Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

20
Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN Oleh : Redaksi-kabarindonesia | 24-Mar-2007, 07:26:01 WIB KabarIndonesia - Usia harapan hidup penduduk Indonesia menurut WHO berkisar rata-rata 66,4 tahun. Angka ini jauh berada lebih rendah daripada angka harapan hidup Negara Vietnam rata-rata 69,6 tahun, Filipina rata-rata 68,3 tahun, Malaysia rata-rata 72 tahun, dan Singapura rata-rata 79,6 tahun. Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia berjumlah 230 per 100 ribu kelahiran hidup, Vietnam 130, Filipina 200, Malaysia 41, Singapura 15. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia berjumlah 39 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 31, Filipina 28, Malaysia 8, Singapura 3. Rendahnya angka harapan hidup ini menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH disebabkan ketidakjelasan arah reformasi sistem pelayanan kesehatan primer. “Data kesehatan global menunjukkan bahwa semakin baik sistem pelayanan kesehatan primer (pertama) semakin baik status kesehatan masyarakatnya serta semakin efisien pelayanannya,” ujar Nugroho Wiyadi, Jumat (23/3) di Ruang PBL, Gedung Radiputro FK UGM dalam sosialisasi kegiatan Konferensi dan Pertemuan Ilmiah Nasional yang membahas Refinement Arah Reformasi Sistem Pelayanan Kesehatan Primer dan Pengembangan Profesi Dokter Praktek Umum, Dokter Layanan Primer dan Dokter Keluarga, dilaksanakan pada 29-30 Maret 2007. Kata Nugroho, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak sesuai standar, dan sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti resistensi obat akibat pemakaian obat antibiotik. Pemahaman masyarakat yang lemah tentang sistem pelayanan kesehatan primer (puskesmas/Dokter Praktek Umum) dan sekunder (Rumah Sakit), mengakibatkan mereka tidak mengikuti sistem rujukan yang ada. “Masyarakat pada kelas ekonomi lemah cenderung memilih pelayanan kesehatan yang paling dekat dan murah, tidak peduli apakah petugas yang dia mintai pertolongan tersebut memiliki kewenangan dan kompetensi yang memadai. Sedangkan masyarakat pada kelas ekonomi menengah ke atas cenderung langsung memeriksa diri ke dokter spesialis dengan berbagai risiko ketidaktepatan pemilihan jenis dokter spesialis yang dipilihnya,” papar Nugroho. Nugroho menambahkan, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui penyediaan pelayanan yang bermutu, “Sejak tahun 2001 Indonesia telah menerapkan kebijakan desentralisasi kesehatan. Fokus dari kebijakan desentralisasi kesehatan tersebut lebih ke arah perubahan kewenangan dan kelembagaan, yang dalam sistem pelayanan kesehatan primer dimanisfestasikan adanya semi otonomi pengelolaan puskesmas, yang sayangnya belum menyentuh reformasi sistem pelayanan primernya itu sendiri,” kata Nugroho. Sumber : www.ugm.ac.id

Transcript of Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Page 1: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEANOleh : Redaksi-kabarindonesia | 24-Mar-2007, 07:26:01 WIB

KabarIndonesia - Usia harapan hidup penduduk Indonesia menurut WHO berkisar rata-rata 66,4 tahun. Angka ini jauh berada lebih rendah daripada angka harapan hidup Negara Vietnam rata-rata 69,6 tahun, Filipina rata-rata 68,3 tahun, Malaysia rata-rata 72 tahun, dan Singapura rata-rata 79,6 tahun. Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia berjumlah 230 per 100 ribu kelahiran hidup, Vietnam 130, Filipina 200, Malaysia 41, Singapura 15. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia berjumlah 39 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 31, Filipina 28, Malaysia 8, Singapura 3.

Rendahnya angka harapan hidup ini menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH disebabkan ketidakjelasan arah reformasi sistem pelayanan kesehatan primer.

“Data kesehatan global menunjukkan bahwa semakin baik sistem pelayanan kesehatan primer (pertama) semakin baik status kesehatan masyarakatnya serta semakin efisien pelayanannya,” ujar Nugroho Wiyadi, Jumat (23/3) di Ruang PBL, Gedung Radiputro FK UGM dalam sosialisasi kegiatan Konferensi dan Pertemuan Ilmiah Nasional yang membahas Refinement Arah Reformasi Sistem Pelayanan Kesehatan Primer dan Pengembangan Profesi Dokter Praktek Umum, Dokter Layanan Primer dan Dokter Keluarga, dilaksanakan pada 29-30 Maret 2007.

