Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Transcript of Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
SISTEM FONOLOGI BAHASA BUGIS BONE
1. Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan banyaknya bahasa daerah. Ada bahasa Batak,
bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan banyak lagi. Bahasa Bugis Bone adalah salah
satu bahasa daerah diantara sekian banyak bahasa daerah di Indonesia. Sebagai
sebuah bahasa, tentu memiliki satuan bahasa yang membedakannya dengan
bahasa lainnya. Perbedaan ini bisa saja mencakup perbedaan unsur fonetik,
fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Oleh perbedaan inilah masing-
masing bahasa menjadi unik dan khas.
Fonologi berkenaan bunyi yang dihasilkan dalam bahasa tertentu yang
dimplemantasikan dalam bentuk simfoni tertentu yang merupakan struktur bunyi
dalam sebuah bahasa (Roca dan Johnson:1999: i). Setiap bahasa mempunyai pola
fonologi yang berbeda-beda satu sama lainnya, dalam penelitian berskala kecil ini,
peneliti berfokus pada sistem fonologi yang terdapat dalam bahasa Bugis Bone.
Bahasa Bugis Bone merupakan bahasa sehari-hari bagi masyarakat Bone
baik yang masih berada di daerah asal maupun yang sudah merantau ke daerah
lain tetapi masih aktif berbahasa Bugis Bone. Baiklah komunitas pengguna
Bahasa Bugis Bone akan diilustrasikan berikut ini.
2. Peta dan Deskripsi Singkat Komunitas Pengguna Bahasa Bugis Bone
Peta disamping kiri diunduh dari http://
www.bone.go.id/boneimg/imgisi/peta_bone.jpg pada
tanggal 4 Mei 2010 pukul 08:42 WIB. Bahasa Bugis
adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di Sulawesi
Selatan, yang tersebar sebahagian di Kabupaten Maros,
sebahagian Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota
Pare-pare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten
Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten
Luwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten
Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten
1
Gambar 1. Peta Wilayah Pengguna Bahasa Bugis Bone
Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng (Diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis pada tanggal 3 Mei 2010 pukul 08:42
WIB).
Bahasa Bugis termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia dituturkan di
Indonesia Daerah Sulawesi Selatan dengan jumlah penutur 4 juta. Ada 4 suku
yang berdiam di Sulawesi Selatan, yaitu suku Bugis (70%), Makassar (25%),
Toraja (2,5%) dan Mandar (2,5%).
Menurut situs web resmi http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis diunduh
pada tanggal 3 Mei 2010 pukul 08:45 WIB Kabupaten Bone adalah salah satu
Daerah otonom di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini
terletak di Watampone. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.559 km² dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 700.000 jiwa.
Kabupaten Bone sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir timur
Sulawesi Selatan memiliki posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa di
Kawasan Timur Indonesia, yang secara administratif terdiri dari 27 kecamatan,
333 desa dan 39 kelurahan. Kabupaten ini terletak 174 km ke arah timur Kota
Makassar, berada pada posisi 4°13'- 5°6' LS dan antara 119°42'-120°30' BT.
Luas wilayah Kabupaten Bone 4.559 km² dengan rincian batas kabupaten
sebagai berikut (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bone, 3 Mei
2010 pukul 08:55 WIB):
Utara Kabupaten Wajo, Soppeng
Selatan Kabupaten Sinjai, Gowa
Barat Kabupaten Maros, Pangkep, Barru
Timur Teluk Bone
Peta disamping kanan diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Locator_South_Sulawesi.png.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan
sistem fonologi bahasa Bugis Bone.
Dalam mendeskripsikan fonologi bahasa Bugis Bone, penelitian ini akan
2
Gambar 2. Peta Wilayah Sulawesi Selatan
menggunakan metode kualitatif. Dimana peneliti terlebih dahulu menguraikan
perolehan data lapangan, lalu dianalisa dan diklasifikasi, dan pada akhirnya
disimpulkan.
