SISTEM LELANG BARANG GADAI JATUH TEMPO ...repository.uinjambi.ac.id/1627/1/SHE151790_DEWI AYU...
Transcript of SISTEM LELANG BARANG GADAI JATUH TEMPO ...repository.uinjambi.ac.id/1627/1/SHE151790_DEWI AYU...
SISTEM LELANG BARANG GADAI JATUH TEMPO
DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi)
SKRIPSI
DEWI AYU SRI ASTUTI
NIM.SHE 151790
PEMBIMBING
Drs. A. Faruk, MA
Dr. Maryani, S.Ag., M.HI
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
Artinya : “ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. (QS. Al-Baqarah : 283)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Ridha Allah SWT. kupersembahkan skripsi ini kepada :
Keluarga tercinta terutama kedua orangtua tercinta Ayahanda Amran, Ibunda Nurati
yang telah membesarkan saya dengan penuh cinta dan kasih saying, mendidik serta
memberikan dukungan baik berupa doa, materil maupun moril yang tidak mungkin
dapat ku balas hanya dengan selembar kertas.
Kakak dan Adik tersayang, Lindawati dan Yuyun yang selalu memberikan semangat
dan motivasi kepada saya.
Suami tercinta Feri Irawan yang selalu memberikan dorongan semangat dan
dukungan selama ini.
Sahabat dan Teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah terimakasih sudah
memberikan semangat dan selalu mensuport hingga akhirnya sampai dipuncak
bahagia ini, semoga kita sukses selalu.
Almamaterku UIN STS Jambi yang telah memberikanku segudang ilmu, terimakasih
banyak semoga ilmu-ilmu yang saya pelajari selama ini menjadi berkah serta
bermanfaat dikemudian hari.
ABSTRAK
Dewi Ayu Sri Astuti, SHE 151790, Sistem Lelang Barang Gadai Jatuh Tempo Ditinjau
Dari Hukum Islam (Studi Kasus di Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi).
Skripsi ini dilatar belakangi karena berkembangnya bisnis pelelangan yang menggunakan
prinsip syariah dan fenomena yang terjadi saat ini. Dalam kenyataannya banyak benda
jaminan yang tidak diambil oleh rahin (pemilik barang) yang menjadikan beban bagi
pegadaian dan harus melakukan pelelangan barang jaminan tersebut. Permasalahan yang
dirumuskan adalah : 1.Bagaimana pelaksanaan lelang barang gadai jatuh tempo pada Unit
Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi. 2.Apa yang menjadi kendala-kendala dalam
proses pelelangan barang gadai jatuh tempo di Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota
Jambi. 3.Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap sistem pelaksanaan lelang barang
gadai jatuh tempo di Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi. Dengan tujuan
penelitian yaitu: 1.Untuk mengetahui pelaksanaan lelang barang gadai jatuh tempo pada
Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi. 2.Untuk mengetahui kendala-kendala yang
terjadi dalam proses pelelangan barang gadai jatuh tempo di Unit Pegadaian Syariah
Jelutung Kota Jambi. 3.Untuk mengetahui tentang Tinjauan Hukum Islam terhadap
sistem pelaksanaan barang gadai jatuh tempo di Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota
Jambi. Kemudian dengan menggunakan analisis kualitatif dengan metode deskriptif yang
bersifat non statistic. Hasil penelitian yang penulis dapatkan yaitu dalam praktiknya di
pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi ketika marhun dijual dan hasil dari penjualan
tersebut tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya maka pihak murtahin tidak meminta
kekurangannya. Berdasarkan hukum Islam pelaksanaan lelangnya masih sesuai dengan
ketentuan Islam sesuai dengan kaitan ayat dalam setiap pelaksanaannya.
Kata Kunci : Rahn, Lelang, Hukum Islam
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana pula dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula iringan Shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Sistem Lelang Barang Gadai Jatuh Tempo Ditinjau Dari
Hukum Islam”. Suatu kajian terkait pelaksanaan lelang di Pegadaian Syariah Jelutung
Kota jambi ditinjau dari hukum Islam.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan
dan rintangan yang penulis temui, baik dalam mengumpulkan data maupun penyusunan.
Dan berkat adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis
ucapkan adalah kata terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, Ibu Dr.Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI
dan Ibu Dr. Yuliatin S.Ag selaku Wakil Dekan I, II, III dilingkungan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Maryani, S.Ag dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M.Sy selaku ketua dan
sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Drs. A. Faruk.MA dan Ibu Dr. Maryani, S.Ag selaku pembimbing I dan
pembimbing II skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, yang telah membuka wawasan, menambah pengetahuan, dan membina sikap
ilmiah selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Staf karyawan dan karyawati Tata Usaha Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah banyak membantu penulis dalam bidang
keadministrasian.
8. Kepada Bapak Heriyadi selaku pimpinan cabang Pegadaian Syariah Jelutung Kota
Jambi yang telah memberi izin, informasi dan membantu dalam penelitian ini.
9. Kepada Ayahanda tercinta Amran dan Ibunda tercinta Nurati yang senantiasa
mendukung baik dalam doa, materil maupun moril dan nasehat serta motivasinya
selama ini, maka penulis dapat menyelesaikan kuliah.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………. i
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………… iii
NOTA DINAS ………………………………………………………………………… iv
MOTTO ………………………………………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………… vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… xiii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 9
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………….. 9
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………….. 10
E. Kerangka Teori ………………………………………………………………… 10
F. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………………. 29
BAB II : METODE PENELITIAN …………………………………………………. 32
A. Pendekatan Penelitian …………………………………………………………. 32
B. Jenis dan Sumber Data ………………………………………………………… 33
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………….. 34
D. Teknik Analisi Data ………………………………………………………….. 35
E. Sistematika Penulisan …………………………………………………………. 35
BAB II : GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ……………………… 37
A. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah di Indonesia ……………………………... 37
B. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi ……………………. 38
C. Visi, Misi dan Tujuan Pendirian Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi …… 39
D. Motto Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi ………………………………. 41
E. Struktur Organisasi Pegadian Syariah Jelutung Kota Jambi …………………. 41
F. Produk-Produk Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jamb ……………………... 43
G. Rekap Transaksi Gadai di Pegadaian Syariah ………………………………... 46
BAB IV : PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 48
1. Pelaksanaan Lelang Barang Gadai Jatuh Tempo di Pegadaian Syariah
Jelutung Kota Jambi ………………………………………………………...…48
2. Mekanisme Penetapan Harga Lelang Barang Gadai Jatuh Tempo
di Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi …………………………………... 51
3. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Lelang Barang Gadai di Pegadaian
Syariah Jelutung Kota Jambi ……………………………………………….... 53
BAB V : PENUTUP …………………………………………………………………. 61
A. Kesimpulan …………………………………………………………………... 61
B. Saran …………………………………………………………………………. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel I : Struktur Organisasi ………………………………………………….. 41
Tabel II : Rekap Gadai di Pegadaian Syariah dari tahun 2016-2018 ………….. 46
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia tidak pernah lepas dari tindakan ekonomi dalam rangka memenuhi
kebutuhan sehari-hari.Salah satu dari tindakan ekonomi yang menimbulkan perjanjian
adalah dalam kegiatan muamalah.Muamalah adalah pergaulan atau hubungan antar
manusia di luar ibadah.Dalam kehidupan ini, manusia selalu mempergunakan akal dan
pikiran dalam setiap tindak tanduk dan aktivitas nya karedengan akal dan pikiran mereka
dapat membedakan antara yang benar dan yang salah.1
Uang dalam kegiatan sehari-hari selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau
membayar berbagai macam keperluan.Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan
yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang yang dimiliki. Untuk keperluan yang
sangat penting maka terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara meminjam dari
berbagai sumber dana yang ada. Untuk mengatasi kesulitan kebutuhan dana dapat
dipenuhi tanpa kehilangan barang-barang berharga, maka masyarakat dapat
meminjamkan barangnya kelembaga tertentu.
Ada berbagai macam kebutuhan yang mendesak di zaman modern ini,
mendorong orang yang tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk
menggadaikan harta benda yang mereka miliki.Hal ini dilakuakan apabila dalam
kehidupan baik berumah tangga maupun sosial terdesak oleh kepentingan yang tidak bisa
1 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hlm.5.
1
ditunda.Maka alternatif terakhir yang dilakukan adalah menggadaikan harta benda
tersebut kepada perum pengadaian untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang
berharganya dan jumlah uang yang diinginkan dapat disesuaikan dengan harga barang
yang dijaminkan.Perusahaan yang menjalankan usaha gadai disebut perusahaan
pegadaian.
Pegadaian adalah suatu lembaga perkreditan tertua bercorak khusus, berdiri sejak
zaman penjajahan belanda dan telah dikenal masyarakat sejak lama, khusus nya
masyarakat golongan berpenghasilan menengah dan bawah. Pengadaian mempunyai
tugas memberikan pelayanan jasa kredit berupa pinjaman uang dengan jaminana barang
bergerak.3
Perusahaan pegadaian sampai saat ini merupakan satu-satunya lembaga formal di
Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkannya melakukan pembiayaan dengan
bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai.Bersamaan dengan perkembangan
produk-produk berbasis syariah yang kian marak di Indonesia, sektor pegadaian juga ikut
mengalaminya. Pegadaian syariah hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama Bank
Syariah dengan Perum Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah. Pegadaian
syariah lahir karena adanya tuntutan diluar komponen masyarakat Islam yang tidak
menghendaki proses pemberian yang berbau riba. Sehingga untuk menjawab itu semua,
oleh pemerintah dibentuklah pegadaian syariah yang dalam pengamatan hampir sama
dengan proses lahirnya pengadaian syariah di Indonesia.
Pegadian syariah dalam operasionalnya berpegang kepada prinsip
syariah.2Terbukti dengan adanya Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tanggal
26 Juni 2002 tentang rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai barang jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan, dan Fatwa DSN
MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas.3
Peraturan pemerintah No.10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990 dan PP No.103
tahun 2000 tanggal 10 November 2000 ini pula perusahaan jawatan (Perjan) pegadaian
berubah menjadi Peusahaan umum (Perum) pegadaian dengan usahanya adalah
penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan bertujuan untuk turut meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah kebawah melalui penyediaan
dana atas dasar hukum gadai dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan
peraturaan perundang-undangan yang berlaku; Menghindarkan masyarakat dari gadai
gelap praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainny.
Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, menyebutkan “Gadai adalah suatu
hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan
kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya denga
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
2 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana 2010), hlm 388.
3 DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (Jakarta: DSN MUI- Bank
Indonesia,2006), hlm 153
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-baya mana yang harus
didahulukan.4
Apabila konsumen sudah tidak mampu melunasi pinjaman sampai batas waktu
yang telah ditentukan dalam akad, maka pegadaian syariah dibolehkan untuk melakukan
pelelangan barang jaminan.Hal ini sesuai dengan maksud dari pengertian hakikat gadai
itu sendiri, yaitu sebagai kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi harganya, bila
yang berhutang tidak sanggup membayar hutangnya dari orang yang berpiutang. Karena
itu barang gadai dijual untuk membayar hutang dengan cara mewakilkan penjualannya
kepada orang yang adil dan terpecaya.5
Dalam proses pelelangan barang terjadi jual beli sistem lelang. Jual beli adalah
suatu bentuk perjanjian antara penjual dan pembeli yang terikat dengan hak dan
kewajiban, sedangkan lelang dapat diartikan suatu cara penjualan didepan orang banyak
dengan tawarannya yang berates-atas atau menaik-naikan secara terang-terangan, dan
mengunggulkan penawaran yang tertinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
jual beli sistem lelang adalah suatu perjanjian jual beli dengan cara lelang (penjualan
dimuka umum) yang dilakukan secara penawaran yang berjenjang naik, berjenjang turun
dan dengan cara tertulis.
Lelang adalah salah satu jual beli dimana penjual menawarkan barang ditengah
keramaian lalu para pembeli saling menawar dengan satu harga. Namun akhirnya penjual
yang akan menentukan, yang berhak membeli adalah yang mengajukan harga tertinggi.
4 Buchari Alma dan Donni, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta,2009) hlm 31.
5 Zaenuddin Ali, Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) hlm,28.
Lalu terjadi akad dan pembeli tersebut mengambil barang dari penjual.Dalam kitab-kitab
fiqih atau hadist, jual beli lelang biasanya disebut dengan istilah bai’ al-muzayadah
(adanya penambahan).6
Lelang merupakan salah satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara yang
berbeda, namun tetap memiliki kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaimana
diatur dalam jual beli secara umum. Oleh karena itu ayat yang berhubungan dengan jual
beli yang digunakan sebagai dasar hukum jual beli lelang, antara lain sebagaimana yang
ditegaskan Allah SWT dalam Firmannya :
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu
(Q.S An-Nisa: 29)7.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT melarang hambaNya untuk
memakan harta sesamanya dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan yang baik
karena Allah SWT menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, karena dalam riba
terkandung unsur penipuan sehingga dapat merusak kestabilan ekonomi masyarakat.
