SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks...

149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 0 SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI DASAR VERBA TESIS Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Oleh: Husniah Ramadhani Pulungan S110908006 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks...

Page 1: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

0

SISTEM PEMBENTUKAN VERBA

BAHASA BATAK ANGKOLA DARI DASAR VERBA

TESIS Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif

Oleh: Husniah Ramadhani Pulungan

S110908006

PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK Husniah Ramadhani Pulungan. S110908006. Sistem Pembentukan Verba Bahasa Batak Angkola dari Dasar Verba. Pembimbing I: Prof. Dr. H.D. Edi Subroto. Pembimbing II: Dr. Djatmika, M.A. Tesis: Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret, 2011.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan afiks-afiks derivasional dan afiks-afiks infleksional pembentuk verba Bahasa Batak Angkola (BBA) dari dasar verba beserta aspek semantik dan keproduktifannya. Penyediaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik rekam, teknik pustaka, dan teknik kerjasama dengan informan, lalu teknik simak, teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat adalah sebagai teknik lanjutannya. Sumber data dalam penelitian ini adalah kaset, interview dengan informan, dan beberapa buku yang ditulis dalam BBA. Adapun data yang dianalisis berupa verba dalam BBA baik monomorfemik maupun polimorfemik yang tuturan/ kalimatnya mengalami afiks derivasi dan afiks infleksi. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih atau distribusional dengan teknik urai unsur terkecil (ultimate constituent analysis), teknik urai/ pilih unsur langsung (immediate constituent analysis), teknik oposisi dua-dua, dan teknik perluasan atau ekspansi. Penelitian ini juga menggunakan metode padan dengan teknik dasar pilah unsur tertentu. Hasil analisis data, menunjukkan bahwa dari 100 verba dasar transitif dan 25 dasar verba intransitif yang berada dalam ruang lingkup Paradigma I adalah sebagai berikut. Bentuk-bentuk afiks derivasional adalah kategori D–i dan kategori D–kon. Aspek semantiknya adalah makna afiks derivasional –i (frekuentatif, dan lokatif), dan makna afiks derivasional –kon (benefaktif, melakukan dengan perbuatan alat, melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), kausatif, dan direktif), sedangkan produktifitasnya terbatas karena sifatnya yang unpredictable. Bentuk-bentuk afiks infleksional adalah kolom A (kategori maN-D, di-D, hu-D, di-D-ho, di-D-ia, tar-D), kolom B (kategori maN-D-i, di-D-i, hu-D-i, di-D-iho, di-D-iia, tar-D-i), dan kolom C (kategori maN-D-kon, di-D-kon, hu-D-kon, di-D-konho, di-D-konia, tar-D-kon). Aspek semantiknya adalah bentuk baris 1 berfokus pada agen, sedangkan baris 2-6 berfokus pada pasien, kemudian produktifitasnya luas karena sifatnya yang predictable. Namun, terdapat beberapa verba tertentu yang tidak dapat dilekati afiks derivasi dan infleksi karena alasan semantis, dan beberapa verba, hukumnya harus dihapal karena sudah menjadi konvensi di masyarakat. Sistem pembentukan verba Bahasa Batak Angkola adalah salah satu objek kajian di bidang Linguistik Deskriptif. Karenanya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian sejenis berikutnya. Semoga, penelitian ini dapat menjadi salah satu pedoman dalam upaya pelestarian bahasa Nusantara sebagai kekayaan bangsa. (Kata Kunci: derivasi, infleksi, afiks, semantik, transitif, intransitif, verba).

Page 3: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Batak Angkola (selanjutnya BBA) adalah salah satu bahasa

Nusantara yang sudah mulai mengalami pergeseran dalam pemakaiannya. Hal itu

disebabkan oleh adanya budaya merantau dan datangnya para perantau dari

daerah lain yang mau tidak mau secara langsung ataupun tidak langsung

membawa perubahan budaya dan bahasa bagi masyarakat itu sendiri baik di kota

maupun di desa. Di samping itu, walaupun para orang tua masih menggunakan

BBA dalam kehidupan sehari-hari, ternyata akibat era globalisasi kecenderungan

para orang tua untuk lebih mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing

kepada para generasi penerusnya lebih besar daripada mengajarkan BBA, dengan

tujuan agar para generasi penerus ini dapat mengikuti perkembangan zaman yang

sudah semakin canggih.

Di satu sisi, sikap para orang tua ini berdampak positif karena dilandasi

rasa ingin maju, tetapi di sisi lain sangat disayangkan sekali karena tanpa disadari

sikap para orang tua yang demikian dapat membuat penggunaan BBA semakin

lama semakin berkurang dan akhirnya bahasa daerah ini bisa punah. Hal ini tidak

boleh terjadi, karena BBA merupakan warisan sejarah yang sudah turun-temurun

berperan sebagai alat komunikasi yang signifikan antarmasyarakat Batak

Angkola. Alangkah baiknya apabila masyarakat Batak Angkola mau menyadari

dan mau bersama-sama menjaga dan melestarikan bahasa daerah ini. Setidaknya,

1

Page 4: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

walaupun tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena faktor situasional,

masyarakat dapat menggunakannya dalam keluarga atau ketika bertemu sanak

saudara karena itu merupakan sebuah ciri dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia

khususnya bagi masyarakat Batak Angkola tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin ikut berperan serta dalam

pelestarian BBA dengan membuat penelitian mengenai sistem verba BBA yang

bertujuan agar masyarakat Batak Angkola baik para orang tua maupun generasi

muda dapat mempelajari BBA. Selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan

bermanfaat bagi masyarakat guru bahasa, masyarakat linguistik, dan masyarakat

umum yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang BBA. Senada

dengan pernyataan di atas, Harahap (2007:ii) menyatakan bahwa Undang-Undang

No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang dalam rangka

melestarikan budaya daerah sebagai bagian dari budaya nasional.

Ginting (1997:2) menekankan dalam UUD 1945 bab XV ayat 1 dan 2

dipaparkan bahwa bahasa-bahasa daerah masih dipakai sebagai alat perhubungan

dan alat komunikasi yang hidup, dihargai dan dipelihara oleh negara. Hal ini

dikarenakan bahasa daerah itu adalah bahagian dari kebudayaan nasional yang

tetap hidup dan berkembang. Dengan demikian, bahasa daerah itu adalah

pendukung kebudayaan serta menjadi lambang identitas daerah yang turut

menunjang pembinaan bahasa nasional. Berlandaskan pernyataan-pernyataan di

atas diharapkan pelaksanaan sosialisasi dari pelestarian BBA ini akan lebih mudah

dan terbuka.

Page 5: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

BBA merupakan bagian dari jenis bahasa suku Batak yang terdapat di

Sumatera Utara. Menurut Hutahuruk (1987:6) suku Batak itu mempunyai tujuh

sub suku: Toba, Dairi, Angkola, Mandailing, Campuran, Karo dan Simalungun.

Adapun pembagian tempat tinggalnya adalah sebagai berikut:

1) Daerah Kabupaten Tapanuli Utara

a. Orang Batak Toba berada di pulau Samosir (Pangururan); sekitar

Danau Toba (Balige); tanah datar Humbang (Siborong-borong); dan

lembah Silindung (Tarutung).

b. Orang Batak Dairi di tanah Pakpak dengan kota Sidikalang.

2) Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan

a. Orang Batak Angkola berada di sekitar Padangsidimpuan, Sipirok dan

Gunung Tua;

b. Orang Mandailing berada di sekitar Panyabungan, Natal dan Muara

Sipongi.

3) Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah (Pesisir)

Di daerah ini yang tinggal adalah pertemuan orang Batak Toba (mayoritas)

dengan orang Batak Angkola dan orang pendatang dari luar suku Batak;

terdapat di daerah pantai dari Sibolga sampai Barus.

4) Daerah Kabupaten Karo, Sumatera Timur adalah tempat tinggal orang Batak

Karo (Kabanjahe).

5) Derah Kabupaten Simalungun, Sumatera Timur adalah tempat tinggal orang

Batak Simalungun (Pematangsiantar).

Page 6: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tarigan dalam Hasibuan (1972:6) membagi bahasa-bahasa Batak

sebagai berikut:

1. Angkola

2. Karo

3. Mandailing

4. Pakpak

5. Simalungun

6. Toba

Tinggibarani (2008:1) menyatakan bahwa bahasa Angkola adalah salah

satu bahasa di daerah Tapanuli bahagian Selatan, yang dipergunakan sehari-hari

oleh masyarakat Marancar, Angkola, Sipirok, Padangbolak/Padanglawas,

Barumun-Sosa, dan dapat dimengerti oleh penduduk daerah kabupaten

Mandailing Natal, dengan dialek atau logat yang berbeda.

Hasibuan (1972:14) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

masyarakat Angkola ialah orang-orang yang masih terikat dengan kebudayaan

Angkola dalam hidupnya sehari-hari dan memakai bahasa Angkola sebagai

bahasa ibunya. Kemudian, Siregar dan Nasution (dalam Hasibuan (1972:14-15))

menjelaskan bahwa daerah yang memakai bahasa Angkola meliputi kecamatan

Padangsidimpuan, kecamatan Sipirok, kecamatan Batangtoru, kecamatan Batang

Angkola, kecamatan Sosopan, kecamatan Padangbolak dan kecamatan Barumun

Tengah.

Page 7: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Gambar 1. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan

Gambar peta Kabupaten Tapanuli Selatan di atas menunjukkan batas

wilayah antara daerah Angkola dan daerah Batak lainnya. Daerah Angkola berada

di antara daerah Mandailing dan daerah Toba sehingga BBA mendapat pengaruh

dari bahasa Batak Angkola dan bahasa Batak Toba, baik dalam penulisan,

pengucapan, dan perbendaharaan kata. Walaupun demikian, BBA adalah tetap

bahasa yang berdiri sendiri.

Situs profil daerah kabupaten Tapanuli Selatan menyatakan bahwa

penduduk kabupaten Tapanuli Selatan atau penduduk Angkola berjumlah 629,212

jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk ini dapat dilihat bahwa sebenarnya masih

terdapat potensi yang besar dalam mengembangkan dan melestarikan BBA ini.

Penelitian tentang BBA memang sudah mengalami perkembangan,

mulai dari masalah tata bahasa sampai pada budayanya. Namun sangat

Page 8: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

disayangkan penelitian tentang sistem pembentukan verba masih kurang

mendapat perhatian.

Chafe (1973:10) yang menyatakan bahwa struktur semantik dibentuk

dari verba sebagai pusatnya, yang kemudian disertai nomina yang berhubungan

dengannya. Dalam hal ini, verba memiliki peranan yang penting dalam struktur

semantik karena verba merupakan inti informasi dari suatu tuturan dalam

berkomunikasi. Pernyataan ini senada dengan Alwi, dkk., (2003) yang

menjelaskan bahwa verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat

karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain

yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut.

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti tertarik untuk meneliti sistem

pembentukan verba BBA dari dasar verba. Penelitian ini hanya fokus pada

masalah morfologi mengenai afiks-afiks derivasional dan infleksional pembentuk

verba dari dasar verba BBA yang nantinya akan menghasilkan sistem

pembentukan verba BBA kelas I dan kelas II dalam paradigma I.

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah, penelitian

ini merupakan kajian atas sistem pembentukan verba BBA dari morfem dasar.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini diwujudkan dalam serangkaian bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari dasar

verba?

Page 9: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Bagaimanakah aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional?

3. Bagaimanakah afiks-afiks infleksional pembentuk verba BBA dari dasar verba?

4. Bagaimanakah aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

deskripsi tentang sistem pembentukan verba BBA dari morfem dasar yang secara

rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari dasar

verba.

2. Mendeskripsikan aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional.

3. Mendeskripsikan afiks-afiks infleksional pembentuk verba BBA dari dasar

verba.

4. Mendeskripsikan aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan rujukan

tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi

penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha melestarikan bahasa daerah yaitu

BBA.

Berdasarkan uraian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat

dirumuskan menjadi dua bagian pokok, yakni:

Page 10: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1) Manfaat teoretis

1. Sebagai hasil dokumentasi dan deskripsi BBA yang dapat digunakan

sebagai sumber informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya.

2. Sebagai bahan perbandingan terhadap bahasa-bahasa daerah yang ada di

Nusantara sebagai pelestarian bahasa daerah.

3. Sebagai sumber informasi untuk penyusunan tata BBA khususnya yang

berkaitan dengan verba.

4. Penelitian ini dapat memperkaya kajian di bidang linguistik pada

umumnya dan di bidang morfologi BBA pada khususnya.

2) Manfaat praktis

1. Menambahkan dan menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat

Angkola terhadap BBA.

2. Sebagai bahan pengajaran bahasa daerah terutama tentang sistem sistem

afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA.

Page 11: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

Penulis menguraikan beberapa landasan teori dan kajian pustaka untuk

memberi gambaran tentang uraian penelitian ini dan juga beberapa penelitian

yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

1. Penjenisan Kata Bahasa Indonesia Secara Umum

Secara umum kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas beberapa jenis.

Alwi, dkk., (2003) memaparkan bahwa kata dapat dibagi menjadi sepuluh jenis

yaitu verba, ajektiva, adverbia, nomina, pronomina, numeralia, kata tugas,

interjeksi, artikula, dan partikel penegas. Kesepuluh jenis kata ini memiliki

peran yang berbeda penerapannya di dalam kalimat yang dapat dilihat sebagai

berikut:

a. Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena verba

berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada

dalam kalimat tersebut. Contoh: lari, belajar, dan seterusnya.

b. Ajektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus

tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Contoh: baik,

rajin, pintar, putih dan seterusnya.

c. Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbia lain.

Contoh: sangat, selalu, hampir, hanya, dan seterusnya.

9

Page 12: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

d. Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan

konsep atau pengertian. Contoh: guru, kucing, meja, kebangsaan, dan

seterusnya.

e. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.

Contoh: saya, kamu, dia, mereka, dan seterusnya.

f. Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud

(orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh: lima hari, setengah

abad, orang ketiga, beberapa masalah, dan seterusnya.

g. Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti

leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas,

melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.

Contoh: dan, ke, karena, dari, dan seterusnya.

h. Interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.

Contoh: ayo, mari, aduh, nah, dan seterusnya.

i. Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina, seperti: yang

bersifat gelar, yang mengacu ke makna kelompok, dan yang menominalkan.

Contoh: sang, hang, si, dan seterusnya.

j. Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk

dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang mengiringinya. Contoh: -kah,

-lah, -tah, dan pun.

Page 13: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Selanjutnya, Kridalaksana, dkk., (1985) membagi kategorisasi kata

sebagai berikut:

a. Nomina adalah kategori gramatikal yang tidak dapat bergabung dengan

tidak.

b. Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina.

c. Ajektiva adalah kategori kata yang ditandai oleh (1) kemungkinannya

didampingi partikel seperti lebih, sangat, dan agak, atau (2) ciri-ciri

morfologis, seperti -if (dalam sensitif), dan –i (dalam alami). Secara

semantis, ajektiva mengungkapkan makna keadaan suatu benda.

d. Numeralia adalah kategori gramatikal yang tidak bergabung dengan tidak

tapi dapat bergabung dengan nomina, seperti dalam dua guru. Istilah

numeralia dipakai menyatakan konsep sintaksis yang mewakili bilangan

yang terdapat dalam alam di luar bahasa.

e. Verba adalah kategori gramatikal yang dalam konstruksi mempunyai

kemungkinan diawali dengan kata tidak, tidak mungkin diawali dengan kata

di, ke, dari, dan tidak mungkin diawali dengan prefiks ter- ‘paling’. Secara

semantis, verba mengungkapkan makna perbuatan, proses, atau keadaan.

f. Adverbia adalah kategori yang mendampingi kategori verba, ajektiva,

numeralia, adverbia, dan proposisi.

g. Preposisi adalah partikel yang berfungsi menghubungkan kata atau frase

sehingga berbentuk frase eksosentris.

Page 14: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

h. Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi

menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau

mengukuhkan apa yang telah diketahui oleh pembicara.

i. Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan

anteseden.

j. Konjungsi adalah kategori yang berfungsi meluaskan satuan yang lain dalam

konstruksi hipotaktis. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang

setataran ataupun yang tidak setataran.

k. Interjeksi bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaktis

tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam sebuah kalimat.

l. Kategori fatis bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan

pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kategori fatis ini tidak

dapat diucapkan dalam monolog. Kategori fatis ini biasanya terdapat dalam

konteks dialog atau wawacara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang

diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara.

m. Pertindihan kelas kategori, contoh:

(1) Sapi saya mati kemarin. (mati sebagai verba intransitif).

(2) Mati itu bukan akhir segalanya. (mati sebagai nomina).

(3) Ini harga mati. (mati sebagai ajektiva).

Pendapat para ahli di atas menunjukkan bahwa penjenisan kata

secara umum dalam bahasa Indonesia masih belum seragam. Hal ini terjadi

karena penjenisan itu tergantung pada sudut pandang bagaimana membagi

jenis kata tersebut secara umum. Dengan demikian, pembagian jenis kata ini

Page 15: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya pada saat dibutuhkan. Dalam penelitian

ini, Peneliti hanya akan fokus pada jenis kata verba saja.

2. Verba dalam Bahasa Indonesia dan Ciri-cirinya

Verba merupakan jenis kata yang menjadi inti dari sebuah kalimat

pada umumnya. Verba sudah dapat mewakili aksi apa yang akan dilakukan

oleh subjek kepada objek ataupun sebaliknya. Beberapa penjelasan verba

menurut para ahli dapat dilihat sebagai berikut.

2.1 Ciri-ciri Verba dalam Bahasa Indonesia

Kridalaksana, dkk., (2008:254) menyatakan bahwa verba (verb)

adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam

beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,

aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur

semantis perbuatan, keadaan, atau proses; kelas ini dalam Bahasa

Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak

dan tidak mungkin diawali dengan kata sangat, lebih, dan sebagainya;

misalnya datang, naik, bekerja, dan sebagainya.

Alwi, dkk., (2003:87) menyatakan bahwa ciri-ciri verba dapat

diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaktis,

dan (3) bentuk morfologisnya. Namun secara umum verba dapat

diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari

ajektiva, karena ciri-ciri berikut.

Page 16: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

a. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat

dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.

Contoh:

(4) Pencuri itu lari.

(5) Mereka sedang belajar di kamar.

(6) Bom itu seharusnya tidak meledak.

(7) Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia.

Bagian yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di atas adalah predikat,

yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat itu. Dalam

sedang belajar, tidak meledak, dan tidak akan suka verba belajar, meledak

dan suka berfungsi sebagai inti predikat.

b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan

yang bukan sifat atau kualitas.

Contoh:

(1) Makna inheren perbuatan, seperti: mendekat, mencuri, membelikan,

memukuli, mandi, memberhentikan, menakut-nakuti, dan naik haji.

(2) Makna inheren proses, seperti: mati, jatuh, mengering, mengecil,

meninggal, kebanjiran, terbakar, dan terdampar.

(3) Makna inheren keadaan, seperti: terdingin (paling dingin) dan tersulit

(paling sulit).

c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat dilekati prefiks ter-

yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka misalnya, tidak dapat

diubah menjadi *termati atau *tersuka.

Page 17: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang

menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar,

*sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun ada bentuk seperti sangat

berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.

Selanjutnya, Kridalaksana, dkk., (1985:51) menjelaskan bahwa verba

adalah kategori gramatikal yang dalam konstruksi mempunyai

kemungkinan diawali dengan kata tidak, tidak mungkin diawali dengan

kata di, ke, dari, dan tidak mungkin diawali dengan prefiks ter- ‘paling’.

Secara semantis, verba mengungkapkan makna perbuatan,

proses, atau keadaan. Jika dilihat dari bentuknya, verba dapat dibedakan

atas verba dasar bebas dan verba turunan. Jika dilihat dari banyaknya

argumen, verba dapat dibedakan menjadi verba intransitif dan verba

transitif. Jika dilihat dari hubungan verba dengan argumen, verba dapat

dibedakan menjadi verba aktif dan verba pasif. Jika dilihat dari interaksi

antara argumen, verba dapat dibedakan atas verba resiprokal dan verba

nonresiprokal. Jika dilihat dari sudut referensi dan argumennya, verba

dapat dibedakan atas verba reflektif dan verba nonreflektif. Jika dilihat

dari sudut hubungan identifikasi antara kedua argumennya, dapat

dibedakan verba kopulatif dan verba ekuatif.

Beberapa penjelasan di atas, memperlihatkan penjabaran

tentang verba itu sendiri. Namun dalam hal ini, peneliti hanya akan

meneliti hal-hal yang berkenaan dengan bentuk verbanya yaitu verba

Page 18: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dasar dan verba turunan (segi morfologis), dan dari banyaknya argumen

seperti verba intransitif dan verba transitif (segi sintaksis).

2.2 Bentuk Verba Bahasa Indonesia

Menurut Kridalaksana, dkk., (1985:52) bentuk verba terdiri atas

dua, yaitu:

(1) Verba Dasar Bebas

Verba dasar bebas adalah morfem dasar bebas. Contoh:

duduk pergi makan pulang

mandi tidur minum

(2) Verba Turunan

Verba turunan adalah verba yang telah mengalami afiksasi,

reduplikasi, atau gabungan proses. Sebagai bentuk turunan, dapat

kita jumpai verba berafiks dan verba bereduplikasi:

a. Verba berafiks

Contoh: ajari dituliskan

bernyanyi jahitkan

bertaburan kematian

bersentuhan menjalani

melahirkan kehilangan

mempercayai termuat

menari terpikir

menguliti

Page 19: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Verba bereduplikasi

Contoh: bangun-bangun pulang-pulang

ingat-ingat senyum-senyum

makan-makan

Lebih lanjut, Alwi, dkk., (2003) menjabarkan bentuk verba seperti

berikut.

1. Asal: berdiri sendiri tanpa afiks : ada, datang, mandi, tidur, tinggal, tiba, suka, turun, pergi

a. Dasar bebas, : mendarat, melebar, mengering, afiks wajib membesar, berlayar, bertelur, bersepeda, bersuami

2. Turunan b. Dasar bebas, : (mem)baca, (mem)beli, afiks manasuka (meng)ambil, (men)dengar, (be)kerja, (ber)karya, (ber)jalan

c. Dasar terikat, : bertemu, bersua, membelalak, afiks wajib menganga, mengungsi, berjuang

b. Berulang : berjalan-jalan, memukul-mukul, makan-makan

c. Majemuk : naik haji, campur tangan, cuci muka, mempertanggung-jawabkan

Bagan 1. Bentuk Verba

Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa verba dalam Bahasa

Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, yakni

(1) verba asal: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

sintaksis, dan (2) verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai

afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan/atau pada posisi

sintaksisnya. Verba turunan dibagi lagi menjadi tiga subkelompok, yakni

(a) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, darat), tetapi

memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba (mendarat),

Page 20: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(b) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya,baca) yang dapat

pula memiliki afiks (membaca), dan (c) verba yang dasarnya adalah dasar

terikat (misalnya, temu) yang memerlukan afiks (bertemu). Di samping

ketiga subkelompok verba turunan itu, ada juga verba turunan yang

berbentuk kata berulang (misalnya, makan-makan, berjalan-jalan) dan

kata majemuk (misalnya, naik haji, bertanggung jawab).

Merujuk pada pendapat para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa

pembagian bentuk verba sudah semakin kompleks dan rinci. Namun,

dalam hal ini peneliti hanya akan meneliti mengenai (1) verba asal dan

(2) verba turunan ((b) dasar bebas, afiks manasuka dan (c) dasar terikat,

afiks wajib).

2.3 Sintaksis Verba Bahasa Indonesia

Kridalaksana, dkk., (1985) menyatakan bahwa verba dalam Bahasa

Indonesia dibedakan atas verba intransitif dan verba transitif. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut.

2.3.1 Verba Intransitif

Kridalaksana (1985:52-53) menyatakan bahwa verba intransitif

adalah verba yang menghindarkan objek. Proposisi yang memakai verba

ini hanya mempunyai satu argumen. Dalam verba intransitif terdapat

sekelompok verba yang berpadu dengan argumen; misalnya, alih bahasa,

campur tangan, cuci mata, bersepeda, dan bersepatu.

Page 21: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2.3.2 Verba Transitif

Kridalaksana (1985:54) menyatakan bahwa verba transitif adalah

verba yang memerlukan objek. Objek adalah konstituen kalimat yang

kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada

kalimat aktif (Alwi, dkk., 2003:328). Lebih lanjut beliau menjelaskan

bahwa objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal yang berada

langsung di belakang perdikat, dapat menjadi subjek akibat pemasifan

kalimat dan dapat diganti dengan pronomina –nya. Objek terdiri dari

objek langsung dan objek tak langsung. Dikenal juga dengan istilah

Objek dan Pelengkap atau Komplemen. Alwi, dkk., (2003:329)

menyatakan bahwa pelengkap berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa

adjectival, frasa preposisional, atau klausa yang berada langsung

di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur

ini hadir. Pelengkap juga tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan

kalimat, serta tidak dapat diganti dengan -nya kecuali dalam kombinasi

preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Konfigurasi makna yang

menjelaskan isi komunikasi dari pembicara; terjadi dari predikator yang

berkaitan dengan satu argumen atau lebih disebut Proposisi

(Kridalaksana, 2008:201). Proposisi yang menggunakan verba ini

mempunyai dua atau tiga argumen. Argumen adalah nomina atau frase

nominal yang bersama-sama predicator membentuk proposisi; misalnya:

Page 22: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

proposisi

predikator argumen1 argumenn

Banyaknya objek tergantung pada banyaknya argumen. Berdasarkan

banyaknya argumen, terdapat verba transitif sebagai berikut.

(1) Verba Monotransitif

Verba monotransitif adalah verba yang mempunyai dua argumen.

