Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang Kab. Kubu...

28
Proposal Penelitian Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang Kab. Kubu Raya FAKULTAS BAHASA DAN SENI OLEH : MAIKEL JIM YUNIOR NIM 511100109 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK 2014

description

Tugas Proposal Penelitian Maikell Jim Yunior

Transcript of Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang Kab. Kubu...

Page 1: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Proposal Penelitian

Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kec. Sungai Ambawang

Kab. Kubu Raya

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

OLEH :

MAIKEL JIM YUNIOR

NIM 511100109

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONTIANAK

2014

Page 2: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya saya dapat menyusun proposal

penelitian, Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan kegiatan penyusunan proposal ini

adalah untuk memenuhi tugas individu pada salah satu mata kuliah.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini masih

banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik

yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan.

Semoga segala bimbingan yang telah diberikan kepada saya bermanfaat

sebagaimana mestinya yang diharapkan. Akhirnya saya berharap semoga proposal

yang telah saya kerjakan dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan pada

pembaca.

Sungai Ambawang ,

Penulis

Page 3: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................

Daftar Isi ......................................................................................

Bagian I Rancangan Penelitian .....................................................

a. Latar Belakang ................................................................. 1

b. Rumusan Masalah ............................................................ 2

c. Tujuan .............................................................................. 3

d. Manfaat ............................................................................ 3

e. Metodologi Penelitian ...................................................... 4

f. Pendekatan Penelitian ....................................................... 4

g. Data dan Sumber Data ...................................................... 5

h. Teknik dan Alat Pengumpul Data ..................................... 6

i. Pengecekan Keabsahan Data ............................................ 8

Bagian II Sistem Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Ahe Kanayatn

Desa Lingga Kec. Sui. Ambawang ..............................................

a. Pengertian Kata Kerja ( Verba ) ..................................................... 11

b. Fungsi Kata Kerja ( Verba ).............................................12

c. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif ......................16

d. Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe ) ......................................19

e. Kata Kerja ( Verba ) Pasif ............................................................ 20

Daftar Pustaka ..............................................................................................

Page 4: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

BAB I

RANCANGAN PENELITIAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh

sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.

Sebagai sebuah sistem, bahasa selaian bersifat sistematis dan juga bersifat

sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu

pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan

sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem

tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem

fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem

leksikon. Sistem bahasa yang dibicarakan di atas adalah berupa lambang-

lambang dalam bentuk bunyi. Artinya lambang-lambang itu berbentuk

bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang

bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.

Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus

kita sadari benar-benar. Terutama dalam keanekaragaman bahasa di

Indonesia yang begitu banyak. Keragaman bahasa inilah yang

menyebabkan situasi Sosiolinguistik di Indonesia menjadi bervariasi. Ini

terjadi karena Indonesia adalah salah satu Negara terkaya di seluruh

permukaan bumi.

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting

keberadannya bagi masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk

mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga

akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak

akan terjalin dengan baik.

Page 5: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa

Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak

Kanayatn Ahe merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di

wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Sungai Ambawang,

Desa Lingga, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sampai

sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh Dayak Kanayatn Ahe.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi

memiliki ciri baik bentuk, bunyi, dan makna yang berbeda antara manusia

pada satu kelompok tertentu dengan kelompok manusia yang lain.

Perbedaan bahasa tersebut tampak pada penggunaan bahasa oleh dayak

kanayatn yang ada di Desa Lingga, kecamatan Sungai Ambawang. Bahasa

daerah di Indonesia digunakan oleh masyarakat yang harus dilestarikan

kerana memiliki peran dan kedudukan yang dalam berkomunikasi. Peran

dan kedudukan bahasa bagi Dayak Kanayatn Desa Lingga Kecamatan

Sungai Ambawang sangat komunikatif terutama dalam pergaulan sehari-

hari, upacara adat dan ketika menuturkan cerita rakyat. Dari penlitian ini

memfokuskan pada Kata Kerja Bahasa Dayak Kanayatn Sungai

Ambawang.

B. Rumusan Masalah

Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

sistem kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang ?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam

submasalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah sistem kata kerja aktif transitif dan intrasitif pada

bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang ?

Page 6: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

b. Bagaimanakah sistem pembentukan kata kerja aktif transitif dan

intrasitif Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang ?

c. Bagaimanakah sistem kata kerja pasif pada bahasa Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang ?

C. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem

kata kerja pada Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan sistem kata kerja aktif transitif dan intrasitif

pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan

Sungai Ambawang.

b. Mendeskripsikan sistem pembentukan kata kerja aktif transitif

dan intrasitif Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa

Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

c. Mendeskripsikan sistem kata kerja pasif pada bahasa Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun

praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan

pembelajaran dan pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya

yang berkaitan dengan sistem kata kerja. Manfaat praktisnya antara lain

sebagai berikut.

a. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan

tentang bahasa, khusunya mengenai sistem kata kerja pada

Page 7: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang.

2. Bagi guru bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru

bahasa Indonesia sebagai salah satu alternasi bahan

pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran

kebahasaan yang berkaitan dengan sistem kata kerja.

3. Bagi penelitian lainnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

alternasi bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya

di bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem

kata kerja.

E. Metologi Penelitian

Penelitian ini mengkaji bentuk kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn

Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Untuk mencapai tujuan

tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

diarahakn sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang

diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian

dilakukan.

Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata

berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya.

Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan gambaran yang objektif

tentang sistem kata kerja bahasa Dayak Kanayatn Ahe Sungai Ambawang

yang akan dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari

bahasa Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Sungai Ambawang.

F. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan

Page 8: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian.

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka

(Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak

menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan mengacu pada

makna atau pemahaman terhadap interkasi terhadap konsep data yang

dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam

bentuk kata-kata atau kalimat.

Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat

deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data

bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994).

Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-

peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat

Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Suingai Ambawang. Bersifat deskriptif,

maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data

dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks

diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan

kedudukan partisipan. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk

deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan

temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu.

Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam

pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih

diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut, misalnya

pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat

fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya

dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan

pada perencanaan atau target tertentu.

Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak

diarahkan untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu,

paparan hasil analisis penelitian yang berkaitan dengan sistem kata kerja

pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Page 9: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Ambawang lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di

lapangan.

G. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung kata

kerja dan konteks penggunaannya pada Dayak Kanayatn Ahe Desa

Lingga Kecamatan Sungai Ambawang

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan

oleh penutur asli bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang dan konteks tuturan yang diperoleh

melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung.

Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks tuturan

berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata kerja pada masyarakat

Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah

masyarakat asli penutur bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang. Namun, tidak semua masyarakat asli

penutur bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang mempunyai kedudukan yang sama sebagai informan

dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi

sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data dianalisis selama dan

setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama pengumpulan data,

data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan

disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat penyimpangan,

pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau pencatatan

data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan.

H. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Page 10: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap

langsung, pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap

langsung merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan

antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan

cara tanya jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen

penelitian. Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara

langsung sistem kata kerja pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe

Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks

tuturan yang berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan

teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data yang sebenarnya, berupa sistem kata kerja pada

masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya

bahwa yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri,

atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data

utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini

dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai

pencari tahu alami dalam pengumpulan data.

Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus

diperhatikan, yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2)

tetap objektif, (3) berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia

pada data penelitian, dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin

ilmu serta paradigma. Selain peneliti sebagai instrumen utama,

penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu alat perekam (tape

recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan

kalimat yang mengandung kata kerja. Alat perekam (tape recorder)

digunakan untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan

Page 11: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

digunakan untuk mencatat konteks tuturan, dan daftar pertanyaan dan

kalimat digunakan sebagai pedoman percakapan.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan

oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang

dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c)

penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang

saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah

pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di

bawah ini.

Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a)

identifikasi, (b) klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data

adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari segi

kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data

berdasarkan sistem kata kerja dan konteks tuturan. Kodefikasi data

adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan sistem kerja dan

konteks tuturan.

Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah

direduksi. Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel,

Dengan penyajian data ini diharapkan penarikan kesimpulan menjadi

terarah.

Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih

dikhususkan pada penafsiran data yang telah disajikan. Penafsiran

dilakukan secara menyeluruh tetang hubungan kekerabtan,

nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata kerja pada masyarakat

Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Page 12: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah

sering dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan

penelitian diperlukan kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai

kebenaran (keabsahan) terhadap data informasi yang dikumpulkan peneliti

dari lapangan, untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadi

kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data yang dianalisis.

Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan trianggulasi sebagai

salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong, 2005).

Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada

sembilan teknik, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan

pengamatan, (3) trianggulasi, (4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5)

analisis kasus negatif, (6) kecukupan referensi, (7) pengecekan

keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam penelitian ini,

pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan

pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178).

Teknik trianggulasi paling banyak digunakan ialah pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode penyidik dan teori (Denzin

dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan trianggulasi adalah untuk

memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan penelitian.

Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk mengatasi terjadinya

perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan penelitian. Beberapa ahli

mengatakan bahwa trianggulasi dilakukan untuk pengecekan data agar

penelitian memiliki taraf kepercayaan yang tinggi (Miles dan Huberman,

1984). Dalam penelitian ini, trianggulasi digunakan untuk memeriksa

keabsahan dan kesalahan data sebagai strategi yang dapat meningkatkan

kredibitas penelitian ini.

Page 13: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya
Page 14: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

BAB II

Sistem Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Kanayatn

Kecamatan Sungai Ambawang

A. Pengertian Kata Kerja ( Verba )

Kata kerja ( verba ) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan

atau tingkah laku. Verba dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai

kelas kata yang menyatakan suatu pekerjaan, pengalaman, keberadaan

ataupun yang dalam pengertian lainnya dalam perspektif yang dinamis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008:1546) “Verba

adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan; kata

kerja. Verba berasal dari bahasa latin Verbum yang artinya „kata‟.

Verba dalam kalimat atau frase berposisi sebagai predikat”.

Keberadaan kata terbagi dalam berbagai kelompok yang

membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Harimurti

Kridalaksana (1993: 226) menyatakan bahwa “verba adalah kelas kata

yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain

verba mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek, dan pesona atau

jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis perbuatan, keadaan

dan proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai dengan

Page 15: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin

diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya”.

Verba dalam tataran bahasa Indonesia merupakan bagain dari

kategori gramatikal. Verba ini mengacu kepada peristiwa dalam

kaitannya sebagai bagian dari kategori semantik. Verba dalam bahasa

Indonesia memiliki kelas utama yang terdiri dari tiga bagian yakni:

keadaan, aksi atau perbuatan serta proses. Sedangkan menurut (Van

Ophuijser 1983:116) mengatakan bahwa "verba Melayu adalah pangkal

verba yang tampil secara mandiri sebagai bentuk perintah".

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai verba penulis dapat

simpulkan bahwa verba merupakan kata yang menggambarkan proses,

perbuatan, atau pekerjaan yang berfungsi sebagai predikat dalam

beberapa bahasa lain yang mempunyai ciri morfologis. Sebagai satu di

antara kelas kata dalam tuturan kebangsaan verba mempunyai frekuensi

yang tinggi pemakaiannya dalam suatu kalimat, verba mempunyai

pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan struktur

pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk verba.

B. Fungsi Kata Kerja (Verba)

Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat

dalam kalimat.Menurut Alwi, dkk. (2010:167) “Verba memiliki fungsi

utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat

walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Jika ditinjau dari segi

fungsinya, verba (maupun frasa verbal) terutama menduduki fungsi

predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki fungsi lain

seperti subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan berupa objek,

pelengkap, dan keterangan).

a. Verba dan Frasa Verbal sebagai Predikat, menurut Alwi, dkk.

(2010:168)

Telah dikemukakan bahwa verba berfungsi terutama sebagai

predikat atau sebagai inti perdikat kalimat.

Page 16: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Kaca jendela itu pecahOrang tuanya bertani.

Kedua sahabat itu berpeluk-pelukan

Mobil yang ditumpanginya tahan peluru.

Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru.

Para tamu bersalam-salaman dengan akrab.

Dalam kalimat (a-d), verba pecah, bertani, berpeluk-pelukan

dan tahan peluru berfungsi sebagai predikat. (perlu diperhatikan

bahwa tahan peluru adalah verba majemuk. Jadi, tahan dan peluru

bukan dua kata yang berdiri sendiri). Predikat kalimat (e-f) adalah

frasa verba, tetapi diikuti oleh unsur-unsur lain. Pada (e) frasa akan

mengeluarkan diikuti oleh objek kalimat peraturan moneter baru.

Pada (f) keterangan cara dengan akrab mengikuti predikat

bersalam-salaman.

