apakah pengawasan telah dapat berjalan secara memadaidalammengawal keberhasilan pelaksanaanotonomidaerahdan desentralisasi

BAB IIKERANGKA PEMBAHASAN

A. TEORI DAN KONSEPIstilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah awas, sedangkan dalam bahasa Inggris disebutcontrollingyang diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilahcontrollinglebih luas artinya daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian controlling ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata kendali, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki, kegiatan, yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Akan tetapi ada juga yang tidak setuju akan disamakannya istilahcontrollingini dengan pengawasan, karenacontrollingpengertiannya lebih luas daripada pengawasan dimana dikatakan bahwa pengawasan adalah hanya kegiatan mengawasi saja atau hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan saja hasil kegiatan mengawasi tadi, sedangkancontrollingadalah disamping melakukan pengawasan juga melakukan kegiatan pengendalian menggerakkan, memperbaiki dan meluruskan menuju arah yang benar.B. METODE PENULISANPenulis melakukan kajian literatur dari berbagai bentuk sumber. Kajian tersebut, yang juga dapat dikatakan sebagai studi pustaka,

BAB IIIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGAWASAN

1. George R Terry dalam bukunya Principles of management menyatakan pengawasan sebagai proses untuk mendeterminir apa yang akan dilaksanakan, mengevaluir pelaksanaan dan bilamana perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sedemikian rupa hingga pelaksanaan sesuai dengan rencana.2. Henry Fayol dalam bukunya General Industrial Management menyatakan, pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.3. Harold Koonzt dan Cyril ODonnel dalam bukunya Principles of Management menulis bahwa, pengawasan adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana-rencana yang digunakan untuk mencapainya dilaksanakan.4. S. P Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi memberikan definisi tentang pengawasan sebagai proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.5. Sarwoto dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen menyatakan sebagai berikut: pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.

B. RUANG LINGKUP PENGAWASANPengawasan bertujuan menunjukkan atau menemukan kelemahan-kelemahan agar dapat diperbaiki dan mencegah berulangnya kelemahan-kelemahan itu. Pengawasan beroperasi terhadap segala hal, baik terhadap benda, manusia, perbuatan, maupun hal-hal lainnya. Pengawasan manajemen perusahaan untuk memaksa agar kejadian-kejadian sesuai dengan rencana. Jadi pengawasan hubungannya erat sekali dengan perencanaan, dapat dikatakan bahwa perencanaan dan pengawasan adalah kedua sisi dari sebuah mata uang artinya rencana tanpa pengawasan akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dengan tanpa ada alat untuk mencegahnya.C. TUJUAN PENGAWASANMenjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan perintah (aturan yang berlaku) Menertibkan kordinasi kegiatan. Kalau pelaksana pengawasan banyak jangan ada objek pengawasan dilakukan berulang-ulang, sebaliknya ada objek yang tak pernah tersentuh pengawasan. Mencegah pemborosan dan penyimpangan. Karena pengawasan mempunyai prinsip untuk melindungi masyarakat, maka pemborosan dana yang ditanggung masyarakat harus dicegah oleh penyimpangan yang dilakukan pihak kedua. Misalnya harga obat nama dagang yang sepuluh kali obat nama obat generic dengan komposisi dan kualitas yang sama, pada hal yang berbeda hanya promosinya saja, maka wajarkah biaya promosi yang demikian besar dan cara-cara demikian perlu dipertahankan sebagai prinsip pengawasan yang melindungi masyarakat. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan. Tujuan akhir suatu pekerjaan yang professional adalah terciptanya kepuasan masyarakat (konsumen), Masyarakat puas akan datang kembali dan mengajak teman-temannya, sehingga meningkatkan produksi / penjualan yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi. Jika barang atau jasa yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat, maka masyarakat tidak saja percaya pada pemberi jasa, tapi juga pada institusi yang memberikan perlindungan pada masyarakat dan akhirnya percaya pula pada kepemimpinan organisasi

D. PROSES PENGAWASANProses Pengawasan adalah Proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana. Artinya pengawasan itu terdiri atas berbagai aktivitas, agar segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggungjawab manajemen terselenggarakan. Proses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadapsetiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah wujud dari pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi terhadap para bawahan, serta mewujudkan peningkatan efektifitas, efisiensi, rasionalitas, dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas organisasi. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan manajerial, langkah-langkah pokok ini menurut George R Terry meliputi:

1. Menetapkan Standar PengawasanStandar Pengawasan adalah suatu standar (tolok ukur) yang merupakan patokan bagi pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan dengan semestinya atau tidak. Standar pengawasan mengandung 3 (tiga) aspek, yaitu:a) Rencana yang telah ditetapkan, mencakup kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan yang hendak dicapai, sasaran-sasaran fungsional yang dikehendaki, faktor waktu penyelesaian pekerjaan.b) Ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku, mencakup ketentuan tentang tata kerja, ketentuan tentang prosedur kerja (tata cara kerja), peraturan per UU-an yang berkaitan dengan pekerjaan, kebijaksanaan resmi yang berlaku, dll.c) Prinsip-prinsip daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan pekerjaanmencakup aspek rencana dan ketentuan serta kebijaksanaan telah terpenuhi, pekerjaan belum dapat dikatakan berjalan sesuai semestinya apabila efisien dan efektivitasnya diabaikan, artinya kehemetan dalam penggunaan dana, tenaga, material dan waktu.