Contoh:

Proposisi

(8) Saya menulis surat argumen 1 predikator argumen 2 subjek verba monotransitif objek

‘Menulis’ adalah verba monotransitif yang memiliki dua argumen yaitu

‘saya’ dan ‘surat’. ‘Saya’ adalah argumen1 dan ‘surat’ adalah argumen

2. Di samping argumen, kalimat di atas juga memiliki subjek dan

predikat bila ditinjau dari sintaksis. ‘Saya’ berperan sebagai subjek,

sedangkan ‘surat’ berperan sebagai objek. Dari verba ‘menulis’ yang

memunculkan ‘saya’ dan ‘surat’, menunjukkan suatu proposisi yang

menjelaskan makna dari kalimat tersebut.

(2) Verba Ditransitif

Verba ditransitif adalah verba yang mempunyai tiga argumen.

Contoh: Proposisi (9) Ibu memberi adik kue argumen 1 predikator argumen 2 argumen 3 subjek verba ditransitif objek pelengkap/komplemen

Page 23: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Verba

‘Memberi’ adalah verba ditransitif yang memiliki tiga argumen yaitu

‘ibu’ sebagai argumen 1, ‘adik’ sebagai argumen 2, ‘kue’ sebagai

argumen 3. Verba ‘memberi’ membutuhkan objek ‘adik’, dan

pelengkap/komplemen ‘kue’. Verba ‘memberi’ memunculkan proposisi

yang menjelaskan makna dari kalimat tersebut di atas.

Kemudian, Alwi, dkk., (2003:97) menyimpulkan perilaku

sintaksis verba seperti yang terlihat pada berikut.

Ekatransitif Transitif Dwitransitif Semitransitif Berpelengkap wajib Taktransitif Tak berpelengkap Berpelengkap manasuka

Bagan 2. Klasifikasi Verba

Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa perilaku

sintaksis verba adalah sebagai berikut.

Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai

objek dalam kalimat aktif, dan objek ini dapat berfungsi sebagai subjek

dalam kalimat pasif. Contohnya:

(10) Ibu sedang membersihkan kamar itu.

(11) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.

Verba yang dicetak miring dalam contoh (10) dan (11) adalah

verba transitif. Masing-masing verba diikuti oleh nomina atau frasa

nominal, yaitu kamar itu, pemimpin yang jujur. Nomina atau frasa

nominal itu berfungsi sebagai objek yang dapat juga dijadikan

subjek pada kalimat pasif seperti berikut.

Page 24: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

(12) Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu.

(13) Pemimpin yang jujur itu pasti dicintai oleh rakyat.

Verba transitif dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(a) Verba ekatransitif adalah verba transitif yang diikuti oleh satu objek.

Contoh:

(14) Saya sedang mencari pekerjaan.

Mencari pada kalimat (14) adalah verba ekatransitif karena kedua

verba ini hanya memerlukan sebuah objek (pekerjaan). Objek

dalam kalimat yang mengandung verba ekatransitif dapat diubah

fungsinya sebagai subjek dalam kalimat pasif.

(b) Verba Dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat diikuti

oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai

pelengkap. Contoh:

(15) Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan.

Verba mencarikan pada kalimat (15) adalah verba dwitransitif

karena kalimat tersebut memiliki objek (adik saya) dan pelengkap

(pekerjaan). Objek dapat saja tidak dinyatakan secara eksplisit,

tetapi yang tersirat di dalam kalimat itu tetap menunjukkan adanya

objek tadi. Jadi, kalimat Saya sedang mencarikan pekerjaan

mengandung arti bahwa pekerjaan itu bukan untuk saya, tetapi

untuk orang lain.

Page 25: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Contoh lain:

(16) Ibu memberi saya uang

Kalimat di atas, bila dipasifkan akan menjadi “Saya diberi uang

oleh ibu”. Kata ‘Saya’ yang bisa dipasifkan adalah objek,

sedangkan kata ‘oleh ibu’ adalah komplemen/pelengkap.

(c) Verba Semitransitif adalah verba yang objeknya boleh ada dan boleh

juga tidak. Contoh:

(17) Ayah sedang membaca koran.

(18) Ayah sedang membaca.

Kalimat (17) dan (18) menunjukkan bahwa verba membaca adalah

verba semitransitif karena verba itu memiliki objek (koran) seperti

pada contoh (17), tetapi juga boleh berdiri sendiri tanpa objek

seperti pada (18). Jadi, objek untuk verba semitransitif bersifat

manasuka.

Verba taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di

belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.

(19) Maaf, Pak, Ayah sedang mandi.

(20) Kami harus bekerja keras untuk membangun negara.

(21) Petani di pegunungan bertanam jagung.

Verba mandi dan bekerja pada (19) dan (20) adalah verba taktransitif

karena tidak dapat diikuti nomina. Verba bertanam pada (21) memang

diikuti oleh nomina jagung, tetapi nomina itu bukanlah objek dan

karenanya tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Karena itu,

Page 26: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

bertanam disebut verba taktransitif, sedangkan jagung merupakan

pelengkap.

Verba taktransitif juga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(a) Verba taktransitif berpelengkap wajib

Contoh:

(22) Rumah orang kaya itu berjumlah dua puluh buah.

Verba berjumlah (22) adalah verba berpelengkap, termasuk

verba semitransitif dan pelengkap verba itu harus ada dalam

kalimat. Jika pelengkap itu tidak hadir, kalimat yang

bersangkutan tidak sempurna dan tidak berterima.

(b) Verba taktransitif tak berpelengkap

Contoh:

(23) Gadis itu tersipu-sipu.

Verba tersipu-sipu adalah verba yang tidak dapat diberi

pelengkap. Hal ini dikarenakan bahwa di antara verba seperti

itu ada yang diikuti oleh kata atau frasa tertentu yang

kelihatannya seperti pelengkap, tetapi sebenarnya adalah

keterangan.

(c) Verba taktransitif berpelengkap manasuka

Contoh:

(24) Kantongnya berisi uang.

Verba berisi (24) merupakan verba yang berpelengkap. Berisi

adalah verba semitransitif. Uang adalah pelengkap dalam

Page 27: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kalimat ini, tapi dalam konteks pemakaian yang lain, verba itu

dapat juga tidak diikuti oleh pelengkapnya. Namun kalimat ini

tidak bisa dipasifkan.

3. Penjenisan Kata Bahasa Batak Angkola Secara Umum

Edi Subroto (1991:34) menyatakan bahwa jenis kata adalah suatu

sistem yang mencakup seperangkat kategori morfologis tertentu dan yang

memperlihatkan perilaku sintaksis tertentu. Jadi dasar paradigma morfologis

dipergunakan bersama dengan dasar sintaksis untuk menentukan jenis kata.

Dalam hal suatu jenis kata tidak mempunyai ciri paradigma morfologis atau

hanya mempunyai ciri paradigma morfologis sedikit, penentuan jenis kata

ditentukan secara sintaksis.

Tinggi Barani (2008) menjelaskan bahwa jenis kata dalam Bahasa

Angkola terdiri dari:

1. Kata ganti diri atau pengganti nama orang lain yang disebut juga dengan

personal pronoun. Contoh: au ‘saya’, ho ‘engkau’, dan seterusnya.

2. Kata kerja atau pekerjaan yang dilakukan yang disebut juga dengan verb.

Contoh: kehe ‘pergi’, mardalan ‘berjalan’, dan seterusnya.

3. Kata petunjuk benda atau demonstrative pronoun yaitu untuk

menunjukkan suatu benda. Untuk menunjuk benda, harus lebih dahulu

diperhatikan jarak benda itu baik dekat, jauh, atau agak jauh. Mengenai

jumlah banyak atau sedikit tidak mempengarui bentuk kata dalam kalimat.

Contoh: indu ‘itu’, indi ‘ini’, dan seterusnya.

Page 28: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

4. Kata Tanya maksudnya tiap-tiap bertanya harus dimulai dengan kata

tanya. Contoh: didia ‘dimana’, sian dia ‘dari mana’, dan seterusnya.

5. Kata perangkai (preposition) adalah kata yang menghubungkan antara

kata benda yang pertama dengan kata benda yang kedua. Contoh:

(25) Seekor kucing di atas tilam.

Dua benda kucing dan tilam dihubungkan kata di atas, yang disebut

kata perangkai.

6. Keterangan waktu (adjunct of time) adalah kata-kata yang memberi

keterangan agar kalimat itu lebih jelas. Contoh:

sadarion = hari ini

ancogot = besok

dompak = sedang, dan seterusnya.

7. Keterangan tempat (adjunct of place) adalah kata-kata yang menerangkan

tempat. Contoh:

(26) Halahi tinggal dison. ‘Mereka tinggal di sini’

dison = di sini

disandun = di sana, dan seterusnya.

8. Kata bilangan (numeral), contoh:

sada = satu

dua = dua, dan seterusnya.

9. Petunjuk benda (demonstrative pronoun), contoh:

on = ini

indu = itu, dan seterusnya.

Page 29: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

10. Kata kepunyaan (possessive pronoun) dalam bahasa Angkola berasal dari

kata ke-punya-an, yakni dari kata dasar punya ‘puna’. Contoh:

Au puna = saya punya

Ho puna = engkau punya, dan seterusnya.

11. Kata sifat (adjective) adalah kata yang menjelaskan keadaan. Contoh:

poso = muda

hancit = sakit, dan seterusnya.

12. Kata imbuhan (augmentation) adalah kata yang ditambahkan atau

diimbuhkan pada kata dasar sehingga mengubah pengertian dari kata

dasar. Kata imbuhan ada yang ditempatkan pada awal kata dasar, disebut

panjoloi, akhir kata dasar disebut panyidungi, dan diselipkan pada kata

dasar disebut panyoloti. Contoh:

Kata dasar awalan akhiran sisipan

lojong marlojong lojongkon -

lari berlari larikan -

dan seterusnya.

Selanjutnya, Harahap (2007:401) menyatakan bahwa jenis kata

dalam bahasa Angkola Mandailing disebut “Golongan ni Hata” atau

“Ragam ni Hata” yang terdiri dari:

1. Hata bonda (kata benda) adalah kata yang mengandung pengertian

benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, misalnya:

bagas (tekanan suara pada ba…./ pada suku kata pertama) = rumah

tobat (tekanan suara pada to…./ pada suku kata pertama) = tambak

Page 30: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

arsak (tekanan suara pada ar…./ pada suku kata pertama) = kesedihan

2. Hata harejo (kata kerja) adalah kata yang mengandung pengertian

berbuat, misalnya:

oban = bawa

inum = minum

porsan = pikul, dan sebagainya.

3. Hata sifat (kata sifat) adalah kata yang mengandung pengertian

keadaan dari sesuatu, baik kata benda maupun kata ganti, misalnya:

bontar = putih

loja = lelah

pistar = pandai

4. Hata panggonti (kata ganti) adalah kata-kata yang mengandung

pengertian “menggantikan” atau mewakili sesuatu atau benda,

misalnya:

au = saya, aku

ho = engkau

ia = ia, dia, dan seterusnya.

5. Hata patorangkon (kata keterangan) yaitu kata-kata yang menerangkan

sesuatu kata kerja atau kata sifat dalam kalimat, misalnya:

ondope = barusan

natuari = kemarin

dompak = ketika, dan sebagainya.

Page 31: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

6. Hata pandjoloi (kata depan) adalah kata yang mendepani kata benda

atau tempat, misalnya:

di = di

tu = ke

sian = dari

7. Hata patuduhon (kata tunjuk) adalah kata yang menunjuk sesuatu,

misalnya:

on = ini

indon = yang ini, dan seterusnya.

8. Hata sapa-sapa (kata tanya) adalah kata yang digunakan untuk

bertanya, misalnya:

aha = apa

ise = siapa

andigan = kapan

9. Hata pandohoti (kata sandang) adalah kata yang mendampingi nama,

misalnya:

si = si, seperti: si Amat

ompu = kakek, nenek, seperti: ompu raja = (si) kakek raja, dan

seterusnya.

10. Hata panyambung (kata penghubung) adalah kata yang berfungsi

menghubungkan kata dengan kata atau kalimat dengan kalimat,

misalnya:

Au dohot ia = saya dan dia, dan seterusnya.

Page 32: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

11. Hata piopio (kata seru) adalah kata seru yang mengandung seruan,

misalnya:

O! = Oh! Hai, seperti: o anggi! = hai adik(ku)

Ile baya = aduhai, amboi, seperti: ile baya, nada be da be = aduhai,

apa boleh buat, dan seterusnya.

12. Hata etongan (kata bilangan) yaitu kata-kata yang menunjukkan

bilangan, misalnya:

sada = satu

dua = dua

tolu = tiga, dan seterusnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, secara umum dapat dilihat

bahwa jenis kata verba terdiri dari verba monomorfemis dan verba

polimorfemis. Verba monorfemis terdiri dari transitif dan intransitif seperti

verba kehe ‘pergi’, tolap ‘tiba’, gadis ‘jual’, dst. Verba polimorfemis dapat

dibentuk dari afiksasi, perulangan, dan majemuk. Namun dalam penelitian

ini yang akan dianalisis hanya verba polimorfemis yang dibentuk dari

afiksasi saja.

3.1 Ciri-ciri Verba Bahasa Batak Angkola

Verba dalam BBA memiliki ciri-ciri umum yang hampir sama dengan

ciri-ciri verba dalam Bahasa Indonesia. Verba (kata kerja) merupakan salah

satu kategori yang memiliki peranan penting dalam bahasa. Verba bisa

berkembang. Sebuah verba dasar dapat menghasilkan verba-verba turunan

Page 33: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

melalui penambahan afiks atau dengan kata lain disebut dengan proses

morfemis. Ini adalah salah satu keistimewaan verba, karena setiap verba yang

mengalami penambahan afiks akan mengalami perubahan nosi. Verba

memiliki makna yang mengacu pada aksi seperti perintah.

Selanjutnya, verba dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri yang

dimilikinya. Alwi, dkk. (2003:87-88) menyatakan bahwa ciri-ciri verba dapat

diketahui dengan mengamati perilaku semantik, perilaku sintaksis, dan bentuk

morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan

dari kelas kata yang lain, terutama dari ajektiva, karena ciri-ciri sebagai

berikut.

a) Verba memiliki fungsi utama sebagi predikat atau sebagai inti predikat

dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Contoh:

(27) Pencuri itu lari. ‘Marlojong panangko i’

Marlojong [marl¿j¿N] ‘berlari’, panangko [panaNko] ‘pencuri’, i [i]

‘itu’

(28) Mereka sedang belajar di kamar. ‘Dompak marsiajar halahi di bilik’

Dompak [d¿mpa/] ‘sedang’, marsiajar [marsiajar] ‘belajar’, halahi

[halahi] ‘mereka’, di [di] ‘di’, bilik [bIlI/] ‘kamar’

(29) Bom itu seharusnya tidak meledak. ‘Samustina bom i inda mapultak’

Samustina [samùstIna] ‘semestinya’, bom [b¿m] ‘bom’, i [i] ‘itu’,

inda [inda] ‘tidak’, mapultak [mapùlta/] ‘meledak’.

(30) Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia. ‘Nangkan giot

halak asing i masakan ni Indonesia’

Page 34: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Nangkan [naNkan] ‘tidak akan’, giot [gIot] ‘mau/suka’, halak

[hala/] ‘orang’, asing [asIN] ‘asing’, i [i] ‘itu’, masakan

[masakan] ‘masakan’, ni [ni] ‘dari’, Indonesia [ind¿nesia]

‘Indonesia’.

Bagian yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di atas adalah

predikat, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat

itu. Selanjutnya, dalam sedang belajar ‘dompak marsiajar’ (dompak

‘sedang’ – marsiajar ‘belajar’à marsi- ‘ber-’ + ajar ‘ajar’), tidak

meledak ‘inda mapultak’ (inda ‘tidak’ – mapultak ‘meledak’ à ma-

‘me-’ + pultak ‘ledak’), dan tidak akan suka ‘nangkan giot’ (nangkan

‘tidak akan’ – giot ‘suka’), verba belajar ‘marsiajar’ , meledak

‘mapultak’ dan suka ‘giot’ berfungsi sebagai inti predikat.

b) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan

yang bukan sifat atau kualitas. Contohnya maridi ‘mandi’, madabu ‘jatuh’,

mapultak ‘meledak’.

c) Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter-

yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati ‘mate’ atau suka ‘giot’, misalnya,

tidak dapat diubah menjadi *termati ‘tarmate’ atau *tersuka ‘targiot’.

d) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang

menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar

‘tarmarsiajar’, *sangat pergi ‘sangat kehe’, dan *bekerja sekali

‘markarejo situtu’ meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya ‘sangat

Page 35: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

marbahaya’, agak mengecewakan ‘tar mangacewaon’, dan

mengharapkan sekali ‘amana harop’.

e) Verba BBA biasanya terletak di awal subjek dalam kalimat. Misalnya:

(31) marsiajar halalai di sikola [marsiajar halalai di sik¿la] ‘Mereka

belajar di sekolah’. Marsiajar adalah verba, halalai adalah mereka, di

sikola adalah keterangan. Namun, dalam penerjemahannya menjadi

‘Belajar mereka di sekolah’, dan untuk penerjemahan yang lebih baik

untuk dimengerti adalah ‘Mereka belajar di sekolah’. Tetapi, verba BBA

juga sering terletak setelah subjek. Seperti (32) Ia marlojong [ia

marl¿j¿N] ‘Dia berlari’. Ia adalah subjek, dan marlojong adalah verba.

Dengan demikian, letak SV atau VS sama-sama digunakan dalam

kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Angkola. Penggunaannya tidak

bisa dipastikan kapan tepatnya harus SV atau VS karena tuturan itu keluar

secara alami saja.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penelitian ini

mengkhususkan pada verba dasar agar lebih mudah dalam

pengklasifikasian dan pengidentifikasian verba yang transitif dan

intransitif. Sehingga perumusan sistem pembentukan verba BBA dari

morfem dasar ini akan lebih terarah pelaksanaannya.

4. Morfem, Morf, dan Alomorf

Morfem merupakan unit terkecil yang memiliki arti, morf

merupakan perian yang bentuknya cukup konkret, dan alomorf adalah

Page 36: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

realisasi dari morfem. Hal ini sesuai dengan pernyataan-pernyataan para

ahli sebagai berikut.

Langacker (1972:56) menyatakan bahwa morfem adalah unit

terkecil yang memiliki nilai semantik yang konstan. Selanjutnya, Bauer

(2003:12,17) menguraikan bahwa unit-unit yang muncul pada bentuk kata

disebut morf. Seperangkat jenis morf mewujudkan morfem yang sama.

Morf yang berwujud sebuah morfem yang khas dan secara fonetik atau

secara leksikal atau secara gramatikal disebut alomorf dari morfem.

Verhaar (2008:106) menyatakan bahwa morfem itu suatu satuan

yang abstrak: dapat berupa segmental (utuh atau terbagi) dapat berupa

“nol”, dapat juga berupa nada tertentu. Berbeda dengan morfem itu,

alomorf-alomorfnya adalah jauh lebih konkret, meskipun tetap tidak mutlak

perlu berupa segmental. Akan tetapi demi perian yang mudah kita

membutuhkan bentuk yang kelihatannya cukup konkret yang disebut

“morf”.

Lebih lanjut dipaparkan oleh Katamba (1994:24,26) bahwa morfem

adalah pembeda terkecil dari bentuk kata yang berkolerasi dengan pembeda

terkecil di dalam makna kata atau kalimat atau di dalam struktur

gramatikal. Analisis dari kata menjadi morfem dimulai dengan pemisahan

morf. Sebuah morf adalah wujud pembentukan kembali beberapa morfem

di dalam bahasa. Hal ini menunjukkan bunyi pembeda yang searah (fonem)

atau rangkaian dari bunyi-bunyi (fonem-fonem).

Page 37: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Perbedaan kategori morfem dapat dilihat pada bagan berikut ini:

leksikal (kata leksik)

bebas

fungsional

morfem (kata tugas)

derivasional

afiks

infleksional

Bagan 3. Klasifikasi Morfem

Jika mempertimbangkan bunyi sebagai realisasi aktual dari fonetik,

dapat ditemukan bahwa morf adalah bentuk aktual dari realisasi morfem.

Dengan demikian, bentuk cat adalah morf tunggal yang direalisasikan dari

morfem leksikal. Bentuk cats terdiri dari dua morf, relialisasi dari sebuah

morfem leksikal dan sebuah morfem infleksional (‘jamak’). Sebagai

catatan bahwa terdapat alofon dari sebuah fonem khusus, kemudian dapat

menghubungkan alomorf dari sebuah morfem khusus. Apabila dilihat

dalam BBA maka salah satu contoh bentuknya yaitu pada nomina daganak

‘anak-anak’. Daganak berasal dari morfem bebas danak yang berarti

seorang anak, terjadi proses infeksi pada morfem tersebut yaitu dengan

penambahan morfem terikat –ga- diantara morfem danak.

Sebuah situs internet yang bernama ling.udel.edu. memaparkan

bahwa morfem adalah unit terkecil dari arti linguistik; sebuah kata tunggal

dapat terdiri atas beberapa morfem, contoh: unsystematically (kata

Page 38: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

unsystematically dapat dianalisis menjadi lima bagian morfem yaitu

un+system+atic+al+ly); sebuah unit gramatikal yang perpaduan bunyi

dan artinya berubah-ubah sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut;

setiap kata dari setiap bahasa tersusun dari satu morfem atau lebih. Berikut

adalah uraian pembagian suku kata morfem.

Satu morfem boy (satu suku kata)

desire, lady, water (dua suku kata)

crocodile (tiga suku kata)

salamander (empat suku kata), atau lebih suku kata

Dua Morfem boy+ish

desire + able

Tiga Morfem boy + ish + ness

desire + able + ity

Empat Morfem gentle + man + li + ness

un + desire + able + ity

Lebih dari empat morfem un + gentle + man + li + ness

anti + dis + establish + ment + ari + an + ism

Selanjutnya dijelaskan bahwa morfem terdiri atas morfem bebas

dan morfem terikat. Morfem bebas yaitu morfem yang dapat digunakan

sebagai sebuah kata dan dapat berdiri sendiri (tanpa membutuhkan elemen

yang mengikutinya, seperti: afiks), contoh: girl, system, desire, hope, act,

phone, happy. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri

Page 39: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

sendiri secara bebas (atau terpisah) dari kata. Morfem terikat adalah afiks

(prefiks, sufiks, infiks, and sirkumfiks).

Kemudian, dijelaskan pula bahwa morfem terbagi atas root dan

stem atau dengan kata lain disebut dengan akar dan dasar. Uraian

mengenai root dan stem ini dapat dilihat dengan jelas dalam tabel berikut.

TABEL 1

PERBEDAAN ANTARA ROOT DAN STEM

Root Stem

Leksikal non-afiks mengandung morfem-morfem yang tidak dapat dianalisis lagi menjadi bagian-bagian yang terkecil. Contoh: act, beauty, system, dan lain-lain.

· Morfem akar bebas: run, bottle, phone, dan lain-lain.

· Morfem akar terikat: uncount, dan lain-lain.

· Ketika sebuah morfem akar dikombinasikan dengan morfem afiks, itulah bentuk dari sebuah stem.

· Afiks-afiks yang lain dapat ditambahkan pada sebuah stem untuk membentuk sebuah stem yang lebih kompleks.

Root believe (verb)

Stem believe + able (verb + sufiks)

Kata un + believe + able (prefiks + verb + sufiks)

Root system (noun)

Stem system + atic (noun + sufiks)

Stem un + system + atic (prefiks+ noun + sufiks)

Page 40: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Stem un + system + atic + al (prefiks + noun + sufiks + sufiks)

Kata un + system + atic + al + ly (prefiks + noun + sufiks + sufiks

+sufiks)

Sementara itu, Alwi, dkk. (2003:28-29) menyatakan bahwa dalam

bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotong-potong” menjadi

bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi

bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi,

tidak mempunyai makna.

Kata memperbesar, misalnya, dapat kita potong sebagai berikut:

mem-perbesar

per-besar

Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak

mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem.

Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem

bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-,

dinamakan morfem terikat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa anggota satu morfem yang

wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama

dinamakan alomorf. Morfem biasanya diapit oleh tanda kurung kurawal

{…}. Morfem, morf dan alomorf dalam BBA adalah sebagai berikut:

a) Morfem, misalnya, morfem terikat yaitu : {maN-} ‘meN-’, {tar-} ‘ter-’,

dan morfem bebas yaitu : {pio} ‘panggil’, {maridi} ‘mandi’.

Page 41: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b) Morf, misalnya {ma-} ‘me-’, {man-} ‘men-’, {mam-} ‘mem-’, {mang-}

‘meng-’, {many-} ‘meny-’.

c) Alomorf, misalnya semua {ma-} ‘me-’, {man-} ‘men-’, {mam-}

‘mem-’, {mang-} ‘meng-’, {many-} ‘meny-’ merupakan alomorf dari

{maN-} ‘meN-’.

Untuk sementara, penjelasan mengenai morfem BBA ini masih terus

menjadi perbincangan dan bahan penelitian.

5. Morfem Dasar

Kridalaksana (2008:44) menyatakan bahwa morfem dasar (base

morpheme) adalah mofem yang dapat diperluas dengan dibubuhi afiks; misal:

juang dalam berjuang.

Morfem yang dileburi morfem yang lain disebut morfem dasar

(Verhaar, 2008:98). Selanjutnya dijelaskan bahwa yang dileburkan itu berupa

imbuhan atau klitika atau bentuk dasar yang lain (dalam pemajemukan) atau

morfem yang sama (dalam reduplikasi). Morfem dasar terdiri atas tiga macam,

yaitu (1) pangkal, (2) akar, dan (3) pradasar.