4. Prosedur Penelitian
4.1 Pemilihan Informan
Pemilihan informan mengacu pada kriteria dari Samarin (1988:55-62) yaitu
informan adalah penutur asli dan memiliki kefasihan sehingga mampu memberi
korpus data yang melimpah, cermat, dan benar-benar mewakili; informan berusia
cukup dewasa minimal berusia 30 tahun sehingga memiliki pengetahuan bahasa
dan budaya yang cukup luas dan mampu memahami maksud dan / atau instruksi
peneliti; dan informan tidak memiliki gangguan wicara maupun pendengaran.
4.2 Identitas Informan
Informan yang kami peroleh adalah seorang ibu rumah tangga bernama
Matari, berusia 60 tahun, dan lahir di Bone. Bone merupakan nama daerah di
Sulawesi Selatan. Masa mudanya dihabiskan di Bone hingga umur 30 tahun.
Beliau menikah dengan seorang pemuda Bugis. Setelah menikah, lalu hijrah ke
Jakarta. Kriteria untuk menjadi seorang informan di atas dimiliki oleh informan
dan beliau sangat aktif berbahasa Bugis Bone dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan pada dua putri kesayangannya beliau sering mengajarkan bahasa Bugis
Bone; dan disela-sela kesibukannya; keaktifan berbahasa Bugis Bone beliau juga
ditopang oleh intensitas penggunaan bahasa Bugis Bone saat acara keluarga besar
dengan Pak JK (Mantan wakil presiden ke-8 Republik Indonesia).
4.3 Kendala Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kendala yang
barangkali dapat mempengaruhi kualitas hasil penelitian, diantaranya (1) waktu
penelitian relatif singkat, (2) hanya menggunakan satu orang informan, sehingga
data yang diperoleh terbatas.
4.4 Teknik Penjaringan Data
Untuk menjaring data, peneliti terlebih dahulu merancang dan menyusun
metodologi penelitian sedemikian rupa mulai dari persamaan persepsi tentang
bagaimana pelaksanaan pemerolehan data saat bertemu informan.
3
Dalam menjaring data, peneliti menggunakan beberapa media. Media
dimaksud adalah telepon selular HT63 Double X sebagai alat perekam yang
digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan bunyi ucapan informan. Selain itu
objek divisualisasikan dengan Laptop Compaq Presario CQ40 beresolusi
1280x800 piksel sambil dilakukan juga pencatatan. Selain menggunakan alat
bantu berupa gambar visual, peneliti juga menunjuk atau menyentuh objek
tertentu sambil meminta informan untuk mengucapkan dalam bahasa Bugis Bone.
Data yang sulit dipahami oleh peneliti lalu dikonfirmasi balik kepada
informan dengan cara mengucapkan kata yang sulit tersebut hingga informan
mengangguk pertanda setuju dan menggelengkan kepala atau dengan gerakan
tangan sebagai tanda tidak sesuai dengan bunyi seharusnya. Tanda setuju dan
tidak ini telah diarahkan peneliti sebelumnya sebelum melakukan perekaman.
Selain itu, peneliti melakukan pengecekan ulang atas bunyi kata menggunakan
perangkat lunak Sephonics versi 1.01 untuk menyelaraskan bunyi rekaman
dengan bunyi fonetis pada Sephonics. Perangkat lunak ini diunduh dari
http://wareseeker.com/free-english-phonetic/ pada tanggal 25 Februari 2010 pukul
9.13 WIB.
5. Landasan Teori
Bunyi bahasa merupakan bidang yang sudah lama mendapat perhatian para
linguis. Bunyi bahasa manusia dipelajari dalam dua cabang ilmu, yaitu fonetik
dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi bahasa yang dihasilkan manusia,
sedangkan fonologi adalah ilmu yang mempelajari sistem dan pola bunyi yang
ada dalam suatu bahasa tertentu (Clark and Yallop, 1997:1-2). Pengertian yang
hampir sama juga dikemukakan oleh Katamba (1994:1-2), fonetik adalah ilmu
yang mempelajari semua inventaris bunyi bahasa yang dapat dihasilkan oleh
manusia, sedangkan fonologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki
bagaimana bunyi digunakan secara sistematis dalam bahasa yang berbeda-beda
untuk membentuk kata-kata dan ujaran-ujaran.
