Sistem Kesehatan Nasional

93
SISTEM KESEHATAN NASIONAL SISTEM KESEHATAN NASIONAL Jika menyebut perkataan Sistem Kesehatan Nasional, terdapat dua pengertian yang terkandung di dalamnya. Pertama pengertian Sistem dan yang kedua adalah Kesehatan. SISTEM Beberapa pengertian sistem yang dipandang cukup penting adalah: 1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan (Ryans) 2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien (John Mc Manama) 3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerjasama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. 4. Sistem adalah suatu kesatuan yg utuh dan terpadu dari berbagai elemen yg berhubungan serta saling mempengaruhi yg dengan sadar dipersiapkan utk mencapai tujuan yg telah ditetapkan. 5. Sistem adalah kesatuan (rangkaian/gabungan) dari berbagai bagian yang saling berkait, bertaut satu sama lain, pengaruh mempengaruhi, yang diarahkan untuk mencapai atau menghasilkan sesuatu.

description

tugas managejemn

Transcript of Sistem Kesehatan Nasional

Page 1: Sistem Kesehatan Nasional

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Jika menyebut perkataan Sistem Kesehatan Nasional, terdapat dua pengertian yang terkandung di

dalamnya. Pertama pengertian Sistem dan yang kedua adalah Kesehatan.

SISTEM

Beberapa pengertian sistem yang dipandang cukup penting adalah:

1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau

struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang

telah ditetapkan (Ryans)

2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan

yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif

dan efisien (John Mc Manama)

3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan

yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerjasama secara bebas dan terkait untuk

mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.

4. Sistem adalah suatu kesatuan yg utuh dan terpadu dari berbagai elemen yg berhubungan serta

saling mempengaruhi yg dengan sadar dipersiapkan utk mencapai tujuan yg telah ditetapkan.

5. Sistem adalah kesatuan (rangkaian/gabungan) dari berbagai bagian yang saling berkait, bertaut

satu sama lain, pengaruh mempengaruhi, yang diarahkan untuk mencapai atau menghasilkan

sesuatu.

Jika diperhatikan pengertian-pengertian sistem ini, nampak bahwa pengertian sistem secara umum

dapat dibedakan atas dua macam yakni:

1. Sistem sebagai suatu wujud

Suatu sistem disebut sebagai suatu wujud (entity), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang

terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang ciri-cirinya dapat dideskripsikan

dengan jelas.

Tergantung dari sifat bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem maka sistem

sebagai wujud dapat dibedakan atas dua macam:

a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkrit

Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem adalah

konkrit dalam arti dapat ditangkap oleh panca indra. Contohnya adalah suatu mesin yang

bagian-bagian atau elemen-elemennya adalah berbagai unsur suku cadang.

Page 2: Sistem Kesehatan Nasional

b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak

Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem adalah

abstrak dalam arti tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Contohnya adalah sistem kebudayaan

yang bagian-bagian atau elemen-elemen-nya adalah berbagai unsur budaya

2. Sistem sebagai suatu metoda

Suatu sistem disebut sebagai suatu metoda (method), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen

yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metoda yang dapat dipakai sebagai alat

dalam melakukan pekerjaan administrasi. Contohnya adalah sistem pengawasan yang bagian-bagian

atau elemen-elemen pembentuknya adalah berbagai peraturan.

Pemahaman sistem sebagai metoda berperanan besar dalam membantu menyelesaikan masalah-

masalah yang dihadapi oleh suatu sistem. Populer dengan sebutan pendekatan sistem (system

approach) yang akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan pada pekerjaan administrasi.

CIRI-CIRI SISTEM

Sesuatu disebut sebagai sistem apabila ia memiliki beberapa ciri pokok sistem, al:

Menurut Elias M. Awad (1979)

1. Sistem bukanlah sesuatu yang berada diruang hampa, melainkan selalu berinteraksi dengan

lingkungan.

Tergantung dari pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut, sistem dapat dibedakan atas 2

macam:

a. Bersifat terbuka : bila interaksi dengan lingkungan, mempengaruhi sistem

b. Bersifat tertutup : bila interaksi dengan lingkungan tidak mempengaruhi sistem

2. Sistem mempunyai kemampuan utk mengatur diri sendiri, yang antara lain juga disebabkan karena di

dalam sistem terdapat unsur umpan balik (feed back).

3. Sistem terbentuk dari 2 atau lebih subsistem, dan setiap subsistem terdiri dari 2 atau lebih subsistem

lain yang lebih kecil, demikian seterusnya.

4. Antara satu subsistem dengan subsistem lainnya terdapat hubungan yang saling tergantung dan

mempengaruhi. Keluaran suatu subsistem misalnya, menjadi masukan bagi subsistem lain yang

terdapat dalam sistem.

5. Sistem mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin di capai. Pada dasarnya tercapainya tujuan atau

sasaran ini adalah sebagai hasil kerjasama dari berbagai subsistem yang terdapat dalam sistem

Page 3: Sistem Kesehatan Nasional

Menurut A Shode & Dan Voich Jr (1974), Ciri sistem yakni:

1. Sistem mempunyai tujuan dan karena itu semua perilaku yang ada pada sistem pada dasarnya

bermaksud mencapai tujuan tersebut (purposive behavior)

2. Sistem sekalipun terdiri dari berbagai bagian atau elemen-elemen tetapi secara keseluruhan

merupakan suatu yang bulat & utuh (wholism) jauh melebihi kumpulan bagian atau elemen tersebut

3. Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling terkait, berhubungan serta

berinteraksi

4. Sistem bersifat terbuka & selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih luas, yang biasanya

disebut dengan lingkungan

5. Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu mengubah sesuatu menjadi sesuatu

yang lain. Dengan perkataan lain sistem mampu mengubah masukan menjadi keluaran

6. Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka menyatukan berbagai bagian atau

elemen, atau dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran

Jika diperhatikan ke dua pendapat tentang ciri-ciri sistem, maka bila di sederhanakan, ciri-ciri sistem

dapat dibedakan atas 4 macam :

1. Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan & mempengaruhi

yang kesemuanya membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan

yang sama yang telah ditetapkan

2. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu kesatuan

tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan

3. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerjasama secara bebas namun terkait, dalam arti

terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang

telah direncanakan

4. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup terhadap

lingkungan

UNSUR SISTEM

Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan

mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlak

harus ditemukan, yang jika tidak demikian maka tidak ada yang disebut sistem. Bagian atau elemen

tersebut banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan kedalam 6 unsur yakni:

1. Masukan

Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem & yang

diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut

Page 4: Sistem Kesehatan Nasional

2. Proses

Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem & yang berfungsi

untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan

3. Keluaran

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses

dalam sistem

4. Umpan balik

Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem

& sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut

5. Dampak

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran sistem tersebut

6. Lingkungan

Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi

mempunyai pengaruh besar terhadap sistem

JENJANG SISTEM

Untuk memudahkan pemahaman, peranan & kedudukan sistem terhadap lingkungan yang beraneka

ragam sering digambarkan dalam bentuk penjenjangan sistem.

Secara sederhana yang dimaksud dengan penjenjangan sistem ialah pembagian sistem ditinjau dari

sudut peranan dan kedudukannya terhadap lingkungan. Untuk itu, penjenjangan sistem tersebut dpt

dibedakan atas 3 macam yakni:

1. Suprasistem

Adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Lingkungan yang dimaksud disini juga berbentuk

suatu sistem tersendiri, yang kedudukan dan peranannya lebih luas

2. Sistem

Adalah sesuatu yang sedang diamati yang menjadi objek dan subjek pengamatan

3. Subsistem

Adalah bagian dari sistem yang secara mandiri membentuk sistem pula. Subsistem yang mandiri,

kedudukan dan peranannya lebih kecil daripada sistem

Tergantung dari kedudukan dan peranan yang sedang diamati, maka sesuatu dapat berperan sebagai

suprasistem, sistem dan subsistem.

Jika yang diamati adalah Dinas Kesehatan, maka Dinas Kesehatan adalah sistem. Supra-sistemnya

ialah Sistem Kesehatan Nasional sedangkan sub-sistemnya ialah berbagai bidang/subdin yang

terdapat di Dinas Kesehatan. Sebaliknya kedudukan & peranan Dinas Kesehatan dapat menjadi

Page 5: Sistem Kesehatan Nasional

Suprasistem, apabila yang diamati ialah salah satu bidang/subdin Dinas Kesehatan (mis:

Bidang/Subdin Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan),

sedangkan subsistemnya adalah sub bidang/seksi dari bidang/subdin yang dimaksud (mis: sub

bidang/seksi pemberantasan dan pencegahan penyakit).

PENDEKATAN SISTEM

Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan. Untuk

terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara

keseluruhan membentuk suatu kesatuan & secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan

kesatuan. Prinsip atau cara kerja tsb diatas dikenal dengan nama pendekatan sistem (system approach).

Beberapa batasan pendekatan sistem yang terpenting adalah:

1. Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu

rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat ber-fungsi sebagai satu kesatuan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L.James Harvey)

2. Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metoda analisa, desain & manejemen

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien

3. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis & logis dalam membahas &

mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi

Jika pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan, al:

1. Jenis & jumlah masukan dapat diatur & disesuaikan dengan kebutuhan (menghindari penghamburan

sumber, tata cara & kesanggupan yang sifatnya terbatas)

2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat dihindari

pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan

3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih tepat & objektif

4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program

ANALISIS SISTEM

Karena sistem terdiri dari kumpulan elemen atau bagian yang mempunyai fungsi masing-masing,

maka untuk dapat menjamin baiknya sistem tersebut, harus dapat diupayakan agar fungsi yang dimaksud

tetap sesuai dengan yang direncanakan. Berarti harus ada penilaian berupa kajian terhadap setiap

kumpulan elemen atau bagian yang ada dalam sistem, maka kajian ini disebut analisis sistem (system

analysis). Batasan analisis sistem yang terpenting sebagai berikut:

Page 6: Sistem Kesehatan Nasional

1. Analisis sistem adalah pelukisan atau penguraian opera-sional suatu sistem yang meliputi upaya

pengidentifikasian tujuan, kegiatan, pelaksanaan kegiatan, situasi yang dihadapi serta informasi yang

dibutuhkan oleh sistem pada setiap tahap pelaksanaannya.