Predikatadalah bagian kalimat yang menandai apa yang

dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, verba

atau frasa verbal sebagai predikat dikarenakan verba berfungsi

sebagai inti predikat kalimat.

b. Verba dan Frasa Verbal sebagai Subjek

Pada kalimat-kalimat di bawah ini terlihat bahwa verba dan

perluasannya (yang berupa objek, pelengkap, dan / atau keterangan

dapat berfungsi sebagai subjek. Pada umumnya verba yang

berfungsi sebagai subjek adalah verba inti. Tanpa pewatas depan

ataupun pewatas belakang. Jika verba ini memiliki unsur lain

seperti objek dan keterangan, unsur itu menjadi bagian dari subjek.

Lihatlah contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:169).

Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.

Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat.

Makan sayur-sayuran dengan teratur dapat meningkatkan

kesehatan.

Page 17: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Berdasarkan uraian di atas subjek adalah pokok pembicaraan

atau pokok bahasan dan pada umumnya verba berfungsi sebagai

subjek adalah verba inti. Unsur bagian dari subjek bisa merupakan

unsur lain seperti objek dan keterangan.

c. Verba dan Frasa verba sebagai Objek

Dalam kalimat berikut verba dan frasa verba dengan

perluasannya berfungsi sebagai objek.Menurut Alwi, dkk.

(2010:170).

Dia sedang mengajarkan menari pada adik saya.

Dia mencoba tidur lagi tanpa bantal.

Mereka menekuni membaca Alkitab pada pagi hari.

Berdasarkan uraian di atas objek merupakan hal, perkara, atau

orang yang menjadi pokok pembicaraan. Terkait verba dan frasa

verbal juga berfungsi sebagai objek yang masing-masing diikuti

oleh kata keterangan.

d. Verba dan Frasa Verbal sebagai Pelengkap

Verba dan frasa verbal berserta perluasannya dapat berfungsi

sebagai pelengkap dalam kalimat seperti terlihat pada contoh-

contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:171), contohnya :

Dia sudah berhenti merokok

Mertuanya merasa tidak bersalah.

Samuel baru mulai mengerti masalah itu.

Verba merokok, frasa verbal tidak bersalah, dan perluasan

verba mengerti masalah itu dalam kalimat (a-c) berfungsi sebagai

pelengkap dari predikat berhenti, merasa, dan mulai. Masing-

masing predikat itu tidak lengkap, dan dengan demikian predikat

yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti oleh

pelengkap.

Page 18: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Berdasarkan uraian di atas verba dan frasa verbal dapat juga

berfungsi sebagai pelengkap dari predikat. Predikat yang

bersangkutan tidak diteriama jika diikuti oleh pelengkap.

e. Verba dan Frasa Verbal sebagai Keterangan

Dalam kalimat berikut verba perluasannya berfungsi sebagai

keterangan. Menurut Alwi, dkk. (2010:172), contohnya :

bu sudah pergi berbelanja

Paman datang berkunjung minggu yang lalu.

Saya bersedia membantu Anda.

Mereka baru saja pulan bertamasya.

Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ada dua verba yang

letaknya berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua

bertindak sebagai keterangan. Pada kalimat (a-c) terkandung

pengertian „maksud‟ atau „tujuan‟ dari perbuatan yang dinyatakan

predikat. Karena itu, perkataan untuk dapat disisipkan. Pergi untuk

berbelanja, datang untuk berkunjung, dan bersedia untuk

membantu Anda. Pada kalimat (d) terkandung pengertian „asal‟ dan

oleh sebeb itu dapat disisipkan kata dari: pulang dari bertamasya.

Dalam hal ini verba (dengan perluasannya) menjadi bagian dari

frasa preposisional seperti juga dalam kedua kalimat beikut.

Dia mengawini gadis Australia itu untuk memperoleh status

penduduk menetap.

Pencuri memasuki rumah itu dengan memecahkan kaca

jendela.

f. Verba yang Bersifat Atributif

Verba (bukan frasa) juga bersifat artibutif, yaitu, memberikan

keterangan tambahan pada nomina. Dengan demikian, sifat itu ada

pada tataran frasa. Perhatikan contoh berikut. Menurut Alwi, dkk.

(2010:172)

Anjing tidur tak boleh diganggu.

Negara itu sedang berada dalam situasi berbahaya.

Page 19: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Kami terpaksa bekerja lembur karena banyak pekerjaan

mendesak.

Emosi tak terkendali sangat merugikan.