2. Mengukur Pelaksanaan PekerjaanPenilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah/senyatanya dikerjakan dapat dilakukan melalui antara lain:a) Laporan (lisan dan tertulis)b) Buku catatan harian tentang itu, Baganc) Jadwal atau grafik produksi/hasild) Insfeksi atau pengawasan langsung; Pertemuan/konferensi dengan petugas-petugas yang bersangkutan; Suvei yang dilakukan oleh tenaga staf atau melalui penggunaan alat teknik.

3. Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan PekerjaanAktifitas tersebut di atas merupakan kegiatan yang dilakukan pembandingan antara hasil pengukuran dengan standar. Maksudnya, untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat perbedaan dan jika ada, maka seberapa besarnya perbedaan tersebut kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.

4. Tindakan Koreksi (Corrective Action)Apabila diketahui adanya perbedaan, sebab-sebabnya perbedaan, dan letak sumber perbedaan, maka langkah terakhir adalah mengusahakan dan melaksanakan tindakan perbaikannya. Dari kegiatan tersebut di atas ada perbaikan yang mudah dilakukan, tetapi ada juga yang tidak mungkin untuk diperbaiki dalam waktu rencana yang telah ditentukan. Untuk solusinya maka perbaikan dilaksanakan pada periode berikutnya dengan cara penyusunan rencana/ standar baru, disamping membereskan factor lain yang menyangkut penyimpangan tersebut, antara lain: Reorganisasi Peringatan bagi pelaksana yang bersangkutan, dsb.

E. JENIS-JENIS PENGAWASAN

1. Berdasrkan Lembagaa. Pengawasan Atasan Langsung (Pengawasan Melekat)Dasar: Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan. Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa pengawasan terdiri dari:a) Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atasan langsung baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah;b) Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat pengawasan. Pengawasan yang dimaksud dalam butir (a) adalah merupakan pengawasan atasan langsung, sesuai dengan bunyi pasal 3 sebagai berikut:Pimpinan semua satuan organisasi pemerintahan, termasuk proyek pembangunan di lingkungan departemen/lembaga instansi lainnya, menciptakan pengawasan melekat dan meningkatkan mutunya didalam lingkungan tugasnya masing masing; (2) Pengawasan melekat dimaksud dalam ayat (1) dilakukan:1) Melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula;2) Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan;3) Melalui rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut, dan hubungan antar berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapainya;4) Melalui procedure kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan;5) Melalui pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunan pertanggung-jawaban, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan;6) Melalui pembinaan personil yang terus menerus agar para pelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan tugasnya.

b. Pengawasan FungsionalPengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan (manajer) dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pasal 4 ayat (4) Inpres No. 15 Tahun 1983 menyatakan bahwa pengawasan fungsional terdiri dari:a) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)b) Inspektorat Jenderal Departemen, Aparat Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen/instansi pemerintah lainnya;c) Inspektorat Wilayah Provinsi;d) Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota Madya.

c. Pengawasan Politis (DPR/DPRD)Pengawasan politis disebut juga pengawasan informal karena biasanya pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Pengawasan ini juga sering pula disebut social control. Contoh-contoh pengawasan jenis ini misalnya pengawasan melalui surat-surat pengaduan masyarakat, melalui media masa dan melalui badan-badan perwakilan rakyat. Social control sebagai pengawasan politis melalui jalur lembaga-lembaga perwakilan pada saat sekarang sudah terasa semakin mantap, di tingkat pusat pengawasan oleh DPR-RI atas jalannya pemerintah dan pembangunan terasa semakin intensif dan melembaga antara lain melalui forum rapat kerja komisi dengan pemerintah dan forum dengar pendapat (hearing) antara komisi-komisi DPR-RI dengan para pejabat tertentu, begitu juga yang dilaksanakan di Daerah antara Pemda dengan DPRD yang bersangkutan.

d. Pemeriksaan BPKBPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah perangkat pengawasan ekstern terhadap pemerintah, karena ia berada di luar susunan organisasi pemerintah (Pemerintah dalam arti yang sempit). BPK tidak mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala pemerintahan (Presiden), tetapi BPK mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Republik Indonesia.