2. Analisis sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada, dilakukan

pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan berbagai jalan keluarnya,

lengkap dengan uraiannya, sehingga membantu administrator dalam mengambil keputusan yang

tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk dapat melakukan analisis sistem yang baik, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mula-mula lakukanlah penguraian sistem sehingga menjadi jelas bagian-bagian yang dimiliki serta

hubungannya satu dengan yang lain. Agar penguraian sistem ini dapat dilakukan dengan baik,

terapkan prinsip pokok pendekatan sistem

2. Lanjutkan dengan merumuskan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian tersebut atau sistem

secara keseluruhan. Masalah yang dimaksud dapat berupa ketidak jelasan fungsi, peranan, hak &

tanggung jawab & ataupun hubungan satu sama lain

3. Lakukan pengumpulan data atau informasi untuk lebih menjelaskan masalah yang ditemukan serta

untuk merumuskan kemungkinan jalan keluar yang dapat dilakukan

4. Berdasarkan data atau informasi yang dimiliki, kembangkan model-model sistem yang baru. Model-

model tersebut adalah yang dinilai dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan

5. Lakukan uji coba, jika perlu lakukan perbaikan dan catatlah setiap hasil yang diperoleh. Atas dasar

catatan tersebut, pilihlah model yang paling menguntungkan

6. Terapkanlah model sistem yang terpilih & lakukanlah pemantauan dan penilaian berkala sesuai

dengan yang diperlukan

Sekalipun suatu model sistem telah terpilih, tetap diperlukan penyesuaian/penyempurnaan tergantung

hasil pemantauan secara berkala. Untuk ini diperlukan berbagai data dan informasi agar dapat dilakukan

berbagai persiapan yg dibutuhkan. Upaya untuk mendapatkan data atau informasi hanya akan berhasil

dengan memuaskan jika dapat dikembangkan suatu sistem informasi (information system), yang saat ini

telah diakui sebagai salah satu unsur penting dalam menjamin keberhasilan administrasi system.

KESEHATAN

Beberapa pengertian tentang kesehatan sebagai berikut:

1. Perkin, 1938

Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai

faktor yang berusaha mempengaruhinya.

Page 7: Sistem Kesehatan Nasional

2. WHO, 1947 & UU Pokok Kesehatan No.9 Tahun 1960

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas

pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.

3. WHO, 1957

Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala

faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya.

4. White, 1977

Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan

ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan.

5. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

SISTEM KESEHATAN

Pengertian Sistem Kesehatan menurut WHO, 2000 ialah semua kegiatan yang secara bersama-sama

diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan & pemeliharaan kesehatan. Adapun tujuan

yang dimaksud adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, merespon harapan-harapan/

kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai harga diri & hak azasi manusia (kepedulian) serta memberikan

perlindungan finansial bagi masyarakat terhadap kemungkinan biaya kesehatan (keadilan dalam

pembiayaan).

MAKSUD DAN KEGUNAAN

Penyusunan Sistem Kesehatan dimaksudkan untuk menyesuaikan berbagai perubahan dan tantangan

eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan

pembangunan kesehatan baik oleh masyarakat, swasta maupun oleh pemerintah (pusat, provinsi,

kabupaten/kota) serta pihak-pihak terkait lainnya.

Sistem Kesehatan merupakan acuan dalam menerapkan pendekatan pelayanan kesehatan primer

(Primary Health Care) yang secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai

kesehatan bagi semua, yang untuk Indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat.

ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN

Kita sudah memiliki Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang telah ditetapkan pada tahun 1982.

Esensi SKN 1982 telah dipergunakan dalam penyusunan GBHN Bidang Kesehatan, utamanya GBHN

1988, 1993, dan 1998 dan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Page 8: Sistem Kesehatan Nasional

Lebih operasional, SKN 1982 juga dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan kebijakan dan

program pembangunan kesehatan seperti RPJPK, Indonesia Sehat 2010, Repelita, Propenas, dan Rencana

Strategis Pembangunan Kesehatan.

Sesuai dengan amanat TAP MPR-RI No. X tahun 1998, reformasi di bidang kesehatan juga telah

dilakukan dengan disusunnya Rencana Pembanguan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, memuat

Visi, Misi, dan strategi Pembangunan Kesehatan dengan menerapkan paradigma baru, yaitu Paradigma

Sehat.

Paradigma Sehat menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai

investasi bangsa, dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional.

Visi Pembangunan Kesehatan

Adalah Indonesia Sehat 2010 yaitu masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya

hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Misi Pembangunan Kesehatan adalah:

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya

Strategi Pembangunan Kesehatan adalah:

1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan;

2. Profesionalisme;

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat;

4. Desentralisasi

SKN diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional 1982, khususnya pada bagian bentuk pokoknya yang merupakan struktur dan

wujud penyelenggaraan pembangunan kesehatan hanya diatur/diuraikan secara ringkas (pokok-pokok)

saja, kurang terinci.

Page 9: Sistem Kesehatan Nasional

Di samping itu, banyak kebijakan baru yang telah ditetapkan dan munculnya berbagai tantangan atau

perubahan lingkungan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, seperti: globalisasi, demokratisasi,

desentralisasi, kesehatan sebagai investasi, dan kesehatan sebagai hak azasi manusia.

Oleh karena itu perlu disusun SKN yang baru. Kita telah berhasil menyusun SKN yang baru. Sistem

Kesehatan Nasional yang baru telah ditetapkan menggantikan Sistem Kesehatan Nasional 1982 dengan

Keputusan Menteri Kesehatan No:131/MENKES/SK/II/2004. Dengan demikian penye-lenggaraan

pembangunan kesehatan dilaksanakan tidak saja oleh Departemen Kesehatan, namun oleh semua potensi

bangsa termasuk Pemerintah Daerah, masyarakat, dan swasta. Oleh karena itu SKN yang baru perlu

dipahami oleh semua pihak.

PERKEMBANGAN POKOK-POKOK SUBSTANSI SKN & KAITANNYA DENGAN

PEMBANGUNAN KESEHATAN

SKN 1982 yang ditetapkan dengan SK Menkes No. 999/1982 berisikan lengkap tata nilai, proses,

dan struktur & wujud pembangunan kesehatan. Lengkapnya substansi SKN 1982 ini telah dimanfaatkan

dalam penyusunan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Sesuai amanat Tap MPR X/1998 tentang Reformasi, tata nilai pembangunan kesehatan ini juga telah

direformasi, yaitu dengan ditetapkannya Visi Indonesia sehat 2010 yang termuat dalam Rencana

Pembangunan Kesehatan menuju indonesia 2010. Dalam dokumen rencana kebijakan ini memuat pula

proses pembangunan kesehatan yang meliputi kebijakan dan program-program pembangunan kesehatan

sampai dengan tahun 2010.

Sesuai Tap MPR No. VII/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, yang menetapkan pula visi

antaranya yaitu Indonesia 2020, maka proses pembangunan kesehatan juga sedang diperbaharui, dimana

dewasa ini kita sedang menyusun RPJPK 2005-2020.

SKN yang ditetapkan tahun 2004 ini menyampaikan secara rinci struktur dan wujud pembangunan

kesehatan. Bila RPJPK 2005-2020 telah selesai disusun, maka diharapkan materi yang meliputi tata nilai,

proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan menjadi lengkap guna merevisi UU No. 23/1992

tentang Kesehatan.

ANALISIS SKN

Seperti dalam penyusunan rencana pada umumnya, perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui

sejauh mana berjalannya dan keberhasilan dari sistem kesehatan yang telah kita miliki. Dari laporan

WHO tahun 2000, dengan cara pengukuran keberhasilan sistem kesehatan di suatu negara (meskipun

sampai saat metode ini masih terus dibahas dan disempurnakan), yang digunakan 2 (dua) indikator, yaitu

“indikator pencapaian” dan “indikator kinerja”.

Page 10: Sistem Kesehatan Nasional

Dari hasil penilaian tersebut, dalam indikator pencapaian Sistem Kesehatan Indonesia berada pada

peringkat 106 dari 191 negara yang dinilai. Sedangkan dari sisi indikator kinerja, berada pada peringkat

92 dari 191 negara yang dinilai.

Sudah barang tentu pencapaian dan kinerja sistem kesehatan tersebut, dipengaruhi oleh sejauh mana

berjalannya subsistem–ubsistemnya, yaitu: upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia

kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan.

Upaya Kesehatan

Meskipun telah banyak hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai; antara lain Puskesmas

sudah terdapat di semua kecamatan yang ditunjang oleh 3-4 Puskesmas Pembantu, Tenaga bidan di desa

juga sudah ada di desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Umum sudah dimiliki oleh

semua kabupaten/kota (kecuali kab. baru/pemekaran); namun masih dihadapi permasalahan pemerataan,

mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sistem refferal juga belum

menggembirakan.

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan tantangan sekaligus peluang dalam upaya

meningkatkan pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat seperti Posyandu berjumlah lebih dari 200.000 buah,

disamping berkembangnya Polindes, Pos Obat Desa, dan sebagainya. Namun akhir-akhir ini dilaporkan

pendayagunaannya menurun, yang antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya angka drop-out kader

dan menurunnya persentase kader Posyandu yang aktif.

Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, baru 2,2% dari PDB; masih jauh dari standard

atau anjuran WHO sebesar 5% PDB. Pembiayaan kesehatan dari masyarakat cukup besar (70%), namun

pengelolaan pendayagunaannya tidak efisien (antara lain out of pocket), dan pembelanjaan belum

mengedepankan keluarga miskin.

Sementara itu pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah yang terbatas, dialokasikan ke semua

lini; banyak dialokasikan kepada “private goods”, sehingga tidak efektif. Sejalan dengan perkembangan

iptek, biaya kesehatan juga meningkat. Sementara itu jumlah penduduk yang memiliki jaminan kesehatan

(Askes, Jamsostek, Asuransi Kesehatan Swasta, JPKM, dan lain-lain), masih terbatas. Dapat dijelaskan

secara singkat tentang jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, antara lain dengan adanya

penyebaran risiko, kendali biaya, dan kendali mutu pelayanan kesehatan.

Page 11: Sistem Kesehatan Nasional

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Masalah SDM kesehatan sangat kompleks, antara lain dapat dikemukakan: Jumlah, jenis, dan mutu

tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan untuk pelayanan kesehatan. Ratio tenaga terhadap

penduduk masih rendah, dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Singapore, Malaysia, Thailand).

Yang menarik ratio tenaga kesehatan terhadap penduduk di KTI lebih baik dari KBI (att: luas wilayah,

jumlah penduduk lebih kecil, letak geografi, dan sebagainya). Namun bila dilihat ratio tenaga kesehatan

terhadap fasilitas kesehatan keadaan di KTI jauh lebih jelek dibandingkan dengan KBI. Dapat

dikemukakan pula tentang tidak sinkronnya antara perencanaan kebutuhan, pengadaan (pendidikan &

latihan), dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

Obat dan Perbekalan Kesehatan

Industri farmasi, PBF dan jaringan distribusi obat telah berkembang, CPOB telah diterapkan dan

kebijakan obat generik telah dilaksanakan. Banyak kemajuan yang telah dicapai, namun ketersediaan,

pemerataan, dan keterjangkauan obat masih merupakan masalah besar. Harga obat yang mahal

disebabkan karena sebagian besar (95%) bahan baku masih diimport; sementara itu bea masuk juga

tinggi.