Morfem pangkal adalah morfem dasar yang bebas, contohnya: do dalam

undo, dan hak dalam berhak. Morfem akar adalah morfem dasar yang

berbentuk terikat, agar menjadi bentuk bebas harus mengalami pengimbuhan,

misalnya: infinitif verbal Latin amare ‘mencintai’ memiliki akar –am, dan akar

am- itu selamanya membutuhkan imbuhan (misalnya imbuhan “infinitif aktif”

–are dalam kata amare) untuk menjadi bentuk bebas artinya, am- plus klitika

Page 42: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tidak akan menghasilkan bentuk bebas, dan pemajemukan dengan am- juga

tidak memungkinkan. Pradasar adalah bentuk yang membutuhkan

pengimbuhan dan pengklitikan atau pemajemukan untuk menjadi bentuk bebas.

Misalnya, morfem ajar berupa pradasar. Morfem ini dapat menjadi bebas

melalui pengimbuhan (misalnya dalam mengajar, belajar, dan lain

sebagainya), dapat juga melalui pengklitikaan, (misalnya dalam kami ajar, saya

ajar, dan sebagainya), dan dapat juga dengan pemajemukan (misalnya dalam

kurang ajar).

Kemudian, morfem dasar tidak selalu berupa monomorfemis. Sebagai

misal kata berpengalaman, terdiri atas pangkal (polimorfemis) pengalaman

diimbuhi ber-, tetapi pangkal itu sendiri adalah polimorfemis dan dapat dibagi

lagi atas pangkal (monomorfemis) alam ditambahi imbuhan (terbagi) pen- -an.

Atau dengan contoh yang lain, seperti bentuk pradasar berikut, yaitu: ajar.

Adapun kemungkinan-kemungkinan pengimbuhan yang dapat muncul adalah

sebagai berikut: belajar, pelajar, mengajar, pengajar, mengajari,

mengajarkan, mempelajari, diajar, diajari, diajarkan, kuajar, kuajari,

kuajarkan, kauajar, dan lain sebagainya.

6. Morfem afiks

Morfem aditif (additive morpheme) merupakan konsep yang mencakup

dasar, prefiks, sufiks, infiks, suprafiks, konfiks, simulfiks, dan pengulangan

(Kridalaksana, 2008:157).

Page 43: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Selanjutnya, Kridalaksana (1985:19) menjelaskan bahwa dalam bahasa

Indonesia dikenal jenis-jenis afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas

tujuh macam sebagai berikut.

a. Prefiks adalah afiks yang diletakkan di muka bentuk dasar. Contoh: meN-,

di-, ber-, ke-, ter-, se-, peN-, dan pe-/per.

b. Infiks adalah afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Contoh: -el-,

-er-, dan –em-.

c. Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Contoh: -kan,

-i, -nya, -wati, -wan, -isme, dan –isasi.

d. Simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental

yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia simulfiks

dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar

dan fungsinya ialah memverbalkan nomina, ajektiva, atau kelas kata lain.

Contoh berikut terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku: kopi-ngopi,

soto-nyoto, sate-nyate, kebut-ngebut.

e. Kombinasi afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang

dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Afiks ini bukan jenis afiks yang

khusus dan hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai

bentuk dan makna gramatikal tersendiri, digabungkan secara simultan pada

bentuk dasar. Contoh:

(1) memperkatakan sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga

afiks: dua prefiks dan satu sufiks;

Page 44: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

(2) mempercayakan sebuah bentuk dasar dengan kombinasi dua

afiks: satu prefiks dan satu sufiks.

Dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks yang dikenal ialah

me-…-kan, me-…-i, memper-…-kan, memper-…-i, ber-…-kan, ter-…-kan,

pe-…-an, dan se-…-nya.

Selanjutnya, kombinasi afiks dikenal juga dengan nama afiks

gabung yaitu beberapa afiks yang terdapat dalam satu kata jadi misalnya:

berkewarganegaraan nomina dasar: warga dan negara

ke-warga-negara-an konfiks: ke-an

kewarga-negaraan prefiks: ber-

ber- disini: ber- & ke-an adalah afiks gabung.

f. Konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar

dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem

terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan kombinasi afiks. Konfiks adalah

satu morfem dengan satu makna gramatikal. Greenberg (1966)

menggunakan istilah ambifiks untuk morfem ini. Istilah lain untuk gejala

ini adalah sirkumfiks. Istilah dan konsep konfiks sudah lama dikenal dalam

linguistik dan pernah dikenalkan oleh Knobloch (1961:57) dan Akhmanova

(1966:423).

Dalam bahasa Indonesia ada empat konfiks, yaitu ke-…-an,

peN-…-an, per-…-an, dan ber-…-an, yang terlihat dalam contoh berikut.

(1) Keadaan dasarnya adalah ada. Kita tidak mengenal bentuk *adaan,

atau *keada. Jadi, ke-…-an di sini merupakan sebuh konfiks.

Page 45: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

(2) Pengiriman kita jumpai konfiks peN-…-an. Juga kita temukan bentuk

pengirim dan kiriman. Jadi, peN-…-an dalam pengiriman mempunyai

makna gramatikal tersendiri.

(3) Persahabatan, per-…-an adalah sebuah konfiks. Sahabat adalah bentuk

dasarnya, sedangkan bentuk *persahabat dan *sahabatan tidak

ditemukan. Jadi, bentuk per-…-an mempuyai makna gramatikal

tersendiri.

(4) Bertolongan, ber-…-an merupakan konfiks, tetapi ber-…-an dalam

berpajangan bukan konfiks karena proses pembentukannya berbeda.

Proses ber-…-an dalam berpajangan ialah ber+pajangan, sedangkan

dalam bertolongan prosesnya ialah ber-…-an + tolong. Ber-

mengandung makna ‘mempunyai’, sedangkan ber-…-an mengandung

makna ‘resiprokal’.

g. Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri

suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem

suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.

Proses afiksasi bukanlah hanya sekedar perubahan bentuk saja.

Sebenarnya, ada pula perubahan makna gramatikal karena afiks adalah bentuk

yang sedikit banyak mengubah makna gramatikal bentuk dasar.

Proses yang lengkap: ajar- belajar- pelajar pelajaran

mengajar pengajar

pengajaran

tinju bertinju petinju meninju peninju

Page 46: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Proses dengan rumpang: juang berjuang pejuang menjuang pejuang

suruh menyuruh penyuruh bersuruh pesuruh

Bentuk bersuruh ini tidak ada dalam bahasa Indonesia, tetapi ada

antara lain dalam dialek Melayu Riau Daratan. Dalam bahasa Indonesia kini

masih terdapat bentuk-bentuk ber- yang berfungsi seperti itu, tetapi terbatas

jumlahnya, yaitu batu bersurat, beras bertumbuk, dan dalam peribahasa

“Gayung bersambut, kata berjawab”.

Dari kejadian kata itu tampak bahwa tidak semua matriks terisi.

Adanya rumpang dalam pola itu, di samping kesahihan sistem yang disokong

oleh proses morfofonemis yang dialami oleh bentuk itu masing-masing, harus

diterima sebagai kenyataan dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, adanya

rumpang itu dapat dianggap sebagai potensi pembentukan kata yang dapat

dikembangkan lebih jauh.

Sementara itu, adapun beberapa pembagian afiks dalam BBA, yaitu :

1) Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut

prefiksasi. Contohnya: kata dasar potuk [p¿tuk] ‘pukul’ menjadi mamotuk

[mam¿tuk] ‘memukul’, mengalami prefiksasi yang berupa prefiks nasal

{maN-}. Fonem /p/ pada kata dasar luluh karena adanya proses nasalisasi.

2) Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang

disebut sufiksasi. Contohnya: kata dasar ela [ela] ‘ambil’ menjadi elai

[elaI] ‘ambili’, mengalami sufiksasi yaitu sufiks {-i}.

3) Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu, dalam

proses yang namanya infiksasi. Contohnya: kata dasar baen [baen] ‘bikin’

Page 47: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

menjadi binaen [binaen] ‘dibikin/dibuat’, mengalami infiksasi yaitu infiks

{-in-}.

4) Konfiks/simulfiks/ambifiks/sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian

di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya, dalam

proses yang dinamai konfiksasi/simulfiksasi/ambifiksasi/sirkumfiksasi.

Namun dalam penelitian ini istilah yang digunakan adalah konfiks dan

konfiksasi saja. Contohnya: kata dasar suan [suw¿n] ‘tanam’ menjadi

manyuani [maøuw¿ni] ‘menanami’, mengalami konfiksasi yaitu konfiks

{maN-i}.

7. Morfologi Infleksional dan Morfologi Derivasional

Morfologi secara tradisional dibagi menjadi dua cabang infleksi dan

derivasi. Kedua hal ini biasanya dipandang secara terpisah; infeksi adalah

bagian dari sintaksis, sementara derivasi adalah bagian dari leksem. (Bauer,

2003:92).

Verhaar (2008:121) menjelaskan bahwa fleksi, atau morfologi

infleksional, adalah proses morfemis yang diterapkan pada kata sebagai unsur

leksikal yang sama, sedangkan derivasi, atau morfologi derivasional adalah

proses morfemis yang mengubah kata sebagai unsur leksikal tertentu menjadi

unsur leksikal yang lain.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, morfologi infleksional dan

morfologi derivasional adalah proses morfemis yang berperan besar dalam

mengubah kata dan unsur leksikalnya. Proses infleksi dan derivasi pada setiap

Page 48: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

bahasa memiliki keunikan tersendiri yang dapat menunjukkan tunggal atau

jamak, kala waktu, gender, bahkan perubahan kelas kata.

Yule (1996:76-77) memaparkan bahwa morfem derivasional digunakan

untuk membuat kata-kata baru dalam bahasa dan sering digunakan untuk

membuat kata-kata yang berbeda kategori gramatikalnya dari stem. Dengan

demikian, penambahan morfem derivasional –ness mengubah adjektif good

‘baik’ menjadi goodness ‘kebaikan’. Morfem infleksional tidak digunakan

untuk menghasilkan kata-kata baru dalam bahasa Inggris, tapi lebih mengacu

pada aspek fungsi gramatikal dari sebuah kata. Morfem infleksional digunakan

untuk menunjukkan apakah sebuah kata itu jamak atau tunggal, apakah past

tense atau bukan, dan apakah perbandingan (komparatif) atau bentuk posesif.

Bahasa Inggris hanya memiliki delapan morfem infleksional yang dapat dilihat

sebagai berikut:

Let me tell you about Jim’s two sisters.

One likes to have fun and is always laughing.

The other liked to study and has always taken things seriously.

One is the loudest person in the house and the other is quieter than a mouse.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa terdapat dua

infleksi, -‘s (posesif) dan –s, (jamak) yang menyatu pada nomina. Ada empat

yang menyatu dengan verba -s (orang ketiga tunggal dalam kala present), -ing

(present participle), -ed (past tense) dan –en (past participle). Ada dua

infleksi, -est (superlatif) dan –er (komparatif) yang menyatu dengan adjektif.

Page 49: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Catatan bahwa di dalam Bahasa Inggris, semua morfem infleksional ditandai

dengan adanya sufiks.

Nomina + -‘s, -s

Verba + -s, -ing, -ed, -en

Adjectif + -est, -er

Senada dengan Yule, Huot (2001:25) menyatakan bahwa sufiks

derivasional merupakan pembentukan kata-kata baru. Sebagian besar

diantaranya mengandung bunyi vokal (baik di awal dari sufiks maupun setelah

konsonannya), dan hal itu turut membantu pada pemanjangan suku kata dari

penghasilan akar kata-kata yang muncul.

Hal ini membawa pada sebuah interpretasi yang sangat umum ((aksi

dari), (yang menghasilkan atau berhubungan pada), dan sebagainya), yang

mengkombinasikan pada hal-hal yang dilekatinya. Dengan demikian, hal ini

dapat dilihat pada contoh berikut:

-age di dalam akhiran kata kerja : batt+age, verniss+age

-ure di dalam : pel+ure, racl+ure

-aire di dalam : scol+aire, aliment+aire

-ique di dalam : desert+ique, tyrann+ique

Sufiks fleksional mengacu pada susunan gramatikal (jenis kelamin,

jumlah, orang, waktu, dan modal), seperti: -s, mengacu pada jamak pada

nomina dan adjektif dan -e, penanda femina, dalam adjektif, dan semua

akhiran sendiri dalam konjugasi verba. Sufiks ini, sampai saat ini masih

Page 50: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terdapat di akhir kata, kemudian dinamakan derivasional, dan menggantikan

dalam susunan yang dibangun.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa perbedaan

infleksi dan derivasi itu perlu dipahami dengan lebih cermat. Nida (1962:99)

menguraikan perbedaan karakteristik dari derivasi dan infleksi sebagai

berikut.

TABEL 2

Perbedaan antara Infleksi dan Derivasi

Derivational Formations Inflectional Formation 1. Belong to substantially the

same general external distribution classes as the simplest member of the class in question.

1. Do not belong to substantially the same general external distribution classes as the simplest member of the class in question.

2. Tend to be “inner” formations. 2. Tend to be “outer” formations. 3. Tend to be statistically more

numerous. 3. Tend to be statistically less

numerous 4. Have derivational morphemes

with more restricted distribution

4. Have inflectional morphemes with more extensive distribution.

5. May exhibit changes in major distribution class membership.

5. Exhibit no changes in major distribution class membership.

Berdasarkan uraian tabel di atas, akan terlihat senada dengan tulisan Edi

Subroto (1987) menjelaskan bahwa proses infleksi menghasilkan pembentukan

infleksional dan proses derivasi menghasilkan pembentukan derivasional.

Perihal perbedaan antara keduanya, Nida menguraikan sebagai berikut (masih

dalam Edi Subroto 1987) sebagai berikut:

(1) Pembentukan derivasional termasuk jenis kata yang sama dengan kata

tunggal (dari suatu sistem jenis kata tertentu) (misalnya, singer (nomina)

dari (to) sing (verba)) termasuk jenis kata yang sama dengan boy (nomina)),

Page 51: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sedangkan pembentukan infleksional tidak (misalnya, verba kompleks atau

polimorfemis walked tidak termasuk jenis kata yang sama dengan verba

tunggal yang mana pun).

(2) Secara statistik, afiks derivasional lebih beragam (misalnya, dalam bahasa

Inggris terdapat afiks-afiks pembentuk nomina: -er, -ment, -ion, -ation,

-ness (singer, arrangement, correction, nasionalization, stableness);

sedangkan afiks infleksional dalam bahasa Inggris kurang beragam atau

tertentu: -s, -ed1, -ed2, -ing (walks, walked1, walked2, walking).

(3) Afiks-afiks derivasional dapat mengubah jenis kata, sedangkan afiks-afiks

infleksional tidak.

(4) Afiks-afiks derivasional mempunyai distribusi yang lebih terbatas

(misalnya, -er tidak dapat diramalkan selalu terdapat pada morfem dasar),

sedangkan afiks infleksional mempunyai distribusi yang lebih luas.

(5) Pembentukan derivasional dapat menjadi dasar bagi pembentukan

berikutnya (singer à singers), sedangkan pembentukan infleksional tidak.

Selanjutnya masih dalam tulisan Edi Subroto (1987), beliau

memaparkan beberapa pendapat para ahli yang menguraikan masalah derivasi

dan infleksi di antaranya:

Verhaar menyatakan bahwa derivasi ialah semua perubahan afiksasi

yang melampaui identitas kata, sedangkan semua perubahan yang

mempertahankan identitas kata disebut infleksi (1988:65). Prinsip yang diikuti

ialah setiap berpindah jenis kata (pembentukan yang menghasilkan jenis kata

berbeda) selalu berarti pula berpindah identitas leksikalnya (menulis termasuk

Page 52: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

verba, penulis termasuk nomina), tetapi tidak sebaliknya setiap berpindah

identitas leksikal berarti pula berpindah jenis kata. Misalnya, berangkat (verba)

dan memberangkatkan (verba). Keduanya termasuk verba, tetapi identitas

leksikalnya berbeda sehingga termasuk derivasional. Kata berangkat termasuk

tak transitif, sedangkan memberangkatkan termasuk transitif. Identitas leksikal

kedua verba itu berbeda karena referen atau situasi yang ditunjuknya berbeda.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa –kan pada memberangkatkan

adalah afiks yang mentransitifkan. Perihal afiks me(N)- pada

memberangkatkan, yang dapat diramalkan dapat digantikan di-, ku-, kau-

semata-mata penanda gramtikal, yaitu menyatakan bahwa kalimatnya berfokus

pelaku.

Melengkapi uraian tentang seperangkat kriteria operasional untuk

membedakan derivasi dari infleksi, Bauer menyatakan bahwa derivasi adalah

proses morfemis yang menghasilkan leksem baru, sedangkan infleksi ialah

proses morfemis yang menghasilkan bentuk-bentuk kata yang berbeda dari

sebuah leksem yang sama (2003:91). Sementara itu, menurut Marchand

morfem-morfem infleksional menghasilkan bentuk-bentuk yang berbeda dari

sebuah kata yang sama, tidak membentuk sebuah unit leksikal yang baru.

Dengan demikian, morfem infleksional tidak relevan bagi pembentukan kata

(1969:4). Dengan rumusan lain, infleksi adalah bentuk-bentuk kata yang

berbeda dari paradigm yang berbeda (Matthews, 1974:38). Yang dimaksud

dengan leksem dalam rumusan itu ialah satuan leksikal abstrak, yang terkecil

baik tunggal maupun kompleks dari bentuk-bentuk kata dalam sebuah

Page 53: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

paradigma (Matthews, 1974:38). Leksem itu biasanya dilambangkan dengan

huruf besar. Misalnya, bentuk-bentuk verba dalam bahasa Inggris:

(I) work,

(He) works,

(I) worked,

(He has) worked,

(He is) working,

adalah bentuk-bentuk kata yang berbeda dari leksem WORK. Dari leksem itu

dapat dibentuk leksem baru WORKER yang termasuk nomina. Pembentukan

dari work à worker ‘buruh, pekerja, karyawan’ termasuk derivasional. Kata

benda derivatif worker dapat dibentuk menjadi kategori jamak workers.

Bentuk-bentuk kata worker (tunggal) dan workers adalah bentuk-bentuk kata

yang berbeda dari leksem WORKER. Terdapatnya bentuk-bentuk kata yang

berbeda itu (work, works, worked, working, worker, workers) adalah untuk

memenuhi kaidah-kaidah gramatikal yang bersifat dapat diramalkan. Misalnya,

kalau terdapat verba talk, maka terdapatnya bentuk-bentuk kata: talks, talked,

talking, bersifat dapat diramalkan, kalau terdapat speaker terdapatnya bentuk

speakers bersifat dapat diramalkan. Ciri keteramalan itu merupakan penanda

pembentukan infleksional yang penting (bandingkan pula Aronoff, 1981:2).

Kemudian, kemungkinan penerapan konsep infleksi dan derivasi untuk

memerikan morfologi bahasa Indonesia dijelaskan dalam tulisan Edi Subroto

(1987) sebagai berikut.

Page 54: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Menurut beliau, setiap proses morfemis yang menghasilkan jenis kata

yang berbeda (pembentukan derivasional). Dalam pada itu, setiap proses

morfologis yang termasuk pembentukan drerivasional tidak selalu ditandai

dengan berpindahnya jenis kata. Misalnya, kata lurah dan kelurahan. Kedua

kata itu termasuk nomina, tetapi identitas leksikalnya berbeda. Kata lurah

mengacu kepada seseorang (insan) yang menjabat jabatan tertentu, sedangkan

kelurahan tidak mengacu kepada seseorang, melainkan pada ‘seluk-beluk atau

perihal urusan kedinasan’. Jadi, bersifat bukan insan. Oleh karena itu, referen

kedua kata itu pasti berbeda atau sesuatu (yang bersifat di luar bahasa) yang

ditunjuk kedua kata itu berbeda. Dengan demikian, pembentukan kata

kelurahan itu termasuk derivasional.

Masih dalam tulisan Edi Subroto (1987), sebuah afiks termasuk

infleksional kalau di dalam suatu paradigma diramalkan dapat digantikan afiks

infleksional yang lain. Dengan demikian, juga terdapat keteraturan makna

gramatikal di dalam paradigma infleksional. Ciri-ciri yang demikian tidak

terdapat pada paradigma derivasional. Dengan titik tolak itu akan dicoba untuk

memerikan paradigma infleksional dan derivasional dalam bahasa Indonesia.

Page 55: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Misalnya, paradigma dari dasar PETIK.

B A C

-PETIKI -PETIK -PETIKKAN

memetiki 1.memetik memetikkan

dipetiki 2.dipetik dipetikkan

kupetiki 3.kupetik kupetikkan I

kaupetiki 4.kaupetik kaupetikkan

diapetiki 5.diapetik diapetikkan

6.terpetik

pemetik pemetikan petikan II

Bagan 4. Paradigma petik

Paradigma I adalah paradigma verba yang dibentuk dari dasar “petik”,

sedangkan paradigma II termasuk paradigma nomina deverbal.

Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom –PETIK (A), kolom

–PETIKI (B), kolom –PETIKKAN (C). Masing-masing kolom merupakan

paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata baris 1-6

(kecuali kolom B dan C karena alasan semantis). Terlihat pada masing-masing

kolom bahwa bentuk kata dengan prefiks me(N)- (sebagai bentuk pertama)

(baris 1) diramalkan dapat digatikan dengan prefiks di- (baris 2), ku- (baris 3),

kau- (baris 4), dia (baris 5), atau ter- (baris 6, khusus kolom A). Oleh karena

itu, masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom B dari

leksem PETIKI, kolom C dari leksem PETIKKAN. Kemunculan

masing-masing bentuk (me(N)-, di-, ku-, dan seterusnya) dari setiap kolom

Page 56: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk baris 1

terdapat apabila kalimat berfokus pada pasien. Perbedaan antara baris 2-6

(kolom A) terdapat bila berfokus pada pasien. Perbedaan antara baris 2-6 satu

sama lain ialah bahwa baris 6 menyatakan ‘keaksidentalan’, hal tak disengaja,

tak dikehendaki’, sedangkan baris 2-5 menyatakan ‘kesengajaan’. Baris 2

berbeda dari 3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’,

sedangkan baris 2 ‘pelaku tidak tampak di dalam bentuk’; baris 3 pelaku adalah

persona ketiga. Karena bentuk baris 6 menyatakan ‘keaksidentalan,

ketaksengajaan, hal tak dikehendaki’, maka bentuk ini tidak terdapat dalam

kolom B, yang terutama menyatakan ‘keberkali-kalian’ dan kolom C, yang

terutama menyatakan ‘kebenefaktifan’ (berarti pula menyatakan

‘kesengajaan’). Adalah tidak wajar, apabila sesuatu yang ‘tak disengaja, tak

dikehendaki’ terjadi atau dilakukan berkali-kali.

Bagaimanakah perbedaan antara leksem PETIK (A), PETIKI (B),

PETIKKAN (C)? Perbedaannya ialah di dalam PETIKI terdapat ciri makna

‘perbuatan yang berulang-ulang’ (dalam oposisinya dengan PETIK), sedangkan

di dalam PETIKKAN terdapat ciri makna ‘kebenefaktifan’ (petikkan saya

mangga itu) (di dalam oposisinya dengan PETIK). Atas dasar itu, kata memetik,

memetiki, memetikkan secara leksikal adalah tiga kata yang berbeda

(derivasional) sekalipun sama-sama termasuk verba. Terdapatnya ciri makna

atau nilai kategorial ‘berkali-kali’ pada memetiki karena hadirnya sufiks –i dan

terdapatnya nilai ‘benefaktif’ karena hadirnya –kan pada memetikkan. Di

samping perbedaan dalam hal ciri makna, juga kemunculan –i pada PETIKI

Page 57: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dan –kan pada PETIKKAN dengan ciri makna secara demikian bersifat tak

dapat diramalkan. Ciri ‘tak teramalkan’ merupakan salah satu penanda

pembentukan derivasional.

Kata-kata pemetik, pemetikan, dan petikan (II) termasuk nomina

derivasional deverba atau nomina yang diturunkan atau diderivasikan dari

verba. Berdasarkan pertimbangan semantik, ketiga kata itu diderivasikan dari

verba memetik (pemetik ialah ‘orang yang memetik’, pemetikan ialah ‘hal

memetik’, petikan ialah ‘hasil memetik’). Berdasarkan perbedaan referennya,

ketiga kata itu berbeda secara leksikal sekalipun sama-sama termasuk nomina.

Referen pemetik ialah ‘orang yang …’, pemetikan ialah hal atau abstraksi dari

…’, petikan ialah ‘hasil ….’. Beberapa morfem dasar lain yang paradigmanya

serupa dengan petik –di antaranya—ialah: ambil, pungut, jual,tarik.

Setelah melihat uraian yang telah dipaparkan oleh para ahli di atas,

maka secara sederhana dapat dilihat proses derivasional dan infleksional BBA

dapat sebagai berikut:

1) Infleksi, potuk ‘pukul’ (verba) – mamotuk ‘memukul’ (verba) – dipotuk

‘dipukul’ (verba), dan seterusnya, tidak mengubah kelas kata.

2) Derivasi, potuk ‘pukul’ (verba) – potuki ‘pukuli (berkali-kali)’ (verba) –

potukkon ‘pukulkan’ (verba), tidak mengubah kelas katanya. Namun ada

juga yang kelas katanya berubah yaitu potuk ‘pukul’ (verba) – pamotuk

‘pemukul’ (nomina).

Page 58: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Selanjutnya, proses penganalisisan dalam penelitian ini menggunakan

cara analisis Edi Subroto di atas, dan hanya meneliti tentang pembentukan

verba BBA dari morfem dasar saja.

B. Penelitian yang Relevan

Para ahli yang peduli tentang pelestarian bahasa daerah sudah mulai

melakukan penelitian mengenai BBA dari tahun ke tahun. Penelitian yang

dilakukan membahas berbagai aspek yang terkait di dalam BBA itu sendiri.