e. Pengawasan dan Pemeriksaan LainnyaDalam pengawasan dan pemeriksaan lainnya merupakan pengawasan umum yaitu suatu jenis pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap segala kegiatan pemerintah daerah untuk menjamin penyelenggaraan pemerintah daerah dengan baik.Pengawasan umum terhadap pemerintah daerah dilakukan oleh Mendagri dan Gubernur/Bupati/Wali Kota kepada Daerah sebagai wakil pemerintah di daerah yang bersangkutan. Bagi Mendagri dan Gubernur/Bupati/Wali Kota, pengawasan atas jalannya pemerintahan Daerah (melalui pengawasan prepentif, pengawasan represif, dan pengawasan umum) adalah merupakan salah satu tugas pokoknya yang ditugaskan oleh undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Artinya bukan sekedar sebagai fungsi manajemen biasa.Mendagri dalam menjalankan tugas dibidang pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah dalam prakteknya dibantu oleh inspektur jenderal dalam pengawasan umum dan dirjen pemerintahan umum dan dirjen otonomi daerah dalam hal pengawasan prepentif dan pengawasan represif.

Ditingkat provinsi, gubernur dibantu oleh inspektorat wilayah provinsi dalam hal pengawasan umum sedangkan pengawasan prepentif dan pengawasan represif Gubernur dibantu oleh sekretariat Daerah (c.q. Biro Hukum dalam produk peraturan perundang-undangan yang menyangkut perda).

2. Berdasarkan Waktua. Pengawasan PreventifJenis pengawasan preventif adalah pengawasan atas jalannya pemerintah daerah yang sekarang diatur dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Secara umum arti pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, ini berarti pengawasan terhadap segala sesuatu yang bersifat rencana. Pengawasan preventif mengandung prinsip bahwa Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah mengenai pokok tertentu harus berlaku sesudah ada pengesahan pejabat yang berwenang, cara dari pemerintah melakukan yaitu Pengawasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yaitu terhadap rancangan Perda yang mengatur pajak Daerah, retribusi Daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala Daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Mendagri untuk Raperda Provinsi, dan oleh Gubernur terhadap Raperda Kabupaten/Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal. Pembinaan atas penyelenggaraan Pemda adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau Gubernur selaku wakil Pemerintahan di Daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi Daerah. Pembinaan oleh Pemerintah, Menteri dan Pimpinan lembaga pemerintah non departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Mendagri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi serta oleh Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan Kabupaten/Kota. Pengawasan atas penyelenggaraan Pemda adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemda berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan Per UU-an yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan utamanya terhadap Perda dan Peraturan Kepala Daerah.

b. Pengawasan RepresifPengawasan Represif mempunyai pengertian secara umum sebagai pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Jadi pengawasan represif ini merupakan kebalikan dari pengawasan prefentif. Pemerintah melakukan cara yaitu Pengawasan terhadap semua Perda diluar dari Raperda yang mengatur pajak Daerah, retribusi Daerah, APBD, dan RUTR, yaitu setiap Perda wajib disampaikan kepada Mendagri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/Kota untuk memperoleh Klarifikasi. Terhadap Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara Pemda apabila diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara Pemda tersebut. Sanksi dimaksud antara lain dapat berupa penataan kembali suatu Daerah otonom, pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan Daerah baik Perda, keputusan Kepala Daerah, dan ketentuan lain yang ditetapkan daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan Per UU-an.

3. Berdasarkan Jaraka. Pengawasan LangsungPengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan Pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek yang diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap proyek pembangunan fisik, maka yang dimaksud dengan pemeriksaan di tempat atau pemeriksaan setempat itu dapat berupa pemeriksaan administrative atau pemeriksaan fisik dilapangan. Kegiatan untuk secara langsung melihat pelaksanaan dari dekat ini, bukan saja perlu dilakukan oleh perangkat pengawasan akan tetapi lebih perlu lagi dilakukan oleh manajer atau pimpinan yang bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Dengan demikian ia dapat melihat dan menghayati sendiri bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan, dan bila dianggap perlu dapat diberikan petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi ataupun keputusan-keputusan yang secara langsung menyangkut dan mempengaruhi jalannya pekerjaan, inilah perwujudan nyata dari fungsi pengendalian yang dilaksanakan oleh manajemen. Kegiatan untuk melihat langsung ditempat pelaksanaan pekerjaan, baik yang dilakukan oleh pimpinan (manajer) yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan maupun oleh petugas pengawasan itulah yang disebut inspeksi. Inspeksi ini adalah istilah yang lebih dikaitkan dengan kegiatan manajer daripada kegiatan perangkat pengawasan.

b. Pengawasan Tidak LangsungPengawasan tidak langsung adalah merupakan kebalikan dari pengawasan langsung, artinya pengawasan tidak langsung itu dilakukan dengan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi atau tegasnya dilakukan dari jarak jauh, yaitu dari belakang meja caranya ialah dengan mempelajari dan menganalisa segala dokumen yang menyangkut obyek yang diawasi. Dokumen-dokumen itu antara lain dapat berupa:1) Laporan dari pelaksanaan pekerjaan, baik laporan berkala ataupun laporan insidentil;2) Laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang diperoleh dari perangkat pengawasan lain;3) Surat-surat pengaduan;4) Berita atau artikel di media massa;5) Dokumen-dokumen lainnya.

