repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26479/1... · GAMBARAN...

download repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26479/1... · GAMBARAN SISTEM INFORMASI GIZI DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN

If you can't read please download the document

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26479/1... · GAMBARAN...

  • GAMBARAN SISTEM INFORMASI GIZI DI SUKU DINAS

    KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

    TAHUN 2013

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

    SKRIPSI

    OLEH :

    Anindyajati Tyas Nareshwarie

    NIM: 108101000037

    PEMINATAN GIZI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H / 2013 M

  • ii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN GIZI

    Skripsi, Mei 2013

    Anindyajati Tyas Nareshwarie, NIM: 108101000037

    Gambaran Sistem Informasi Gizi Di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

    Jakarta Selatan Tahun 2013

    xix + 130 halaman, 24 tabel, 4 bagan, 1 grafik, 3 gambar, 8 lampiran.

    ABSTRAK

    Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan angka rata-rata nasional gizi

    kurang dan buruk sebesar 18,4% pada tahun 2007, (Kemenkes, 2007) dan sebesar 17,9%

    pada tahun 2010 (Kemenkes,2010). Pemerintah diharuskan membuat program khusus

    untuk menanggulangi kasus kurang gizi. Dalam menanggulangi permasalahan gizi

    masyarakat yang ada, Pemerintah memerlukan informasi yang tepat yaitu melalui sistem

    informasi gizi. Namun, saat ini persentase pelaporan informasi gizi melalui sistem

    informasi gizi masih dibawah target. Persentase pelaporan Suku Dinas Kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan sebesar 13,08% yang seharusnya dapat mencapai 100%.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dan masalah

    yang dialami dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan yaitu

    metode kualitatif dengan instrument Health Metrics Network (WHO, 2008) yaitu dengan

    melakukan skoring terhadap komponen sistem informasi gizi di Suku Dinas kesehatan

    Kota Administrasi Jakarta Selatan.

    Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa beberapa komponen sistem informasi

    gizi masih belum memadai terutama dalam hal sumber daya, sumber data, manajemen

    data, produk informasi serta diseminasi dan penggunaan informasi. Komponen yang

    sudah memadai hanya indikator. Masalah yang dihadapi antara lain tidak tersedianya

    kebijakan berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi, penyebaran sarana berupa

    ICT yang belum merata atau koneksi internet di Puskesmas, kurangnya partisipasi

    masyarakat untuk mengikuti kegiatan di posyandu, masih adanya keterlambatan dalam

    pelaporan, dan indikator yang belum konsisten dan format pelaporan yang berubah-ubah

    sehingga belum user-friendly bagi tenaga pelaksana. Oleh karena itu, diperlukan

    kebijakan, kepastian indikator yang harus dilaporkan melalui sistem informasi gizi serta

    perlu ditambahkan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya kegiatan posyandu agar

    pelaksanaan sistem informasi gizi menjadi lebih baik. Selain itu, informasi yang

    dibutuhkan dapat dijadikan acuan untuk melakukan intervensi peningkatan kualitas gizi

    masyarakat baik di tingkat daerah maupun nasional.

    Kata kunci: Informasi Gizi, Pelaporan.

    Daftar bacaan : 17 (1991-2012)

  • iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

    SPECIFICATION OF NUTRITION

    Skripsi, May 2013

    Anindyajati Tyas Nareshwarie, NIM: 108101000037

    Description of Nutrition Information System in Health Sub-department South

    Jakarta Administration 2013

    xix + 130 page, 24 table, 4 draw, 1 graph, 3 picture, 8 attachment.

    ABSTRACT

    Riskesdas data showed the average number of national malnutrition about 18,4%

    in 2007 (Kemenkes, 2007) and 17,9% in 2010 (Kemenkes,2010). The Government was

    required to make special program to handle some cases malnutrition. In overcoming the

    nutritional problem, the Government requires the right information through a system that

    nutritional information. However, for this moment the percentage of nutritional

    information report by the nutritional information system is still missing the target.

    Health Sub-department South Jakarta Administrations percentage report is about

    13,08% where it should reach 100%.

    This study aims to describe the implementation and the problems experienced in

    the implementation of nutrition information system in Health Sub-department South

    Jakarta Administration in 2013. The research method used is a qualitative method based

    on approximation theory Health Metrics Network (HMN) is to do the scoring of the

    components of nutrition information system in Health Sub-department South Jakarta

    Administration.

    From the research, there are several not adequate components of the nutrition

    information system especially in terms of resources, data sources, data management,

    information product and information dissemination and use of information. Components

    that are already adequate only indicator. Problems encountered include the unavailability

    of the policy containing the framework for nutrition information system, deployment of

    ICT facilities or internet connection in Puskesmas such as uneven, lack of community

    participation to follow the Posyandu activities, there is still a delay in reporting, and

    inconsistencies of indicators and the reporting format is fickle cause yet user-friendly for

    implementer. Therefore, policies are needed, the consistency of indicators that should be

    reported through the nutrition information system and need addition for socialization

    activities about the importance of Posyandus activities for better implementation of

    nutrition information system. Furthermore, the information needed can be used as

    reference to intervene in improving the quality of public nutrition both at the regional

    and national levels.

    Keyword: Nutrition Information, Reporting

    Reference: 17 (1991-2012)

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Data Diri

    Nama lengkap : Anindyajati Tyas Nareshwarie

    Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Mei 1990

    Alamat : Taman Asri Jalan Gaga 1A Blok E12 No. 7B

    Larangan - Tangerang

    Telepon : 0813-18722945

    021-7316280

    Email : [email protected]

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Perempuan

    Status pernikahan : Belum menikah

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Riwayat pendidikan

    1996 2002 : SD Negeri Larangan 01, Ciledug.

    2002 2005 : SMP Islam Al-Azhar 03, Bintaro.

    2005 2008 : SMA Islam Al-Azhar 03 Pusat, Kebayoran Baru, Jakarta

    Selatan.

    2008 sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi

    Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mailto:[email protected]

  • vii

    Pengalaman Organisasi :

    - Paduan suara SMP Islam Al-Azhar 03 Bintaro.

    - Tari saman SMA Islam Al-Azhar 03 Pusat Jakarta.

    Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

    Saya yang bersangkutan,

    (Anindyajati Tyas Nareshwarie)

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Berkat dan Rahmat-Nya

    yang telah diberikan kepada penulis, berupa nikmat kesehatan dan kemudahan dalam

    menjalankan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

    beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu

    alaihi wassalam, isteri-isteri, keluarga, sahabat dan pengikut mereka dalam kebajikan

    hingga akhir zaman.

    Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu upaya dari mahasiswa dalam

    memenuhi kewajibannya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

    kesehatan masyarakat. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

    kepada:

    1. Bapak Dr. Amarno. Y. Wiyono dan Ibu Primastuti Laksitarini, Orang tua penulis

    atas kasih sayang yang tidak terhingga yang telah mendidik dan membesarkan

    penulis hingga saat ini, mengajarkan begitu banyak hal kepada penulis tentang arti

    syukur, cinta dan pengorbanan.

    2. Prof.Dr.dr.H.M.K.Tadjudin,Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Febrianti, M.si. Selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

  • ix

    4. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes. dan ibu Catur Rosidati, SKM,

    MKM selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan

    ilmu pengetahuan dalam penyusunan laporan skripsi ini.

    5. Staff gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Puskesmas

    Jagakarsa, dan Puskesmas Tebet serta kader dari Puskesmas Jagakarsa dan Tebet

    sebagai informan dalam penelitian ini.

    6. Eyang, kakak, dan keluarga, untuk semangat dan motivasinya supaya aku dapat

    menyelesaikan skripsi ini dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.

    7. Sahabat dan orang-orang terdekat penulis, yang selalu menyemangati dan

    mendoakan untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    8. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 08 (Stoopelth) yang senantiasa

    menyemangati penulis selama penyusunan skripsi.

    9. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis

    mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu

    pengetahuan bagi kita semua.