Hal-hal yang menarik untuk diteliti mulai dari budaya sampai bahasa.

Perkembangan penelitian yang dialami cukup memberi sumbangsih yang

berarti dalam upaya pelestarian bahasa daerah sebagai salah satu aset negara

yang sangat perlu untuk dijaga dan dipertahankan. Beberapa penelitian yang

pernah dilakukan sehubungan dengan BBA dapat dilihat sebagai berikut.

Sohuturon (1960) dalam bukunya “Biado panjuratkon hata hita”

(bagaimana penulisan kata kita) menjelaskan mengenai rumus dan aturan-

aturan dalam menulis bahasa Batak baik Angkola maupun Mandailing. Rumus

dan aturan-aturan yang diterangkan secara rinci berupa bagaimana membentuk

kata baru dari kata dasar menjadi kata yang berimbuhan, berulang, dan

majemuk. Namun dalam buku ini, tidak terdapat adanya terjemahan ke dalam

bahasa Indonesia sehingga bagi pemula akan sulit untuk memahaminya. Di

samping itu, contoh kalimat yang dijelaskan sangat sedikit sehingga masih

kurang efisien dalam pengaplikasiannya.

Page 59: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Harahap (2007) dengan karyanya “Kamus modern bahasa Angkola

Mandailing” telah menyinggung tata bahasanya secara sekilas. Beliau

membicarakan mengenai jenis kata dan penjelasannya masing-masing. Dalam

bukunya juga ditambahkan bagaimana penambahan imbuhan untuk setiap jenis

kata. Namun demikian, buku itu akan lebih bagus apabila contoh kata dan

kalimat disajikan secara sistematis dan efisien.

Tinggibarani (2008) menyusun buku berjudul “Bahasa Angkola” untuk

siswa, mahasiswa, dan masyarakat. Isi buku ini dikemas dengan cara yang

sederhana dan mudah dipahami yang dilengkapi dengan cerita pendek dan

pertanyaan-pertanyaan singkat. Namun, untuk menghindari kebingungan

pembaca, penulis hendaknya mencantumkan juga kunci jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Selain itu, penjelasan mengenai

imbuhan sangat minim sekali sehingga para pemula akan merasa kebingungan

mencari bentuk imbuhan dan bagaimana cara pembentukannya.

Mascahaya, dkk., (1999) telah melakukan penelitian tentang “Morfologi

Bahasa Angkola”. Penelitian ini merupakan distribusi yang sangat berarti bagi

pengembangan dan pelestarian BBA selanjutnya.

Berdasarkan pada beberapa karya di atas, dapat dilihat bahwa penelitian

BBA mengenai morfologi (khususya tentang afiks derivasi dan afiks infleksi

dari morfem dasar) belum begitu mendapat perhatian. Dengan demikian,

penulis ingin meneliti salah satu bidang kajian morfologi ini secara sistematis.

Selain itu, penelitian ini juga mengacu pada beberapa penelitian bahasa

daerah yang lain, seperti pada penelitian Edi Subroto (1991:51-137) yang

Page 60: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

membahas perubahan morfofonemik, morfologi verbal (sistem verba kelas I

dan sistem verba kelas II), morfologi nomina, morfologi ajektiva dan morfologi

numeralia bahasa Jawa.

Kemudian, Ashriany (2008) melakukan penelitian yang membahas

tentang sistem verba bahasa Sasak dialek Bayan dari morfem dasar dan

nomina. Penelitian ini membahas mengenai pola-pola pembentukan verba dari

morfem dasar kelas I, pola-pola pembentukan verba dari morfem dasar kelas II,

pola-pola pembentukan verba dari dasar nomina dan proses morfofonemik

pada pembentukan pola verba bahasa Sasak. Lebih lanjut, Kasman (2003)

menjelaskan mengenai morfologi dan morfofonemik kata kerja bahasa

Sumbawa dialek Tongo, dan Admojo (2006) membahas verba bahasa Dayak

Ngaju di Palangkaraya.

Sistem morfologi verba bahasa Wakatobi Selatan dialek Tomia diteliti

oleh Ansor, dkk. (2006), mereka menjelaskan mengenai pembentukan verba

yang menggunakan beberapa cara yakni afiksasi, perulangan (reduplikasi), dan

pemajemukan. Penelitian ini juga membahas sudut fungsi (inflektif & derivatif)

dan maknanya. Namun, penelitian ini tidak dijelaskan bagaimana proses

morfofonemiknya sehingga kurang diketahui bagaimana fonem dan peluluhan

yang dialami oleh verba tersebut.

Page 61: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Pernyataan ini berdasarkan pada Edi Subroto (1992:5) yang menyatakan bahwa

secara umum, metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian

terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan

prosedur-prosedur statistik. Namun dalam penelitian ini, peneliti akan mencatat

dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata dan kalimat-kalimat.

Tujuan utama penelitian bahasa adalah menemukan pola-pola

pembentukan, kaidah-kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa itu,

menemukan sistem (sistem fonotaksis, sistem fonologi, sistem morfologi, sistem

penjenisan kata, sistem fraseologi, sistem pembentukan kalimat, sistem

pengaturan informasi di dalam wacana, sistem semantik), menemukan

satuan-satuan lingual beserta identitasnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini akan lebih bertujuan

untuk meneliti sistem morfologi BBA saja.

B. Objek dan Data Penelitian

Edi Subroto (1992:34) menjelaskan secara umum bahwa data adalah

semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas), yang

harus dicari/dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti.

59

Page 62: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Kemudian Sudaryanto (1990:9) menyatakan bahwa data adalah bahan

penelitian, atau lebih tepatnya bahan jadi penelitian. Objek penelitian tidak sama

dengan data penelitian, tetapi objek penelitian dan konteks penelitian merupakan

satu kesatuan yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata

lain dapat dinyatakan bahwa data penelitian adalah objek penelitian ditambah

dengan konteks penelitian. Dalam penelitian ini, data adalah verba dalam BBA

baik monomorfemik maupun polimorfemik yang tuturan/ kalimatnya mengalami

afiks derivasi dan afiks infleksi. Misalnya seperti pada contoh data berikut.

(36) Inang mangompa anggi. (N/Hal.67) Ibu menggendong adik ‘Ibu menggendong adik’

Mangompa ‘menggendong’ adalah objek penelitian, sedangkan Inang

‘Ibu’ dan anggi ‘adik’ adalah konteks penelitiannya. Mang- merupakan morfem

terikat dan ompa adalah morfem bebas. Mangompa adalah verba polimorfemik

yang mengalami afiks infleksi mang- karena verba dasarnya adalah ompa

‘gendong’. Dengan demikian, yang menjadi fokus perhatian pada contoh data ini

adalah verba yang telah mengalami afiks infleksi yaitu mangompa.

Contoh lain:

(27) Tangihon ajar poda, ulang marsidalian pala nisuru. (G/Hal.43) Dengarkan nasehat jangan berdalih kalau disuruh ‘Dengarkanlah nasehat, jangan berdalih kalau disuruh.’

Tangihon ‘dengarkan’ adalah objek penelitian, sedangkan ajar poda,

ulang marsidalian pala nisuru ‘jangan berdalih kalau disuruh’ adalah konteks

penelitiannya. -hon merupakan morfem terikat dan tangi adalah morfem bebas.

Tangihon adalah verba monomorfemik yang mengalami afiks derivasi -hon

karena verba dasarnya adalah tangi ‘dengar’. Dengan demikian, yang menjadi

Page 63: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

fokus perhatian pada contoh data ini adalah verba yang telah mengalami afiks

derivasi yaitu tangihon.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber inspirasi bagi penelitian yang menentukan

baik tidaknya data yang akan disediakan. Sumber data bisa berupa data yang

sudah tersedia dan bisa juga belum tersedia atau dengan kata lain harus

dimunculkan sendiri oleh peneliti dengan keahlian peneliti tersebut. Hal ini senada

dengan penjelasan Sudaryanto (1990:33) yang memaparkan bahwa data lingual

tidak muncul dari suatu ketiadaan. Data mempunyai sumber; ada asalnya, dari

sumber itu peneliti dapat memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan

itu.

Berdasarkan pernyataan di atas, sumber data penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer berupa parole yang direkam dalam kaset

Pabuat Boru Marbagas Vol. 1 (1989), yang merupakan rekaman kesenian

Tapanuli Selatan (masyarakat Batak Angkola), dan interview dengan Bapak

Mahmud Fauzi Hasibuan. Kaset yang dipilih adalah kaset yang masih digunakan

sampai sekarang oleh masyarakat Angkola dalam kegiatan adat istiadat

sehari-hari. Walaupun kaset ini muncul di tahun 1989, namun keeksistensiannya

masih bisa diperhitungkan hingga saat ini. Karena itu, kaset ini layak dipilih untuk

mewakili penyediaan data primer dari segi rekaman. Sementara itu, interview

yang diadakan dengan salah seorang informan bernama Bapak Fauzi Mahmud

Hasibuan, bertujuan untuk mewakili tuturan langsung masyarakat Angkola dalam

Page 64: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kehidupan sehari-hari. Informan ini dipilih karena beliau adalah orang yang

mengerti dengan baik seluk-beluk bahasa Angkola, selain itu beliau juga pernah

menjadi guru bahasa daerah Angkola. Dengan demikian, interview yang direkam

adalah berupa uraian beliau tentang sejarah, bahasa Angkola, dsb.

Data sekunder yaitu sumber tulisan yang terdiri dari beberapa buku

berbahasa Batak Angkola yang masih dipakai oleh masyarakat Batak Angkola

sampai sekarang, seperti: Andung-Tarsingot di Tano Hatubuan (1956), Baen

Dongan Angkup Matobang (1965), Djop ni Roha Pardomuan (1969), Tulus 1

(1969), Udutna 1 (1976), Burangir na Hombang (1977), Horja Godang Mangupa

di na Haroan Boru (1980), Napuran 1 (1981), Napuran 1 (1982), Napuran 2 (-),

Poda-poda ni Adat (1991), Pelajaran Bahasa Daerah Tapanuli Selatan (1994),

Burangir Barita (2007), Bahasa Angkola (2008), dan Tutur Poda (2009).

Tujuan dari penyediaan data dari rentang tahun yang berbeda yakni mulai

dari 1956 hingga 2009 adalah untuk mengetahui bagaimana kekonsistenan data

afiks infleksi dan afiks derivasi yang akan ditemui. Di samping itu, pemilihan

jenis kajian pustaka yang berbeda, mulai dari buku bacaan anak SD, SMA, dan

buku tentang adat istiadat ini, akan semakin menunjukkan bagaimana bentuk dari

afiks infleksi dan derivasi yang digunakan, berbeda atau sama saja.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sumber data yang digunakan

ada dua yaitu:

1) Sumber tertulis (data sekunder)

2) Sumber rekaman (data primer)

Page 65: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

D. Teknik Penyediaan Data

Penelitian akan terlaksana dengan adanya data, untuk itu perlu dilakukan

penyediaan data yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Penyediaan data

yang baik membutuhkan teknik yang relevan dalam pelaksanaannya. Teknik

penyediaan data disebut juga dengan tahap penyediaan data.

Tahap penyediaan data merupakan upaya sang peneliti menyediakan data

secukupnya. Data di sini dimengerti sebagai fenomenon lingual khusus yang

mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud. Data yang

demikian itu, substansinya dipandang berkualifikasi valid atau sahih dan reliable

atau terandal. Upaya penyediaan data itu dilakukan semata-mata untuk dan demi

kepentingan analisis (Sudaryanto, 1993:5).

Teknik atau tahap penyediaan data yang sesuai dengan penelitian sistem

verba BBA dari morfem dasar ini menggunakan tiga teknik, yaitu teknik rekam,

teknik pustaka dan teknik kerjasama dengan informan. Teknik rekam digunakan

untuk meneliti fonem-fonem beserta sejumlah kata (kelompok kata) yang telah

dipersiapkan (Edi Subroto, 1992:37). Teknik rekam menggunakan kaset rekaman

Pabuat Boru Marbagas Vol. 1 yang berisi kesenian Tapanuli Selatan (masyarakat

Batak Angkola), dan rekaman interview dengan seorang Informan,

Bapak H. Mahmud Fauzi Hasibuan, yang menguasai BBA. Kemudian ditanskripsi

secara fonetis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Teknik pustaka yaitu

data tulisan yang bersumber dari beberapa buku BBA.

Edi Subroto (1992:42) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh

Page 66: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

data. Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih yang mencerminkan

pemakaian bahasa sinkronis. Dengan demikian, sumber tertulis dan sumber

rekaman ini akan menghasilkan data yang saling mendukung pemakaian dari

BBA tersebut.

Selanjutnya, teknik kerjasama dengan informan yaitu pembicaraan asli

yang berkemampuan memberi informasi kebahasaan kepada peneliti, khususnya

mengenai segi-segi tertentu suatu bahasa (Edi Subroto, 1992:37). Dalam hal ini

informan membantu memberikan informasi data bahasa yang dimunculkan dari

memori informan berdasarkan permintaan dan keinginan peneliti dengan beberapa

pertanyaan yang akan diperlukan untuk kepentingan penelitian.

Setelah sumber data tersedia dengan mempergunakan teknik rekam,

teknik pustaka dan teknik kerjasama dengan informan tadi, selanjutnya peneliti ini

menggunakan metode simak beserta teknik-tekniknya. Menurut Sudaryanto

(1993:133-136), metode simak atau penyimakan dilakukan dengan menyimak,

yaitu menyimak penggunaan bahasa. Metode ini kemudian dilanjutkan dengan

teknik dasar yang disebut dengan teknik sadap, yaitu kegiatan menyadap. Dalam

penelitian ini yang disadap adalah data tulis yang berhubungan dengan objek

penelitian. Selanjutnya, dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik simak bebas libat

cakap. Dalam teknik ini alat yang digunakan adalah diri peneliti sendiri, namun

peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan

pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati saja – pemerhati terhadap

calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada

Page 67: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

di luar dirinya. Teknik lanjutan berikutnya adalah teknik catat yaitu pencatatan

pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi/pengelompokan data.

Sumber data tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

buku-buku berbahasa daerah yaitu BBA yang diambil dari berbagai jenis buku

mulai dari buku pelajaran bahasa daerah, seperti Tulus 1 (SD Kelas 5), Udutna 1

(SD Kelas 3), Napuran 1 & Napuran 2 (Sekolah Menengah Kelas 1 dan 2),

Pelajaran Bahasa Daerah Tapanuli Selatan (SD Kelas 1 caturwulan 1, 2 & 3),

Bahasa Angkola (siswa, mahasiswa, dan umum), sampai dengan buku tentang

adat dan budaya, seperti: Andung tarsingot di tano hatubuan, Baen Dongan

Angkup Matobang, Djop ni roha pardomuan, Burangir na hombang, Horja

godang mangupa di na haroan boru, Poda-poda ni adat, Burangir Barita, dan

Tutur Poda. Sumber-sumber tertulis yang dipilih diambil berdasarkan tahun 1956

sampai tahun 2009 agar peneliti dapat mengambil data yang akurat karena diambil

dari tahun yang berbeda. Adapun, judul buku yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

A. Andung-Tarsingot di Tano Hatubuan (Datuk Satia Radja Siregar, 1956)

B. Tutur Poda (Sutan Tinggibarani, 2009)

C. Burangir na Hombang (Tinggibarani Perkasa Alam, 1977)

D. Baen Dongan Angkup Matobang (B.B. Pulungan, 1965)

E. Djop ni Roha Pardomuan (Baginda Marakub M., 1969)

F. Burangir Barita (G. Baumi Siregar, 2007)

G. Udutna 1 (D. Muhd. Siregar, dkk., 1976)

H. Poda-poda ni Adat (Baginda Raja Harahap, 1991)

Page 68: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

I. Napuran 1 (Dinggol Siregar dan Loekman H. Siregar, 1981)

J. Napuran 2 (Dinggol Siregar dan Loekman H. Siregar, )

K. Napuran 1 (Dinggol Siregar dan Loekman H. Siregar, 1982)

L. Horja Godang Mangupa di na Haroan Boru (G. Baumi Siregar, 1980)

M. Tulus 1 (D.M. Siregar, dkk., 1969)

N. Pelajaran Bahasa DaerahTapanuli Selatan (Z. Pangaduan Lubis, 1994)

O. Bahasa Angkola (Sutan Tinggibarani, 2008)

Penomoran dari teknik penyediaan data ini dilakukan tidak berdasarkan

urutan tahun, tetapi secara acak karena peneliti ingin menyediakan data dengan

cara yang tidak monoton. Di samping tebal dan tipisnya data sekunder ini, dengan

cara acak, akan membantu mengurangi rasa jenuh yang dialami oleh peneliti.

Sumber rekamannya terdiri atas dua jenis, yang pertama berupa rekaman

interview mengenai sejarah dan perkembangan bahasa Batak Angkola dahulu dan

saat sekarang, sementara yang kedua berupa rekaman tentaang proses upacara

adat seperti ceramah, lagu, dan sebagainya. Adapun kedua sumber rekaman

tersebut adalah:

P. Interview dengan bapak Mahmud Fauzi Hasibuan

Q. Pabuat Boru Marbagas (Kesenian Tapanuli Selatan)

Untuk mengatasi kekurangan data maka Kamus Modern Bahasa Angkola

Mandailing (R) digunakan sebagai rujukan berikutnya. Selain itu, seorang

informan dari daerah Angkola, Bapak H. Batara Murni Pulungan, juga

menyediakan diri kapan saja untuk pengecekan data yang ditemukan.

Page 69: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan sumber tertulis dan sumber rekaman yang disediakan di atas,

data diharapkan dapat dijaring dan ditemukan sampai lengkap sehingga dapat

memenuhi kepentingan dari penelitian ini.

Selanjutnya, jenis afiks yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

afiks yang berdasarkan pendapat dari Sohuturon (1960), namun peneliti telah

memilah afiks yang hanya bisa diikuti oleh verba saja. Adapun, jenis afiks

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prefiks

1) {ma-} {man- ~ mam- ~ mang- ~ manga- ~ many- ~ mangka-}

2) {pa-} {pan- ~ pam- ~ pang- ~ panga- ~ pany-}

3) {par-}

4) {parpa-}

5) {mar-}

6) {marpar-} / {mampar-}

7) {marpa-}

8) {di-} ~ {ni-}

9) {dipa-} ~ {nipa-} {nipan- ~ nipam- ~ nipang-}

10) {dipar-} ~ {nipar-}

11) {diparpa-} ~ {niparpa-}

12) {tar-}

13) {tarpa-} {tarpan- ~ tarpam- ~ tarpang-}

14) {halim-}

15) {marsi-}

Page 70: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

16) {marsipa-} ~ {marsiha-}

b. ‘Infiks’

Infiks BBA yaitu:

1) {–in-}

2) {–um-}

c. ‘Sufiks’

Sufiks BBA yaitu:

1) {–an}

2) {–on}

3) {–i}

4) {–hon} ~ {-kon}

Dengan demikian, teknik penyediaan data yang akan dilaksanakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Teknik rekam

2) Teknik pustaka

3) Teknik kerjasama dengan informan

Kemudian ketiga teknik ini akan dilanjutkan dengan:

a) Teknik simak

b) Teknik sadap

c) Teknik simak bebas libat cakap

d) Teknik catat

Page 71: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses inti dari sebuah penelitian, karena pada teknik

inilah kemampuan dan ketelitian dalam menganalisis terasah dan teruji. Baik

tidaknya hasil analisis data suatu penelitian ditentukan oleh baik tidaknya dan

sesuai tidaknya, dalam menggunakan teknik analisis data penelitian tersebut.

Pernyataan di atas merujuk pada Sudaryanto (1993:6) yang menyatakan

bahwa sesuai dengan istilah “analisis”, tahap ini merupakan upaya sang peneliti

menangani langsung masalah yang terkandung pada data.

Kemudian, Edi Subroto (1992:55) menjelaskan bahwa menganalisis

berarti mengurai atau memilah-bedakan unsur-unsur yang membentuk suatu

satuan lingual, atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam

komponen-komponennya.

Selanjutnya, mengacu pada pernyataan di atas maka penelitian ini

menggunakan analisis metode agih (Sudaryanto, 1993:31) atau distribusional

(Edi Subroto, 1992:63). Metode ini menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan

kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri khas

kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu (Edi Subroto, 1992:64).

Metode agih atau distribusional dalam penelitian ini menggunakan teknik

dari Edi Subroto (1992, 65-76), sebagai berikut:

1) Teknik urai unsur terkecil (Ultimate constituent analysis), maksudnya adalah

mengurai suatu satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Misalnya,

unsur terkecil sebuah kalimat adalah kata atau morfem, dalam BBA seperti:

mangoban ‘membawa’, mambuat ‘mengambil’, maka dapat ditemukan

Page 72: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

bentuk-bentuk terkecil yang berulang sama secara bentuk arti ialah: mang-,

mam-, oban, buat, sehingga masing-masing merupakan morfem.

2) Teknik urai/ pilih unsur langsung (immediate constituent analysis) adalah

teknik memilah atau mengurai suatu konstruksi tertentu (morfologis atau

sintaksis) atas unsur-unsur langsungnya. Hal ini dapat terlihat pada BBA,

seperti pada konstruksi maniop ‘memegang’, unsur langsungnya adalah

{man-} ‘men-’ dan tiop ‘pegang’.

3) Teknik oposisi dua-dua yaitu oposisi antara dua kategori morfologis, yang

sebuah mengandung nilai kategori tertentu yang dinyatakan dengan prosede

morfologis (kaidah pembentukan kata secara sinkronis); sedangkan lainnya

tidak. Penerapan teknik ini dalam BBA misalnya:

mamotuk ‘memukul’ >< mamotuki ‘memukuli’

manggadis ‘menjual’ >< manggadisi ‘menjuali’

Berdasarkan kedua contoh di atas jelas terlihat bahwa terdapat kontras

kategorial yang menunjukkan nilai berkali-kali atau pluralitas perbuatan dalam

mamotuki dan manggadisi yang ditandai dengan penambahan sufiks {–i} pada

kata-kata atau morfem-morfem tersebut.

4) Teknik perluasan atau ekspansi adalah teknik memperluas satuan lingual

tertentu (yang dikaji atau yang dibahas) dengan “unsur” atau satuan lingual

tertentu baik perluasan ke kiri atau ke kanan. Misalnya dapat dilihat dalam

BBA sebagai berikut :

Page 73: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Akar kata gadis ‘jual’ diperluas ke kiri dengan unsur {mang-} ‘meng-’

menjadi manggadis ‘menjual’, diperluas ke kanan dengan unsur {–kon} ‘-kan’

menjadi manggadiskon ‘menjualkan’.

Dari contoh di atas, perluasan ke kanan dan ke kiri, unsur {mang-} dan

{–kon} berfungsi mentransitifkan verba. Unsur {mang-} memberi nosi aktif

transitif sementara unsur {–kon} memberi nosi benefaktif.

5) Teknik parafrasis digunakan untuk mengetahui aspek ciri arti dari suatu satuan

lingual dalam suatu konstruksi. Wujud penerapan teknik ini adalah pernyataan

dalam bentuk tuturan yang berbeda terhadap isi tuturan yang sama. Misalnya:

mamodomi ‘meniduri’ (afiks –i menandakan ‘lokatif’) dan mamodomkon

‘menidurkan’ (afiks –kon menandakan ‘kausatif’.

Metode padan juga digunakan dalam penelitian ini. Menurut Edi Subroto

(1992:55) metode padan sering disebut pula metode identitas yaitu metode yang

mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat

penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian

dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan dalam penelitian ini menggunakan

alat penentu referent atau segala sesuatu yang ditunjuk bahasa (benda, barang,

objek; tindakan, peristiwa, perbuatan, kejadian; sifat, kualitas, keadaan derajat;

jumlah dan sebangsanya) benar-benar berada di luar bahasa, terlepas dan tidak

menjadi bagian dari bahasa.

Selanjutnya, Sudaryanto (1993:21) menyatakan bahwa metode padan

adalah metode yang menggunakan teknik dasar teknik pilah unsur tertentu.

Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan

Page 74: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

referensial dengan alatnya referen. Hal ini berarti bahwa daya pilah sebagai

pembeda referen untuk membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis dan

untuk mengetahui perbedaan referen itu dengan menggunakan daya pilah yang

bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti. Misalnya untuk menerangkan

makna afiksasi sebagai pembentuk verba dari morfem dasar dengan melihat watak

semantis morfem akar yang menjadi bentuk dasar afiks yang bersangkutan.

Teknik ini dapat mengesahkan makna afiks {mang-} yang dilekati morfem dasar.

Afiks {mang-} ini mengandung makna “melakukan suatu perbuatan aktif seperti

yang dikatakan pada morfem dasar”, misalnya pada kata mangambur [maNambùr]

‘melompat’, atau mangambat [maNambat] ‘menghambat’.

Dengan demikian, prefiks {mang-} yang dilekati morfem dasar pada

bentuk tersebut memiliki makna yaitu yang pertama afiks {mang-} yang dilekati

morfem dasar ambur [ambùr] ‘lompat’ sehingga menjadi mangambur [maNambùr]

‘melompat’ atau melakukan suatu perbuatan aktif dalam hal ini lompat, dan yang

kedua afiks {mang-} yang melekat pada morfem dasar ambat [ambat] ‘hambat’

sehingga menjadi mangambat [maNambat] ‘menghambat’ atau ‘melakukan suatu

perbuatan aktif seperti yang dikatakan pada verba yang melekat pada morfem

dasar dalam hal ini adalah perbuatan hambat’.