Disamping melalui dokumen-dokumen tertulis tersebut, pengawasan tidak langsung dapat pula mempergunakan bahan laporan lisan dan keterangan-keterangan lisan lainnya. Sesuai dengan sifatnya yang demikian itu kiranya dapat dimengerti bahwa pengawasan tidak langsung itu merupakan cara pengawasan yang banyak mengandung kelemahan, karena segala bahan-bahan informasi tersebut belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Oleh karena itu pengawasan tidak langsung sebaiknya hanya dapat dipakai sebagai pembantu atau pelengkap terhadap pengawasan langsung, terutama bila akan menyangkut pengambilan keputusan yang penting-penting.

4. Berdasarkan Ruanga. Pengawasan Intern (Internal Control)Pengawasan intern adalah merupakan kebalikan dari pengawasan ekstern, karena pengertian intern yang berarti dari dalam itu memang merupakan kebalikan dari ekstern yang berarti dari luar apabila ditinjau dari pemerintah BPKP merupakan pengawasan intern pemerintah, dan inspektorat jenderal ditinjau dari departemen merupakan pengawasan intern departemen yang bersangkutan. Contoh lain inspektorat wilayah provinsi ditinjau dari provinsi yang bersangkutan, dan inspektorat wilayah Kabupaten/Kota ditinjau dari Kabupaten/Kota yang ber-sangkutan.

b. Pengawasan Ekstern (External Control)Secara harafiah, pengawasan ekstern berarti pengawasan dari luar dalam pengawasan ekstern subyek pengawasan yaitu si pengawas berada di luar susunan organisasi obyek yang diawasi. Contoh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah merupakan perangkat pengawasan ekstern terhadap pemerintah, karena ia berada diluar susunan organisasi pemerintah (pemerintah dalam arti yang sempit). Ia tidak mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala pemerintahan (Presiden) tetapi BPK mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Contoh lain adalah pengawasan yang dilakukan oleh BPKP terhadap departemen dan lembaga pemerintah lainnya meskipun apabila dipandang dari segi pemerintah, BPKP itu merupakan perangkat pengawasan intern. Contoh lain lagi adalah inspektorat jenderal, ditinjau dari komponen-komponen di departemen yang bersangkutan inspektorat jenderal adalah merupakan perangkat pengawasan ekstern, meskipun irjen merupakan perangkat pengawasan intern departemen yang bersangkutan.

F. PENGAWASAN PEMERINTAHAN INDONESIA1. Pengawasan Dalam Organisasi PemerintahanPengertian pengawasan pemerintahan adalah penilaian dan analisis dari pelaksanaan berbagai urusan pemerintahan di daerah dapat berjalan sesuai dengan standar dan kebijakan pemerintah yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan dengan memberikan rekomendasi perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan terhadap pejabat yang berwenang.

A. Dasar hukum pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah:1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 217 - 223);2) PP No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;3) Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan daerah;4) Permendagri No. 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota;

B. Upaya Peningkatan PengawasanDalam upaya peningkatan pengawasan dalam organisasi pemerintahan, penajaman prioritas sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 23 Tahun 2007 adalah penguatan pengawasan bidang Pemerintahan Dalam Negeri. Dalam PP No. 79 Tahun 2005 ditekankan antara lain: Pengawasan Administrasi Umum Pemerintahan meliputi:1) Kebijakan Daerah;2) Kelembagaan (tentang organisasi perangkat daerah), yaitu penataan organisasi;3) Pegawai daerah;4) Keuangan daerah;5) Barang Daerah.Pengawasan umum pemerintahan itu meliputi baik urusan wajib ataupun urusan pilihan. Pengawasan lainnya meliputi:1) Dana dekonsentrasi;2) Tugas pembantuan;3) Kebijakan pinjaman hibah luar negeri;Kebijakan operasional pengawasan:1) Sasaran pemeriksaan rencana pengawasan tahunan (RPT), yaitu dituangkan dalam PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan);2) Pemeriksaan khusus akhir jabatan KDH;3) Monitoring dan evaluasi terhadap administrasi umum pemerintahan dan urusan pemerintahan;4) Pemeriksaan terhadap pengelolaan dana otonomi khusus;5) Pemeriksaan pengaduan instansi atau masyarakat;6) Pemeriksaan atas permintaan pejabat berwenang (laporan dana PILKADA);7) Pemeriksaan kinerja penerimaan Negara (pajak ataupun bukan pajak);8) Pemeriksaan tugas pokok dan fungsi oleh IRJEN terhadap ITWIL;9) Pemeriksaan tindak lanjut atas pemeriksaan uang Negara oleh BPK.

