SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa...

18
SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DAERAH LAMPUNG MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Strategi dan Pengembangan Bahan Pembelajaran Sejarah yang Dibina Oleh Dr. Leo Agung S, M. Pd Oleh: Andika Dian Ifti Utami NIM. S861608025 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH 2016

Transcript of SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa...

Page 1: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN

DAERAH LAMPUNG

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas

Matakuliah Strategi dan Pengembangan Bahan Pembelajaran Sejarah

yang Dibina Oleh Dr. Leo Agung S, M. Pd

Oleh:

Andika Dian Ifti Utami

NIM. S861608025

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

2016

Page 2: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

KATA PENGANTAR

Assallamuallaikum.wr.wb

Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan trimakasih atas kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas dengan judul “Sistem Gotong Royong Dalam Masyarakat

Pedesaan Daerah Lampung” dengan tepat waktu.

Dalam menyusun makalah tersebut, saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Leo Agung S, M. Pd yang telah memberi pengarahan sehingga termotivasi

dan dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

2. Orang tua yang telah memberi motivasi sehingga tugas dapat selesai dengan

baik.

Saya menyadari bahwa penyusun makalah tersebut masih terdapat

kekurangan, Saya mengharapkan kritik dan saran yang berupa membangun

sehingga dapat memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya. Saya berharap

semoga makalah tersebut bermanfaat dan dapat dikembangkan menjadi buku

sebagai bahan literatur dalam proses belajar dan mengajar.

Wassallamuallaikum.wr.wb

Surakarta, 6 November 2016

Penulis,

ANDIKA DIAN IFTI UTAMI

NIM. S861608025

ii

Page 3: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Profil Provinsi Lampung ............................................................................ 3

B. Konsep Sosial Budaya ............................................................................... 4

C. Konsep Masyarakat .................................................................................... 6

D. Sistem Kekerabatan Orang Lampung ........................................................ 8

E. Sistem Gotong Royong Masyarakat Pedesaan Lampung .......................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 14

B. Saran ........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii

Page 4: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan sebagai hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia

memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan yang

diciptakan oleh manusia memiliki nilai-nilai etik yang bersifat universal.

Budaya yang memiliki nilai etik dapat menjaga, mempertahankan bahkan

mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Nilai etik dalam

kehidupan sosial budaya mengandung tuntutan atau keharusan suatu

masyarakat yang saling berinteraksi sehingga dapat menjadi ciri

masyarakatnya.

Sosial budaya di Indonesia memiliki beraneka ragam budaya daerah

yang menjadi khasanah budaya bangsa. Masing-masing daerah memiliki ciri

khas tersendiri mewakili setiap daerahnya. Begitu juga masyarakat pedesaan

lampung yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan gotong royong atau tolong

menolong.

Myrda (1990:180) menyatakan sebagai berikut:

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang anggotanya satu sama

lain berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Di dalam

interaksi terdapat nilai-nilai sosial tertentu yang menjadi pedoman untuk

bertingkah laku sebagai anggota masyarakat dan biasanya memiliki

kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama untuk mencipkatan ciri

bagi masyarakat tersebut.

Berdasarkan sejarahnya, masyarakat Lampung dibagi kedalam

kelompok orang gunung, orang abung dan orang yang tinggala di dataran

rendah. Orang abung adalah penduduk asli Lampung, sementara pablan atau

orang yang tinggal di dataran rendah adalah campuran orang abung dan orang

sunda dari pulau Jawa. Desa-desa di Lampung didirikan di atas tepian sungai

dan terkadang saling berjauhan. Rumah (nua) berkumpul disekeliling rumah

komunal (rumah sesat). Kelompok kekerabatan terdiri dari ayah, ibu dan anak-

anak yang belum menikah. Mereka tinggal dalam satu rumah yang disebut

dengan manyamak.

1

Page 5: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Gotong royong oleh masyarakat Lampung merupakan Pengejawantahan

dari nilai-nilai budaya yang bersumber dari kebudayaan-kebudayaan

masyarakat Lampung. Nilai-nilai budaya yang hidup pada suatu masyarakat

tercermin dalam pandangan hidup dari masyarakat tersebut.

Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat

etnis Lampung yaitu:

1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

2. Sakai Sembayan (tolong menolong)

3. Nemui Nyimah (murah hati/ terbuka tangan)

4. Nengah Nyappur (hidup bermasyarakat/suka bergaul)

5. Bejuluk Beadek (punya gelar adat)

Berdasarkan prinsip masyarakat tersebut, dapat dinyatakan bahwa

gotong royong merupakan penjelmaan dari pandangan hidup dan pandangan

hidup tersebut yang menjiwai keikutsertaan anggota masyarakat dalam berbagai

kegiatan, baik untuk kepentingan perorangan maupun untuk kepentingan

umum. Kerukunan merupakan genus sedangkan gotong royong merupakan

spesies dalam bentuk interaksi tradisional.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimankah penduduk pedesaan Lampung?

2. Bagaimanakah sistem kekerabatan orang Lampung?

3. Bagaimanakah sistem gotong royong masyarakat pedesaan lampung?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui keadaan penduduk Lampung.

2. Untuk mengetahui sistem kekerabatan orang Lampung.

3. Untuk mengetahui sistem gotong royong masyarakat pedesaan lampung.

2

Page 6: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Provinsi Lampung

Gondong Anhar (1993: 1) menyatakan bahwa Provinsi Lampung

terletak diujung selatan pulau Sumatera dengan batas administratif sebelah

Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah Timur dengan laut Jawa,

sebelah Selatan Tenggara dengan Selat Sunda dan sebelah Barat berbatasan

dengan Samudra Indonesia.

Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada 4º00-6º00 Lintas

Selatan dan 103º30-106º00 Bujur Timur dengan luas wilayah 35.376.50 km2.

Yang terbagi menjadi empat daerah tingkat dua dan 76 Kecamatan. Secara rinci

luas masing-masing daerah tingkat II adalah sebagai berikut: daerah tingkat II

Lampung Utara 19.369.50 km2. Daerah tingkat II Lampung Tengah 9.189.50

km2. Daerah Lampung Selatan 67.765.88 km2 dan Tanjung Karang-Teluk

Betung 52.62 km2. Jumlah 35.376.50 km2.

Topografi daerah Lampung dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

sebelah Barat Bukit Barisan antara 2500.3000 mm/tahun dan bagian Utara

curah hujannya antara 2500 mm/tahun.

Penduduk Provinsi Lampung terdiri atas berbagai macam suku bangsa

seperti suku Jawa, Sunda, Bali, Minangkabau, Batak Semendo, Ogan, Bugis,

Banjar dan Maluku. Keragaman penduduk Lampung ditunjukkan pada lambang

Provinsi Lampung yang pada bagian bawahnya terdapat tulisan Sang Bumi Rua

Jurai artinya penduduk lampung terdiri atas dua macam asal yaitu penduduk asli

suku Lampung dan penduduk yang berasal dari daerah lain. Nenek moyang

suku Lampung berasal dari Sekala Berak di Bukit Pesagi Kecamatan Balik

Bukit Kabupaten Lampung Utara. Sekala Berak tersebut menyebrang melalui

jalur sebelah Utara memasuki daerah Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan

dan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan terus menyebar ke Selatan dan

melalui jalan Pesisir menyusur pantai Barat kearah Selatan memasuki Teluk

3

Page 7: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Semangka Kecamatan Kota Aguung dan Cukubalak. Terus kearah pantai Teluk

Lampung sampai ke daerah Kalianda dan Labuhan Meringgai.

B. Konsep Sosial Budaya

Manusia sangat erat kaitanya dengan sosial budaya. Sosial budaya

diibaratkan suatu ciri khas dari manusia dalam suatu wilayah tersebut.

Kelompok sosial budaya dalam lingkungan hidup masyarakat biasanya

memiliki berbagai bentuk, cara hidup serta tujuan tertentu. Kehidupan

masyarakat terdiri dari berbagai aspek yang antara aspek satu dengan aspek

yang lainnya terdapat keterkaitan dan saling mendukung serta melengkapi.

