SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA...
Transcript of SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA...
SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA KAMYABI HOMESCHOOL TANGERANG
(Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan
Sekolah Formal)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
OLEH
DRIFAL
NIM. 1110011000030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
i
ABSTRAKSI
Skripsi dengan judul “Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Kamyabi Homeschool Tangerang. (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI
di Homeschooling dan Sekolah Formal)”, ditulis oleh Drifal (1110011000030)
di bawah bimbingan Dr. Dimyati, M.Ag.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan diatas, bidang studi Pendidikan
Agama Islam memiliki andil yang sangat besar disamping bidang studi lainnya
yang ada disekolah formal saat ini. Namun dalam pelaksanaan, khusus pengajaran
Pendidikan Agama Islam jauh dari harapan dengan segala kekurangan yang
semakin banyak, mulai dari alokasi waktu, pengawasan hingga proses
pembelajarannya.
Munculnya homeschooling sebagai salah satu model pendidikan dijadikan
alternatif oleh banyak keluarga untuk ikut andil dalam pendidikan dan membentuk
kepribadian anak. Meningat bahwa belajar merupakan sebuah proses, oleh sebab
itu peneliti ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di keluarga yang mengadakan homeschooling.
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif komparatif (perbandingan) antara homeschooling dengan sekolah
formal. Penulis melakukan wawancara pada pihak terkait yaitu pimpinan
Kamyabi Homeschool dan keluarga pelaksana homeschooling. Penulis juga ikut
mengamati (observasi) proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh keluarga pelaksana
homeschooling jauh lebih baik dari sekolah formal. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran disusun dengan baik dan benar – benar terwujud pembelajaran yang
aktif serta menyenangkan bagi anak. Selain itu anak merasa dilibatkan dalam
menentukan desain dan metode pembelajaran yang mereka sukai. Pembelajaran
yang aktif, menyenangkan dan penuh tantangan yang dirasakan siswa, dapat
meningkatkan minat dan prestasi mereka dalam pendidikan.
Kata kunci: Homeschooling, Kamyabi, Proses
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamiin. Puji dan syukur kepada Allah SWT yang
senantiasa memberikan nikmat dan karunia yang berlimpah kepada penulis.
Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
berserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis memiliki kemampuan
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Sistem Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Pada Kamyabi Homeschooling Tangerang. (Analisis Perbandingan
Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal)” dalam rangka
menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama
Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bimbingan,
arahan, dorongan, semangat dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak yang
tidak ternilai harganya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D
beserta staff
2. Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abd. Majid
Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA., beserta staff serta seluruh
dosen yang ikut mendukung dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Dimyati, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar
membimbing, memberi arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Siti Khadijah, MA dan Drs. H. A. Basuni, M.Ag selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam memperbaiki
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis, Misril dan Hj. Sastri Endriani yang selalu
memberikan do’a, semangat, dan kasih sayang kepada penulis serta kakak
dan adik penulis, Grika Umbara, Amd. dan Sendy Sarmila.
iii
6. Keluarga besar Cinta Rasul Family, Kak Haddad Alwi, Kak Haydar Ali
Yahya, dan Sulis; To’at Management, Mas Opick dan Mba Dian; SitiZoner’s
Indonesia; Yayasan Amal Wanita Tangerang Selatan, serta Brilliant
Children’s Street yang sudi menerima penulis sebagai keluarga baru.
7. Keluarga Remaja Islam Masjid Nurus Sakinah, Fauzi Raimon, Iqbal, Roven
Junaidi, Reza Hadisaputra, Kak Anis dan The Twin Brother Fadhli Iwanda
dan Brilliant Dzikri yang telah membantu dengan caranya masing – masing.
8. H. Abdul Halim Said selaku pendiri Kamyabi Homeschool yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau
pimpin dan Siti Chairunnisa selaku orang tua pelaksana Homeschooling yang
menerima dan mendukung penulis untuk melakukan penelitian dirumahnya.
9. Fiqih Fadillah yang dengan sabar mengantar dan menemani penulis selama
melakukan penelitian di Kamyabi Homeschool Tangerang.
10. Seluruh teman - teman PAI angkatan 2010, terutama Nur Kholis Makki,
Sabilil Muttaqin, Aqilatul Munawaroh, Tejo Prasetyo, M. Teguh Nugroho,
Abdul Rahman, Nur Annisa, Amalia, Nur Fathimah, dan teman – teman yang
tidak bisa penulis sebutkan semuanya disini.
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dan mensupport hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT.
Jakarta, 20 Oktober 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 6
C. Batasan Masalah ................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........... 8
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............ 10
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............. 11
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam .................................................................. 14
5. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........... 17
B. Homeschooling
1. Pengertian Homeschooling ............................................ 20
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia ............................. 22
3. Legalitas Homeschooling ............................................... 23
4. Tujuan Homeschooling .................................................. 25
5. Jenis Homeschooling ...................................................... 26
v
C. Kerangka Berfikir ................................................................. 27
D. Penelitian yang Relevan ....................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 30
B. Metode Penelitian ....................................................................... 30
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31
D. Teknik Analisis Data .................................................................. 32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Objektif Tempat Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya Kamyabi Homeschool .............. 35
2. Profil Lembaga Kamyabi Homeschool ................................ 39
3. Visi dan Misi Kamyabi Homeschool ................................... 40
4. Guru dan Karyawan di Kamyabi Homeschool ................... 41
5. Siswa Secara Umum di Kamyabi Homeschool ................... 41
6. Sarana dan Prasarana di Kamyabi Homeschool ................... 43
B. Deskripsi Data
1. Perencanaan Pengajaran ....................................................... 43
2. Tujuan Pembelajaran ............................................................ 48
3. Kegiatan Pembelajaran ......................................................... 51
4. Sumber Belajar ..................................................................... 54
5. Materi Belajar ....................................................................... 55
6. Metode Pembelajaran ........................................................... 56
7. Media Pembelajaran ............................................................. 57
8. Evaluasi Pembelajaran ......................................................... 58
9. Tindak lanjut ........................................................................ 58
C. Interpretasi Data
1. Perencanaan Pengajaran ....................................................... 59
2. Tujuan Pembelajaran ............................................................ 65
3. Kegiatan Pembelajaran ......................................................... 66
vi
4. Sumber Belajar ..................................................................... 69
5. Materi Belajar ....................................................................... 70
6. Metode Pembelajaran ........................................................... 71
7. Media Pembelajaran ............................................................. 73
8. Evaluasi Pembelajaran ......................................................... 73
9. Tindak Lanjut ....................................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 79
B. Saran ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 81
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Pendidikan menjadi bagian penting ketika dipahami secara luas sebagai
sebuah proses belajar yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat.
Proses tersebut terjadi alami, baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pengalaman hidup sehari-hari. Bagi manusia, semua itu dilakukan
untuk menyiapkan diri agar menjadi utuh, sehingga dapat menunaikan tugas
hidupnya dengan baik dan wajar. Utuh dalam pengertian bahwa melalui
pendidikan, manusia dapat menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya
untuk dapat terus bertahan hidup.2
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas untuk mencapai cita-cita
yang diharapkan serta mampu beradaptasi dengan cepat dan tepat dalam
berbagai lingkungan dan perkembangan zaman. Pada dasarnya pendidikan
memotivasi seseorang untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupannya.
Pendidikan menurut Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab II
pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
1 Hasbullah, Dasar – Dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal.
4. 2 Muhammad Mulyadi, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif,
http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12
Januari, 2005. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB).
2
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.3
Untuk mencapai tujuan tersebut, masyarakat umum menganggap
sekolah formal merupakan satu–satunya sistem pendidikan yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah formal yang diselenggarakan
pemerintah telah banyak mengalami perubahan guna meningkatkan mutu
untuk mencapai tujuan yang ada, mulai dari perubahan kurikulum, hingga
peningkatan sumber daya manusia. Akan tetapi, hal tersebut lambat laun
membuat peserta didik merasa bosan, jenuh bahkan terbebani dengan sistem
pedidikan yang ada. Hal ini salah satunya disebabkan oleh sifat sekolah yang
menyama-ratakan kemampuan peserta didik dalam setiap pembelajaran.
Semakin hari, sekolah formal tidak lagi mampu mewujudkan
pendidikan yang sesuai dengan harapan orang tua dan bakat serta minat yang
dimiliki anaknya. Seringkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor
(kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan
bersosial serta penanaman nilai–nilai iman dan moral. Patokan nilai sebagai
suatu keberhasilan membuat banyak murid mengejar nilai rapor dengan
mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal
pada anak, kurang diperhatikan.4
Banyak temuan dilapangan dimana sekolah formal tidak mampu
menghadapi permasalahan yang dialami oleh peserta didiknya secara
personal. Banyaknya jumlah peserta didik mengakibatkan kontrol sekolah
menjadi tidak maksimal. Maraknya bullying, tawuran antar pelajar bahkan
antar sekolah, pemakaian obat–obat terlarang dan kasus asusila dalam
lingkungan sekolah semakin menambah buruk citra pendidikan dan rusaknya
karakter peserta didik. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi orang tua
terhadap tumbuh-kembangnya anak.
3 Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 6 4 Muhammad Mulyadi, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif,
http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12
Januari, 2005. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB).
3
Adalah hal yang wajar apabila setiap orang tua menghendaki anak-
anaknya mendapat pendidikan bermutu tanpa menghalangi bakat dan minat,
nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar yang
menyenangkan. Banyaknya keluhan tentang kondisi sekolah formal yang jauh
dari harapan orang tua memunculkan isu yang relatif baru bagi alternatif
pendidikan anak yang selama ini kita kenal, yaitu sekolah-rumah
(homeschooling).5
Secara umum, pengertian homeschooling adalah model pendidikan
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan anak-anaknya dan mendidik anak-anaknya dengan menggunakan
rumah sebagai basis pendidikannya.6
Hal ini seiring dengan pandangan Islam bahwa lingkungan pendidikan
pertama dan utama bagi seorang anak adalah keluarga. Sebagian besar
interaksi orang tua terhadap anak memiliki implikasi masa depan karena
keluarga adalah tempat masing–masing dari kita untuk belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.7
Allah SWT berfirman:
...
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka...” (QS. At-Tahrim Ayat 6).
Kemunculan homeschooling merupakan bentuk kritik terhadap realita-
realita negatif terutama ketidak-efektifan sebagian besar proses belajar di
sekolah formal serta merupakan alternatif proses pendidikan yang
memberikan peluang seluas–luasnya kepada peserta didik untuk
mengembangkan diri, mengingat adanya demokratisasi dalam
penyelenggaraan pendidikan, harus mendorong pemberdayaan masyarakat
5 Pormadi Simbolon, Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif.
http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis pada 12
Nopember, 2007. Diakses 25 Juni 2013. hal. 1). 6 Sumardiono. Homeschooling. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo.2007), hal. 57
7 Robert. A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 6
4
dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang meliputi
peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan (UU Sisdiknas No 20 thn 2003, pasal 54 ayat 1).
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan keluarga.8
Walaupun pendidikan di dalam rumah sebagai pendidikan informal
merupakan kewenangan penuh keluarga atau orang tua dalam rangka
menjamin terpenuhinya hak pendidikan dan perkembangan anak, orang tua
yang akan menyelenggarakan sekolah-rumah diwajibkan melaporkan kepada
pemerintah. Penyelenggara sekolah-rumah tetap perlu mendaftarkan
komunitas belajar pada bidang yang menangani pendidikan kesetaraan, yaitu
dinas pendidikan kabupaten/kota setempat.9
Dalam pelaksanaan pendidikan, Pendidikan Agama Islam memiliki
tanggung jawab besar untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Agama merupakan hal yang utama dalam pembentukan pondasi,
karakter serta sikap keberagamaan peserta didik agar mengerti dan
memahami antara yang hak dan bathil.
Beberapa pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa prioritas
pengajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah formal menempati posisi
atau urutan kedua setelah bidang studi umum. Penempatan pada urutan kedua
ini menandakan kurangnya Pendidikan Agama Islam mendapat perhatian
khusus dan serius dari penyelenggara pendidikan. Terbatasnya alokasi waktu
yang ada menjadi sebab seorang pendidik kurang maksimal dalam
menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam. Di sisi lain, minat siswa
terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mulai berkurang dan
tergantikan dengan mata pelajaran berbasis teknologi dan informasi.10
8 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
Undang Sisdiknas, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003), hal. 4. 9 Arief Rachman, Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2007), hal. 7. 10
MGMP PAI. http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari
2014, pukul 08.00 WIB).
5
Sampai saat sekarang ini, yang menjadi masalah serius adalah metode
dan cara pengajaran guru sekolah yang masih belum mampu meningkatkan
minat belajar siswa apalagi membuat pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menjadi menarik dan menyenangkan. Masih banyak guru yang menggunakan
metode ceramah dan menghafal sehingga minat dan motivasi peserta didik
berkurang dan pembelajaran menjadi membosankan bagi anak karena mereka
tidak merasa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran.11
Adanya kurikulum 2013 yang menuntut aspek khusus pada penilaian
dan perubahan sikap peserta didik dalam setiap bidang studi tidak merubah
posisi Pendidikan Agama Islam dalam prioritas pengajaran. Tetap saja tidak
semua guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mengintegrasikan nilai
Pendidikan Agama Islam dengan bidang studi yang di ajarkan. Hal ini tentu
tidak akan merubah karakter dan sikap peserta didik menjadi lebih baik lagi.
Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan formal diatas,
khususnya untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam, dapat diselesaikan
dengan adanya usaha seorang pendidik dalam memahami potensi dan
kecerdasan peserta didik yang beragam, salah satunya dengan mewujudkan
alternatif pendidikan yang disebut homeschooling. Dalam pendidikan ini,
anak merasa bebas dan berhak menentukan pembelajaran yang
menyenangkan baginya. Mulai dari pemilihan lokasi belajar, waktu (alokasi)
belajar, metode hingga proses belajar mengajar, termasuk memilih guru yang
ia senangi untuk setiap mata pelajaran, terutama pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam. Bila homeschooling dilaksanakan dengan serius,
maka kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.12
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
meneliti dan mengkaji tentang “Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Pada Kamyabi Homeschool Tangerang (Analisis Perbandingan
Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal).”
11
MGMP PAI. http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari
2014, pukul 08.40 WIB) 12
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014.
6
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, muncul beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi, diantaranya :
1. Pendidikan formal saat ini tidak lagi mampu memberikan kepuasan
terhadap hasil yang diterima orang tua, terutama perubahan sikap menuju
yang lebih baik lagi.
2. Kurang berkembangnya bakat dan minat siswa akibat sistem sekolah
formal yang membebani mereka.
3. Kurang diprioritaskannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berakibat pada tidak tercapainya tujuan kurikulum 2013 yang menuntut
adanya perubahan sikap yang baik pada setiap peserta didik.
4. Sarana dan prasarana serta alokasi waktu yang tersedia pada sekolah
formal kurang mendukung pengaplikasian Pendidikan Agama Islam pada
peserta didik.
5. Keterbatasan sekolah formal dalam mewujudkan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang aktif dan menyenangkan.
6. Berbedanya sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Homeschooling dengan sekolah formal.
C. Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, maka agar penelitian ini
tidak terlalu meluas, maka dibatasi pada perbedaan sistem pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di homeschooling dengan sekolah formal.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan: Bagaimana Perbedaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Homeschooling dengan Sekolah Formal?
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Homeschooling dan di sekolah formal.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Homeschoolong dan di sekolah formal.