Lelang ada dalam islam dan hukumnya boleh (mubah). Ibnu Abdil Barr berkata
“sesungguhnya tidaklah haram menjual barang kepada orang yang menambah harga,
demikianlah menurut kesepakatan ulama. Dalam aktifitas dan transaksi bisnis konteperer
6 Aiyub, Ahmad, Fiqh Lelang Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Jakarta: Kiswah, 2004)
hlm 5-6. 7 Al-Qur’an dan Terjemahan Q.S An-Nisa: 29.
baik yang dilakukan maupun pemerintah, individu maupun lembaga sering dipakai cara
lelang dalam penjualan barang/jasa. Dalam praktiknya, tidak jarang terjadi penyimpangan
prinsip syariah seperti manipulasi, kolusi maupun permainan kotor lainya.Permasalahan
lelang memang merupakan masalah yang berada diantara aspek yang berbeda yaitu dari
aspek bisnis dan aturan agama yang mengatur segala bentuk hal yang ada dalam
kehidupan manusia.
Menurut jumhur ulama jual beli lelang itu dibolehkan, selama benar-benar
seperti yang terjadi dimasa Rasulullah SAW dan tidak menyimpang dari syariat Islam
yaitu tidak adanya penipuan, kecurangan maupun dengan trik-trik yang dilarang dalam
menjalankan jual beli dengan cara lelang.
Jual beli sistem lelang merupakan suatu sarana yang sangat tepat untuk
menampung para pembeli untuk mendapatkan barang yang diinginkannya sehingga
benar-benar apa yang diinginkannya telah tercapai. Jual beli dalam sistem lelang harus
mempunyai sistem manajemen yang professional dalam menjalankan tugas dan perannya
dimasyarakat, sehingga pelanggan yang terjadi dimasyarakat merupakan pelanggan yang
berbasis keadilan dan kejujuran.
Dalam dunia nyata mekanisme penjualan terkadang tidak dapat berjalan dengan
baik karena dengan adanya faktor yang mendistrosinya. Sebagaimana jual beli dalam
kasus lelang, segala bentuk kecurangan untuk mengeruk keuntungan tidak sah dalam
prakting lelang maupun tender dikategorikan para ulama dalam praktik
najasy(komplotan/trik kotor tender dan lelang) yang diharamkan Nabi Muhammad SAW,
atau juga dapat dikategorikan dalam Risywah (sogok) bila penjual atau pembeli
menggunakan uang, fasilitas ataupun servis untuk memenangkan tender ataupun lelang
yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria yang dikehendaki.
Ada dua cara yang digunakan dalam sistem lelang yaitu lelang terbuka dan
tertutup. Lelang tertutup adalah lelang yang dilakukan dimana peminat mengajukan harga
untuk property yang ia minati didalam amplop tertutup atau dirahasiakan. Dalam sistem
lelang tertutup harga penawar tertinggi tidak diketahui, pemenang baru diketahui setelah
proses penawaran selesai dilakukan dan hasilnya diumumkan. Lelang terbuka adalah
lelang yang diadakan oleh balai lelang dimana peminat property dikumpulkan disuatu
tempat untuk mengikuti lelang.
Fenomena sistem lelang yang terjadi pada perum pegadian syariah Jelutung Kota
Jambi berdasarkan hasil survei bahwa barang jaminan dikumpulkan menjadi satu pada.
Hal ini memudahkan proses pelaksanaan lelang tersebut, barang yang dilelang adalah
barang yang biasa digadaikan oleh Rahin seperti emas. Lelang yang ada pada pegadaian
syariah Jelutung termasuk kategori lelang non eksekusi sukarela. Pegadaian syariah
Jelutung menerapkan satu jenis lelang yang dilaksanakan dengan cara sistem lelang
tertutup. Lelang ini diterapkan karena pihak pegadaian menyatakan bahwa dengan sistem
lelang tertutup proses pelaksanaan lelang lebih cepat, tidak membutuhkan waktu yang
lama dan jumlah barang jaminan emas mudah dikumpulkan dari UPC syariah lain,
meskipun keuntungan yang didapat tidak maksimal karena apabila barang jaminan tidak
terjual maka pihak pegadaian sendiri membelinya. Contoh kasus misalnya si nasabah A
menggadaikan jenis emas 24 karat sebagai barang jaminan senilai Rp. 1.550.000,- lalu
pada saat jatuh tempo nasabah A tidak dapat menebus barang yang telah menjadi jaminan
dan tidak ingin memperpanjang jangka waktu gadai tersebut. Maka barang jaminan itu
dilelang pegadaian pada saat masuk tanggal lelang, yang mana pihak pegadaian terlebih
dahulu memberitahu kepada nasabah bahwa barangnya akan dilelang. Dalam pelaksanaan
lelang tersebut pihak pegadaian pada awalnya memisahkan barang yang telah jatuh
lelang, kemudian ditaksir ulang barang yang akan dilelang oleh penaksir, dan menghitung
harga limit masing-masing barang yang akan dilelang.8
Kemudian pihak pegadaian membawa barang jaminan tersebut dan menawarkan
kepada pemilik took emas dengan taksiran penjualan senilai Rp. 2.000.000,- pihak took
emas melakukan tes uji kualitas emas dengan melakukan pembakaran untuk mengetahui
perubahan warna emas tersebut dengan penimbangan berate mas, setelah diketahui
hasilnya pihak took hanya berani membeli dengan harga Rp. 1.850.000,-. Pihak
pegadaian terlebih dahulu bernegosiasi kepada pembeli dengan mencocokan harga
taksiran.Setelah dihitung ternyata selisih harga beli mendekati dengan harga taksiran,
maka pihak pegadaian berani menjual barang tersebut.9
Fakta kasus diatas mendefenisikan bahwa harga beli kurang optimal karena
keterbatasan pembeli dan apabila barang jaminan tidak laku dijual maka pihak pegadaian
sendiri membelinya hal ini tentu menimbulkan kerugian, selain itu kerugian lain adalah
lelang tertutup menyebablan nasabah mengatakan bahwa tidak transfaran sehingga
menimbulkan keraguan tentang hasil penjualan lelang mengenai keuntungan yang
8 Wawancara dengan Bapak Ahmad Purwanto, Staf Pengelola Unit Pegadaian Syariah Jelutung, 6
Juli 2019. 9 Wawancara dengan Bapak Ahmad Purwanto, Staf Pengelola Unit Pegadaian Syariah Jelutung, 6
Juli 2019.
didapat, semestinya lelang yang dilakukan oleh pegadaian adalah dengan cara lelang
terbuka yang mana jual beli dapat berjalan secara wajar, sehingga hukum permintaan dan
penawaran dapat berjalan sesuai dengan harga pasar. Semakin banyak pembeli harga jual
juga dapat optimal dan keuntungan yang didapat juga maksimal.Allah mensyariatkan jual
beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan untuk hamnya-Nya, karena manusia
adalah makhluk sosial secara pribadi mempunyai kebutuhan yang bermacam-
macam.Sebagaimana kita dianjukan untuk bekerja tentunya dalam pekerjaan itu ada
keuntungan yang didapat agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Berdasarkan hal diatas, maka permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian
ini adalah tentang bagaimana praktik lelang barang jaminan yang jatuh tempo pada
pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi, serta bagaimana pandangan hukum Islam
terhadap pelaksanaan lelang barang jaminan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana barang lelang jatuh tempo di Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
?
2. Bagaimana hukum lelang barang gadai jatuh tempo menurut hukum Islam ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan lelang barang gadai jatuh tempo pada Unit Pegadaian
Syariah Jelutung Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap lelang barang gadai jatuh tempo
di Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan diantaranya
sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian bagi akademis dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya berhubungan dengan Hukum Ekonomi
Syariah.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
referensi bagi para pihak yang berkepentingan dalam pembuatan penilisan yang
berhubungan dengan pandangan Hukum Ekonomi Islam terhadap pelelangan barang pada
Pegadaian Syariah.
E. Kerangka Teori
Bentuk perjanjian jual beli telah berkembang demikian pesat sebagai usaha
dalam mencapai kebutuhan hidup manusia, kadang kala hukum itu tidak memenuhi
ketentuan hukum yang berlaku, dan bahkan terjadi ketimpangan yang menyalahi hukum
itu sendiri.Untuk mengatasi hal tersebut syariat Islam telah memberikan pedoman untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dalam bentuk jual beli.10
Begitu juga dengan lelang yang secara umum termasuk bentuk jual beli yang
dilakukan dalam bentuk penjualan barang didepan muka umum kepada penawar tertinggi
10
Ahmad, Fiqh Lelang Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Kiswah, 2004), hlm
3.
denga penawaran harga secara lisan maupun tertulis. Sehingga tidak mustahil menjadi
kecurangan terhadap hak orang lain bahkan kepentingan masyarakat pada umumnya.
Dengan tidak mengikuti ketentuan hukum, seperti diantaranya yaitu :
1. Membeli atas pembelian orang lain dalam masa khiyar ( menawar atas tawaran orang
lain ).
2. Dengan menipu atau mengecoh.
Kecohan adalah menambah harga atas sesuatu barang diluar kewajaran.Padahal
pembeli tidak ada keinginan untuk membelinya.Sedangkan menipu terjadi dengan adanya
kesepakatan para pembeli terhadap harga barang dalam pelelangan tanpa diketahui
penjual dengan tujuan agar harga tersebut tetap dan tidak semaki mahal serta tipu daya
mereka mencegah harga barang menjadi semakin mahal adalah perbuatan haram.11
A. Tinjauan Umum Tentang Teori Rahn
1. Pengertian Rahn
Istilah yang digunakan fiqh untuk gadai adalah al-rahn.Rahn yaitu suatu akad
utang-piutang disertai dengan jaminan.Sesuai yang dijadikan jaminan disebut
marhun.Pihak yang menyerahkan jaminan disebut dengan rahin, sedangkan pihak yang
menerima jaminan disebut murtahin.12
Gadai dalam bahasa Arab diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai
dengan al-hasbu.Secara etimologi rahn berarti tetap atau lestari sedangkan al-
11
Syekh Abdurrahman, dkk, Fiqh Jual Beli (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), hlm 331. 12Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta; Raja Grafindo Persada 2002), hlm
175-176.
hasbuberarti penahanan.13Menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan rahn ialah
menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan hutang,
dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu seluruh atau sebagian hutang dapat
diterima.14Menurut syariat Islam, gadai adalah semua barang yang mempunyai nilai harta
dan tidak dipersoalkan apakah termasuk benda bergerak atau tidak bergerak.15
Kesimpulan dari pengertian diatas adalah bahwa gadai merupakan suatu
perjanjian utang piutang dengan menjadikan barang yang bernilai menurut syara’ sebagai
barang jaminan untuk menguatkan kepercayaan, sehingga memungkinkan untuk
menguatkan kepercayaan sehingga memungkinkan terbayarnya hutang dari si peminjam
kepada pihak yang memberikan pinjaman.
Gadai dalam pasal 1150 kitab Undang-Undang hukum perdata adalah suatu hak
yang di peroleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak,
yaituharga barang bergerak tersebut kepada orang yang berpiutang oleh orang yang
mempunyai utang atau orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Karena itu,
makna gadai (rahn) dalam bahasa hukum perundang-undngan disebut barang jaminan,
angunan, dan rungguhan.16
Ada beberapa pakar hukum Islam yang juga memberikan pengertian gadai dalam
istilah yang berbeda-beda, diantaranya :
13
Rachmat Syafi’I, Fiqh Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia,2000), hlm.159. 14
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), hlm.105. 15
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam ( Jakarta : Sinar Grafika,1996) hlm.140. 16
KUHPerdata, Pasal 1150 Tentang Gadai.
a. Menurut Sayyid Sabiq, gadai adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta
menurut syara’ sebagai jaminan hutang atau ia bisa mengambil sebagai manfaat
barang tersebut.17
b. Imam Taqiyuddin, mendefenisikan gadai adalah menjadikan harta atau barang
sebagai tanggungan hutang.
c. Menurut Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, gadai adalah menjaminkan
barang yang dapat dijual sebagai jaminan hutang, jika penanggung tidak mampu
membayar hutangnya karena kesulitan, oleh karena itu tidak boleh menggadaikan
barang wakaf.