Pemberdayaan Masyarakat

Berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat telah dikenal seperti UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa,

Polindes, Pos UKK), SDBM (Dana sehat, Dana Sosial Kemasyarakatan), Yayasan peduli dan penyandang

dana kesehatan (kanker, jantung, thalasemia, ginjal), Percepatan pencapaian IS-2010 dan kesertaan serta

kemitraan berbagai LSM/NGO dalam berbagai program kesehatan (Koalisi IS, Gebrak malaria, Gerdunas

TB, Gerakan Sayang Ibu, Gerakan Pita Putih, Gerakan Pita Merah) tetapi masih terbatas pada mobilisasi

masyarakat. Peranan to serve (memberikan pelayanan), to advocate (advokasi) dan to watch (melakukan

pengawasan) belum dikembangkan secara optimal, sementara public-private mix masih dalam perintisan.

Manajemen Kesehatan

Masalah pokok dalam manajemen kesehatan dapat dikemukakan sebagai berikut:

Dalam era desentralisasi, pasokan data SIM kesehatan di berbagai jenjang administrasi menjadi

berkurang, sehingga kurang dapat menunjang Administrasi kesehatan (perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian).

Iptek kesehatan kurang dapat mengimbangi pesatnya kemajuan ilmu, teknologi, dan globalisasi.

Hasil-hasil penelitian kesehatan kurang dapat dimanfaatkan oleh Administrasi kesehatan.

Page 12: Sistem Kesehatan Nasional

Perkembangan lingkungan strategis pembangunan kesehatan, baik internal maupun eksternal,

menuntut revisi dan penyesuaian dari berbagai peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan

yang ada.

POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL

PENGERTIAN

Secara ringkas pengertian “SISTEM”; terdiri dari beberapa komponen/unsur yang saling berinteraksi

dan saling ketergantungan, dan mempunyai suatu tujuan yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) salah satu dari arti kata sistem adalah “TATANAN”.

Oleh karenanya pengertian SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa

Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan

UUD 1945.

LANDASAN

SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Sedangkan

pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karenanya landasan

SKN adalah sama dengan landasan pembangunan nasional yaitu :

1. Landasan idiil yaitu Pancasila

2. Landasan konstitusional yaitu Undang-undang Dasar 1945

a. Pasal 28 a

b. Pasal 28 b ayat (2)

c. Pasal 28 c ayat (1)

d. Pasal 28 h ayat (1) dan (3)

e. Pasal 34 ayat (2) dan (3)

Dua hal penting yang perlu ditekankan adalah: Kesehatan sebagai hak azasi manusia dan negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.

PRINSIP DASAR SKN

Prinsip dasar adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bermakna dari falsafah dan budaya Bangsa

Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak.

Page 13: Sistem Kesehatan Nasional

Terdapat 7 (tujuh) Prinsip Dasar SKN, dengan penekanan pada masing-masing uraian sebagai berikut:

1. Perikemanusiaan;

Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.

2. Hak Azasi Manusia;

Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah hak azasi manusia,

tanpa membedakan antara golongan, suku, agama, dan status sosial ekonomi.

3. Adil dan merata;

Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara

ekonomi dan geografi.

4. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat;

Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dan

perorangan (individu).

5. Kemitraan;

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang dinamis dan harmonis

antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.

6. Pengutamaan dan manfaat;

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada

kepentingan golongan dan perorangan. Pemanfaatan iptek dalam pembangunan kesehatan.

7. Tata kepemerintahan yang baik;

Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka,

rasional/profesional, bertanggung jawab dan bertanggung gugat.

TUJUAN SKN

SKN merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. SKN bukan pedoman

penyelenggaraan kesehatan bagi Departemen Kesehatan saja, tapi bagi semua potensi bangsa baik

pemerintah (pusat, provinsi, kab/kota), masyarakat, maupun swasta.

Dengan demikian tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna,

sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

KEDUDUKAN SKN

SKN merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan negara dan bersama subsistem lainnya,

(misal: pendidikan) diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.

Page 14: Sistem Kesehatan Nasional

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya tanggung jawab

sektor kesehatan, tetapi tanggung jawab berbagai sektor terkait lainnya. Sebagai subsistem-subsistem dari

Sistem Penyelenggaran Negara, maka SKN berinteraksi dengan berbagai sistem nasional lainnya (seperti:

pendidikan, perekonomian, ketahanan pangan, hankamnas, dan lain-lain). Di daerah perlu dikembangkan

Sistem Kesehatan Daerah (SKD). SKD merupakan subsistem dari SKN dalam wilayah NKRI.

SKN juga merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan, yang dipergunakan sebagai acuan utama

dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat dalam pembangunan

kesehatan.

SUBSISTEM SKN

Banyak buku referensi maupun pengalaman di beberapa negara yang menguraikan tentang

subsistem–subsistem dari suatu sistem kesehatan.

Ada yang mengemukakan bahwa dalam sistem kesehatan hanya ada 2 (dua) subsistem, yaitu

subsistem upaya/pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan. Dalam hal ini

sumberdaya kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan sudah termasuk dalam

subsistem upaya kesehatan.

Dengan memperhatikan kondisi dan situasi di Indonesia serta kebutuhan dewasa ini maka diputuskan

terdapat 6 (enam) subsistem dari SKN, yaitu:

1. Subsistem upaya kesehatan

2. Subsistem pembiayaan kesehatan

3. Subsistem sumberdaya manusia kesehatan

4. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan

5. Subsistem pemberdayaan masyarakat

6. Subsistem manajemen kesehatan

POLA PIKIR SKN

Sebagai suatu sistem, maka SKN dengan 6 subsistemnya dapat digambarkan dalam input-proses-

output sebagai berikut:

Di sini kelihatan upaya kesehatan merupakan subsistem yang sentral dalam proses pembangunan

kesehatan dalam rangka mencapai tujuannya (output). Dalam proses pembangunan kesehatan, subsistem

upaya kesehatan ditunjang dengan subsistem pemberdayaan masyarakat dan subsistem manajemen

kesehatan.

Sebagai input adalah sumberdaya kesehatan yang terdiri dari subsistem sumberdaya manusia

kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, dan subsistem pembiayaan kesehatan. Namun perlu

Page 15: Sistem Kesehatan Nasional

ditekankan bahwa antar ke-enam subsistem tersebut harus saling berinteraksi secara harmonis dan

dinamis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN

PENGERTIAN

Pada dasarnya upaya kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

UKM adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat. UKM merupakan “public goods”. UKP adalah upaya

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan. UKP merupakan “private goods”.

Oleh karenanya pengertian subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

TUJUAN

Tujuan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yg tercapai(accessible),

terjangkau (affordable) dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan

guna meningkatkan derajat kesehatan masy yg setinggi-tingginya.

UNSUR-UNSUR UTAMA

1. UKM adalah “public goods”, oleh karenanya tanggung jawab dan penyelenggara utama adalah

pemerintah, namun tetap dengan mendorong peran aktif masyarakat.

2. UKP sebagai “private goods” dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat dan

swasta, dengan tetap memperhatikan fungsi sosial.

PRINSIP

Adapun prinsip dari subsistem upaya kesehatan sebagai berikut:

1. UKM diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan swasta.

2. UKP diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah.

3. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial.

Page 16: Sistem Kesehatan Nasional

4. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau,

berjenjang, profesional dan bermutu.

5. Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan tradisional dan alternatif, harus tidak

bertentangan dg kaidah ilmiah.

6. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial budaya serta moral

dan etika profesi

BENTUK POKOK

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) :

1. Penyelenggara UKM strata I adalah Puskesmas dgn tiga fungsi dan enam jenis pelayanan tingkat

dasar yang ditunjang oleh berbagai bentuk UKBM

2. Penanggung jawab UKM strata II adalah Dinkes kab/kota dgn fungsi manajerial dan teknis

fungsional kesehatan yg dilengkapi dengan pelbagai UPT dan sarana kesehatan masyarakat lainnya

3. Penanggung jawab UKM strata III adalah Dinkes Provinsi dan Depkes

4. Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat unggulan nasional (National Institute)

Maksud dari bentuk pokok UKM tersebut adalah bahwa UKM diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata;

penanggung jawab strata 1 adalah Puskesmas, strata 2 Dinas Kesehatan Kab/Kota, dan strata 3 Dinkes

Provinsi dan Departemen Kesehatan.

UKM strata I adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat. UKM strata II adalah UKM tingkat

lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang

ditujukan kepada masyarakat. UKM strata III adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang

mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada

masyarakat.

Tiga fungsi Puskesmas yang dimaksud adalah: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, (3) pusat pelayanan kesehatan dasar.

Enam jenis pelayanan kesehatan dasar adalah: (1) promkes, (2) KIA & KB, (3) perbaikan gizi, (4)

kesehatan lingkungan, (5) P2M, dan (6) pengobatan dasar.

Fungsi manajerial Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah Adminkes, mencakup perencanaan dan

pengendalian, serta pengawasan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan. Sedangkan fungsi teknis

fungsional Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah penyediaan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan

dalam melayani rujukan dari Puskesmas.

Page 17: Sistem Kesehatan Nasional

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP):

1. Penyelenggara UKP strata I adalah Puskesmas dgn peran serta masyarakat dan dunia usaha (sarana

kesehatan Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang

2. Penyelenggara UKP strata II adalah RS kelas C dan B non pendidikan dgn peran serta masyarakat

dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang

3. Penyelenggara UKP strata III adalah RS kelas B pendidikan dan A serta RS khusus dgn peran serta

masyarakat dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang

4. Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat pelayanan unggulan nasional (National

Center)

5. Untuk meningkatkan mutu, dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi

Maksud dari bentuk UKP tersebut adalah bahwa UKP juga diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata.

UKP strata I adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan. UKP strata II adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang

mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada

perorangan. UKP strata III adalah UKP tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan

dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah

tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata

pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga,

kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.

Dalam gambar ini dapat dijelaskan bahwa: Unsur subsistem upaya kesehatan adalah UKM & UKP. UKM

dan UKP dapat diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta. UKM maupun UKP

diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata, dengan masing-masing penanggung-jawab/penyelenggaranya.

SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

PENGERTIAN

Dalam subsistem pembiayaan kesehatan kita berbicara tentang penggalian dana, pengalokasian dana,

dan pembelanjaannya.

Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan upaya

kesehatan. Pengalokasian dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah dihimpun, baik

Page 18: Sistem Kesehatan Nasional

bersumber dari pemerintah maupun masyarakat dan swasta. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang

telah dialokasikan sesuai dengan peruntukannya atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan

wajib atau sukarela.

Oleh karenanya pengertian subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan

saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

TUJUAN

Tujuan subsistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah

yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk

menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.

UNSUR-UNSUR UTAMA

Unsur-unsur utama dari subsistem pembiayaan kesehatan yakni:

1. Penggalian dana (sumber dana)

Adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan

atau pemeliharaan kesehatan

2. Alokasi dana

Adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil dihimpun, baik yang bersumber

dari pemerintah, masyarakat maupun swasta.