F. Manfaat Penelitian
Adapun setelah penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat di
antaranya:
1. Melengkapi dan memperluas teori yang sudah diperoleh melalui penelitian
lain sebelumnya.
2. Menyajikan wawasan khusus tentang sistem pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam praktek homeschooling
3. Memberikan gambaran pada masyarakat terutama tamatan fakultas
tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam bahwa homeschooling
bukanlah sesuatu yang sulit untuk diadakan mengingat proses dan
pelaksanaannya yang mudah dan menyenangkan.
4. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk
dipersembahkan pada masyarakat umumnya dan bagi pribadi penulis
khususnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik. Dalam
definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada
kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi
yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan dalam
kondisi tertentu.1
Gagne mengemukakan bahwa pembelajaran terdiri dari tiga
komponen yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam
acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal
(pribadi) dan kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan
informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap
dan siasat kognitif.2
Dengan demikian, ciri – ciri yang menunjukkan bahwa seseorang
melakukan pembelajaran dapat ditandai dengan adanya:
a. Perubahan tingkah laku yang aktual dan potensial. Aktual berarti
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dan
dapat dilihat. Perubahan potensial berarti perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar yang tidak dapat dilihat perubahannya secara
nyata. Perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti
keyakinan, kemampuan analisis dan sebagainya.
b. Kemampuan dan perbaikan serta peningkatan belajar sifatnya relatif
menetap dan tidak segera lenyap.
c. Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang
belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan,
1 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
hal. 82. 2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal. 231.
9
merasakan, menghayati, dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih
dan menirukan.3
Pendidikan ialah usaha sadar orang dewasa atau pendidik untuk
membantu, membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah
kedewasaan.4 Pendidikan dalam istilah arab disebut juga dengan ta’lim.
Kata ta’lim menurut Abdul Fatah Jalal merupakan proses yang terus
menerus diusahakan manusia sejak lahir, sehingga mencapai suatu
kognisi dan pada segi lain tidak mengabaikan aspek afeksi dan
psikomotorik. Abdul Fatah juga mendasarkan pandangan tersebut pada
argumentasi bahwa Rasulallah diutus sebagai pendidik. Hal ini tersirat
dalam Surat Al-Baqarah ayat 151, yaitu:5
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Secara sederhana, agama bisa diartikan sebagai ajaran – ajaran yang
mengandung tuntunan dan Islam adalah ketentuan – ketentuan Allah
berupa takdir dan sunnah-Nya untuk semua makhluk yang berakal agar
terpelihara dan senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa.
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama
Republik Indonesia, merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam
(PAI) yaitu usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
3 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 56.
4 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 10.
5 Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2002), hal. 1.
10
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.6
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami agama Islam seluruhnya serta menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan agama ialah mendidik
anak – anak, pemuda – pemudi dan orang dewasa, supaya menjadi
seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia,
sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup
hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada
bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.7
Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama
berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan
dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan
kejayaan dunia dan akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama
yang intensif dan efektif.8
Ibnu Khaldun merumuskan tujuan pendidikan agama Islam sesuai
dengan firman Allah Surat Al-Qashash ayat 77:9
6 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 10
7 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung,
1992), hal. 13 8 Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
1995), hal. 172 9 Abdul Mujib dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan
Kerangka Dasar Operasionalusasi, (Bandung; Tri Genda Karya, 1993), hal. 161.
11
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dari ayat diatas Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam terbagi atas dua macam, yaitu:
a. Tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu mendorong seorang hamba
agar melakukan kewajiban kepada Allah.
b. Tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang
mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan
bermanfaat bagi orang lain.
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Materi ajar dalam hal ini memuat fakta, konsep dan prosedur yang
relevan dan ditulis dalam bentuk butir – butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi.
Materi Pendidikan Agama Islam mencakup lima unsur pokok, yaitu:
a. Al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber utama dalam memahami dan
menjalankan Agama Islam dengan benar. Dari sinilah keimanan,
akhlak, fiqh (syari’at) dan sejarah Islam menjadi rujukan. Tujuan
pembelajaran ini secara khusus diantaranya:
1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan
hadits nabi.
12
2) Membekali peserta didik dengan dalil – dalil yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan
menghadapi kehidupan.
3) Meningkatkan kekhusyukan peserta didik dalam beribadah dengan
menerapkan hukum bacaan (tajwid) serta isi kandungan dari ayat
atau hadits yang mereka baca.
b. Keimanan (aqidah)
Keimanan yang berarti keyakinan adalah pondasi utama dalam
menjalankan ajaran agama Islam dengan baik, mengenal siapa Allah,
malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari kiamat serta ketetapan Allah.
Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah menumbuh-kembangkan
aqidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan
pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan serta
pengamalan peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi
manusia yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT.
c. Akhlak
Akhlak merupakan nilai mutlak yang harus dimiliki untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak kepada Allah,
akhlak pada diri sendiri, akhlak kepada sesama dan sebagainya.
Tujuan umum dari materi ini adalah mewujudkan manusia Indonesia
yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari – hari, baik dalam kehidupan individu maupun
sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai – nilai aqidah Islam.
d. Fiqh (syari’at)
Fiqh merupakan ilmu khusus yang menerangkan hukum – hukum
syari’at yang diambil dari Al-Qur’an, hadits nabi dan sumber hukum
shahih lainnya. Hukum itu berbentuk amaliyah yang wajib di amalkan
oleh setiap mukallaf. Materi ini membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok – pokok hukum Islam dalam
mengatur dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan
13
Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial.
e. Tarikh (sejarah Islam)
Sejarah Islam merupakan cabang ilmu yang khusus untuk memahami
sejarah munculnya agama Islam itu sendiri, dan juga risalah para nabi
dan rasul, para sahabat serta alim ulama dalam menyebarkan Agama
Islam. Tujuan dari materi ini secara umum adalah:
1) Membangun kesadaran peseta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai – nilai dan norma – norma
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau,
masa kini dan masa depan
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di
masa lampau.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa – peristiwa bersejarah (Islam), meneladani
tokoh – tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena
sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dan sebagainya untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.10
10
Siti Khadijah, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam.
http://sitikhadijahibrahim.blogspot.com/2013/08/tujuan-dan-ruang-lingkup-pendidikan_12.html.
(Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 18.15 WIB)
14
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI
Secara global, faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri yang
meliputi dua aspek, yaitu:11
1) Aspek fisiologis (jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang
lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga
materi yang dipelajari kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ –
organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan
penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan
di kelas.
2) Aspek psikologis
Aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran siswa. Aspek ini dibagi pula atas:12
a) Inteligensi siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ –
organ tubuh lainnya.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet
ke-14, hal. 132-133 12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet
ke-14, hal. 133 - 136.
15
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap siswa yang positif berupa antusias dan semangat
merupakan pertanda awal yang baik dalam proses belajar
siswa. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap
negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu
menunjukkan sikap positif terhadap diri sendiri dan mata
pelajaran yang akan diajarkannya.
c) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing – masing. Bakat juga dapat diartikan
sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar
bidang studi tertentu. Dalam hal ini, orang tua tidak boleh
memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anak pada
jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu
bakat yang dimiliki anaknya itu.
d) Minat siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat juga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang – bidang studi
tertentu. Guru dalam kaitan ini seyogianya berusaha
membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan
yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara
membangun sikap positif pada siswa.
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia
maupun hewan yang mendorongnya melakukan sesuatu.
16
Motivasi juga berarti memasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dimana hal dan keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Selanjutnya adalah motivasi
ekstrinsik dimana hal dan keadaan yang datang dari luar
individu seperti pujian, peraturan, suri tauladan dari
lingkungan sekitar.
b. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.13
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi dan
teman – teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman sepermainannya. Namun
lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat
yang muncul dari orang tua dan keluarga akan memberi dampak
pada anak itu sendiri.
2) Lingkungan Non-Sosial
Faktor – faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat – alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor – faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet
ke-14, hal. 137-138.
17
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan guru dan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini
berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian
rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu.14
5. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya, dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat
tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa.15
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-
hal berikut:
1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan belajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet
ke-14, hal. 139. 15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hal. 126.
18
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknikbelajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakuan evaluasi hasil kegiatan hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan
secara keseluruhan.16
b. Metode Pembelajaran
Dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam membutuhkan metode untuk dapat direalisasikan.
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun macam – macam
metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan
menyampiakan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Metode ini hanya cocok digunakan untuk menyampaikan
informasi, kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi
pengantar dan untuk menyampiakn materi yang berkenaan dengan
pengertian-pengertian atau konsep-konsep.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
16
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet.
Ke-IV, hal. 222.
19
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan
untuk merangsang untuk berpikir dan membimbing peserta didik
dalam mencapai kebenaran.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan
pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan – pertanyaan
problematis atau pemunculan ide – ide dan pengujuan ide – ide
yang dilakukan beberapa orang dalam kelompok. Tujuan
penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi dan memberi
stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.
4) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun dengan penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahsan yang sedang
disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode ini dalam proses
pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya
sesuatu.
5) Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar mengajar
siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu
atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi
untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
langsung atau kenyataan.
6) Metode Pemahaman dan Penalaran
Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak
didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan
menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam
kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya
dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara
20
memilah dan memilah, membuang mana yang salah, meluruskan
yang bengkok, dan mengambil yang benar.
7) Metode Praktek
Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi
pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti
diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah
sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud.
8) Metode Penugasan
Metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah,
tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan dirumah, di sekolah, di
perpustakaan, dan tempat lainnya. Metode penugasan untuk
merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau
kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara
individual maupun secara komunal (kelompok).
9) Metode Eksperimen
Metode eksperimen yaitu cara penyajian bahan pelajaran dimana
peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari.17
B. Homeschooling
1. Pengertian Homeschooling
Homeschooling merupakan jalur pendidikan informal yang
keberadaannya telah diakui oleh pemerintah. Homeschooling merupakan
sekolah berbasis rumah yang menempatkan siswa sebagai subjek
pendidikan.
Homeschooling berasal dari bahasa Inggris yang berarti sekolah-
rumah. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan
17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet.
Ke-IV, hal. 201.
21
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis
pendidikannya.18
Homeschooling (sekolah-rumah) menurut Direktur Pendidikan
Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella
Yulaelawati adalah proses pendidikan yang secara sadar, teratur, dan
terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar
mengajar pun berlangsung dalam suasana kondusif. Homeschooling
adalah salah satu model belajar bagi anak dan merupakan pendidikan
pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Homeschooling atau
sekolah-rumah merupakan sistem pendidikan yang dilakukan dirumah
dan merupakan sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subjek
dengan pendekatan pendidikan secara at home.19
Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga
memilih untung bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dan
turut mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis
pendidikannya. Dalam hal ini, orang tua tidak begitu saja melepaskan
tanggung jawab pendidikan dan pengajaran pada guru dari suatu
homeschooling, melainkan mereka turut bertanggung jawab secara aktif
atas pendidikan anaknya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa homeschooling
adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan keluarga sendiri
terhadap anggota keluarganya yang masih dalam usia pendidikan dengan
memilih model dan kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak.
Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan
anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan
unsur – unsur pendidikan tidak langsung yang dengan sendirinya akan
18
Pormadi Simbolon. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif.
http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebuah pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12
Nopember, 2007. Diakses 30 Juni 2013, pukul 19.30 WIB) 19
Ahsin AW, Cara Efektif Mengelola Homeschooling, (Jurnal Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang), diakses pada 10 Oktober 2013; 13.10 WIB.
22
masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Allah SWT berfirman
dalam Qur’an surah At-Tahrim ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Anak – anak pada dasarnya memiliki kemampuan alamiah untuk
belajar dengan caranya sendiri. Orang tua dalam hal ini hanya
memfasilitasi dan memberikan semangat serta dorongan karena pada
dasarnya setiap anak senang dengan belajar, apalagi sesuai dengan metode
dan sistem yang menyenangkan.
Dalam homeschooling, pendidikan dan pergaulan anak menjadi hal
yang perlu diperhatikan secara serius, karena anak dalam
perkembangannya sangat membutuhkan didikan dan bimbingan kedua
orang tuanya. Dalam model pendidikan homeschooling, besar harapan
orang tua agar anaknya dapat berkembang dan mendapatkan pendidikan
selayaknya anak yang bersekolah formal, bahkan diharapkan lebih cepat
dan lebih mantap dalam perkembangannya. Semua harapan itu, tentunya
ada kerjasama yang baik antara siswa, orang tua dan tutor yang
melaksanakan model pendidikan homeschooling.
2. Sejarah Homeschooling Di Indonesia
Pendidikan di rumah atau homeschooling bukanlah hal yang baru.
Jauh sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah) sebagaimana yang
dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan di rumah. Para bangsawan
23
zaman dahulu biasa mengundang guru – guru privat untuk mengajarkan
anak – anaknya. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu. Sejak
perkembangan industri, terjadilah proses sistematisasi pendidikan dan
proses belajar.20
Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai
alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan
homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem
pendidikan sekolah.
Homeschooling atau Sekolah-Rumah saat ini mulai dilirik para
pengamat pendidikan nusantara. Sebagai salah satu alternatif pendidikan,
homeschooling memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki sekolah
formal. Para orang tua sedikit demi sedikit mulai memilih untuk
melanjutkan pendidikan anaknya melalui homeschooling. Hal ini
ditempuh karena orang tua memandang homeschooling lebih tepat untuk
mengembangkan bakat dan minat sang buah hati.
Jika homeschooling difahami sebagai model belajar otodidak dan
mandiri, maka jejaknya telah dikenal sejak dahulu. Model belajar ini
banyak dijalani oleh para pedagang dengan sistem magang dan para santri
dengan pesantrennya. Banyak tokoh dunia ‘lahir’ dari Homeschooling,
seperti Albert Einstein, Alexander Graham Bell, Agatha Christie, Thomas
A. Edison, George Bernard Shaw, Woodrow Wilson, Mark Twain,
Charlie Chaplin, Charles Dickens dan Winston Churchill. Adapun tokoh
nasional yang menjalankan homeschooling antara lain K.H. Agus Salim,
Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka.
3. Legalitas Homeschooling
Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut
jalur pendidikan informal. Di Negara Republik Indonesia, kegiatan
pendidikan, baik untuk memenuhi kebutuhan perorangan maupun
20
Yayah Komariah, Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative, (Jakarta: Sakura
Publishing, 2007), hal. 6.
24
masyarakat, bangsa dan negara, dibagi dalam dua golongan sebagai
bagian dari satu sistem pendidikan nasional, yaitu jalur pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekolah.21
Keberadaan homeschooling di Indonesia telah diatur dalam Undang
– Undang nomor 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam pasal 27 Ayat (1) dan (2) :
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan yang dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
diakui sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Dalam buku karangan Loy Kho dijelaskan mengenai legalitas
hukum homeschooling di Indonesia diantaranya sebagai berikut:
a. Undang – Undang Dasar 1945
b. Undang – Undang nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan
nasional, terutama pada pasal 27 ayat 1 dan 2 mengenai kegiatan
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan hasil
pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
c. UU nomor 32 tahun 2003 tentang desentralisasi dan otonomi daerah.
d. PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
e. PP nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
f. PP nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah.
g. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0131/U/1991
tentang paket A dan paket B
h. Keputusan menteri pendidikan nasional nomor 132/U/2004 tentang
paket C.
i. Peraturan menteri pendidikan nasional RI nomor 14 tahun 2007
tentang standar isi pendidikan kesetaraan.22
21
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga, Undang – Undang
Republik Indonesia. (Jakarta, 1992), hal. 61
25
Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan
setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari
pemerintah. Untuk ijazah Sekolah Dasar adalah paket A, ijazah Sekolah
Menengah Pertama adalah paket B dan Sekolah Menengah Atas adalah
paket C. Ijazah yang mereka terima sah dimata hukum dan dapat
dipergunakan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya bahkan
perguruan tinggi manapun yang diinginkan.