Berdasarkan pengertian gadai yang dikemukakan diatas, adapun pengertian gadai
yang diberikan oleh para ahli hukum Islam sebagai berikut :
a. Ulama Syafi’iyah mendefenisikan, gadai adalah menjadikan suatu barang yang biasa
dijual sebagai jaminan hutang dipenuhi dari harganya, bila yang berhutang tidak
sanggup membayar hutangnya.
b. Ulama Hanabilah mengungkapkan gadai adalah suatu benda yang dijadikan
kepercayaan suatu hutang, untuk dipenuhi dari harganya, bila yang berharga tidak
sanggup membayar hutangnya.
c. Ulama Malikiyah mendefenisikan gadai adalah sesuatu yang bernilai harta yang
diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pengikat atas hutang yang tetap.
d. Ahmad Azhar Basyir, gadai adalah perjanjian menahan sesuatu barang sebagai
tanggungan hutang atau menjadikan sesuatu benda bernilai menurut pandangan syara’
17
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: Pustaka, 1998), hlm.139.
sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya tanggungan hutang itu
seluruh atau sebagian hutang dapat diterima.18
e. Muhammad Syafi’I Antonio, gadai syariah adalah menahan salah satu harta milik
nasabah sebagai barang jaminan atas hutang atau pinjaman yang diterimanya. Marhun
tersebut memiliki nilai ekonimis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau
menerima gadai memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya.19
2. Dasar Hukum Rahn
Dasar hukum yang menjadi landasan gadai syariah adalah ayat-ayat Al-Qur’an,
As-Sunnah, ijma’ ulama dan Fatwa MUI. Hal dimaksud dijelaskan sebagai berikut :
a. Al-Qur’an
Dalam Q.S Al-Baqarah (2) : 283 yang digunakan sebagai dasar untuk membangun
konsep gadai adalah sebagai berikut :
Artinya :Jika kamu dalam perjanlaan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yag dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagaian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah iabertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
18
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Tentang Riba, (Bandung : Al-Ma’arif, 1983), hlm.50. 19
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press,
2001), hlm.128.
yang berdosa hatinya dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al-Baqarah (2) : 283).20
Adapun fungsi gadai (marhun) pada ayat diatas adalah untuk menjaga
kepercayaan masing-masing pihak, sehingga penerima gadai (murtahin) meyakini bahwa
pemberi gadai (rahin) beritikad baik untuk mengembalikan pinjamannya (marhun bih)
dengan cara menggadaikan barang atau benda yag dimilikinya (marhun), serta tidak
melalaikan waktu pengembalian hutangnya itu.
b. As-Sunnah
Yang menjadi landasan atau dasar hukum daripada gadai adalah hadis Rasulullah
SAW, yang antara lain diungkapkan sebagai berikut :
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah dari Anas r.a berkata:
– صل الله عله وسلم – درعب له ببلمدنة عند عن أنس – رض الله عنه – قبل : لقد رهن النب
هىدي وأخذ منه شعزا
Artinya: " Rasullulah SAW, telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang Yahudi
di Madina, sewaktu beliau menghutang syair (gandum) dari orang Yahudi itu
untuk keluarga itu untuk keluarga beliau". (HR. Ahmad, Bukhari, Nasai, dan
Ibnu Majah).
Kemudian dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda :
حدثنب ىسف بن عس حدثنب أبى معبوة حدثنب الأعمش عن إبزاهم عن الأسىد عن
طعبمب ه وسلم من هىد الله عنهب قبلت اشتزي رسىل الله صل الله عل عبئشة رض
بنسئة ورهنه درعهArtinya :Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin 'Isa telah menceritakan kepada kami
Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Ibrahim dari
Al aswad dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membeli makanan dari orang Yahudi secara angsuran dan
menjaminnya dengan menggadaikan baju besi Beliau".
20
QS. Al-Baqarah (2) : ayat 283.
c. Ijma Ulama
Pada dasarnya para ulama telah bersepakat bahwa gadai itu boleh.Para ulama
tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian pula landasan
hukumnya.Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu tidak
bepergian maupun pada waktu bepergian.21
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menjadi salah satu
rujukan yang berkenaan dengan gadai syariah, diantaranya dikemukakan sebagai
berikut:22
1. Ketentuan Umum
a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang)
sampai semua hutang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya marhun tidak
boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizinrahin dengan tidak mengurangi nilai
marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan
perawatannya.
c. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin,
namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan
penyimpanan tetap menjadi jumlah pinjaman.
21
Muhammad Sholikhul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba Diniyah, 2000) hlm.521. 22
M. Ichwan Sam, dkk Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hlm.738-740.
d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
e. Penjualan Marhun , apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk
segera melunasi hutangnya dan apabila rahin tidak dapat melunasi hutangnya, maka
marhun dijual paksa melalui lelang sesuai syariah yang mana hasil penjualannya
untuk melunasi hutang dan kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangnnya menjadi kewajiban rahin.
2. Ketentuan penutup
a. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
b. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai semestinya.
3. Rukun dan Syarat Rahn
Melaksanakan akad gadai agar dipandang sah dan benar dalam syariat Islam
maka harus memenuhi rukun dan syarat gadai berdasarkan hukum Islam.
a. Rukun Gadai (Rahn)
Menurut jumhur ulama, rukun gadai itu ada 4, yaitu :23
a) Sighat (Lafadz Ijab dan Qabul)
b) Ar-Rahin( orang yang memberikan barang jaminan) dan Al-Murtahin (orang yang
menerima barang jaminan).
23
Andrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm.37
Orang-orang yang memberikan barang jaminan haruslah orang yang telah
dewasa, berakal, bisa dipercaya dan memiliki barang yang akan digadaikan. Sedangkan
orang yang menerima barang jaminan adalah orang, bank, atau lembaga yang dipercaya
oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang.24
c) Al-Marhun (barang jaminan)
Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan
hutang, barang yang digadaikan harus ada wujud pada saat dilakukan perjanjian gadai
dan barang itu adalah barang milik si pemberi gadai (rahin), barang gadaian itu kemudian
berada dibawah pengawasan penerima gadai (murtahin).
d) Al-Marhun bih (Hutang)
Hutang merupakan hak yang wajib diberikan kepada pemiliknya, yang
memungkinkan pemanfaatannya (artinya apabila barang tersebut tidak dapat
dimanfaatkan, maka tidak sah), dan dapat dihitung jumlahnya.
Adapun ulama Hanafiyah berpendapat rukun gadai itu hanya ijab (pernyataan
menyerahkan barang sebagai jaminan pemilik barang) dan qabul (pernyataan kesediaan
memberi hutang dan menerima barang jaminan itu).Menurut ulama Hanafiyah, agar lebih
sempurna dan mengikatnya akad rahn, maka diperlukan penguasaan barang oleh pemberi
hutang.Adapun rahin, murtahin, marhun, dan marhun bih itu termasuk syarasyarat rahn
bukan rukunnya.25
24
Ibid,. hlm.38 25
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah(Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000), hlm.254.
b. Syarat-syarat Gadai
Menurut jumhur ulama, ada beberapa syarat sahnya akad gadai yaitu:
1. Rahin dan Murtahin
Keduanya disyaratkan cakap bertindak hukum.Kecakapan bertindak hukum
ditandai dengan telah baligh dan berakal.Oleh karena itu, akad rahn tidak sah dilakukan
oleh orang gila dan anak kecil yang belum mumayiz.Mumayiz adalah keadaan dimana
seseorang belum memasuki usia baligh akan tetapi sudah mampu membedakan anatara
mana yang baik dan yang buruk.
2. Sighat (Lafadz)
Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat
tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang, karena akad rahn itu sama dengan
akad jual beli. Apabila akad rahn dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan
masa yang akan datang, maka syaratnya batal, sementara akad rahnnya sah. Misalnya
orang yang berhutang mensyaratkan apabila tenggang waktu hutang telah habis dan
hutang belum dibayar, maka akad rahn diperpanjang satu bulan, atau pemberi hutang
mensyaratkan harta agunan itu boleh ia manfaatkan.
Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah mengatakan, apabila syarat itu
adalah syarat yang mendukung kelancaran akad itu, maka syarat itu
diperbolehkan.Namun apabila syarat itu bertentangan dengan tabiat akad rahn, maka
syaratnya batal.
3. Marhun Bih (Hutang)
Dalam hal ini syaratnya, pertama merupakan hak yang wajib dikembalikan
kepada orang tempat berhutang.Kedua hutang itu dapat dilunasi dengan marhun (barang
jaminan) dan ketiga hutang itu pasti dan jelas baik zat, sifat maupun kadarnya.
4. Marhun (barang jaminan)
Hanafiyah mensyaratkan marhun sebagai berikut: dapat diperjual belikan,
bermanfaat, jelas, milik rahin, bisa diserahkan, tidak bersatu dengan harta marhun seperti
persyaratan dalam jual beli. Sedangkan ulama lain berpendapat bahwa marhun harus
dipegang/dikuasai oleh rahin, harta yang tetap atau dapat dipindahkan. Ulama Syafi’iyah
dan Hanabilah berpendapat bahwa selama marhun berada ditangan murtahin, jika ada
kerusakan maka murtahin tidak menanggung resika apapun.
5. Syarat penyerahan marhun
Apabila agunan telah diterima oleh murtahin kemudian hutang sudah diterima
oleh rahin, maka akad rahn bersifat mengikat bagi kedua belah pihak.Syarat terakhir
yang merupakan kesempurnaan rahn, yakni penyerahan barang jaminan artinya barang
jaminan dikuasi secara hukum oleh murtahin.
4. Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Barang Gadai
Para pihak pemberi dan penerima gadai masing-masing mempunyai hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi. Sedangkan hak dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai
a. Hak pemberi gadai
1. Pemberi gadai berhak untuk mendapatkan kembali barang yang digadaikan,
setelah pemberi gadai melunasi pinjamannya.
2. Pemberi gadai berhak menurut ganti rugi dari kerusakan dan hilangnya barang
yang digadaikan, apabila hal itu disebabkan oleh kelalaian penerima gadai.
3. Pemberi gadai berhak untuk menerima sisa hasil penjualan barang gadai setelah
dikurangi biaya pinjaman dan biaya lainnya.
4. Pemberi gadai berhak meminta kembali barang gadai apabila penerima gadai
diketahui menyalahgunakan barang gadaiannya.
b. Kewajiban pemberi gadai26
1. Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi pinjaman yang telah diterimanya dari
penerima gadai dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk biaya lain
yang telah ditentukan oleh penerima gadai.
2. Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan atas barang gadai miliknya,
apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat
melunasi pinjamannya kepada pemegang gadai.
2. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai
a. Hak penerima gadai
1. Penerima gadai berhak menjual barang yang telah digadaikan, apabila pemberi
gadai pada saat jatuh tempo tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang
yang berhutang. Sedangkan hasil penjualan marhun tersebut diambil sebagian
untuk melunasi pinjaman dan sisanya dikembalikan kepada rahin.
2. Penerima gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan
untuk menjaga keselamatan barang jaminan gadai.
3. Selama pinjaman belum dilunasi, maka penerima gadai berhak untuk menahan
barang gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai.
26
Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika,2016), hlm.41.
b. Kewajiban penerima gadai27
1. Penerima gadai berkewajiban bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya harga
barang yag digadaikan, apabila hal itu atas kelalaiannya.
2. Penerima gadai tidak dibolehkan menggunakan barang yang digadaikan untuk
kepentingan sendiri
3. Penerima gadai berkewajiban untuk memberitahu kepada pemberi gadai sebelum
diadakan pelelangan barang gadai.
B. Tinjauan Umum Teori Lelang
1. Pengetian Lelang
Manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dizaman sekarang
ini.Manusia membutuhkan bermacam-macam dan berbagai kebutuhan, baik kebutuhan
jasmani maupun rohani. Sekelompok orang yang akan memiliki kelebihan hasil produksi
yang sangat diperlukan orang lain, begitu juga dengan kelompok lain yang memiliki
kelebihan hasil produksi dan dibutuhkan oleh kelompok tersebut. Adanya hal tersebut
maka terjadilah tukar-menukar yang sejak dulu Islam telah mengaturnya yang disebut
dengan jual beli.
Jual beli dengan sistem lelang tidak termasuk praktik riba, meskipun dinamakan
dengan bai’ muzayyadah yang berasal dari kata ziyadah artinya tambahan sebagaimana
makna riba.Namun dalam pengertian tambahan disini berbeda.Bai’ Muzayyadah yang
bertambah adalah penawaran harga lebih dalam akad jual beli yang dilakukan oleh
penjual atau pembeli maka yang bertambah adalah penurunan tawaran.Sedangkan dalam
27
Andrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.63-64.
praktik riba yang haram adalah tambahan yang diperjanjikan dimuka dalam akad pinjam-
meminjam uang atau barang ribawi lainnya.
Praktik penawaran terhadap sesuatu yang sudah ditawar orang lain dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Pertama bila terdapat pernyataan eksplisit dari
penjualan persetujuan harga dari satu penawar, maka tidak diperkenankan bagi orang lain
untuk menawarnya tanpa seizin penawar yang disetujui tawarannya. Kedua bila tidak ada
indikasi persetujuan maupun penolakan tawaran dari penjual, maka tidak ada larangan
syariat bagi orang lain untuk menawarnya maupun menaikkan tawaran pertama. Ketiga
bila ada indikasi persetujuan dari penjual terhadap suatu penawaran meskipun tidak
dinyatakan seperti eksplisit maka tidak diperkenankan untuk ditawar orang lain.