Namun ada aspek yang penting dibandingkan dengan aspek yang lainnya yaitu

aspek sosial budaya.

Julianto (2009:16) menarik kesimpulan sebagai berikut:

Sosial budaya merupakan proses asimilasi yaitu proses perubahan

budaya antara dua masyarakat atau lebih secara perlahan dan sama

sekali perubahan budaya bisa terjadi hanya pada satu pihak saja atau

pada kedua belah pihak. Beberapa banyak yang ditiru dan apa yang

diambil dari kebudayaan pihak lain kedalam sendiri dan memang tidak

diketahui unsur yang mana karena kontak itu terjadi secara komunal

atau individual.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa sosial

budaya dalam suatu daerah dapat hidup saling berinteraksi satu sama lain yang

dilihat dari unsur-unsur kebudayaan yang ada. Sosial budaya dapat dijadikan

penyebab atau akibat faktor-faktor ekonomi desa atau daerah sehingga

menyebabkan minimnya nilai sosial seperti adat, pendidikan dan lembaga desa

yang merupakan penghambat kemajuan desa serta kondisi sosial budaya dapat

menjadi ciri sosial masyarakatnya.

Muhammad (2008:43) menarik kesimpulan sebagai berikut:

Dalam Kehidupan sosial budaya dapat dirinci 4 unsur utama yaitu:

1. Lingkungan sosial budaya adalah sejumlah manusia yang hidup

berkelompok dan saling berinteraksi secara teratur guna

memenuhi kepentingan bersama. lingkungan sosial budaya

tersebut menyangkut kesatuan geografi meliputi komunitas desa.

2. Bentuk sosial budaya artinya setiap kelompok sosial budaya

mempunyai batas-batas yang telah ditentukan berdasarkan tipe

kelompok yang membedakanya dengan kelompok yang lain.

4

Page 8: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

3. Cara hidup sosial budaya artinya sikap, perbuatan dan tujuan, serta

cara pencapaianya sudah dipolakan oleh organisasi kelompok

dalam seperangkat tuntunan atau pedoman tertulis yang disebut

anggaran dasar dan kode etik.

4. Tujuan sosial budaya telah ditetapkan dalam anggaran dasar dan

kode etik kelompok sosial budaya.

Kebudayaan dan masyarakat ibarat dua sisi mata uang dan satu sama

lain tidak dapat dipisahkan. Koentjaraningrat (2009:146) mengatakan bahwa

“kebudayaan berasal dari kata sanskerta buddhayah yang berarti budi dan

daya”. Suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu watak khas

tertentu yang tampak. Watak itu dalam ilmu antropologi disebut ethos, sering

tampak pada gaya tingkah laku warga masyarakat, kegemaran-kegemaran dan

berbagai hasil budaya karyanya. Banyak kebudayaan mempunyai pranata

tertentu yang mempunyai unsur pusat dalam kebudayaan sehingga digemari

oleh sebagaian besar warga masyarakat, contoh kesenian dalam masyarakat

orang Bali.

Noor (1999:57) menarik kesimpulan sebagai berikut:

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap culture universal yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia

2. Mata pencaharian hidup

3. Sistem kemasyarakatan

4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistem pegetahuan

7. Religi

Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat

dapat digunakan untuk melindungi manusia dari ancaman atau bencana alam.

Tindakan-tindakan dalam melindungi diri terhadap lingkungan alam pada taraf

permulaan bersifat menyerah. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat

mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya.

Setiap orang bagaimanapun hidunya, ia akan selalu menciptakan kebiasaan

bagi dirinya dan kebiasaan ini yang disebut dengan perilaku pribadi sehingga

kebiasaan orang-orang berbeda dengan kebiasaan orang yang lain.

5

Page 9: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Ferdinand Tonnies (dalam Noor, 1999:60) menyatakan sebagai berikut:

Kebiasaan manusia mempunyai tiga arti yaitu:

1. Arti kenyataan yang bersifat objektif misalnya kebiasaan bangun

pagi terus minum kopi artinya bahwa seseorang bisa melakukan

perbuatanya masuk dalam tata cara hidupnya.