Dengan demikian, dapat dinyatakan secara sederhana bahwa dalam

penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Metode agih atau distribusional, yang terdiri atas:

a) Teknik urai unsur terkecil (ultimate constituent analysis)

b) Teknik urai/ pilih unsur langsung (immediate constituent analysis)

Page 75: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

c) Teknik oposisi dua-dua

d) Teknik perluasan atau ekspansi

e) Teknik parafrasis

2) Metode padan, dengan teknik dasar pilah unsur tertentu.

F. Teknik Penyajian Analisis Data

Hasil Analisis data dilaporkan dalam penyajian analisis data yang

menggunakan teknik informal dan formal ataupun sebaliknya. Metode penyajian

informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa-walaupun dengan terminologi

yang teknis sifatnya. Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda

dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145).

Sesuai dengan pernyataan di atas, penyajian analisis data ini nantinya akan

menghasilkan suatu kaidah atau rumusan mengenai sistem verba BBA dari

morfem dasar berupa rangkaian kalimat yang sistematis, dan selanjutnya

diterjemahkan dalam bentuk tanda dan lambang seperti tanda bintang (*), tanda

kurung biasa (()), tanda kurung kurawal ({}), tanda kurung siku ([ ]), dan tanda

garis miring (//), agar kaidah atau rumusan yang dihasilkan lebih sederhana dan

mudah untuk dipahami hasilnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa teknik

penyajian analisis data akan dinyatakan secara formal dan informal.

Page 76: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB IV

ANALISIS DATA DAN TEMUANNYA

Pembahasan hasil penelitian dalam BAB IV ini disajikan ke dalam empat

bagian utama sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan dalam latar

belakang masalah. Keempat bagian ini menguraikan hasil penelitian yang telah

ditemukan oleh peneliti dengan upaya yang sungguh-sungguh demi mencapai

keakuratan dari hasil yang akan dicapai. Bagian pertama membahas afiks-afiks

derivasional pembentuk verba BBA dari dasar verba. Di dalam bagian kedua

dibahas mengenai aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional.

Sementara itu, di dalam bagian ketiga dibahas mengenai afiks-afiks infleksional

pembentuk verba BBA dari dasar verba. Aspek semantik dari keproduktifan

afiks-afiks infleksional dibahas di dalam bagian keempat. Keempat bagian ini

menggunakan data dari lampiran yang disediakan dari kajian pustaka berupa

buku-buku, dari informan berupa interview, dan dari kaset budaya berBBA, yang

dipilih menjadi 100 verba transitif dan 25 verba intransitif. Namun, dalam

penelitian ini, peneliti hanya membahas bentuk dasar verba atau morfem dasar

kategori verba yang terdapat dalam paradigma I saja, dengan tujuan agar lebih

fokus dan rinci. Sementara itu, untuk bentuk kategori lain yang mungkin muncul

dalam konteks paradigma yang sama maupun yang berbeda, disarankan untuk

menjadi bahan penelitian selanjutnya bagi para peneliti yang tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut tentang sistem verba BBA ini.

74

Page 77: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

A. Afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari dasar verba

Perumusan masalah yang pertama ini menjelaskan jenis afiks

derivasional yang dapat membentuk verba BBA dari dasar verba yakni morfem

dasar. Bentuk afiks-afiks derivasional yang telah ditemukan berdasarkan data

yang telah tersedia adalah afiks –i dan afiks –kon. Hal ini ditunjukkan oleh

fenomena yang muncul pada saat peramalan yang dicobakan untuk setiap data

verba, baik verba transitif (100 kata) maupun verba intransitif (25 kata). Afiks

derivasional ialah afiks yang dalam proses pembentukan katanya melampaui

identitas kata. Contoh lampiran yang tersedia menunjukkan bahwa afiks –i dan

afiks –kon adalah pembentuk kata-kata baru dalam kategori yang berbeda.

Walaupun kemunculan dari kedua afiks ini tidak dapat diramalkan

(unpredictable), dari leksem baru yang telah dibubuhi afiks –i dan afiks –kon

tadi dapat dibentuk kata-kata infleksional yang dapat diramalkan (predictable)

kemunculannya. Afiks derivasional pembentuk verba dari morfem dasar ini

(afiks –i dan afiks -kon) memang tidak dapat diramalkan (unpredictable)

kemunculannya pada setiap morfem dasar. Namun dapat dipastikan bahwa

untuk verba berjenis transitif, kemunculannya dapat terjadi secara berulang dan

teratur. Hal ini dapat dilihat pada data lampiran data no.1 sampai data no.100.

Sementara itu, untuk verba intransitif kemunculan afiks ini tidak dapat

diramalkan (unpredictable), seperti yang ditunjukkan oleh data no.1 sampai

data no.25. Berikut adalah penjelasan berdasarkan pembagian jenis verbanya.

Page 78: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

1) Verba Transitif

TABEL 3

Afiks Derivasional Verba Transitif

No. Verba Dasar

Glos

DERIVASIONAL Paradigma I

KETERANGAN

B C

Kat

egor

i D–i

Kat

egor

i D–k

on

1. jomur jemur P P Afiks derivasional pembentuk verba dari morfem dasar transitif mengalami kemunculan kategori D –i dan kategori D–kon, secara teratur dan dapat diramalkan (predictable). Kolom B dan C menunjukkan bahwa semua morfem dasar transitif dapat dilekati oleh kedua kategori ini.

2. kobet ikat P P 3. kubak kupas P P 4. ambit gendong

(depan) P P

5. gotap potong P P 6. pudun ikat P P 7. pake pakai P P 8. sambut sambut P P 9. potuk pukul P P 10. siram siram P P 11. ramban lempar P P 12. ompa gendong

(depan atau belakang)

P P

13. sargut gigit P P 14. tampul tebas P P 15. jomput pungut P P 16. gora tegur

(menegur dengan suara)

P P

17. tinggang timpa P P 18. surdu suguh P P 19. dege pijak P P 20. tangkup tangkap P P 21. ambat hambat P P 22. balut bungkus P P 23. putik petik P P 24. pasang pasang P P 25. basu cuci P P 26. sipak sepak P P 27. ayak usir P P 28. ambur lompat P P 29. tungkir intip P P 30. togu tuntun P P 31. jata raih P P 32. tutun bakar P P 33. tiop pegang P P 34. tudu tunjuk P P 35. bunu bunuh P P 36. gadis jual P P

Page 79: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

37. apil hapal P P 38. kojar kejar P P 39. doit sengat P P 40. apit jepit P P 41. lilit lilit P P 42. bola belah P P 43. ombus hembus P P 44. susun susun P P 45. puntar pecah P P 46. suan tanam P P 47. tembak tembak P P 48. jagit terima P P 49. baen bikin P P 50. surat tulis P P 51. alo lawan P P 52. dok bilang P P 53. buat bikin P P 54. jago jaga P P 55. tangko curi P P 56. garar bayar P P 57. abing angkat

(benda) P P

58. simpan simpan P P 59. tanda kenal P P 60. lehen beri P P 61. buka buka P P 62. cukur cukur P P 63. tiru tiru P P 64. tahan tahan P P 65. oban bawa P P 66. ingot ingat P P 67. inte tunggu P P 68. ajar ajar P P 69. basa baca P P 70. etong hitung P P 71. kirim kirim P P 72. tonton tonton P P 73. jalaki cari P P 74. kubur kubur P P 75. urus urus P P 76. tatap pandang P P 77. atur atur P P 78. pili pilih P P 79. koyok sembelih P P 80. alus jawab P P 81. topot tuju P P 82. tarik tarik P P 83. pareso periksa P P 84. simpan simpan P P 85. angkat angkat P P 86. gantung gantung P P 87. ligi lihat P P 88. tutup tutup P P 89. bagi bagi P P 90. taru antar P P 91. tarimo terima P P 92. bege dengar P P 93. kaluk peluk P P 94. jama pegang P P

Page 80: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

95. tabusi beli P P 96. alap jemput P P 97. pio panggil P P 98. rurus rontok P P 99. duda tumbuk P P 100. injam pinjam P P

Tabel 3 di atas, jelas menunjukkan bahwa seratus data yang berasal dari

verba transitif memperlihatkan penggunaan afiks derivasional –i dan –kon,

yang diwujudkan dalam kategori D-i dan kategori D-kon, sehingga terbukti

bahwa verba itu menjadi kata baru walaupun tidak mengubah kelas katanya.

Penjelasan selanjutnya mengenai semantik akan dibahas pada bagian yang

menjawab rumusan masalah yang kedua.

2) Verba Intransitif

Kemunculan afiks derivasional pada verba intransitif tidak dapat

diprediksi (unpredictable) karena untuk beberapa verba, kemunculan afiks

derivasional ini tidak berterima secara semantis maupun secara konvensi dalam

masyarakat. Adapun, datanya dapat dilihat sebagai berikut.

Page 81: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

TABEL 4

Afiks Derivasional Verba Intransitif

No. Morfem dasar

Glos

DERIVASIONAL Paradigma

I

KETERANGAN

B C

Kat

egor

i D–i

Kat

egor

i D–k

on

1. siap siap - P Afiks derivasional pembentuk verba dari morfem dasar intransitif mengalami kemunculan kategori D–i dan kategori D–kon. Kategori D–i hanya dialami oleh morfem dasar hobar, lintas, dalan, ngot, ro, juguk, tengget, kehe, mulak, rumbak, maridi, mijur, modom, masuk, dan dabu. Morfem dasar intransitif lainnya tidak mengalami karena alasan semantis. Morfem dasar intransitif yang mengalami kategori D-i memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk) yang dapat diihat sebagai berikut. Khusus untuk morfem dasar ro, bentuknya berubah menjadi reduplikasi roroi karena verba ini hanya terdiri dari satu suku kata saja. Sementara itu, morfem dasar ngot, kehe, mulak, maridi, mijur, dan modom mengalami kategori D–i tapi bentuknya berubah menjadi pa-D-i yaitu pangoti, pakehei, pamulaki, paridii, paijuri,dan podomi. Kategori D-kon dialami oleh semua morfem dasar intransitif kecuali morfem dasar tolap karena alasan semantis. Morfem dasar ngot, ro, kehe, mulak, maridi, mijur, dan modom, mengalami kategori D-kon. Tapi bentuk morfem dasar ro berubah menjadi pa-D yaitu paro. Uniknya, pada kategori D-i terjadi bentuk reduplikasi, sedangkan pada kategori D-kon bentuknya berubah dan tidak mengalami reduplikasi sama sekali. Bentuk morfem dasar yang mengalami kategori pa-D-kon yaitu pangotkon, pakeheon, pamulakkon, paridion, paijurkon, dan podomkon. Berdasarkan penjelasan ini terbukti bahwa kategori D-i dan kategori D-kon untuk morfem dasar intransitif adalah unpredictable (tidak dapat diramalkan kemunculannya secara teratur dan berulang), sehingga bentuknya harus dihapal karena sudah menjadi konvensi di masyarakat.

2. munduk tunduk - P 3. hobar bicara P P 4. tubu tumbuh - P 5. payak letak - P 6. harejo kerja - P 7. tangi dengar - P 8. lintas lewat P P 9. dalan jalan P P

10. ngot bangun P P 11. ro datang P P 12. juguk duduk P P 13. tengget naik P P 14. mago hilang - P 15. kehe pergi P P 16. mulak pulang P P 17. gulung baring - P 18. rumbak roboh P P 19. habang terbang - P 20. maridi mandi P P 21. mijur turun P P 22. modom tidur P P 23. masuk masuk P P 24. tolap tiba - - 25. dabu jatuh P P

Tabel 4 di atas memperlihatkan dengan jelas bentuk afiks derivasional

dari morfem dasar intransitif. Morfem dasar intransitif memang tidak memiliki

bentuk afiks derivasional yang teratur karena morfem dasar ini hukumnya

harus dihapal. Selain itu, beberapa verba memiliki bentuk dan ketentuan

Page 82: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

tersendiri dalam pembentukannya yang otomatis akan mempengaruhi aspek

semantiknya juga.

B. Aspek semantik dan keproduktifan afiks-afiks derivasional

Afiks-afiks derivasional memiliki keproduktifan yang terbatas karena

alasan semantis. Namun bila dilihat dari aspek semantik, afiks-afiks

derivasional pembentuk verba BBA dari morfem dasar ini memiliki beberapa

makna. Dari segi verba transitif (dialami oleh semua data dari no.1 sampai

no.100), makna dari afiks derivasional –i ada dua, yaitu (1) frekuentatif, dan

(2) lokatif. Sementara itu, makna dari afiks derivasional –kon adalah

(1) benefaktif (melakukan untuk orang lain), (2) melakukan dengan perbuatan

alat, (3) melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), (4) kausatif, dan (5)

direktif. Untuk verba intransitif, afiks derivasionalnya juga sama dengan verba

transitif, yaitu afiks –i, dan afiks –kon.

Adapun rincian penjelasannya dapat diambil dari beberapa contoh data

sebagai berikut. Tapi sebelumnya disajikan terlebih dahulu keterangan dari

simbol-simbol pada bagan berikut.

Keterangan:

Paradigma: Daftar lengkap perubahan afiksasi yang mungkin dengan morfem

asal yang sama (Verhaar, 1988: 65).

Paradigma I: Seperangkat unsur-unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan

(afiks infleksi), dan yang sebagian berubah-ubah (afiks derivasi).

Afiks derivasi dialami ke sebelah kiri dan kanan dari morfem

Page 83: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dasar. Proses derivasional dari data ini terdiri atas tiga kolom yaitu

A, B, dan C. Afiks infleksi dialami kolom A, B, dan C dari baris 1

sampai baris 5.

Kategori morfologis: sejumlah kata yang ditandai oleh ciri bentuk yang sama

berhubungan dengan ciri arti yang sama pula, atau

ditandai oleh kesepadanan antara perbedaan identik

dalam valensi dengan ciri identik dari arti (Uhlenbeck

dalam Edi Subroto, 1991:76).

Contoh: seperti mang-D, di-D, dan seterusnya.

Kolom A: Kolom dari morfem dasar. Bila ke kiri dan ke kanan mengalami

afiks derivasi, sedangkan bila ke bawah mengalami afiks infleksi.

Kolom B: Kolom dari verba yang mengalami afiks derivasi –i. Bila ke bawah

mengalami afiks infleksi.

Kolom C: Kolom dari verba yang mengalami afiks derivasi –kon. Bila ke

bawah mengalami afiks infleksi.

Baris 1: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks mang-, mang- -i, dan

mang- -kon.

Baris 2: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks di-, di- -i, dan

di- -kon.

Baris 3: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks hu-, hu- -i, dan

hu- -kon.

Baris 4: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks di- -ho, di- -iho, dan

di- -konho.

Page 84: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Baris 5: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks di- -ia, di- -iia, dan

di- -konia.

Contoh data morfem dasar transitif BBA:

14. tampul [tampùl] ‘tebas’

DERIVASIONAL (I)

B A C -TAMPULI -TAMPUL -TAMPULKON [tampùli] [tampùl] [tampùlk¿n] ‘tebasi’ ‘tebas’ ‘tebaskan’ manampuli 1.manampul manampulkon [manampùli] [manampùl] [manampùlk¿n] ‘menebasi’ ‘menebas’ ‘menebaskan’

I N ditampuli 2.ditampul ditampulkon F [ditampùli] [ditampùl] [ditampùlk¿n] L ‘ditebasi’ ‘ditebas’ ‘ditebaskan’ E K hutampuli 3.hutampul hutampulkon S [hutampùlk¿n] [hutampùl] [hutampùlk¿n] I ‘kutebasi’ ‘kutebas’ ‘kutebaskan’ O N ditampuliho 4.ditampulho ditampulkonho A [ditampùlIho] [ditampùlho] [ditampùlk¿nho] L ‘diatebasi oleh kamu’ ‘ditebas oleh kamu’ ‘diatebaskan oleh kamu’ ‘kautebasi’ ‘kautebas’ ‘kautebaskan’

ditampuliia 5.ditampulia ditampulkonia [ditampùliia] [ditampùlia] [ditampùlk¿nia] ‘ditebasi oleh dia’ ‘ditebas oleh dia’ ‘ditebaskan oleh dia’ ‘diatebasi’ ‘diatebas’ ‘diatebaskan’

Bagan 5. Contoh data 14 (Derivasional)

Bagian data (14) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Perbedaan antara leksem TAMPUL (A), TAMPULI (B), TAMPULKON (C)

yaitu adalah sebagai berikut. TAMPULI memiliki makna ‘perbuatan yang

berulang-ulang’ (dalam oposisinya dengan TAMPUL), contoh:

Page 85: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tampuli ma jolo duhut-duhut i. tebasi lah dulu rumput-rumput itu

[tampùli ma j¿lo dùhùt-dùhùti]

‘Tebasilah dulu rumput-rumput itu.’

Sementara itu, TAMPULKON mempunyai makna ‘melakukan perbuatan

dengan alat’, contoh:

Tampulkon ma jolo batang ni pisang i tebaskan lah dulu pohon dari pisang itu

[tampùlk¿n ma j¿lo bataN ni pIsaNI]

‘Tebaskanlah dulu pohon pisang itu.’

Atas dasar tersebut, kata TAMPUL, TAMPULI, TAMPULKON, secara

leksikal adalah tiga kata yang berbeda (derivasional) sekalipun sama-sama

termasuk verba. Ciri makna atau nilai kategorial ‘berkali-kali’ pada tampuli

disebabkan oleh hadirnya sufiks –i. Adapun, ciri makna atau nilai kategorial

‘melakukan dengan alat’ pada tampulkon disebabkan oleh hadirnya sufiks

–kon. Di samping hal perbedaan ciri makna, kemunculan sufiks –i pada

TAMPULI dan sufiks –kon pada TAMPULKON yang ‘tak dapat diramalkan’

merupakan salah satu penanda pembentukan derivasional.

18. surdu [sùrdu] ‘suguh (menawarkan sesuatu kepada orang lain)’

DERIVASIONAL

Page 86: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

(I) B A C -SURDUI -SURDU -SURDUON [sùrdùi] [sùrdu] [sùrdu¿n] ‘suguhi’ ‘suguh’ ‘suguhkan’ manyurdui 1.manyurdu manyurduon [ma=ùrdùi] [ma=ùrdu] [ma=ùrdu¿n] ‘menyuguhi’ ‘menyuguh’ ‘menyuguhkan’

I N disurdui 2.disurdu disurduon F [disùrdui] [disùrdu] [disùrdu¿n] L ‘disuguhi’ ‘disuguh’ ‘disuguhkan’ E K husurdui 3.husurdu husurduon S [husùrdui] [husùrdu] [husùrdu¿n] I ‘kusuguhi’ ‘kusuguh’ ‘kusuguhkan’ O N disurduiho 4.disurduho disurduonho A [disùrduIho] [disùrdùho] [disùrdu¿nho] L ‘disuguhi oleh kamu’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’

‘kausuguhi’ ‘kausuguh’ ‘kausuguhkan’ disurduiia 5.disurduia disurduonia [disùrduiia] [disùrduia] [disùrdu¿nia] ‘disuguhi oleh dia’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’ ‘diasuguhi’ ‘diasuguh’ ‘diasuguhkan’

Bagan 6. Contoh data 18 (Derivasional)

Bagian data 18 di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Perbedaan antara leksem SURDU (A), SURDUI (B), SURDUON (C) adalah

sebagai berikut. SURDUI memiliki makna ‘perbuatan yang lokatif’ (dalam

oposisinya dengan SURDU), dapat dilihat dalam kalimat:

Surdui ma jolo tes on tu koum ta an. suguhi lah dulu air minum ini untuk tamu kita itu

[sùrdui ma j¿lo tEson tu k¿um ta an]

Page 87: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

‘Suguhilah dulu minum ini untuk tamu kita itu’.

Suguhi mengandung makna menyuguhi sesuatu dan yang disuguhkan itu

diletakkan pada tempat tertentu dan biasanya diletakkan di depan orang yang

ingin disuguhi sesuatu tersebut.

Sementara itu, SURDUON mempunyai makna ‘melakukan untuk orang

lain (benefaktif)’, contoh:

Surduon ma burangir i tu hatobangon i. suguhkan lah sirih itu ke para tetua itu

[sùrdu¿n ma bùraNIri tu hat¿baN¿ni]

‘Suguhkanlah sirih itu pada para tetua itu’) (di dalam oposisinya dengan

surdu).

Suguhkan mengandung makna menyuruh orang lain untuk menyuguh

sesuatu terhadap orang lain. Atas dasar tersebut, kata SURDU, SURDUI,

SURDUON, secara leksikal adalah tiga kata yang berbeda (derivasional)

sekalipun sama-sama termasuk verba. Ciri makna atau nilai kategorial ‘lokatif’

pada surdui disebabkan oleh hadirnya sufiks –i. Adapun, ciri makna atau nilai

kategorial ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’ pada surduon disebabkan

oleh hadirnya sufiks –kon. Di samping hal perbedaan ciri makna, kemunculan

sufiks –i pada SURDUI dan sufiks –kon pada SURDUON yang ‘tak dapat

diramalkan’ merupakan salah satu penanda pembentukan derivasional.

47. tembak [temba/] ‘tembak’

DERIVASIONAL (I)

Page 88: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

B A C -TEMBAKI -TEMBAK -TEMBAKKON [tembaki] [temba/] [temba/k¿n] ‘tembaki’ ‘tembak’ ‘tembakkan’ manembaki 1.manembak manembakkon [manembaki] [manemba/] [manemba/k¿n] ‘menembaki’ ‘menembak’ ‘menembakkan’

I N ditembaki 2.ditembak ditembakkon F [ditembaki] [ditemba/] [ditemba/k¿n] L ‘ditembaki’ ‘ditembak’ ‘ditembakkan’ E K hutembaki 3.hutembak hutembakkon S [hutembaki] [hutemba/] [hutemba/k¿n] I ‘kutembaki’ ‘kutembak’ ‘kutembakkan’ O N ditembakiho 4.ditembakho ditembakkonho A [ditembakIho] [ditemba/ho] [ditemba/k¿no] L ‘ditembaki oleh kamu’ ‘ditembak oleh kamu’ ‘ditembakkan oleh kamu’

‘kautembaki’ ‘kautembak’ ‘kautembakkan’ ditembakiia 5.ditembakia ditembakkonia [ditembakiia] [ditembakia] [ditemba/k¿nia] ‘ditembaki oleh dia’ ‘ditembak oleh dia’ ‘ditembakkan oleh dia’ ‘diatembaki’ ‘diatembak’ ‘diatembakkan’

Bagan 7. Contoh data 47 (Derivasional)

Bagian data 47 di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Perbedaan antara leksem TEMBAK (A), TEMBAKI (B), TEMBAKKON (C)

adalah sebagai berikut. TEMBAKI memiliki makna ‘perbuatan yang dilakukan

berulang-ulang/frekuentatif’’ (dalam oposisinya dengan TEMBAK), dapat

dilihat dalam kalimat:

Tembaki ma jolo unggas na ma mangan eme i. tembaki lah dulu burung yang sudah makan padi itu

[tembaki ma j¿lo uNgas na ma maNan eme i]

Page 89: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

‘Tembakilah dulu burung yang sudah memakan padi itu.’

Tembaki mengandung makna menembaki sesuatu pada tempat tertentu dan

biasanya terletak di depan orang yang ingin menembak tersebut.

Sementara itu, TEMBAKKON mempunyai makna ‘direktif’, contoh:

Tembakkon ma misang i sannari. tembakkan lah musang itu sekarang

[temba/k¿n ma mIsaNI sannari]

‘Tembakkanlah musang itu sekarang.’ (di dalam oposisinya dengan

tembak).

Tembakkan mengandung makna melakukan menembak secara langsung

(direktif). Atas dasar tersebut, kata TEMBAK, TEMBAKI, TEMBAKKON,

secara leksikal adalah tiga kata yang berbeda (derivasional) sekalipun

sama-sama termasuk verba. Ciri makna atau nilai kategorial ‘frekuentatif’ pada

tembaki disebabkan oleh hadirnya sufiks –i. Adapun, ciri makna atau nilai

kategorial ‘direktif’ pada tembakkon disebabkan oleh hadirnya sufiks –kon. Di

samping hal perbedaan ciri makna, kemunculan sufiks –i pada TEMBAKII dan

sufiks –kon pada TEMBAKKON yang ‘tak dapat diramalkan’ merupakan salah

satu penanda pembentukan derivasional.

Contoh data morfem dasar intransitif BBA:

7. tangi [taNI] ‘dengar’

Page 90: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

DERIVASIONAL (I)

B A C - TANGI -TANGION [taNI] [taNI¿n] ‘dengar’ ‘dengarkan’ 1. manangion

[manaNI¿n] ‘mendengarkan’

I N 2. ditangion F [ditaNI¿n] L ‘didengarkan’ E K 3. hutangion S [hutaNI¿n] I ‘kudengarkan’ O N 4. ditangionho A [ditaNI¿nho] L ‘didengarkan oleh kamu’ ‘kaudengarkan’

5. ditangionia [ditaNI¿nia] ‘didengarkan oleh dia’ ‘diadengarkan’

Bagan 8. Contoh data 7 (Derivasional)

Bagian data (7) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Data ini memperlihatkan bahwa bentuk derivasional itu tidak bisa diramalkan

atau diprediksi kemunculannya (unpredictable). Hal ini disebabkan oleh

TANGI (A) dan TANGION (C) muncul, sedangkan (B) tidak muncul karena

alasan semantik yang tidak berterima. TANGION memiliki makna ‘melakukan

dengan sungguh-sungguh (intensif)’ seperti pada kalimat:

Ucok, tangion so hudokkon ucok dengarkan biar kukatakan

Page 91: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

[uc¿/ taNI¿n so hùd¿/k¿n]

‘Ucok, dengarkan biar kukatakan.’

Kalimat ini menunjukkan bahwa seseorang telah menyuruh Ucok untuk

melakukan tindakan mendengar.