Lelang termasuk salah satu bentuk jual beli, akan tetapi ada perbedaan secara
umum. Jual beli ada hak memilih, boleh tukar menukar dimuka umum dan sebaliknya,
sedangkan lelang tidak ada hak memilih, tidak boleh tukar menukar dimuka umum dan
pelaksanaannya dilakukan khusus dimuka umum.28
Berdasarkan Kep. Menteri Keuangan RI No.337/KMK.01/2000 Bab I ps. I yang
dimaksud dengan lelang adalah penjualan barang yang dilakukan dimuka umum
termasuk melalui media elektronik dengan cara penawaran lisan dengan harga yang
28
Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Jakarta:
Kiswah,2004), hlm.67.
semakin meningkat atau harga yang semakin menurun atau dengan penawaran harga
secara tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan para peminat.29
Lelang sesuai syariah juga harus dapat dipertanggung jawabkan secara syariat
Islam yaitu bebas dari unsur gharar, maisir, riba dan bathil.Istilah yang digunakan
adalah istilah yang berlaku pada POGS, misalnya barang jaminan adalah marhun,
nasabah adalah rahin serta istilah lainnya. Lelang secara syariah adalah proses penjualan
marhun sebagaimana dijelaskan menurut Fatwa DSN yang menjelaskan tentang melelang
barang dan penjualan marhun. Misalnya sebagai berikut : penjualan marhun apabila jatuh
tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasinya dan apabila
rahin tetap tidak dapat melunasinya maka marhun dijual melalui lelang syariah.30
Abu Hanafiah berpendapat bahwa tidak boleh bagi yang menerima gadai menjual
barang gadai yang diterimanya, tetapi boleh dijual dengan syarat setelah datang masa dan
tidak sanggup menebusnya, tetapi harus dijualkan oleh yang menggadaikan atau
wakilnya dengan seizing murtahin.Jika yang menggadaikan tidak mau menjualnya
hendaklah yang menerima gadai memajukan tuntutan kepada hakim.31
2. Dasar Hukum Lelang
Jual beli lelang (muzayyadah) dalam hukum Islam adalah mubah. Didalam kitab
subulus salam disebutkan Ibnu Abdi Dar berkata “sesungguhnya tidak haram menjual
barang kepada orang dengan adanya penambahan harga, dengan kesepakatan diantara
29
Keputusan Menteri Keuangan RI, No.304/KMK.01/2002. 30
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25 Tahun 2002 tentang Rahn 31
Hasbi Ash Siddieqy, Hukum-Hukum Fikih Islam (Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1991), hlm.402.
semua pihak.32Menurut Ibnu Qudamah Ibnu Abdi Dar meriwayatkan adanya ijma’
kesepakatan ulama tentang bolehnya jual beli secara lelang dan bahkan telah menjadi
kebiasaan yang berlaku dipasar umat Islam pada masa lalu. Sebagaimana Umar bin
Khatab juga pernah melakukannya sedemikian pula karena umat membutuhkan praktik
lelang sebagai salah satu cara dalam jual beli.
Didalam Al-Qur’an tidak ada aturan pasti yang mengatur tentang lelang, tetapi
berdasarkan definisi lelang dapat disamakan dengan jual beli dimana ada pihak penjual
dan pembeli.Dimana pegadaian dalam hal ini sebagai pihak penjual dan masyarakat yang
hadir dalam pelelangan sebagai pihak pembeli. Jual beli lelang termasuk dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275.
Artinya :Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata, sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
dan urusannya kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.33
Ayat tersebut merujuk pada kehalalan jual beli dan keharaman riba.Ayat tersebut
menolak argumen kaum musyrikin yang menentang disyariatkannya jual beli dalam Al-
Qur’an. Kaum musyrikin tidak mengakui konsep jual beli yang telah disyariatkan oleh
32
Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah 1995), hlm.24. 33
Qs. Al-Baqarah, ayat 275.
Allah dalam Al-Qur’an dan menganggapnya identik atau sama dengan sistem ribawi.
Untuk itu Allah mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli secara umum serta
menolak dan melarang konsep ribawi.
Dalil bolehnya lelang adalah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-
Tarmidzi, An-Nasa’I dan juga Imam Ahmad.
إلى جاء صارالأو مه رجلا أن صلى الىب الل سلم عل تك ف لك فقال سأل ء ب ش
ولبس حلس بلى قال وبسط بعض وشزب قدح بعض ما ائتى قال الماء ف قال ب
ما فأتاي م ب رسل افأخذ صلى الل الل دي سلم عل ه شتزي مه قال ثم ب فقال ذ
ما أوا رجل م آخذ م على زد مه قال بدر ه در مزت ما أوا رجل قال ثلاثا أ آخذ
ه م بدر اي مافأعطا ه أخذ إ م ما الدر الأوصاري فأعطا
Artinya :Dari Anas bin Malik ra bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang menemui
Nabi Saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi Saw, lalu bertanya kepadanya
“Apakah dirumahmu tidak ada sesuatu?”lelaki itu menjawab, “Ada, sepotong
kain yang satu dikenankan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir
untuk meminum air”. Nabi Saw berkata “kalau begitu bawalah kedua barang
itu kepadaku”. Lelaki itu datang membawanya dan Nabi Saw bertanya, siapa
yang mau membeli barang ini?, salah seorang sahabat beliau menjawab “saya
mau membelinya dengan harga satu dirham”. Nabi Saw bertanya lagi “ ada
yang mau membelinya dengan harga lebih mahal? . tiba-tiba salah seorang
sahabat beliau berkata “aku mau membelinya dengan harga dua dirham, Maka
Nabi memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua
dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anshar tersebut.
(HR.Tirmidzi).34
Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung tinggi tidak
melarang dalam melakukan usaha untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dengan
cara apapun selama cara tersebut masih berada dalam garis syariat yang dihalalkan.
Sedangkan adanya aturan dalam ajaran Islam tentunya tidak semata-mata hanya aturan
34
Sunan At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Hadits no. 1236, (Semarang: Toha Putra), hlm.345.
belaka yang hanya menjadi dasar, tetapi merupakan suatu aturan yang berfungsi menjaga
dari adanya manipulasi atau kecurangan-kecurangan dalam menjalankan bisnis dengan
cara lelang. Sebagaimana hadist diatas merupakan pedoman untuk kita bahwa praktik
lelang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan bentuk yang sederhana.
3. Syarat dan Rukun Lelang
Syariat Islam telah memberikan panduan pada kriteria umum sebagai pedoman
pokok untuk mencegah adanya penyimpangan syariah dan pelanggaran hak, norma dan
etika dalam lelang. Pedoman tersebut yaitu sebagai berikut :35
a. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling sukarela
b. Objek lelang harus halal dan bermanfaat
c. Kepemilikan penuh pada barang yang dijual
d. Kejelasan dan transparasi barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi
e. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual
f. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi menimbulkan
perselisihan
g. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk memenangkan
tawaran
Menurut ketentuan syariat, jika masa yang telah ditentukan dalam perjanjian
untuk pembayaran hutang telah terlewati, maka jika si rahin tidak mampu
mengembalikan pinjamannya, hendakla ia memberikan izin pada murtahin untuk menjual
35
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2011), hlm.125.
barang gadaian dan seandainya izin ini tidak diberikan oleh rahin maka murtahin dapat
meminta pertolongan kepada hakim untuk memaksa si rahin untuk melunasi hutangnya
atau memberikan izin untuk menjual barang gadai.36
Dalam pembahasan sebelumnya
telah dijelaskan bahwa lelang dapat dikiaskan dengan jual beli, maka lelang mempunyai
kesamaan dengan jual beli dalam hal syarat dan rukunnya. Adapun syarat dan rukun
dalam jual beli adalah sebagai berikut :37
a. Ba’I (Penjual) dan Mustari (Pembeli)
Kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli harus memiliki syarat yaitu, berakal,
kehendak sendiri dan baligh.
b. Sighat (ijab dan qabul)
Lafadz harus sesuai dengan ijab dan qabul serta berhubungan antara ijab dan qabul
tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa jual beli dimuka umum atau
lelang dilaksanakan dengan cara tawar menawar harga sampai memperoleh kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
c. Marhun (benda atau barang)
Benda yang dijadikan objek jual beli disini haruslah memenuhi syarat-syarat yaitu bersih
barangnya, dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad, mampu
menyerahkannya dan barang yang diakadkan harus dikuasa atau dimiliki.
4. Prosedur Pelelangan Barang Jaminan Gadai
36
Chairuman Pasaribu dan Suhwardi K Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hlm.140. 37
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2011) hlm.139-141.
Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang meggadaikan tidak boleh menjual
atau menghibahkan barang gadai.Sedangkan bagi penerima gadai diperbolehkan untuk
menjual barang tersebut dengan syarat pada saat jatuh tempo pihak penggadai tidak dapat
melunasi kewajibannya. Jika terdapat persyaratan menjual barang gadai pada saat jatuh
tempo, hal ini dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:38
a. Murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin.
b. Dapat memperpanjang tenggang waktu pembayaran.
c. Kalau murtahin benar-benar butuh uang dan rahin belum melunasi hutangnya, maka
murtahin boleh memindahkan barang gadai kepada murtahin lain dengan izin rahin.
d. Apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi maka murtahin boleh menjual barang gadai
dan kelebihan uangnya dikembalikan kepada rahin.
Sebelum penjualan marhun dilakukan, maka sebelumnya dilakukan pemberitahan
kepada rahin. Pemberitahuan ini dilakukan paling lambat 5 hari sebelum tanggal
penjualan melalui : surat pemberitahuan kemasing-masing alamat, dihubungi melalui
telepon, papan pengumuman yang ada dikantor cabang, informasi dikantor
kelurahan/kecamatan. Penetapan harga barang hasil lelang disesuaikan dengan harga
pasar pada waktu hari barang gadai itu dilelang. Apabila dalam penjualan barang hasil
lelang tersebut terdapat uang kelebihan maka pihak murtahin akan menyerahkan kepada
rahin. Namun apabila dalam kurun waktu satu tahun rahin tidak mengambil uang
kelebihan tersebut maka murtahin akan menyerahkannya kepada badan amil zakat.
38
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta : Salemba Diniyah, 2003), hlm.118.
Sebaliknya jika terdapat kekurangan dalam penjualan barang hasil lelang tersebut maka
rahin wajib untuk membayar kekurangannya.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan dengan peneliti terdahulu, penulis melakukan
penelusuran yang terkait dengn judul penelitian yang penulis angkat, diantaranya sebagai
berikut:
Skripsi karya Safarman Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang,
yang berjudul “Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan pada Perum Pegadaian
Bukittinggi” yang mana hasil penelitiannya yaitu debitur yang tidak dapat melunasi
hutangnya dan tidak memperpanjang kredit maka barang jaminan dapat dilelang. Dari
hasil lelang pihak Pegadaian mengambil pelunasan hutang debitur. Apabila terjadi
perselisihan sehubungan jaminan yang dilelang maka akandiselesaikan secara
musyawarah, dan apabila tidak memberikan hasil maka akan diajukan ke Pengadilan
Negeri.39
Skripsi karya Safe’I Mahasiswa Fakultas Syariah STAIN Cirebon yang berjudul
“Jual Beli Sistem Lelang dalam Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif”.Hasil
penelitian ini menyatakan transaksi jual beli lelang pada hakikatnya telah dilakukan pada
zaman Rasulullah Saw.Dan kedua hukum telah membolehkan jual beli secara lelang
39
Safarman, Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Bukittinggi,
Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang, 2004.
selagi mengedepankan dan memperhatikan unsur-unsur serta mendasari etika jual beli
dengan kejujuran dan tanpa menipu.40
Skripsi karya Lusianah Mahasiswi Fakultas Syariah STAIN Cirebon, yang
berjudul “Analisis Sistem Operasional Pegadaian Syariah.Hasil penelitian ini menyatakan
analisi sistem operasional pegadaian syariah masih bersifat konvensional seperti dalam
penaksiran barang dan dalam pelelangan barang gadai.41
Skripsi karya Elvira Suzana Ekaputri Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas
Indonesia yang berjudul “Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Gadai pada Perum
Pegadaian Cabang Depok”. Hasil dari penelitian ini dalam prakteknya pelaksanaan lelang
barang memiliki beberapa hambatan seperti, informasi yang tidak sampai pada nasabah,
harga pasar yang berubah-ubah, tempat pelelangan yang kurang memadai, dan kesulitan
pihak Pegadaian dalam menjual barang sisa lelang yang tidak laku-laku.42
Skripsi karya Zumrotul Malikah Mahasiswi Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang yang berjudul “ Konsep Harga Lelang Dalam Prespektif Islam”. Hasil
penelitian ini yaitu penetapan harga dalam ekonomi Islam dengan mempertimbangkan
harga yang pantas dan adil. Dan konsep harga dalam sistem lelang adalah harga
ditentukan oleh juru lelang yang melihat keadaan fisik barang dan tidak meninggalkan
40
Safe’I, Jual Beli Sistem Lelang dalam Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Skripsi
Fakultas Syariah STAIN Cirebon, 2005.
41Lusianah, Analisis Sistem Operasional Pegadaian Syariah, Skripsi Fakultas Syariah STAIN
Cirebon, 2007. 42
Elvira Suzana Ekaputri, Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Gadai pada Perum Pegadaian
Cabang Depok, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012.
nilai limit lelang berupa, harga pusat, harga pasar daerah dan harga pasar setempat. Hal
ini sesuai dengan konsep ekonomi Islam yang menjunjung tinggi keadilan.43
Dari penelitian diatas terdapat perbedaan metode dengan yang akan penulis
lakukan, dalam pengumpulan data tidak hanya menggunakan dokumentasi tetapi
wawancara dan observasi akan dilakukan oleh penulis. Hasil dari penelitian tersebut
sangat membantu dan berkaitan dengan judul yang penulis angkat.
