Sistem Kerja Refrigerasi Kriogenik
-
Upload
ilman-inoel-hakim -
Category
Documents
-
view
1.148 -
download
64
Transcript of Sistem Kerja Refrigerasi Kriogenik
1. SISTEM KERJA REFRIGERASI KRIOGENIK
1.1 Siklus Kompresi Uap
Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refigerasi, namun yang paling umum digunakan adalah
refrigerasi dengan sistem kompresi uap.Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap
adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup expansi.
Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigeran akan ‘menghisap’ panas dari lingkungan
sehingga panas tersebut akan menguapkan refrigeran. Kemudian uap refrigeran akan
dikompres oleh kompresor hingga mencapai tekanan kondensor, dalam kondensor uap
refrigeran dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refrigeran ke
lingkungannya. Kemudian refrigeran akan kembali di teruskan ke dalam evaporator. Dalam
diagram P-h siklus kompresi uap ideal dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Gambar 2.2 Diagram T-S dan P – h siklus kompresi uap (Himsar Ambarita,2010)
a. Proses kompresi (1-2)
Proses ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropik adiabatik. Kondisi
awal refrigeranpada saat masuk ke dalam kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah,
setelah mengalami kompresi refrigeran akan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses
ini berlangsung secara isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun meningkat.
b. Proses kondensasi (2-3)
Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan tinggi dan
bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasanya
berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam kondensor terjadi pertukaran kalor
antara refrigeran dengan lingkungannya (udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran ke
udara pendingin yang menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair.
c. Proses expansi (3-4)
Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan
entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur. Proses penurunan tekanan
terjadi pada katup expansi yang berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk
mengatur laju aliran refrigeran dan menurunkan tekanan.
d. Proses evaporasi (4-1)
Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur konstan) di
dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap oleh cairan refrigeran yang bertekanan
rendah sehingga refrigeran berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refrigeran
saat masuk evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap, seperti pada titik 4 dari
gambar 2.2 diatas.
Selanjutnya, refrigeran kembali masuk ke dalam kompresor dan bersirkulasi lagi.Begitu
seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai
Sistem refrigerasi kriogenik sebenarnya hampir mirip dengan kompresi uap hanya saja
kompresornya sampai 200 bar, dan dipasang secara seri. Untuk menghasilkan udara cair
dalam jumlah yang besar sehingga dapat dihasilkan CO₂, cair, O₂, Nitrogen, DLL.
1.2 Sistem Kriogenik
Kriogenik (cryogenic) merupakan salah satu teknologi pembekuan yang sebetulnya
bukan tergolong ide yang baru. Metode pembekuan pada teknologi ini menggunakan gas
yang dimanfaatkan menjadi cairan (liquid) misalnya nitrogen (N2) dan karbon dioksida
(CO2). Nitrogen cair sebagaimana telah diketahui sejak lama, dipergunakan sebagai pembeku
bahan-bahan organik untuk keperluan penyimpanan dan ekstraksi bahan-bahan penelitian
bidang biologi terapan. Karbon dioksida cair pun telah sejak lama dipergunakan untuk
pengisi tabung pemadam kebakaran.
Nitrogen cair memiliki titik didih pada suhu -195,8 derajat ºC, sedangkan karbon
dioksida cair -57 ºC. Pada suhu yang lebih tinggi dari suhu tersebut, nitrogen dan karbon
dioksida akan berbentuk gas volatil, sehingga umumnya nitrogen cair dan karbon dioksida
cair berada pada suhu lebih rendah daripada titik didihnya. Dengan suhu yang sedemikian
dingin, baik nitrogen cair maupun karbon dioksida cair mempunyai kemampuan
membekukan bahan organik yang relatif lebih efektif daripada pendingin berbahan amonia
ataupun freon.
Proses pembekuan cepat dilakukan dengan cara menyemprotkan cairan kriogenik,
dalam hal ini nitrogen cair, ke produk yang diletakkan di rak dalam lemari pembeku. Produk
dapat dibekukan pada suhu – 200 C atau – 400 C dalam waktu singkat dan dengan⁰ ⁰
pemakaian nitrogen cair yang optimum. Dengan kecepatan pendinginan yang tinggi dan
waktu pembekuan yang relatif singkat, maka proses difusi uap air dari sel dapat dikurangi
dan produk tidak banyak mengalami susut bobot. Hasil pengujian menunjukkan bahwa lemari
dapat berfungsi dengan baik dan dapat membekukan produk dalam waktu relatif singkat
sesuai dengan yang diharapkan. Mikroba pada produk yang dibekukan dengan nitrogen cair
dan disimpan dalam lemari pendingin, jika semakin lama produk beku disimpan dalam lemari
pendingin semakin sedikit jumlah sel mikroba.