10. ngot [N¿t] ‘bangun’

DERIVASIONAL (I)

B A C -NGOTI NGOT -NGOTKON [N¿ti] [N¿t] [N¿tk¿n] ‘banguni’ ‘bangun’ ‘bangunkan’

pangoti 1. pangotkon [paN¿ti] [paN¿tk¿n]

‘membanguni’ ‘membangunkan’ dingoti 2. dingotkon [diN¿ti] [diN¿tk¿n] ‘dibanguni’ ‘dibangunkan’ hungoti 3. hungotkon [huN¿ti] [huN¿tk¿n] ‘kubanguni’ ‘kubangunkan’ dingotiho 4. dingotkonho [diN¿tIho] [diN¿tk¿nho] ‘dibanguni oleh kamu’ ‘dibangunkan oleh kamu’

‘kaubanguni’ ‘kaubangunkan’ dingotiia 5. dingotkonia [diN¿tiia] [diN¿tk¿nia] ‘dibanguni oleh dia’ ‘dibangunkan oleh dia’ ‘diabanguni’ ‘diabangunkan’

Bagan 9. Contoh data 10 (Derivasional)

Bagian data (10) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Verba NGOT (A) adalah morfem dasar. NGOTI (B), dan NGOTKON (C)

adalah leksem yang selalu muncul dan dapat diprediksi (predictable). NGOTI

INFLEKSIONAL

Page 92: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

memiliki ciri semantik ‘melakukan secara berulang’, seperti terlihat pada

kalimat:

Ucok, ngoti ma jolo anggi mi so maridi ia amang. ucok banguni lah dulu adik mu itu biar mandi dia nak

[uc¿/ N¿ti ma j¿lo aNgi mi so marIdi ia amaN]

‘Ucok, bangunilah dulu adikmu itu biar mandi nak.’

NGOTI di sini menunjukkan bahwa Ucok disuruh ibu untuk

membangunkan adiknya berkali-kali agar bangun dan segera mandi.

Sementara itu, NGOTKON mempunyai makna ‘benefaktif’, seperti pada

kalimat:

Ngotkon bo si butet so mardahan jolo ia bangunkan dulu si butet biar masak dulu dia

[N¿tk¿n bo si bùtEt so mardahan j¿lo ia]

‘Bangunkanlah dulu si butet biar memasak dulu’

NGOTKON dalam kalimat ini berarti seseorang menyuruh si pelaku

untuk membangunkan si butet agar dia bangun dan segera memasak.

11. ro [r¿] ‘datang’

DERIVASIONAL (I)

B A C roroi ro paro

Page 93: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

[maNar¿r¿i] [ro] [par¿] ‘datangi’ ‘datang’ ‘datangkan’ mangaroroi 1. paroon

[maNar¿r¿i] [par¿on] ‘mendatangi’ ‘mendatangkan’

I N diroroi 2. diparoon F [dir¿r¿i] [dipar¿on] L ‘didatangi’ ‘didatangkan’ E K huroroi 3. huparoon S [hur¿r¿i] [hupar¿on] I ‘kudatangi’ ‘kudatangkan’ O N diroroiho 4. diparoonho A [dir¿r¿iho] [dipar¿onho] L ‘didatangi oleh kamu’ ‘didatangkan oleh kamu’

‘kaudatangi’ ‘kaudatangkan’ diroroiia 5. diparoonia [dir¿r¿iia] [dipar¿onia] ‘didatangi oleh dia’ ‘didatangkan oleh dia’ ‘diadatangi’ ‘diadatangkan’

Bagan 10. Contoh data 11 (Derivasional)

Bagian data (11) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Verba RO (A) adalah morfem dasar. Verba ROROI (B), dan PARO (C) adalah

leksem yang selalu muncul dan dapat diprediksi (predictable). ROROI

memiliki ciri semantik ‘lokatif’, seperti terlihat pada kalimat:

Roroi ma jolo naron ompung di bagas da. datangi lah dulu nanti kakek di rumah ya

[r¿r¿i ma j¿lo nar¿n ompùN di bagas da]

‘Nanti, datangilah dulu kakek di rumah ya.’

Page 94: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

ROROI di sini menunjukkan bahwa seseorang disuruh untuk

mendatangi kakeknya yang berada di rumah.

Sementara itu, PARO mempunyai makna ‘kausatif’, seperti pada

kalimat:

Paro ma jolo aya tukang becak i. datangkan lah dulu nak tukang becak itu

[par¿ ma j¿lo aya tùkaN bEca/ i]

‘Datangkanlah dulu nak tukang becak itu.’

PARO dalam kalimat ini berarti seseorang yang lebih tua menyuruh si

pelaku (dalam hal ini) untuk mendatangkan seorang tukang becak.

15. kehe [kehe] ‘pergi’

DERIVASIONAL (I)

I B A C N pakehei KEHE pakeheon F [pakehei] [kehe] [pakehe¿n] L ‘membuat ‘pergi’ ‘membuat E jadi pergi’ pergi’ K 1. S I 2. O N 3. A L 4. 5.

Bagan 15. Contoh data 15 (Derivasional)

Bagian data (15) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Verba KEHE (A) adalah morfem dasar. Verba PAKEHEI (B), dan PAKEHEON

(C) adalah leksem yang memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk)

Page 95: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

yang tidak dapat dimunculkan turunannya (unpredictable). PAKEHEI memiliki

ciri semantik ‘membuat jadi pergi (kausatif)’, seperti terlihat pada kalimat:

Ucok, pakehei ma dongan-dongan mi da ucok membuat jadi pergi lah teman-teman mu itu ya

[uc¿/ pakehei ma d¿Nan d¿Nan mi da]

‘Ucok, teman-temanmu itu disuruh pergi dulu ya.’

PAKEHEI di sini menunjukkan bahwa Ucok disuruh oleh seseorang

untuk membuat teman-temannya pergi.

Sementara itu, PAKEHEON mempunyai makna ‘membuat pergi

(kausatif)’, seperti pada kalimat:

Pakeheon ma sannari ia na manabusi pocal i. membuat pergi lah sekarang dia yang membeli pecal itu

[pakeheon ma sannari ia na manabùsi p¿cali]

‘Sekarang, buatlah dia pergi membeli pecal itu.’

PAKEHEON dalam kalimat ini berarti seseorang menyuruh seseorang

lagi untuk membuat dia (dalam hal ini orang yang ketiga) untuk pergi membeli

pecal.

21. mijur [mijùr] ‘turun’

DERIVASIONAL (I)

B A C PAIJURI MIJUR PAIJURKON

Page 96: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

[paijùri] [mIjùr] [paijùrk¿n] ‘turuni’ ‘turun’ ‘turunkan’ mampaijuri 1. mampaijurkon

[mampaIjùri] [mampaIjùrk¿n] ‘menuruni’ ‘menurunkan’

I N dipaijuri 2. dipaijurkon F [dIpaijùri] [dipaijùrk¿n] L ‘dituruni’ ‘diturunkan’ E K hupaijuri 3. hupaijurkon S [hùpaijùri] [hupaijùrk¿n] I ‘kuturuni’ ‘kuturunkan’ O N dipaijuriho 4. dipaijurkonho A [dIpaijùrIho] [dipaijùrk¿nho] L ‘dituruni oleh kamu’ ‘diturunkan oleh kamu’ ‘kauturuni’ ‘kauturunkan’

dipaijuriia 5. dipaijurkonia [dIpaijùriia] [dipaijùrk¿nia] ‘dituruni oleh dia’ ‘diturunkan oleh dia’ ‘diaturuni’ ‘diaturunkan’

Bagan 11. Contoh data 21 (Derivasional)

Bagian data (21) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Verba MIJUR (A) adalah morfem dasar. Verba PAIJURI (B), dan

PAIJURKON (C) adalah leksem yang memiliki ideosinkretis

(keanehan-keanehan bentuk) yang dapat dimunculkan turunannya

(predictable). PAIJURI memiliki ciri semantik ‘berkali-kali’, seperti terlihat

pada kalimat:

Uda, paijuri ma jolo goni-goni i. paman, turuni lah dulu karung-karung itu

[uda paijùri ma j¿lo g¿ni g¿ni i]

‘Paman, turunilah karung-karung itu.’

Page 97: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

PAIJURI di sini menunjukkan bahwa Uda disuruh oleh seseorang untuk

menurunkan karung-karung itu berkali-kali.

Sementara itu, PAIJURKON mempunyai makna ‘kausatif’, seperti pada

kalimat:

Tolong ma paijurkon jolo barang-barang na di ginjang i. tolong lah turunkan dulu barang-barang yang di atas itu

[t¿l¿N ma paijùrk¿n j¿lo baraN baraN na di gInjaNi]

‘Tolonglah dulu turunkan barang-barang yang di atas itu.’

PAIJURKON dalam kalimat ini berarti seseorang menyuruh seseorang

lagi untuk menurunkan barang-barang yang ada di atas.

24. tolap [t¿lap] ‘tiba’

DERIVASIONAL (I)

I B A C N - TOLAP - F [t¿lap] L ‘tiba’ E K 1. S I 2. O N 3. A L 4. 5.

Bagan 12. Contoh data 24 (Derivasional)

Bagian data (24) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Verba TOLAP (A) tidak mengalami afiks derivasional sama sekali dalam

kolom-kolom selanjutnya, baik kolom (B) maupun kolom (C). Hal ini

menunjukkan bahwa kemunculannya tidak dapat diprediksi (unpredictable)

Page 98: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

karena yang tidak muncul itu bentuk dan makna semantiknya yang tidak

berterima.

C. Afiks-afiks infleksional pembentuk verba BBA dari dasar verba

Adapun bentuk afiks-afiks infleksional yang ditemukan dari dasar verba

dapat ditinjau dari segi verba transitif dan verba intransitif. Data yang

digunakan sama dengan data untuk menganalisis afiks derivasional yaitu verba

transitif (1-100) dan verba intransitif (1-25). Berikut adalah penjelasannya.

1) Verba Transitif

Tabel 5

Afiks Infleksional Verba Transitif

Paradigma I Kolom A

Page 99: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

No. Morfem dasar

Glos

INFLEKSIONAL Paradigma I

KETERANGAN

A

Kat

egor

i m

ang-

D

Kat

egor

i di-

D

Kat

egor

i hu-

D

Kat

egor

i di-

D-h

o

Kat

egor

i di-

D-i

a

1. jomur jemur P P P P P Kolom A menunjukkan bahwa afiks infleksional yang diturunkan dari afiks derivasional dapat diprediksi kemunculannya secara jelas. Turunan yang muncul adalah afiks-afiks infleksi seperti kategori mang-D, kategori di-D, kategori hu-D, kategori di-D-ho, kategori di-D-ia. Kelima kategori ini kemunculannya dapat diprediksi (predictable) pada kolom (A), (B), dan (C) untuk verba transitif. Mengingat verba transitif memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan verba intransitif, maka afiks-afiks infleksional ini juga bersifat produktif.

2. kobet ikat P P P P P 3. kubak kupas P P P P P 4. ambit gendong

(depan) P P P P P

5. gotap potong P P P P P 6. pudun ikat P P P P P 7. pake pakai P P P P P 8. sambut sambut P P P P P 9. potuk pukul P P P P P 10. siram siram P P P P P 11. ramban lempar P P P P P 12. ompa gendong

(depan atau belakang)

P P P P P

13. sargut gigit P P P P P 14. tampul tebas P P P P P 15. jomput pungut P P P P P 16. gora tegur P P P P P 17. tinggang timpa P P P P P 18. surdu suguh P P P P P 19. dege pijak P P P P P 20. tangkup tangkap P P P P P 21. ambat hambat P P P P P 22. balut bungkus P P P P P 23. putik petik P P P P P 24. pasang pasang P P P P P 25. basu cuci P P P P P 26. sipak sepak P P P P P 27. ayak usir P P P P P 28. ambur lompat P P P P P 29. tungkir intip P P P P P 30. togu tuntun P P P P P 31. jata raih P P P P P 32. tutung bakar P P P P P 33. tiop pegang P P P P P 34. tudu tunjuk P P P P P 35. bunu bunuh P P P P P 36. gadis jual P P P P P 37. apil hapal P P P P P 38. kojar kejar P P P P P 39. doit sengat P P P P P 40. apit jepit P P P P P 41. lilit lilit P P P P P

Page 100: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

42. bola belah P P P P P 43. ombus hembus P P P P P 44. susun susun P P P P P 45. puntar pecah P P P P P 46. suan tanam P P P P P 47. tembak tembak P P P P P 48. jagit terima P P P P P 49. baen bikin P P P P P 50. surat tulis P P P P P 51. alo lawan P P P P P 52. dok bilang P P P P P 53. buat bikin P P P P P 54. jago jaga P P P P P 55. tangko curi P P P P P 56. garar bayar P P P P P 57. abing angkat

(benda) P P P P P

58. simpan simpan P P P P P 59. tanda kenal P P P P P 60. lehen beri P P P P P 61. buka buka P P P P P 62. cukur cukur P P P P P 63. tiru tiru P P P P P 64. tahan tahan P P P P P 65. oban bawa P P P P P 66. ingot ingat P P P P P 67. inte tunggu P P P P P 68. ajar ajar P P P P P 69. basa baca P P P P P 70. etong hitung P P P P P 71. kirim kirim P P P P P 72. tonton tonton P P P P P 73. jalaki cari P P P P P 74. kubur kubur P P P P P 75. urus urus P P P P P 76. tatap pandang P P P P P 77. atur atur P P P P P 78. pili pilih P P P P P 79. koyok sembelih P P P P P 80. alus jawab P P P P P 81. topot tuju P P P P P 82. tarik tarik P P P P P 83. pareso periksa P P P P P 84. simpan simpan P P P P P 85. angkat angkat P P P P P 86. gantung gantung P P P P P 87. ligi lihat P P P P P 88. tutup tutup P P P P P 89. bagi bagi P P P P P 90. taru antar P P P P P 91. tarimo terima P P P P P 92. bege dengar P P P P P 93. kaluk peluk P P P P P 94. jama pegang P P P P P 95. tabusi beli P P P P P 96. alap jemput P P P P P 97. pio panggil P P P P P 98. rurus rontok P P P P P 99. duda tumbuk P P P P P

Page 101: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

100. injam pinjam P P P P P

Tabel 5 di atas memperlihatkan bentuk-bentuk afiks infleksional dari

paradigma I kolom A. Seratus verba transitif yang telah dicobakan satu persatu

memunculkan kategori-kategori infleksi yaitu kategori mang-D, kategori di-D,

kategori hu-D, kategori di-D-ho, kategori di-D-ia. Kategori mang-D, kategori

di-D, dan kategori hu-D adalah kategori yang mendapat prefiks mang-, di-, dan

hu-. Prefiks mang-, dan hu- adalah penanda aktif sedangkan di- adalah penanda

pasif. Kategori di-D-ho, dan kategori di-D-ia adalah kategori yang mendapat

konfiks (discontinuous morfem) di- -ho, dan di- -ia. Khusus untuk kedua kategori

ini memiliki bentuk penanda pasif yang dalam BBA berubah fungsi menjadi

penanda aktif.

Tabel 6

Afiks Infleksional Verba Transitif

Paradigma I Kolom B

No. Morfem dasar

Glos INFLEKSIONAL Paradigma I KETERANGAN

Page 102: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

B

Kat

egor

i D-i

Kat

egor

i m

ang-

D-i

Kat

egor

i di-

D-i

Kat

egor

i hu-

D-i

Kat

egor

i di-

D-i

ho

Kat

egor

i di-

D-i

ia

1. jomur jemur P P P P P P Kolom B merupakan turunan dari leksem yang dilekati oleh afiks –i, mulai dari kategori mang-D-i, kategori di-D-i, kategori hu-D-i, kategori di-D-iho, kategori di-D-iia. Dengan demikian, keenam kategori ini adalah produktif.

2. kobet ikat P P P P P P 3. kubak kupas P P P P P P 4. ambit gendong

depan P P P P P P

5. gotap potong P P P P P P 6. pudun ikat P P P P P P 7. pake pakai P P P P P P 8. sambut sambut P P P P P P 9. potuk pukul P P P P P P 10. siram siram P P P P P P 11. ramban lempar P P P P P P 12. ompa gendong

(depan atau belakang)

P P P P P P

13. sargut gigit P P P P P P 14. tampul tebas P P P P P P 15. jomput pungut P P P P P P 16. gora tegur P P P P P P 17. tinggang timpa P P P P P P 18. surdu suguh P P P P P P 19. dege pijak P P P P P P 20. tangkup tangkap P P P P P P 21. ambat hambat P P P P P P 22. balut bungkus P P P P P P 23. putik petik P P P P P P 24. pasang pasang P P P P P P 25. basu cuci P P P P P P 26. sipak sepak P P P P P P 27. ayak usir P P P P P P 28. ambur lompat P P P P P P 29. tungkir intip P P P P P P 30. togu tuntun P P P P P P 31. jata raih P P P P P P 32. tutung bakar P P P P P P 33. tiop pegang P P P P P P 34. tudu tunjuk P P P P P P 35. bunu bunuh P P P P P P 36. gadis jual P P P P P P 37. apil hapal P P P P P P 38. kojar kejar P P P P P P 39. doit sengat P P P P P P 40. apit jepit P P P P P P 41. lilit lilit P P P P P P 42. bola belah P P P P P P 43. ombus hembus P P P P P P 44. susun susun P P P P P P 45. puntar pecah P P P P P P

Page 103: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

46. suan tanam P P P P P P 47. tembak tembak P P P P P P 48. jagit terima P P P P P P 49. baen bikin P P P P P P 50. surat tulis P P P P P P 51. alo lawan P P P P P P 52. dok bilang P P P P P P 53. buat bikin P P P P P P 54. jago jaga P P P P P P 55. tangko curi P P P P P P 56. garar bayar P P P P P P 57. abing gendong P P P P P P 58. simpan simpan P P P P P P 59. tanda kenal P P P P P P 60. lehen beri P P P P P P 61. buka buka P P P P P P 62. cukur cukur P P P P P P 63. tiru tiru P P P P P P 64. tahan tahan P P P P P P 65. oban bawa P P P P P P 66. ingot ingat P P P P P P 67. inte tunggu P P P P P P 68. ajar ajar P P P P P P 69. basa baca P P P P P P 70. etong hitung P P P P P P 71. kirim kirim P P P P P P 72. tonton tonton P P P P P P 73. jalaki cari P P P P P P 74. kubur kubur P P P P P P 75. urus urus P P P P P P 76. tatap pandang P P P P P P 77. atur atur P P P P P P 78. pili pilih P P P P P P 79. koyok sembelih P P P P P P 80. alus jawab P P P P P P 81. topot tuju P P P P P P 82. tarik tarik P P P P P P 83. pareso periksa P P P P P P 84. simpan simpan P P P P P P 85. angkat angkat P P P P P P 86. gantung gantung P P P P P P 87. ligi lihat P P P P P P 88. tutup tutup P P P P P P 89. bagi bagi P P P P P P 90. toru antar P P P P P P 91. tarimo terima P P P P P P 92. bege dengar P P P P P P 93. kaluk peluk P P P P P P 94. jama pegang P P P P P P 95. tabusi beli P P P P P P 96. alap jemput P P P P P P 97. pio panggil P P P P P P 98. rurus rontok P P P P P P 99. duda tumbuk P P P P P P 100. injam pinjam P P P P P P

Page 104: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 6 di atas memperlihatkan bentuk-bentuk afiks infleksional yang

dialami oleh morfem dasar transitif dalam kolom B. Adapun afiks-afiks

infleksional tersebut diwujudkan dalam kategori mang-D-i, kategori di-D-i,

kategori hu-D-i, kategori di-D-iho, kategori di-D-iia. Kelima kategori ini

mendapat konfiks (discontinuous morfem) yakni mang- -i, di- -i, hu- -i, di- -iho,

dan di- -iia. Konfiks mang- -i, dan hu- -i adalah penanda aktif sedangkan di- -i

adalah penanda pasif. Konfiks di- -iho, dan di- -iia adalah penanda pasif namun

dalam BBA berubah fungsi menjadi penanda aktif. Kelima kategori ini adalah

produktif karena dapat dialami oleh semua morfem dasar transitif.

Tabel 7

Afiks Infleksional Verba Transitif

Paradigma I Kolom C

Page 105: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

No. Morfem dasar

Glos

INFLEKSIONAL Paradigma I

KETERANGAN

C

Kat

egor

i m

ang-

D-k

on

Kat

egro

ri d

i-D

-kon

Kat

egor

i hu-

D-k

on

Kat

egor

i di-

D-k

onho

Kat

egor

i di-

D-k

onia

1. jomur jemur P P P P P Kolom C menunjukkan bahwa leksem yang dilekati oleh afiks –kon dapat memunculkan afiks infleksional seperti kategori mang-D-kon, kategori di-D-kon, kategori hu-D-kon, kategori di-D-konho, kategori di-D-konia. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keenam kategori di atas adalah produktif.

2. kobet ikat P P P P P 3. kubak kupas P P P P P 4. ambit gendong depan P P P P P 5. gotap potong P P P P P 6. pudun ikat P P P P P 7. pake pakai P P P P P 8. sambut sambut P P P P P 9. potuk pukul P P P P P 10. siram siram P P P P P 11. ramban lempar P P P P P 12. ompa gendong

(depan atau belakang)

P P P P P

13. sargut gigit P P P P P 14. tampul tebas P P P P P 15. jomput pungut P P P P P 16. gora tegur P P P P P 17. tinggang timpa P P P P P 18. surdu suguh P P P P P 19. dege pijak P P P P P 20. tangkup tangkap P P P P P 21. ambat hambat P P P P P 22. balut bungkus P P P P P 23. putik petik P P P P P 24. pasang pasang P P P P P 25. basu cuci P P P P P 26. sipak sepak P P P P P 27. ayak usir P P P P P 28. ambur lompat P P P P P 29. tungkir intip P P P P P 30. togu tuntun P P P P P 31. jata raih P P P P P 32. tutung bakar P P P P P 33. tiop pegang P P P P P 34. tudu tunjuk P P P P P 35. bunu bunuh P P P P P 36. gadis jual P P P P P 37. apil hapal P P P P P 38. kojar kejar P P P P P 39. doit sengat P P P P P 40. apit jepit P P P P P 41. lilit lilit P P P P P 42. bola belah P P P P P 43. ombus hembus P P P P P

Page 106: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

44. susun susun P P P P P 45. puntar pecah P P P P P 46. suan tanam P P P P P 47. tembak tembak P P P P P 48. jagit terima P P P P P 49. baen bikin P P P P P 50. surat tulis P P P P P 51. alo lawan P P P P P 52. dok bilang P P P P P 53. buat bikin P P P P P 54. jago jaga P P P P P 55. tangko curi P P P P P 56. garar bayar P P P P P 57. abing gendong P P P P P 58. simpan simpan P P P P P 59. tanda kenal P P P P P 60. lehen beri P P P P P 61. buka buka P P P P P 62. cukur cukur P P P P P 63. tiru tiru P P P P P 64. tahan tahan P P P P P 65. oban bawa P P P P P 66. ingot ingat P P P P P 67. inte tunggu P P P P P 68. ajar ajar P P P P P 69. basa baca P P P P P 70. etong hitung P P P P P 71. kirim kirim P P P P P 72. tonton tonton P P P P P 73. jalaki cari P P P P P 74. kubur kubur P P P P P 75. urus urus P P P P P 76. tatap pandang P P P P P 77. atur atur P P P P P 78. pili pilih P P P P P 79. koyok sembelih P P P P P 80. alus jawab P P P P P 81. topot tuju P P P P P 82. tarik tarik P P P P P 83. pareso periksa P P P P P 84. simpan simpan P P P P P 85. angkat angkat P P P P P 86. gantung gantung P P P P P 87. ligi lihat P P P P P 88. tutup tutup P P P P P 89. bagi bagi P P P P P 90. toru antar P P P P P 91. tarimo terima P P P P P 92. bege dengar P P P P P 93. kaluk peluk P P P P P 94. jama pegang P P P P P 95. tabusi beli P P P P P 96. alap jemput P P P P P 97. pio panggil P P P P P 98. rurus rontok P P P P P 99. duda tumbuk P P P P P 100. injam pinjam P P P P P

Page 107: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Tabel 7 memperlihatkan bahwa bentuk afiks-afiks infleksional dari verba

transitif kolom C adalah kategori mang-D-kon, kategori di-D-kon, kategori

hu-D-kon, kategori di-D-konho, kategori di-D-konia. Kategori mang-D-kon,

kategori di-D-kon, dan kategori hu-D-kon mendapat konfiks (discontinuous

morfem) mang- -kon, dan hu- -kon sebagai penanda aktif, serta konfiks di- -kon

sebagai penanda pasif. Kategori di-D-konho, dan kategori di-D-konia mendapat

konfiks di- -konho dan di- -konia sebagai penanda pasif, namun dalam BBA

berubah fungsi menjadi penanda aktif.

2) Verba Intransitif

Tabel 8

Afiks Infleksional Verba Intransitif

Page 108: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Paradigma I Kolom A

No. Morfem dasar

Glos

INFLEKSIONAL Paradigma I

KETERANGAN A

Kat

egor

i man

g-D

Kat

egor

i di-

D

Kat

egor

i hu-

D

Kat

egor

i di-

D-h

o

Kat

egor

i di-

D-i

a

1. siap siap - - - - - Kolom A menunjukkan bahwa verba intransitif tidak seproduktif verba transitif terlihat dari kemunculan afiks infleksi dalam tabel. Ketidakmunculan bentuk afiks infleksi ini karena adanya kendala dari segi bentuk dan segi semantik yang tidak berterima.