Kata Nugroho, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak sesuai standar, dan sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti resistensi obat akibat pemakaian obat antibiotik.

Pemahaman masyarakat yang lemah tentang sistem pelayanan kesehatan primer (puskesmas/Dokter Praktek Umum) dan sekunder (Rumah Sakit), mengakibatkan mereka tidak mengikuti sistem rujukan yang ada. “Masyarakat pada kelas ekonomi lemah cenderung memilih pelayanan kesehatan yang paling dekat dan murah, tidak peduli apakah petugas yang dia mintai pertolongan tersebut memiliki kewenangan dan kompetensi yang memadai. Sedangkan masyarakat pada kelas ekonomi menengah ke atas cenderung langsung memeriksa diri ke dokter spesialis dengan berbagai risiko ketidaktepatan pemilihan jenis dokter spesialis yang dipilihnya,” papar Nugroho.

Nugroho menambahkan, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui penyediaan pelayanan yang bermutu, “Sejak tahun 2001 Indonesia telah menerapkan kebijakan desentralisasi kesehatan. Fokus dari kebijakan desentralisasi kesehatan tersebut lebih ke arah perubahan kewenangan dan kelembagaan, yang dalam sistem pelayanan kesehatan primer dimanisfestasikan adanya semi otonomi pengelolaan puskesmas, yang sayangnya belum menyentuh reformasi sistem pelayanan primernya itu sendiri,” kata Nugroho.

Sumber : www.ugm.ac.id

Page 2: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Sistem Kesehatan adalah kombinasi antara institusi kesehatan, mekanisme

financial, system informasi, mekanisme jaringan organisasi, dan manajemen struktur

termasuk administrasi, dalam upaya mendukung penyediaan jasa pelayanan kesehatan

bagi pasien (Lassey, 1997).

Pada SKN 2004, Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang

menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung,

guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan

kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan tindak lanjut keikutsertaan

Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan setingi-tingginya, yang dideklerasikan

oleh WHO 1980, “Health For All By The Year 2000”. Melalui rencana pembangunan

jangka panjang bidang kesehatan (RPJPK 1982). Selanjutnya awal abad XXI

Indonesia menetapkan “Indonesia Sehat 2010”. Dan dilanjutkan dalam menjalankan

tujuan MDG (Millenium Development Goal) pada tahun 2015 adalah untuk

memberantas kemiskinan dan kelaparan, peningkatan pendidikan dan kualitas

perempuan, mengurangi kematian anak-anak, meningkatkan tingkat kesehatan,

terutama dalam melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, meyakinkan

sustainable development berjalan di berbagai negara.

Landasan Sistem Kesehatan Nasioanal meliputi:

1.      Landasan Idiil, yaitu Pancasila

2.      Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan

ayat (3), serta pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), pasal 28 B ayat (2), pasal 28 C ayat (1).

3.      Landasan Operasional, meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan masyarakat

Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan

kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah

secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sistem kesehatan nasional yang berpihak kepada rakyat miskin harus memenuhi

beberapa syarat, di antaranya memberikan bantuan biaya pengobatan bagi masyarakat

miskin. Membangun fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat miskin

Page 3: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

dan memrioritaskan penanggulangan penyakit yang banyak diderita masyarakat

miskin. Pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak dana kesehatan bagi

masyarakat miskin, mengutamakan keterlibatan masyarakat tingkat akar rumput

dalam pembangunan kesehatan dan menerapkan program kesehatan masyarakat

nonpersonal.

Pemerintah telah memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin

melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pelaksanaan program

itu tidak disesuaikan dengan sistem jaminan sosial nasional sebagaimana diatur dalam

undang-undang nomor 40 tahun 2004.

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan menigkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Lovey dan Loomba,

1973).

Sistem Pelayanan Kesehatan merupakan bagian penting untuk menigkatkan

derajat kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan

mempengaruhi. Sistem teridiri dari :

1. Input

Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya

sebuah sistem. Input tersebut dapat berupa potensi masyarakat, tenaga dan sarana

kesehatan, dll.

2. Proses

Yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem

tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan antara lain, berbagai kegiatan dalam

pelayanan kesehatan.

3. Output

Merupakan hasil yang memperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan

antara lain, pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat dalam

sembuh dan sehat.