2. Arti kebiasaan yang dijadikan norma bagi seseorang, norma-norma

diciptakan untuk dirinya sendiri.

3. Arti sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk

berbuat sesuatu.

Kelompok manusia yang sangat berkembang dari waktu ke waktu cepat

maupun lambat akan mengalami perubahan. Kebutuhan ekonomi manusia

tidak dapat ditinggalkan dan hal tersebut menyebabkan cara manusia

memenuhi kebutuhan pokok. Perubahan cara memenuhi kebutuhan diikuti oleh

perubahan-perubahan yang lain. Kalau perubahan dalam sosial budaya telah

meliputi aspek struktur, nilai dan norma, lembaga-lembaga atau industri dan

telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat maka telah terjadi

perubahan atau perkembangan kebudayaan.

Nilai-nilai budaya pada dasarnya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat. Nilai-nilai budaya pada

hakekatnya merupakan perwujudan dari kebudayaan, dan kebudayaan

mempunyai wujud diantaranya:

1. Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-

nilai, norma-norma dan peraturan-peraturan

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

C. Konsep Masyarakat

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Manusia perlu bersosialisasi dengan manusia lain dalam suatu kelompok

masyarakat yang hidup bersama. Biasanya masyarakat tersebut memiliki

kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan tersebut. Koentjaraningrat

(2009:116) mengatakan bahwa “masyarakat dalam bahasa inggris dipakai

6

Page 10: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

istilah society yang berasal dari kata latin socius berarti kawan. Masyarakat

sendiri berasal dari akar kata arab syaraka yang berarti ikut serta,

berpartisipasi”.

Myrda (1990:180) menyatakan sebagai berikut:

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang anggotanya satu sama

lain berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Di dalam

interaksi terdapat nilai-nilai sosial tertentu yang menjadi pedoman

untuk bertingkah laku sebagai anggota masyarakat dan biasanya

memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama untuk

mencipkatan ciri bagi masyarakat tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa

masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul dan saling

berinteraksi secara intensif sehingga memiliki pola tingkah laku yang khas.

Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang sangat umum sifatnya,

mengandung kesatuan-kesatuan yang sifatnya lebih khusus tetapi belum tentu

memiliki syarat pengikat yang sama dengan suatu masyarakat. Kesatuan sosial

yang tidak mempunyai syarat pengikat itu serupa dengan kerumunan atau

crowd.

Linton (1999:126) menarik kesimpulan sebagai berikut:

Masyarakat timbul dari setiap perkumpulan individu-individu yang

telah cukup lama hidup dan bekerja sama. Kelompok manusia yang

belum terorganisasi, mengalami proses yang fundamental yaitu:

1. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku yang para anggota.

2. Timbulnya secara lambat laun, perasaan kelompok atau L’esprit

de corps.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa

pembentukan suatu masyarakat dikarenakan oleh faktor waktu dimana dengan

adanya waktu yang cukup lama maka akan timbul syarat yang selalu dimiliki

oleh tiap-tiap masyarakat yaitu adanya proses adaptasi dan organisasi dari

kelakuan para anggota kelompok dan timbul kesadaran untuk berkelompok.

Adaptasi timbal balik dalam tingkah laku dan sikap individu, mengubah

aggregate of individuals menjadi kelompok yang terorganisasikan dan

mempunyai jiwa kelompok dan disebut dengan masyarakat. Hubungan yang

terjadi juga tidak sembarangan tetapi memiliki keteraturan. Dalam adat istiadat

di Indonesia, anak menghormati orang tua, bawahan menghormati atasan,

kakak menyayangi adik sedangkan adik menghormati kakak dan sebagainya.

7

Page 11: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Noor (1999:85) menarik kesimpulan sebagai berikut:

Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat dapat

digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju

(masyarakat modern). Dalam lingkungan masyarakat maju dapat

dibedakan sebagai kelompok masyarakat non-industri dan masyarakat

industri. Sedangkan masyarakat non-industri digolongkan menjadi

kelompok primer dan kelompok sekunder.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial ada

kecenderungan melakukan kesalahan sesama manusia. kecenderungan yang

bersifat sosial timbul karena pada diri setiap manusia ada sesuatu saling

membutuhkan. Dari kenyataan ini kemudian timbullah suatu struktur antar

hubungan yang beraneka ragam.