Verba tidur, berbahaya, medesak, dan tak terkendali bersifat

atributif dalam frasa nomina anjing tidur, situasi berbahya,

pekerjaan mendesak, dan emosi tak terkendali. Setiap verba

tersebut menerangkan nomina inti anjing, situasi, pekerjaan, dan

emosi. Verba yang berfungsi atributif seperti inimerupakan

kependekan dari bentuk lain yang memakai kata yang. Dengan

demikian, bentuk panjangnya adalah adalah (anjing) yang tidur,

(situasi) yang berbahaya (pekerjaan) yang mendesak, dan (emosi)

yang tak terkendali.

Berdasarkan uraian di atas verba juga bersifat atributif yang

memberikan keterangan tambahan pada nomina. dengan kata lain,

verba yang bersifat atributif tersebut menerangkan nomina inti.

Frasa verbal bukan bersifat atributif.

g. Verba yang Bersifat Apositif

Verba dan perluasannya dapat juga bersifat apositif, yaitu

sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, seperti yang

terdapat dalam kalimat berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:173).

Pekerjaannya, mengajar, sudah dijalankan.

Usaha Pak Suroso, berdagang kain, tidak begitu maju.

Sumber pencarian penduduk desa itu, bertani dan beternak,

sudah lumayan.

Verba dan perluasannya mengajar, berdagang kain, dan

bertani dan beternak dalam kalimat-kalimat di atas berfungsi

sebagai aposisi. Konstruksi tersebut masing-masing menambah

keterangan pada nomina pekerjaannya, dan frasa nominal usaha

Pak Suroso dan sumber pencarian penduduk desa itu.

Sebagaimana dapat dilihat, verba (dengan perluasannya) yang

berfungsi sebagai aposisi tersebut terletak di antara koma. Dalam

Page 20: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

membaca, intonasi keterangan yang ditambahkan seperti itu

biasanya direndahkan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

verba dapat berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, pelengkap,

keterangan, aposisi, dan artibut. Namun, perlu diperhatikan bahwa

kategori sintaksinya tetap verba. Fungsinya saja yang dapat

bermacam-macam.

C. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif

Verba (kata kerja) dapat digolongikan menjadi 2, yaitu: verba

transitif dan verba intransitif.

1. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif

Yang dimaksud dengan kalimat transitif adalah kalimat yang

mempunyai obyek seperti: SPO, SPOK, KSPO.

Verba transitif adalah verba yang membutuhkan objek (O).

Kata kerja transitif dapat diubah menjadi bentuk pasif berbeda

dengan kata kerja intransitif yang tidak dapat diubah ke bentuk

pasif. Dalam bahasa Indonesia, verba (kata kerja) transitif terdiri

dari verba atau kata kerja berimbuhan sebagai berikut:

a) Berafiks me-

Contoh: membawa, menolong, membahas

Ibu membawa roti

Adik menolong ibu

Pak guru membahas kata kerja transitif

b) Berafiks memper-

Contoh: memperbesar, memperistri

Bupati akan memperbesar taman kota tahun depan.

Joni memperistri Tuti si kembang desa.

c) Berafik memper-kan

Page 21: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Contoh: mempersoalkan

Roni senang mempersoalkan masalah kecil.

d) Berafiks me-i

Contoh: mengurangi, melindungi

Pemerintah mengurangi pasokan BBM bersubsidi.

e) Berafiks memper-I

Ayah memperbaiki kursi di depan rumah

Pemerintah akan memperbaharui kurikulum

pendidikan.

f) Berafiks me-kan

Andi mengerjakan tugas .

Joni menyelesaikan permasalahan dengan baik.

2. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Intransitif

Verba (kata kerja) intransitif adalah kata kerja yang tidak

membutuhkan (menghindari) objek (O). Bentuk kalimat yang

mengandung kata kerja intransitif tidak bisa dipasifkan. Dalam

bahasa Indonesia, verba (kata kerja) intransitif terdiri dari verba

atau kata kerja berimbuhan sebagai berikut:

a) Berupa verba dasar

Contoh: tenggelam,

Kapal itu tenggelam.

b) Berafiks ber-

Contoh: berlari, berpakaian

Page 22: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Ibu berlari dengan kencang.

Ani berpakaian dengan rapi.

c) Berafisk ber-kan

Contoh: berdasarkan, beralaskan

d) Berafiks ter-

Contoh: tersenyum, tertawa

Rina sedang tersenyum.