43
Malikah, Konsep Harga Lelang dalam Prespektif Islam.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari metode-metode yang
digunakan untuk menelusuri, mencari, dan mengumpulkan data kemudian mengelolah,
menganalisis dan menafsirkan data yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh
suatu kebenaran yang obyektif.44
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Metode kualitatif digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah, dan dimana peneliti sebagai instrument utama.45
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik kualitatif deskriptif.Penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan menggunakan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara
alamiah.Penelitian kualitatif deskriptif yaitu cenderung menggunkan analisis data secara
induktif, dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri menjadi instrument dalam
pengumpulan data utama. Penelitian kualitatif lebih mementingkan segi proses daripada
hasil, karena bagian-bagian yang diamati akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam
proses.
44
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm
12. 45
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm.30
32
Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peniliti benar-benar
datang langsung kelokasi penelitian dan menggunakan metode wawancara, pengamatan
atau observasi dan pemanfaatan dokumen.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini dilakukan dengan (field research), yaitu mencari data dengan
melakukan penelitian langsung dilapangan untuk mendapatkan hasil pengamatan atau
informasi dari responden.Data yang digunakan dalam penelitian ini hasil dari
kepustakaan, observasi, dokumen dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
informan, yaitu manager, pengelola unit, nasabah dan karyawan pada Unit Pegadaian
Syariah Jelung Kota Jambi.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumbernya ataupun lokasi penelitian dan keseluruhan data hasil
penelitian yang diperoleh dari lapangan. Dalam penelitian ini data primer yang dilakukan
yaitu proses pelelangan barang pada Unit Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi.46
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara tidak
langsung, seperti dokumen-dokumen, sejumlah buku, jurnal dan hasil penelitian yang
berwujud laporang yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini.
46
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisn Skripsi, (Jambi : Syariah Press Fakultas
Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014), hlm.34
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengambilan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek penelitian yang diteliti
dengancara langsung dan terencana bukan kebetulan.Observasi yang digunakan dalam
penelitian ini penulis melakukan observasi partisipasi yaitu penulis ikut terlibat langsung
dilapangan.47
2. Wawancara
Teknik wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu.
Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara
langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau
direkam.Penelitian ini menggunakan wawancara secara bebas, yaitu menyiapkan
beberapa pertanyaan yang telah ditentukan, tentunya masalah ini berkaitan dengan sistem
pelaksanaan lelang barang gadai jatuh tempo di pegadaian syariah.48
3. Dokumentasi
Analisi dokumentasi yang dilakukan unutk mengumpulkan berbagai informasi
dan sumber data yang tertulis untuk membantu memecahkan maslaah melalui analisis
47
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2011),
hlm.310. 48
Ibid, hlm.317.
dokumentasi.49
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa foro,
catatan-catatan kecil, dan gambar-gambar.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif deskriptif dengan menggunakan
pendekatan empirik. Proses analisi data kualitatif yang dilakukan melalui empat tahap.
Dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foro dan sebagainya.Langkah berikutnya adalah reduksi data
yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti,
proses dan pertanyaan yang tetap berada didalamnya.Selanjutnya menyusunnya dalam
satuan-satuan.Tahap akhir yaitu mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui dan mempermudah penulisan serta memperoleh gambaran
dari keseluruhan dan dapat dipahami secara sistematis maka sistematika penulisan skripsi
ini sebagai berikut :
Pada Bab I Pendahuluan, pada bab ini diuraikan secara garis besar permasalah
penelitian yang meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah,
manfaat masalah, kerangka teori, tinjauan pustaka.
49
Ibid, hlm.335.
Pada Bab II yaitu sekitar masalah sistem lelang barang gadai jatuh tempo, pada
bab ini dijelaskan secara ringkas tentang isi dari berbagai referensi yang berhubungan
dengan pokok bahasan untuk mendukung penyusunan teori.
Pada Bab III Gambaran Umum, pada bab ini membahas mengenai gambaran
umum tempat penelitian dilapangan disesuaikan dengan data yang relevan. Dimana
gambaran umum yang dimaksud yaitu, sejarah berdirinya pegadaian syariah Jelutung
Kota Jambi, mekanisme operasional pegadaian syariah Jelutung Kota Jambidan diakhiri
dengan produk pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi.
Pada Bab IV Hasil penelitian, pada bab ini akan dibahas mengenai proses
pelelangan barang, kendala-kendala dalam pelelangan dan tinjauan hukum Islam terhadap
sistem lelang barang gadai jatuh tempo di pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi.
Pada Bab V penutup, pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah Di Indonesia
Pegadaian Syariah adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan
sistem gadai sesuai dengan hukum Islam.Sistem gadai menurut Kitab Undang Undang
Hukum Perdata Pasal 1150 adalah hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai hak
piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang
yang berpiutang oleh seseorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama
orang yang mempunyai utang. Nah dalam Pegadaian Syariah sistem gadai atau yang
disebut rahn dalam bahasa arab ini dijalankan sesuai dengan hukum Islam. Kata “rahn”
berarti tetap atau lama, dengan kata lain juga dapat dikatakan penahanan barang dalam
jangka waktu tertentu, barang yang memiliki nilai harta ini dijadikan jaminan dalam
utang-piutang. Sama seperti lembaga lain yang berlabel syariah, landasan pembentukan
Pegadaian Syariah adalah Al – Qur’an dan Hadist.50
Praktik transaksi keuangan yang sudah lama dalam sejarah peradaban manusia di
Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan gadai. Sistem pegadaian yang paling tua
terdapat di Negara Cina pada 3.000 tahun yang lalu, yang juga terdapat di Benua Eropa
dan Kawasan Laut Tengah pada zaman Romawi. Di Indonesia praktik gadai sudah
berkembang secara cepat, hal ini ditandai dengan masyarakat Indonesia yang telah
terbiasa melakukan transaksi hutang-piutang dengan jaminan barang.
50
https://www.ilmudasar.com/2017/09/Pengertian-Sejarah-Fungsi-Tujuan-Rukun-dan-Teknik-
Transaksi-Pegadaian-Syariah-adalah.html Di akses tanggal 7 Juli 2019 pukul 19.05 WIB
37
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, lembaga pegadaian dikenal di Indonesia
sejak tahun1946 yang ditandai dengan Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff mendirikan
Bank Van Leening.Namun diyakini oleh bangsa Indonesia bahwajauh sebelum itu,
masyarakat telah mengenal transaksi gadai dengan menjalankan praktik hutang piutang
dengan jaminan.51
Oleh karena itu, perum pegadaian merupakan sarana alternatif pertama
dan sudah ada sejak lama serta sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia di kota-
kota besar maupun kecil.
Pemerintah Indonesia mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa
Barat, dengan nama Pegadaian. Lembaga tersebut didirikan pada tanggal 1 April 1901
dengan Wolf von Westrode sebagai kepala pegadaian negeri pertama, dengan misi
membantu masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pinjaman dengan hukum
gadai.52
Berdirinya pegadaian syariah merupakan keinginan masyarakat terhadap lembaga
gadai syariah dalam bentuk perusahaan, mungkin karena umat Islam menghendaki
adanya lembaga gadai perusahaan yang benar-benar menerapkan prinsip syariat Islam.
Dalam hal ini, maka perlu dikaji berbagai aspek-aspek penting, antara lain aspek
legalitas, aspek permodalan, aspek sumber daya manusia, aspek kelembagaan, aspek
sistem dan prosedur serta aspek pengawasan.
B. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
Pegadaian syariah Jelutung Jambi merupakan salah satu pegadaian yang
mempunyai bagian sistem ekonomi yang terpenting dan dibutuhkan dalam masyarakat
51
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm.9. 52
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2011),hlm.69.
mayoritas yang beagama muslim. Pegadaian ini adalah pegadaian yang aktifitasnya
meninggalkan riba, karena riba sudah jelas diharamkan dalam Islam.
Pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi terletak di Jl. D.I. Panjaitan No.30,
Kebun Handil, Kec. Jelutung, Kota Jambi, Jambi 36125. Pegadaian Jelutung Kota Jambi
adalah salah satu dari beberapa Perum Pegadaian Kota Jambi. Didirikannya pegadaian
syariah Jelutung Kota Jambi bertujuan untuk memberikan pelayanan dana bagi
masyarakat menengah kebawah, dan tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat
golongan atas. Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, melayani Rahn Bisnis, Gadai
Syariah, Arrum, Amanah, EmasKu, Mulia, Tabungan Emas, MPO (Pembelian dan
Pembayaran Tagihan Telepon, Listrik, Air, Tiket, Internet, TV Berbayar, Pembayaran
Iuran BPJS, dll). Pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi juga menyediakan berbagai
layanan terkait dengan produk-produk PT Pegadaian. Layanan produk PT Pegadaian
yang tersedia mulai dari investasi emas pegadaian, cek harga emas pegadaian, tabungan
emas, pendaftaran pegadaian digital atau pegadaian online, Kredit Cepat Aman (KCA)
pegadaian, pegadaian syariah dan lainnya. Pada kantor ini juga nasabah bisa mengajukan
pinjam uang atau kredit dengan jaminan muali dari surat BPKB kendaraan motor atau
mobil, surat tanah dan lainnya. Proses pegadaian terjamin.53
C. Visi, Misi dan Tujuan Pendirian Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
1. Visi
Pada tahun 2013 pegadaian menjadi champion dalam pembiayaan mikro kecil
berbasis gadai dan fiducia bagi masyarakat menengah kebawah. Visi pegadaian yang
53
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019.
telah ditetapkan tersebut tidaklah sesuatu yang mustahil untuk dicapai, tekad sudah
dipegang erat dengan seluruh daya dan upaya dikerahkan untuk mewujudkan.54
2. Misi
Perum pegadaian merumuskan misi perusahaan menyangkut batasan bidang
bisnis yang akan digarap, sasaran pasar yang dituju dan upaya peningkatan kemanfaatan
perum pegadaian. Rumusan misi pegadaian adalah sebagai berikut :55
a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya
golongan solusi keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro
kecil, menengan dan atas dasar hukum gadai dan fudicia.
b. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik secara konsisten.
c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
3. Tujuan pendirian perusahaan
Pegadaian syariah sebagai lembaga keuangan syariah non bank yang berdiri
ditengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan segala jenis masalah yang
muncul dalam masyarakat tersebut terutama masalah ekonomi. Adapun tujuan berdirinya
pegadaian syariah adalah:56
54
www.pegadaian.co.id, diakses pada tanggal 6 Juli 2019. 55
www.pegadaian.co.idibid. 56
www.pegadaian.co.id, ibid.
a. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah
kebawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa dibidang ekonomi
lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan lainnya.
b. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, ijon, praktik riba, dan pinjaman tidak
wajar lainnya. Pegadaian syariah juga memegang nilai-nilai prinsip dasar dalam
pengelolaan usaha, yaitu kejujuran, keadilan dan kesesuaian dengan syariah.
D. Motto Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
Motto pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi adalah “mengatasi masalah tanpa
masalah”.Logo tersebut ditempatkan sebagai base line logo pegadaian dan merupakan
ciri utama pelayanan pegadaian. Logo tersebut menggambarkan karakter khas pegadaian
yaitu :57
1. Pohon rindang, melambangkan keteduhan, perlindungan dan pertumbuhan.
2. Timbangan, melambangkan ketepatan.
3. Akurasi keseimbangan tulisan pegadaian dengan posisi miring melambangkan
dinamis aktivitas.
E. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
Perusahaan tela membuat struktur organisasi yang menjadi pedoman tugas dan
tanggung jawab terhadap piak-pihak terkait dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sehari-hari.Struktur organisasi tersebut dari puncak pimpinan sampai bawah,
dimana seluruh perintah dan hubungan yang ada diantaranya dapat dijadikan sebagai alat
untuk mencapai tujuan perusahaan.
57
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019
Adapun struktur organisasi pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi adalah
sebagai berikut :58
Tabel I
Struktur Organisasi
No. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
1. Pimpinan Cabang Heriyadi
2. Pengelola Unit 1. Apelona Rosy
2. Silvia Oktaviani
3. Dia Cenita
4. Ahmad Purwanto
5. Arsaka
6. Bina Ayu
7. Ayu WFP
8. Harute
9. Tomi
10. Kms. Riski
3. Pengelola Agunan 1. Asih
2. Romy Herlandes
3. Ain Soejatmico
4. Dewi Astuti
5. Aprizal
6. Indra Gunawan
7. Irwansyah
8. Gunawan
Pimpinan cabang yaitu pengelola operasional cabang dengan menyalurkan
pinjaman uang secara hukum gadai dan melaksanakan usaha-usaha lainnya serta
mewakili kepala perusahaan dalam hubungan dengan pihak lain atau masyarakat sesuai
ketentuan yang berlaku dalam rangka melaksanakan misi perusahaan.