Dalam fonologi, sekumpulan bunyi bahasa yang dianggap sama dan dapat
membedakan makna dalam suatu sistem bahasa disebut fonem. Fonem merupakan
abstraksi dari bunyi. Fonem biasanya dilambangkan dengan huruf yang berada di
4
antara garis miring. Fonem terdiri dari alofon yang merupakan variasi dari bentuk
nyata fonem tersebut. Sedangkan alofon sendiri berasal dari fon, yaitu bunyi-
bunyi yang dikelompokkan bersama sebagai anggota bunyi (alofon) dari fonem
(Katamba, 1994:18-19). Selain itu, fonem juga dapat didefinisikan sebagai satuan
bahasa terkecil berupa bunyi atau aspek bunyi bahasa yang membedakan bentuk
dan makna bahasa. Kemudian, jika ada dua bunyi bahasa yang mirip secara
fonetik tidak membedakan kata, maka kedua bunyi itu disebut sebagai alofon dari
fonem yang sama (Alwi, dkk., 2003: 53).
Fonem dari suatu sistem bahasa bisa didapatkan dengan cara mencari
minimal pairs (pasangan minimal). Minimal pairs yaitu dua kata yang hampir
sama karena hanya memiliki satu segmen yang berbeda. Dengan melakukan tes
pasangan minimal tersebut, akan didapatkan unit-unit bunyi yang membedakan
makna atau fonem (Katamba, 1994:22).
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: vokal dan konsonan.
Pembedaan tersebut didasarkan pada ada tidaknya rintangan terhadap arus udara
dalam saluran suara. Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak
mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan dan bentuk bibir pada saat
pengucapan bunyi vokal tersebut. Sedangkan bunyi konsonan diproduksi dengan
cara yang berbeda sehingga ada tiga faktor yang terlibat dalam pelafalan
konsonan, yaitu: keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat
ucap dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan (Alwi, dkk., 2003: 49-
50). Penelitian ini juga akan memaparkan gugus konsonan dalam fonologi bahasa
Bugis Bone, yaitu deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu
suku kata yang sama (Alwi, dkk., 2003: 52- 53).
6. Data Perolehan
Teknik penjaringan data yang peneliti telah lakukan sejauh ini berhasil
menjaring data sebanyak 88 kata. Memang jumlah data yang terjaring tidak
banyak. Berikut ini data perolehan dengan terlebih dahulu mentranskripsikan data
dari informan, lalu diikuti arti kata dalam bahasa Indonesia.
Data dari informan Arti kata
5
[súpAda] ‘sepeda’
[kappa:la] ‘kepala’
[teduN] ‘payung’
[tedoN] ‘kerbau’
[kadEra] ‘kursi’
[gonciN] ‘gunting’ / ‘kunci’
[waju] ‘baju’
[ akkú] ‘sikat’
[odolØ] ‘odol’
[utti] ‘pisang’
[parU] ‘parutan’
[sinrU] ‘sendok’
[pisØ] ‘pisau’
[caNkiri] ‘cangkir’
[ba:le] ‘ikan’
[caNgoreN] ‘kacang’
[loppa] ‘udang’
[su:lara:] ‘celana’
[alafuN] ‘kura-kura’
[kacå] ‘gelas’
[handu ] ‘handuk’
[sissiri] ‘sisir’
[meZúN] ‘meja’
[palofeN] ‘pulpen’
[tasE] ‘tas’
[sure kabara] ‘surat kabar’
[ ikkA] ‘jaket’
[taNgala] ‘kalender’