4. Dampak

Page 4: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Merupakan akibat dari output, jadi dalam waktu yang lama. Contohnya, masyarakat

sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.

5. Umpan balik

Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan, terjadi dari sebuah sistem

yang saloing berhubungan dan mempengaruhi. Contohnya kualitas tenaga kesehatan.

6. Lingkungan

Semua keadaan duliar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

Input pr

oses out put dampak lingkungan umpan balik

                                          

Macam-macam pelayanan kesehatan.

Menurut pendapat Hudgetts dan Cascio tahun 1983 ada 2 jenis pelayanan kesehatan

1. Pelayan Kesehatan Masyarakat (Public Health Services)

Ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam

suatu organisasi, tujuan utam,anya adalah untuk memelihara dan meningkatkan

klesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan

masyarakat.

2. Pelayanan Kedokteran (Medical Services)

Ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk

menyembuhkan penyakiut dan memulihkan kesehatan, serta sasaran utamanya

keluarga dan perseorangan.

Faktor yang menentukan bentuk dan jenis pelayanan kesehatan

1. Pengorganisasian pelayanan

Sendiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

2. Ruang Lingkup Pelayanan

Page 5: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi

daripada keduanya.

3. Sasaran Pelayanan Kesehatan

Apakah perseorangan , keluarga, kelompok, atau untuk masyarakat keseluruhan.

Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan

Dalam system pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan

keperawatan dan pelayanan keesehatan masyarakat terdapat 3 bentuk pelayanan

kesehatan yaitu:

1)      Primary Health Care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

  Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang

ringan/masyarakat sehat sehingga kesehatan optimal dan sejahtera.

   Sifat pelayanan kesehatan, contohnya PUSKESMAS, balai kesehatan.

2)      Secondary Health Care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

Untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap tapi tidak dilaksanakan di

pelayanan kesehatan utama. Contoh RS yang tersedia tenaga spesialis.

3)      Tertiary Health Care (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)

   Tingkat pelayanan tertinggi

   Membutuhkan tenaga ahli/subsspesialis dan sebagai tempat rujukan utama seperti RS

tipe A atat tipe B

Suatu pelayanan Kesehatan dikatakan baik apabila:

1. tersedia (available) dan bekesinambungan (continous). Artinya semua jenis

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan

serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang

dibutuhkan.

2. dapat diterima (Acceptable) dan bersifat wajar (Appropiate). Artinya

pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan

masyarakat.

3. mudah dicapai (Accesible), lokasi, distribusi, sarana kesehatan yang penting,

dengan demikian dapat diwujudkan pelayanan kesehatan yang baik.

Page 6: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

4. mudah dijangkau (affordable). Keterjangkauan yang dimaksud adalah

terutama dari sudut biaya, artinya biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai

kemampuan ekonomi masyarakat.

5. bermutu (Quality). Mutu yang dimaksud adalah tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang sesuai dengan kode etik serta

standar yang ditetapkan.

Lembaga Pelayanan Kesehatan

Merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk

meningkatkan status kesehatan. 

Dibedakan atas tujuan pemberian pelayanan kesehatan:

1. rawat jalan

bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan

pengobatan penyakit akut dan kronis yang memungkinkan tidak dirawat inap

2. institusi

adalah lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan

berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Contoh: RS, Pusat Rehalibitasi, dsb

3. hospice

Pelayanan kesehatan yang berfokus dengan klien sakit terminal sampai melewati

masa terminal dengan tenang.

4. community best agency

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di keluarga klien, seperti praktek perawat

keluarga

Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia meliputi:

Pelayanan kesehatan dasar pada umumnya dilaksaakan di

puskesmas,puskesmas pembantu,puskesmas keliling,dan pelayanan lainya di

wilayah kerja puskesmas selain rumah sakit.

Pelayanan kesehatan rujukan umumnya dilaksanakan di rumah sakit

Good Governance adalah tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.

Macam-macam Good Governance:

Page 7: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

1.        Public good

Layanan public goods digunakan untuk kepentingan bersama dan dimiliki bersama.

Keberadaanya memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Barang ataupun jasa yang

pendanaanya berasal dari pemerintah, baik dari pajak maupun dana kelompok

masyarakat.

2.        Merit Good

Merit Good adalah semua orang membutuhkannya namun tidak semua orang dapat

mengakses, seperti pendidikan dan layanan kesehatan. Musgrave (1959) menyebutkan

merit goods adalah barang-barang yang seharusnya disediakan meskipun masyarakat

tidak memintanya. Masyarakat sering tidak bijaksana atau tidak mempunyai

pengetahuan yang cukup untuk mengalokasikan sumber ekonomi yang dimiliki.