4. Tujuan Homeschooling
Pendidikan informal melalui homeschooling berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional, sekaligus memperluas
akses terhadap pendidikan dasar dan menengah. Adapun tujuan
homeschooling, yaitu:
a. Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang
bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang
menentukan pendidikan anaknya melalui homeschooling.
b. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia
muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program belajar
kecakapan.
c. Untuk menghapus disparintas gender dalam pendidikan dasar
menengah.
d. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik
dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu
kehidupannnya.23
22
Loy Kho, Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling, (Yogyakarta: Kansius,
2008), hal. 243-244. 23
Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Komunitas Homeschooling Sebagai Pendidikan
Kesetaraan, (Jakarta, 2006), hal. 12.
26
5. Jenis – Jenis Homeschooling
Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya komunitas rumah
sebagai satuan pendidikan kesetaraan menyebutkan bahwa pada dasarnya
format sekolah-rumah atau homeschooling dapat dibedakan menjadi:24
a. Homeschooling tunggal.
Jenis ini dilakukan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa
bergabung dengan yang lainnya. Ini karena hal tertentu atau lokasi
yang berjauhan. Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas tinggi
karena tempat, bentuk dan waktu belajar bisa disepakati oleh pengajar
dan peserta didik.
Dalam homeschooling ini, orang tua berperan penting dalam
pendidikan yang dijalani anaknya serta sebagai penilai dan evaluator
hasil belajar anak serta mengusahakan penyetaraan. Apabila orang tua
atau keluarga tidak mampu melaksanakannya, jenis homeschooling ini
bisa dikombinasikan dengan jenis homeschooling selanjutnya.
b. Homechooling majemuk.
Jenis ini dilakukan oleh dua atau lebih keluarga sekolah-rumah
yang memilih untuk menyelenggarakan satu atau lebih kegiatan secara
bersama – sama di tempat dan waktu yang telah ditentukan, sementara
kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing – masing.25
Pada jenis homeschooling ini, semangat berkompetensi dan
bersosialisasi pun akan muncul. Masing – masing anak akan terpacu
untuk berprestasi semaksimal mungkin. Mereka dapat bersosialisasi
dan berkolaborasi dengan anak lain yang tentu saja proses belajar
mereka menjadi lebih dinamis.
c. Komunitas Homeschooling
Jenis ini merupakan gabungan dari homeschooling majemuk
yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok,
24
Sumardiono, Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar,
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62-66. 25
Sumardiono, Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar,
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62
27
sarana dan prasarana, serta jadwal pelajaran. Komitmen
penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya
kurang lebih 50:50.
Jenis homeschooling yang ketiga ini lebih terstruktur dan
lengkap untuk pendidikan akademik, pembinaan akhlak, dan
pencapaian hasil belajar. Selain itu, jenis ini tentu saja ditunjang
dengan fasilitas pembelajaran yang relatif lebih lengkap dan memadai.
C. Kerangka Berfikir
Homeschooling atau sekolah-rumah pada hakikatnya lahir dari sebuah
kegagalan sekolah formal yang dianggap tidak mampu lagi mewujudkan apa
yang diharapkan orang tua atas pendidikan anaknya. Kekhawatiran orang tua
terhadap perubahan sikap dan moral anak dari lingkungan sekolah turut
mempengaruhi orang tua untuk mengambil-alih dan memindahkan
pendidikan di sekolah menjadi pendidikan di rumah.
Pendidikan agama telah dimulai dari seseorang saat lahir karena orang
tua adalah pendidik pertama dan utama dalam mewujudkan cita – cita
anaknya. Dengan adanya homeschooling, seharusnya pembelajaran
Pendidikan Agama Islam jauh baik dari sekolah formal yang ada karena,
orang tua maupun pendidik (tutor) dapat bersinergi dalam mengajarkan dan
menerapkan nilai dari Pendidikan Agama Islam dan pada akhirnya memberi
pengaruh tersendiri bagi peserta didik (anak).
D. Penelitian Yang Relevan
Secara umum, penelitian tentang homeschooling telah mulai dilakukan
para peneliti diberbagai tempat. Adapun diantaranya adalah:
1. Nur Fitriyah Rahmawati. Implementasi Model Homeschooling dalam
Mengatasi Keterbatasan Pendidikan Formal. Malang : Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, 2009.
28
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis adalah sama – sama
membahas tentang homeschooling. Bedanya, pembahasan yang disusun
oleh Nur Fitriyah Rahmawati lebih pada alasan pemilihan homeschooling
oleh orang tua ataupun peserta didik, faktor penunjang dan penghambat
pelaksanaan homeschooling serta upaya dalam mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan homeschooling dan tidak menyinggung bagaimana
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di homeschooling. Sedangkan penulis
dalam hal ini, memfokuskan pembahasan pada proses pelaksanaan
pembelajaran di homeschooling sebagai kelanjutan dari alasan dipilihnya
homeschooling sebagai pendidikan alternatif.
2. Fitriah. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa
Homeschooling. Jakarta : Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 2010.
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis adalah sama – sama
membahas proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling. Namun perbedaannya adalah pada jenis pelaksanaan
homeschooling yang dilaksanakan. Pembahasan dan penulisan yang
disusun oleh Fitriah lebih terfokus pada pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan jenis homeschooling komunitas
sehingga isisnya hampir serupa dengan pelaksanaan sekolah formal,
sedangkan penulis dalam pembahasannya lebih terfokus pada jenis
homeschooling tunggal yang merupakan latar belakang munculnya
homeschooling, kemudian membandingkannya dengan pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah formal.
3. Syafina Hanum. Homeschooling sebagai sekolah alternatif: Studi kasus
SUN Homeschooling. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
29
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis adalah sama – sama
membahas homeschooling sebagai pendidikan alternatif. Perbedaannya
adalah pada pembahasan, dimana saudari Sayfina Hanum mengemukakan
banyak alasan dan faktor dipilihnya homeschooling oleh orang tua dan
peserta didik. Selain itu turut dikemukakan bagaimana proses
pembelajaran pada homeschooling secara global. Sedangkan penulis
dalam pembahasannya mengemukakan bagaimana pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada homeschooling secara detail,
mulai dari persiapan hingga akhir pembelajaran, khususnya pada bidang
studi Pendidikan Agama Islam.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di KAMYABI Homeschool
yang beralamat di Jalan Seroja I Blok 38-39, BSD City, Serpong Tangerang
(15318), Banten, Indonesia. Adapun waktu yang direncanakan selama
melakukan penelitian adalah dari bulan Januari hingga April 2014.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh
bersifat empiris dengan kriterianya yaitu, valid, reliabel dan obyektif. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil pebelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1
Dalam metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif analisis yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan nyata yang terjadi. Adapun tujuan utama dalam menggunakan
metode dan pendekatan ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan yang
sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). (Bandung:
Alfabeta, 2011), hal. 13 .
31
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, banyak variasi teknik pengumpulan data untuk
mendukung dan menjawab masalah yang ada. Adapun teknik pengumpulan
data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti,
baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi yang sebenarnya maupun
situasi khusus yang diadakan.2
Pada saat melakukan observasi, penulis terlibat langsung dalam
kegiatan sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Keberadaan penulis sebagai peneliti telah
diketahui oleh subjek yang diteliti dan telah dianggap sebagai bagian dari
mereka sehingga keberadaan penulis tidak mengganggu atau
mempengaruhi sifat naturalistiknya. Cara ini dilakukan untuk
memudahkan akses mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.
2. Wawancara
Untuk teknik pengumpulan data selanjutnya peneliti menggunakan
wawancara dan dialog secara mendalam (indeph interview) kepada pihak
yang bersangkutan. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.3
Dalam hal ini digunakan wawancara terstruktur guna memperoleh
informasi yang utuh dan terfokus pada proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Beberapa pertanyaan wawancara dirumuskan sebelum
melaksanakan wawancara kepada pihak homeschooling dan guru bidang
studi Pendidikan Agama Islam.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993), cet ke-9,
hal. 102 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung:
Alfabeta, 2011), hal. 316
32
Tujuan wawancara pada penelitian ini adalah untuk melengkapi
informasi yang telah diperoleh dari observasi yang dilakukan peneliti.
Wawancara akan dilakukan terhadap guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Kamyabi Homeschooling. Secara mendalam wawancara
akan dilakukan meliputi proses pembelajaran yang terdiri dari rencana,
tujuan, kegiatan, materi, media dan penilaian yang dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Islam.
3. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain – lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung film, dan lain – lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.4
Dalam penelitian ini, penulis melakukan dokumentasi seperti
mengambil gambar pada saat proses pembelajaran berlangsung, meminta
contoh rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru
Pendidikan Agama Islam, jenis dan desain soal ujian serta nilai rapor di
Kamyabi homeschool serta dokumen pendukung lainnya.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung:
Alfabeta, 2011), hal. 326
33
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.5
Adapun proses analisis data yang penulis rancang adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data Mentah
Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data mentah dari hasil
observasi yang dilakukan dilapangan, wawancara dan dokumen yang
diperoleh penulis dari pihak yang bersangkutan.
2. Transkrip Data
Pada tahap ini, penulis mengolah bahan mentah yang ada ke dalam bentuk
tulisan yang berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang
diperoleh dari hasil penelitian.
3. Pembuatan Koding
Pada tahap ini, penulis membaca ulang seluruh data yang telah ditranskrip
sebelumnya.
4. Kategorisasi Data
Pada tahap ini, penulis mulai menyederhanakan data dengan cara
mengikat konsep – konsep (kata) kunci dalam satu besaran yang
dinamakan kategori.
5. Kesimpulan Sementara
Pada tahap ini, penulis menyusun kesimpulan sementara dalam bentuk
interpretasi data yang berasal dari deskripsi data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan.
6. Triangulasi
Triangulasi bersifat menggabungkan hasil dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Namun dalam penelitian
ini, penulis tidak melakukan triangulasi data karena sumber atau informan
yang berada ditempat penelitian terkhusus.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung:
Alfabeta, 2011), hal. 333
34
7. Kesimpulan Akhir.
Pada tahap ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang
ditemukan dan merupakan jawaban dari permasalahan yang diangkat
dalam skripsi ini. Hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah proses
penelitian ilmiah
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Tempat Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya Kamyabi Homeschool.
Kamyabi Homeschool di dirikan oleh H. Abdul Halim Said beserta
istri, Zubaidah pada tanggal 31 Oktober 2005. Homeschooling ini berada
di BSD City, sektor I, Tangerang. Homeschooling ini dipimpin oleh
Yudhi Pramudya, S.Pd sebagai kepala sekolah.
Kata kamyabi sendiri berasal dari bahasa urdu yang merupakan
bahasa umum Pakistan dan juga paling banyak dipakai di India. Kamyabi
jika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab berarti An-Najah dan dalam
bahasa Inggris berarti success. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, kamyabi berarti sukses.1
Latar belakang berdirinya Kamyabi Homeschool berawal dari
banyaknya keprihatinan yang dilihat oleh pendiri lembaga ini. Sebagai
contoh, keprihatinan pendiri (founder) terhadap sikap siswa dalam
merayakan kelulusan setelah pengumuman hasil Ujian Akhir Nasional
mereka dengan mencoret pakaian. Hal ini membuat Pendidikan Agama
Islam yang mereka pelajari selama 3 (tiga) tahun hancur oleh sikap
tersebut.
Moral siswa yang semakin hari semakin memprihatinkan karena
tidak ada pengawasan dari orang tua atau orang tua merasa lepas tangan
setelah menyerahkan anaknya pada suatu sekolah formal yang ada. Hal ini
tidak terlepas dari Pendidikan Agama Islam di sekolah formal yang mulai
terpinggirkan oleh bertambahnya alokasi waktu materi pendidikan umum
lainnya atau yang akan di ujikan dalam Ujian Akhir Nasional. Hal ini
berdampak pada penilaian yang hanya terfokus pada nilai. Nilai yang
diwakili oleh angka atau huruf dianggap sebagai penentu keberhasilan,
1 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
36
bahkan hidup dan matinya siswa. Begitu sakralnya sebuah nilai dalam
bentuk angka ataupun huruf sehingga membuat berbagai pihak menjadi
stress, mulai dari guru, orang tua, bahkan anak didik itu sendiri apabila
mendapat nilai yang tidak memuaskan (dibawah angka 7 atau dengan
huruf C). Melihat hal ini, setiap pihak terutama guru dan orang tua
mengkondisikan siswanya untuk berlomba – lomba mencapai nilai yang
tinggi pada setiap bidang studi dengan cara apapun, bahkan tidak peduli
lagi hal tersebut akan membuat anak didiknya kesulitan untuk
mencapainya. Hal ini perlahan – lahan akan membuat anak muak,
tertekan dan stres. Faktanya, nilai yang diagung – agungkan oleh pihak
sekolah maupun orang tua kurang berperan banyak dalam menentukan
kesuksesan hidup seseorang. Nilai ini akan melahirkan diskriminasi antar
siswa. Betapa bangganya siswa yang mendapat nilai tinggi dan betapa
hinanya siswa yang mendapat nilai rendah, bahkan untuk mempertegas
kehinaan ini, masih ada beberapa guru di sekolah yang menggunakan
tinta merah menyala dan mencolok mata. Dipertegas, nilai hanyalah
representasi dari kemampuan menghafal pelajaran dan pemberiannya pun
dilakukan secara subjektif oleh guru bidang studi kepada siswanya.
Dampak dari terusnya sebuah nilai dijadikan ukuran dalam
keberhasilan suatu pembelajaran pada setiap bidang studi mengakibatkan
kontrol afektif meningkat namun kontrol moral menurun secara perlahan
– lahan, terutama setelah belajar Pendidikan Agama Islam. Nilai bidang
studi Agama Islam yang tinggi tidaklah menjamin tumbuhnya moral yang
baik pula. Inilah yang dihasilkan oleh pendidikan formal terhadap
Pendidikan Agama Islam. Memaksakan teori tanpa adanya praktek dan
refleksi karena alokasi waktu yang terbatas.
Belum lagi sistem hukuman yang diterapkan di sekolah formal
yang cenderung menyama-ratakan penerapannya kepada setiap siswa,
tanpa memahami alasan yang terjadi pada setiap siswa. Sebuah contoh, si
anak di scors (tidak di izinkan masuk selamam beberapa hari) karena
tidak hadir dalam beberapa kali pertemuan. Hukuman dijatuhkan begitu
37
saja, padahal si anak memiliki alasan mengapa ia tidak masuk sekolah,
misalnya karena orang tua yang telat mengantar ke sekolah sehingga ia
malu datang terlambat, atau si anak mengalami masalah dan memutuskan
untuk menyendiri dan enggan keluar rumah setelah mendapati
keluarganya yang berantakan (broken home). Hukuman yang diberikan
pada si anak tersebut tidak akan membuatnya menjadi lebih baik. Hal ini
akan menambah masalah baru pada si anak nantinya.