    Jakarta, Juni 2013

    PENULIS

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... i

    ABSTRAK ............................................................................................................... ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................ v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv

    DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvi

    DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xvii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

    1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 6

    1.4 Tujuan .............................................................................................................. 6

    1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 6

    1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 6

    1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7

    1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan .................................................................. 7

    1.5.2 Bagi Suku Dinas Kesehatan .................................................................... 7

    1.5.3 Bagi Peneliti Lain ................................................................................... 8

    1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........................................... 8

    1.6 Ruang Lingkup ................................................................................................. 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9

  • xi

    2.1 Sistem Informasi Gizi ...................................................................................... 9

    2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Gizi ........................................................... 9

    2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Gizi ................................................................. 12

    2.1.3 Komponen Sistem Informasi Gizi .......................................................... 13

    2.2 Surveilans Gizi ................................................................................................. 18

    2.2.1 Pengertian Surveilans Gizi ...................................................................... 18

    2.2.2 Prinsip-prinsip Dasar Surveilans Gizi ..................................................... 18

    2.2.3 Manfaat Surveilans Gizi ......................................................................... 18

    2.2.4 Tujuan Surveilans Gizi ........................................................................... 18

    2.2.5 Ruang Lingkup Surveilans Gizi .............................................................. 20

    2.2.6 Kegiatan Surveilans Gizi ........................................................................ 20

    2.2.7 Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat ....................................... 26

    2.2.8 Hubungan Surveilans gizi dan Sistem Informasi Gizi ............................ 29

    2.3 Sistem Informasi Kesehatan............................................................................. 29

    2.3.1 Tujuan Sistem Informasi Kesehatan ....................................................... 30

    2.3.2 Assessment terhadap Determinan Teknis Sistem Informasi

    Kesehatan ................................................................................................ 31

    2.3.3 Identifikasi Kebutuhan Informasi ........................................................... 32

    2.4 Health Metrics Network/ HMN........................................................................ 33

    2.5 Kerangka Teori ................................................................................................ 52

    BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ................................. 54

    3.1 Kerangka Pikir ................................................................................................. 54

    3.2 Definisi Istilah .................................................................................................. 56

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 59

    4.1 Metode Penelitian ............................................................................................ 59

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 59

    4.3 Informan Penelitian .......................................................................................... 59

    4.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 60

    4.5 Sumber Data ..................................................................................................... 61

    4.6 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 61

  • xii

    4.7 Validasi Data .................................................................................................... 62

    4.8 Pengolahan Data .............................................................................................. 64

    4.9 Penyajian Data ................................................................................................. 65

    4.10 Analisis Data .................................................................................................... 65

    BAB V HASIL ......................................................................................................... 66

    5.1 Gambaran Umum Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan............................... 66

    5.1.1 Visi dan Misi ........................................................................................... 66

    5.1.2 Keadaan Umum Wilayah ........................................................................ 67

    5.1.3 Kependudukan ........................................................................................ 69

    5.1.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 69

    5.1.5 Gambaran Umum Seksi Kesehatan Masyarakat Sudinkes Kota

    Administrasi Jakarta Selatan ................................................................... 71

    5.2 Gambaran Umum Informan Penelitian ............................................................ 72

    5.3 Ruang lingkup Sistem informasi Gizi .............................................................. 73

    5.4 Hasil penelitian ................................................................................................ 76

    5.4.1 Gambaran Sumber Daya Sistem Informasi Gizi ..................................... 76

    5.4.2 Gambaran Indikator Sistem Informasi Gizi ............................................ 84

    5.4.3 Gambaran Sumber Data Sistem Informasi Gizi ...................................... 86

    5.4.4 Gambaran Manajemen Data Sistem Informasi Gizi ............................... 90

    5.4.5 Gambaran Produk Sistem Informasi Gizi ............................................... 94

    5.4.6 Gambaran Diseminasi dan Penggunaan Informasi ................................. 99

    5.4.7 Gambaran Sistem Informasi Gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan ................................................................... 103

    BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 106

    6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 106

    6.2 Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi ............................................................ 106

    6.3 Sumber Daya Sistem Informasi Gizi ............................................................... 107

    6.4 Indikator Sistem Informasi Gizi ....................................................................... 110

    6.5 Sumber Data Sistem Informasi Gizi ................................................................ 112

    6.6 Manajemen Data Sistem Informasi Gizi .......................................................... 113

  • xiii

    6.7 Produk Sistem Informasi Gizi .......................................................................... 115

    6.8 Diseminasi dan Penggunaan Produk Sistem Informasi Gizi ........................... 117

    6.9 Sistem Informasi Gizi Berdasarkan Skoring HMN ......................................... 119

    6.10 Masalah dan Alternatif Solusi Sistem Informasi Gizi ..................................... 122

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 125

    7.1 Simpulan .......................................................................................................... 125

    7.2 Saran ................................................................................................................ 127

    7.2.1 Bagi Kementerian Kesehatan .................................................................. 127

    7.2.2 Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ............ 127

    7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................................ 128

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 129

    LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    2.1 Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional:

    Kebijakan dan Koordinasi

    35

    2.2 Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional:

    Dana dan Tenaga Pelaksana

    36

    2.3 Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional:

    Sarana

    37

    2.4 Penilaian Indikator Sistem Informasi Kesehatan Nasional 40

    2.5 Penilaian Sumber Data Sistem Informasi Kesehatan Nasional 42

    2.6 Penilaian Manajemen Data Sistem Informasi Kesehatan

    Nasional

    43

    2.7 Penilaian Produk Sistem Informasi Kesehatan Nasional :

    Kualitas Data

    46

    2.8 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi: Kebutuhan

    dan Analisis

    49

    2.9 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Advokasi,

    implementasi dan Aksi

    50

    2.10 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Perencanaan,

    Pengaturan Prioritas, Alokasi Sumber Daya

    51

    4.1 Triangulasi Sumber 63

    4.2 Triangulasi Metode 64

    5.1 Penilaian Sumber Daya : Kebijakan dan Koordinasi 76

    5.2 Penilaian Sumber Daya : Dana dan Tenaga Pelaksana 79

    5.3 Penilaian Sumber Daya: Sarana 82

    5.4 Penilaian Indikator 85

  • xv

    5.5 Penilaian Sumber Data 87

    5.6 Penilaian Manajemen Data 90

    5.7 Penilaian Produk Informasi : Kualitas Data 95

    5.8 Diseminasi dan Penggunaan Informasi: Kebutuhan and

    Analisis

    99

    5.9 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Advokasi,

    implementasi dan Aksi

    101

    5.10 Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Perencanaan,

    Pengaturan Prioritas,Alokasi Sumber Daya

    102

    5.11 Penilaian komponen sistem informasi gizi 104

    6.1 Masalah dan Alternatif Solusi Sistem Informasi Gizi 122

  • xvi

    DAFTAR BAGAN

    Nomor Halaman

    2.1 Kerangka Teori 53

    3.1 Kerangka Pikir Sistem Informasi Gizi 55

    5.1 Struktur Organisasi Sudinkes Kota Jakarta Selatan 70

    5.2 Alur Pengumpulan Data 92

  • xvii

    DAFTAR GRAFIK

    Nomor Halaman

    5.1 Gambaran Komponen Sistem Informasi Gizi 104

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    2.1

    5.1

    Kegiatan Surveilans Gizi

    Contoh Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi

    Bulanan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2012

    21

    71

    5.2 Grafik data SKDN wilayah Kota Administrasi Jakarta

    Selatan tahun 2011

    100

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor

    1 Surat Ijin Penelitian

    2 Lembar Persetujuan Responden

    3 Pedoman Wawancara untuk Staf Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    4 Pedoman Wawancara untuk TPG

    5 Pedoman Wawancara untuk Kader

    6 Pedoman Observasi

    7 Pedoman Telaah Dokumen

    8 Formulir Pelaporan Sistem Informasi Gizi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

    pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

    kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat baik

    dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga

    masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,

    mental, dan sosial serta harapan berumur panjang.

    Salah satu indikator pencapaian pembangunan kesehatan adalah status gizi

    anak usia bawah lima tahun (balita). Kurang gizi pada anak dapat menyebabkan

    kegagalan pertumbuhan fisik dan menghambat perkembangan kognitif,

    meningkatkan resiko kematian, dan mempengaruhi status kesehatan pada usia

    remaja dan dewasa. Gizi yang cukup dan baik merupakan dasar dari pembangunan

    kesehatan dan kelangsungan hidup generasi sekarang dan yang akan datang

    (Kemenkes, 2011).

    Gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

    pembangunan, yang dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumber daya

    manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam

    pembangunan. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin

    yang masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut.

  • 2

    Ibu atau calon ibu merupakan kelompok rawan sehingga harus dijaga status gizi dan

    kesehatannya (Yayuk Farida,dkk, 2004).

    Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, angka rata-

    rata nasional kurang gizi sebesar 18,4% yang terdiri dari gizi buruk sebesar 5,4% dan

    gizi kurang sebesar 13% (Depkes RI, 2007). Pada tahun 2010, angka rata-rata

    nasional kurang gizi sebesar 17,9% yang terdiri dari gizi buruk sebesar 4,9% dan gizi

    kurang sebesar 13% (Depkes RI,2010). Dilihat dari data tersebut, terjadi penurunan

    pada gizi buruk walaupun penurunan tersebut tidak besar. Berdasarkan RPJMN

    tahun 2010-2014 target angka rata-rata nasional kurang gizi yaitu setinggi-tingginya

    15%, data riskesdas menunjukkan bahwa angka kejadian kurang gizi masih belum

    mancapai target.

    Masih adanya kasus kurang gizi di setiap tahunnya mengharuskan pemerintah

    untuk membuat program untuk menanggulanginya. Dalam menanggulangi

    permasalahan gizi masyarakat yang ada, diperlukan informasi yang tepat. Salah satu

    upaya untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai permasalahan gizi yang

    ada ialah melalui sistem pelaporan berbasis website atau sistem informasi gizi

    (Kemenkes, 2011).

    Sistem informasi gizi adalah sistem pelaporan secara online melalui website

    sigizi dimana merupakan bentuk fasilitas yang disediakan agar pelaporan dari

    kabupaten dan kota dapat dilakukan dengan cepat, sehingga prioritas pembinaan

    teknis dalam hal penanggulangan masalah gizi dapat dipetakan (Depkes, 2012).