3. Pembelanjaan dana

Adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai

dengan peruntukannyadan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau

sukarela.

PRINSIP

Standar WHO dan TAP MPR menekankan bahwa untuk pembiayaan kesehatan secara bertahap 5%

PDB atau 15% APBN/APBD. Dana pemerintah diarahkan pada “public goods” sedangkan dana

masyarakat/swasta untuk “private goods”. Untuk UKP dana pemerintah untuk masyarakat rentan dan

keluarga miskin dikelola secara efektif dan efisien serta diarahkan dalam bentuk JPK baik wajib maupun

sukarela.

Adapun prinsip subsistem pembiayaan kesehatan ini sebagai berikut:

Page 19: Sistem Kesehatan Nasional

1. Jumlah dana kesehatan harus cukup dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan,

didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.

2. Dana pemerintah untuk pembiayaan UKM dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.

3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan UKP yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan

berdaya-guna melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan melalui penghimpunan dana sosial atau

memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun

5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah

merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

BENTUK POKOK

Penggalian dana (sumber dana)

Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak

umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk

upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan

menerapkan prinsip public-private partnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya

keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara

aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat misalnya dalam bentuk dana

sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari

dana yang sudah terkumpul di masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan.

Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi

masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme

jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

Pengalokasian dana

Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah, pengalokasiannya diarahkan untuk UKM sebagai

“public goods” dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin. Secara bertahap diharapkan

pembiayaan dari pemerintah yang dialokasikan untuk kesehatan sebesar 15% dari total APB (anggaran

pendapatan dan belanja).

Pembiayaan kesehatan bersumber dari masyarakat, pengalokasiannya untuk UKP dikelola dalam

bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (wajib atau sukarela). Cara pengalokasian dana dengan cara ini

diharapkan dapat lebih efektif dan efisien, karena adanya kendali biaya sekaligus kendali mutu pelayanan.

Pembelanjaan dana

Page 20: Sistem Kesehatan Nasional

Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-proivate partnership digunakan untuk membiayai

UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana sehat dan Dana Sosial Keagamaan digunakan

untuk membiayai UKM dan UKP.

Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin dilaksanakan

melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan

keluarga mampu dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib dan sukarela.

Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya untuk

pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin.

Dalam gambar ini dapat dijelaskan dan ditekankan bahwa unsur-unsur subsistem pembiayaan kesehatan

adalah penggalian dana, pengalokasian dana, dan pembelanjaannya. Sumber pembiayaan kesehatan dapat

dari pemerintah dan masyarakat. UKP bagi penduduk miskin dananya bersumber dari pemerintah, dan

diarahkan pengelolaannya melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib. Di masa mendatang

pembiayaan kesehatan utamanya untuk UKP dapat dikelola dalam bentuk jaminan pemeliharaan

kesehatan (wajib dan sukarela).

Page 21: Sistem Kesehatan Nasional

SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PENGERTIAN

SDM merupakan komponen input pada Sistem Kesehatan Nasional. Di era desentralisasi dan

globalisasi saat ini, permasalahan SDM kesehatan sangat pelik.

Pada dasarnya, SDM kesehatan terdiri dari komponen perencanaan, pendidikan, dan pelatihan, serta

pendayagunaan tenaga kesehatan. Komponen perencanaan menyangkut upaya penetapan kebutuhan

tenaga kesehatan basic jenis, jumlah, dan kualifikasinya. Komponen Diklat mencakup upaya pengadaan

tenaga kesehatan serta peningkatan kemampuan sesuai kebutuhan. Komponen pendayagunaan mencakup

upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan.

Oleh karenanya, pengertian subsistem SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai

upaya perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta pendayagunaan tentang kesehatan secara terpadu dan

saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

TUJUAN

Tujuan subsistem SDM kesehatan adalah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara

mencukupi, terdistribusi secara adil serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk

menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yg

setinggi-tingginya.

UNSUR-UNSUR UTAMA

Subsistem SDM Kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yakni

1. Perencanaan tenaga kesehatan

Adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan

pembangunan kesehatan

2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

Adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah

direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

3. Pendayagunaan tenaga kesehatan

Adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan

PRINSIP

1. Pengadaan tenaga kesehatan mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi Nakes disesuaikan dengan

kebutuhan dan dinamika pasar. Artinya Pengadaan tenaga kesehatan diupayakan tidak menyebabkan

Page 22: Sistem Kesehatan Nasional

suatu kondisi dimana “supply” jauh lebih besar dari “demand”. Sehingga ikut mempunyai andil

dalam memperbesar pengangguran.

2. Pendayagunaan Nakes memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan

keadilan. Artinya Dalam pemerataan tenaga kesehatan guna memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di daerah terpencil dan daerah sulit lainnya harus pula memperhatikan kesejahteraan dan

keadilan bagi tenaga kesehatan.

3. Pembinaan Nakes diarahkan pada penguasaan IPTEK serta pembentukan moral dan akhlak sesuai

dengan ajaran agama dan etika profesi. Artinya Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan, kualitas tenaga kesehatan harus selalu dibina dan dikembangkan sejalan dengan

perkembangan iptek kesehatan.

4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi kerja dan

disesuaikan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional. Artinya Pembinaan karir, yang

sesungguhnya sudah ada pedomannya, perlu ditegakkan.

BENTUK POKOK

Perencanaan Tenaga Kesehatan

1. Pembentukan Masjlis Tenaga Kesehatan Nasional dan Provinsi

2. Mencakup Penetapan Jenis Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kesehatan

Artinya Kebutuhan baik jenis, jumlah, dan kualifikasi Nakes ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

berdasarkan masukan dari Majelis Tenaga Kesehatan. Majelis Tenaga Kesehatan adalah badan otonom

yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan di pusat serta oleh Gubernur di provinsi dengan susunan

keanggotaan terdiri dari wakil berbagai pihak terkait, termasuk wakil konsumen dan tokoh masyarakat.

Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

1. Diselenggarakan oleh institusi Pendidikan dan Pelatihan yang terakreditasi

2. Pendidikan

a. Standar

b. Penyelenggaraan

Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat pertama ditetapkan oleh asosiasi institusi

pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Penyelenggara pendidikan vokasi, sarjana dan

profesi tingkat pertama adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi. Pendirian

institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus memperhatikan keseimbangan antara

kebutuhan dan produksi.

Page 23: Sistem Kesehatan Nasional

Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk tenaga kesehatan yang

dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi belum diminati oleh swasta, menjadi tanggung

jawab pemerintah.

3. Pelatihan

a. Standar

b. Penyelenggaraan

Standar pelatihan Nakes ditetapkan oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Sedangkan

penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan termasuk yang bersifat berkelanjutan (continuing

education) adalah organisasi profesi serta institusi pendidikan, institusi pelatihan dan institusi

pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

1. Pemerintah

a. Penempatan Nakes di sarana yankes pemerintah dilakukan dengan kontrak kerja sesuai dengan

kebutuhan. Penempatan Nakes dengan sistem kontrak atas dasar suka rela antara kedua belah

pihak.

b. Penempatan Nakes sebagai PNS diselenggarakan dalam rangka mengisi formasi pegawai pusat

dan pegawai daerah, serta formasi Nakes strategis pusat yang dipekerjakan di daerah.

2. Swasta

Penempatan Nakes di sarana swasta dalam negeri melalui koordinasi dengan pemerintah.

3. Luar Negeri

a. Penempatan Ke Luar Negeri; Penempatan Nakes di luar negeri diselenggarakan oleh lembaga

yang dibentuk khusus.

b. Penempatan Dokter Lulusan Luar Negeri; Pendayagunaan Nakes WNI lulusan luar negeri

didahului program adaptasi yang diselenggarakan lembaga pendidikan yang diakreditasi

organisasi profesi.

c. Penempatan Dokter Asing; Pendayagunaan Nakes asing di dalam negeri harus memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

4. Pembinaan dan Pengawasan

a. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi dan

pemberian lisensi.

b. Pembinaan dan pengawasan Nakes dilakukan sesuai peraturan, hukum tidak tertulis serta etika

profesi.

Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kesehatan dilakukan secara serasi dan terpadu oleh

pemerintah dan masyarakat.

Page 24: Sistem Kesehatan Nasional

SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

PENGERTIAN

Subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yakni jaminan ketersediaan,

jaminan pemerataan serta jaminan mutu, obat dan perbekalan kesehatan.

Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan

perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jaminan

pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan perbekalan kesehatan

secara merata dan berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat.

Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan, serta keabsahan

obat dan perbekalan kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.

Oleh karenanya pengertian subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yg

menghimpun berbagai upaya yg menjamin ketersediaan, pemerataan serta mutu obat dan perbekalan

kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yg setinggi-

tingginya.

TUJUAN

Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan

yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya

pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

UNSUR-UNSUR UTAMA

1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan

perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan perbekalan

kesehatan secara merata dan berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh

masyarakat.

3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan, serta

keabsahan obat dan perbekalan kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.

PRINSIP

1. Obat dan perbekalan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia dan berfungsi sosial, sehingga

tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi.

Page 25: Sistem Kesehatan Nasional

2. Obat dan perbekalan kesehatan harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga

penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.

3. Agar harga obat tidak terlampau mahal dan terjangkau oleh masyarakat, maka obat dan perbekalan

kesehatan tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan.

4. Peredaran serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan tidak boleh bertentangan dengan hukum,

etika dan moral.

5. Penyediaan obat mengutamakan obat esensial generik bermutu yang didukung oleh pengembangan

industri bahan baku yang berbasis pada keanekaragaman sumberdaya alam.

6. Penyediaan perbekalan kesehatan diselenggarakan melalui optimalisasi industri nasional dengan

memperhatikan keragaman produk dan keunggulan daya saing.

7. Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar formularium obat rumah sakit,

sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu DOEN

8. Pelayanan obat dan perbekalan kesehatan harus rasional memperhatikan aspek mutu, manfaat,

harga, mudah diakses serta aman.

9. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional agar obat tradisional bermutu tinggi, aman,

memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk

pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.

10. Pengamanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan mulai dari tahap produksi, distribusi

dan pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan.

11. Kebijaksanaan Obat Nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait lainnya.

BENTUK POKOK

Jaminan Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

1. Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional diselenggarakan pemerintah

bersama pihak terkait.

2. Perencanaan obat merujuk pada DOEN

3. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional.

4. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan dan secara

ekonomis belum diminati swasta menjadi tanggung jawab pemerintah.

5. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah.

6. Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang ditetapkan oleh Komite

Farmasi dan Terapi Rumah Sakit

Page 26: Sistem Kesehatan Nasional

Jaminan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan

1. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui pedagang besar farmasi.

2. Pelayanan dengan resep dokter diselenggarakan melalui apotek, sedangkan pelayanan obat bebas

diselenggarakan melalui apotek, toko obat dan tempat-tempat yang layak lainnya, dengan

memperhatikan fungsi sosial.

3. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat memberikan

pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.

4. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang penyelenggaraannya menjadi

tanggung jawab apoteker.

5. Pendistribusian, pelayanan dan pemanfaatan perbekalan kesehatan harus memperhatikan fungsi

sosial.

Jaminan Pengawasan Obat dan Perbekalan Kesehatan

1. Pengawasan mutu dilakukan industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi dan

masyarakat.

2. Pengawasan distribusi dilakukan pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi dan

masyarakat.

3. Pengamatan efek samping dilakukan pemerintah, bersama dengan kalangan pengusaha, organisasi

profesi dan masyarakat.

4. Pengawasan promosi dilakukan pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha, organisasi

profesi dan masyarakat.

5. Pengendalian harga dilakukan pemerintah bersama pihak terkait.

6. Pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan

berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektor, organisasi profesi dan masyarakat.

7. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan Batra dilakukan oleh pemerintah secara lintas

sektor, organisasi profesi dan masyarakat.

Dengan gambar ini dapat dikemukakan secara ringkas tentang unsur-unsur subsistem obat dan perbekalan

kesehatan, yaitu:

1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya jaminan jenis dan

jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang memenuhi kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).

2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya pemerataan obat

dan kesinambungan sesuai kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).

Page 27: Sistem Kesehatan Nasional

3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan agar adanya jaminan khasiat,

keamanan, dan keabsahan obat dan perbekalan kesehatan, NAPZA, dan obat tradisional.

SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENGERTIAN

Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan,

pemberdayaan kelompok, dan pemberdayaan masy. umum.

Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan perorangan

dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal yang diharapkan adalah untuk

diri sendiri yakni mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh keluarga

dan masyarakat sekitar. Sedangkan target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam

menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih & sehat.

Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-

kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan

yang dihadapi kelompok dan di pihak lain dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),

memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan

pengawasan sosial terhadap pembangunan kes. (to watch).

Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan

masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan

yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masy. secara

keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan kepentingan

masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan.

Oleh karenanya pengertian Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masy. umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

TUJUAN

Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi dan

pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil-guna

dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Page 28: Sistem Kesehatan Nasional

UNSUR-UNSUR UTAMA

1. Pemberdayaan Perorangan

Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan perorangan dalam membuat

keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri sendiri

yakni mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh keluarga dan

masyarakat sekitar. Sedangkan target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam

menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih & sehat.

2. Pemberdayaan Kelompok

Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat,

termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok

dan di pihak lain dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan

masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan pengawasan sosial terhadap

pembangunan kes. (to watch).

3. Pemberdayaan Masyarakat Umum

Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta

sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat

dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masy. secara keseluruhan. Kegiatan yang

dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang

kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan.

PRINSIP

1. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, dan masyarakat, sesuai

dengan sosial budaya, kebutuhan, dan potensi setempat.

2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat, serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan.

3. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.

4. Pemberdayaan masyarakat dilakuakan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat

kebersamaan dan gotong-royong serta terorganisasikan dalam berbagai kelompok atau kelembagaan

masyarakat.

Page 29: Sistem Kesehatan Nasional

5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggung-jawab, dan bertanggung gugat dan tanggap terhadap

aspirasi masyarakat, serta berperan sebagi pendorong, pendamping, fasilitator, dan pemberi bantuan

(asistensi) dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat.

BENTUK POKOK

Pemberdayaan Perorangan

1. Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada

di masyarakat termasuk swasta dan pemerintah.

2. Pemberdayaan perorangan terutama ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama,

tokoh politik, tokoh swasta dan tokoh populer (Sasaran utama pemberdayaan perorangan adalah

tokoh masyarakat)

3. Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan perilaku hidup

bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan (Target minimal adalah untuk diri

sendiri dan keluarga dlm menerapkan PHBS dan Target maksimal dapat sebagai teladan dan aktif

sebagai kader di masyarakat).

Pemberdayaan Kelompok

1. Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di

masyarakat termasuk swasta.

2. Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan yang ada di

masyarakat seperti: RT/RW, kelurahan/ banjar/ nagari, kelompok pengajian, kelompok budaya,

kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi

(Sasaran utama adalah kelompok/ kelembagaan masyarakat seperti: RT/RW, kelurahan/ banjar/

nagari, organisasi keagamaan, dan sebagainya).

3. Pemberdayaan kelompok dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau

peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan (Target minimal adalah

terbentuknya kelompok (LSM)/kelembagaan masyarakat yang peduli kesehatan dan Target

maksimal, kelompok kemasyarakatan aktif dalam To Serve, To Advocate, dan To Watch).

Pemberdayaan Masyarakat Umum

1. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok

yang ada di masyarakat termasuk swasta.

2. Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah

(Sasaran pemberdayaan masy umum adalah seluruh masyarakat dalam suatu wilayah).

3. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat

yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan Penyantun

Page 30: Sistem Kesehatan Nasional

Puskesmas (di kecamatan), Konsil/Komite Kesehatan Kabupaten/Kota (di kabupaten/kota), atau

Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di provinsi dan nasional) denganTarget minimal adalah

terbetuknya wadah perwakilan masyarakat dan Target maksimal adalah ikut aktif dalam mengatsi

masalah di masy, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta aktif dalam to Serve, to

Advocate, dan to Watch.

Sasaran pemberdayaan perorangan adalah individu dan tokoh masyarakat dengan target maksimal

yang bersangkutan dapat menjadi kader masyarakat yang ber-PHBS. Sasaran pemberdayaan kelompok

adalah kelompok atau lembaga kemasyarakatan dengan target maksimal terwujudnya kelompok peduli

kesehatan. Sasaran pemberdayaan masyarakat umum adalah seluruh masyarakat dalam satu wilayah

dengan target maksimal terwujudnya perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan.

Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat berperan dalam memberikan pelayanan (to serve),

advokasi, dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan/upaya kesehatan.

SUBSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN

PENGERTIAN

Sebelumnya perlu dikemukakan bahwa pengertian manajemen di sini bukan seperti pada buku-buku

referensi (“text book”). Karena akan membingungkan bahwa dalam manajemen kesehatan terdapat unsur

Administrasi Kesehatan (Adminkes).

Adminkes mengacu kepada Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI)

meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggung

jawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Oleh karenanya pengertian subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya Adminkes yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling

mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

TUJUAN

Tujuan subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya fungsi-fungsi Adminkes yang

berhasil-guna dan berdaya-guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk

menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya

Page 31: Sistem Kesehatan Nasional

UNSUR-UNSUR UTAMA

Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari 4 unsur utama yakni :

1. Administrasi Kesehatan

Adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2. Informasi Kesehatan

Adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan

keputusan dibidang kesehatan.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan

di bidang kesehatan.

4. Hukum Kesehatan

Adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan bagi

penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

PRINSIP

1. Administrasi Kesehatan

Administrasi diselenggarakan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi,

dekonsentrasi, dan tugas perbantuan dalam kerangka NKRI.

Administrasi diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi dengan

berbagai sektor pembangunan lain.

Administrasi kesehatan diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan

berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit kesehatan dalam satu jenjang administrasi

pemerintahan.

Adminkes diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian wewenang, tugas, dan

tanggung jawab antar unit kesehatan dalam jenjang yang sama dan di berbagai jenjang.

2. Informasi Kesehatan

Infokes mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan baik yang berasal dari sektor

kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.

Infokes mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang Adminkes.

Infokes disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.

Infokes yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu, dengan

mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 32: Sistem Kesehatan Nasional

Pengelolaan Infokes harus dapat memadukan pengumpulan data melalui cara-cara rutin (yaitu

pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara nonrutin (yaitu survai, dan lain-lain).

Akses terhadap Infokes harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku di bidang

kesehatan dan kedokteran.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kes adalah untuk kepentingan masyarakat yang

sebesar-besarnya.

Pengembangan dan pemanfaatan IKTEK kesehatan tidak boleh bertentangan dengan etika moral

dan nilai agama.

4. Hukum Kesehatan

Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem hukum kesehatan yang

mencakup pengembangan substansi hukum, pengembangan kultur dan budaya hukum serta

pengembangan aparatur hukum kesehatan.

Tujuan pengembangan hukum kesehatan adalah untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum,

keadilan hukum dan manfaat hukum.

Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika moral dan

agama.

BENTUK POKOK

1. Administrasi Kesehatan

a. Penanggung jawab Adminkes menurut jenjang administrasi pemerintahan adalah Departemen

Kesehatan di pusat, Dinas Kesehatan Provinsi di provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

di Kabupaten/Kota. Dinas kesehatan adalah instansi kesehatan tertinggi dalam satu wilayah

administrasi pemerintahan.

b. Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan Dinkkes

Kabupaten/Kota dan sebaliknya.

c. Fungsi Depkes adalah mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang kesehatan, pembinaan

dan bantuan teknis serta pengendalian pelaksanaan pembangunan kesehatan.

d. Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi bidang

kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan, pemberian perizinan

dan pelaksanaan pelayanan kesehatan serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinkes

Kab/Kota.

Page 33: Sistem Kesehatan Nasional

e. Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan, dengan fungsi

perumusan kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan

kesehatan serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan.

f. Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan program

pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan daerah.

g. Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu pada

pedoman dan standar nasional.

h. Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di daerah didasarkan

atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan.

i. Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu

pada pedoman, standar dan indikator nasional.

j. Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil

pembangunan kesehatan kepada Departemen Kesehatan dan Dinkes Provinsi.

k. Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan

kesehatan kepada Depkes.

l. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah,

pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi dan fasilitasi.

m. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya dalam penanggulangan wabah

dan bencana, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban

program pembangunan kesehatan diselenggarakan langsung oleh pemerintah pusat.

2. Informasi Kesehatan

a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem informasi

kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait.

b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan

pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai,

survailans dan sensus.

c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya kesehatan,

pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan,

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen kesehatan.

d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan secara berjenjang,

terpadu, multidisipliner dan komprehensif.

e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat secara

luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

Page 34: Sistem Kesehatan Nasional

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan

oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, swasta dan pemerintah.

b. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselenggarakan oleh lembaga

khusus yang berwenang.

c. Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusat-pusat penelitian dan pengembangan

unggulan.

d. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kesehatan

dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi dan dokumentasi IPTEK kesehatan.

4. Hukum Kesehatan

a. Hukum kesehatan dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam

mengembangkan peraturan perundang-undangan kesehatan daerah.

b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-undangan,

pelayanan advokasi hukum dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan masyarakat.

c. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan pengembangan jaringan

informasi dan dokumentasi hukum kesehatan serta pengembangan satuan unit organisasi hukum

kesehatan di Departemen Kesehatan.

d. Dalam gambar ini dapat kembali dijelaskan secara ringkas bahwa: Unsur-unsur subsistem

manajemen kesehatan adalah administrasi kesehatan, iptek, dan hukum kesehatan.