Pendiri Kamyabi Homeschooling ini mempertegas bahwa setiap
anak memiliki bakat yang diberikan oleh Allah dengan sangat luar biasa.
Bakat ini diperkuat dengan adanya minat dari seseorang. Bakat dan minat
serta pola belajar anak tentunya berbeda – beda. Dan hal ini tidaklah bisa
mereka dapatkan dan kembangkan di sekolah formal yang menganggap
semua siswa adalah. Banyak kasus yang menghalangi bakat berkembang
di sekolah formal, seperti kasus bullying, bentakan dan kekerasan dari
guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Upaya penyeragaman
kemampuan dan keterampilan semua anak pada setiap bidang studi turut
mematikan bakat dan minat siswa yang berbeda – beda, karena setiap
anak adalah unik. Terlebih lagi, kurikulum yang terlalu padat dan tugas
rumah yang menumpuk menjadi beban tambahan setelah mereka belajar
seharian di sekolah. Melihat kondisi ini, maka perlu alternatif untuk
menyelamatkan anak – anak yang kurang cocok dengan sistem
pendidikan formal, salah satunya dengan pendidikan homeschooling.
Bertolak dari kondisi inilah H. Abdul Halim Said merasa terpanggil untuk
mendirikan Kamyabi Homeschool sebagai sebuah institusi pendidikan
alternatif yang senantiasa memperhatikan hak anak atas pendidikan yang
mereka jalani.
Pendirian homeschooling ini juga terinspirasi dari Nabi
Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wasallam yang melaksanakan dakwah
dan pendidikan (tarbiyah) dengan sistem yang mirip dengan
homeschooling.
38
Mengingat pendidikan pertama dan yang utama pada seorang anak
adalah orang tua atau keluarga, dengan adanya homeschooling ini H.
Abdul Halim Said kembali mengajak orang tua dan keluarga untuk ikut
berpartisipasi utuh secara aktif dan langsung dalam pendidikan anak atau
anggota keluarganya. Orang tua lebih memahami bakat dan minat serta
cara belajar yang dimiliki anaknya. Disinilah peran orang tua sebagai
pengarah, bukan penentu mutlak karena yang berhak menentukan adalah
anak yang menjalani pendidikan. Mereka diberi kebebasan dalam
menenutukan waktu, metode dan didikan seperti apa yang ia inginkan.
Apabila hal ini dipahami secara bijak, kelemahan homeschooling yang
dilihat dari segi sosial dimana anak kurang dapat bersosialisasi tidak akan
terjadi. Si anak masih bisa bermain, bersosialisasi bahkan berkarya di sela
kegiatan homeschooling. Dalam pelaksanaan selanjutnya, orang tua atau
keluarga dapat bertindak sebagai fasilitator, motivator, konselor dan
teman yang baik bagi anaknya saat belajar.
Berangkat dari hal itu semua, H. Abdul Halim Said memberanikan
diri untuk membentuk komunitas Kamyabi Homeschool dengan tujuan
agar tidak ada lagi anak – anak Indonesia yang merasa sekolah sebagai
sebuah beban dalam kehidupannya. Hal ini akan melahirkan presepsi baru
bahwa sekolah adalah tempat dimana mereka bisa mengekspresikan diri
mereka sendiri sesuai dengan bakat, minat dan cara belajar yang
menyenangkan. Lebihnya lembaga ini dengan lembaga yang serupa
adalah Pendidikan Agama Islam selalu menjadi prioritas utama dan nilai –
nilai agama selalu dimasukkan dalam setiap bidang studi2.
Kamyabi Homeschool ini menerima peserta didik yang terdiri atas
Taman Kanak – Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan kelas untuk
Anak Berkebutuhan Khusus.
2 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014.
39
Dipertegas oleh H. Said bahwa pada dasarnya pendidik dalam suatu
homeschooling adalah orang tua sendiri. Jika mereka tidak mampu
mengajar dengan alasan waktu atau kemampuan, maka disarankan
memanggil guru privat ke rumah. Boleh mencari guru privat sendiri yang
di inginkan oleh si anak dan boleh juga melalui melalui jaringan guru
privat Kamyabi yang sudah terlatih dengan SOP Kamyabi.
Untuk Ujian Nasional, Kamyabi Homeschool bekerja sama dengan
Dinas Pendidikan setempat agar siswa mereka dapat mengikuti Ujian
Nasional Pendidikan Kesetaraan. Hal ini bisa dilaksanakan dalam bentuk
ujian online atau Dinas Kependidikan datang ke lembaga homechooling
dan mengadakan Ujian Nasional di kelas yang telah disediakan. Tidak
akan ada perlakuan khusus. Mereka akan tetap di awasi selama ujian oleh
pengawas yang didatangkan pihak Dinas Pendidikan.
2. Profil Lembaga Pendidikan Kamyabi Homeschool.
Profil lembaga pendidikan merupakan suatu gambaran tentang
lokasi, kedudukan lembaga pendidikan, visi dan misi, sarana dan
prasarana, guru, pegawai, staf pelaksana, siswa, serta berbagai keadaan
yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan tersebut.
a. Identitas Lembaga
Nama Lembaga : Kamyabi Homeschool.
Alamat : BSD City Sektor I.2 ext, Griyaloka, Jl. Seroja I
Nomor 38-39, Serpong Tangerang (15318),
Banten Indonesia
Website : http://www.kamyabihomeschool.com/
Email : [email protected]
Nomor Telpon : 0813 9910 8585
40
b. Visi dan Misi Serta Cara Mendapatkannya.3
Visi dan Misi :
1) True Faith (Keyakinan yang shahih) bahwa selain Allah tidak
dapat berbuat apa-apa, hanya Allah yang dapat berbuat segalanya.
2) Right Action (Amal yang betul) bahwa setiap perbuatan hanya
akan mendatangkan kejayaan apabila ikut sunnah Rasulullah
Shalallahu ’Alaihi Wasallam.
3) Clear Vision (Visi yang jelas) kamyabi homeschool dibuat untuk
meniru cara Sahabat belajar dan mengajar.
4) Strong Mission (Misi yang kuat) materi pendidikan diarahkan
untuk mencapai keterampilan ruhani dan jasmani seperti para
pemuda di zaman Sahabat.
5) Best Qualities (Sifat yang terbaik) para sahabat memiliki sifat-
sifat terbaik yang telah diridhai Allah SWT, karena itu program
belajar dibuat untuk membentuk sifat-sifat tersebut
Cara Mendapatkannya :
1) Untuk mendapatkan keyakinan yang shahih maka digalakkan
setiap orang saling mendakwahkan kebesaran Allah SWT
(wahdaniat, risalat, akhirat, dan nusrat)
2) Untuk mendapatkan amal yang betul maka setiap orang harus
mengikuti jalan hidup (sunnah) Rasulullah SAW.
3) Untuk mendapatkan visi yang jelas maka setiap orang harus
mempelajari cara sahabat belajar dan mengajar, kemudian
mengamalkannya di dalam kehidupan bersama keluarga.
4) Untuk mendapatkan misi yang kuat maka setiap orang harus
mengusahakan agar: setiap rumah menjadi madrasah, setiap ibu
menjadi mudarrisah, setiap anak menjadi murid dan setiap ayah
menjadi mudir.
3 http://www.kamyabihomeschool.com/visi-dan-misi.html (Diakses pada tanggal 6 Januari
2014, pukul 22.15 WIB)
41
5) Untuk mendapatkan sifat terbaik maka setiap orang harus
latihan “khuruj fii sabililah”.
c. Keadaan Guru dan Karyawan
Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan tenaga yang professional
agar tercipta generasi yang handal dan suasana yang kondusif.
Adapun tenaga pengajar atau guru yang disediakan oleh Kamyabi
Homeschooling sebagai alternative apabila orang tua merasa tidak
mampu melaksanakan pengajaran, mereka adalah:4
Tabel 1
Pendidik Kamyabi Homeschooling
No Nama Guru Jabatan Bidang Studi yang
Diajarkan
1. H. Abdul Halim Said Pendiri Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti
2. Zubaidah Sekretaris Pendidikan Agama Islam
dan Al-Qur’an (Akhwat)
3. Imam Ahmad, S.Pd.I Tutor Pendidikan Agama Islam
3. Imam Faisal, S.Pd.I Tutor Pendidikan Agama Islam
5. Dian, S.Pd Tutor Pend. Kewarganegaraan
6. Khairunnisa, S.Pd Tutor Pend. Kewarganegaraan
7. Annisa, S.Pd Tutor Matematika
8. Fanny Mella, S.Pd Tutor Ilmu Pengetahuan Alam,
Fisika, Biologi, Kimia.
9. Irma Nasution, S.Pd Tutor Ilmu Pengetahuan Sosial,
Geografi, Ekonomi, dan
Sejarah
10. Rina M. M.Pd Tutor Bahasa Inggris
4 Data ini diambil dari arsip Kamyabi Homeschooling bagian administrasi.
42
11. Julia Febrianti, S.Pd Tutor Bahasa Indonesia
12. Andis, S.Pd Tutor Seni
13. Rina K, S.Kom Tutor Multi – Informatika
14. Musthofa, S.Pd Tutor Penjaskes
Tabel 2
Karyawan Kamyabi Hommeschooling
No Nama Jabatan
1. H. Abdul Halim Said Administrasi
2. Zubaidah Administrasi
3. Yudi Pramudya, S.Pd Administrasi
4. Imam Baihaqi, S.Pd.I Administrasi
d. Keadaan Siswa
Adapun data yang diperoleh tentang keadaan siswa berdasarkan
tingkat pendidikannya pada tahun ajaran 2013/2014 hingga tanggal 7
Januari 2014 adalah sebagai berikut:
No Tingkatan Jumlah Murid
Total L P
1. Taman Kanak – Kanak 4 11 15
2. SD / MI 2 11 13
3. SMP / MTs 2 6 8
4. SMA / MA / SMK 1 4 5
5. Anak Berkebutuhan Khusus 1 - 1
Jumlah peserta didik diatas kemungkinan akan terus bertambah karena
Kamyabi Homeschooling sendiri masih menerima siswa pindahan dari
sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, baik dari dalam maupun
luar negeri.
43
e. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar, Kamyabi
Homeschooling menyediakan sarana dan prasarana, yaitu:
No Jenis Bangunan Jumlah Ukuran (m)
(P x L)
Kondisi
B C R
1. R. Kepala Sekolah 1 5 x 4 √
2. R. Tata Usaha 1 6 x 3 √
3. R. Belajar 3 5 x 4 √
4. R. Perpustakaan 1 9 x 6 √
5. R. Multimedia 1 8 x 7 √
6. Kamar Mandi 2 4 x 3 √
7. Masjid 2 Lantai 1 17 x 15 √
Keterangan: B = Baik, C = Cukup, R = Rusak
B. Deskripsi Data
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa disekolah
formal maupun homeschooling meliputi:
1. Perencanaan Pengajaran
Dalam proses pembelajaran, dibutuhkan rencana yang matang agar
tujuan pendidikan itu dapat tercapai dengan baik. Rencana dapat berupa
langkah – langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang
diharapkan. Langkah – langkah tersebut biasanya dituangkan dan disusun
dalam bentuk perencanaan pengajaran atau pembelajaran. Proses
penyusunan ini memerlukan pemikiran yang sistematis untuk
memproyeksikan atau memperkirakan kegiatan apa saja yang dilakukan
selama proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan PP. 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar”
44
Selanjutnya, sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.5
Yudi Munadi dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran:
Sebuah Pendekatan Baru menjelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam bentuk
silabus. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tercermin kegiatan
yang dilakukan guru dan peserta didik untk mencapai kompetensi yang
ditetapkan. RPP merupakan penjabaran dari silabus dan merupakan
komponen penting dari kurikulum. Didalam RPP tercermin kegiatan yang
dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
ditetapkan.6
Adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran akan membantu
pengajar (tutor) dalam mengorganisasikan materi standar, serta
mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul
dalam pembelajaran. Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui
dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan
demikian pengajar dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat
memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya.
5 http://okemat.blogspot.com/2012/kumpulan-permendiknas-undang-undang-dan.html
(Diakses pada tanggal 20 Maret 2014, pukul 09.00 WIB) 6 Yudi Munadi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 65
45
Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis maupun tidak tertulis,
seorang pengajar akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
yang dilakukannya.
Adapun beberapa prinsip dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran adalah:
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c. Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses pembelajaran
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
e. Keterkaitan dan keterpaduan
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi7
Adapun contoh format rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
sebagai berikut:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : ..................................................................................
Mata Pelajaran : ..................................................................................
Kelas / Semester : ..................................................................................
Mata Pelajaran : ..................................................................................
Topik Pembahasan : ..................................................................................
Pertemuan Ke - : ..................................................................................
Alokasi Waktu : ..................................................................................
A. Kompetensi Inti
1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;
7 M. Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), hal. 166-167.
46
2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;
3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan
procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata;
4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar
1. ............................................................................................................
2. ............................................................................................................
C. Indikator
1. ............................................................................................................
2. ............................................................................................................
3. ............................................................................................................
4. ............................................................................................................
D. Tujuan Pembelajaran
1. ............................................................................................................
2. ............................................................................................................
3. ............................................................................................................
4. ............................................................................................................
47
E. Materi Ajar
..................................................................................................................
..................................................................................................................
F. Metode Pembelajaran
..................................................................................................................
..................................................................................................................
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati
b. Menanya
c. Eksperimen/ Explore
d. Asosiasi
e. Komunikasi
3. Kegiatan Akhir (Penutup)
H. Alat dan Sumber belajar
1. ............................................................................................................
2. ............................................................................................................
I. Penilaian
1. Jenis dan bentuk penilaian
2. Instrumen dan skor penilaian
(Tuliskan jenis penilaian yang akan dilakukan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran, pilih jenis penilaian
yang tepat).8
8 Yudi Munadi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 68
48
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen penting dalam
melaksanakan pembelajaran. Apabila pendidik tepat dalam merumuskan
tujuan pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan
arah yang jelas dan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan pendidikan biasanya menghantarkan para siswa menuju
pada perubahan tingkah laku, perubahan itu tercermin baik dari segi
intelek, moral maupun hubungannya dengan sosial. Untuk mencapai
tujuan tersebut siswa dalam lingkungan sekolah akan dibimbing oleh guru
maupun siswa berperan aktif.
Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini
berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi,
dengan kerangka yang sama.9
Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya
dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan
kepribadian subyek didik, sehingga mampu menghadirkan dirinya
sebagai sebuah pribadi yang utuh. Itulah yang disebut realisasi diri
(self realization).
Tujuan umum pendidikan islam diberi perhatian dan tidak
terkena perubahan dari waktu ke waktu. Islam menghendaki agar
manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan ini dipertegas
dalam Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
9 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-v,
hal. 86.