    Sistem informasi gizi merupakan subsistem dari surveilans gizi sebagai fasilitas

    dalam kegiatan pelaporan hasil surveilans gizi. Dalam sistem informasi gizi terdapat

  • 3

    beberapa data cakupan indikator, antara lain data penimbangan balita di posyandu

    (D/S), data kasus gizi buruk, dan data cakupan tablet Fe pada ibu hamil. Informasi

    yang didapatkan dari sistem informasi gizi berguna sebagai pemantauan kinerja gizi.

    Pada tingkat nasional yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem

    informasi gizi yaitu Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik

    Indonesia yang bertugas dalam rekapitulasi data laporan kinerja pembinaan gizi

    masyarakat yang berasal dari daerah. Untuk saat ini kontribusi pelaporan kinerja

    pembinaan gizi masyarakat melalui website sistem informasi gizi masih belum

    optimal, sebagian besar daerah belum memanfaatkan website sistem informasi gizi

    secara maksimal sebagai fasilitas dalam pelaporan pembinaan gizi masyarakat untuk

    dilaporkan ke tingkat nasional.

    Pada tingkat daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas ini

    adalah Dinas Kesehatan Provinsi untuk tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota untuk

    tingkat kabupaten/kota. Secara teknis pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi

    masyarakat melalui sistem informasi gizi di tingkat daerah yaitu dilaksanakan oleh

    seksi gizi Dinas Kesehatan Provinsi untuk tingkat provinsi dan seksi gizi Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota untuk tingkat kabupaten/kota. Pemerintah daerah

    sebagaimana tugas dan fungsinya tersebut memiliki peran yang penting dalam sistem

    informasi gizi tingkat daerah. Pada tingkat provinsi pelaporan mengenai pemantauan

    status gizi dilaporkan ke tingkat pusat, sedangkan pada tingkat kabupaten/kota

    pelaporan mengenai pemantauan status gizi dapat dilaporkan melalui dinas

    kesehatan provinsi atau dapat langsung dilaporkan ke tingkat pusat.

  • 4

    Alur pelaporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat dimulai dari tingkat

    posyandu yang melakukan kegiatan pelayanan kesehatan bagi balita, kemudian

    dilaporkan ke tingkat puskesmas untuk selanjutnya dilaporkan ke tingkat dinas

    kesehatan kabupaten/kota. Dari alur pelaporan tersebut dapat diketahui bahwa

    sumber data untuk pelaporan pembinaan gizi masyarakat melalui website sistem

    informasi gizi berasal dari posyandu dan puskesmas. Berdasarkan data dari Ditjen

    Bina Gizi dan KIA pada tahun 2010, jumlah posyandu yang tersebar di wilayah

    Indonesia terdapat 266.827 posyandu dan jumlah puskesmas sebanyak 9.005

    puskesmas. Sedangkan jumlah balita yang ada di Indonesia sebanyak 21.805.008

    balita (Pusdatin Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

    bahwa pelaporan ini melibatkan banyak pihak mulai dari tingkat posyandu dan

    puskesmas, sehingga kontribusi dari tingkat posyandu maupun puskesmas sebagai

    sumber data sangat penting dalam kegiatan pelaporan pembinaan gizi masyarakat

    melalui website sistem informasi gizi.

    Berdasarkan data riskesdas tahun 2007, di Provinsi DKI Jakarta prevalensi gizi

    buruk sebesar 2,9% dan prevalensi gizi kurang sebesar 10%. Dibandingkan dengan

    data di Tahun 2010, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang mengalami penurunan

    yaitu prevalensi gizi buruk sebesar 2,6% dan prevalensi gizi kurang sebesar 8,7%.

    Untuk daerah Kota Jakarta Selatan, berdasarkan data riskesdas tahun 2007,prevalensi

    gizi buruk dan gizi kurang sebesar 8,3%. Berdasarkan data dalam website sistem

    informasi gizi, persentase pelaporan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

    Jakarta Selatan sebesar 13,08%. Persentase tersebut masih jauh dari target nasional

    yang seharusnya 100% dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi (Depkes,

    http://www.gizi.depkes.go.id/sigizi

  • 5

    2012) sehingga informasi mengenai pembinaan gizi masyarakat yang telah

    dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan masih kurang. Hal tersebut

    dapat menghambat pemantauan status gizi secara nasional dan dapat mempengaruhi

    pemerintah dalam perancangan program untuk menanggulangi masalah gizi.

    Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pelaksanaan dan masalah yang

    dihadapi dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan. Hal ini karena pentingnya pelaporan dari tingkat

    daerah untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan gizi yang ada untuk

    dilaporkan ke tingkat pusat sehingga peneliti akan melakukan penelitian tentang

    Gambaran Sistem Informasi Gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

    Jakarta Selatan Tahun 2013.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan data pada bulan JanuariJuni tahun 2012, persentase pelaporan

    kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi yang dilakukan

    oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan masih jauh dari target

    yaitu sebesar 13,08% sedangkan target yang ditetapkan sebesar 100%. Oleh karena

    itu, peneliti ingin mengetahui gambaran pelaksanaan dan masalah yang dialami

    dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan.

  • 6

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    Bagaimana gambaran pelaksanaan dan masalah yang dihadapi dalam

    pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

    Jakarta Selatan pada tahun 2013?

    1.4 Tujuan

    1.4.1 Tujuan Umum

    Diketahuinya gambaran pelaksanaan dan masalah yang dihadapi dalam

    pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya ruang lingkup sistem informasi gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    2. Diketahuinya gambaran sumber daya sistem informasi gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    3. Diketahuinya gambaran indikator sistem informasi gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    4. Diketahuinya gambaran sumber data sistem informasi gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    5. Diketahuinya gambaran manajemen data sistem informasi gizi di Suku

    Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

  • 7

    6. Diketahuinya gambaran produk informasi sistem informasi gizi di Suku

    Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    7. Diketahuinya gambaran diseminasi dan penggunaan informasi sistem

    informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta

    Selatan pada tahun 2013.

    8. Diketahuinya gambaran sistem informasi gizi dengan skoring

    berdasarkan HMN (Health Metrics Network) di Suku Dinas Kesehatan

    Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    9. Diketahuinya masalah dalam sistem informasi gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    10. Diketahuinya alternatif solusi dalam sistem informasi gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2013.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan

    Mendapatkan informasi mengenai kendala apa saja yang dihadapi dalam

    pelaksanaan sistem informasi gizi di tingkat kabupaten/kota.

    1.5.2 Bagi Suku Dinas Kesehatan

    1. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem informasi

    gizi.

    2. Mendapatkan masukan dan solusi untuk menangani kendala yang

    dihadapi dalam pelaksanaan sistem informasi gizi.

  • 8

    1.5.3 Bagi Peneliti Lain

    Sebagai media pembelajaran dan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya

    dalam melakukan penelitian mengenai sistem informasi gizi.

    1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah

    Dapat memberikan masukan dan menjadi referensi bagi mahasiswa mengenai

    sistem informasi gizi.

    1.6 Ruang Lingkup

    Penelitian ini berjudul Gambaran Sistem Informasi Gizi di Suku Dinas

    Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2013. Bertujuan mengetahui

    pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

    Jakarta Selatan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambaran ruang

    lingkup, indikator, sumber daya, sumber data, manajemen data, produk informasi,

    diseminasi serta penggunaan informasi dalam pelaporan melalui sistem informasi

    gizi yang terdapat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

    Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan

    Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan penelitian

    kualitatif dengan menggunakan instrument Health Metrics Network (WHO,2008).

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan

    telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Kota

    Administrasi Jakarta Selatan pada bulan Januari Februari 2013.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Informasi Gizi

    2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Gizi

    Sistem informasi gizi adalah sistem pelaporan secara online melalui

    website sigizi dimana merupakan bentuk fasilitas yang disediakan agar

    pelaporan dari kabupaten dan kota dapat dilakukan dengan cepat, sehingga

    prioritas pembinaan teknis dalam hal penanggulangan masalah gizi dapat

    dipetakan (Kemenkes, 2012). Terdapat beberapa laporan yang ada di sistem

    informasi gizi yaitu berupa laporan bulanan dan semesteran. Laporan ini

    berisi 6 indikator cakupan program pembinaan gizi masyarakat dari 8

    indikator cakupan program yang telah ditetapkan, yaitu diantaranya :

    1. Cakupan balita gizi buruk ditangani/dirawat

    Gizi buruk adalah gangguan kekurangan gizi tingkat berat yang ditandai

    dengan adanya tanda-tanda klinis gizi buruk dan atau berat badan sangat

    rendah, tidak sesuai dengan tinggi anak. Kasus gizi buruk seringkali

    disertai dengan penyakit lain seperti hydrocephalus, cerebral palsy,

    kelainan jantung, TB dan HIV/AIDS sehingga bila tidak dirawat sesuai

    standar memiliki risiko kematian sangat tinggi.