Sistem refrigerasi kriogenik sebenarnya hampir mirip dengan kompresi uap hanya saja
kompresornya sampai 200 bar, dan dipasang secara seri. Untuk menghasilkan udara cair
dalam jumlah yang besar sehingga dapat dihasilkan CO₂, cair, O₂, Nitrogen, DLL.
2. SISTEM KERJA CHILLER
Komponen utama pada sistem refrigerasi chiller absorpsi terdiri dari absorber , generator dan
pompa yang mempunyai fungsi sebagai pengganti kompresor, kondensor dan evaporator.
Sedangkan refrigeran yang digunakan adalah air murni dan larutan LiBr.
Dalam perkembangan teknologi sistem absorpsi terakhir, telah berlaku teknologi yang telah
terbukti cukup banyak meningkatkan efisiensi penggunaan energinya, yaitu peralihan dari
teknologi absorpsi efek tunggal (Single effect) ke teknologi absorpsi efek ganda (Double
effect). Perbedaan dari kedua teknologi ini hanya terletak pada jumlah generator, dimana pada
sistem absorpsi double effect ada dua, yaitu generator temperatur tinggi dan generator
temperatur rendah. Peningkatan efisiensi yang diperoleh adalah penurunan penggunaan
energi sebesar lebih dari 30 % untuk mendapatkan daya pendinginan yang sama. selain itu,
ukuran dari unit absorpsi pada tahun belakangan ini berukuran lebih kecil dibandingkan
generasi sebelumnya.
2.1 Siklus Refrigerasi Chiller Absorbsi Sederhana (Single Effect Absorption Chiller)
Seperti pada siklus pendingin kompresi uap, untuk pendapatkan efek pendinginan pada
sistem absorpsi juga dilakukan pemanfaatan kalor laten dari proses evaporasi refrigeran untuk
menyerap kalor dari air yang hendak didinginkan (Entering Chilled water). Pada sistem
kompresi uap, refrigeran bersirkulasi dengan menggunakan kompresor, sedangkan pada
sistem absorpsi refrigeran bersirkulasi dengan memanfaatkan panas yang diperoleh di
generator dan dibantu dengan larutan penyerap (absorbent) untuk menyerap uap refrigeran
(water vapor) dari evaporator dan dibantu oleh pompa untuk kembali ke generator.
Secara lengkap sistem absorpsi sederhana terdiri dari generator, kondensor, evaporator, dan
absorber dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan larutan kerja yang dipakai adalah air
sebagai refrigeran dan larutan LiBr sebagai larutan penyerap. Alat mekanik yang dipakai
sebagai alat bantu sirkulasi hanyalah pompa. Generator memanfaatkan panas yang diperoleh
dari hasil pembakaran, uap panas ataupun air panas untuk menguapkan atau memisahkan air
(refrigeran) dari larutan LiBr. Kemudian uap air dikondensasikan di kondensor dengan
memanfaatkan air dingin dari Cooling Water. Uap air yang telah berubah menjadi cair
kemudian di semprotkan (sprayed) pada permukaan koil air yang akan didinginkan (chilled
water tubes), sehingga refrigeran air akan menguap sambil menyerap kalor dari koil air yang
akan didinginkan. Uap refrigeraan air akan segera di tangkap atau diserap oleh larutan kaya
LiBr yang juga disemprotkan dari generator ke arah koil air dingin dari cooling water dan
jatuh menjadi cairan lebih encer (diluted lithium bromide solution) yang merupakan
campuran LiBr dan air pada absorber. Larutan encer pada absorber ini kemudian dipompakan
kembali ke generator untuk kemudian sirkulasi akan dimulai lagi.