2. munduk tunduk - - - - - 3. hobar bicara - - - - - 4. tubu tumbuh - - - - - 5. payak letak - - - - - 6. harejo kerja - - - - - 7. tangi dengar - - - - - 8. lintas lewat - - - - - 9. dalan jalan - - - - -

10. ngot bangun - - - - - 11. ro datang - - - - - 12. juguk duduk - - - - - 13. tengget naik - - - - - 14. mago hilang - - - - - 15. kehe pergi - - - - - 16. mulak pulang - - - - - 17. gulung baring - - - - - 18. rumbak roboh - - - - - 19. habang terbang - - - - - 20. maridi mandi - - - - - 21. mijur turun - - - - - 22. modom tidur - - - - - 23. masuk masuk - - - - - 24. tolap tiba - - - - - 25. dabu jatuh - - - - -

Tabel 8 kolom A menunjukkan bahwa bentuk-bentuk afiks infleksi

morfem dasar intransitif tidak dapat menjadi dasar pembentukan verba lainnya.

Hal ini tidak berlaku karena ada kendala bentuk dan semantis yang tidak

berterima dalam konvensi masyarakat.

Tabel 9

Afiks Infleksional Verba Intransitif

Page 109: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Paradigma I Kolom B

No. Morfem dasar

Glos

INFLEKSIONAL Paradigma I

KETERANGAN

B

Kat

egor

i D-i

Kat

egor

i man

g-D

-i

Kat

egor

i di-

D-i

Kat

egor

i hu-

D-i

Kat

egor

i di-

D-i

ho

Kat

egor

i di-

D-i

ia

1. siap siap - - - - - - Kolom B berbeda dengan kolom A. Kolom B ini terlihat agak produktif walaupun tidak semua verba intransitif mengalami afiks infleksi ini. Verba yang tidak dapat memunculkan afiks infleksional pada kolom ini memiliki kendala baik dari segi bentuk maupun dari segi semantik. Adapun morfem dasar yang mengalami afiks infleksional adalah verba hobar, lintas, dalan, ngot, ro, juguk, tengget, rumbak, maridi, mijur, modom, masuk, dan dabu. Sementara itu, kategori-kategori yang lain tidak dapat dilekatkan pada afiks infleksi karena bentuk-bentuk verba ini hukumnya harus dihapal.

2. munduk tunduk - - - - - - 3. hobar bicara P P P P P P 4. tubu tumbuh - - - - - - 5. payak letak - - - - - - 6. harejo kerja - - - - - - 7. tangi dengar - - - - - - 8. lintas lewat P P P P P P 9. dalan jalan P P P P P P

10. ngot bangun P P P P P P 11. ro datang P P P P P P 12. juguk duduk P P P P P P 13. tengget naik P P P P P P 14. mago hilang - - - - - - 15. kehe pergi P - - - - - 16. mulak pulang P - - - - - 17. gulung baring - - - - - - 18. rumbak roboh P P P P P P 19. habang terbang - - - - - - 20. maridi mandi P P P P P P 21. mijur turun P P P P P P 22. modom tidur P P P P P P 23. masuk masuk P P P P P P 24. tolap tiba - - - - - - 25. dabu jatuh P P P P P P

Tabel 9 kolom B di atas menunjukkan bahwa tidak semua verba intransitif

dapat mengalami afiks infleksional karena alasan semantis. Bentuk-bentuknya

harus dihapal agar dapat mengaplikasikan penggunaannya. Adapun afiks-afiks

infleksional dari kolom C dapat diwujudkan ke dalam kategori D-i, kategori

mang-D-i, kategori di-D-i, kategori hu-D-i, kategori di-D-iho,kategori di-D-iia.

Kategori mang-D-i, kategori di-D-i, dan kategori hu-D-i mendapat konfiks

Page 110: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

mang- -i, dan hu- -i sebagai penanda aktif, serta konfiks di- -i sebagai penanda

pasif. Kategori di-D-iho, dan kategori di-D-iia mendapat konfiks di- -iho dan

di- -iia sebagai penanda pasif, namun dalam BBA berubah fungsi menjadi

penanda aktif.

Tabel 10

Afiks Infleksional Verba Intransitif

Paradigma I Kolom C

No. Morfem dasar

Glos INFLEKSIONAL

Paradigma I KETERANGAN

Page 111: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

C

Kat

egor

i D-k

on

Kat

egor

i man

g-D

-kon

Kat

egor

i di-

D-k

on

Kat

egor

i hu-

D-k

on

Kat

egor

i di-

D-k

onho

Kat

egor

i di-

D-k

onia

1. siap siap P P P P P P Kolom C jauh lebih produktif dibandingkan dengan Kolom B. Hal ini terjadi karena afiks ini tidak memiliki kendala dari segi bentuk maupun ciri semantik yang terdapat pada verba intransitif tersebut. Namun, terdapat tiga verba yang tidak dapat mengalami afiks infleksi ini yaitu verba kehe, mulak, dan tolap, karena alasan semantis.

2. munduk tunduk P P P P P P 3. hobar bicara P P P P P P 4. tubu tumbuh P P P P P P 5. payak letak P P P P P P 6. harejo kerja P P P P P P 7. tangi dengar P P P P P P 8. lintas lewat P P P P P P 9. dalan jalan P P P P P P

10. ngot bangun P P P P P P 11. ro datang P P P P P P 12. juguk duduk P P P P P P 13. tengget naik P P P P P P 14. mago hilang P P P P P P 15. kehe pergi P - - - - - 16. mulak pulang P - - - - - 17. gulung rebah P P P P P P 18. rumbak roboh P P P P P P 19. habang terbang P P P P P P 20. maridi mandi P P P P P P 21. mijur turun P P P P P P 22. modom tidur P P P P P P 23. masuk masuk P P P P P P 24. tolap tiba - - - - - - 25. dabu jatuh P P P P P P

Tabel 10 kolom C di atas menunjukkan bahwa morfem dasar intransitif

dapat mengalami afiks infleksi dengan kategori D-kon, kategori mang-D-kon,

kategori di-D-kon, kategori hu-D-kon, kategori di-D-konho, dan kategori

di-D-konia. Kategori mang-D-kon, kategori di-D-kon, dan kategori hu-D-kon

mendapat konfiks mang- -kon, dan hu- -kon sebagai penanda aktif, serta konfiks

di- -kon untuk penanda pasif. Kategori di-D-konho, dan kategori di-D-konia

mendapat konfiks di- -konho, dan di- -konia sebagai penanda pasif, namun dalam

Page 112: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

BBA berubah fungsi menjadi penanda aktif. Untuk verba kehe, mulak, dan tolap

mendapat pengecualian karena alasan semantis.

D. Aspek semantik dan keproduktifan afiks-afiks infleksional

Afiks-afiks infleksional dikenal lebih produktif dibandingkan dengan

afiks-afiks derivasional karena lebih dapat diprediksi kemunculannya

(predictable). Aspek semantik dari afiks-afiks infleksional memiliki penjelasan

sebagai berikut.

Contoh data morfem dasar transitif BBA:

11. ramban [ramban] ‘lempar’

DERIVASIONAL (I)

Page 113: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

B A C -RAMBANI RAMBAN -RAMBANKON [rambani] [ramban] [rambank¿n] ‘lempari’ ‘lempar’ ‘lemparkan’ mangarambani 1.mangaramban mangarambankon [maNarambani] [maNaramban] [maNarambank¿n] ‘melempari’ ‘melempar’ ‘melemparkan’

I N dirambani 2.diramban dirambankon F [dirambani] [diramban] [dirambank¿n] L ‘dilempari’ ‘dilempar’ ‘dilemparkan’ E K hurambani 3.huramban hurambankon S [hurambani] [huramban] [hurambank¿n] I ‘kulempari’ ‘kulempar’ ‘kulemparkan’ O N dirambaniho 4.dirambanho dirambankonho A [dirambaniho] [dirambanho] [dirambank¿nho] L ‘dilempari oleh kamu’ ‘dilempar oleh kamu’ ‘dilemparkan oleh kamu’ ‘kaulempari’ ‘kaulempar’ ‘kaulemparkan’

dirambaniia 5.dirambania dirambankonia [dirambaniia] [dirambania] [dirambank¿nia] ‘dilempari oleh dia’ ‘dilempar oleh dia’ ‘dilemparkan oleh dia’ ‘dialempari’ ‘dialempar’ ‘dialemparkan’

Bagan 13. Contoh data 11 (Infleksional)

Bagian data (11) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar

RAMBAN [ramban] ‘lempar’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom

RAMBAN (A), kolom RAMBANI (B), kolom RAMBANKON (C).

Masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional dan masing-masing

mempunyai bentuk kata baris 1-5. Pada masing-masing kolom dapat terlihat

bahwa bentuk kata dengan prefiks mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1

diramalkan dapat digantikan dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3,

di- -ho pada baris 4, di- -ia pada baris 5 (khusus kolom A). Untuk baris 4 dan 5

Page 114: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

posisi afiks infleksi terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan morfem

dasar untuk kedua baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya (merupakan

bentuk yang unik dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh karena itu,

masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom A

merupakan bentuk-bentuk kata dari leksem ‘RAMBAN’, kolom B dari leksem

‘RAMBANI’, kolom C dari leksem ‘RAMBANKON’.

Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, di- -ho, di- -ia dari

setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk

baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (kolom A)

terdapat bila berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris

2 berbeda dari 3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’,

sedangkan baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah

persona pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona

kedua tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat

kanan.

Hal yang sama terjadi pada kolom B dan C hanya saja setiap kolom B

mengandung ciri semantik keberkalian, mulai dari mang- -i, di- -i, hu- -i,

di- -iho, di- -iia. Kolom C mengandung ciri semantik kausatif, mulai dari

mang- -kon, di- -kon, hu- -kon, di- -konho, di- -konia.

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom A,

kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom A:

Baris 1: Danak i do na mangaramban tarup i dohot batu. anak itu lah yang melempar atap itu dengan batu

Page 115: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

[danaki do na maNaramban tarùpi d¿h¿t batu]

‘Anak itulah yang melempar atap itu dengan batu’

Baris 2: Tarup i do na diramban danak i dohot batu. atap itu lah yang dilempar anak itu dengan batu

[tarùpi do na dIramban danaki d¿h¿t batu]

‘Atap itulah yang dilempar anak itu dengan batu.’

Baris 3: Huramban tarup i dohot batu. Kulempar atap itu dengan batu

[hùramban tarùpi d¿h¿t batu]

‘Kulempar atap itu dengan batu’

Baris 4: Andigan do dirambanho tarup i dohot batu? Kapan kah kaulempar atap itu dengan batu

[andIgan do dIrambanho tarùpi d¿h¿t batu]

‘Kapankah kaulempar atap itu dengan batu?’

Baris 5: Asi do dirambania tarup i dohot batu? mengapa kah dilemparnya atap itu dengan batu

[asi do dIrambania tarùpi d¿h¿t batu]

‘Mengapa dilemparnya atap itu dengan batu?’

Kolom B:

Baris 1: Danak i do na mangarambani tarup i dohot batu. anak itu lah yang melempari atap itu dengan batu

[danaki do na maNarambani tarùpi d¿h¿t batu]

‘Anak itulah yang melempari atap itu dengan batu.’

Baris 2: Tarup i do na dirambani danak i dohot batu.

Page 116: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

atap itu lah yang dilempari anak itu dengan batu

[tarùpi do na dIrambani danaki d¿h¿t batu]

‘Atap itulah yang dilempari anak itu dengan batu.’

Baris 3: Hurambani tarup i dohot batu. kulempari atap itu dengan batu

[hùrambani tarùpi d¿h¿t batu]

‘Kulempari atap itu dengan batu.’

Baris 4: Andigan do dirambaniho tarup i dohot batu? kapan kah kaulempari atap itu dengan batu

[andIgan do dIrambanIho tarùpi d¿h¿t batu]

‘Kapankah kaulempari atap itu dengan batu?’

Baris 5: Asi do dirambaniia tarup i dohot batu? mengapa kah dialempari atap itu dengan batu

[asi do dIrambanIia tarùpi d¿h¿t batu]

‘Mengapa dialempari atap itu dengan batu?’

Kolom C:

Baris 1: Danak i do na mangarambankon batu i tu tarup. anak itu lah yang melemparkan batu itu ke atap

[danaki do na maNarambank¿n batu i tu tarùp]

‘Anak itulah yang melemparkan batu itu ke atap.’

Baris 2: Batu i do na dirambankon danak i tu tarup. batu itu lah yang dilemparkan anak itu ke atap

[batu i do na dIrambank¿n danaki tu tarùp]

‘Batu itulah yang dilemparkan anak itu ke atap.’

Baris 3: Hurambankon batu i tu tarup i. kulemparkan batu itu ke atap itu

[hùrambank¿n batu i tu tarùpi]

Page 117: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

‘Kulemparkan batu itu ke atap itu.’

Baris 4: Andigan do dirambankonho batu i tu tarup i? kapan kah kaulemparkan batu itu ke atap itu

[andIgan do dIrambank¿nho batu i tu tarùp]

‘Kapankah kaulemparkan batu itu ke atap?’

Baris 5: Asi do dirambankonia batu i tu tarup i? mengapa kah dialemparkan batu itu ke atap itu

[asi do dIrambank¿nia batu i tu tarùpi]

‘Mengapa dialemparkan batu itu ke atap?’

18. surdu [sùrdu] ‘suguh (menawarkan sesuatu kepada orang lain)’

DERIVASIONAL (I)

B A C -SURDUI SURDU -SURDUON [sùrdùi] [sùrdu] [sùrdu¿n] ‘suguhi’ ‘suguh’ ‘suguhkan’ manyurdui 1.manyurdu manyurduon [ma=ùrdùi] [ma=ùrdu] [ma=ùrdu¿n] ‘menyuguhi’ ‘menyuguh’ ‘menyuguhkan’

Page 118: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

I N disurdui 2.disurdu disurduon F [disùrdui] [disùrdu] [disùrdu¿n] L ‘disuguhi’ ‘disuguh’ ‘disuguhkan’ E K husurdui 3.husurdu husurduon S [husùrdui] [husùrdu] [husùrdu¿n] I ‘kusuguhi’ ‘kusuguh’ ‘kusuguhkan’ O N disurduiho 4.disurduho disurduonho A [disùrduIho] [disùrdùho] [disùrdu¿nho] L ‘disuguhi oleh kamu’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’

‘kausuguhi’ ‘kausuguh’ ‘kausuguhkan’ disurduiia 5.disurduia disurduonia [disùrduiia] [disùrduia] [disùrdu¿nia] ‘disuguhi oleh dia’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’ ‘diasuguhi’ ‘diasuguh’ ‘diasuguhkan’

Bagan 14. Contoh data 18 (Infleksional)

Bagian data (18) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar surdu

[sùrdu] ‘suguh’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom SURDU (A),

kolom SURDUI (B), kolom SURDUON (C). Masing-masing kolom merupakan

paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata baris 1-5.

Pada masing-masing kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks

mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan

dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia

pada baris 5 (khusus kolom A). Untuk baris 4 dan 5 posisi afiks infleksi

terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan morfem dasar untuk kedua

baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya (merupakan bentuk yang unik

dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh karena itu, masing-masing kolom

merupakan paradigma infleksional. Kolom A merupakan bentuk-bentuk kata

Page 119: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

dari leksem ‘SURDU’, kolom B dari leksem ‘SURDUI’, kolom C dari leksem

‘SURDUON’.

Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, -ho, -ia dari setiap

kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk baris 1

terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (kolom A) terdapat

bila berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris 2

berbeda dari 3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’,

sedangkan baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah

persona pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona

kedua tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat

kanan.

Hal yang sama terjadi pada kolom B dan C hanya saja setiap kolom B

mengandung ciri semantik keberkalian, mulai dari mang- -i, di- -i, hu- -i,

di- -iho, -iia. Kolom C mengandung ciri semantik ‘melakukan untuk orang lain

(benefaktif)’, mulai dari mang- -kon, di- -kon, hu- -kon, di- -konho, di- -konia.

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom A,

kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom A:

Baris 1: Parumaennia ma na manyurdu burangir i tu jolo ni hatobangon i. menantu perempuannya lah yang menyuguh sirih itu ke depan para tetua itu

[parùmaen nia ma na ma=ùrdu bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Menantu perempuannyalah yang menyuguh sirih itu ke depan para

tetua itu.’

Baris 2: Burangir i ma na disurdu parumaennia i tu jolo ni hatobangon i. sirih itu lah yang disuguh menantu perempuannya itu ke depan para tetua itu

Page 120: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

[bùraNIri ma na dIsùrdu parùmaen nia i tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Sirih itulah yang disuguh menantu perempuannya itu ke depan

para tetua itu.’

Baris 3: Husurdu burangir i tu jolo ni hatobangon i. kusuguh sirih itu ke depan para tetua itu

[hùsùrdu bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Kusuguh sirih itu ke depan para tetua itu.’

Baris 4: Andigan do disurduho burangir i tu jolo ni hatobangon i? kapan kah kausuguh sirih itu ke depan para tetua itu

[andIgan do dIsùrdùho bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Kapankah kausuguh sirih itu ke depan para tetua itu?’

Baris 5: Asi do disurduia burangir i tu jolo ni hatobangon i? mengapa kah diasuguh sirih itu ke depan para tetua itu

[asi do dIsùrdùia bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Mengapa diasuguh sirih itu ke depan para tetua itu?’

Kolom B:

Baris 1: Parumaen nia i ma na manyurdui burangir i tu jolo ni hatobangon i. menantu perempuannya itu lah yang menyuguhi sirih itu ke depan para tetua itu

[parùmaen nia ma na ma=ùrdui bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Menantu perempuannya itulah yang menyuguhi sirih itu ke depan

para tetua itu.’

Baris 2: Burangir i ma na disurdui parumaen nia i tu jolo ni hatobangon i. sirih itu lah yang disuguhi menantu perempuannya itu ke depan para tetua itu

[bùraNIri ma na dIsùrdui parùmaennia i tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

Page 121: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

‘Sirih itulah yang disuguhi menantu perempuannya itu ke depan

para tetua itu.’

Baris 3: Husurdui burangir i tu jolo ni hatobangon i. kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu

[hùsùrdùi bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu.’

Baris 4: Andigan do disurduiho burangir i tu jolo ni hatobangon i? kapan kah kausuguhi sirih itu ke depan para tetua itu

[andIgan do dIsùrdùiho bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Kapankah kausuguhi sirih itu ke depan para tetua itu?’

Baris 5: Asi do disurduiia burangir i tu jolo ni hatobangon i? mengapa kah diasuguhi sirih itu ke depan para tetua itu

[asi do dIsùrdùiia bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Mengapa diasuguhi sirih itu ke depan para tetua itu?’

Kolom C:

Baris 1: Parumaennia i ma na manyurduon burangir i tu jolo ni hatobangon i. menantu perempuannya itu lah yang menyuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu

[parùmaen nia i ma na ma=ùrdù¿n bùraNIri tu j¿lo ni

hat¿baN¿ni]

‘Menantu perempuannya itu lah yang menyuguhkan sirih itu ke

depan para tetua itu.’

Baris 2: Burangir i ma na disurduon parumaen nia i tu jolo ni hatobangon i. sirih itu lah yang disuguhkan menantu perempuannya itu ke depan para tetua itu

[bùraNIri ma na dIsùrdùon parùmaen nia i tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

Page 122: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

‘Sirih itulah yang disuguhkan menantu perempuannya itu ke depan

para tetua itu.’

Baris 3: Husurduon burangir i tu jolo ni hatobangon i. kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu

[hùsùrdù¿n bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu.’

Baris 4: Andigan do disurduonho burangir i tu jolo ni hatobangon i? kapan kah kausuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu

[andIgan do dIsùrdù¿nho bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Kapankah kausuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu?’

Baris 5: Asi do disurduonia burangir i tu jolo ni hatobangon i? mengapa kah diasuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu

[asi do dIsùrdù¿nia bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]

‘Mengapa diasuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu.’

Contoh data morfem dasar intransitif BBA:

7. tangi [taNI] ‘dengar’

DERIVASIONAL (I)

B A C - TANGI -TANGION [taNI] [taNI¿n] ‘dengar’ ‘dengarkan’ 1. manangion

[manaNI¿n] ‘mendengarkan’

Page 123: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

I N 2. ditangion F [ditaNI¿n] L ‘didengarkan’ E K 3. hutangion S [hutaNI¿n] I ‘kudengarkan’ O N 4. ditangionho A [ditaNI¿nho] L ‘didengarkan oleh kamu’ ‘kaudengarkan’

5. ditangionia [ditaNI¿nia] ‘didengarkan oleh dia’ ‘diadengarkan’

Bagan 15. Contoh data 7 (Infleksional)

Bagian data (7) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar harejo

[harEjo] ‘kerja’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom TANGI (A),

kolom (-) (B), kolom TANGION (C). Masing-masing kolom merupakan

paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata baris 1-5

(kecuali kolom A dan B karena alasan semantis). Pada kolom C dapat terlihat

bahwa bentuk kata dengan prefiks mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1

diramalkan dapat digantikan dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3,

di- -ho pada baris 4, di- -ia pada baris 5. Untuk baris 4 dan 5 posisi afiks

infleksi terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan morfem dasar untuk

kedua baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya (merupakan bentuk yang

unik dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh karena itu, masing-masing

kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom A dan B tidak menghasilkan

Page 124: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

bentuk-bentuk kata dari leksemnya. Hanya kolom C yang dapat menghasilkan

bentuk-bentuk baru dari leksem ‘TANGION’ dengan ciri semantik ‘melakukan

dengan sungguh-sungguh (intensif)’.

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom (C)

tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom C:

Baris 1: Si Ucok ma na manangion aha na nidok ni umaknia. si ucok lah yang mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya

[si uc¿/ ma na manaNI¿n aha na nId¿/ ni uma/nia]

‘Si ucoklah yang mendengarkan apa kata ibunya.’

Baris 2: Aha na nidok ni umaknia i ma na ditangion ni si Ucok i. apa yang dikatakan oleh ibunya itu lah yang didengarkan oleh si ucok itu

[aha na nId¿/ ni uma/nia i ma na dItaNI¿n ni si uc¿/i]

‘Apa yang dikatakan ibunya itulah yang didengarkan si Ucok.’

Baris 3: Hutangion do aha na nidok ni umak i. kudengarkan lah apa yang dikatakan oleh ibu itu

[hùtaNI¿n do aha na nId¿/ ni uma/i]

‘Kudengarkanlah apa yang dikatakan oleh Ibu.’

Baris 4: Andigan do ditangionho na nidok ni umak i? kapan kah kaudengarkan yang dikatakan oleh ibu itu

[andIgan do dItaNI¿nho na nId¿/ ni uma/i]

‘Kapankah kaudengarkan apa yang dikatakan oleh ibu.’

Baris 5: Asi do ditangionia aha na nidok ni umak i? mengapa kah diadengar apa yang dibilang oleh ibu itu

Page 125: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

[asi do dItaNI¿nho na nId¿/ ni uma/i]

‘Mengapa diadengarkan apa yang dikatakan oleh ibu itu.’

10. ngot [N¿t] ‘bangun’

DERIVASIONAL (I)

B A C -NGOTI NGOT -NGOTKON [N¿ti] [N¿t] [N¿tk¿n] ‘banguni’ ‘bangun’ ‘bangunkan’ pangoti 1. pangotkon [paN¿ti] [paN¿tk¿n]

‘membanguni’ ‘membangunkan’ dingoti 2. dingotkon [diN¿ti] [diN¿tk¿n]

INFLEKSION

Page 126: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

‘dibanguni’ ‘dibangunkan’ hungoti 3. hungotkon [huN¿ti] [huN¿tk¿n] ‘kubanguni’ ‘kubangunkan’ dingotiho 4. dingotkonho [diN¿tIho] [diN¿tk¿nho] ‘dibanguni oleh kamu’ ‘dibangunkan oleh kamu’

‘kaubanguni’ ‘kaubangunkan’ dingotiia 5. dingotkonia [diN¿tiia] [diN¿tk¿nia] ‘dibanguni oleh dia’ ‘dibanguni oleh dia’ ‘diabanguni’ ‘diabangunkan’ Bagan 16. Contoh data 10 (Infleksional)

Bagian data (10) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar lintas

[lIntas] ‘lewat’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) NGOT,

kolom (B) NGOTI, dan kolom (C) NGOTKON. Masing-masing kolom

merupakan paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata

baris 1-5. (kecuali kolom A karena alasan semantis). Pada masing-masing

kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks mang- sebagai bentuk

pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan dengan prefiks di- pada baris

2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia pada baris 5. Untuk baris 4 dan

5 posisi afiks infleksi terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan

morfem dasar untuk kedua baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya

(merupakan bentuk yang unik dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh

karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom B

Page 127: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

merupakan bentuk-bentuk kata dari leksem NGOTI’, kolom C dari leksem

‘NGOTKON’.

Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, di- -ho, di- -ia dari

setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk

baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (seharusnya

terdapat pada kolom A tapi tidak muncul karena alasan semantis) terdapat bila

berfokus pada pasien. Baris 2 berbeda dari 3-5 karena di dalam baris 3-5

‘pelaku tampak di dalam bentuk’, sedangkan baris 2 ‘pelaku tidak tampak

dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah persona pertama tunggal lekat kiri

(pembicara), baris 4 pelaku adalah persona kedua tunggal lekat kanan, baris 5

pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat kanan. Kolom C yang menyatakan

‘kebenefaktifan’ (berarti pula menyatakan kesengajaan).

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom (B), dan

kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom B:

Baris 1: Ayak do na pangoti si Butet so sumbayang subuh. Ayah nya yang membanguni si butet biar sholat subuh

[aya/ do na paN¿ti si bùtEt so sùmbayaN sùbùh]

‘Ayahlah yang membanguni (membangunkan berulang-ulang) si

Butet biar sholat subuh.’

Baris 2: Si Butet do na dingoti ayak so sumbayang subuh. si butet nya yang dibanguni ayah biar sholat subuh

Page 128: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

[si bùtEt do na dIN¿ti aya/ so sùmbayaN sùbùh]

‘Si Butet dibanguni Ayah biar sholat subuh.’