    Perawatan gizi buruk dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat

    jalan. Bagi anak-anak gizi buruk yang disertai komplikasi penyakit dapat

  • 10

    dirawat di Puskesmas, Rumah Sakit, dan TFC. Sedangkan bagi anak gizi

    buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak di rumah

    dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader.

    2. Cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S)

    Pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan melalui penimbangan

    berat badan secara teratur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS),

    berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak merupakan

    dasar strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak

    awal 1980-an. Pemantauan pertumbuhan mempunyai 2 fungsi utama,

    yang pertama adalah sebagai strategi dasar pendidikan gizi dan kesehatan

    masyarakat, dan yang kedua adalah sebagai sarana deteksi dini dan

    intervensi gangguan pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan

    kesehatan anak (misalnya imunisasi, pemberian kapsul vitamin A,

    pencegahan diare, dll) untuk meningkatkan kesehatan anak.

    3. Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

    ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan lain kecuali

    obat, vitamin dan mineral. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan

    kematian bayi sebesar 13% dan dapat menurunkan balita pendek.

    4. Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium

    5. Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

    Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi kepada balita setiap 6 bulan

    terbukti menurunkan kejadian kurang Vitamin A pada anak, menurunkan

  • 11

    morbiditas dan mortalitas. Distribusi kapsul Vitamin A dilakukan setiap

    tahun pada bulan Februari dan Agustus.

    6. Cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet

    Tablet Fe (Tablet Tambah Darah) merupakan suplementasi gizi mikro

    khususnya zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil sebanyak

    90 tablet untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama kehamilan.

    Penelitian terakhir membuktikan bahwa pemberian tablet Fe di Indonesia

    dapat menurunkan kematian neonatal sekitar 20%. Pemberian tablet Fe

    merupakan salah satu komponen standar pelayanan neonatal.

    Sedangkan dua cakupan lainnya yaitu :

    1. Cakupan kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi

    Tujuan penyelenggaraan surveilans gizi adalah membantu pengelolaan

    program pangan dan gizi di tingkat kabupaten dan kota melalui

    penyediaan informasi yang cepat dan akurat. Kegiatan surveilans meliputi

    pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan

    data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan khususnya indikator

    yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat.

    Hasil surveilans gizi dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan sebagai

    tindak lanjut atau respon terhadap informasi yang diperoleh, dapat berupa

    tindakan segera, perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang

    serta perumusan kebijakan pembinaan gizi masyarakat baik di kabupaten

    dan kota, provinsi dan pusat.

  • 12

    Pelaporan secara online melalui website sigizi adalah bentuk fasilitas

    yang disediakan agar pelaporan dari kabupaten dan kota dapat dilakukan

    dengan cepat, sehingga prioritas pembinaan teknis dalam hal

    penanggulangan masalah gizi dapat dipetakan.

    2. Cakupan penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana

    Dalam rangka mengantisipasi kejadian luar biasa yang berdampak pada

    status gizi dan kesehatan masyarakat, Direktorat Bina Gizi setiap tahun

    menyediakan MP-ASI buffer stock dalam bentuk biskuit.

    MP_ASI buffer stock khususnya diberikan pada balita umur 6-24 bulan

    yang terkena bencana (situasi darurat) dan situasi khusus (daerah-daerah

    rawan gizi) dalam rangka mencegah terjadinya gizi kurang/buruk.

    Untuk laporan bulanan, berisi 3 indikator cakupan program yaitu terdiri

    dari cakupan perawatan balita gizi buruk, cakupan pemantauan

    pertumbuhan (D/S) dan cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

    2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Gizi

    Terdapat beberapa tujuan dari sistem informasi gizi (Kemenkes, 2011), yaitu:

    1. Menjalin kesinambungan informasi dan pelaporan tentang pelaksanaan

    kinerja pembinaan gizi masyarakat antara daerah dan pusat.

    2. Menyediakan informasi dan pelaporan hasil pelaksanaan kinerja

    pembinaan gizi masyarakat bagi para pengambil keputusan secara cepat

    dan mudah sebagai bahan evaluasi dan perencanaan lebih lanjut.

  • 13

    3. Menyediakan data dan informasi kinerja pembinaan gizi secara berkala,

    bulanan maupun tahunan yang dapat dijadikan acuan untuk pemantauan

    dan evaluasi berkala serta tindak lanjutnya.

    4. Meningkatkan kinerja pelaksana dan penanggungjawab pengelola

    program gizi di daerah melalui perbandingan gambaran informasi antar

    wilayah propinsi maupun kabupaten/kota.

    2.1.3 Komponen Sistem Informasi Gizi (Kemenkes, 2012)

    1. Input

    a. Data

    Data yang dikumpulkan yaitu berupa laporan pembinaan gizi

    masyarakat Dinas Kabupaten/Kota yang berasal dari puskesmas dimana

    data tersebut pelaporannya bersifat rutin dalam periode bulanan

    maupun semesteran yang terdiri dari data cakupan penimbangan

    posyandu, cakupan ASI eksklusif, kasus balita gizi buruk, cakupan

    pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, cakupan pemberian kapsul

    vitamin A, dan cakupan konsumsi garam beriodium. Data yang

    dikumpulkan sesuai dengan formulir pengisian yang terdiri dari

    formulir 1 (F1) dan formulir 6 (F6) yang berasal dari puskesmas

    kemudian dilaporkan ke tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    b. Tenaga Pelaksana

    Tenaga pelaksana sistem informasi gizi yang ada di tingkat daerah

    kabupaten/kota yaitu dilakukan oleh petugas pelaporan program

  • 14

    perbaikan gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah terlatih

    dalam melakukan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui

    website sistem informasi gizi.

    c. Dana

    Anggaran dalam pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi

    masyarakat melalui website sistem informasi gizi tedapat dalam

    anggaran kegiatan suveilans yang berasal dari tingkat pusat berupa dana

    APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan Dekon.

    Sedangkan untuk dana yang berasal dari daerah sendiri yaitu berupa

    APBD dalam pemenuhan sarana penunjang dalam pelaksanaan

    pelaporan melalui sistem informasi gizi.

    d. Sarana

    Sarana yang terkait dalam pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat

    melalui website sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota yaitu diantaranya berupa juknis panduan operasional

    sistem pelaporan gizi, juknis surveilans gizi dan formulir pelaporan.

    Selain itu adanya perangkat pendukung sistem informasi gizi

    diantaranya komputer dan perangkat komunikasi lainnya seperti jaringan

    internet.

    2. Proses

    a. Pengumpulan Data

    Proses pengumpulan data yang dilakukan di tingkat dinas kesehatan

    kabupaten/kota yaitu dengan mengumpulkan data yang berasal dari

  • 15

    seluruh puskesmas yang berada di wilayah kerja dinas kesehatan

    kabupaten/kota tersebut. Data yang berasal dari puskesmas yaitu berupa

    laporan dalam bentuk formulir isian data bulanan (F1) sistem informasi

    gizi berbasis jaringan. Pengumpulan F1 dari puskesmas dilakukan tiap

    bulan, setiap tanggal 5-10 laporan sudah diberikan kepada dinas

    kesehatan kabupaten/kota yang bersangkutan.

    b. Pengolahan dan Analisis Data

    Data indikator pembinaan gizi berasal dari puskesmas, dimana data

    tersebut berisi kinerja pembinaan gizi berdasarkan formulir 1 dan

    formulir 6 kemudian dilaporkan ke tingkat Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota. Dari Dinas Kabupaten/Kota melaporkan melalui

    sistem informasi gizi sebagai kegiatan pelaporan kepada tingkat pusat.

    Data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber data yang ada

    kemudian dilakukan pengolahan dan penyajian untuk memudahkan

    dalam proses analisis dan interpretasi data. Data yang telah diolah

    disajikan ke dalam bentuk tabel yang tampil pada halaman website

    sistem informasi gizi.

    Dalam hal ini kegiatan analisis data dilakukan dengan membandingkan

    antara target cakupan program dengan standar yang telah ditetapkan,

    misalnya cakupan program suplementasi vitamin A yang ditargetkan

    mencapai seratus persen.

  • 16

    3. Output

    a. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat

    Laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yaitu data cakupan

    indikator pembinaan gizi masyarakat bulanan yang disajikan dalam

    bentuk tabel. Indikator pembinaan gizi berupa: cakupan balita gizi

    buruk ditangani/dirawat, cakupan balita ditimbang berat badannya

    (D/S), cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, data cakupan

    konsumsi garam beriodium, data cakupan pemberian vitamin A,

    dan data cakupan ASI eksklusif.