49
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Ibadah yang dimaksud dalam ayat tersebut mencakup semua
amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan)
kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk
mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang
benar.
b. Tujuan Khusus
Yang dimaksud tujuan khusus adalah perubahan-perubahan
yang diingini yang merupakan bagian yang termasuk dibawah tiap
tujuan umum pendidikan. Dengan kata lain gabungan pengetahuan,
ketrampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan
yang terkandung dalam tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan,
yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir dan tujuan umum juga
tidak akan terlaksana dengan sempurna.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
suatu kurikulum pendidikan formal.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa
sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-
kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak
didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu
lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran
tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat
50
permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk
lingkaran inilah yang menggambarkan Insan Kamil itu.10
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan
pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan
operasional.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak
didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat operasionalnya
lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk
tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan
ketrampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya : kemampuan dan
ketrampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian
kemampuan dan ketrampilan Insan Kamil dalam ukuran anak, yang
menuju kepada bentuk Insan Kamil yang semakin sempurna
(meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadat, (sekurang-
kurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami dan
menghayati ibadat itu.11
e. Tujuan Akhir
Pendidikan Agama Islam berlangsung selama manusia itu hidup.
Maka tujuan akhirnya dari Pendidikan Agama Islam itu terdapat pada
waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan akhir Pendidikan
Agama Islam itu dapat di pahami dalam firman Allah berikut:
10
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V,
hal. 32 11
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V,
hal. 33
51
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran
ayat 102)
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim
yang merupakan ujung dadri takwa sebagai akhir dari proses hidup
jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan
itu yang dapat di anggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang
mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari
proses pendidikan Islam.
3. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif dan interaksi untuk mencapai
tujuan tertentu. Serangkaian tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 12
a. Kegiatan awal / pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru
berdasarkan amanat kurikulum adalah:
1) Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada
kegiatan pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah
mempersiapkan siswa baik psikis maupun fisik agar dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
2) Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-
pertanyaan terkait materi pembelajaran baik materi yang telah
12
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/11/standar-proses-pembelajaran-
kurikulum.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 04.34 WIB)
52
siswa pelajari serta materi-materi yang akan mereka pelajari dalam
proses pembelajaran tersebut.
3) Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian
mengajak siswa untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas
yang akan dikerjakan sehingga dengan demikian mereka akan
belajar tentang suatu materi, kemudian langsung dilanjutkan
dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau KD yang
akan dicapai pada pembelajaran tersebut.
4) Terakhir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan
outline cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar
yang akan dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan
permasalahan atau tugas yang diberikan.
b. Kegiatan inti
Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran
agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya
dilakukan oleh guru dengan cara-cara yang bersifat interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar dengan
cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat
memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut:
1) Melakukan observasi (pengamatan)
Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara
luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda
atau objek.
53
2) Bertanya
Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan,
guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk
mempertanyakan mengenai apapun yang telah mereka lihat,
mereka simak, atau mereka baca. Pertanyaan-pertanyaan yang
telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari informasi
yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang
telah ditentukan.
3) Mengumpulkan informasi
Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari
kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi
dari beragam sumber dengan bermacam cara. nformasi yang
banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan
berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya
siswa akan menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi
dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola
yang ditemukan.
4) Mengasosiasikan informasi-informasi yang telah diperoleh
Mengasosiasikan berarti menghubungkan atau menautkan sesuatu
pada orang atau benda. Hal ini berarti siswa menghubungkan
informasi yang telah diperoleh dengan orang yang berada disekitar
atau hal yang tengah terjadi saat itu.
5) Mengkomunikasikan hasilnya
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau
bercerita tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
54
c. Kegiatan akhir / penutup
Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa
dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
4. Sumber Belajar
Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengembangkan
pengetahuan, bakat dan minatnya. Dalam pengembangan kemampuan
tersebut, seseorang membutuhkan guru, bahan dan peralatan sebagai
penunjang proses pembelajarannya yang dikenal sebagai sumber belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang memungkinkan
seseorang belajar atau segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.13
Beberapa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran, diantaranya adalah manusia, alat dan bahan pengajaran,
berbagai aktivitas dan kegiatan serta lingkungan sekitar. Tujuan dari
sumber belajar ini adalah:
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran
b. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
c. Lebih memantapkan pembelajaran
d. Memungkinkan penyajian pembelajaran dan informasi yang lebih luas
13
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008),
hal. 173
55
5. Materi Pembelajaran
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pendidikan eluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan
guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni
perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran.
Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen
yang penting, artinya untuk mencapai tujuan – tujuan pengajaran materi
pelajaran yang terdiri dari fakta – fakta, generalisasi, konsep, hukum atau
aturan dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran.14
Dalam pemilihan materi terdapat langkah – langkah yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Kemanfaatan, apakah bahan yang dipilih memang bermanfaat bagi
pencapaian tujuan pengajaran siswa.
b. Kesesuaian, apakah bahan yang dipilih sesuai dengan kepentingan dan
taraf kemampuan psikis dan fisik siswa.
c. Ketepatan, apakah bahan yang dipilih sudah sesuai dengan alokasi
waktu dan runut dalam penyampaiannya.
d. Situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, apakah bahan pelajaran
yang hendak dipilih tidak bertentangan dengan situasi, kondisi dan
kepentingan masyarakat sekitar.
e. Kemampuan guru, apakah bahan pelajaran sudah dikuasai dan
dipahami guru.15
Setelah memilih materi, maka langkah selanjutnya adalah
mengorganisasikan dan menyusunnya. Dalam mengorganisasikan, guru
perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
14
R. Ibrahim dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineke Cipta, 2003),
hal. 102 15
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hal. 147
56
a. Keseimbangan, seyogyanya bahan pengajaran disusun secara
seimbang, baik mengenai sumber, struktur dan segi – segi kemampuan
siswa.
b. Keterpaduan, baik secara horizontal yang menyangkut kaitan antara
satuan bahasan, mata pelajaran dan keterpaduan vertical yang
menyangkut kaitan antara susunan bidang studi antar semester.
c. Kemudahan, merupakan tujuan pokok pengorganisasian bahan
pengajaran agar siswa dapat menangkat, memahami, dan
mencernakan bahan tersebut untuk mencapai tujuan instruksional
d. Kesederhanaan, materi harus disusun dengan sederhana, diberi contoh
– contoh, diilustrasikan dengan bahasa yang mudah untuk membantu
siswa dalam mempelajarinya.16
6. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus
mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai
sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan
metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.17
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam
penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motivasi,
minat, atau gairah belajar siswa.
b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut.
16
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hal. 148 17
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. (Jakarta : Quantum teaching,
2005), hal. 52-53
57
c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan
kegiatan kepribadian siswa.
e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha
pribadi.
f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
7. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada diri peserta didik. Jenis media pembelajaran dapat berbentuk
teks, audio, visual, proyeksi gerak, miniatur dan sebagainya.
Media pembelajaran dapat membawa dan membangkitkan rasa
senang bagi siswa dan dapat membangkitkan semangat mereka, serta
membantu memantapkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran. Media
bermanfaat untuk :
a. Membangkitkan perhatian siswa.
b. Memperjelas informasi yang di sampaikan.
c. Memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran.
d. Mendorong ingatan, mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang sedang di pelajari.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk
pembelajaran siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan,
di antaranya:
a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
58
b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
kondisi siswa.
d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan
efisiensi.
e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoprasikannya.18
8. Evaluasi dan Penilaian
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menetukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam menambahkan,
bahwasannya proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh
mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.19
.
Hasil evaluasi dapat diperoleh dari penilaian. Penilaian adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi
belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
9. Tindak Lanjut
Tindak lanjut berarti suatu aksi atau tindakan koreksi (corrective
action) sebagai lanjutan langkah dalam mencapai perbaikan dan atau
mengembalikan segala kegiatan pada tujuan yang seharusnya. Tindak
lanjut terhadap evaluasi hasil pembelajaran perlu dipahami dan dilakukan
18
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008),
hal. 171 19
Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005), hal. 3
59
oleh setiap stakeholder. Apabila laporan hasil evaluasi pembelajaran itu
kurang maka apa yang harus dilakukan oleh pengambil kebijakan
pendidikan. Apa yang dilakukan oleh seorang pendidik, siswa dan orang
tua serta stakeholder pemerintah. Langkah – langkah tindak lanjut ini
berupa:20
a. Identifikasi kelebihan dan kelemahan laporan hasil evaluasi
pembelajaran.
b. Peningkatan hasil belajar
c. Merancang program pembelajaran remidi (perbaikan)
d. Merancang perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan program
pembelajaran.
C. Interpretasi Data
Setelah melakukan pengamatan secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran di Kamyabi homeschool dimana keluarga sebagai pelaksana
dan sekolah formal yang ada, dapat dijelaskan proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah langkah awal sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran atau proses belajar mengajar. Rencana merupakan syarat
mutlak karena tanpanya, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami
kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran harus disusun dengan baik.
Setelah melakukan pengamatan di lapangan, setiap jenis
homeschooling harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Keluarga yang melaksanakan homeschooling tunggal dimana orang tua
menjadi tutor atau pendidik diharuskan membuat RPP untuk
memperlancar proses pembelajaran. Penyusunan ini dapat melibatkan
20
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo: STAIN Press. 2006), hal.
213.
60
anak dan anggota keluarga lainnya. Keterlibatan anak dalam proses
penyusunan RPP akan memberi ruang tersendiri bagi mereka dalam
mendesain pembelajaran yang menyenangkan, mengajarkan sikap
disipilin dan bertanggung jawab terhadap apa yang direncanakan agar
materi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Apabila tidak memungkinkan, orang tua atau keluarga dapat
menggunakan RPP yang telah disediakan oleh pihak homeschooling atau
mencarinya melalui media internet. Pemakaian RPP yang didapat ini
harus dimodifikasi dan kembali didiskusikan dengan anak atau anggota
keluarga lain. Hal ini tetap memberi arti bahwa anak turut dan berhak
dalam merencanakan pelaksanaan pembelajarannya.
Dalam hal penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran,
homeschooling lebih demokratis daripada sekolah formal. Pada sekolah
formal, penyusunan RPP hanya melibatkan guru pengajar tanpa
melibatkan peserta didik dengan presepsi bahwa kemampuan semua anak
didik mereka adalah sama. Hal ini akan menjadi masalah baru dikemudian
hari dari peserta didik karena setiap anak memiliki cara dan daya
rangsangan yang berbeda. Penyusunan RPP pada homeschooling yang
melibatkan kedua belah pihak dapat mengatasi masalah tersebut.
Adapun contoh RPP pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang didesain oleh keluarga sebagai pelaksana homeschooling:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Lembaga : Kamyabi Homeschool
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : VII / Genap
Materi Pokok : Semua Bersih Hidup Menjadi Nyaman
Perkiraan Waktu : 3 Pertemuan (3 x 75 Menit)
Waktu Pelaksanaan : Setiap hari Kamis jam 18.15 sampai 19.30
Pemateri / Tutor : Ibu (Siti Chairunnisa)
61
A. Kompetensi Inti
1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya;
2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;
3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan
procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata;
4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
1. Menerapkan cara bersuci
(thaharah) dalam keseharian
1. Menyebutkan pengertian bersuci
(thaharah) dengan bahasa
sendiri
2. Menyebutkan dalil tentang
bersuci (thaharah)
3. Menyebutkan alat – alat yang
bisa dipakai untuk bersuci
4. Menjelaskan hikmah bersuci
2. Mempraktikkan ketentuan /
tata cara bersuci dari najis
1. Menyebutkan pengertian najis
dengan bahasa sendiri
62
2. Menyebutkan macam – macam
najis beserta contoh
3. Menjelaskan cara bersuci dari
macam – macam najis
4. Mempraktekkan cara bersuci
dari najis berdasarkan syariat
3. Mempraktikkan tata cara
bersuci dari hadas kecil dan
hadas besar
1. Menyebutkan pengertian hadats
dengan menggunakan bahasa
sendiri
2. Menyebutkan macam – macam
hadats dan contohnya.
3. Menjelaskan cara bersuci dari
macam – macam hadats
4. Mempraktekkan cara bersuci
dari hadas berdasarkan syariat
Sedangkan bentuk RPP yang digunakan pada sekolah formal
adalah sebagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sekolah / Madrasah : SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Genap
Materi Pokok : Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (9 x 40 Menit)
Guru Bidang Studi : H.M. Nasir Rinun. S.Pd
63
A. Kompetensi Inti
1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;
2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;
3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata;
4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
1. Menerapkan cara bersuci (thaharah) dalam keseharian
2. Mempraktikkan ketentuan bersuci dari najis
3. Mempraktikkan ketentuan bersuci dari hadits
C. Indikator
1.1. Menyebutkan pengertian bersuci
1.2. Menyebutkan dalil tentang bersuci
1.3. Menyebutkan hikmah tentang bersuci
2.1. Menyebutkan pengertian najis
2.2. Menyebutkan macam – macam najis beserta contoh
2.3. Menjelaskan cara bersuci dari najis
3.1. Menyebutkan pengertian hadats
3.2. Menyebutkan macam – macam hadats
3.3. Menjelaskan cara bersuci dari hadats
64
Dari kedua contoh RPP diatas, terdapat perbedaan yang dibuat oleh
keluarga homeschooling dengan guru pada sekolah formal. Hal ini terlihat
dari alokasi waktu, pemateri/guru dan indikator pembelajaran yang
disusun oleh kedua pelaksana pendidikan.
Pada Kamyabi homeschool, alokasi waktu yang ditentukan lebih
sedikit daripada sekolah formal. Waktu pembelajaran dimulai pada pukul
18.30 setelah sholat maghrib dimana kondisi dan daya tangkap siswa
kembali pulih setelah banyak melakukan aktivitas disiang hari, sehingga
pembelajaran yang berkisar satu jam lebih dapat terlaksana dengan baik.21
Perkiraan waktu dan waktu pelaksanaan sendiri dirancang oleh orang tua
dan kemudian didiskusikan dengan anak. Berbeda dengan sekolah formal,
alokasi waktu lebih panjang dan pelaksanaannya mengikuti jadwal mata
pelajaran yang ditetapkan pihak kurikulum sekolah. Hal ini kadang
menjadi ganjalan bagi siswa bahkan guru apabila mendapati pembelajaran
agama Islam dilakukan pada siang hari dimana konsentrasi mereka mulai
berkurang dan lelah.
Dalam Kamyabi Homeschool, yang menjadi guru/tutor adalah
anggota keluarga sendiri. Anak juga diberi hak untuk menentukan siapa
yang menjadi mentornya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasakan
bosan dengan gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan salah satu
anggota keluarga mereka yang bertindak sebagai pemateri/tutor.
Pemateri/tutor ditempatkan dibidang studi yang sesuai dengan
kemampuannya. Sedangkan dalam sekolah formal, pemateri atau tutor
untuk masing – masing pelajaran adalah sama dan biasanya hanya diganti
saat kenaikan kelas atau adanya evaluasi yang dilakukan pihak sekolah
terhadap guru tersebut. Hal ini tentu menjadi hal yang membosankan bagi
siswa apalagi mendapati karakter guru yang kurang mereka senangi
seperti, pemarah, pendiam dan sebagainya.
21
Hasil wawancara dengan orang tua penyelenggara homeschooling pada hari Kamis
tanggal 23 Januari 2014.
65
Dalam penyusunan indikator, keluarga merumuskan bersama anak
untuk mengetahui apa saja yang ingin mereka ketahui pada setiap
pembahasan. Apabila indikator yang diajukan peserta didik belum
menjawab kompetensi dasar, orang tua berhak untuk menambahkannya.