2. Pengawasan MelekatA. Tujuan Pengawasan MelekatTujuannya adalah sebagai segala usaha atau kegiatan untuk mengendalikan atau menjamin dan mengarahkan agar sesuatu tugas atau pekerjaan berjalan dengan semestinya.B. Prinsip-Prinsip Pengawasan Melekat:1) Melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula;2) Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan;3) Melalui rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut, dan hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapainya;4) Melalui prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan;5) Melalui pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunan pertanggungjawaban, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan;6) Melalui pembinaan personil yang terus menerus agar para pelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan tugasnya.C. Program Peningkatan Pengawasan Melekat:1) Sarana pengawasan melekat;san Langsung;2) Manusia dan budaya;3) Tugas pokok dan fungsi unit kerja;4) Langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat;5) Pelaporan pengawasan melekat.

3. Pengawasan Fungsional

Pengawasan Fungsional (Wasnal) adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan (Manajer) dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggungjawabnya.a) Aparat Pengawasan Fungsional:1) BPKP;2) Inspektorat Jenderal Departemen;3) Aparat Pengawas Lembaga Pemerintah Non Departemen Instansi Pemerintah Lainnya;4) Inspektorat Wilayah Provinsi;5) Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota.b) Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan FungsionalKegiatan pengawasan dilaksanakan berdasarkan rencana program kerja pengawasan tahunan yang disusun adalah aparat pengawasan fungsional menyusun rencana kerjanya dalam bentuk usulan program kerja pengawasan tahunan, usulan program kerja tahunan pengawasan tahunan tersebut disusun oleh BPKP menjadi program kerja pengawasan tahunan setelah berkonsultasi dengan aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan.c) Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan FungsionalUntuk menjamin keserasian dan keterpaduan pelaksanaan pengawasan Kepala BPKP memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara perencanaan pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS mengenai anggaran pelaksanaan program kerja pengawasan tahunan. Dalam merumuskan kebijaksanaan pengawasan dan secara terus menerus memimpin dan mengikuti pelaksanaannya Wakil Presiden dibantu oleh Menko Perekonomian dan Kepala BPKP.d) Pelaporan Pengawasan Fungsional1) Hasil pelaksanaan pengawasan, baik berdasarkan program kerja, pengawasan tahunan maupun berdasarkan pengawasan khusus, dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional masing-masing kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansin/Ybs. dengan tembusan kepada Kepala BPKP disertai saran tindak lanjut mengenai penyelesaian masalah yang terungkap daripadanya;2) Menko Perekonomian dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/Pimpinan instansi Pemerintah/Ybs. dengan tembusan kepada Kepala BPKP, khusus untuk masalah yang mempunyai dampak luas baik terhadap jalannya pemerintahan maupun terhadap kehidupan masyarakat;3) Menko Perekonomian menyampaikan laporan hasil kerja pelaksanaan pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Wakil Presiden.e) Tindak Lanjut Pengawasan Fungsional1) Tindakan administratif sesuai dengan peraturan per UU-an di bidang kepegawaian termasuk penerapan hukuman disiplin sesuai dengan peraturan disiplin PNS;2) Tindakan tuntutan/gugatan perdata, yaitu tuntutan ganti rugi/penyetoran kembali, tuntutan perbendaharaan, tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi, dll.;3) Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada Kepolisian Negara RI dalam hal terdapat indikasi tindak pidana umum, atau kepada Kejaksaan Agung RI dalam hal terdapat indikasi tindak pidana khusus, seperti korupsi, dll.;4) Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan.