    Penilaian output dari sistem informasi gizi dapat dilihat berdasarkan

    dari kelengkapan, ketepatan waktu, aksessibilitas dan keakuratan

    data.

    a) Kelengkapan data yaitu data yang ada tersedia sesuai dengan

    kebutuhan dan standar yang ada pada petunjuk teknis surveilans

    gizi. Data yang diperlukan untuk pemantauan status gizi dan

    kinerja pembinaan gizi masyarakat adalah data data cakupan

    penimbangan posyandu, cakupan ASI eksklusif, kasus balita

    gizi buruk, cakupan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil,

    cakupan pemberian kapsul vitamin A, dan cakupan konsumsi

    garam beriodium.

    b) Ketepatan waktu yaitu data yang ada tersedia tepat pada

    waktunya. Untuk data sistem informasi gizi ini terbagi menjadi

    dua, yaitu data bulanan berupa dan data semesteran yang

  • 17

    berguna untuk mengetahui kinerja pembinaan gizi masyarakat

    yang telah dilaksanakan. Data bulanan terdiri dari data data

    cakupan penimbangan posyandu, kasus balita gizi buruk, dan

    cakupan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil dimana untuk

    tingkat puskesmas pelaporannya ke tingkat dinas kesehatan

    kabupaten/kota dilakukan setiap tanggal 10, untuk tingkat dinas

    kesehatan ke pusat dilaporkan pada pertengahan bulan.

    Sedangkan untuk data semesteran terdiri dari cakupan ASI

    eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A, dan cakupan

    konsumsi garam beriodium.

    c) Aksessibilitas yaitu kemampuan untuk mengakses website

    sistem informasi gizi dalam memperoleh informasi mengenai

    cakupan indikator pembinaan gizi masyarakat. Informasi yang

    diperoleh melalui website sistem informasi gizi seharusnya

    dapat diperoleh lebih mudah dan cepat serta dapat dilihat oleh

    seluruh masyarakat.

    d) Keakuratan data yaitu data yang dihasilkan merupakan hasil dari

    pengukuran yang sesuai dengan definisi operasional yang telah

    ditetapkan yaitu terdapat dalam ptunjuk teknis surveilan gizi.

  • 18

    2.2 Surveilans gizi (Kemenkes, 2012)

    2.2.1 Pengertian Surveilans Gizi

    Surveilans gizi yaitu suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi

    informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang

    indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat (Kemenkes,

    2012).

    2.2.2 Prinsip-prinsip Dasar Surveilans Gizi

    1 Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu

    2 Ada proses analisis atau kajian data

    3 Tersedianya informasi yang sistematis dan terus-menerus

    4 Ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan

    5 Ada tindak lanjut sebagai respon perkembangan informasi

    2.2.3 Manfaat Surveilans Gizi

    Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan informasi pencapaian

    kinerja dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka

    pendek dan menengah serta perumusan kebijakan, baik di kabupaten/kota,

    provinsi dan pusat. Selain itu kegiatan surveilans gizi juga bermanfaat untuk

    mengevaluasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat.

    2.2.4 Tujuan Surveilans Gizi

    1) Tujuan Umum Surveilans Gizi

  • 19

    Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi untuk memberikan gambaran

    perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator

    khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratu dan berkelanjutan

    dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek

    dan menengah serta perumusan kebijakan.

    2) Tujuan Khusus Surveilans Gizi

    a. Tersedianya informasi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan

    mengenai perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi:

    1) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan;

    2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya;

    3) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif;

    4) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium;

    5) Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;

    6) Persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe;

    7) Persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi;

    8) Persentase penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana.

    b. Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala jika

    diperlukan, seperti:

    1) Prevalensi balita gizi kurang berdasarkan antropometri;

    2) Prevalensi status gizi anak usia sekolah, remaja dan dewasa;

    3) Prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia

    Subur ( WUS) dan ibu hamil;

  • 20

    4) Prevalensi anemia gizi besi dan Gangguan Akibat Kurang Iodium

    (GAKI), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah gizi mikro lainnya;

    5) Tingkat konsumsi zat gizi makro (energi dan protein) dan mikro

    (defisiensi zat besi, defisiensi iodium);

    6) Data pendistribusian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)

    dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT);

    7) Data terkait lainnya yang diperlukan.

    2.2.5 Ruang Lingkup Surveilans Gizi

    Ruang lingkup surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan data dari

    laporan rutin atau survei khusus, pengolahan dan diseminasi hasilnya yang

    digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan cepat,

    perumusan kebijakan, perencanaan kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan.

    Dalam petunjuk pelaksanaan ini ruang lingkup kegiatan surveilans gizi

    mencakup pencapaian indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat

    dan data terkait lainnya di seluruh kabupaten/kota dan provinsi.

    2.2.6 Kegiatan Surveilans Gizi

    Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan

    data, penyajian serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan.

    Informasi dari surveilans gizi dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan

    untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program

  • 21

    jangka pendek, menengah maupun jangka panjang serta untuk perumusan

    kebijakan, seperti pada gambar di bawah ini

    Gambar 2.1.

    Kegiatan Surveilans Gizi

    Sumber: Jahari, Abas Basuni. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

    (SKPG), 2006 dalam Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi

    (Kemenkes, 2012)

    Penjelasan kegiatan surveilans yang tercantum dalam gambar tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1. Pengumpulan Data

    Pengumpulan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari

    berbagai kegiatan surveilans gizi sebagi sumber informasi, yaitu:

    a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan

    pelaporan kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil,

    pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan pemberian ASI

    Eksklusif.

  • 22

    b. Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan,

    seperti konsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan

    PMT, pemantauan status gizi anak dan ibu hamil dan Wanita Usia

    Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronis (KEK) atau studi yang

    berkaitan dengan masalah gizi lainnya.

    Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak

    melapor atau melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan

    atau tidak akurat maka petugas Dinkes Kabupaten/Kota perlu

    melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data. Kegiatan ini

    dapat dilakukan melalui telepon, Short Message Service (SMS) atau

    kunjungan langsung ke puskesmas.

    2. Pengolahan Data dan Penyajian Informasi

    Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik,

    yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik dan peta, atau bentuk

    penyajian informasi lainnya

    3. Diseminasi Informasi

    Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi

    surveilans gizi kepada pemangku kepentingan. Kegiatan diseminasi

    informasi dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik,

    sosialisasi atau advokasi. Umpan balik merupakan respon tertulis

    mengenai informasi surveilans gizi yang dikirimkan kepada pemangku

    kepentingan pada berbagai kesempatan baik pertemuan lintas program

    maupun lintas sektor. Sosialisasi merupakan penyajian hasil surveilans

  • 23

    gizi dalam forum koordinasi atau forum-forum lainnya sedangkan

    advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan

    memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.

    4. Pemanfaatan Hasil Surveilans Gizi

    Hasil surveilans gizi dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan sebagai

    tindak lanjut atau respon terhadap informasi yang diperoleh. Tindak

    lanjut atau respon dapat berupa tindakan segera, perencanaan jangka

    pendek, menengah dan panjang serta perumusan kebijakan pembinaan

    gizi masyarakat baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Contoh

    tindak lanjut atau respon yang perlu dilakukan terhadap pencapaian

    indikator adalah sebagai berikut:

    1. Jika hasil analisis menunjukkan peningkatan kasus gizi buruk, respon

    yang perlu dilakukan adalah:

    a. Melakukan konfirmasi laporan kasus gizi buruk

    b. Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit untuk

    pelaksanaan tatalaksana gizi buruk.

    c. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit

    dalam melakukan surveilans gizi.

    d. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk rawat jalan

    dan paska rawat inap.

    e. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah

    dengan risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk.

  • 24

    f. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan

    lintas sektor terkait.

    2. Jika hasil analisis menunjukkan cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan

    rendah, respon yang dilakukan adalah:

    a. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang Peningkatan

    Pemberian Air Susu Ibu (PP ASI).

    b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit

    dalam melakukan konseling ASI.

    c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan

    motivator ASI yang telah dilatih.

    3. Jika hasil analisis menunjukan masih banyak ditemukan rumah

    tangga yang belum mengonsumsi garam beriodium, respon yang

    dilakukan adalah:

    a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan

    Perdagangan Kabupaten/Kota untuk melakukan operasi pasar

    garam beriodium.

    b. Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam

    beriodium.

    4. Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi vitamin A rendah

    maka respon yang harus dilakukan adalah:

    a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi

    maka perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas.

  • 25

    b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta

    Puskesmas untuk melakukan sweeping.

    c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

    5. Jika hasil analisis menunjukan cakupan distribusi TTD (Fe3) rendah,

    respon yang dilakukan adalah meminta Puskesmas agar lebih aktif

    mendistribusikan TTD pada ibu hamil, dengan beberapa alternatif:

    a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak

    mencukupi maka perlu mengirim TTD ke puskesmas.

    b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk

    melakukan peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya

    kegiatan Ante Natal Care (ANC).

    c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

    6. Jika hasil analisis menunjukan D/S rendah dan atau cenderung

    menurun, respon yang perlu dilakukan adalah pembinaan kepada

    puskesmas untuk:

    a. Melakukan koordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan

    untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.

    b. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa, yang

    bertujuan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.

    c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu.

    5. Pelaporan dan Umpan Balik serta Koordinasi

  • 26

    2.2.7 Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat (Kemenkes, 2012)

    Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi

    masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, perlu

    dilaksanakan kegiatan surveilans gizi di seluruh wilayah provinsi dan

    kabupaten/kota. Pelaksananan surveilans gizi akan memberikan indikasi

    perubahan pencapaian indikator kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Berikut

    ini merupakan definisi operasional indikator kinerja pembinaan gizi

    masyarakat:

    A. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

    Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi

    buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan

    kesehatan dan masyarakat.