RPP yang dibuat homeschooling tunggal lebih mengukur kemampuan
siswa secara afektif dan kognitif. Dalam sekolah formal, indikator disusun
oleh guru bidang studi saja tanpa melibatkan atau terlebih dahulu
memperhatikan tingkat kemampuan peserta didik. Tidak ada pelaksanaan
praktik atau demonstrasi dalam RPP yang dibuat oleh guru pada sekolah
formal, yang ada hanyalah penjelasan mengenai cara bersuci. Hal ini
memberi arti bahwa ketuntasan pembelajaran hanya dilihat dari aspek
kognitif saja dan sekolah formal dalam penyusunan RPP tidak
memperhatikan prinsip penyusunan RPP.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan hal yang diharapkan tercapai
setelah proses belajar mengajar berakhir dan telah digambarkan dalam
setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setelah satu materi pembahasan
selesai diajarkan. Tujuan ini cenderung dikontrol hanya melalui nilai
semata yang diperoleh setelah melaksanakan ulangan harian atau ujian.
Secara umum, hampir sama tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah formal dengan Kamyabi Homeschool. Tujuan ini
diambil dari indikator yang ada didalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Bedanya, pada keluarga pelaksana homechooling tujuan
akhir dari pembelajaran tersebut adalah kemampuan anak untuk dapat
mempraktekkan secara langsung apa yang telah dipelajarinya sedangkan
pada sekolah formal tidak ada.
Setelah pembelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, nilai
bukanlah menjadi patokan utama dalam mengukur tercapainya tujuan
pembelajaran, akan tetapi kesadaran peserta didik dalam
mengimplementasikan apa yang telah di ajarkan, baik pada bidang studi
66
lain maupun lingkungan sekitar. Hal ini diteruskan dengan adanya
pengamatan yang dilakukan anggota keluarga dalam keseharian seperti
berwudhu serta bersuci dari najis dan hadats, guna meningkatkan
kesadaran spritual anak sebagai upaya mencapai pendidikan holistic untuk
kehidupan. Keberhasilan baru dapat tercapai apabila terjadi perubahan
dalam diri peserta didik yang tercermin baik dari segi intelek, moral
maupun hubungannya dengan masyarakat sosial.
3. Kegiatan Pembelajaran
Setelah melaksanakan pengamatan, penulis akan memaparkan
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh
keluarga sebagai pelaksana homeschooling tunggal, yaitu:
a. Pendahuluan
1) Setelah shalat maghrib, orang tua beserta anaknya
mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.
2) Untuk memperlancar proses belajar mengajar, orang tua
memimpin doa yang di ikuti anaknya.
3) Orang tua mengkondisikan anaknya dan menanyakan tentang
apa saja yang didapat sang anak pada materi sebelumnya
(materi pertama).
4) Orang tua mengilustrasikan materi yang akan dipelajari dan
tujuannya.
b. Kegiatan inti
1) Orang tua meminta anaknya untuk membuka ebook digital
atau fotocopy yang telah disediakan pihak homeschooling
untuk dibaca dan dianalisa. (Mengamati)
2) Orang tua memberikan pertanyaan kepada anak untuk
ditemukan jawaban dari media internet yang ada, termasuk
berinteraksi dengan teman – temannya di jejaring sosial.
(Menanya)
67
3) Jawaban yang ditemukan oleh anak dari media internet harus
dianalisa oleh anak dan disandingkan dengan apa yang telah
dibaca dan dianalisanya. (Eksplorasi)
4) Orang tua mengarahkan jawaban anak agar dapat ditautkan
atau dihubungkan jawabannya dengan lingkungan atau apa
yang tengah terjadi. (Asosiasi)
5) Anak menyusun kesimpulan tentang materi yang dibahas dan
kemudian dilengkapi oleh orang tua. Anak juga diberi
kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang
belum dipahaminya. (Komunikasi)
c. Kegiatan penutup
1) Orang tua memberi penguatan materi dan meminta sang anak
untuk menambahkan kesimpulan yang ada.
2) Orang tua meminta anaknya untuk mempraktekkan cara
bersuci (berwudhu) yang baik sesuai dengan apa yang telah
dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sholat
Isya berjamaah.
Adapun alur kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru bidang
studi Pendidikan Agama Islam pada sekolah formal adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a
2) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan
tujuan yang akan dicapai.
68
b. Kegiatan Inti
1) Mengamati
Peserta didik mengamati buku Pendidikan Agama Islam
yang disediakan pihak sekolah
2) Menanya
Guru mengajukan pertanyaan terkait materi bahasan kepada
beberapa siswa
3) Eksperimen/Explore
Guru menjelaskan dan menyampaikan materi yang
berhubungan dengan bahasan.
4) Asosiasi
Guru memberi gambaran tentang masalah yang terjadi dan
kemudian menghubungkannya dengan materi pembahasan.
5) Komunikasi
Guru mengajak siswa untuk mengkomunikasikan hasil
temuan diluar
c. Kegiatan Akhir
1) Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dibahas pada pertemuan tersebut.
2) Guru memberi tugas siswa dari buku Pendidikan Agama Islam
hal. 45-52
3) Doa dan salam
Pada keluarga pelaksana homeschooling, proses belajar mengajar
berjalan dua arah (timbal balik) dan didominasi oleh keaktifan anak
dalam menemukan apa yang telah dirumuskan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat dan disepakati bersama. Metode
tanya jawab atau diskusi yang diterapkan oleh orang tua turut membuat
anak lebih tertantang untuk menggali lebih dalam materi yang ingin
diketahuinya. Diakhir pelajaran, kegiatan ditutup dengan praktek
69
berwudhu secara langsung guna mengukur pemahaman anak dalam
bersuci (berwudhu). Orang tua mengamati dan memperbaiki cara
berwudhu anak apabila kurang sempurna.
Berbeda dengan apa yang terjadi disekolah formal. Kegiatan
cenderung berjalan satu arah dimana guru mendominasi proses
pembelajaran dari awal hingga akhir. Dalam penyampaian materi, guru
menggunakan metode ceramah dari awal hingga berakhirnya alokasi
waktu yang ditentukan. Hal ini membuat banyak siswa mengalami
kejenuhan dan bosan saat belajar Pendidikan Agama Islam. Tidak ada
praktek setelah berakhirnya materi karena alokasi waktu yang terbatas.
Kegiatan pembelajaran disini jauh dari pengertian sebuah hubungan
timbal balik antara guru dan siswa.
.
4. Sumber Belajar
Adapun sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi
Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Pendidik (pengajar)
Orang tua atau anggota keluarga yang lain merupakan sumber
informasi sebagai pendidik (pengajar). Namun tidak tertutup
kemungkinan orang tua meminta pihak homeschooling untuk
menyediakan tenaga khusus untuk materi tertentu. Sedangkan dalam
sekolah formal, yang menjadi pendidik adalah guru bidang studi yang
ditentukan pihak sekolah.
b. Alat dan bahan pengajaran
Alat dan bahan pengajaran pada homeschooling dengan jenis tunggal
sifatnya sederhana seperti papan tulis dan perkakas lainnya. Bahan
yang digunakan seperti Al-Qur’an, laptop, handphone dan ebook
digital serta media internet yang ada dan disesuaikan dengan kondisi
keluarga yang mengadakan homeschooling. Namun disekolah formal
alat yang digunakan adalah papan tulis dan perkakas lain namun
bahan yang digunakan terbatas pada buku pelajaran yang disediakan
70
sekolah. Beberapa sekolah formal tidak memfasilitasi peserta didik
untuk menggunakan internet karena beberapa pertimbangan seperti
konten dewasa, game dan sebagainya.22
c. Lingkungan
Lingkungan juga termasuk dalam sumber belajar. Pada meteri
tertentu, orang tua dapat meminta anaknya untuk mencari jawaban
dari media internet bahkan berdiskusi dengan teman – temannya di
jejaring sosial yang ada. Selain itu, anak bisa belajar di ruang
perpustakaan yang disediakan pihak homeschooling. Jelas dalam hal
ini homeschooling lebih memberi ruang sebebas – bebasnya bagi anak
untuk menentukan sumber belajar, mulai dari siapa yang mengajarnya
untuk bab atau mata pelajaran tertentu, hingga menentukan alat dan
bahan dalam pembelajarannya sendiri. Berbeda dengan sekolah
formal dimana siswa dibatasi dalam menemukan sumber belajar.
5. Materi Belajar
Materi belajar Pendidikan Agama Islam untuk tingkat Sekolah
Menengah Pertama mencakup didalamnya aqidah, akhlak, ibadah dan
sejarah Islam. Secara umum, materi belajar yang dilaksanakan dalam
homeschooling tunggal dimana orang tua menjadi tutor atau pengajar
harus mengikuti kurikulum (nasional) yang berlaku. Hal ini bertujuan
agar anak memiliki kemampuan dan pemahaman yang sama terhadap
peserta didik dari sekolah formal yang ada.
Selain itu, meteri belajar khusus juga diterapkan. Hal ini di adaptasi
dari islamic curriculum dan life skill curriculum yang disediakan oleh
pihak penyelenggara homeschooling. Islamic curriculum adalah
kurikulum berbasis Islam untuk menunjang sikap keberagamaan anak.
Life skill curriculum adalah kurikulum yang bertujuan menunjang
kemampuan anak untuk dapat bersaing melalui kemampuan dan keahlian
22
Hasil wawancara dengan orang tua penyelenggara homeschooling pada hari Kamis
tanggal 23 Januari 2014.
71
yang ia senangi. Kedua kurikulum diatas bertujuan untuk menyiapkan
anak yang berkompeten dengan sekolah formal yang ada.23
Dalam sekolah formal, materi belajar hanya berpusat pada
kurikulum pendidikan agama Islam yang disediakan pemerintah pusat
yang mencakup didalamnya aqidah, akhlak, ibadah dan sejarah Islam.
Tidak ada materi belajar tambahan khusus mengingat keterbatasan alokasi
waktu pembelajaran disekolah.
6. Metode Pembelajaran
Metode merupakan cara penyampaian materi yang dilakukan orang
tua. Pemilihan metode harus memperhatikan anak yang akan belajar.
Metode pembelajaran harus menyenangkan, menarik dan bahkan
membuat anak tertantang untuk lebih aktif dari orang tuanya.
Beberapa metode yang umum diterapkan orang tua dalam
mengajarkan materi Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode dimana penyampaian materi
dilakukan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Biasanya
metode ini hanya berjalan satu arah saja. Namun dalam pelaksanaan di
homeschooling, orang tua tidak menguasai pembelajaran secara satu
arah. Anak turut dilibatkan menyampaikan informasi dan materi
layaknya sebagai seorang pendidik.
b. Metode diskusi
Metode diskusi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mencari dan menganalisis materi yang dipelajari. Karena jenis
homeschooling ini adalah tunggal dan berada dirumah, anak dapat
mendiskusikan hasil temuannya pada teman – teman yang ada pada
jejaring sosial atau komunitas online yang ada. Selain dapat
bersosialisasi, anak akan terbuka wawasannya atas argumen yang
23
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
72
diberikan respondennya. Tentunya hasil temuan itu harus di analisis
kembali dan menjadi jawaban yang padu.
c. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan metode dua arah untuk merangsang
peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Dalam hal ini, orang tua lebih banyak menerima pertanyaan
dari anak. Hal ini bertujuan agar anak tertantang untuk menggali apa
saja yang ingin ia ketahui dari orang tuanya. Setelah mendapat
penjelasan, si anak diharuskan membuat kesimpulan.
d. Drill
Metode drill diterapkan untuk materi pelajaran Al-Qur’an. Pada
materi ini, orang tua atau tutor membaca beberapa potongan ayat dan
kemudian anak menyimak serta mengikuti apa yang didengar. Tujuan
dari metode ini adalah agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar.
e. Information Searching
Metode information searching merupakan metode dimana anak harus
mencari dan menemukan ide atau pokok materi yang akan dipelajari
untuk ditarik kesimpulannya, bisa dari artikel dari internet ataupun
buku – buku yang ada. Orang tua memberi kebebasan pada anak
untuk mencari informasi yang dibutuhkan anak, tentunya fokus
pencarian tertuju pada tujuan materi pembelajaran saat itu.
Berbeda dengan apa yang terjadi disekolah formal. Guru lebih
banyak menggunakan metode pembelajaran dalam bentuk ceramah. Tidak
tepatnya penggunaan metode belajar dan cenderung monoton membuat
gairah dan minat siswa yang belajar Pendidikan Agama Islam semakin
berkurang. Beberapa alasan penggunaan metode ceramah oleh guru di
sekolah formal diantaranya:
a. Kurangnya pemahaman dan wawasan guru tentang metode
pembelajaran akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan.
73
b. Alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah untuk bidang studi
pendidikan Agama yang tidak sebanding dengan jumlah siswa yang
dihadapi.
7. Media Pembelajaran
Setelah melakukan penelitian di lapangan, banyak media
pembelajaran yang bisa dijadikan alternative dan dimanfaatkan oleh
pelaksana homeschooling. Pemilihan media pembelajaran turut
didiskusikan pada anak dan penetapannya berada di tangan orang tua
dengan pertimbangan:
a. Ada atau tidaknya media pembelajaran yang dimaksudkan anak
b. Efektif atau tidaknya media pembelajaran yang dipilih anak.
c. Mampu atau tidaknya orang tua atau keluarga mengoperasikannya.
Untuk materi thaharah, selain buku bidang studi Pendidikan
Agama Islam, orang tua menggunakan gambar atau poster tentang
berwudhu, laptop untuk memvisualisasikan pada anak tentang tata cara
thaharah melalui video/film, guna mempermudah tugas tutor dan
menghadirkan suasana menyenangkan bagi anak.
Umumnya disekolah formal yang ada, rata – rata media
pembelajaran hanya terfokus pada buku pelajaran dan alat tulis saja. Hal
ini akan berdampak pada antusias dan suasana menyenangkan yang sukar
didapatkan oleh peserta didik dalam proses belajar, ditengah
berkembangnya teknologi dan informasi di Indonesia yang turut dirasakan
anak dalam kesehariannya.
8. Evaluasi dan Penilaian
Evaluasi dan penilaian menjadi tolak ukur terhadap hasil
pembelajaran seorang anak dan seberapa efektif metode serta media
pembelajaran yang mereka pilih. Setiap bab pembahasan, orang tua harus
mengadakan evaluasi sebelum masuk kedalam pembahasan materi baru.
Hal ini bertujuan agar anak tidak mengalami kendala saat masuk pada
74
materi pembahasan baru, karena banyak bab yang saling berhubungan
satu sama lain.
Untuk evaluasi bidang kognitif, dilaksanakan ujian tertulis. Adapun
soal yang dapat diberikan keluarga pelaksana homeschooling kepada
peserta didik berasal dari:
a. Soal – soal yang dibuat oleh pihak homeschooling24
b. Soal – soal yang dibuat langsung oleh orang tua ataupun keluarga.
Soal evaluasi dibuat dalam bentuk quiz dan di unggah ke sebuah
aplikasi bernama edmodo oleh orang tua atau keluarga. Aplikasi yang
bisa di unduh dari Google PlayStore ini memuat berbagai jenis
evaluasi, mulai dari pilihan ganda, benar-salah (true-false),
mencocokkan dan sebagainya. Evaluasi ini memiliki batas waktu dan
jumlah soal yang dapat ditentukan sendiri oleh orang tua. Setiap
pertanyaan yang dibuat, harus ditentukan pula jawabannya. Jawaban
tersebut tidak akan diketahui oleh peserta didik hingga berakhir
evaluasi tersebut. Melalui aplikasi ini, anak dapat mengetahui secara
langsung hasil dari evaluasi yang dikerjakannya.
Gambar 1.