Administrasi kesehatan yang didukung infokes, iptek, dan hukum kesehatan menunjang

penyelenggaraan subsistem lainnya dari SKN (upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya

manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat).

PENYELENGGARAAN SKN

PELAKU SKN

Pembangunan kesehatan bukan saja tanggung jawab departemen atau sektor kesehatan saja, namun

merupakan tanggung jawab semua potensi bangsa.

Oleh karenanya pelaku SKN adalah masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara negara yang

terdiri dari pemerintah, badan legislatif, dan badan yudikatif.

Peran masyarakat & swasta; advokasi, pengawasan sosial, dan pelaksanaan pembangunan kesehatan

sesuai keahlian dan kemampuannya.

Page 35: Sistem Kesehatan Nasional

Peran pemerintah; penanggung jawab, penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan kesehatan.

Dapat ditambahkan pembagian peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Peran Badan legislatif; budget dan pengawasan.

Peran Badan yudikatif; penegakkan pelaksana hukum dan perundang-undangan kesehatan.

PROSES PENYELENGGARAAN SKN

Pendekatan kesisteman dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis,

komprehensif, dan holistik.

Sebagai suatu sistem, maka SKN harus diselenggarakan dengan adanya interaksi yang harmonis dan

dinamis antara subsistem-subsistemnya. KISS harus diterapkan antar pelaku SKN, antar subsistem-

subsistem SKN dan antara SKN dengan sistem-sistem nasional lainnya.

PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN SKN

Pada dasarnya pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagaimana siklus perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan khususnya,

yaitu: perencanaan dan penetapannya, pelaksanaan dan pengendaliannya.

SKN telah ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan, yang oleh sementara pihak SK Menteri dinilai

kurang kuat. Dapat saja nanti dasar hukum ini ditingkatkan menjadi yang lebih tinggi, misalnya PP atau

bahkan Undang-undang. Yang penting adalah materi SKN dapat dimuat dalam revisi atau perubahan

Undang-undang Kesehatan yang baru nanti.

Pedoman penyusunan SKD sudah disusun, mudah-mudahan dapat dimanfaatkan oleh daerah dalam

penyusunan SKD.

Dewasa ini Depkes juga sedang melakukan pembahasan-pembahasan dalam menyepakati metode

atau cara untuk melakukan penilaian sistem kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

DR.Dr. Azrul Aswar, MPH, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta,

1996.

Departemen Kesehatan RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta 2004

Departemen Kesehatan RI, Materi Sosialisasi SKN dan Kebijakan Depkes Tingkat Regional di Makassar

30 – 31 Agustus 2004

Page 36: Sistem Kesehatan Nasional

Secara praktis, para pemimpin di sistem pendidikan tinggi

kesehatan perlu memahami bagaimana dinamika terjadi di

lingkungannya yaitu sistem pelayanan kesehatan (rumahsakit,

pembiayaan, asuransi kesehatan,dan sebagainya). 

Dalam artikel di Lancet di tahun 2010

(www.theLancet.com/journals/Lancet/article) terdapat kerangka

sistem menarik mengenai hubungan keduanya yang berdasarkan

hukum ekonomi, demand and supply, sebagai berikut:

 

Dalam keterkaitan ini ada berbagai isu penting yang perlu

dipahami oleh pengelola lembaga pendidikan tenaga kesehatan

dan lembaga pelayanan kesehatan.

Page 37: Sistem Kesehatan Nasional

Isu-isu tersebut antara lain:

1. 1. Perubahan ideologi (Perubahan Ideologis) yang saat ini terjadi

di sistem pelayanan kesehatan dan sistem pendidikan kesehatan.

Ideologi ini terkait dengan  peran negara dalam pelayanan

kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan.

2. 2. Pemerataan penyediaan pelayanan kesehatan (health service

provision) dan kesempatan mendapat pendidikan (Medical

education provision) dan mutu pelayanan.

3. 3. Peranan lembaga pendidikan profesi kesehatan, perhimpunan

ahli/dokter, dan berbagai lembaga di sistem pendidikan dan

sistem pelayanan kesehatan.

1.   Isu Ideologis dan Politik

Dalam konteks cara pandang (ideologi) di dalam sektor kesehatan

perlu dilihat mengenai peran Pemerintah dalam pelayanan dan

pendidikan kedokteran. Dalam konsep Lancet di atas terlihat

bahwa model penyediaan berbasis pasar perlu mempunyai peran

aktif pemerintah.  Pemerintah perlu mendanai sistem pendidikan

dan sistem kesehatan, mengatur peran swasta, dan distribusi

supply tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tanpa ada peran pemerintah maka hukum pasar yang akan

berjalan sehingga yang terjadi adalah ideologi pasar. Di Indonesia

, dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini berjalan hukum pasar

yang fundamental, termasuk dalam sistem pendidikan tenaga

kesehatan khusus pendidikan dokter, termasuk residen.

Page 38: Sistem Kesehatan Nasional

Sektor dengan persaingan bebas mempunyai ciri kekuatan

permintaan dan penyediaan jasa yang tidak diintervensi

pemerintah. Akibatnya dapat terjadi sebuah kegagalan pasar

dimana masyarakat yang tidak mempunyai kekuatan dalam

meminta (masyarakat tidak mampu) akan sulit mendapatkan

pelayanan kesehatan atau pendidikan tinggi kedokteran.

Namun sejak reformasi politik di tahun 1998 dan terjadinya

pemilihan pemimpin negara dan daerah secara langsung, pelan

namun pasti, kesehatan menjadi isu politik yang menunjukkan

adanya          (1) ideologi politik; dan/atau untuk (2) keperluan

pencitraan partai dan pemimpin politik.

 1a. Perubahan Ideologis di Sistem Kesehatan

          Oleh karena itu, dipandang dari aspek sejarah,

pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini mengalami apa

yang disebut sebagai perubahan ideologis. Pemerintah

semakin berperan dalam pembiayaan dan pelaksanaan

pelayanan kesehatan. Dalam konteks ideologi, pemerintah

semakin menerapkan welfare state atau sosialisme dalam

sektor kesehatan. Dalam 12 tahun terakhir berbagai

kebijakan publik untuk jaminan kesehatan berjalan dengan

berbagai nama: Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan,

Askeskin, Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal, sampai terakhir

adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional yang termasuk

kesehatan.

Namun perlu dicatat bahwa perubahan ini beranjak dari

sistem pelayanan kesehatan yang berbasis pasar, dimana

para pelaku kesehatan sudah terbiasa dengan hukum pasar

Page 39: Sistem Kesehatan Nasional

yang liberal tanpa peran negara cukup. Saat ini peran

pendanaan dan pelayanan kesehatan swasta sangat besar,

dan tidak akan tergantikan oleh SJSN karena keterbatasan

kemampuan fiskal pemerintah. Dengan demikian ada situasi

campuran antara pendanaan pemerintah dan

masyarakat/swasta.

 1b. Perubahan Ideologis di Sistem Pendidikan Tenaga

Kesehatan

Bagaimana dengan perubahan ideologis di pendidikan

tenaga kesehatan? Saat ini mekanisme pasar terjadi di

pendidikan tenaga kedokteran. Pendidikan yang sebenarnya

merupakan public goods berubah menjadi private goods.

Selama ini sistem pasar di pendidikan tenaga kedokteran

berjalan sangat liberal tanpa peraturan cukup, termasuk di

pendidikan spesialis-subspesialis. Peserta pendidikan hanya

yang mampu membayar dengan besaran yang tinggi.

Setelah lulus, pengeluaran yang dilakukan dalam masa

pendidikan dapat disebut sebagai investasi yang perlu

dikembalikan.

Jika situasi pendidikan ini dibiarkan maka akan tidak cocok

dengan perkembangan sistem jaminan dan masalah

pemerataan tenaga kesehatan. Dokter umum dan dokter

spesialis yang dihasilkan menjadi dokter yang cenderung

materialistik dan enggan untuk ditempatkan di daerah sulit.

          Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah dalam

pendidikan tinggi kedokteran. Instrumen kebijakan seperti

subsidi untuk lembaga pendidikan, diberikan ke fakultas

Page 40: Sistem Kesehatan Nasional

kedokteran. Beasiswa diberikan ke peserta didik pendidikan

kedokteran. Perlu ada kebijakan affirmatif untuk rekrutmen

mahasiswa kedokteran. 

          Akan tetapi disadari bahwa peran pemerintah tidak

boleh membelenggu kemajuan ilmu pengetahuan dan minat

serta kemampuan masyarakat. Oleh karena itu fakultas

kedokteran swasta masih tetap dapat berjalan, dan fakultas

kedokteran pemerintah diperbolehkan untuk menerima dana

masyarakat dengan pengendalian.  Hal ini penting karena

kemampuan fiskal pemerintah tidak akan cukup untuk

mendanai sektor pendidikan tenaga kesehatan seluruhnya.

          Peran pemerintah dalam pendidikan kedokteran tidak

terbatas pada pemberi dana untuk mengatasi kegagalan

pasar. Pemerintah dapat berfungsi lebih jauh sebagai

pengendali mutu pendidikan. Dalam konteks hubungan

pemerintah dengan pelaku pendidikan memang ada

kecenderungan untuk menyerahkan ke elemen-elemen

dalam masyarakat dalam civil-society seperti ikatan profesi

ataupun asosiasi lembaga dan berbagai lembaga

independen. Akan tetapi penyerahan ini perlu dilakukan

secara bijaksana karena mempunyai risiko sektor pendidikan

menjadi sulit dikelola dan pemerintah akan kehilangan peran

sebagai penanggung jawab utama sektor pendidikan.

          Oleh karena itu, dengan inisiatif DPR dilakukan

penyusunan RUU Pendidikan Kedokteran yang secara

ideologis berusaha mengendalikan atau mengurangi dampak

Page 41: Sistem Kesehatan Nasional

negatif pasar liberal di pendidikan dokter dan spesialis.

Hasilnya masih kita tunggu dalam waktu dekat ini.

2.      Isu Pemerataan dan Mutu

2a.  Isi Pemerataan dan Mutu di Sektor Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus

diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya

kesehatan kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan

melalui pelayanan kesehatan yang bermutu.

- Sistem Jaminan kesehatan seperti Jamkesmas telah berhasil

memberikan akses lebih banyak kepada masyarakat miskin untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga meningkatkan

demand.

- Jamkesmas  dan Jampersal masih belum meningkatkan akses

bagi masyarakat miskin yang berada di tempat sulit.  Hal ini

disebabkan karena pemberi pelayanan kesehatan (rumahsakit

dan tenaga kesehatan masih belum merata).Risiko bayi

meninggal di Papua masih jauh lebih besar dibanding bayi di

Jawa.

- Dalam konteks penyediaan tenaga dokter, data menunjukkan

bahwa masih cenderung berkumpul di Jawa.

- Di tahun 2014 akan dimulai program BPJS untuk meningkatkan

cakupan pelayaan kesehatan.