[kasoro] ‘kasur’
[tappEre] ‘tikar’
[to:le] ‘rokok’
[colo] ‘korek api’
6
[pennE:] ‘piring’
[rEnriN] ‘dinding’
[bo:] ‘album’
[bo:lú] ‘bola’
[adEneN] ‘tangga’
[ambo] ‘ayah’
[ambe] ‘ayah’
[wújo] ‘nama daerah’
[bújo] ‘orang’, ‘suku’
[warU] ‘pohon waru’
[parU] ‘parutan’
[manre] ‘makan’
[menre] ‘naik’
[nanre] ‘nasi’
[kaluku] ‘kelapa’
[tellØ] ‘telur’
[ikØ] ‘kamu’
[ikkó] ‘ekor’
[mac¨:n:iN] ‘manis’
[mac¨:n:aN] ‘bisul’
[pú+búlu] ‘penjual’
[mú+búlu] ‘menjual’
[madZa] ‘pintar’
[kaju] ‘sayur masak’
[waju] ‘baju’
[matanre] ‘tinggi’
[makunraI] ‘perempuan’
[be:ne] ‘istri’
[ ama] ‘kerja
[tama] ‘masuk’
[fo:le] ‘dari’
[to:le] ‘rokok’
7
[ba ú] ‘besok’
[fa ú] ‘selesai (beres)’
[mac¨:n:iN] ‘manis’
[maf¨:n:iN] ‘pusing’
[sappa] ‘cari’
[sappo] ‘sepupu’
[tega] ‘kemana’
[mega] ‘banyak’
[lanceN] ‘monyet’
[yasE] ‘atas’
[tasE] ‘tas’
[buaN] ‘jatuh’
[fuaN] ‘Tuan, Nyonya (salutasi)’
[makEssiN] ‘cantik, indah’
[malEssi] ‘kuat’
[tunu] ‘bakar’
[bunu] ‘mematikan’
[tellu] ‘tiga’
[tello] ‘telor’
[kaliki] ‘pepaya’
[kalaki] ‘sekalian (orang)’
[cEmme] ‘mandi’
[cEkke] ‘dingin’
[bala ui] ‘benalu’
7. Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan gambaran sistem fonologi bahasa Bugis Bone
yang akan dianalisis seperti di bawah ini.
7.1 Pembuktian Vokal
Untuk membuktikan apakah bunyi fonemis atau tidak, peneliti
mengidentifikasi pasangan minimal. Bunyi-bunyi yang dipasangkan adalah bunyi-
bunyi yang memiliki kemiripan bunyi.
8
Vokal Pasangan Minimal Makna dalam Bahasa Indonesia
[u] [Ø] [tellu] ‘tiga’
[tellØ] ‘telor’
[u] [o] [teduN] ‘payung’
[tedoN] ‘kerbau’
[i] [a] [kaliki] ‘pepaya’
[kalaki] ‘sekalian (orang)’
[a] [o] [sappa] ‘cari’
[sappo] ‘sepupu’
Berdasarkan perolehan data pasangan minimal yang kami peroleh dari
informan, sejauh ini membuktikan bahwa dalam bahasa Bugis Bone terdapat
fonem-fonem vokal sebagai berikut: /u/, /Ø/, /o/, /i/, dan /a/. Mungkin saja ada
fonem vokal lainnya yang belum kami temukan berdasarkan perolehan data.
7.2 Pembuktian Konsonan
Konsonan Pasangan minimal Makna dalam Bahasa Indonesia
[w] [b] [wú o] ‘nama daerah’
[bú o] ‘orang’, ‘suku’
[b] [f] [buaN] ‘jatuh’
[fuaN] ‘Tuan, Nyonya (salutasi)’
[j] [t] [jasE] ‘atas’
[tasE] ‘tas’
[f] [t] [fo:le] ‘dari’
[to:le] ‘rokok’
[k] [w] [ka u] ‘sayur masak’
[wa u] ‘baju’
[c] [f] [mac¨:n:iN] ‘manis’
[maf¨:n:iN ‘pusing’
[w] [p] [warU] ‘pohon waru’
9
[parU] ‘parutan’
[t] [m] [tega] ‘kemana’
[mega] ‘banyak’
[ ] [t] [ ama] ‘kerja’
[tama] ‘masuk’
[p] [m] [pú+búlu ] ‘penjual’
[mú+búlu] ‘menjual’
[t] [b] [tunu] ‘bakar’
[bunu] ‘mematikan’
Berdasarkan kepada perolehan data pasangan minimal tersebut membuktikan
bahwa dalam bahasa Bugis Bone terdapat fonem-fonem konsonan sebagai berikut:
/w/, /b/, /f/, /t/, /k/, /c/, /p/, /m/, dan / /. Mungkin saja ada fonem konsonan
lainnya yang belum kami temukan. Temuan ini berdasarkan perolehan data
penelitian.