Tampilan Edmodo saat pembuatan soal oleh orang tua
24
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
75
Untuk pelaksanaan ujian semester, penilaian dilakukan oleh pihak
penyelenggara homeschooling. Diberikan dua alternative kepada anak,
yaitu:
a. Peserta didik datang ke homeschooling untuk ikut serta dalam
pelaksanaan ujian sesuai waktu dan tempat yang telah di tentukan
pihak homeschooling.
b. Peserta didik melaksanakan ujian secara online dirumah dengan
membuka website yang telah ditentukan dan dikerjakan secara
individual tanpa melibatkan orang tua ataupun keluarga. Salah
seorang utusan pihak homeschooling akan datang sebagai pengawas
ujian. Ujian dengan sistem ini memiliki alokasi waktu yang akan
berakhir dengan sendirinya apabila waktu ujian telah selesai.
Setelah melaksanakan tes, penilaian untuk evaluasi harian
dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga secara obyektif.
Sedangkan untuk evaluasi tiap semester, penilaian dilakukan oleh pihak
homeschooling dan hasilnya akan diberitahukan kepada keluarga
pelaksana homeschooling.
Ditegaskan oleh pihak homeschooling, nilai dalam bentuk angka
ataupun huruf bukan patokan keberhasian. Suatu pembelajaran dikatakan
berhasil apabila siswa mampu menerapkan apa yang sudah dipelajarinya
dengan baik dan konsisten untuk terus melaksanakannya setiap waktu
sebagai implementasi pendidikan sebagai pendidikan yang dilakukan
secara terus menerus dan bekelanjutan.25
Untuk mengukur afektif (kemampuan) siswa, orang tua atau
keluarga mengadakan ujian praktek setelah materi pembelajaran berakhir.
Untuk bidang studi thaharah, diujikan praktek tentang berwudhu dan
tayyamum. Adapun contoh penilaiannya adalah:
25
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
76
Nama : Azmi D. Putra
Kelas/Smtr : VII/Genap
Praktek : Berwudhu
No Rukun Wudhu Penilaian
Catatan SB B C
1 Niat
2 Membasuh muka
3 Membasuh tangan hingga siku
4 Mengusap kepala
5 Membasuh kaki hingga mata kaki
6 Tertib
Rentang nilai :
SB : 81 – 100 B : 71 – 80 C : <70
Tangerang, 20 februari 2014
Siti Chairunnisa
Gambar 2.
Lembar penilaian kemampuan
Dan untuk mengetahui keberhasilan dari segi psikomotor (sikap),
orang tua atau keluarga melakukan pengamatan secara tidak langsung
agar anak tidak merasa diperhatikan dalam penilaian. Tujuannya agar
benar – benar terlihat perubahan sikap setelah pembelajaran Pendidikan
Agama Islam secara nyata.
Dalam sekolah formal, keterbatasan alokasi waktu pada sekolah
formal yang hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu untuk bidang
studi Pendidikan Agama Islam turut membuat penilaian dilakukan secara
berkala (satu penilaian untuk dua atau tiga bab pembahasan) atau yang
disebut ulangan harian yang dibuktikan dalam bentuk angka atau huruf.
Tugas dalam bentuk latihan biasanya hanya diterima siswa apabila guru
yang bersangkutan tidak hadir atau berhalangan. Hal ini tentu tidak
memberi gambaran maksimal dalam mengukur keberhasilan
pembelajaran peserta didik. Tidak ada kontrol terhadap evaluasi afektif
dan psikomotor peserta didik setelah berakhirnya pembelajaran. Tidak ada
77
kontrol terhadap penilaian afektif dan psikomotor mengakibatkan evaluasi
tidak berjalan dengan baik dan jauh dari harapan sistem pendidikan
nasional itu sendiri.
9. Tindak Lanjut
Hasil dari evaluasi dan penilaian diatas menjadi tindak lanjut yang
harus dilakukan pihak keluarga dengan pelaksana homeschooling menuju
pembelajaran yang lebih baik lagi. Tindak lanjut disini dapat berupa:
a. Remedial dan pembinaan, dimana peserta didik yang tidak mampu
memenuhi standar kelulusan baik dari segi kognitif dan afektif,
diadakan evaluasi ulang. Dan apabila tidak terjadi perubahan sikap
selama pengamatan, dilakukan pembinaan oleh orang tua dan
keluarga.
b. Evaluasi tutor atau pengajar, dimana akan ada diskusi siapa yang akan
mengambil alih pengajaran apabila ditemukan kendala atau hasil yang
tidak maksimal. Bisa saja peran orang tua sebagai tutor dalam hal ini
berubah dan diambil alih oleh tutor yang disediakan pihak
homeschooling. Hal ini berlaku sebaliknya.
c. Evaluasi metode dan media pembelajaran, dimana orang tua dan anak
berhak mengganti metode dan media pembelajaran. Hal ini harus di
diskusikan oleh orang tua dan anak.
d. Evaluasi jenis homeschooling, dimana setelah evaluasi melalui
pengamatan yang dilakukan oleh orang tua dan pihak homeschooling,
seorang anak yang menggunakan jenis homeschooling tunggal bisa
dipindahkan ke jenis homeschooling lain seperti homeschooling
majemuk dan homeschooling komunitas apabila ditemukan masalah
seperti lingkungan keluarga yang tidak menunjang pembelajaran dan
sebagainya. Hal ini dilakukan semata – mata demi kemajuan sang
anak.
78
Untuk evaluasi atau penilaian harian, tindak lanjut dilakukan oleh
orang tua atau keluarga pelaksana homeschooling. Setelah melaksanakan
evaluasi dan penilaian pada setiap pokok bahasan, tindak lanjut yang
dilakukan pihak keluarga disesuaikan dengan kondisi peserta didik, seperti
remedial test apabila hasil pembelajaran peserta didik tidak memenuhi
standar kelulusan dan mengganti metode atau media pembelajaran apabila
terdapat kendala selama pembelajaran berlangsung.
Pada sekolah formal, tindak lanjut hanya dilakukan pada peserta
didik dengan melakukan remedial test apabila tidak memenuhi standar
kelulusan pada bidang kognitif. Tidak ada tindak lanjut untuk guru bidang
studi Pendidikan Agama Islam, baik dari segi media ataupun metode
pembelajaran.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh
keluarga yang memilih jenis homeschooling tunggal dari Kamyabi
Homeschool berbeda dengan sekolah formal. Dalam prosesnya, orang tua dan
keluarga terlibat langsung saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal
ini berbeda dengan sekolah formal dimana orang tua atau keluarga tidak
terlibat langsung dalam proses pembelajaran peserta didik.
Keberadaan homeschooling memberi ruang pada anak untuk ikut
merancang pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan agar tidak ada
hambatan dalam proses pembelajaran, mulai dari menentukan metode dan
media pembelajaran, tutor/pengajar pada setiap bidang studi hingga jenis tes
evaluasi dan penilaian. Sifat demokratis dalam menyusun proses
pembelajaran inilah yang sukar ditemui disekolah formal.
Tidak ada perbedaan antara materi ajar Pendidikan Agama Islam di
homeschooling dengan sekolah formal, karena keduanya sama – sama
mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Kependidikan. Bahkan, di
homeschooling, untuk pendidikan Agama Islam, dimuat beberapa bidang
studi penunjang seperti bahasa Arab dan sebagainya.
Keberhasilan pembelajaran di homeschooling ditentukan oleh sikap
dan tanggung jawab orang tua dalam menjalankan tugasnya sebagai
pelaksana kegiatan homeschooling dengan jenis tunggal. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan tersebut, perlu diadakan evaluasi baik secara tertulis
maupun pengamatan yang dilakukan secara berkala.
Hasil evaluasi menjadi tindak lanjut dan bahan diskusi antara pihak
keluarga pelaksana dengan Kamyabi Homeschool, seperti apakah terdapat
kesesuaian antara tutor/pengajar dengan bidang studi yang diajarkan, metode
dan media pembelajaran, bahkan menjadi pertimbangan apakah peserta didik
cocok dengan jenis homeschooling yang dipilih keluarga.
80
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan:
1. Untuk penyelenggara, Kamyabi Homeschool.
Lebih meningkatkan layanan informasi yang jelas dan lengkap mengenai
homeschooling yang didirikan, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta
terus berupaya memperbaiki segala kekurangan dalam penyelanggaraan
Kamyabi Homeschool untuk pendidikan alternative yang lebih baik lagi.
2. Untuk keluarga pelaksana Homeschooling
Anak terus dilibatkan secara aktif dalam setiap pembelajaran kedepannya.
Memilih guru/tutor yang benar – benar mampu dan kompeten di
bidangnya, metode dan media yang mudah dan menyenangkan guna
mendapatkan hasil yang maksimal bagi pembelajaran anak.
3. Untuk tamatan/alumni mahasiswa Pendidikan Agama Islam
Moral dan akhlak bangsa merupakan bagian dari tanggung jawab
tamatan/alumni jurusan Pendidikan Agama Islam. Adalah kewajiban kita
bersama untuk berpartisipasi dan bahkan ikut menyelenggarakan
pendidikan alternatif seperti homeschooling agar pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menjadi lebih menyenangkan dan tidak kalah
saing dengan bidang studi lainnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta : Departemen Agama RI, 2003.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993.
Daradjad, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi aksara, 2004.
Daradjad, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi
Aksara, 1995
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. Ponorogo: STAIN Press. 2006
Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009.
Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.
Ibrahim, R dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineke Cipta,
2003.
Kho, Loy. Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling. (Yogyakarta:
Kansius, 2008.
Komariah, Yayah. Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative. Jakarta:
Sakura Publishing, 2007.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2003.
Mujib, Abdul dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan
Kerangka Dasar Operasionalusasi. Bandung; Tri Genda Karya, 1993.
Munadi, Yudi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung
Persada Press, 2008.
Rachman, Arief. Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2007.
Robert. A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga, 2005.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta : Quantum
teaching, 2005.
Sabri. M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta, 2006.
82
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group, 2007.
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi
Aksara, 1991.
Soebahar, Abdul Halim. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,
2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung:
Alfabeta, 2011.
Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara
Belajar. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008.
Yunus, Muhammad. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta : PT. Hidakarya
Agung, 1992.
DAFTAR REFERENSI
Nama : DRIFAL
NIM : 1110011000030
Judul Skripsi : SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA KAMYABI HOMESCHOOL
TANGERANG. (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI
di Homeschooling dengan Sekolah Formal)
No Bab Nomor
Footnote Referensi Paraf
1. I 1 Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan.
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005),
hal. 4
2 Muhammad Mulyadi. Homeschooling
Sebagai Pendidikan Alternatif.
http://www.google.com/artikel/homeschoo
ling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis
pada 12 Januari, 2005. Diakses pada
tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB)
3 Undang – Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). (Bandung: Citra
Umbara, 2003), hal. 6
4 Muhammad Mulyadi. Homeschooling
Sebagai Pendidikan Alternatif.
http://www.google.com/artikel/homeschoo
ling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis
pada 12 Januari, 2005. Diakses pada
tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB
5 Pormadi Simbolon. Homeschooling:
Sebuah Pendidikan Alternatif.
http://www.google.com/artikel/homeschoo
ling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis
pada 12 Nopember, 2007. Diakses 25 Juni
2013, pukul 19.30 WIB)
6 Sumardiono. Homeschooling. (Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.2007), hal. 57
7 Robert. A. Baron dan Donn Byrne.
Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005),
hal. 6
8 Anwar Arifin. Memahami Paradigma
Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-Undang Sisdiknas, (Jakarta :
Departemen Agama RI, 2003), hal. 4
9 Arief Rachman. Homeschooling : Rumah
Kelasku, Dunia Sekolahku. (Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2007), hal. 7
10 MGMP PAI.
http://paismpn1lembang.blogspot.com
(diakses pada tanggal 14 Februari 2014,
pukul 08.00 WIB)
11 MGMP PAI.
http://paismpn1lembang.blogspot.com
(diakses pada tanggal 14 Februari 2014,
pukul 08.40 WIB)
12 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim
Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014.
2. II 1 Muhaimin. Wacana Pengembangan
Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), hal. 82
2 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal.
231
3 M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan.
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal.
56
4 M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan.
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal.
10
5 Abdul Halim Soebahar. Wawasan Baru
Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia,
2002), hal. 1
6 Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam.
(Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 10
7 Mahmud Yunus. Metodik Khusus
Pendidikan Agama. (Jakarta : PT.
Hidakarya Agung, 1992), hal. 13
8 Zakiah Daradjad. Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1995), hal. 172
9 Abdul Mujib dan Muhaimin. Pemikiran
Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan
Kerangka Dasar Operasionalusasi.
(Bandung; Tri Genda Karya, 1993), hal.
161
10 http://sitikhadijahibrahim.blogspot.com/20
13/08/tujuan-dan-ruang-lingkup-
pendidikan_12.html. (Diakses pada tanggal
8 Januari 2014, pukul 18.15 WIB.
11 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 132-133
12 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 133 – 136
13 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 137-138
14 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 139
15 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta: Prenada Media, 2007), hal. 126
16 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna
Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta,
2006), cet. Ke-IV, hal. 222
17 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna
Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta,
2006), cet. Ke-IV, hal. 201
18 Pormadi Simbolon. Homeschooling:
Sebuah Pendidikan Alternatif.
http://www.google.com/artikel/homeschoo
ling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis
pada 12 Nopember, 2007. Diakses 30 Juni
2013, pukul 19.30 WIB)
19 Ahsin AW. Cara Efektif Mengelola
Homeschooling. (Jurnal Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang), diakses
pada 10 Oktober 2013, pukul 13.10 WIB.
20 Yayah Komariah. Homeschooling: Trend
Baru Sekolah Alternative. (Jakarta: Sakura
Publishing, 2007), hal. 6
21 Direktorat Jendral Pendidikan Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga. Undang –
Undang Republik Indonesia. (Jakarta,
1992), hal. 61
22 Loy Kho. Secangkir Kopi: Obrolan
Seputar Homeschooling. (Yogyakarta:
Kansius, 2008), hal. 243-244.
23 Direktorat Pend. Kesetaraan. (Komunitas
Homeschooling Sebagai Pendidikan
Kesetaraan, Jakarta, 2006), hal. 12
24 Sumardiono. Homeschooling : A Leap For
Better Leraning; Lompatan Cara Belajar.
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,
2007), hal 62-66
25 Sumardiono. Homeschooling : A Leap For
Better Leraning; Lompatan Cara Belajar.
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,
2007), hal 62
3. III 1 Sugiyono. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 13
2 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian.
(Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993), cet ke-
9, hal. 102
3 Sugiyono. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 316
4 Sugiyono. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 326
5 Sugiyono. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 333
4. IV 1 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim
Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014.
2 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim
Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014.
3 http://www.kamyabihomeschool.com/visi-
dan-misi.html (Diakses pada tanggal 6
Januari 2014, pukul 22.15 WIB)
4 Data dari arsip Kamyabi Homeschooling
bagian administrasi
5 http://okemat.blogspot.com/2012/kumpula
n-permendiknas-undang-undang-dan.html
(Diakses pada tanggal 20 Maret 2014,
pukul 09.00 WIB)
6 Yudi Munadi. Media Pembelajaran
Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2008), hal. 65
7 M. Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009), hal. 166-
167
8 Yudi Munadi. Media Pembelajaran
Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2008), hal. 68
9 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan
Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet.
Ke-V, hal. 86
10 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan
Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet.
Ke-V, hal. 32
11 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan
Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet.