    Rumus :

    B. Balita Yang Ditimbang Berat Badannya

    Persentase balita yang ditimbang berat badannya (% D/S Balita) adalah

    jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu

    wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi balita yang berasal dari

    seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

    tertentu dikali 100%.

    Rumus:

  • 27

    C. Bayi 0-6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

    Persentase bayi umur 06 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah

    bayi 06 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain

    kecuali obat, vitamin dan mineral, berdasarkan recall 24 jam dibagi

    jumlah seluruh bayi umur 0 6 bulan yang datang dan tercatat dalam

    register pencatatan/KMS di wilayah tertentu dikali 100%.

    Rumus:

    D. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium

    Persentase rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah

    jumlah desa/kelurahan dengan garam baik dibagi jumlah seluruh

    desa/kelurahan yang diperiksa di satu wilayah tertentu dikali 100%.

    Rumus:

  • 28

    E. Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A

    Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah bayi 6-11

    bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul

    vitamin A pada periode 6 (enam) bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-59

    bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6 (enam)

    bulan yang didistribusikan setiap Februari dan Agustus dikali 100%

    Rumus:

    F. Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Tambah Darah (TTD) atau Tablet Fe

    Persentase ibu hamil mendapat 90 TTD atau tablet Fe adalah jumlah ibu

    hamil yang mendapat 90 TTD atau tablet Fe dibagi jumlah seluruh ibu

    hamil yang ada di satu wilayah tertentu dikali 100%.

    Rumus:

  • 29

    Perhitungan dengan rumus di atas dilakukan untuk menghitung

    cakupan dalam satu tahun

    2.2.8 Hubungan Surveilans gizi dan Sistem Informasi Gizi

    Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

    1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

    Surveilans Epidemiologi Kesehatan dijelaskan bahwa surveilans merupakan

    subsistem dari Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Surveilans mempunyai

    fungsi strategis sebagai intelijen penyakit dan masalah-masalah kesehatan

    yang mampu berkontribusi dalam penyediaan data dan informasi untuk

    mewujudkan Indonesia Sehat dalam rangka ketahanan nasional.

    Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan

    interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran

    informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan

    (WHO, 2004). Komponen kunci dalam sistem informasi kesehatan adalah

    surveilans dimana surveilans memiliki fokus utama untuk menemukan

    masalah dan menyediakan tindakan yang berbasis waktu. Adanya kebutuhan

    dalam informasi dan tindakan yang tepat waktu memaksakan adanya

    persyaratan tambahan pada sistem informasi kesehatan (WHO, 2008).

    2.3 Sistem Informasi Kesehatan

    Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

    mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi

  • 30

    operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu

    organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-

    laporan yang diperlukan (Sutabri, 2005).

    Sistem informasi kesehatan adalah suatu tatanan yang proses pengalihbentukan

    data menjadi informasi menghasilkan informasi kesehatan bagi keperluan

    pengambilan keputusan sehingga dapat dilakukan berbagai bentuk tindakan

    pembangunan kesehatan. Informasi yang dihasilkan bagi pembangunan kesehatan

    meliputi juga untuk keperluan pelayanan kesehatan (Siregar, 1992).

    Menurut WHO (2000) sistem informasi kesehatan mengintegrasikan

    pengumpulan data, pengolahan, pelaporan, dan penggunaan informasi yang

    diperlukan untuk meningkatkan manajemen layanan kesehatan yang efektif dan

    efisien di semua tingkat pelayanan kesehatan.

    2.3.1 Tujuan Sistem Informasi Kesehatan

    Sistem informasi kesehatan bertujuan memberikan informasi yang

    akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk

    (Depkes, 2007) :

    1. pengambilan keputusan diseluruh tingkat administrasi dalam rangka

    perencanaan, penggerakkan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan

    penilaian

    2. mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya

    penanggulangannya

  • 31

    3. meningkatkan peran masyarakat dan meningkatkan kemampuan

    masyarakat untuk menolong dirinya sendiri

    4. meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan

    teknologi dalam bidang kesehatan

    2.3.2 Assessment terhadap Determinan Teknis Sistem Informasi Kesehatan

    Upaya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) harus dimulai

    dengan kegiatan penilaian secara menyeluruh kondisi sistem kesehatan yang

    ada serta kebutuhan terhadap pengembangan ke depan. Assessment tersebut

    akan determinan teknis SIK yang meliputi (Depkes, 2007) :

    1. input data : yang mencakup keakuratan dan kelengkapan pencatatan dan

    pengumpulan data

    2. analisis, pengiriman dan pelaporan data : meliputi efisiensi, kelengkapan

    dan mutunya di semua tingkatan

    3. penggunaan informasi : meliputi pengambilan keputusan dan tindakan

    yang diambil berkaitan dengan kebijakan di tingkat unit pelayanan

    perorangan/masyarakat, program maupun pengambil kebijakan tingkat

    tinggi

    4. sumber daya sistem informasi : meliputi ketersediaan, kecukupan dan

    penggunaan sumber daya esensial, anggaran, staff yang terdidik dan

    terampil, fasilitas untuk penyimpanan data, peralatan untuk komunikasi

    data, penyimpanan, analisis, dan penyiapan dokumen

    (fax,komputer,printer, dll)

  • 32

    2.3.3 Identifikasi Kebutuhan Informasi

    Terdapat tahapan dalam mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan

    yaitu sebagai berikut (WHO,2000) :

    1. Melakukan analisis fungsional pada setiap tingkat manajemen sistem

    pelayanan kesehatan yaitu mendefinisikan kebutuhan informasi dimulai

    dengan analisis fungsi dari tingkat manajemen yang berbeda dari sistem

    kesehatan. Analisis fungsional ini harus fokus pada prioritas masalah

    kesehatan, strategi dan tujuan nasional, pelayanan dasar dan

    manajemen, sumber daya kesehatan untuk melaksanakan pelayanan,

    dan proses manajemen yang dibutuhkan untuk merencanakan,

    memantau, dan mengendalikan layanan dan sumber daya baik yang

    meliputi perawatan individu maupun pusat kesehatan masyarakat.

    2. Identifikasi informasi yang dibutuhkan dan pilih indikator yang layak.

    Setelah prioritas pelayanan dan sumber daya diketahui dapat

    memungkinkan untuk mengidentifikasi informasi yang relevan untuk

    memonitor fungsi dari sistem. Informasi yang dibutuhkan menjadi

    dasar dalam penentuan indikator. Dalam pemilihan indikator dilakukan

    dengan melihat validitas, spesifisitas dan sensitivitasnya; sumber daya

    yang dibutuhkan untuk pengumpulan data; dan keputusan yang

    dihasilkan dari indikator tersebut relevan.

    Informasi yang dibutuhkan pada tiap tingkatan manajemen kesehatan (tingkat

    pusat, provinsi dan kabupaten/kota) memiliki manfaat yang bervariasi. Pada

    tingkat pusat informasi dibutuhkan untuk formulasi kebijakan dan rencana

  • 33

    strategi. Pada tingkat regional atau provinsi, kebutuhan informasi diarahkan

    untuk mendukung dalam perencanaan jangka menengah. Sedangkan pada

    tingkat daerah atau kabupaten/kota informasi dibutuhkan untuk kebutuhan

    operasional dalam mengukur fungsi sistem kesehatan kabupaten/kota.

    2.4 Health Metrics Network/ HMN (WHO, 2008)

    HMN menggunakan kekuatan dari sebuah jaringan global untuk

    mengkoordinasi dan penyelarasan dari mitra di seluruh kerangka yang harmonis

    untuk mengembangkan dan memperkuat sistem informasi kesehatan negara. Bagian

    dari kerangka HMN ini menggambarkan enam komponen sistem informasi

    kesehatan dan standar yang dibutuhkan untuk masing-masing sistem informasi

    kesehatan. Terdapat nilai yang jelas dalam mendefinisikan apa itu sistem informasi

    kesehatan dan bagaimana komponennya saling terkait satu sama lain untuk

    menghasilkan informasi yang lebih baik untuk keputusan yang lebih baik dan

    kesehatan yang lebih baik.

    Selain enam komponen, sistem informasi kesehatan dapat dibagi lagi menjadi

    input, proses, dan output. Input mengacu pada sumber daya, proses mengacu tentang

    bagaimana indikator dan sumber data yang dipilih dan data yang dikumpulkan dan

    dikelola, sedangkan output menjelaskan mengenai penyebaran, produksi dan

    penggunaan informasi yang dihasilkan.

    Enam komponen dari sistem informasi kesehatan serta penilaian komponen

    tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Sumber daya

  • 34

    Terdiri dari peraturan legistatif dan kerangka kerja perencanaan yang

    diperlukan untuk memastikan informasi kesehatan yang berfungsi penuh, dan

    sumber daya yang merupakan prasyarat untuk suatu sistem untuk menjadi

    fungsional.