58
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019.
Pengelola Agunan yaitu mempunyai tugas pokok antara lain melaksanakan tugas
penerimaan dan tugas pembayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
kelancaran operasional.
F. Produk-Produk Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
Pegadaian syariah merupakan lembaga keuangan non bank yang berfungsi
majemuk, maka dalam menjalankan kegiatan usahanya pegadaian syariah mempunyai
beberapa produk dan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk-produk
pegadaian syariah diantaranya berupa :59
a. Ar-rahn
Ar-rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah,
dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan biaya simpan pinjam dan
pemeliharaan. Benda yang dapat digadaikan berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik
dan kendaraan bermotor.60
a. Cara memperoleh pinjaman
Cara memperoleh pinjaman cukup membawa barang jaminan disertai copy
identitas diri ke loket penaksir dan barang jaminan (marhrun) akan ditaksir oleh penaksir,
selanjutnya akan memperoleh uang pinjaman (mahrun bih) sebesar 90% dari nilai
taksiran.
b. Proses pelunasan pinjaman
Proses pelunasan pinjaman bisa dilakukan kapan saja sebelum jangka waktu 120
hari, baik dengan cara sekaligus maupun angsuran. Apabila sampai dengan 120 hari
59
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019. 60
Dokumentasi,Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi,6 Juli 2019.
sebelum bisa melunasi, nasabah dapat memperpanjangan masa pinjaman sampai 120 hari
berikutnya dengan membayar ijarah dan biaya administrasi sesuai tariff yang berlaku.
c. Keuntungan ar-rahn
Keuntungan gadai syariah adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya guna barang bergerak anda,perhiasan kesayangan andapun
tetap menjadi milik anda, dan anda tidak akan mengalami kerugian selisih beli
baru dan jual.
2. Prosedur dan syarat mudah serta proses cepat dengan tarif kompetitif dan ijarah
di hitung dari nilai taksiran.
3. Barang jaminan anda akan ditaksir secara cermat dan akurat sehingga akan tetap
memiliki nilai taksiran yang optimal .
4. Jangka waktu fleksibel, bebas menentukan pilihan pembayaran.
5. Aman terjaga dan dijamin asuransi.
6. Sumber dana sesuai syariah dan operasional dibawah pengawasan Dewan
Pengawasan Syariah.
b. Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro kecil)
Arum adalah skim pinjaman berprinsip syariah pinjaman tersebut ditujukan bagi
para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sistem
pengembalian secara angsuran dan menggunakan jaminan BPKB motor/mobil.61
a. Keuntungan Arum
61
Dokumentasi Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi,6 Juli 2019
1. Meningkatkan daya guna barang bergerak nasabah, mobil/motor nasabah tetap
milik nasabah, dan nasabahpun tidak akan mengalami kerugian selisih dengan
beli baru dan jual.
2. Prosedur dan syarat mudah serta proses cepat dengan tariff kompetitif dan ijarah
dihitung dari nilai taksiran.
3. Barang jaminan anda akan ditaksir secara cermat dan akurat sehingga akan tetap
memiliki nilai ekonomis yang wajar karena nilai taksiran yang optimal.
4. Jangka waktu pinjaman fleksibel, serta bebas menentukan pilihan pembayaran
masa angsuran.
5. Aman dan terjaga serta dijamin asuransi.
6. Sumber dana sesuai syariah dan operasional dibawah pengawasan DPS.
c. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)
Logam mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan
manusia disamping memliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang
nilainnya sangat setabil, likuid, dan aman secara ril. Mulia (murabahah logam mulia
untuk investasi abadi) memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan logam
mulia oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan atau dengan pola angsuran
dengan dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang fleksibel. Akad mulia
menggunakan akad murabhah danrahn.62
a. Keuntungan berinvestasi melalui logam mulia
1. Jembataan mewujudkan niat mulia anda untuk:
62
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syaria Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019.
a) Menabung logam mulai untuk menunanikan ibadah haji.
b) Mempersiapkan biaya pendidikan anak masa mendatang.
c) Memiliki tempat tinggal dan kendaraan.
2. Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio asset anda.
3. Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana yang
mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan usaha, atau
menyehatkan cashflow keuangan bisnis anda, dan lain-lain.
4. Tanda pilihan logam mulia dengan berat 4,25gr, 5gr, 10gr, 25gr, 50gr, 100gr, 250gr,
dan 1kg.
d. Pembiayaan amanah
Pembiayaan amanah dari pegadaian syariah adalah pembiayaan prinsip syariah
kepada pegawai negeri sipil dan karyawan swasta dan pembiayaan ini ditujukan untuk
memiliki kendaraan motor atau mobil dengan cara angsuran.
e. Pegadaian arum haji
Pegadaian arrum haji adalah ;pembiayaan guna pendaftran haji dengan
pembiayaan emas dan bukti setoran awal biaya perjalanan ibadah haji.63
f. Tabungan emas
Tabungan emas adalah layanan pembelian dan penjualan emas dengan fasilitas
titipan dengan harga yang terjangkau.Layanan ini memberi kemudahan kepada
masyarakat untuk berinvestasi emas.64
g. Pegadaian mobile
63
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019. 64
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019.
Mitra MPO atau pegadaian mobile adalah program kemitraan dari pegadaian
dimana nasabah pegadaian bisa mendapatkan peluang bisnis elektronik payment
langsung dari smartphone android yang dimiliki.Produk ini merupakan produk pegadaian
berupa jasa.65
G. Rekap Transaksi Gadai di Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi dari Tahun
2016-2018
Tabel II
Omset Transaksi Gadai/KCA Tahun 2016-2018
Gadai KCA/Rahn
Tahun Golongan Uang Pinjaman Total
2016
A
B
C
D
119.170.000
6.631.550.000
7.101.000.000
4.674.100.000
18.525.820.000
2017 A
B
C
D
122.840.000
7.582.350.000
8.336.860.000
4.735.810.000
20.777.860
2018
A
B
C
D
116.430.000
8.597.950.000
9.810.750.000
7.239.250.000
25.764.380.000
Omset transaksi dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi untuk jenis gadai/KCA
dengan golongan A, B, C, dan D dengan total transaksi uang pinjaman pada tahun 2016
sejumlah Rp.18.525.820.000,- , tahun 2017 Rp.20.777.860,- , dan tahun 2018 dengan
jumlah Rp.25.764.380.000,-.
65
Dokumentasi, Kantor Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi, 6 Juli 2019.
Tabel III
Omset Transaksi Mikro dan Lainnya
Tahun 2016-2018
Mikro dan Lainnya
Tahun Produk Uang Pinjaman Total
2016
Arrum
Amanah
Arum Haji
Emasku
Mulia Baru
886.410.00
889.500.000
825.000.000
17.705.000
306.824.268
2.925.439.268
2017
Arrum
Amanah
Arrum Emas
Arum Haji
Rahn Flexi
Emasku
Mulia Baru
968.940.00
2.953.100.000
722.110.000
3.375.000.000
370.050.000
9.129.650
209.785.148
8.608.114.798
2018
Arrum
Amanah
Arrum Emas
Arum Haji
Rahn Flexi
Hasan
Mulia
Emasku
Mulia Baru
849.000.000
11.782.200.000
1.295.420.000
1.675.000.000
1.095.070.000
12.290.000
155.994.800
63.695.700
323.823.764
17.252.494.264
Omset transaksi Mikro dan lainnya dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi
pada Tahun 2016-2018 dengan jenis produk (Arrum, Amanah, Arrum emas, Arrum haji,
Rahn flexi, Hasan, Mulia, Emasku, Mulia baru) dengan total pinjaman setiap tahunnya
dimulai dari tahun 2016 sejumlah Rp. 2.925.439.268,- , tahun 2017 Rp. 8.608.114.798,- ,
dan tahun 2018 sejumlah Rp. 17.252.494.264,-.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Lelang Barang Gadai Jatuh Tempo di Pegadaian Syariah Jelutung
Kota Jambi
Pegadaian merupakan salah satu perusahaan jasa yang mampu mengatasi
masalah keuangan dalam waktu yang relatif singkat.Pegadaian tidak menuntut prosedur
dan syarat-syarat khusus yang kadang-kadang menjadi masalah tersendiri bagi nasabah
yang sangat sulit dipenuhi.Dipegadaian hanya cukup dengan pengajuan kredit yang
sangat sederhana sekali. Penyebab inilah yang menjadikan pegadaian dan masyarakat
sangat dekat dengan kehidupan, karena dapat mengatasi masalah kekurangan dana tanpa
harus menimbulkan masalah lain dalam prosedurnya.
Adanya kredit gadai merupakan salah satu kredit yang diberikan oleh pegadaian
untuk jangka waktu tertentu dengan benda jaminan.Apabila dalam waktu yang ditentukan
oleh pegadaian, rahin tidak dapat memenui kewajibannya dalam menebus barang
jaminan, maka pegadaian wajib menjual atau melelang barang jaminan tersebut.
Rahin dalam menggadaikan barangnya telah diberikan jangka waktu untuk
melunasi hutangnya agar dapat menebus barangnya selama 120 hari.Selain itu juga diberi
masa tenggang atau perpanjangan waktu selama 5hari.Jadi jangka waktu yang telah
diberikan pegadaian adalah 25hari. Apabila rahin tidak mampu untuk melunasi
hutangnya dan menebus barangnya maka barang tersebut akan dilelang66
66
Wawancara dengan Bapak Heriyadi, Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi,
6 Juli 2019.
Lelang merupakan salah satu upaya eksekusi terhadap barang jaminan gadai
yang juga dilakukan oleh pegadaian syariah.Hal tersebut merupakan upaya terakhir yang
dilakukan oleh pegadaian syariah apabila nasabahnya tidak dapat melunasi
hutangnya.Salah satu pegadaian syariah yang melakukan lelang barang jaminan gadai
yaitu Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi. Sebelum lelang dilakukan pihak pegadaian
akan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Memberikan peringatan secara lisan melalui telepon.
2. Memberikan surat peringatan secara tertulis.
3. Pendekatan secara persuasive dengan jalan meminta nasabah datang kekantor untuk
melakukan negosiasi untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Solusi tersebut
antara lain : gadai ulang, penambahan plafon, mengangsur, menjual sendiri objek
jaminan.
Lelang dilaksanakan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan tersebut
rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya,, maka dilakukan pelelangan barang jaminan
gadai dengan prosedur sebagai berikut:67
a. Satu minggu sebelum pelelangan dilakukan, pihak pegadaian akan memberitahukan
kepada rahin bahwa barang jaminannya akan dilelang.
b. Ditetapkan harga pada saat pelelangan.
c. Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan serta hutangnya, dan sisanya
akan dikembalikan kepada nasabah.
67
Wawancara dengan Bapak Heriyadi, Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi,
6 Juli 2019.
48
d. Sisa kelebihan yang tidak diambil oleh nasabah akan diserahkan kepada lembaga amil
zakat yang dikelola oleh pegadaian syariah sendiri.
Prosedur pelelangan barang gadai jatuh tempo dipegadaian syariah Jelutung Kota
Jambi ini menggunakan sistem akad jual beli.Marhun yang tidak dapat ditebus oleh rahin
atau telah jatuh tempo maka oleh murtahin (pihak pegadaian) akan dijual. Penjualan
marhun tersebut dimaksudkan untuk upaya pengembalian uang pinjaman dan jasa simpan
yang tidak dapat dilunasi sampai waktu yang telah ditentukan.
Meskipun dalam pelaksanaan lelang pada pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi
menggunakan sistem penjualan atau lelang tertutup, namun dalam pengarsipannya tetap
menggunakan pelelangan.Hal ini dilakukan karena pegadaian syariah ingin menegakan
syariat Islam secara keseluruhan, tetapi pegadaian syariah juga harus mengikuti peraturan
yang ditetapkan oleh pegadaian pusat.Hal tersebut dikarenakan pegadaian syariah harus
menyerahkan biaya lelang dan pajak lelang.
Persiapan yang dilakukan oleh pegadaian syariah sebelum melaksanakan
pelelangan antara lain : persiapan penjualan marhun yang dilakukan paling lambat 7hari
sebelum penjualan. Pimpinan cabang membentuk tim pelaksanaan penjualan yang terdiri
dari 1 orang ketua dan 2 orang anggota (penaksir). Waktu penjualan marhun dilakukan
hari sabtu, penjualan dilakukan untuk marhun yang telah jatuh tempo pada minggu lalu.
Penjualan dilaksanakan pada jam pelayanan nasabah. Khusus marhun emas, karena hari
sabtu tidak ada harga emas maka harga emas yang dijadikan patokan adalah harga emas
pada hari jumat.68
Menurut peraturan taksir yang berlaku, mengenai harga penjualan marhun semua
marhun harus ditaksir ulang sebelum dilaksanakan penjualan.Taksiran baru dicatat pada
SBR dilipat atau pada halaman belakangnya oleh panitia penjualan.Apabila taksiran baru
itu lebih rendah dari uang pinjaman ditambah jasa simpan, maka barang tersebut harus
dijual serendah-rendahnya sebesar uang pinjaman ditambah jasa simpan ditamba biaya
penjualan.Apabila taksiran baru itu lebih tinggi dari uang pinjaman ditambah jasa
simpan, maka barang itu harus dijual dengan harga serendah-rendahnya sebesar uang
pinjaman menurut taksiran yang baru ditambah biaya penjualan.