G. PENGAWASAN ADMINISTRATIf Definisi Pengawasan Administratif Pengawasanatas penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh pemerintah, gubernur dan bupati/walikota adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan daerah dan desa berjalan sesuai rencana dan aturan yang berlaku.Pengawasanini dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai bidang kewenangannya masing-masing (pp no.79/ 2005) Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penetausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah (pp no.58/2005) Pengawasanadministrasi umum pemerintahan, dilakukan terhadap kebijakan daerah, kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah dan barang daerah. Pengawasanurusan pemerintahan, dilakukan terhadap urusan wajib, urusan pilihan, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.Pada prinsipnya pengawasan administrasif adalah,untuk memetuhi peraturan berdasarkan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan sebuah organisasi yang telah di tentukan. Faktor Penyebab Penyimpangan dalam Administratif (korupsi)Faktor terjadinya korupsi yang sangat mendasar di daerah adalah factor politik dan kekuasaan (legaslatif maupun ekskutif)yang menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan yang di miliknya untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golangan,dengan modus yang berbagai ragam;Mulai perjalanan dinas yang fiktif,penggelembungan dana APBD.yang mengatasnamakan rakyat,demi mencai keuntungan pribadi maupun kelompoknya. Factor ekonomi. Factor ini tidak terlalu mendasar jika di bandingkan dengan factor politik dan kekuasaan.Alasanyapun konvensional, artinya tidak seimbangnya penghasilan dengan kebutuha hidup yang harus di penuhiFaktor nepotisme;karena masih kentalnya semangat nepotisme, baik di sector public maupun sewasta, terutama di daerah-daerah dalam penempatan posisi yang strategis tidak jarang kemudian menimbulkan penyalahgunaan kewenangan, khususnya yang berhubungan dengan keuangan negara.1. (Hari Sabarno) menyatakan bahwa permasalahan yang terkait dengan pengelolaan keuangandaerahadalah lemahnya sistem pembukuan atau akuntansi, pengendalian,pengawasan, dan sistem informasi keuangandaerah, yang mengakibatkan rendahnya unsur transparansi dan akuntabilitas. Disadari juga bahwa belum adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Analisa Belanja (SAB) mengakibatkan sangat sulitnya menentukan besarnya jumlah kebutuhan/total pengeluaran yang layak bagidaerahotonom. Akibat lain dari belum adanya SPM dan SAB tersebut adalah menyulitkanpengawasan/penilaian terhadap kinerja pemerintah daerahyang bersangkutandalammelaksanakan kewenangannya.2. J B Sumarlin (Mantan Ketua BPK)4menyatakan bahwa dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance, maka kebutuhan terhadap peranpengawasan akan semakin meningkat.Pengawasanitu perlu dilaksanakan secara optimal, yaitu dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bermanfaat bagi auditee (organisasi, pemerintah dan negara)dalammerealisasikan tujuan/program secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengalaman menunjukkan bahwa banyaknya aparatpengawasanjustru menimbulkan inefisiensi, karena timbulnya pemeriksaan yang bertubi-tubi dan tumpang tindih diantara berbagai aparatpengawasanintern pemerintah, serta antara aparatpengawasanintern pemerintah dengan aparatpengawasanekstern pemerintah (BPK). Di samping itu, disinyalir juga bahwapengawasanbaru mencapai fungsinya yang bersifat korektif dan belum mencapai fungsinya yang bersifat preventif. Keberhasilan fungsi preventifpengawasanharus diperankan dan dilaksanakan oleh suatu sistem pengendalian intern yang memadai..3. J.B. Sumarlin (Mantan Ketua BPK), Pokok-Pokok Sambutan Tentang OptimalisasiPengawasan Manajemen Pemerintah Menuju terciptanya good governance halaman 5 dan 6, disampaikandalamHalf DaySeminardengan tema Pengawasandan Governance Keuangan Negara, Diselenggarakan oleh IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik di Jakarta 13 Januari 2004.menyatakan bahwa salah satu kelemahan sistem pengelolaan keuangan pemerintah saat ini adalah kelemahan di bidang akuntansi, pelaporan, pengendalian, dan auditing, meliputi : Tanggung jawab penggunaan uang oleh kementerian belum cukup tegas Belum tersedia standar akuntansi bagi pelaporan keuangan pemerintah, serta belum jelas otoritas pembuat standar dimaksud Laporan keuangan hanya meliputi realisasi anggaran dan penyajiannya sangat lambat Gagalnya fungsi pengendalian internal yang melekat (built-in) Tumpang tindih yang eksesif (berlebihan) antara audit eksternal dan internal pemerintah. Penekanan audit atas kebenaran formal dan bukan kebenaran material Kurang efektifnya lembaga internal auditBerdasarkan kelemahan tersebut, ditetapkan beberapa pilar pengendaliandalamUU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara, yaitu: Rencana Kerja dan Anggaran berbasis kinerja Klasifikasi anggarandalam3 dimensi (fungsi, jenis belanja dan satuan organisasi) Anggaran dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Cash disbursement planningPengendalian Intern Pemerintahan:dalamrangka meningkatkan kinerja,transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalianintern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.Akuntabilitas publik dapat dibangun atas dasar 4 komponen, yaitu sistem pelaporan keuangan, sistem pengukuran kinerja, pengauditan sektor publik dan berfungsinya saluran akuntabilitas publik yang tersistem dan terkoordinasi dengan baik serta menciptakan check and balance melalui lembaga yang berfungsi sebagai pelaksana (eksekutif), pengontrol (legislatif), pemeriksa (auditor), dan penegak hukum (yudikatif). Diperlukan juga system pengawasankeuangan negara yang mampu mengatasi korupsi, baik formal (oleh lembaga yang secara formal ditugaskan untuk mengawasi), maupun informal (oleh masyarakat/lembaga independen dan media massa), yang dikaitkan dengan keterbukaan informasi.Dalamprosespengawasan, pengendalian dan pemeriksaan perlu dibedakan siapa berperan apa dan kapan peran itu boleh dilakukan, yang ditegaskan dengan peraturan perundangan, karena peran-peran tersebut diperankan oleh pemain yang berbeda, dan fungsi lembagapengawasan eksternal (BPK) dan internal (APIP) tersebut meskipun sangat berbeda, tetapi keduanya saling mengisi dan melengkapi. Keduanya merupakan unsur-unsur penting yang diperlukan dan tidak saling menggantikan untuk terselenggaranya good governancedalammanajemen pemerintahan negara. Lembagapengawasaninternal pemerintah diperlukan untuk mendorong terselenggaranya manajemen pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien pada tiap tingkat pemerintahan, mulai dari Presiden, Menteri/PimpinanLPND,Gubernur/Bupati/Walikota.Pengawasaninternal tidak hanya dilakukan pada saat akhir proses manajemen saja, tetapi berada pada setiap tingkatan proses manajemen. Perubahan paradigmapengawasaninternal yang telah meluas dari sekedar watchdog (menemukan penyimpangan) ke posisi yang lebih luas yaitu pada efektivitas pencapaian misi dan tujuan organisasi, mendorong pelaksanaan pengawasanke arah pemberian nilai tambah yang optimal. Sebab Praktek-praktek KKN Cenderung Semakin MeluasHal ini menggambarkan kurang efektif dan belum mantapnya peran dan fungsipengawasaninternal, disamping faktor-faktor lain.Kelembagaanpengawasaninternal dan tumpang tindihpengawasan. Masing-masing lembagapengawasanterkesan berjalan sendiri-sendiri sehingga belum terbentuk secara mantap sinergi, baik antara aparatpengawasaninternal dan eksternal, maupun antar aparatpengawasaninternal sendiri. Hal ini disebabkan belum efektifnya atau bahkan belum adanya ketentuan/peraturan perundangan yang secara jelas mengatur mekanisme, domain, dan hubungan kerja diantara aparatpengawasanintern pemerintah.Kurangnya perhatian dari manajemen instansi untuk membangun system pengendalian yang andal, sehingga mengurangi kualitas pelaksanaanpengawasan dan tindak lanjut hasilpengawasan.Pengawasaninternal diharapkan tidak hanya menggunakan pendekatan single loop learning, akan tetapi lebih kepada double loop learning. Artinya tidak hanya melakukan pengujian atas realisasi yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan, tetapi juga mempertimbangkan dan memberdayakan system pengendalian intern yang ada pada organisasi, sehingga dapat terjadi suatu mekanismepengawasanyang terintegrasi antara pencegahan dan penindakan secara terus menerusdalammenanggulangi dan mencegah praktek-praktek KKN, serta menutup celah-celah yang membuka peluang bagi tindakan yang merugikan organisasi serta menghambat pencapaian misi dan tujuan organisasi.Permasalahan kewenangan antar lembagapengawasaninternal pemerintah perlu lebih diperjelas dan dipertegas. Perlu ada kesadaran bahwa aktivitas pemerintahan dan pembangunan yang diselenggarakan oleh setiap unit organisasi baik di pusat maupundaerah, saling terkait satu sama lain. Mengingat risiko pemerintah secara keseluruhan, maka pengendalian danpengawasanperlu tetap dipandang dari sudut kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu diperlukan penegasan kewenangan dan penataan ulang mekanisme kerja dan koordinasipengawasanantar aparatpengawasanintern pemerintah, sehingga dapat mewujudkanpengawasanyang efisien, efektif dan sinergis. fungsi audit internaldalammanajemen pemerintahan masih belum berjalan secara optimal, meskipun fungsi tersebut telah dilakukan secara berlapis-lapis. Beberapa masalah yang perlu diperhatikandalamrangka optimalisasi fungsi audit internal tersebut pada pemerintahanotonomidaerah, antara lain; Tumpang tindihpengawasanaudit internal, sehingga mengakibatkan ketidakefisienan dan ketidakefektivan, baik untuk instansipengawasanitu sendiri maupun instansi yang diawasi. Tumpang tindih juga dialami denganpengawasan eksternal pemerintah, Akuntabilitas publik yang belum jelas dan transparan, khususnyadalamukuran kinerjanya, Mutu temuan hasil pemeriksaan masih perlu ditingkatkan, khususnya untuk membantu manajemendalampengambilan keputusan yang efektif dan efisian.