    Sumber daya juga melibatkan personil, pembiayaan, dukungan logistik,

    informasi dan teknologi komunikasi (ICT) serta mekanisme koordinasi di dalam

    dan antar enam komponen.

    a.) Kebijakan dan Koordinasi

    Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi kesehatan tergantung

    bagaimana lembaga-lembaga dan unit fungsi dan berinteraksi. Hukum dan

    peraturan dalam kesehatan sangat penting karena mereka memungkinkan

    mekanisme untuk ditetapkan untuk memastikan ketersediaan data. Adanya

    kerangka hukum dan kebijakan yang konsisten dengan standar internasional,

    dapat menentukan parameter etis untuk pengumpulan data, dan penyebaran

    informasi dan menggunakan. Kerangka kebijakan kesehatan informasi harus

    mengidentifikasi pelaku utama dan koordinasi mekanisme, memastikan link

    ke program pemantauan, dan mengidentifikasi mekanisme akuntabilitas.

  • 35

    Tabel 2.1Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional:

    Kebijakan dan Koordinasi

    Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi

    kurang

    memadai

    Tidak

    adekuat

    sama sekali

    3 2 1 0

    1 Dinas Kesehatan Kabupaten

    memiliki regulasi yang up-to-

    data berisi kerangka kerja

    untuk sistem informasi

    kesehatan

    Undang-undang

    yang mencakup

    semua aspek ada

    dan ditegakkan

    Undang-undang

    yang meliputi

    beberapa aspek

    yang ada dan

    ditegakkan

    Undang-

    undang ada

    tapi belum

    dilaksanaka

    n

    tidak ada

    perundang-

    undangan

    tersebut

    2 Ada kegiatan rutin untuk

    pemantauan kinerja sistem

    informasi kesehatan dari

    berbagai subsistem

    Ya, itu ada dan

    digunakan

    secara teratur

    Ya, tapi jarang

    digunakan

    Ya, tetapi

    tidak

    pernah

    digunakan

    Tidak

    3 Terdapat kebijakan resmi

    untuk melakukan pertemuan

    di tingkat daerah dan

    kecamatan untuk meninjau

    informasi dan mengambil

    tindakan berdasarkan

    informasi

    Ya, kebijakan

    yang ada dan

    sedang

    dilaksanakan

    Kebijakan ada,

    tapi rapat yang

    tidak biasa

    Kebijakan

    keluar,

    tetapi

    belum

    diimpleme

    ntasikan

    Tidak ada

    kebijakan

    Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system

    (WHO, 2008)

    b.) Dana dan Tenaga Pelaksana

    Perbaikan sistem informasi kesehatan Nasional tidak dapat dicapai kecuali

    perhatian diberikan kepada pelatihan, penyebaran, remunerasi dan karir

    pengembangan sumber daya manusia di semua tingkat. Pada tingkat nasional,

    terampil epidemiologi, statistik dan ahli kependudukan yang diperlukan

    untuk mengawasi kualitas data dan standar untuk koleksi, dan untuk

    memastikan sesuai analisis dan penggunaan informasi. Pada tingkat perifer,

    staf informasi kesehatan harus bertanggung jawab untuk pengumpulan data,

    pelaporan dan analisis.

  • 36

    Tabel 2.2 Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional: Dana

    dan Tenaga Pelaksana

    Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi

    kurang

    memadai

    Tidak

    adekuat

    sama sekali

    3 2 1 0

    1 Ada sebuah unit

    fungsional, yang

    bertanggung jawab untuk

    administrasi sistem

    informasi kesehatan,

    manajemen, analisis,

    diseminasi dan

    penggunaan informasi di

    tingkat daerah

    Unit pusat yang

    fungsional

    dengan sumber

    daya memadai

    Unit pusat yang

    fungsional tetapi

    tidak memiliki

    sumber daya yang

    memadai

    Unit

    fungsional

    pusat telah

    sangat

    terbatas

    kapasitas

    Tidak ada

    fungsi pusat

    unit

    administratif

    di

    kementerian

    kesehatan

    2 Aktivitas kapasitasi

    tenaga telah terjadi

    selama setahun untuk staf

    fasilitas kesehatan

    (pengumpulan data,

    penilaian diri, analisis

    dan presentasi)

    Kapasitas cukup

    telah terjadi

    sebagai bagian

    dari rencana

    pengembangan

    sumber daya

    manusia

    Cukup kapasitas,

    tetapi sebagian

    besar bergantung

    pada dukungan

    eksternal

    (misalnya, donor)

    dan masukan

    Kapasitas

    terbatas

    bangunan

    Tidak

    3 Ada anggaran tertentu

    dalam anggaran nasional

    untuk berbagai sektor

    untuk memberikan secara

    memadai untuk berfungsi

    nya untuk semua sumber

    data yang relevan dalam

    pelayanan kesehatan

    Ya, ada item

    tertentu garis

    anggaran -

    anggaran

    nasional untuk

    menyediakan

    secara memadai

    untuk berfungsi

    nya untuk semua

    sumber data yang

    relevan

    Nasional item baris

    anggaran - nya

    terbatas tetapi

    memungkinkan

    untuk fungsi yang

    memadai dari

    semua sumber data

    yang relevan

    Nasional

    item baris

    anggaran -

    nya

    terbatas

    dan tidak

    memungki

    nkan

    untuk

    berfungsi

    yang

    memadai

    dari

    semua

    relevan

    sumber

    data

    Tidak ada,

    nasional

    budget-line

    item dan

    fungsi yang

    paling

    relevan

    sumber data

    tidak

    memadai

    Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system

    (WHO, 2008)

  • 37

    c.) Sarana

    Kebutuhan infrastruktur nasional seperti pensil dan kertas, web-terhubung,

    ICT. Pada tingkat paling dasar pencatatan, ada kebutuhan untuk menyimpan,

    file dan mengambil catatan. Namun, ICT memiliki potensi untuk

    meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan penggunaan data yang

    berhubungan dengan kesehatan. Sementara teknologi informasi dapat

    meningkatkan jumlah dan kualitas data yang dikumpulkan, teknologi

    komunikasi dapat meningkatkan ketepatan waktu, analisis dan penggunaan

    informasi.

    Tabel 2.3 Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional: Sarana

    Item

    Sangat

    Memadai

    Memadai Ada tetapi kurang

    memadai

    Tidak adekuat sama

    sekali

    3 2 1 0

    1 Formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan

    lainnya yang

    dibutuhkan untuk

    merekam

    pelayanan

    kesehatan tersedia

    Ya, formulir,

    kertas, pensil

    dan

    perlengkapan

    lain yang selalu

    tersedia untuk

    merekam

    informasi yang

    diperlukan

    Kadang-kadang

    ada perekaman

    formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan lain

    tapi ini tidak

    mempengaruhi

    pencatatan

    informasi yang

    diperlukan

    Ada stock-Out

    perekaman

    formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan lain

    yang

    mempengaruhi

    pencatatan

    informasi yang

    diperlukan

    pelayanan

    Kesehatan tidak

    mampu memenuhi

    persyaratan

    pelaporan karena

    kurangnya rekaman

    formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan lain

    2 Formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan

    lainnya yang

    dibutuhkan untuk

    melaporkan

    pelayanan

    kesehatan tersedia

    Ya, formulir,

    kertas, pensil

    dan

    perlengkapan

    lain yang selalu

    tersedia untuk

    merekam

    informasi yang

    diperlukan

    Kadang-kadang

    ada stock-Out

    perekaman

    formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan lain

    tapi ini tidak

    mempengaruhi

    pencatatan

    informasi yang

    diperlukan

    Ada stock-Out

    perekaman

    formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan lain

    yang

    mempengaruhi

    pencatatan

    informasi yang

    diperlukan

    pelayanan

    Kesehatan tidak

    mampu memenuhi

    persyaratan

    pelaporan karena

    kurangnya rekaman

    formulir, kertas,

    pensil dan

    perlengkapan lain

    Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system

    (WHO, 2008)

  • 38

    Tabel 2.3 Penilaian Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Nasional:

    Sarana (lanjutan)