Barang yang tidak laku dijual adalah marhun yang tidak laku dijual pada hari
sabtu pada saat pelelangan.Terhadap barang yang tidak laku dijual ini dilakukan
penebusan administratif sebesar uang pinjaman. Terhadap marhun yang tidak laku dijual
selama 1bulan maka dapat dilakukan upaya mutasi antar kantor cabang dan
mengupayakan penurunan harga jual. Sebelum dilakukannya upaya penurunan harga jual,
cabang pegadaian harus mengajukan penurunan harga kekantor wilayah untuk
mendapatkan pengesahan.
Adapun upaya yang dilakukan pihak pegadaian sebelum melakukan lelang terhadap
benda jaminan gadai diantaranya adalah pendekatan secara persuasif dengan cara
meminta rahin untuk datang langsung kekantor pegadaian syariah untuk melakukan
68
Wawancara dengan Bapak Heriyadi, Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi,
6 Juli 2019.
negosiasi mencari solusi agar barang jaminannya tidak dilelang. Solusi tersebut antara
lain :
a. Gadai ulang, yaitu rahin dapat mengajukan permohonan kembali agar diperpanjang
lagi jangka waktu pinjaman dengan cara membayar administrasi dan ijarah.
b. Minta tambah, yaitu rahin mengajukan permohonan kepada pegadaian dengan cara
tambahan uang pinjaman dikurangi biaya administrasi dan ijarah.
c. Ambil sebagian, yaitu rahin mengambil sebagian pokok pinjaman barang jaminan
ditambah jasa simpan dan biaya administrasi.
d. Nyicil, yaitu rahin melunasinya dengan cara menyicil sebagian pokok pinjaman
secara bebas ditambah ijarah dan biaya administrasi.
Apabila dengan upaya-upaya diatas pihak rahin tetap tidak dapat melunasi
hutangnya atau menebus barang jaminan maka pihak pegadaian akan melakukan
pelelangan. Hasil penjualan lelang tersebut dapat untuk menutup uang pokok pinjaman
ditambah jasa penyimpanan dan biaya pelanggan. Adapun prosedur pelaksanaan lelang
barang gadai jatuh tempo dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi yaitu : pertama yang
dilakukan oleh pihak pegadaian adalah menetapkan tanggal pelaksanaan lelang. Lelang
biasanya dilaksanakan pada hari ke 125 dari tanggal 10 (untuk pinjaman tanggal 1 s/d
10), pada hari 125 dari tanggal 28/29/30/31 untuk pinjaman tanggal (21- akhir bulan).
Oleh karena itu pelaksanaan lelang dilakukan dalam 3 periode dalam satu bulan dengan
ketentuan :
a. Periode I untuk tanggal akad 1 s/d 10, pelaksanaan lelang dilakukan antara tanggal 15
s/d 20 bulan ke 5.
b. Periode II untuk tanggal 11 s/d 20, pelaksanaan lelang dilakukan antara tanggal 25s/d
akhir bulan ke 5.
c. Periode III untuk tanggal akad 21 s/d 31, pelaksanaan lelang dilaksanakan antara
tanggal 5 s/d 10 bulan ke 6.
Tanggal pelaksanaan lelang ditetapkan oleh pemimpin wilayah berdasarkan
usulan dari manager cabang. Minimal dua bulan sebelum tahun angaran berakhir,
manajer cabang yang harus mengusulkan rencana tanggal lelang untuk tanggal akad
pinjaman tahun anggaran berikutnya.
Setelah tanggal pelaksanaan pelelangan ditetapkan, langkah selanjutnya dalam
prosedur pelelangan barang jaminan gadai dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi
diantaranya meliputi cara memperlihatkan barang, mempengaruhi calon pembeli, cara
menetapkan harga akhir, cara melaksanakan ijab qabul dan penyerahan barang.
Mekanisme penetapan harga dalam praktik lelang barang gadai, harga harus
menuju pada keadilan.Sama dengan penentuan harga pada umumnya harga ditentukan
oleh pasar.Dalam lelang dikenal dengan pasar lelang, pasar lelang sendiri didefenisikan
sebagai suatu pasar terorganisasi dimana harga menyesuaikan diri terus menerus terhadap
penawaran dan permintaan serta biasanya dengan barang dagangan standar, jumlah
penjual dan pembeli cukup besar dan tidak saling mengenal.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Heriyadi diperoleh hasil “Menentukan
harga dalam proses lelang barang gadai dipegadaian syariah harganya harus menuju pada
keadilan yang tidak menimbulkan penindasan kepada pihak nasabah dimana pihak
pegadaian melakukan terlebih dahulu survey kepasar setempat dan harga pasar pusat.
Konsep harga dalam sistem lelang mengacu pada harga pusat sedangkan proses
penetapan harga dilakukan oleh juru lelang yaitu pihak pegadaian syariah.69
Dan adapun
mekanisme penetapan harga lelang barang gadai yang digunakan pihak pegadaian
sebagai berikut :70
1. Melihat dari harga dasar lelang
Pihak pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi melakukan survei ke harga pasar
setempat dan harga pasar pusat untuk mengetahui berapa harga barang dipasar tersebut,
setelah melakukan survei baru pihak pegadaian melakukan taksiran ulang dan menetapan
harga lelang.
2. Melakukan taksiran ulang
Ini dilakukan pihak pegadaian syariah untuk mengetahui berapa harga yang akan
diberikan kepada pembeli lelang.
3. Mengupayakan penjualan lelang setinggi-tingginya
Dikarenakan pihak pegadaian melakukan penjualan lelang yang setinggi-
tingginya dimana hal tersebut untuk melindungi nasabah dari kerugian karena barang
jaminan nasabah sudah dilelang.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
dalam menetapkan harga lelang barang gadai jatuh tempo yang harus diperhatikan adalah
melihat harga dasar lelang, melakukan taksir ulang, mengupayakan penjualan yang
69
Wawancara dengan Bapak Heriyadi, Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi,
6 Juli 2019. 70
ibid, Jambi, 6 Juli 2019.
setinggi-tingginya dimana pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi sudah menerapkannya.
Dibawah ini contoh penetapan harga lelang barang jaminan yaitu emas dengan tahapan :
a. Melihat harga dasar lelang emas pusat pegadaian melalui website pegadaian, Contoh
pada tanggal 23 Mei 2019 1gram logam mulia seharga Rp. 509.290,-
b. Melakukan survey harga ke pasar setempat, Contoh pada tanggal 23 Mei 2019 1gram
logam mulia seharga Rp.500.000,-
c. Jika lebih rendah kantor cabang mengajukan permohnan penetapan harga dasar lelang
ke kantor wilayah dan disetujui dengan harga 1gram logam muliah dengan harga Rp.
500.000,-.
Berdasarkan uraian diatas bahwa penerapan penetapan harga lelang barang gadai
sudah menggunakan prinsip syariah karena dalam menetapkan harga terlebih dahulu
melihat harga dasar barang tersebut.
2. Hukum Lelang Barang Gadai Jatuh Tempo Menurut Hukum Islam
Gadai merupakan suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas
suatu barang yang diserahkan oleh orang yang berhutang sebagai jaminan hutangnya dan
barang tersebut dapat dijual oleh yang berpiutang bila yang berhutang tidak dapat
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.71
Pelelangan dilakukan pada waktu dan
tempat yang telah ditentukan.Pelelangan berlaku pada masyarakat umum dan sebelumnya
ada pemberitahuan kepada nasabah dan masyarakat adanya pelelangan.
Barang jaminan milik rahin yang akan dilelang karena ada beberapa sebab,
pertama, ketika jatuh tempo nasabah tidak dapat melunasi dan tidak dapat menebus
71
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta : Salemba Diniyah, 2003) hlm.17
barang jaminan. Kedua, ketika jatuh tempo nasabah tidak memperpanjang waktu
pinjaman dengan ketentuan yang telah diatur oleh pegadaian. Apabila rahin tidak dapat
melunasi setelah jatuh tempo dan jangka waktu yang ditentukan maka pihak pegadaian
akan memperingatkan rahin dan apabila dalam peringatan tersebut rahin tidak bisa
menebus marhun maka pihak pegadaian akan memberi surat peringatan, dan, dan jika
pada hari berikutnya rahin tidak melunasinya maka pihak pegadaian akan melapor
kepihak kanwil bahwa akan melelang suatu barang jaminan gadai milik rahin yang tidak
bisa melunasi hutangnya. Prosedur pelelangan barang jaminan gadai dipegadaian syariah
Jelutung Kota Jambi menggunakan sistem jual beli.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelelangan barang gadai di pegadaian
syariah Jelutung Kota Jambi terkait cara memperlihatkan barang jaminan gadai akan
dilelang dapat dijelaskan bahwa pegadaian memberi kebebasan kepada calon pembeli
untuk melihat dengan jelas dan tidak menyembunyikan bagian yang cacat. Biasanya
nasabah yang datang kekantor pegadaian akan ditawari untuk membeli barang yang akan
dilelang dan pihak pegadaian akan menyebutkan dengan jelas tentang ciri-ciri ataupun
kecacatan barang tersebut. Sehingga calon pembeli yang berniat akan mengetahui
keadaan barang jaminan tersebut. Dengan demikian pelelangan barang gadai dipegadaian
ini tidak ada unsur gharar, dan maisir. Sebagaimana terdapat dalam surah an- Nisa ayat
29 yang berbunyi :72
72
QS. An-Nisa, Ayat 29.
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.(Q.S An-Nisa Ayat 29.)
Ayat diatas menjelaskan tentang jual beli, bahwa dengan jalan perniagaan inilah
harta benda dapat berpindah-pindah dari satu tangan ketangan yang lain, dan pokok
utamanya adalah saling rindha, suka sama suka dalam garis halal. Kata perniagaan yang
berasal dari niaga yang kadang disebut pula dagang atau perdagangan yang mempunyai
arti luas.
Dalam lingkup mazhab Syafiíyyah, persoalan sita termasuk dalam satu bagian
dari pembahasan al-hajru, ia merupakan grand teori, penjelasannya belum mendetail
seperti yang dijelaskan oleh ilmu hukum umum saat ini. Adapun alhajru secara bahasa
adalah :
س ق ل : ى س ل ه ص ى ض ق ع ق ل
ي ع . س ع د د ت . ح د ل
Artinya:“Membatasi dan menghalangi. Arti ini ditunjukkan di antaranya dalam ucapan
Rasulullah shallallahaalaihi wasallam terhadap seorang penduduk kampung
yang berdoa : ya Allah, kasihanilah aku dan kasihanilah Muhammad, dan
jangan Engkau kasihi bersama kami seorangpun. Sesungguhnya engkau telah
membatasi rahmat Allah Yang Maha Luas, wahai orang dusun”.73
Sedangkan pengertian al-hajru secara istilah fiqh adalah :
ى ل ص ف ف ع
Artinya : “Mencegah untuk membelanjakan harta”.74
73
Asy-Syaikh as-Said Sabiq, Fiqh as-Sunah Jilid ke-3, Daar al-Fikr, Mesir 1983 : hlm. 405. 74
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil
Ikhtishor, Usaha Keluarga, Semarang, t.th. : hlm. 266.
Para Ulama mazhab Syafi‟i mengemukakan bahwa al-hajru, “larangan terhadap
seseorang melakukan tindakan hukum baik larangan dari syara‟ maupun muncul dari
hakim”.75
Sebagaimana dijelaskan oleh al-Nawawi, bahwa :
غ ء… حق س
Artinya : “Penyitaan dari orang yang tidak sanggup untuk membayar hutang karena pailit
adalah hak bagi orang-orang yang memberi hutang…”76
Hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa setiap orang yang merasa hartanya
berada pada diri orang yang bangkrut maka ia berhak untuk mengambilnya atau menyita
kembali hartanya, namun tetap, bahwa masalah ini harus dikembalikan kepada yang
berwenang yakni hakim, karena untuk mengetahui berapa jumlah hartanya dan
membaginya dengan yang lain pula, hanya dapat dilakukan oleh hakim.
Perniagaan yang dengan jalan saling ridha dan suka sama suka antara keduanya
adalah diperbolehkan. Walaupun kerelaan adalah sesuatu yang tersembunyi dilubuk hati
yang terdalam, tetapi indikatornya dan tanda-tandanya dapat terlihat.Berdasarkan pada
ayat ini, Imam Syafi’I berpendapat bahwa jual beli tidak sah menurut syariat melainkan
jika disertai dengan kata-kata yang menandakan persetujuan. Imam Malik, Imam Ahmad
dan Abu Hanifah berpendapat bahwa cukup dengan dilakukannya serah terima barang
75
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2001
hlm. 482. 76
Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi Asy-Syafi‟ i, Minhaj Ath-Thalibin, Al-Ma‟ arif,
Bandung, t.th. : hlm. 52
yang bersangkutan karena perbuatan yang demikian itu sudah dapat menunjukan
persetujuan dan suka sama suka.