Noor (1999:89) menyatakan sebagai berikut:

Dalam hubunganya dengan golongan-golongan maka kelompok ada

beraneka ragam bentuk dan kriterianya sebagai berikut:

1. Kelompok primer dan sekunder

2. In Group dan Out Group

3. Gemeinschaft dan Gesellschaft

4. Formal Group dan Informal Group

5. Community

6. Masyarakat desa dan masyarakat kota

7. Kerumunan dan publik

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa manusia

sebagai makhluk sosial tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara

yang satu dengan yang lainya dan saling mengadakan hubungan sosial

ditengah-tengah masyarakat. Sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan

dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan

masyarakat tertentu. Individu yang berada dalam suatu masyarakat berarti ia

berada pada konteks budaya.

D. Sistem Kekerabatan Orang Lampung

Masyarakat lampung mengenal keluarga batih yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak sebelum menikah. Mereka hidup dalam rumah yang disebut dengan

manyamak. Manyamak merupakan urusan keluarga yang terikat pada suatu

tugas dan berorientasi pada dapur kehidupan keluarga. Ayah mengurus dan

memelihara anggota keluarga manyamak dengan dibantu oleh ibu dan anak

8

Page 12: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

yang telah dewasa. Setelah keluarga batih tersebut menjadi luas maka timbul

istilah radik sakelik yaitu yang dekat dan terikat. Kemudian muncul yang

disebut klen, sebagai hasil perluasan keluarga batih yang telah mencapai pada

periode generasi kelima keatas dengan terikat pada pertalian darah menurut

garis keturunan laki-laki dan hal tersebut merupakan asal mula terbentuknya

klen kecil.

Pada klen kecil, antara individu yang satu dengan yang lain masih saling

mengenal, karena cakupan keturunan berkisar pada generasi ketiga hingga

kelima dan ketika telah mencapai generasi kelima keatas merupakan klen besar

maka antara individu-individu didalamnya jarang saling mengenal. Orang

lampung mengambil garis keturunan patrilineal dimana anak laki-laki tertua

dari keturunan tertua lah yang bertindak selaku pemimpin dan bertanggung

jawab serta mengatur anggota kerabat lainya. Orang lampung juga mengenal

sistem stratifikasi sosial yang dapat dibedakan dalam prinsip umur, prinsip

keaslian dan kepunyimbangan.

Dalam pelaksanaan upacara adat, prinsip umur terlihat jelas. Kelompok

orang tua bertindak selaku perencana, pengatur, penimbang dan penentu

keputusan. Menyusul kemudian kelompok yang lebih muda, terdiri dari kepala

keluarga yang berfungsi sebagai pendamping atau pembantu kelompok orang-

orang tua. Kemudian disusul kelompok muda-muda yang belum berkeluarga

sebagai tenaga kerja ketika memulai maupun mengakhiri peralatan adat.

Kedudukan seseorang dalam pemuka adat memiliki kriteria

pengukuran, disamping kedudukanya sebagai anak laki-laki yang tertua juga

diukur dari kedudukanya dalam sistem adat pepadun. Bagi masyarakat adat

pepadun sistem kepunyimbangan terdapat berbagai tindakan yaitu sebagai

kepala adat pepadun marga, pepadun tiyuh dan kepala adat pepadun suku.

Sedangkan dalam masyarakat saibatin harus berdasarkan keturunan secara

mutlak baik sebagai kepala adat bandar, pekon maupun suku.

Masyarakat lampung terdiri atas 2 kelompok besar yaitu pertama,

masyarakat yang beradat pepadun dan kedua, masyarakat yang beradat

peminggir atau pesisir. Kedua kelompok masyarakat tersebut dikenal dengan

sistem patrilineal.