    Item

    Sangat

    Memadai

    Memadai Ada tetapi

    kurang memadai

    Tidak adekuat

    sama sekali

    3 2 1 0

    3 Tersedianya

    komputer di

    kantor-kantor

    yang relevan di

    nasional,

    regional /

    provinsi dan

    distrik

    Ya, semua di

    kabupaten,

    tingkat nasional

    / regional dan

    provinsi

    memiliki

    komputer untuk

    tujuan ini

    Beberapa kantor

    kabupaten yang

    relevan dan

    sebagian besar

    kantor-kantor

    nasional dan

    regional / provinsi

    memiliki

    komputer untuk

    tujuan ini

    Beberapa kantor

    regional

    provinsi yang

    relevan dan

    mayoritas suara

    Nasional

    memiliki

    komputer untuk

    tujuan ini

    Tidak, hanya

    relevan kantor

    Nasional memiliki

    komputer untuk

    tujuan ini

    4 Peralatan ICT

    (telpon, koneksi

    internet dan e-

    mail) tersedia di

    tingkat nasional,

    regional

    provinsi dan

    kabupaten

    Ya, ICT infra-

    struktur dasar

    ada di tempat

    di tingkat

    distrik dan

    nasional,

    regional /

    provinsi

    Infrastruktur ICT

    dasar ada di

    tempat di tingkat

    nasional; lebih

    dari 50% di

    tingkat regional

    provinsi; tapi

    kurang dari 50%

    di tingkat

    Kabupaten

    Infrastruktur

    ICT dasar ada di

    tempat di tingkat

    nasional; tapi

    kurang dari 50%

    pada regional /

    tingkat propinsi

    dan Kabupaten

    Infrastruktur ICT

    dasar adalah di

    tempat hanya pada

    tingkat nasional

    5 Dukungan untuk

    pemeliharaan

    peralatan ICT

    tersedia di

    tingkat distrik

    dan nasional,

    regional /

    provinsi

    Ya, ada

    dukungan

    untuk

    pemeliharaan

    peralatan ICT

    di tingkat

    distrik dan

    nasional,

    regional /

    provinsi

    Ada dukungan

    untuk

    pemeliharaan

    peralatan ICT di

    tingkat nasional;

    lebih dari 50%

    tingkat regional /

    provinsi; tapi

    kurang dari 50%

    di tingkat

    Kabupaten

    Ada dukungan

    untuk

    pemeliharaan

    peralatan ICT di

    tingkat nasional;

    tapi kurang dari

    50% pada

    regional /

    tingkat propinsi

    dan Kabupaten

    Ada dukungan

    untuk

    pemeliharaan

    peralatan ICT

    hanya di tingkat

    nasional

    Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system

    (WHO, 2008)

  • 39

    2. Indikator

    Satu set inti dari indikator dan sasaran yang terkait untuk tiga domain

    informasi kesehatan berupa determinan kesehatan, sistem kesehatan, dan status

    kesehatan adalah dasar untuk rencana dan strategi sistem informasi kesehatan.

    Indikator harus mencakup faktor-faktor penentu kesehatan, input sistem

    kesehatan, keluaran dan hasil, dan status kesehatan. Indikator kesehatan harus

    valid, dapat dipercaya, spesifik, sensitive dan layak/terjangkau dalam

    pengukuran. Selain itu juga harus relevan dan berguna untuk pengambilan

    keputusan di tingkat pengumpulan data, atau dimana kebutuhan yang jelas ada

    untuk data di tingkat yang lebih tinggi.

    Indikator sangat penting untuk memperkuat sistem informasi kesehatan dan

    dapat dipandang sebagai tulang punggung dari sistem, menyediakan paket

    informasi minimum yang diperlukan untuk mendukung fungsi sistem kesehatan.

    Data diperlukan untuk berbagai kebutuhan, termasuk informasi untuk

    meningkatkan penyediaan layanan kepada klien individu, statistik untuk

    perencanaan dan pengelolaan Layanan Kesehatan, dan pengukuran untuk

    memformulasikan dan penilaian kebijakan kesehatan.

  • 40

    Tabel 2.4 Penilaian Indikator Sistem Informasi Kesehatan Nasional

    Item

    Sangat

    Memadai

    Memadai Ada tetapi

    kurang memadai

    Tidak adekuat

    sama sekali

    3 2 1 0

    1 Indikator inti

    minimum Nasional

    telah diidentifikasi

    untuk nasional dan

    tingkat subnasional,

    meliputi semua

    kategori indikator

    kesehatan

    Ya, minimum

    inti indikator

    diidentifikasi di

    tingkat nasional

    dan

    subnasional

    dan menutupi

    semua kategori

    Minimum inti

    indikator

    diidentifikasi di

    tingkat nasional

    dan subnasional

    tetapi mereka

    tidak mencakup

    semua kategori

    Proses dimulai -

    diskusi sedang

    dilakukan untuk

    mengidentifikasi

    indikator

    penting

    Proses tidak

    dimulai

    tidak ada

    indikator

    minimum

    maupun

    kumpulan data

    diidentifikasi

    2 Indikator yang untuk

    mengukur kesehatan

    mengacu pada

    indikator MDGs

    (Millenium

    Development Goals)

    Ya, Semua

    sesuai

    kesehatan yang

    berhubungan

    dengan MDG

    indikator yang

    termasuk dalam

    set minimum

    inti indikator

    Tidak semua, tapi

    setidaknya 50%

    dari kesehatan -

    berhubungan

    dengan MDG

    indikator yang

    termasuk dalam

    set minimum inti

    indikator

    Setidaknya satu

    tapi kurang dari

    50% sesuai

    MDG indikator

    yang termasuk

    dalam set

    minimum inti

    indikator

    Tak satu pun

    dari kesehatan

    yang

    berhubungan

    dengan MDG

    indikator yang

    termasuk

    dalam set

    minimum inti

    indikator

    3 Pelaporan indikator

    terjadi secara teratur

    Pelaporan

    secara teratur

    (misalnya,

    tahunan atau 2x

    setahun)

    Pelaporan tidak

    teratur dan tidak

    lengkap

    pelaporan

    sangat terbatas

    Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system

    (WHO, 2008)

    3. Sumber data

    Sumber data dibagi menjadi dua kategori utama yaitu data berbasis

    populasi (sensus, pencatatan sipil, dan survey populasi) dan data berbasis

    lembaga (catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya). Satu set

    dasar standar untuk setiap sumber dan elemen strategis dalam mencapai standar

    ini yaitu data sistem informasi kesehatan biasanya dihasilkan baik secara

    langsung dari populasi atau dari operasi kesehatan dan lembaga lainnya, selain

  • 41

    itu untuk data yang berbasis lembaga menghasilkan data sebagai akibat dari

    administrasi dan kegiatan operasional.

    Kegiatan ini tidak terbatas pada sektor kesehatan, termasuk pula catatan

    polisi (seperti laporan kecelakaan atau kematian kekerasan), pekerjaan laporan

    (seperti workrelated cedera), dan makanan dan catatan pertanian (seperti tingkat

    produksi pangan dan distribusi). Perlu dicatat bahwa sejumlah pendekatan

    pengumpulan data dan sumber lainnya ada yang tidak cocok dengan salah satu

    kategori diatas, tetapi dapat memberikan informasi penting yang mungkin tidak

    tersedia di tempat lain. Dalam hal ini termasuk survey kesehatan, penelitian, dan

    informasi yang dihasilkan oleh organisasi berbasis masyarakat.

    Sistem informasi kesehatan Nasional harus menggambarkan seperangkat

    sumber data. Dalam banyak kasus, pengukuran indikator yang sama dengan data

    dari berbagai sumber dapat berkontribusi untuk informasi berkualitas lebih baik

    sambil mempertahankan efisiensi. Dalam kasus lain, itu lebih efisien untuk

    menghindari duplikasi. Pilihan optimal akan tergantung pada berbagai faktor

    termasuk epidemiologi, karakteristik tertentu dari instrumen pengukuran, biaya

    dan kapasitas pertimbangan, dan kebutuhan program.

    Pemilihan sumber data juga harus didasarkan pada penilaian kelayakan,

    periodisitas, efektivitas biaya dan keberlanjutan. Periodisitas pengukuran

    tergantung pada kemungkinan kecepatan perubahan indikator dan biaya.

    Menentukan item mana informasi yang paling tepat dihasilkan melalui kesehatan

    rutin informasi sistem (dan yang memerlukan survei khusus), harus menjadi

    pusat rencana strategis sistem informasi kesehatan nasional.

  • 42

    Tabel 2.5 Penilaian Sumber Data Sistem Informasi Kesehatan Nasional

    Item

    Sangat

    Memadai Memadai

    Ada tetapi

    kurang memadai

    Tidak

    adekuat

    sama sekali

    3 2 1 0

    1 Terdapat surveilans yang

    representatif dalam

    mengukur persentase

    penduduk yang relevan

    mengenai pelayanan

    kesehatan ibu dan anak

    (misalnya, keluarga

    berencana, antenatal

    care, persalinan,

    imunisasi)

    Ya Tidak

    2 Terdapat surveilans yang

    representatif dalam

    perkiraan mengenai

    kematian balita.

    Ya Tidak

    3 Terdapat

    pengelompokkan data

    berupa usia dan jenis

    kelamin

    3 2 1 Tidak ada

    4 Ada pertemuan dan

    rencana tahunan untuk

    mengkoordinasikan

    waktu, variabel yang

    diukur yang mengukur

    indikator kesehatan

    Ya, koordinasi

    mekanisme dan

    rencana

    berkoordinasi

    semua

    perwakilan

    survei nasional

    Kelompok

    koordinasi dan

    rencana jangka

    panjang

    berkoordinasi

    75% dari

    perwakilan

    survei nasional

    rumah tangga

    Rencana ada

    tapi tidak

    lengkap dan/

    atau koordinasi

    kelompok tidak

    dapat secara

    efektif

    berkoordinasi

    survey

    Tidak

    koordinasi

    kelompok

    dan tidak

    ada rencana

    jangka

    panjang

    Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system

    (WHO, 2008)

    4. Manajemen data

    Manajemen data adalah satu set prosedur untuk pengumpulan,

    Penyimpanan, jaminan kualitas dan aliran, pengolahan dan analisis data. Negara-

    negara harus memiliki penyimpan data (sebaiknya elektronik) terpusat yang

    menyatuka