Langkah-langkah Optimalisasi Pengawasan AdministratifAda 2 (dua) jenis langkah besar yang harus dilakukandalampembenahanpengawasanini agar menjadi optimal, yaitu:1. Pembenahan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) seluruh institusipengawasanagar menghindari tumpang tindih dan bersifat sinergis (tidak ego sektoral), dapat bekerja secara efisien dan efektif, serta memberikan nilai tambah yang optimaldalam pencapaian misi dan tujuan organisasi (bukan sekedar watchdog untuk menemukan penyimpangan) pada setiap tingkatan proses manajemen.2. Pembenahan standar-standar pengendalian intern agar dapat berjalan secara efektif dan memudahkanpengawasan/pemeriksaan, serta mencegah terjadinya KKN sedini mungkin. Pembenahan Tupoksi Seluruh InstitusiPengawasan Seluruh institusipengawasan, baik eksternal maupun internal pemerintahan, harus membenahi tupoksinya secara sadar dan sukarela serta melupakan arogansi institusi, demi pencapaian tujuanpengawasanyang sinergis, efisien dan efektif, terutamadalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengawasanekstern pemerintah (Legislatif dan BPK) yang berfungsi sebagai penyeimbang (check and balance) terhadap fungsi pelaksanaan (eksekutif) oleh Pemerintah bukan berada di atas Pemerintah, melainkan sejajar dan harusnya merupakan mitra pemerintahdalammeningkatkan efisiensi Negara, serta concern (menaruh perhatian) terhadappengawasanyang efisien dan efektif. Apabila aparatpengawasan ekstern pemerintah dapat memanfaatkan hasilpengawasanaparatpengawasanintern pemerintah, mengapa harus melakukan pemeriksaan ulang dengan biaya yang tidak sedikit. Sebagai perbandingan, di dunia bisnis/perusahaan, auditor ekstern tidak akan melakukan pemeriksaan ulang (mengurangi biaya audit yang akan dibebankan keperusahaan) terhadap apa yang telah dilakukan oleh auditor intern, sepanjang pemeriksaan/audit tersebut telah dilaksanakan sesuai standar yang sama serta dilandasi kertas kerja yang memadai. Pengujian yang dilakukan oleh auditor intern tersebut biasanya terkait dengan quality assurance terhadap sistem pengendalian manajemen,sedangkan audit ekstern yang dilakukan adalahdalamrangka memberikan opini keseluruhan terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, alangkah indahnya apabila ada konsensus antara auditor ekstern pemerintah (BPK) dan auditor intern pemerintah (BPKP/Itjen/Bawasda) mengenai jenis-jenis pekerjaan auditor intern mana yang akan digunakan oleh auditor ekstern tanpa harus melakukan pemeriksaan ulang, serta memperkecil luas pengujiannyadalamrangka memberikan opini terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah, baik pusat maupundaerah.