Ia tertawa

e) Berafiks ke-an

Contoh: kelaparan, ketakutan

Secara garis besar perbedaan antara kata kerja (verba) transitif dan

intransitif adalah sebagai berikut.

Perbedaan Transitif Intransitif

Objek Membutuhkan objek Tidak membutuhkan objek

Bentuk pasif Bisa diubah ke bentuk pasif Tidak bisa diubah ke bentuk

pasif

Imbuhan yang

digunakan

Me-, memper-, memper-kan, me-

i, memper-I, me-kan

Verba dasar, ber-, ber-kan,

ter-, ke-an

Page 23: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

D. Bahasa Dayak Kanayatn ( Ahe )

Dayak Kanayatn adalah salah satu dari sekian ratus sub suku

Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, yaitu wilayah Kalimantan

barat, tepatnya di daerah kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak,

Serta Kabupaten Bengkayang, sebagian kecil di kabupaten Ketapang

serta kabupaten Sanggau.

Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan

yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang

menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun)

sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang

dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat pengucapan.

Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn yang mendiami

wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana' terbagi lagi

ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa moro. Dayak

Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa satolo-

ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit.

selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran

bahasa menjadi bahasa baru. Dayak Kanayatn memakai bahasa

ahe/nana' serta damea/jare dan yang serumpun. Sebenarnya secara

isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa

kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini

dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga

logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn

yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa

ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan

bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi

dalam bahasa satolo-ngalampa, songga batukng-ngalampa dan

angkabakng-ngabukit. selain itu percampuran dialek dan logat

menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru.

Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan

bahasa yang dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi saat ini,

Page 24: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

banyak kosa kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian "di-Dayak-

kan". Misalnya ialah :bahasa ahe asli : Lea ,bahasa indonesia : seperti

,bahasa ahe sekarang : saparati .Bahasa yang dipakai sekarang oleh

generasi muda mudah dimengerti karena mirip dengan bahasa

indonesia atau melayu.

E. Kata Kerja ( Verba ) Pasif

Kata kerja pasif adalah kata kerja yang mempergunakan di atau ter.

Jika ia kata kerja aktif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaaan

sedang berlangsung, maka kata kerja pasif memberi pengertian bahwa

suatu peerjaan sudah berlangsung atau telah selesai dikerjakan atau

atau akan berlangsung.

Kata kerja pasif dapat dikelompokan menjadi beberapa macam seperti

disebutkan di bawah ini :

a) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-

Contoh :

Baju saya diambil Tono

Bajuku dibawanya kemarin

Kemarin aku dipanggil Ibunya

b) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-i

Contoh :

Mangga Pak Raden dilempari anak-anak

Buah mangga harus dikuliti sebelum dimakan

c) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-kan

Contoh :

Bata merah itu dilemparkan ke samping

Bendera itu diturunan embali pada sore hari

d) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-per

Contoh :

Gambar itu dperkecil dua kali

Page 25: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Ruangan sempit itu diperkecil lagi

e) Kata kerja pasif dengan imbuhan ter-

Contoh :

Huruf itu terbaca juga olehnya

Bukunya terbawa olehku

f) Kata kerja pasif dengan imbuhan ku dan engkau

Contoh :

Akan kupukul jika melawan!

Mengapa kau tiup api itu ?

DAFTAR PUSTAKA

Alloy, Sujarni, dkk. (2008). Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa

Dayak Di Kalimatan Barat. Pontianak: Institut Dayaklogi.

Alwi, Hasan, dkk. (2010). Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Hs, Widjono. (2012). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Idrus, Muhammad. (2002). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogjakarta: Erlangga.

Page 26: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta:

Media Perkasa.

Permendiknas, (2009). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,

Yogjakarta: Pustaka Timur.

Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV

Karyono

Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta

Sidu, Ode L. (2013). Sintaksis: Bahasa Indonesia. Kediri: Unhalu Press.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

RosdaKarya

Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak: Yuma Pustaka.

Page 27: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta:

Media Perkasa.

Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV

Karyono

Rohmadi, dkk. MORFOLOGI : Telaah Morfem dan Kata, Surakarta: Yuma

Pustaka.

Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak:Yuma Pustaka.

Stepanus Djuweng ed., Manusia Dayak, Orang Kecil yang Terperangkap

Modernisasi (Pontianak: Institute of Dayakology Research and Development,

1998) pp. 59-71.

Page 28: Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang  Kab. Kubu Raya