9

Page 13: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Masyarakat pepadun meliputi kelompok kecil terdiri diantaranya:

1. Masyarakat Adat Abung (Abung Siwo Megon) terdiri atas sembilan Marga

Genealogis atau sembilan Kebuaian diantaranya Buay Unyai di Kecamatan

Kota Bumi, Buay Unyi di Kecamatan Gunung Sugih, Buay Nuban di

Kecamatan Sukadana, Buay Subing di Kecamatan Terbanggi Besar, Buay

Beliuk di Kecamatan Besar, Buay Kunang di Kecamatan Abung Barat,

Buay Selagai di Kecamatan Abung Barat, Buay Tuha di Kecamatan

Padangratu dan Buay Nyerupa di Kecamatan Gunung Sugih.

2. Masyarakat adat Tulang Bawang Menggala (Menggoupak Tulang bawang)

terdiri atas empat Marga diantaranya Buay Balau di Kecamatan Menggala,

Buay Umpu di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Buay Tegamoan di

Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

3. Masyarakat Adat Buay Lima (Way Kanan/Sungkai) terdiri atas lima Marga

yaitu Buay Pemuka di Kecamatan Pakuan Ratu, Buay Bahuga di Kecamatan

Bahuga, Buay Semenguk di Kecamatan Bardatu dan Buay Bara Sakti di

Barasakti.

4. Masyarakat Adat Pubian (Pubian Telu Suku) terdiri atas tiga Marga

Genealogis yaitu Buay masyarakat di Kecamatan Gedontataan, Pagelaran

dan Kedaton sedangkan Buay tamba Pupus di Kecamatan Pagelaran dan

Gedongtataan setra Buay Buku jadi di Kecamatan Natar.

E. Sistem Gotong Royong Masyarakat Pedesaan Lampung

Gotong royong oleh masyarakat Lampung merupakan Pengejawantahan

dari nilai-nilai budaya yang bersumber dari kebudayaan-kebudayaan

masyarakat Lampung. Nilai-nilai budaya yang hidup pada suatu masyarakat

tercermin dalam pandangan hidup dari masyarakat tersebut.

Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis

Lampung yaitu:

1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

2. Sakai Sembayan (tolong menolong)

3. Nemui Nyimah (murah hati/ terbuka tangan)

4. Nengah Nyappur (hidup bermasyarakat/suka bergaul)

5. Bejuluk Beadek (punya gelar adat)

10

Page 14: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Berdasarkan prinsip masyarakat tersebut, dapat dinyatakan bahwa

gotong royong merupakan penjelmaan dari pandangan hidup dan pandangan

hidup tersebut yang menjiwai keikutsertaan anggota masyarakat dalam berbagai

kegiatan, baik untuk kepentingan perorangan maupun untuk kepentingan

umum. Kerukunan merupakan genus sedangkan gotong royong merupakan

spesies dalam bentuk interaksi tradisional.

Gotong royong dikategorikan sebagai tolong menolong sesama anggota

masyarakat. Abu Rifai (1986: 37) menyatakan bahwa masyarakat Lampung

membedakan kegiatan gotong royong dalam dua kategori yaitu Sakai

(Pepadun), Belin (Pesisir) dan Abir (Pepadun, Saibatin). Sakai atau Belin

adalah suatu kerjasama tolong-menolong dalam jenis pekerjaan yang sama

dimana setiap anggota akan memperoleh giliran waktu yang sama sedangkan

Abir adalah pekerjaan yang dilakukan dengan anggota yang lebih banyak dan

tidak kelihatan pamrihnya.

Kerjasama secara Sakai, Belin dan Abir dilihat dari segi tujuan dimana

terlihat dalan Nerancang yaitu memberi tanda pada areal hutan yang akan

digunakan sebagai tempat bercocok tanam. Biasanya kegiatan tersebut

dilakukan secara Sakai-Belin, Kusi-Ngusi yaitu menebas semak belukar yang

tumbuh dibawah pohon. Nuakh yaitu kegiatan menebang pohon pada areal

ladang yang biasa dilakukan secara sakai. Kegiatan nebang tersebut tidak dapat

dilakukan secara Abir yaitu membakar dahan atau ranting serta pohon-pohon

setelah ditebang. Najuk, Nugal yaitu pekerjaan membuat lubang dan menabur

benih yang secara umum dikerjakan secara abir batok.