Saat ini di Indonesia pelayanan kesehatan menghadapi

situasi yang sulit. DI satu sisi harus memberikan pelayanan

yang bermutu untuk lebih dari 100 juta masyarakat miskin

dengan dasar pemerataan. Di sisi lain ada lebih dari 30 juta

Page 42: Sistem Kesehatan Nasional

masyarakat mampu yang berkeinginan untuk mendapatkan

pelayanan yang bermutu tinggi yang menyerupai pelayanan

di negara maju. Akibatnya saat ini banyak warga Indonesia

yang mencari pelayanan kesehatan sampai ke luar negeri.

2b. Isu Pemerataan dan Mutu di Sektor Pendidikan

Pendidikan kedokteran harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, khususnya isu: (1) sulitnya

masyarakat di daerah yang tidak maju untuk menjadi dokter

karena tes akademik yang mengurangi kesempatan; (2)  

mahalnya biaya pendidikan Kedokteran yang pada ujungnya

berdampak pada mahalnya biaya kesehatan yang harus

ditanggung oleh masyarakat, dan (3) lokasi fakultas

kedokteran yang berada di daerah maju. Dampak tersebut

tentu saja membawa dampak buruk bagi masyarakat miskin,

yang semakin sulit mengakses pelayanan kesehatan karena

keterbatasan tenaga dokter dengan budaya yang cocok,

kualitas yang memadai, dan kemauan mengabdi.

Masalah pemerataan perlu diperhatikan oleh para pengelola

pendidikan kedokteran. Pertanyaan menarik adalah apakah

proses pendidikan memberikan semaam bekal bagi

lulusannya untuk bekerja di daerah yang sulit? Bekal ini

tentunya menyangkut aspek penegathuan dan ketrampilan

klinis,  pengetahuan budaya dan sosial, mental-spiritual,

sampai ke fisik.

Di sisi lain sebagian fakultas kedokteran/kedokteran gigi

ditantang oleh arus globalisasi pelayanan kesehatan. Dokter

Indonesia kalau tidak hati-hati dapat kalah bersaing dengan

Page 43: Sistem Kesehatan Nasional

dokter Malaysia, dokter Australia dan sebagainya. Oleh

karena itu perlu ada fakultas kedokteran yang

memperhatikan dan menyiapkan lulusannya agar siap

bekerja di lingkungan internasional yang tentunya berbeda

dengan daerah terpencil.

Kegagalan penyelenggara pendidikan tinggi kedokteran

untuk menghasilkan lulusan yang cocok bekerja di daerah

yang membutuhkan akan menimbulkan pertanyaan

mengenai mutu.

 3. Peranan Lembaga Pendidikan Profesi Kesehatan,

Perhimpunan Ahli/Dokter, dan Berbagai Lembaga di

Sistem Pendidikan dan Sistem Pelayanan Kesehatan.

3a. Peranan Lembaga-lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan tinggi kedokteran kesehatan seperti FK,

FKG, FKM, Poltekes, STIK dan lain-lain sangat penting dalam

pengembangan system kesehatan. Kegagalan lembaga

pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dan

siap bekerja di berbagai tempat termasuk yang terpencil

akan mempengaruhi efektifitas  sistem kesehatan. Oleh

karena itu diperlukan fakultas-fakultas yang baik dengan

didukung sistem manajemen pendidikan tinggi yang tepat.

Disamping lembaga pendidikan, juga ada asosiasi-

asosiasinya yang perlu dikembangkan untuk siap bekerja

bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan profesi.

Asosiasi tersebut antara lain: Asosiasi institut

penyelenggaran pendidikankedokteran, Asosiasi Pendidikan

Page 44: Sistem Kesehatan Nasional

Dokter Gigi, Asosiasi fakultas kesehatan masyarakat, dan

sebagainya. Yang menarik di Indonesia, ikatan profesi seperti

IDI mempunyai kolegium yang sangat penting dalam

menentukan kurikulum pendidikan di Indonesia.  

Sebagai catatan:

Di Indonesia, ikatan profesi berbeda dengan apa yang ada di

Amerika Serikat ataupun Australia. Di kedua negara tersebut,

ikatan profesi merupakan lembaga yang cenderung berfungsi

sebagai Labour Union. Kolegium yang berfungsi ke

pengembangan mutu dan kompetensi profesi berada di luar

ikatan profesi.  Dengan demikian Ikatan Dokter Australia

mempunyai fungsi sebagai sebuah union, bukan untuk

pengembangan pendidikan. Peran ganda perhimpunan

profesi ini perlu diperhatikan secara serius.

3b. Peranan lembaga-lembaga di pelayanan kesehatan

Lembaga-lembaga pelayanan kesehatan di Indonesia

tersusun atas: (1) lembaga pemerintah yang berfungsi

sebagai penentu kebijakan, enforcement, pemberi dana,

sampai ke pemberi pelayanan langsung ke masyarakat: (2)

lembaga swasta yang banyak berfungsi sebagai lembaga

pelayanan; dan (3) lembaga-lembaga di masyarakat.

 Pertanyaan penting: Apa yang menjadi masalah

hubungan antara sistem pendidikan dan pelayanan

kesehatan?

Page 45: Sistem Kesehatan Nasional

 Masalah utama adalah belum cocoknya proses pendidikan

dengan kebutuhan pelayanan. Terbukti dengan adanya data:

 - Penyebaran tenaga belum merata

 - Jumlah dan kompetensi lulusan masih kurang;

 - Proses pendidikan dirasakan mahal dan belum memberi

kesempatan bagi calon peserta yang dari kelompok terpinggirkan

- Kebutuhan untuk tenaga kesehatan untuk pelayanan kesehatan

internasional masih kurang 

Mengapa terjadi hal seperti ini? Berbagai hal tercatat sebagai

berikut:

- Proses pendidikan belum memperhatikan apa yang terjadi di

sistem kesehatan;

- Lembaga-lembaga yang berada dalam sistem pendidikan belum

sinergi dengan lembaga-lembaga di sistem kesehatan. Sebagai

gambaran Asosiasi lembaga pendidikan tinggi belum mempunyai

hubungan dengan asosiasi lembaga di sistem kesehatan

- Lembaga-lembaga dan asosiasi lembaga pendidikan belum

mempunyai kemampuan kelembagaan yang cukup

- Perhimpunan profesi masih belum mempunyai kapasitas yang

cukup dalam mengemban berbagai misinya sebagai: (1)

pengembang ilmu; (2) membina dan membela anggotanya;

Referensi

Page 46: Sistem Kesehatan Nasional

Blanke O, Stephanine O., Theodor L. Medical education activities

of the Association of American Medical Colleges.

www.thelancet.com, Vol. 361 January 18, 2003, p.264.

Dewi Feri. Situasi fasilitas pendidikan kedokteran di 4 propinsi.

Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM. 2011

Emilia O. Kompetensi dokter dan lingkungan pembelajaran klinik

di RS Pendidikan. Gadjah Mada University Press. 2009

Emilia O. Kurikulum Pendidikan Profesi untuk RS Daerah

Terpencil. Seminar dalam rangka Annual Scientific Meeting (ASM)

2011

Frenk J, Chen K. Dkk. Health Professionals for A New Century;

Transforming Education to Strengthen Health Systems in An

Interdependent World. Lancet. Vol 376 December 4, 2010. (klik

untuk download)

Gruppen I.D. Mangrulkar RS, Kolars JC. Competence based

education in the health professions: implication for improving

global health. Commission paper

2010. http://www.globalcommehp.com

Hans Karle, David Gordon. Quality standars in medical education.

www.thelancet.com, Vol. 370 December 1, 2007, p.1828. (klik

untuk download)

HPEQ. Kajian mengenai demand dan supply tenaga kedokteran di

Indonesia. 2011. Mimeo.

Page 47: Sistem Kesehatan Nasional

Lancet. Medical education and professionalism. Editorial.

www.thelancet.com, Vol. 373 March 21, 2009, p.980.(klik untuk

download).

Lancet. Medical education in the UK: building a firm foundation.

Editorial. www.thelancet.com, Vol. 366 August 20, 2005,

p.607. (klik untuk download)

Rafael Santana-Davila, Christina M. Quality of medical education

in Mexico. www.thelancet.com, Vol. 363 May 1, 2004, p.1475.

(klik untuk download)

Rokx, Claudia dkk. Health Financing in Indonesia, A Reform Road

Map. The World Bank. Washington DC, 2009.(klik untuk

download)

Rokx, Claudia dkk. New Insights into the Provision of Health

Services in Indonesia, A Health Workforce Study.The World Bank.

Washington DC, 2010 (klik untuk download)

Trisnantoro. L. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam

Manajemen Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta, 2004. (klik untuk download)

Trisnantoro L, Sastrowijoto S, Ferry D. 2008. Kajian terhadap

insfrastruktur pendukung FK dan RS Pendidikan: Implikasinya

terhadap kebijakan pendanaan. Pusat Manajemen Pelayanan

Kesehatan FK UGM.

Page 48: Sistem Kesehatan Nasional

Trisnantoro L. 2009. Pengelolaan RS Pendidikan di University of

Melbourne. Studi banding dengan situasi di Indonesia. Pusat

Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM.

WHO. 2006. The world health report: working together for

health.Geneve: World HealthOrganization. (klik untuk

download)

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. (klik untuk download)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992

tentang Sistem Kesehatan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. (klik untuk download)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. (klik

untuk download)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran. (klik untuk download)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen. (klik untuk download)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit. (klik untuk download)

Page 49: Sistem Kesehatan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.(klik untuk

download)

Pengantar

Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989.

Bab I Ketentuan Umum

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang ;

2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ;

3. Sistem pendidikkan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional ;

4. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya;

5. Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditempatkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran;

6. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu;

7. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan;

8. Tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik;

9. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar;

Page 50: Sistem Kesehatan Nasional

10.Sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana, dan prasarana yang tersedia atau diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan Pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;

11.Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia;12.Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab atas bidang pendidikan

nasional.

Bab II Dasar, Fungsi, dan Tujuan

Pasal 2Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 3

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

Pasal 4

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Bab III. Hak Warga Negara untuk Memperoleh Pendidikan

Pasal 5Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk nemperoleh pendidikan.

Pasal 6

Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.

Pasal 7

Page 51: Sistem Kesehatan Nasional

Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 8

1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa.

2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bab IV. Satuan, Jalur, dan Jenis Pendidikan

Pasal 9

1. Satuan pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.

2. Satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan bersinambungan.

3. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis.

Pasal 10

1. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

2. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar secara berjenjang dan bersinambungan.

3. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan.

4. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.

5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang tidak menyangkut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Page 52: Sistem Kesehatan Nasional

Pasal 11

1. Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.

2. Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat- tingkat akhir masa pendidikan.

3. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

4. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.

5. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu Depatemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah Non Departemen.

6. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.

7. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan.

8. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.

9. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (8) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bab V. Jenjang Pendidikan

Bagian Kesatu Umum

Pasal 12

1. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah.

Page 53: Sistem Kesehatan Nasional

3. Syarat-syarat dan tata cara pendirian serta bentuk satuan, lama pendidikan, dan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Pendidikan Dasar

Pasal 13

1. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

2. Syarat-syarat dan tata cara pendirian, bentuk satuan, lama pendidikan dasar, dan penyelenggaraan pendidikan dasar ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

1. Warga negara yang berumur 6 (enam) tahun berhak mengikuti pendidikan dasar.

2. Warga negara yang berumur 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat.

3. Pelaksanaan wajib belajar ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga Pendidikan Menengah

Pasal 15

1. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan pendidikan keagamaan.

3. Lulusan pendidikan menengah yang memenuhi persyaratan berhak melanjutkan pendidikan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Page 54: Sistem Kesehatan Nasional

4. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat Pendidikan Tinggi

Pasal 16

1. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutkan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyakarat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.

2. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

3. Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.

4. Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

5. Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu tertentu.

6. Institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.

7. Unversitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.

8. Syarat-syarat dan tata cara pendirian, struktur perguruan tinggi dan penyelenggaraan pendidikan tinggi ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

1. Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesional.

Page 55: Sistem Kesehatan Nasional

2. Sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan/ atau profesional.

3. Akademi dan politeknik menyelenggarakan pendidikan profesional.

Pasal 18

1. Pada perguruan tinggi ada gelar sarjana, magister, doktor, dan sebutan profesional.

2. Gelar sarjana hanya diberikan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas.

3. Gelar magister dan doktor diberikan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas yang memenuhi persyaratan.

4. Sebutan profesional dapat diberikan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional.

5. Institut dan universitas yang memenuhi persyaratan berhak untuk memberikan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) kepada tokoh-tokoh yang dianggap perlu memperoleh penghargaan amat tinggi berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan ataupun kebudayaan.

6. Jenis gelar dan sebutan, syarat-syarat dan tata cara pemberian, perlindungan dan penggunaannya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 19

1. Gelar dan/atau sebutan lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan digunakan oleh lulusan perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memiliki gelar dan/atau sebutan yang bersangkutan.

2. Penggunaan gelar dan/atau sebutan lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam bentuk yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan atau dalam bentuk singkatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20Penggunaan gelar akademik dan/atau sebutan profesional yang diperoleh dari perguruan tinggi di luar negeri harus digunakan dalam bentuk asli sebagaimana diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan, secara lengkap ataupun dalam bentuk singkatan.

Pasal 21

Page 56: Sistem Kesehatan Nasional

1. Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau profesor.

2. Pengangkatan guru besar atau profesor sebagai jabatan akademik didasarkan atas kemampuan dan prestasi akademik atau keilmuan tertentu.

3. Syarat-syarat dan tata cara pengangkatan termasuk penggunaan sebutan guru besar atau profesor ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 22

1. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan pada perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan.

2. Perguruan tinggi memiliki otonomi dalam pengelolaan lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi dan penelitian ilmiah.

3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bab VI. Peserta Didik

         Pasal 23

1. Pendidikan nasional bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan gerak kepada peserta didik.

2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pasal 24Setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut:

1. mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;2. mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan

berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan;

3. mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku;

4. pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki;

Page 57: Sistem Kesehatan Nasional

5. memperoleh penilaian hasil belajarnya;6. menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang

ditentukan;7. mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.

Pasal 25

1. Setiap peserta didik berkewajiban untuk1. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi

peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku;

2. mematuhi semua peraturan yang berlaku;3. menghormati tenaga kependidikan;4. ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban,

dan keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

Menteri.

Pasal 26Peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing- masing.

Bab VII. Tenaga Kependidikan

         Pasal 27

1. Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

2. Tenaga kependidikan, meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

3. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan

Page 58: Sistem Kesehatan Nasional

menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.

Pasal 28

1. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada suatu jenis dan jenjang pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar.

2. Untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, tenaga pendidik yang bersangkutan harus beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar.

3. Pengadaan guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada dasarnya diselenggarakan melalui lembaga pendidikan tenaga keguruan.

4. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 29

1. Untuk kepentingan pembangunan nasional, Pemerintah dapat mewajibkan warga negara Republik Indonesia atau meminta warga negara asing yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu menjadi tenaga pendidik.

2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 30Setiap tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan tertentu mempunyai hak- hak berikut:

1. memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial :a. tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan sebagai pegawai

negeri memperoleh gaji dan tunjangan sesuai dengan peraturan umum yang berlaku bagi pegawai negeri;

b. Pemerintah dapat memberi tunjangan tambahan bagi tenaga kependidikan ataupun golongan tenaga kependidikan tertentu;

c. tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat memperoleh gaji dan tunjangan dari badan/perorangan yang bertanggung jawab atas satuan pendidikan yang bersangkutan;

2. memperoleh pembinaan karir berdasarkan prestasi kerja;3. memperoleh perlindungan hukum dalam melakukan tugasnya;

Page 59: Sistem Kesehatan Nasional

4. memperoleh penghargaan seuai dengan darma baktinya;5. menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain

dalam melaksanakan tugasnya.

Pasal 31Setiap tenaga kependidikan berkewajiban untuk :

1. membina loyalitas pribadi dan peserta didik terhadap ideologi negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. menjunjung tinggi kebudayaan bangsa;3. melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian;4. meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa;

5. menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pasal 32

1. Kedudukan dan penghargaan bagi tenaga kependidikan diberikan berdasarkan kemampuan dan prestasinya.

2. Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah diatur oleh Pemerintah.

3. Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.

4. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah  

Bab VIII. Sumber Daya Pendidikan

Pasal 33Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan/atau keluarga peserta didik.

Pasal 34

1. Buku pelajaran yang digunakan dalam pendidikan jalur pendidikan sekolah disusun berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

2. Buku pelajaran dapat diterbitkan oleh Pemerintah ataupun swasta.

Page 60: Sistem Kesehatan Nasional

Pasal 35Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar.

Pasal 36

1. Biaya penyelenggaraan kegiatan pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah menjadi tanggung jawab Pemerintah.

2. Biaya penyelenggaraan kegiatan pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan pendidikan.

3. Pemerintah dapat memberi bantuan kepada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bab IX Kurikulum

Pasal 37Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Pasal 38

1. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.

2. Kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri atau Menteri lain atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri.

Pasal 39

1. Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

2. Isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat :a. pendidikan Pancasila;b. pendidikan agama;c. pendidikan kewarganegaraan.

Page 61: Sistem Kesehatan Nasional

3. Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang :

a. pendidikan Pancasila;b. pendidikan agama;c. pendidikan kewarganegaraan;d. bahasa Indonesia;e. membaca dan menulis;f. matematika (termasuk berhitung);g. pengantar sains dan teknologi;h. ilmu bumi;i. sejarah nasional dan sejarah umum;j. kerajinan tangan dan kesenian;k. pendidikan jasmani dan kesehatan;l. menggambar; sertam. bahasa Inggris.

4. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur oleh Menteri.

Bab X. Hari Belajar dan Libur Sekolah

Pasal 40

1. Jumlah sekurang-kurangnya hari belajar dalam 1 (satu) tahun untuk setiap satuan pendidikan diatur oleh Menteri.

2. Hari-hari libur untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah diatur oleh Menteri dengan mengingat ketentuan hari raya nasional, kepentingan agama, dan faktor musim.

3. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat mengatur hari-hari liburnya sendiri dengan mengingat ketentuan yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).        

Bab XI. Bahasa Pengantar

Pasal 41Bahasa pengantar dalam pendidikan nasional adalah bahasa Indonesia.

Pasal 42

1. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan dan sejauh diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.

Page 62: Sistem Kesehatan Nasional

2. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar sejauh diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.  

Bab XII. Penilaian

Pasal 43Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan penilaian.

Pasal 44

Pemerintah dapat menyelenggarakan penilaian hasil belajar suatu jenis dan/atau jenjang pendidikan secara nasional.

Pasal 45

Secara berkala dan berkelanjutan Pemerintah melakukan penilaian terhadap kurikulum serta sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan.

Pasal 46

1. Dalam rangka pembinaan satuan pendidikan, Pemerintah melakukan penilaian setiap satuan pendidikan secara berkala.

2. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan secara terbuka.

Bab XIII. Peranserta Masyarakat

Pasal 47

1. Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

2. Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan.

3. Syarat-syarat dan tata cara dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Page 63: Sistem Kesehatan Nasional

Bab XIV. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional

Pasal 48

1. Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan Menteri berkenaan dengan sistem pendidikan nasional diselenggarakan melalui suatu Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dan yang menyampaikan saran, dan pemikiran lain sebagai bahan pertimbangan.

2. Pembentukan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional dan pengangkatan anggota-anggotanya dilakukan oleh Presiden.

Bab XV. Pengelolaan

Pasal 49Pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri.

Pasal 50

Pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang dislenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri dan Menteri lain atau Pimpinan Lembaga Pemerintah lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 51

Pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan oleh badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Bab XVI. Pengawasan

Pasal 52Pemerintah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 53

Menteri berwenang mengambil tindakan administratif terhadap penyelenggara satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini.

Page 64: Sistem Kesehatan Nasional

Bab XVII. Ketentuan Lain-lain

Pasal 54

1. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri khusus bagi peserta didik warga negara adalah bagian dari sistem pendidikan nasional.

2. Satuan pendidikan yang diselenggarakan di wilayah Republik Indonesia oleh perwakilan negara asing khusus bagi peserta didik warga negara asing tidak termasuk sistem pendidikan nasional.

3. Peserta didik warga negara asing yang mengikuti pendidikan di satuan pendidikan yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional wajib menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi dan dari satuan pendidikan yang bersangkutan.

4. Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka kerja sama internasional atau yang diselenggarakan oleh pihak asing di wilayah Republik Indonesia dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bab XVIII. Ketentuan Pidana

Pasal 55

1. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 18 (delapan belas) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kejahatan.

Pasal 56

1. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 19 ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 29 ayat (1) dipidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelanggaran.

Bab XIX. Ketentuan Peralihan

Pasal 57

Page 65: Sistem Kesehatan Nasional

1. Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 550),

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960 dari Republik Indonesia Dahulu tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 550),

3. dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 302, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2361),

4. Undang-undang Nomor 14 PRPS Tahun 1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 80) dan Undang-undang Nomor 19 PNPS Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 81) yang ada pada saat diundangkannya undang-undang ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan undang-undang ini.

Bab XX. Ketentuan Penutup

Pasal 58

Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini,

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 550),

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960 dari Republik Indonesia Dahulu tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 550),

3. dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 302, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2361),

4. Undang-undang Nomor 14 PRPS Tahun 1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 80) dan Undang-undang Nomor 19 PNPS Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 81) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 59Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diumumkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 66: Sistem Kesehatan Nasional