Begitupula dalam hadits disebutkan keutamaan orang- orang yang memberi
tenggang waktu bagi orang yang sulit melunasi hutangnya. Rasulullah saw bersabda :
ع ع ف ى
Artinya :“Barang siapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan
untuk melunasi hutangnya atau bahkan membebaskan hutangnya maka dia
akan mendapat naungan Allah. (HR. Muslim no. 3006)”
Fatwa Dewan Syariah Nasional memberikan ketentuan apabila jatuh tempo,
murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi hutangnya.Dilihat dari
praktiknya, dalam hal ini maka dapat dikatakan Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
telah sesuai dengan ketentuan fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-MUI/III/20002
dalam hal pemberitahuan tentang jatuh tempo.
Terkait praktik di Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi ketika rahin tidak lagi
mampu untuk melunasi hutangnya ataupun mengambil barangnya maka pihak pegadaian
langsung melelang barang jaminan tersebut. Maksud dari penjualan tersebut adalah
sebagai upaya dalam pengembalian uang pinjaman beserta jasa simpan yang tidak dapat
dilunasi. Berdasarkan praktiknya kaidah fiqh tentang muamalah yang berkaitan dengan
hal tersebut adalah sebagai berikut :
Artinya : “ Setiap syarat untuk kemaslahatan akad atau diperlukan oleh akad tersebut
maka syarat tersebut diperbolehkan”.77
Kaidah fiqh tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa apabila barang gadai yang
tidak ditebus dalam waktu sekian bulan, maka penerima gadai berhak menjualnya.
Menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, ulama Syafi’iyah dan ulama Hambali, hakim
langsung menjualkannya tanpa perlu memaksa rahin. Mengenai wakil rahin dalam
penjualannya hakim bisa memaksa wakil rahin untuk menjual marhun. Dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional dijelaskan apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya,
maka marhun dijual/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. Jika dilihat dari praktiknya
dalam hal ini Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi sudah sesuai dengan kaidah hukum
Islam dan sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-
MUI/III/2002.
Para ulama sepakat bahwa suatu jual beli sah apabila akad tersebut belum
memenuhi rukun dan syarat yang berlaku.Dan suatu akad yang belum memenuhi syarat
dan rukunnya belum memiliki kekuatan hukum yang mengikat antar pihak dari penjual
dan pembeli dalam suatu transaksi jual beli atau dalam transaksi lainnya.Setiap orang
yang melakukan transaksi jual beli atau dalam transaksi lainnya.Setiap orang yang
melakukanperbuatan dalam keadaan sehat akal dan bebas menentukan pilihan pasti
memiliki tujuan tertentu yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan.Tujuan
dari akad merupakan memperoleh tempat penting untuk menentukan apabila suatu akad
dipandang sah atau tidak, dipandanf halal atau haram.
77
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqh, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.137.
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut adalah firman Allah Swt
dalam surat al-Baqarah ayat 280 :78
Artinya :Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk bersabar
terhadap orang yang berada dalam kesulitan, dimana orang tersebut belum bisa melunasi
hutangnya. Memberi tenggang waktu terhadap orang yang kesulitan adalah wajib, tetapi
jika ingin membebaskan hutangnya maka hukumnya sunnah. Orang yang berhati baik
seperti inilah yang akan mendapatkan kebaikan dan pahala yang melimpah. Begitupula
dalam hadits yang disebutkan keutamaan orang yang memberi tenggang waktu bagi
orang yang sulit melunasi hutangnya.
Rasulullah Saw bersabda :
Artinya : Barang siapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan
untuk melunasi hutangnya atau bahkan membebaskan hutangnya maka dia
akan mendapatkan naungan Allah (HR.Muslim no.3006)
Selanjutnya terkait praktik dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi, ketika
rahin tidak lagi mampu untuk melunasi hutangnya ataupun mengambil barangnya maka
pihak pegadaian langsung melelang barang jaminan tersebut. Maka dari pelelangan
tersebut sebagai upaya dalam pengembalian uang pinjaman beserta jasa simpan yang
78
QS. Al-Baqarah, Ayat 28.
tidak dapat dilunasi. Berdasarkan praktik yang telah dijelaskan diatas,apabila barang
gadai yang tidak ditebus dalam waktu sekian lama, maka penerima gadai berhak untuk
menjualnya.Menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, Hanabila dan Syafi’iyah hakim
langsung menjualkannya tanpa perlu memaksa rahin.Mengenai wakil rahin dalam
menjualnya menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, hakim bisa memaksa wakil rahin
untuk menjual marhun.Menurut ulama Syafi’iyah dan Hambaliyyah hakim tidak bisa
memaksa wakil rahin untuk menjual marhun.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan apabila rahin tetap tidak dapat
melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
Jika dilihat dari praktiknya dalam hal ini Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi telah
sesuai dengan kaidah hukum islam dan sudah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah
Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002.
Hasil penjualan rahin dalam praktiknya dipegadaian syariah Jelutung Kota
Jambi, hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi kewajiban rahin berupa
marhun bih, ujrah, bea lelang dan bea pembeli. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa
hasil dari marhun dan segala sesuatu yang dihasilkan darinya adalah termasuk
rahin.Hasil gadaian tersebut adalah hak rahin selama murtahin tidak
mensyaratkan.Seorang murtahin hanya berhak menahan marhun sebagai jaminan.
Terkait dengan hasil penjualan marhun ketika ada kelebihan dan kekurangan,
berdasarkan penelitian yang penulis temukan dalam praktik dipegadaian syariah Jelutung
Kota Jambi, hasil dari penjualan marhun diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi
sebesar lakunya marhun tersebut.Jika ada uang kelebihan hasil penjualan tersebut,
pegadaian memberikan jangka waktu selama 1tahun kepada rahin untuk
pengambilannya. Apabila selama jangka waktu tersebut rahin tidak dapat mengambil,
maka uang kelebihan hasil penjualan tersebut menjadi milik pegadaian kemudian
digunakan untuk dana kebajikan umat yang dikelolah oleh pegadaian sendiri. Sedangkan
jika terjadi kecurangan, dalam artian hasil penjualan tidak dapat menutupi hutangnya
serta biaya-biaya yang dibutuhkan maka rahin tidak diwajibkan untuk membayarnya.
Hasil penelitian dalam pembahasan ini telah dijelaskan dipaparkan dalam proses
pelaksanaan pelelangan barang jaminan gadai dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi
ini masih tetap menggunakan sumber-sumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini
bertujuan untuk menghindari dari praktek-praktek yang menimbulkan kerugian bagi
masyarakat dan kecurangan-kecurangan yang ada. Serta menghindari kelalaian dalam
sistem operasional dan pelayanannya yang mengakibatkan kerugian pada rahin sehingga
dalam hal keseluruhan praktik dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi tersebut tidak
menyalahi aturan syariat yang ada, dengan kata lain praktik pelaksanaan pelelangannya
telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Hal tersebut didasarkan pada ketiadaan
unsur penipuan yang merugikan orang lain, baik dari segi cara memperlihatkan
barangnya maupun proses dari tawar menawar barang. Kedua hal tersebut merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan lelang, karena rawan dengan penipuan
terhadap bentuk barang yang tidak sesuai dengan harganya.
Hasil analisis dalam pembahasan ini telah dijelaskan dan dipaparkan dalam
proses pelaksanaan pelelangan barang jaminan gadai di Pegadaian Syariah Jelutung Kota
Jambi ini masih tetap menggunakan sumber-sumber dari al-Qur’an dan Hadits. Hal itu
bertujuan untuk menghindari dari praktek-praktek yang menimbulkan kerugian bagi
masyarakat dan kecurangan-kecurangan yang ada.Serta menghindari kelalaian dalam
sistem operasional dan pelayanannya yang mengakibatkan kerugian pada rahin.
Sehingga dalam hal keseluruhan praktik di Pegadaian Syariah Jelutung Kota Jambi
tersebut tidak menyalahi aturan syariat yang ada, dengan kata lain praktik pelaksanaan
pelelangannya telah sesuai dengan ketentuan hukum islam. Hal tersebut didasarkan pada
ketiadaan unsur penipuan yang merugikan orang lain, baik dari segi caramemperlihatkan
barangnya maupun dari proses tawar menawar barang. Kedua hal tersebut merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan lelang, karena rawan dengan penipuan
terhadap bentuk barang yang tidak sesuai dengan harganya.Prosedur pelelangan barang
gadai dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi ini merupakan praktek yang
menggunakan pelelangan sesuai dengan syariah serta pelaksanaanya meninggalkan dan
tidak menggunakan sistem bunga.Bunga bersifat berlipat ganda dalam jumlah nilainya.
Bunga dalam islammengandung unsur riba dan riba sangat diharamkan dalam islam
sebab bersifat merugikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan lelang barang gadai jatuh tempo telah sesuai dengan ketentuan Islam.
Mengenai pelelangan yang dilakukan secara tertutup dikarenakan banyaknya barang
lelang yang sudah lama tidak laku terjual. Pelaksanaan lelang secara tertutup yang
terjadi dipegadaian syariah Jelutung Kota Jambi yaitu pihak pegadaian turun langsung
menjual barang kepasar dengan taksiran harga yang sudah diketahui atau dibeli
langsung oleh pihak pegadaian barang lelang tersebut.
2. Mekanisme penetapan harga dalam praktik lelang barang gadai, harga harus menuju
pada keadilan. Sama dengan penentuan harga pada umumnya harga ditentukan oleh
pasar. Dalam menetapkan harga lelang barang gadai jatuh tempo yang harus
diperhatikan adalah melihat harga dasar lelang, melakukan taksir ulang,
mengupayakan penjualan yang setinggi-tingginya dimana pegadaian syariah Jelutung
Kota Jambi sudah menerapkannya.
3. Jika dilihat dari prosedur pelelangan barang gadai jatuh tempo dalam pelaksanaannya
seperti cara memperlihatkan barang, cara mempengaruhi pembeli dan melakukan ijab
dan qabul serta melakukan penyerahan barang. Semua prosedur pelelangan sudah
sesuai dengan syariat Islam, karena praktiknya berdasarkan dengan dalil-dalil Al-
Qur’an dan Hadits. Menurut hukum Islam bahwa apabila masa yang telah
diperjanjikan untuk pembayaran hutang telah terlewati, maka penggadadai
berkewajiban untuk membayar hutangnya. Jika penggadai tidak punya kemampuan
63
untuk mengembalikan pinjamannya hendakla ia memberikan izin kepada pemegang
gadai untuk melelang barang tersebut dan seadainya izin ini tidak diberikan oleh
penggadai, maka penerima gadai dapat meminta pertolongan hakim untuk memaksa
penggadai melunasi hutangnya atau memberikan izin kepada penerima gadai untuk
menjual barang gadaian tersebut atau melelangnya.
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, maka penulis memberikan beberapa
saran kepada pegadaian syariah Jelutung Kota Jambi antara lain yaitu :
1. Untuk meningkatkan kepuasan konsumen atau nasabah harus terus mempertahankan
terlebih meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
2. Penerapan informasi tentang lelang kepada masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi
agar masyarakat mengetahui dan mengikuti lelang yang diselenggarakan oleh
pegadaian.
3. Perluas lagi tempat untuk pelaksanaan lelang agar masyarakat tidak berdesak-desakan
ketika melihat barang lelang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatul
Anonim Al-Qur’an dan Terjehamannya, Departemen Agama RI, Jakarta Bumi Restu,
1976.
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia,Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2011
Ahmad Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqh, Jakarta : Kencana Prenada Group, 2007
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Tentang Riba, Bandung : Al-Ma’arif, 1983
Ahmad, Fiqh Lelang Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Jakarta: Kiswah, 2004
Aiyub, Ahmad, Fiqh Lelang Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif ,Jakarta:
Kiswah, 2004
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2004
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah ,Jakarta: Kencana 2010
Buchari Alma dan Donni, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung: Alfabeta,2009
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta:
Sinar Grafika, 2004
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Jakarta: DSN MUI- Bank
Indonesia,2006
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25 Tahun 2002 tentang Rahn
Hasbi Ash Siddieqy, Hukum-Hukum Fikih Islam , Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1991
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : Rajawali Press, 2013
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual,Jakarta; Raja Grafindo Persada 2002
Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah 1995
M. Ichwan Sam, dkk Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional
MUIJakarta: Penerbit Erlangga, 2014
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, Jakarta : Gema Insani
Press, 2001
Muhammad Sholikhul Hadi, Pegadaian Syariah ,Jakarta: Salemba Diniyah, 2000
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000
Rachmat Syafi’I, Fiqh Muamalah, Bandung : Pustaka Setia,2000
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Bandung: Pustaka, 1998
Sunan At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Hadits no. 1236, (Semarang: Toha Putra
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & DBandung : Alfabeta, 2009
Syekh Abdurrahman, dkk, Fiqh Jual Beli , Jakarta: Senayan Publishing, 2008
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisn Skripsi, Jambi : Syariah Press Fakultas
Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014
Zaenuddin Ali, Hukum Gadai Syariah ,Jakarta: Sinar Grafika, 2008ss