Ke-V, hal. 33
12 http://penelitiantindakankelas.blogspot.co
m/2013/11/standar-proses-pembelajaran-
kurikulum.html. (Diakses pada tanggal 8
Januari 2014, pukul 04.34 WIB)
13 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.
(Jakarta: Kencana Media Prenada Group,
2008), hal. 173
14 R. Ibrahim dan Nana Syaodih.
Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineke
Cipta, 2003), hal. 102
15 Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam
Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hal. 147
16 Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam
Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hal. 148
17 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar
Micro Teaching. (Jakarta : Quantum
teaching, 2005), hal. 52-53
18 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.
(Jakarta: Kencana Media Prenada Group,
2008), hal. 171
19 Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar
Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), hal. 3
20 Fuadi A. Sistem Pengembangan Evaluasi.
(Ponorogo: STAIN Press. 2006), hal. 213
21 Hasil wawancara dengan orang tua
penyelenggara homeschooling pada hari
Kamis tanggal 23 Januari 2014
22 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim
Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
23 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim
Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
24 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim
Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling
pada tanggal 5 Januari 2014
Diketahui,
Dosen Pembimbing
Dr. Dimyati, M.Ag
NIP. 19640704 199303 1 003
BERITA WAWANCARA 1
Nama : H. Abdul Halim Said
Jabatan : Founder (Pendiri Kamyabi Homeschooling)
Hari/Tanggal : Minggu / 5 Januari 2014
Tempat : Masjid Darul Ishlah (Student Center)
1. Pertanyaan : Apa maksud atau makna dari Kamyabi itu?
Jawaban : Kata Kamyabi berasal dari bahasa urdu. Jika
diterjemahkan ke bahasa Arab berarti An-Najah
sedangkan dalam bahasa Inggris berarti success. Jadi arti
Kamyabi dalam bahasa Indonesia adalah Sukses.
Maksudnya adalah sukses dalam menjalankan
pendidikan, terutama pendidikan Agama Islam dan
umum lainnya.
2. Pertanyaan : Sudah berapa lama Kamyabi Homeschooling ini berdiri?
Jawaban : Lebih kurang 8 (delapan tahun). Berdiri pada 31 Oktober
2005
3. Pertanyaan : Siapa pencetus dan pendiri Kamyabi Homeschooling ini?
Jawaban : Saya sendiri (H. Abdul Halim Said) dan istri
4. Pertanyaan : Apa alasan anda mendirikan Homeschooling ini?
Jawaban : 1. Keprihatinan terhadap sikap siswa dalam merayakan
kelulusan mereka dengan mencoret pakaian sebagai
bentuk ungkapan senang. Hal ini yang membuat
Pendidikan Agama Islam pada siswa hancur setelah
dibangun selama 3 (tiga) tahun lamanya.
2. Moral siswa yang semakin hari semakin merosot
karena tidak ada pengawasan dari orang tua atau
orang tua merasa lepas tangan dalam pendidikan
formal yang dilakukan anaknya.
3. Pendidikan Agama Islam mulai terpinggirkan dengan
bertambahnya alokasi waktu pendidikan umum
lainnya.
4. Sistem hukuman yang diberikan lembaga pendidikan
formal cenderung disama-ratakan tanpa memahami
alasan yang terjadi pada si anak. Contohnya hukuman
skorsing pada anak yang rumahnya jauh dan jalanan
yang macet (jarak sekolah yang jauh) dengan
skorsing pada anak yang rumahnya dekat dan bangun
kesiangan.
5. Bakat dan minat serta pola belajar anak yang
berbeda. Hal ini tidak dapat mereka kembangkan di
sekolah formal yang menganggap sama semua siswa.
6. Setelah menggali literatur Islam dalam pendidikan,
ternyata nabi Muhammad telah menerapkan sistem
pendidikan yang serupa dengan homeschooling.
7. Kembali mengajak orang tua atau keluarga untuk ikut
berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam
pendidikan anak atau anggota keluarganya. Seperti
yang banyak kita ketahui, orang tua atau keluarga
adalah pendidik pertama dalam kehidupan anak atau
anggota keluarga lainnya.
Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan
formal diatas, dapat diselesaikan dengan mewujudkan
alternatif pendidikan yang disebut homeschooling.
Dalam pendidikan ini, anak merasa bebas dan berhak
menentukan pendidikan yang menyenangkan
baginya. Mulai dari pemilihan lokasi belajar, waktu
(alokasi) belajar, metode hingga proses belajar
mengajar, termasuk memilih guru yang ia senangi
untuk semua mata pelajaran, terutama pada bidang
studi Pendidikan Agama Islam. Bila homeschooling
dilaksanakan dengan serius, maka kurikulum 2013
dan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik
8.
5. Pertanyaan : Hambatan apa saja yang anda alami saat mendirikan
homeschooling ini?
Jawaban : Hambatan yang saya alami hanya terbatas pada beberapa
orang yang belum memahami homeschooling itu sendiri.
Selain itu masih kurangnya promosi tentang
homeschooling ini. Namun semuanya masih bisa diatasi
dengan baik.
6. Pertanyaan : Apa keunggulan yang ada di homeschooling ini?
Jawaban : 1. Anak berhak dan bebas menentukan metode dan cara
belajar yang dianggapnya menyenangkan tanpa
mengurangi esensi dari materi yang di ajarkan
nantinya.
2. Anak bebas mempelajari dan mendalami apa yang ia
inginkan sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya. Nantinya mereka akan dikelompokkan
pula pada komunitas yang sama dengan minta dan
bakat mereka sehingga tidak ada kesan jenuh dalam
lingkungan belajar mereka. Tidak lupa pendidik
menanamkan nilai – nilai Agama Islam dalam setiap
pembelajaran, baik itu matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, dan sebagainya.
3. Memberi kebebasan anak untuk menentukan belajar
dimana dan dengan siapa mereka belajar. Hal inilah
yang membuat siswa merasa dihargai dalam
menentukan pendidikan.
4. Memberikan waktu luang yang lebih banyak bagi
siswa. Banyak pendiri homeschooling yang tidak
mengerti dengan lembaga pendidikan yang mereka
dirikan. Menentukan alokasi waktu sendiri, tempat
belajar sendiri, dan tutor sendiri tanpa melibatkan
siswa yang akan ber-homeschooling disana. Hal ini
tidak ubahnya dengan pendidikan formal lainnya.
7. Pertanyaan : Jenis homeschooling apa saja yang ada pada lembaga ini?
Jawaban : Ada tiga jenis homeschooling yaitu:
1. Homeschooling tunggal
Disini anak akan belajar dirumah dengan orang tua
atau anggota keluarga lainnya. Dengan hadirnya
berbagai peralatan multimedia dan internet yang tidak
terbendung sekarang ini maka cara belajar anak pun
menjadi mudah, karena semua materi pelajaran dan
tugas dapat dibuka di smartphone, tablet, ipad
maupun laptop yang tersambung dengan internet.
Bahkan tidak tertutup kemungkinan anak-anak dapat
bekerja secara mandiri atau berkelompok di desktop
atau peralatan multimedia lainnya.
2. Homeschooling tutor visiting
Pihak kami (homeschooling) mengirimkan tutor
untuk melakukan proses belajar mengajar bersama
anak.
3. Student Visit
Murid dapat berkunjung ke kelas sekolah di Kamyabi
Homeschool untuk melaksanakan proses belajar
mengajar
4. Komunitas
Murid dapat membentuk komunitas berdasarkan
materi pelajaran, peringkat kelas, kerja sebuah
proyek, dan sebagainya.
8. Pertanyaan : Dari jenis homeschooling yang ada, manakah yang paling
banyak diminati masyarakat?
Jawaban : Dari awal berdiri hingga sekarang (tahun 2014),
homeschooling tungggal lebih banyak diminati oleh
orang tua dan anaknya. Alokasi waktu yang fleksibel,
metode yang disepakati dan sistem pengajaran membuat
anak mereka merasa nyaman. Media yang ada serta
jadwal bertemu (untuk materi khusus) membuat mereka
juga dapat bertemu dengan teman – teman dan
beraktivitas serta berinteraksi sosial dengan positif.
Bahkan ada salah satu murid kami yang bernama
Shafiyah yang sekarang menetap di Bahrain. Orang
tuanya menginginkan ijazah pendidikan Indonesia karena
nantinya mereka akan kembali menetap di Indonesia.
9. Pertanyaan : Apakah ada pelajaran Pendidikan Agama disini?
Jawaban : Ya. Akar dari merosotnya moral anak bangsa adalah
pendidikan Agama di ajarkan setengah – setengah tanpa
ada implementasi dan evaluasi. Akhir – akhir ini,
Pendidikan agama hanya sekedar teori layaknya pelajaran
umum lainnya. Kami selalu mengajarkan pendidikan
Agama Islam secara khusus dan tetap memasukkan nilai
– nilai ajaran agama Islam pada saat anak belajar materi
bidang studi lainnya.
10. Pertanyaan : Berapa kali materi Pendidikan Agama Islam diajarkan?
Jawaban : Setiap jenis homeschooling yang ada memiliki waktu
yang berbeda untuk belajar agama Islam. Untuk materi
khusus (praktek) Agama Islam, kita mengalokasikan tiga
hari untuk mereka pilih salah satunya yaitu selasa, kamis,
dan sabtu mulai pukul 15.30 sampai selesai.
11. Pertanyan : Apakah ada materi lain untuk menunjang pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
Jawaban : Ada. Beberapa diantaranya seperti program pesantren
kilat, hafalan Qur’an, hadits, deeniyah, nahwu, sharaf,
dan sebagainya. Program ini tentunya ditentukan dengan
jenjang atau tingkat pendidikan mereka.
12. Pertanyaan : Bagaimana dengan kurikulum yang ada di
homeschooling ini?
Jawaban : Kurikulum mengikuti kurikulum yang ada di Indonesia
dengan tetap mengutamakan nilai – nilai agama di
dalamnya.
13 Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di homeschooling dimana orang tua atau keluarga
sebagai pelaksana atau tutor?
Jawaban : Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling yang dilakukan oleh keluarga hampir
sama dengan sekolah formal yang ada. Mereka (keluarga)
harus membuat RPP sebegai bentuk kesiapan dalam
memulai pembelajaran. Setiap alokasi waktu (jadwal
pembelajaran) disesuaikan dengan keadaan anak dan
karakteristik mereka. Keluarga tentu mengetahui mana
yang terbaik untuk anggota keluarganya. Pemilihan
pemateri/tutor juga diserahkan sepenuhnya kepada
keluarga. Bisa saja semua pelajaran di ambil alih oleh
anggota keluarga (bila memiliki kesanggupan) atau
melibatkan pihak luar (guru privat) mengajarkan
anaknya. Untuk proses kegiatan pembelajaran sendiri,
siswa lebih dituntut untuk berperan aktif daripada orang
tua yang hanya pemberi umpan (rangsangan). Hal ini
bertujuan agar keberhasilan pembelajaran tidak hanya
diukur dari nilai saja akan tetapi juga meliputi penerapan
(praktik) menyeluruh dan berkelanjutan dari pembelajan
yang telah dilaksanakan. Itulah yang menjadi tolak ukur
keberhasilan sebuah pembelajaran (penerapan).
BERITA WAWANCARA 2
Nama : Siti Chairunnisa
Jabatan : Orang Tua Pelaksana Homeschooling
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Januari 2014
Tempat : Rumah Pribadi
1. Pertanyaan : Apa alasan anda memilih homeschooling untuk anak?
Jawaban : Alasan utama saya memilih homeschooling sebagai
tempat pendidikan anak adalah karena orang tua yang
tugasnya sebagai pendidik utama terhadap anak -
anaknya. Saya ingin ikut berpartisipasi dan menikmati
secara langsung dalam pendidikan anak, memastikan
anak tumbuh secara normal, sehat jasmaninya, rohani,
intelektual, dan mental.
2. Pertanyaan : Adakah alasan lain?
Jawaban : Mungkin hampir sama dengan alasan para orang tua yang
menyelenggarakan homeschooling untuk anaknya.
Pergaulan disekolah yang saya lihat semakin
mengkhawatirkan seperti tawuran, obat – obat terlarang
bahkan asusila membuat saya cemas dengan kembang-
tumbuh anak. Alasan lain, saya memahami betul
karakteristik belajar anak yang sukar ditemukan disekolah
formal, seperti senang belajar dalam keadaaan santai
sambil mendengarkan musik. Lokasi sekolah formal yang
jauh dari rumah juga turut menjadi pertimbangan. Saya
juga tidak ingin anak terjebak pada paradigma bahwa
belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan ijazah
3. Pertanyaan : Siapa yang menjadi pemateri/tutor dalam
homeschooling?
Jawaban : Semua anggota keluarga yang dirasa mampu. Setiap
bidang studi dipegang oleh salah satu anggota keluarga
kecuali IPA yang kami mendatangkan guru dari luar.
4. Pertanyaan : Siapa yang menjadi pemateri/tutor untuk pelajaran
Pendidikan Agama Islam?
Jawaban : Tetap anggota keluarga. Lebih dominan adalah saya
sebagai ibunya. Tapi untuk beberapa bab tertentu,
pemateri adalah ayahnya atau kakak.
5. Pertanyaan : Bagaimana dengan penyusunan RPP?
Jawaban : RPP sedikit-banyak kami ambil dari RPP yang sudah ada
di internet dengan melakukan perubahan didalamnya.
Perubahan itu dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi
anak serta pemateri/tutor. Karena yang belajar adalah
anak, saya melibatkan mereka dalam perubahan dan
penyusunan RPP.
6. Pertanyaan : Kapan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
Jawab : Pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai setelah sholat
Maghrib, sekitar 75 Menit untuk setiap pertemuan.
Dimulai pukul 18.15 hingga 19.30 WIB.
7. Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
Jawab : Sama seperti sekolah formal. Hanya saja, disini anak
dituntut untuk aktif menggali apa yang ia mau (indikator).
Jika kompetensi dasar belum tercapai dari yang anak
kemukakan (melalui indikator), pemateri/tutor
melengkapinya. Intinya saya ingin membuat setiap
pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Saya juga memfasilitasi pembelajaran anak dengan
multimedia dan media internet. Fasilitas ini yang sukar
ditemukan oleh anak saya sebelumnya karena beberapa
sekolah formal tidak memfasilitasi anak untuk
menggunakan internet karena beberapa pertimbangan
seperti konten dewasa, game dan sebagainya
8. Pertanyaan : Tidakkah anda khawatir dengan aspek sosial (pergaulan)
anak yang melaksanakan homeschooling?
Jawaban : Insya Allah tidak. Homeschooling bukanlah penjara bagi
anak. Anak, saya beri kebebasan untuk bersosialisasi
dengan siapapun, baik dalam dunia maya, tempat les
ataupun lingkungan sekitar. Tentu semua itu tetap dalam
pengawasan anggota keluarga tanpa mereka merasa
diawasi. Inilah yang tidak didapat anak dalam sekolah
formal (pengawasan dari guru)
9. Pertanyaan : Bagaimana hasil pembelajaran yang anda lihat dari anak?
Jawaban : Hasil belajar anak untuk semester ini dikategorikan baik.
Tumbuh kembangnya pun dapat saya awasi dengan baik.
Aspek sosialnya pun saya rasa tidak ada masalah karena
anak masih dapat bergaul dengan banyak teman yang ada
dilingkungannya.
TAMPILAN APLIKASI EDMODO
Proses Pembuatan Soal dan Kunci Jawaban