BAB IVPENUTUP

KESIMPULANBerdasarkan komentar-komentar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwapengawasan dalameraotonomidaerahini masih mengalami banyak permasalahan, baik dari segi kelembagaan aparat pengawasannya yang belum dapat bekerja secara sinergis, efisien dan efektif (intern dan ekstern), maupun alat-alatpengawasanlainnya berupa standar- standar sebagai dasar pelaksanaan dan sistem pengendalian intern yang belum dapat berjalan sesuai dengan yang diniatkan oleh peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, langkah-langkah apa yang masih harus dilakukan ke depan demi mengoptimalkanpengawasandalameraotonomidaerah.Menurut penulis, langkah-langkah tersebut sebelum ditetapkan, harus didahului dengan komitmen pemerintah tentangpengawasan, karena komitmen adalah bagian integral dari sistem nilai yang baik. Tanpa komitmen yang terpelihara, akan timbul perilaku yang tidak jujur. Dapat kita bayangkan bagaimana setiap hubungan, baik secara pribadi, organisasi atau yang bersifat profesional dapat berjalan mulus, Ketidakpastian dapat menyebabkan kebingungan. Kurangnya komitmen akan menggoyahkan hubungan dan menimbulkan perasaan tidak aman

DAFTAR PUSTAKA

Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia, Rajawali Press, Jakarta (cetakan I), 1988.

H. La Ode Husen, SH., MH., Dr, Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Dengan Badan Pemeriksaan Keuangan Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, CV. Utomo, Bandung, 2005.

Atnadja, Arifin P. Soeria,Reorientasi Penertiban Fungsi Lembaga Pengawasan dan Pemeriksaan Keuanagan Negara,FHUI,Depok,1997.

Wajong J,Fungsi Administrasi Negara,Djakarta Djambatan, Jakarta,1969.

Situmorang, Viktor M, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkunagan Aparatur Pemerintah,Jakarta Rineka Chipta, Jakarta,1994.

Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, Jakarta Sinar Grafika,Jakarat,1986.

http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html0