Kegiatan berladang dilakukan oleh orang dewasa baik laki-laki maupun

perempuan yang relatif banyak. Kegiatan diawali dengan merancang atau

musyawarah dengan 6 orang untuk menentukan kapan akan dilakukan

pembukaan hutan, menentukan hari baik untuk mengerjakannya dan luas hutan

yang akan dibuka sebagai tempat berladang sangat tergantung dari kemampuan

pribadi dari yang akan mengerjakan ladang tersebut. Kegiatan merancang

dilakukan saling bergiliran dan tidak lebih dari 1 hektar.

11

Page 15: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

Kegiatan membangun Sesat yaitu tempat berkumpul atau balai tempat

bermusyawarah. Bentuk kegiatan pertama yaitu mengumpulkan bahan-bahan

bangunan, kedua menyetel alat-alat bangunan dan ketiga yaitu mendirikan

bangunan tersebut. Kegiatan mengumpulkan bahan-bahan bangunan dilakukan

tidak kaum pria saja tetapi juga kaum wanita, anak-anak, remaja dan gadis.

Pendirian bangunan yang terlibat diantaranya para pemimpin masyarakat, laki-

laki dewasa dan muda dengan sebutan penyimbang atau saibatin. Sesat dalam

suatu kampung merupakan keharusan oleh sebab itu para penyimbang atau

saibatin dan para anggota masyarakat melakukan kegiatan gotong royong untuk

membangun sesat.

Kegiatan Ngunggak Way yaitu kegiatan memperbaiki bendungan irigasi

supaya air dapat masuk melalui saluran air menuju ke sawah. Kegiatan tersebut

hanya diikuti oleh kepala keluarga yang memiliki sawah dan memerlukan air

dari irigasi tersebut. Kegiatan Ngunggak Way dilakukan ketika musim turun

sawah telah datang dan apabila kepala keluarga tidak datang dan tidak

mengirimkan wakilnya maka kepala keluarga tersebut diharuskan

menggantinya dengan mengirimkan ketupat satu bakul.

Kegiatan Sakai Sembayan dalam bentuk kematian, ditelaah dari dua segi

yaitu pertama, tolong menolong dalam hal melayat, menggali kubur,

memandikan mayat, membungkus mayat dan menguburkan mayat. Kedua

tolong-menolong dalam membuat gulai dugan dengan memanjat pohon kelapa

untuk mengambil buah dugan. Kelompok yang terlibat dalam kegiatan tersebut

yaitu semua masyarakat kecuali anak-anak dari sanak famili. Untuk mengetahui

musibah yang telah dialami oleh sanak famili yaitu dengan membunyikan

beduk dengan pukulan Gebuk Sesah.

Kegiatan Sakai, Belin dan Abir umumnya dikenal dalam bidang

pertanian karena secara umum mata pencaharian masyarakat adalah bertani.

Bercocok tanam yang umum dilakukan oleh masyarakat Lampung adalah

berladang dan padi sebagai tanaman selingan selain itu juga melakukan

kegiatan berkebun dan berladang. Melalui perkembanganya, kegiatan

kerjasama tolong-menolong secara Sakai, Belin dan Abir sudah mulai jarang

dilakukan. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan Rancang yaitu kegiatan yang

12

Page 16: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

dilakukan dalam memberi batas pada areal yang akan digarap sebagai ladang

dan kegiatan Nuak yaitu menebang pohon. Hal tersebut disebabkan karena tidak

adanya areal hutan yang akan dijadikan ladang. Kegiatan Abir Batok berubah

karena masyarakat telah mengenal sistem Nuai yaitu mengambil hasil 10:1 atau

6:1.