2.2 Siklus Refrigerasi Chiller Absorbsi Effek Ganda (Double Effect Absorption Chiller)
Generator pada sistem pendingin absorpsi efek ganda terbagi menjadi dua, yaitu generator
dengan temperatur tinggi dan generator dengan temperatur rendah. Pada generator temperatur
tinggi larutan encer dari evaporator yang dilewatkan melalui penukar kalor dipanaskan oleh
steam atau panas dari hasil pembakaran sehingga refrigeran steam akan terpisah. Garis dari
D’ ke titik E (gambar 3) menampilkan pemanasan dan proses perubahan konsentrasi larutan
pada temperatur tinggi. Larutan encer pada titik D’ dipanaskan pada konsentrasi tetap sampai
titik D, dimana uap refrigeran dilepaskan dan larutan tertinggal menjadi agak encer atau 60,8
% konsentrasi larutan (titik E). Larutan agak encer ini dilewatkan ke penukar kalor
temperatur tinggi seperti terlihat pada garis antara titik E ke F’ pada gambar 3.
Uap panas refrigeran dari generator temperatur tinggi akan disirkulasikan terlebih dahulu ke
generator temperatur rendah di dalam sebuah koil, dimana koil ini juga masih dapat
menguapkan larutan encer dari absorber yang disemprotkan di atas koil uap panas refrigeran
sehingga temperaturnya akan sedikit rendah sebelum dikondensasikan pada kondensor. Pada
generator temperatur rendah ini juga mengalir larutan konsentrasi cukup tinggi dari generator
temperatur tinggi, sehingga pada generator temperatur rendah ini akan terakumulasi larutan
konsentrasi tinggi LiBr sekitar 63,7 %. Larutan konsentrasi tinggi LiBr dari generator
temperatur rendah ini digunakan untuk menangkap atau menyerap uap refrigeran dari
evaporator. Proses ini ditampilkan melalui titik F’ ke F dan kemudian ke titik G (gambar 3),
dimana terlihat perubahan konsentrasi larutan. Sedangkan garis dari titik G ke A’
menampilkan proses penurunan temperatur larutan konsentrasi tinggi melewati penukar kalor
temperatur rendah.
Pada kondensor, dengan adanya generator temperatur rendah membuat energi kalor
dari cooling water yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap refrigeran jadi sedikit
berkurang. Cairan dari hasil kondensasi uap refrigeran kemudian disemprotkan pada
permukaan koil evaporator yang didalamnya mengalir air yang akan didinginkan (water
chiller) sehingga cairan refrigeran menguap dengan menggunakan energi kalor latennya. Uap
refrigeran dari evaporator ini kemudian ditangkap atau diserap oleh cairan konsentrasi tinggi
LiBr yang berasal dari generator temperatur rendah dan disemprotkan di atas permukaan koil
cooling water di atas absorber. Penyerapan uap refrigeran dari evaporator ini menyebabkan
tertampungnya larutan encer rendah konsentrasi LiBr ( sekitar 57,7 %) pada absorber (Titik A
ke titik B gambar 3). Larutan encer ini kemudian disirkulasikan kembali generator temperatur
tinggi dan generator temperatur rendah masin-masing dengan melewati alat penukar kalor
terlebih dahulu (dimana masing-masing mengambil panas dari larutan kental konsentrasi
tinggi LiBr dari masing-masing generator) untuk kemudian memulai sirkulasi awal kembali.
Pada kedua alat penukar kalor, baik penukar kalor temperatur tinggi dan penukar kalor
temperatur rendah membuat kerja unit absorpsi jadi lebih efisien, karena akan menyebabkan
larutan encer dari absorber akan mencapai temperatur mendekati temperatur pada generator,
sehingga mengurangi energi panas yang dibutuhkan oleh generator. Sebaliknya larutan kental
konsentrasi tinggi dari generator akan rendah sesuai dengan yang diharapkan.
2.3 Air Cooled Chiller
Pada dasarnya prinsip kerja pendingin air atau air-cooled chiller sama seperti sistem
pendingin yang lain seperti AC dimana terdiri dari beberapa komponen utama yaitu
evaporator, kondensor, kompresor serta alat ekspansi. Pada evaporator dan kondensor terjadi
pertukaran kalor. Pada air-cooled chiller terdapat air sebagai refrigeran sekunder untuk
mengambil kalor dari bahan yang sedang didinginkan ke evaporator. Air ini akan mengalami
perubahan suhu bila menyerap kalor dan membebaskannya di evaporator.
Gambar 2.1 diperlihatkan skema air-cooled chiller dimana air dingin yang dihasilkan
digunakan untuk mendinginkan ruangan dengan media aliran angin dari sebuah fan.
Secara umum prinsip kerjanya adalah sebagai berikut. Refrigeran didalam kompresor
dikompresikan kemudian dialirkan ke kondensor. Refrigeran yang mengalir ke kondensor
mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi. Di kondensor refrigeran didinginkan oleh
udara luar disekitar kondensor sehingga terjadi perubahan fase dari uap menjadi cair.