Peranan pemerintah adalah membantu masyarakat untuk mengalokasikannya untuk

kebaikan masyarakat. Contohnya adalah pemerintah menyediakan helm agar

masyarakat terhindar dari bahaya manakala terjadi kecelakaan, demikian juga

pemerintah menggalakkan asuransi untuk masyarakat.

3.        Private good

Berupa barang atau jasa swasta yang pedanaanya berasal dari perseorangan.

Digunakan untuk kepentingan sendiri dan dimiliki perseorangan , tidak bisa dimiliki

sembarangan orang, terdapat persaingan dan eksternalitas rendah.

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN

Kebijakan pelayanan kesehatan partisipatif.

a. Mengembangkan sistem pelayanan berbasis rakyat.

      Pengembangan sistem pelayanan berbasis kebutuhan rakyat dimaksud adalah

menciptakan satu sistem yang bersumber pada persoalan-persoalan kesehatan riil

masyarakat setempat. Untuk itu pemerintahan daerah harus membentuk team multi

pihak yang berperan melakukan kajian di lapangan dan kemudian merumuskan dalam

satu sistem pelayanan kesehatan rakyat daerah. Yang terjadi selama ini, sistem

pelayanan kesehatan di daerah selalu mengacu pada pedoman pelayanan nasional.

Akibatnya, banyak masalah kesehatan rakyat setempat yang tidak teratasi karena tidak

terkafer dalam program pelayanan nasional.

b. Alokasi anggaran kesehatan

      Untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan rakyat, hal yang paling berpengaruh

adalah anggaran biaya kesehatan yang mencakup sarana-prasara/fasilitas, tenaga

Page 8: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

medis. Kenyataan bahwa pelayanan kesehatan tidak mampu menjangkau rakyat di

desa terpencil. Untuk mengefektifkan pelaksaaan di lapangan, maka sangat perlu

membentuk satu sistem pengawasan indipenden yang melibatkan masyarakat

setempat. Dan di tingkat daerah/kabupaten perlu membentuk satu dewan kesehatan

daerah yang secara khusus mendeteksi perkembangan pelayanan kesehatan

masyarakarat.

c. Mengembangkan sistem kesehatan prefentif.

     Pemerintah harus mulai mengembangkan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat, tidak hanya terbatas pada penyuluhan kesehatan yang sering dilakukan

oleh petugas kesehatan, tapi pendidikan kesehatan harus mendapatkan alokasi

anggaran khusus dan terprogram secara kontinue. Program ini langsung pada

masyarakat desa (kampung) dengan sasaran utama memberikan pendidikan tentang

pentingnya kesehatan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dan

untuk bisa efektif dan menjangkau wilayah nusantara, maka melibatkan semua

stakeholder.

d. Mengembangkan kesehatan alami.

    Kesehatan alami dimaksud adalah perawatan kesehatan dengan menggunakan obat-

obat ramuan tradisional. Ini sangat membantu masyarakat kecil di desa yang jauh dari

pusat pelayanan medis dan sekaligus mengembangkan budidaya tanaman obat

tradisional yang berdampak lanjut pada konservasi alam-lingkungan. Karena itu

pemerintah harus mengalokasikan secara khusus untuk kesehatan alami ini. Apabila

masyarakat sadar dan tahu tentang pengobatan ini, dapat membantu rakyat kecil

mengatasi kesehatan secara cepat,mudah dan murah.

Desentralisasi

Desentralisasi merupakan suatu proses politik dan administratif yang dapat

memberikan berbagai keuntungan dengan cara menstimulasi peningkatan efisiensi

dan efektivitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Bryant, 1999). Untuk

mencapai sistem desentralisasi perencanaan kesehatan yang efektif, berbagai faktor

perlu diperhatikan sebagai berikut (Omar, 2001) :

a. Perlunya efektivitas distribusi fungsi perencanaan antara pemerintah pusat dan

daerah kabupaten/kota

Page 9: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

b. Desentralisasi perencanaan seharusnya merupakan bagian integral dari proses

desentralisasi fungsi, sumber daya dan kewenangan kepada kabupaten/kota

c. Perlu diperhatikan bahwa perencanaan kesehatan merupakan salah satu aspek vital

dalam sistem desentralisasi kesehatan

d. Skill yang relevan dalam aspek perencanaan mutlak diperlukan pada level

kabupaten/kota

e. Sepatutnya kabupaten/kota mengadopsi model/siklus perencanaan tertentu yang

realistis

f. Perencanaan kesehatan kabupaten/kota sebaiknya disesuaikan dengan pola/kultur

perencanaan di daerah masing-masing

KEBIJAKAN KESEHATAN TERKAIT POLITIK

Contoh real kebijakan pemerintah tentang kesehatan terkait politik:KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia

telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari 30 Juli�

2004 berupa DOC dan Pakan.

b. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.

c. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.

d.  Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas

produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.

Etika Politik dalam Merawat Pasien

Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu

mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh

mereka. Mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuhan kebutuhan.Dalam

pengalaman penderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin

juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan

yang timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah

kemampuan untuk meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni

yang dapat dipelajari, latihan imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi

motivator yang kuat, yang juga dapat diperoleh dalam melakukan tanggung jawab

professional.

Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik

Page 10: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan

dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya

dalam Negara. Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih

kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik

menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak

dikehendakinya.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif

maupun pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam

bidang politik hingga talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”. Dalam

wilkipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak

menjadi insan politik dengan mengikuti suatu partai politik , mengikuti ormas atau

LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal tersebut seseorang

berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna

melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan

perundangan hukum yang berlaku.

Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di Indonesia

juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi

terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat

bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib

perawat itu sendiri.

Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik

bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan

terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan

seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia.

Sulitnya menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya

keterwakilan seorang perawat di badan legislative sana. Menjadi bagian dari dunia

perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu mewakili banyaknya

aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan salah

satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi

pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat

bisa dipertanggung jawabkan.

Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan

keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak

Page 11: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya.

Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi

keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang

dipertimbangkan.

Regulasi kewenangan perawat di lahan kliniktidak kalah pentingnya dengan regulasi

pendidikan, dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan

persiapan yang matang sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita

melakukan pembangunan fondasi yang kokoh dan system yang mensupport akan

terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap tempur. Regulasi kewenangan

perawat dilahan klinik akan menjadiakan profesi keperawatan semakin mantap dalam

langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan

menjadikan perawat semakin professional dan proporsional sesuai dengan tanggung

jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan

tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari

terjadinya malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke

dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu

partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah

perpolitikan Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai

yang melakukan pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon

legislative dari embrio yang akan diberikan suntikan ideology dari partai tersebut, ada

juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang

bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.

Organisasi Keperawatan

Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat

nasional yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada

tanggal 17 Maret 1974. Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat

beberapa macam organisasi keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari

penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti: IPI (Ikatan Perawat

Indonesia), PPI (Persatuan Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),

IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia). Setiap orang yang telah menyelesaikan

pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan

semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut calon anggota.

Page 12: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam

musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang.

Berbagai masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian

memberikan hasil yang berupa rekomendasi atau keputusan organisasi.

Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi

keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu:

1.Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar

pendidikan dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh

melalui pemberian izin praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga

dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan norma perilaku (Styles, 1983).

2.Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit.

Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh

berbagai ahli teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu

keperawatan. Tantangan bagi para perawat di masa depan adalah menggerakkan

pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah dipublikasikan ini dan

kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya

penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan

sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan.

3.Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi

untuk diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat

dan berbagai proses sosialisasi.

4.Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada

masyarakat dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara

pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk

berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah.

5.Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh

organisasi perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan

social bagi anggota untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan

mengatasi masalah professional anggotanya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Admid. 2009. “Good Governance dan Pelayanan   Publik ”.

http://abimata.wordpress.com/2009/07/06/good-governance-dan-pelayanan-publik.

(online). diakses tanggal 2 Oktober 2010

Effendi, Taufiq. 2007. Agenda Strategis Reformasi Birokrasi Menuju Good Governance.  http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=87&Itemid=54(online). Diakses tanggal 2 Oktober 2010Admin. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. http://hukum.jogjakota.go.id/cetak.php?id=95(online). Diakses tanggal 29 Oktober 2010Admin. 2009.. Pemerintah Pusat Diminta Mengubah Sistem Kebijakan Kesehatan. http://bataviase.co.id/detailberita-10448913.html(online). Diakses tanggal 28 Oktober 2010