Gotong royong akan mengalami perubahan secara evolusi dan

berlambat tahun akan berubah bentuk. Contoh bahwa dulu ketika memetik padi

sebagai hasil panen petani tidak terdapat sistem pembagian dalam hasil kerja,

namun pada masa kini telah dikenal sistem bagi hasil misalnya dengan cara

enam berbanding satu. Hal tersebut menandakan telah terjadi sistem upah dan

unsur gotong royong menjadi hilang. Koentjaraningrat (1977: 64) menyatakan

bahwa telah terjadi perubaha sistem gotong royong yang sudah punah,

menghilang dari kehidupan sosial masyarakat.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa masa depan

gotong royong dalam bentuk-bentuk kegiatan akan memudar dan hilang.

Namun kemungkinan tidak semua dalam bentuk-bentuk tersebut akan hilang,

misalnya dalam perkawinan dan dalam bentuk kegiatan karena terkena musibah

yang menimpa warga tersebut.

13

Page 17: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penduduk Provinsi Lampung terdiri atas berbagai macam suku bangsa

seperti suku Jawa, Sunda, Bali, Minangkabau, Batak Semendo, Ogan, Bugis,

Banjar dan Maluku. Keragaman penduduk Lampung ditunjukkan pada Sang

Bumi Rua Jurai.

Masyarakat lampung mengenal keluarga batih yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak sebelum menikah. Mereka hidup dalam rumah yang disebut dengan

manyamak. Setelah keluarga batih tersebut menjadi luas maka timbul istilah

radik sakelik, kemudian muncul yang disebut klen, sebagai hasil perluasan

keluarga batih dengan terikat pada pertalian darah menurut garis keturunan laki-

laki.

Gotong royong oleh masyarakat Lampung merupakan Pengejawantahan

dari nilai-nilai budaya yang bersumber dari kebudayaan-kebudayaan

masyarakat Lampung yaitu diantaranya Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri),

Sakai Sembayan (tolong menolong), Nemui Nyimah (murah hati/ terbuka

tangan), Nengah Nyappur (hidup bermasyarakat/suka bergaul) dan Bejuluk

Beadek (punya gelar adat). Gotong royong di pedesaan masyarakat Lampung

merupakan keikutsertaan anggota masyarakat dalam berbagai kegiatan, baik

untuk kepentingan perorangan maupun untuk kepentingan umum.

B. Saran

Lampung dapat disebut dengan Indonesia mini dengan keragaman

penduduk yang ditunjukkan pada Sang Bumi Rua Jurai. Sebagai wilayah yang

memiliki nilai-nilai budaya dengan keaktifan dalam melakukan kegiatan gotong

royong, Lampung merupakan wilayah strategis dalam manuskrip. Oleh karena

itu, saya sangat mengharapkan tulisan dalam makalah ini dapat dikembangkan

menjadi buku sehingga dapat menjadi bahan informasi, referensi, sebagai bahan

dasar penelitian lebih lanjut terhadap mahasiswa maupun masyarakat luas.

14

Page 18: SISTEM GOTONG ROYONG DALAM MASYARAKAT PEDESAAN … · Yusuf Tayar (1993: 2) menyatakan bahwa prinsip-prinsip masyarakat etnis Lampung yaitu: 1. Pi’il pesenggiri (menjaga harga diri)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Rifai. 1986. Sistem gotong royong dalam masyarakat pedesaan daerah

lampung tahun 1979/1980. Bandar lampung: dokumen kebudayaan daerah

lampung.

Yusuf Tayar. 1993. Profil Provinsi Lampung. Bandar lampung: Anggota IKAPI.

Gondong Anhar, dkk. 1993. Sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan

kolonisme di daerah lampung. Jakarta: Dokumentasi sejarah nasional.

Koentjaraningrat. 1977. Pengantar antropologi sosial. Jakarta: Pt Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Julianto Irwan. 2009. Peranakan Tionghoa Indonesia Sebuah Perjalanan Budaya.

Jakarta: Intisari.

Muhammad Abdulkadir. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Myrda. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.

Noor Arifin. 1999. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia.

Hamim Alhusniduki. 1994. Sejarah Revolusi Fisik di Provinsi Lampung. Bandar

Lampung: Universitas Lampung.

M. Loeb Edwin. 2013. Sumatra: Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta: Ombak.

15