Baris 3: Hungoti si Butet so sumbayang subuh. kubanguni si butet biar sholat subuh

[hùN¿ti si bùtEt so sùmbayaN sùbùh]

‘Kubanguni si Butet biar sholat Subuh.’

Baris 4: Andigan do dingotiho si Butet so sumbayang subuh? kapan kah kaubanguni si Butet biar sholat subuh

[andIgan do dIN¿tIho si bùtEt so sùmbayaN sùbùh]

‘Kapankah kaubanguni si Butet biar sholat Subuh.’

Baris 5: Asi do dingotiia si Butet? kapan kah diabanguni si Butet

[asi do dIN¿tIia si bùtEt]

‘Kapankah diabanguni si Butet?’

Kolom C:

Baris 1: Ayak do na pangotkon si Butet so sumbayang subuh. Ayah lah yang membangunkan si Butet biar sholat subuh

[aya/ do na paN¿tk¿n si bùtEt so sùmbayaN sùbùh]

‘Ayahlah yang membangunkan si Butet biar sholat subuh.’

Baris 2: Si Butet dingotkon ayak so sumbayang subuh. si butet dibangunkan ayah biar sholat subuh

[si bùtEt dIN¿tk¿n aya/ so sùmbayaN sùbùh]

‘Si butet dibangunkan ayah biar sholat subuh.’

Baris 3: Hungotkon si Butet so sumbayang subuh. kubangunkan si butet biar sholat subuh

[hùN¿tk¿n si bùtEt so sùmbayaN sùbùh]

‘Kubangunkan si Butet biar sholat subuh.’

Page 129: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Baris 4: Andigan do dingotkonho si Butet so sumbayang subuh? kapan kah kaubangunkan si butet biar sholat subuh

[andIgan do dIN¿tk¿nho si bùtEt so sùmbayaN sùbùh]

‘Kapankah kaubangunkan si Butet biar sholat subuh?’

Baris 5: Asi do dingotkonia si Butet? mengapa kah diabangunkan si Butet

[asi do dIN¿tk¿nia si bùtEt]

‘Mengapakah diabangunkan si butet?’

11. ro [r¿] ‘datang’

DERIVASIONAL (I)

B A C roroi ro paro [maNar¿r¿i] [ro] [par¿]

‘datangi’ ‘datang’ ‘datangkan’ mangaroroi 1. paroon

[maNar¿r¿i] [par¿on] ‘mendatangi’ ‘mendatangkan’

I

Page 130: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

N diroroi 2. diparoon F [dir¿r¿i] [dipar¿on] L ‘didatangi’ ‘didatangkan’ E K huroroi 3. huparoon S [hur¿r¿i] [hupar¿on] I ‘kudatangi’ ‘kudatangkan’ O N diroroiho 4. diparoonho A [dir¿r¿iho] [dipar¿onho] L ‘didatangi oleh kamu’ ‘didatangkan oleh kamu’ ‘kaudatangi’ ‘kaudatangkan’

diroroiia 5. diparoonia [dir¿r¿iia] [dipar¿onia] ‘didatangi oleh dia’ didatangkan oleh dia’ ‘diadatangi’ ‘diadatangkan’ Bagan 17. Contoh data 11 (Infleksional)

Bagian data (11) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar RO

[r¿] ‘datang’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) RO sebagai

morfem dasar, kolom (B) ROROI dan kolom (C) PARO merupakan leksem

yang dapat diturunkan menjadi verba infleksi. Masing-masing kolom

merupakan paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata

baris 1-5. (kecuali kolom A karena alasan semantis). Pada masing-masing

kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks mang- sebagai bentuk

pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan dengan prefiks di- pada baris

2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia pada baris 5. Untuk baris 4 dan

5 posisi afiks infleksi terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan

morfem dasar untuk kedua baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya

(merupakan bentuk yang unik dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh

karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom B

Page 131: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

merupakan bentuk-bentuk kata dari leksem ROROI’,dan kolom C dari leksem

‘PARO’.

Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, di- -ho, di- -ia dari

setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk

baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (seharusnya

terdapat pada kolom A tapi tidak muncul karena alasan semantis) terdapat bila

berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris 2 berbeda dari

3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’, sedangkan

baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah persona

pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona kedua

tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat kanan.

Kolom C yang menyatakan ‘kausatif’.

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom (B),

dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom B:

Baris 1: Ulang lupa hamu mangaroroi ompung di bagas da. jangan lupa kalian mendatangi kakek di rumah ya

[ulaN lùpa hamu maNar¿r¿i ompùN di bagas da]

‘Jangan lupa kalian mendatangi kakek di rumah ya.’

Baris 2: Ompung ma na diharoroi halahi di bagas i. kakek lah yang didatangi mereka di rumah itu

[ompùN ma na dIhar¿r¿i halahi di bagas i]

‘Kakeklah yang didatangi mereka di rumah itu.

Page 132: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Baris 3: Huroroi ma ompung di bagas. kudatangi lah kakek di rumah

[hùr¿r¿i ma ompùN di bagas]

‘Kudatangilah kakek di rumah itu.’

Baris 4: Andigan do diharoroiho ompung di bagas? kapan kah kaudatangi kakek di rumah

[andIgan do dIhar¿r¿Iho ompùN di bagas]

‘Kapankah kaudatangi kakek di rumah?’

Baris 5: Asi do diharoroiia ompung di bagas? mengapa kah diadatangi kakek di rumah

[asi do dIhar¿r¿Iia ompùN di bagas]

‘Mengapakah diadatangi kakej di rumah.’

Kolom C:

Baris 1: Ulang lupa hamu paroon ompung tu bagas da. jangan lupa kalian mendatangkan kakek ke rumah ya

[ulaN lùpa hamu par¿¿n ompùN tu bagas da]

‘Kalian jangan lupa mendatangkan kakek ke rumah ya.’

Baris 2: Ompung ma na diparoon halahi tu bagas i. kakek lah yang didatangkan mereka ke rumah itu

[ompùN ma na dIpar¿on halahi tu bagasi]

‘Kakeklah yang kalian datangkan ke rumah itu.’

Baris 3: Huparoon ma ompung tu bagas i. kudatangkan lah kakek ke rumah itu

[hùpar¿on ma ompùN tu bagasi]

‘Kudatangkanlah kakek ke rumah itu.’

Baris 4: Andigan do diparoonho ompung tu bagas? kapan kah kaudatangkan kakek ke rumah

Page 133: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

[andIgan do dIpar¿onho ompùN kakek ke rùmah]

‘Kapankah kaudatangkan kakek ke rumah?’

Baris 5: Asi do diparoonia ompung tu bagas i? mengapa kah diadatangkan kakek ke rumah itu

[asi do dIpar¿onia ompùN tu bagasi]

‘Mengapa diadatangkan kakek ke rumah itu?’

15.kehe [kehe] ‘pergi’

DERIVASIONAL (I)

I B A C N pakehei KEHE pakeheon F [pakehei] [kehe] [pakehe¿n] L ‘membuat ‘pergi’ ‘membuat E jadi pergi’ pergi’ K 1. S I 2. O N 3. A L 4.

Page 134: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

5.

Bagan 18. Contoh data 15 (Infleksional)

Bagian data (15) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar KEHE

[kehe] ‘pergi’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) KEHE

sebagai morfem dasar, sedangkan kolom (B) PEKEHEI dan kolom (C)

PAKEHEON merupakan leksem yang tidak dapat diturunkan menjadi verba

infleksi karena alasan semantis. Bentuk verba derivasi pada kolom B dan

kolom C memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk) yaitu dengan

wujud morfem dasar yang berubah dari KEHE menjadi PAKEHEI dengan ciri

semantik ‘membuat jadi pergi (kausatif)’, dan PAKEHEON dengan ciri

semantik ‘membuat pergi (kausatif)’.

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada

kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom B:

Ucok, pakehei ma dongan-donganmi da. ucok, membuat jadi pergi lah teman-temanmu itu ya

[uc¿/ pakEhei ma d¿Nan d¿Nan mi da]

‘Ucok, buatlah dulu teman-temanmu jadi pergi ya.’

Kolom C:

Ucok, pakeheon ma dongan-donganmi sannari da. ucok, membuat pergi lah teman-temanmu itu sekarang ya

[uc¿/ pakEhe¿n ma d¿Nan d¿Nan mi sannari da]

‘Ucok, suruhlah dulu pergi teman-temanmu itu sekarang ya.’

Page 135: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

21. mijur [mijùr] ‘turun’

DERIVASIONAL (I)

B A C PAIJURI MIJUR PAIJURKON [paijùri] [mIjùr] [paijùrk¿n] ‘turuni’ ‘turun’ ‘turunkan’ mampaijuri 1. mampaijurkon

[mampaIjùri] [mampaIjùrk¿n]

‘menuruni’ ‘menurunkan’ I

Page 136: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

N dipaijuri 2. dipaijurkon F [dIpaijùri] [dipaijùrk¿n] L ‘dituruni’ ‘diturunkan’ E K hupaijuri 3. hupaijurkon S [hùpaijùri] [hupaijùrk¿n] I ‘kuturuni’ ‘kutur unkan’ O N dipaijuriho 4. dipaijurkonho A [dIpaijùrIho] [dipaijùrk¿nho] L ‘dituruni oleh kamu’ ‘diturunkan oleh kamu’ ‘kauturuni’ ‘kauturunkan’

dipaijuriia 5. dipaijurkonia [dIpaijùriia] [dipaijùrk¿nia] ‘dituruni oleh dia’ ‘diturunkan oleh dia’ ‘diaturuni’ ‘diaturunkan’

Bagan 19. Contoh data 21 (Infleksional)

Bagian data (21) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar mijur

[mIjùr] ‘turun’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) MIJUR

sebagai morfem dasar, sedangkan kolom (B) PAIJURI dan kolom (C)

PAIJURKON merupakan leksem yang dapat diturunkan menjadi verba infleksi.

Masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional dan masing-masing

mempunyai bentuk kata baris 1-5. (kecuali kolom A karena alasan semantis).

Pada masing-masing kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks

mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan

dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia

pada baris 5. Untuk baris 4 dan 5 posisi afiks infleksi terdapat setelah verba

karena alasan semantis, dan morfem dasar untuk kedua baris ini dilekati oleh

prefiks di- pada awalnya (merupakan bentuk yang unik dan dapat diramalkan

kemunculannya). Oleh karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma

Page 137: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

infleksional. Kolom B merupakan bentuk-bentuk kata dari leksem

PAIJURI’,dan kolom C dari leksem ‘PAIJURKON’.

Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, di- -ho, di- -ia dari

setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk

baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (seharusnya

terdapat pada kolom A tapi tidak muncul karena alasan semantis) terdapat bila

berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris 2 berbeda dari

3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’, sedangkan

baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah persona

pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona kedua

tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat kanan.

Kolom C yang menyatakan ‘kausatif’ (berarti pula menyatakan kesengajaan).

Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada

kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.

Kolom B:

Baris 1: Uda do na mampaijuri goni-goni i. paman lah yang menuruni karung-karung itu

[uda do na mampaIjùri g¿ni g¿ni i]

‘Pamanlah yang menuruni (meurunkan berkali-kali)

karung-karung itu.’

Baris 2: Goni-goni i do na dipaijuri ni uda i. karung-karung itu lah yang dituruni oleh paman itu

[g¿ni g¿ni i do na dIpaijùri ni uda i]

Page 138: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

‘Karung-karung itulah yang dituruni (diturunkan berkali-

kali) paman itu.’

Baris 3: Hupaijuri do goni-goni i. Kuturuni lah karung-karung itu

[hùpaijùri ma g¿ni g¿ni i]

‘Kuturunilah (berkali-kali) karung-karung itu.’

Baris 4: Andigan do dipaijuriho goni-goni i? kapankah kau turunkan karung-karung itu

[andIgan do dIpaijùrIho g¿ni g¿ni i]

‘Kapankah kau turunkan (berkali-kali) karung-karung itu?’

Baris 5: Asi do dipaijuriia goni-goni i? Mengapa kah diaturunkan karung-karung itu

[asi do dIpaijùrIia g¿ni g¿ni i]

‘Mengapa diturunkannya (berkali-kali) karung-karung itu?’

Kolom C:

Baris 1: Uda do na mampaijurkon goni-goni i? paman kah yang menurunkan karung-karung itu

[uda do na mampaIjùrk¿n g¿ni g¿ni i]

‘Pamankah yang menurunkan karung-karung itu?’

Baris 2: Goni-goni i do na dipaijurkon ni uda i. karung-karung itu kah yang diturunkan oleh paman itu

[g¿ni g¿ni i do na dIpaijùrk¿n ni uda i]

‘Karung-karung itukah yang diturunkan oleh paman itu?’

Baris 3: Hupaijurkon ma goni-goni i. kuturunkan lah karung-karung itu

[hùpaijùrk¿n ma g¿ni g¿ni i]

Page 139: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

‘Kuturunkanlah karung-karung itu.’

Baris 4: Andigan do dipaijurkonho goni-goni i? kapan kah kauturunkan karung-karung itu

[andIgan do dIpaijùrk¿nho g¿ni g¿ni i]

‘Kapankah kauturunkan karung-karung itu?’

Baris 5: Asi do dipaijurkonia goni-goni i? mengapa kah diaturunkan karung-karung itu

[asi do dIpaijùrk¿nia g¿ni g¿ni i]

‘Mengapakah diaturunkan karung-karung itu?’

24. tolap [t¿lap] ‘tiba’

DERIVASIONAL (I)

I B A C N - TOLAP - F [t¿lap] L ‘tiba’ E K 1. S I 2. O N 3. A L 4. 5.

Bagan 20. Contoh data 24 (Infleksional)

Page 140: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Bagian data (24) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.

Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar

TOLAP [t¿lap] ‘tiba’. Paradigma verba ini mengalami ideosinkretis (keanehan

bentuk) tepatnya tidak dapat memunculkan verba infleksi karena alasan

semantis.

Berdasarkan keempat rumusan masalah yang telah dibahas dalam BAB

IV ini dapat ditarik benang merah bahwa verba transitif dapat membentuk

verba kelas I dan verba intransitif dapat membentuk verba kelas II. Pernyataan

ini dilandasi oleh hasil pembahasan yang menunjukkan bahwa verba kelas I

memang didominasi oleh verba transitif karena verba transitif ini memiliki

kategori-kategori inti yaitu kategori morfologis yang yang dapat diramalkan

(predictable) kemunculannya kecuali karena kendala-kendala tertentu, dan

verba kelas I ini termasuk produktif.

Sementara itu, verba kelas II menunjukkan bahwa pembentukannya

didominasi oleh verba intransitif yang memiliki kategori-kategori morfologis

yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) kemunculannya karena kendala

tertentu, dan verba kelas II ini tidak produktif. Verba yang mengalami proses

morfologis dalam verba kelas II ini cenderung kurang memiliki pembentukan

yang teratur dan berulang sehingga dalam pemahaman bentuknya harus

menggunakan hapalan karena sudah tertentu bentuknya dan menjadi suatu

konvensi di masyarakat.

Page 141: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Adapun proses morfologis verba kelas I ini dapat dirumuskan ke dalam

sebuah sistem yang terbagi kedalam beberapa paradigma yang mencakup afiks

infleksi dan derivasi, sebagai berikut.

TABEL 11

PARADIGMA INTI VERBA KELAS I

PARADIGMA I

I N F L E K S I O N A L

Baris

DERIVASIONAL

A B C

Kategori

0. D D-i D-kon

1. mang-D mang-D-i mang-D-kon

2. di-D di-D-i di-D-kon

3. hu-D hu-D-i hu-D-kon

4. di-D-ho di-D-iho di-D-konho

5. di-D-ia di-D-iia di-D-konia

Keterangan:

1. Masing-masing formula mewakili kategori secara bentuk.

2. D adalah morfem dasar.

3.Tanda – berarti tidak terdapat.

3. Derivasional terdiri dari kolom A, B, dan C.

4. Infleksional terdiri dari baris 1 sampai dengan baris 5.

5. Elemen di muka D adalah prefiks, di belakang D adalah sufiks, di muka dan di

belakang D adalah konfiks.

Adapun verba kelas II proses morfogisnya dapat dilihat sebagai berikut:

TABEL 12

Page 142: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

PARADIGMA VERBA KELAS II

PARADIGMA I I N F L E K S I O N A L

Baris DERIVASIONAL

A B C Kategori

0. D D-i D-kon

1. - mang-D-i mang-D-kon

2. - di-D-i di-D-kon

3. - hu-D-i hu-D-kon

4. - di-D-iho di-D-konho

5. - di-D-iia di-D-konia

Keterangan:

1. Masing-masing formula mewakili kategori secara bentuk.

2. D adalah morfem dasar.

3.Tanda – berarti tidak terdapat.

3. Derivasional terdiri dari kolom A, B, dan C.

4. Infleksional terdiri dari baris 1 sampai dengan baris 5.

5. Elemen di muka D adalah prefiks, di belakang D adalah sufiks, di muka dan di

belakang D adalah konfiks.

Paradigma verba kelas II memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan

bentuk) untuk verba-verba tertentu, seperti verba ro, ketika mengalami kategori

D-i maka bentuknya berubah menjadi reduplikasi pa-D{R}-i. Hal ini terjadi

karena verba ini hanya terdiri dari satu suku kata saja sehingga pada saat

mengalami proses pembentukan verba derivasional berubah menjadi demikian.

Sedangkan ketika mengalami kategori D-kon, bentuknya berubah menjadi pa-D

saja. Selanjutnya, morfem dasar ngot, kehe, mulak, maridi, mijur, dan modom juga

mengalami kategori D–i dan kategori D-kon, tapi bentuknya berubah menjadi

Page 143: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

kategori pa-D-i dan kategori pa-D-kon (kecuali untuk morfem dasar tolap) karena

alasan semantis. Proses pembentukan verba seperti ini terjadi karena sudah

menjadi konvensi di masyarakat. Pembentukannya dapat dilihat pada tabel 13

berikut.

TABEL 13

IDEOSINKRETIS PARADIGMA VERBA KELAS II (a)

PARADIGMA I I N F L E K S I O N A L

Baris DERIVASIONAL

A B C Kategori

0. D pa-D-i pa-D-kon

1. - mang-D-i mang-D-kon

2. - di-D-i di-D-kon

3. - hu-D-i hu-D-kon

4. - di-D-iho di-D-konho

5. - di-D-iia di-D-konia

Keterangan:

Tabel 13 di atas berlaku pada morfem dasar ngot, kehe, mulak, maridi, mijur, dan

modom. Tapi perlu diketahui bahwa morfem dasar kehe dan mulak tidak dapat

diturunkan secara infleksional karena kendala bentuk dan semantis.

Selanjutnya, khusus untuk morfem dasar ro, proses pembentukannya

adalah seperti tabel 14 berikut.

TABEL 14

IDEOSINKRETIS PARADIGMA VERBA KELAS II (b)

PARADIGMA I I N F L

Baris DERIVASIONAL

A B C Kategori

Page 144: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

E K S I O N A L

0. D pa-D{R}-i pa-D

1. - mang-D{R}-i pa-D-on

2. - di-D{R}-i di-D-on

3. - hu-D{R}-i hu-D-on

4. - di-D{R}-iho di-D-onho

5. - di-D{R}-iia di-D-onia

Keterangan:

Tabel 14 di atas berlaku khusus untuk morfem dasar ro saja karena morfem ini

memiliki keunikan tersendiri dalam proses pembentukannya. Pembentukan

morfem yang mengalami kategori D-i dan D-kon berbeda. Kategori D-i

mengalami reduplikasi sedangkan kategori D-kon tidak. Ideosinkretis ini juga

sudah menjadi konvensi di masyarakat.

Berdasarkan tabel 11, 12, 13, dan 14 di atas, dapat dinyatakan bahwa

pembentukan verba derivasional dan infleksional dari afiks derivasi dan afiks

infleksi adalah berlaku dalam BBA. Sistem pembentukan verba BBA dari morfem

dasar ini dapat dirumuskan dalam dua bentuk, yaitu: paradigma verba kelas I, dan

paradigma kelas II. Paradigma verba kelas I terdiri atas morfem dasar transitif

yang kemunculannya (predictable), sedangkan paradigma verba kelas II tidak

dapat diprediksi kemunculannya (unpredictable) karena alasan semantis. Verba

kelas I cenderung teratur dan berulang bentuknya, sedangkan verba kelas II

cenderung memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk) dalam

pembentukannya sehingga hukumnya harus dihapal karena sudah menjadi

konvensi di masyarakat. Pembentukan derivasional dapat menjadi dasar

pembentukan infleksional, sedangkan pembentukan infleksional tidak.

Page 145: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Produktifitas dari verba infleksional lebih tinggi daripada produktifitas verba

derivasional yang terbatas.

Dari kedua tabel yang telah dirumuskan dari atas dapat dijadikan sebagai

panduan dalam membentuk verba-morfem dasar BBA lainnya dengan baik dan

sistematis. Rumusan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dan

pelestarian BBA.

Page 146: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dalam BAB IV, maka temuan dari sistem

pembentukan verba BBA dari morfem dasar, paradigma inti verba kelas I

dan kelas II, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Bentuk afiks-afiks derivasional yang telah ditemukan berdasarkan data

yang tersedia baik dari verba transitif maupun verba intransitif adalah

kategori D–i, dan kategori D–kon. Namun, terdapat ideosinkretis

(keanehan-keanehan bentuk) pada beberapa verba intransitif yaitu

dengan berubahnya kategori D-i menjadi kategori pa-D-i, kategori

D-kon menjadi kategori pa-D-kon. Bahkan terdapat juga kategori D{R}-i

dan kategori pa-D karena verba dasarnya terdiri atas satu suku kata saja.

Hal ini terjadi karena alasan semantis dan sudah menjadi konvensi di

masyarakat.

2. Aspek semantik afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari

morfem dasar ini baik verba transitif maupun verba intransitif, memiliki

beberapa makna yaitu makna dari afiks derivasional –i ada dua, yaitu:

(1) frekuentatif, dan (2) lokatif. Sementara itu, makna dari afiks

derivasional –kon adalah (1) benefaktif (melakukan untuk orang lain),

(2) melakukan dengan perbuatan alat, (3) melakukan dengan sungguh-

144

Page 147: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

sungguh (intensif), (4) kausatif, dan (5) direktif. Selanjutnya,

keproduktifan afiks-afiks derivasional adalah terbatas karena kendala

semantis dan karena kemunculannya tidak dapat diprediksi

(unpredictable).

3. Bentuk afiks-afiks infleksional yang telah ditemukan berdasarkan data

yang telah tersedia terdiri dari kolom A, B, dan C yang masing-masing

terdiri atas 6 baris. Untuk verba transitif, bentuk afiks-afiks

infleksionalnya adalah kolom A (kategori mang-D, di-D, hu-D, di-D-ho,

dan di-D-ia), kolom B (kategori mang-D-i, di-D-i, hu-D-i, di-D-iho, dan

di-D-iia), dan kolom C (kategori mang-D-kon, di-D-kon, hu-D-kon, di-

D-konho, dan di-D-konia). Untuk verba intransitif, kolom A lebih

cenderung kosong (-) dibandingkan dengan kolom B, dan kolom C.

Namun, terdapat juga verba yang kolom A, B, dan C nya itu kosong

sama sekali. Hal ini terjadi karena alasan semantis dan sudah menjadi

konvensi di masyarakat.

4. Aspek semantik dari afiks-afiks infleksional dapat dilihat sebagai

berikut. Bentuk baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan

baris 2-5 (kolom A) terdapat bila berfokus pada pasien. Baris 2-5

menyatakan kesengajaan’. Baris 2 berbeda dari 3-5 karena di dalam baris

3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’, sedangkan baris 2 ‘pelaku tidak

tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah persona pertama tunggal

Page 148: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

lekat kiri, baris 4 pelaku adalah persona kedua tunggal lekat kanan, baris

5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat kanan. Demikian pula

halnya yang dialami kolom B dan kolom C. Ciri semantiknya hampir

sama dengan ciri semantik dari afiks-afiks derivasional. Selanjutnya,

keproduktifan afiks-afiks infleksional adalah luas sekali karena afiks ini

kemunculannya dapat diramalkan (predictable).

B. Saran

Penelitian tentang Sistem Pembentukan Verba BBA dari Morfem

dasar ini memiliki peranan yang penting dalam pelestarian bahasa

Nusantara. Hendaknya penelitian bahasa Nusantara seperti ini semakin

digiatkan demi perkembangan dan kemajuan ilmu lingustik khususnya ilmu

linguistik deskriptif karena dalam penelitian bahasa Nusantara ditemukan

keunikan dan fenomena yang menarik yang secara tidak langsung dapat

menggambarkan karakter dari masyarakat pengguna bahasa tersebut. Terkait

dengan penelitian di bidang morfologi seperti ini, terdapat beberapa saran

untuk pembaca dan penelitian selanjutnya sebagai berikut.

1. Penelitian sistem verba BBA seperti ini masih memerlukan tindak lanjut

yang lebih spesifik lagi, seperti penelitian tentang sistem pembentukan

verba dari dasar verba dengan paradigma yang berbeda, atau dari verba

dasar nomina, ajektiva, dan seterusnya melalui proses morfologi

derivasional dan morfologi infleksional demi menghasilkan penelitian

Page 149: SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

yang lebih bermanfaat sehingga dapat melengkapi penelitian

sebelumnya.

2. Peneliti yang mengkaji dan mendalami masalah sistem verba BBA

diharapkan mampu menggali lebih dalam karakter dan sistem bahasa

yang masih berpotensi besar untuk dikembangkan ini sehingga penelitian

bahasa Nusantara mampu bertahan guna pelestarian kekayaan bangsa

yang masih berpeluang untuk dilindungi.