Kemudian refrigeran mengalir menuju pipa kapiler dan terjadi penurunan tekanan.
Setelah keluar dari pipa kapiler, refrigeran masuk ke dalam evaporator. Di dalam evaporator
refrigeran mulai menguap, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan tekanan yang
mengakibatkan titik didih refrigeran menjadi lebih rendah sehingga refrigeran menguap.
Dalam evaporator terjadi perubahan fase refrigeran dari cair menjadi uap. Pada evaporator ini
terjadi perpindahan kalor yang bersuhu rendah, dimana air didinginkan oleh refrigeran.
Kemudian refrigeran dalam bentuk uap tersebut dialirkan ke kompresor kembali.
Di dalam evaporator, air sebagai bahan pendingin sekunder yang telah didinginkan sampai
temperatur tertentu kemudian dialirkan oleh sebuah pompa menuju koil-koil pendingin dalam
ruangan. Air ini akan bersirkulasi terus menerus selama sistem pendingin bekerja.
2.4 Water Colled Chiller
Siklus refrigerasi dari water chiller system secara sederhana. Air masuk kedalam cooler
(evaporator) dan didinginkan oleh cairan refrigeran yang menguap pada temperatur rendah.
Uap refrigeran dihisap masuk ke kompresor dan tekanannya dinaikan sehingga dapat mencair
kembali pada temperatur tinggi di kondenser. Pada proses ini temperatur medium pendingin
kondenser (air atau udara) mengalami kenaikan. Refrigeran cair tersebut kemudian mengalir
ke evaporator melalui alat kontrol refrigeran (katup ekspansi) dan siklus terus berulang
seperti semula).
Sebagai contoh suatu sistem water chiller berpendingin air (water cooled), air masuk ke
cooler pada 54oF (12oC) dan keluar pada 44oF(7oC) sedangkan air pendingin masuk
kondenser pada 85oF(30oF) dan keluar kondenser pada 95oF(35oC).
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan,isnandarcecep (2012). Sistem kriogenik (online). Tersedia :
http://www.slideshare.net/manoelhakim/newsfeed (diunduh pada 29 Desember 2012)
De_ar (2008). Pendingin dengan menggunakan sistem kriogenik (online). Tersedia :
http://blognyaorangrefac.blogspot.com/2008/02/pendinginan-dengan-menggunakan-
sistem.html (diunduh pada 29 Desember 2012)
Anonim (2012). Bab II (online). Tersedia : http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=sistem%20kerja%20refrigerasi
%20kriogenik&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CEEQFjAC&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F30782%2F4%2FChapter
%2520II.pdf&ei=m2TeUPS8HIWIrAeKvYGIDw&usg=AFQjCNH83sqSzQfzl06Djw
-olDoTHFOhcw&bvm=bv.1355534169,d.bmk (diunduh pada 29 Desember 2012)
Anonim (2012). Chiller absorbsi (online). Tersedia : http://www.chiller.co.id/chiller-
absorpsi/ (diunduh pada 29 Desember 2012)
Anonim (2012). Unit pendingin air sistem tata udara (online). Tersedia :
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=sistem%20kerja%20refrigerasi%20water
%20cooled%20chiller&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CF4QFjAE&url=http%3A%2F
%2Fkk.mercubuana.ac.id%2Ffiles%2F13043-9-
777692085296.doc&ei=knzeUP7BGsqxrAfd9oC4DQ&usg=AFQjCNHpoHYneWwV5Wjhlw7vk-
OaI8f4kQ&bvm=bv.1355534169,d.bmk (diunduh pada 29 Desember 2012)
Syaiful (2005). Unit kerja Sistem Air Cooled Chiller Dengan Evaporator Jenis Spiral Menggunakan Refrigeran HCR-22 (online). Tersedia : http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=sistem%20kerja%20refrigerasi%20chiller&source=web&cd=15&cad=rja&ved=0CJEBEBYwDg&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F1712%2F1%2FUNJUK_KERJA_SISTEM_AIR-COOLED_CHILLER___.pdf&ei=BnLeUMm6A4LZrQeStYHwAQ&usg=AFQjCNHNXXHJX3XzFZ_TzB926frBexYkUw&bvm=bv.1355534169,d.bmk (diunduh pada 29 Desember 2012)