7.3 Distribusi Vokal
Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe/o/ [o-do-lØ] ‘odol’ [lop-pa] ‘udang’ [tel-lo] ‘tiga’/o:/ [to:-le] ‘rokok’/Ø/ [pi-sØ] ‘pisau’/u/ [ut-ti] ‘pisang’ [ma-kun-raI] ‘perempuan’ [bu-nu] ‘membunuh’/U/ [pa-rU] ‘parutan’
/a/ [a-dE-neN] ‘tangga’
[sap-po] ‘sepupu’ [ka-li-ki] ‘pepaya’
/a:/ [ma-c¨:n-na:N]/ú/ [me-dZúN] ‘meja’ [ba- ú] ‘besok’
/A/ [sú-pA-da] ‘sepeda’
/i/ [i-kØ] ‘kamu’ [ma-kEs-siN] ‘cantik’ / ‘indah’
[ka-li-ki] ‘pepaya’
/i:/ [ma-c¨:n-ni:N] ‘manis’/e/ [tel-lo] ‘telur’ [cEk-ke] ‘dingin’/E/ [cEm-me] ‘mandi’ [ta-sE] ‘tas’/E:/ [pen-nE:] ‘piring’/¨:/ [ma-c¨:n-ni:N] ‘manis’
Tabel 1. Bagan Distribusi Vokal per Silabe
10
Berdasarkan pemerian vokal pada bagan di atas, dalam Bahasa Bugis Bone
sesuai perolehan data dalam penelitian ini, terdapat 15 fonem vokal yaitu /o/,
/o:/, /Ø/, /u/, /U/, /a/, /a:/, /ú/, /A/, /i/, /i:/, /e/, /E/, /E:/, /¨:/.
Setelah melakukan distribusi vokal pada data yang kami peroleh, maka kami
dapat menyimpulkan peta vokal yang ditampilkan dalam bagan untuk mengetahui
sistem fonotaktik atau urutan fonem yang memungkinkan adalah sebagai berikut :
Peta Vokal
Gambar 3. Peta Vokal Bahasa Bugis Bone
7.4 Distribusi Konsonan
Konsonan Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe/c/ [cEm-me] ‘mandi’/k/ [ka-la-ki] ‘sekalian’ [ik-kó] ‘ekor’/m/ [cEm-me] ‘mandi’ [cEm-me] ‘mandi’/l/ [ka-la-ki] ‘sekalian’ [tel-lo] ‘Telor’/t/ [ta-sE] ‘tas’ [ut-ti] ‘pisang’/b/ [bu-aN] ‘jatuh’/n/ [nan-re] ‘nasi’ [nan-re] ‘nasi’/f/ [a-la-fuN] ‘kura-kura’/g/ [me-ga] ‘banyak’/ʤ/ [ma-dZa] ‘pintar]/w/ [wa-ju] ‘baju’/r/ [ma-tan-re] ‘tinggi’/d/ [a-dE-neN] ‘tangga’
/p/ [lop-pa] ‘udang’ [kap-pa:-la] ‘kepala’
/s/ [ta-sE] ‘tas’ [ma-kEs-siN] ‘cantik’
/ŋ/ [bu-aN] ‘jatuh’
11
/h/ [han-du¿] ‘handuk’/ / [ a-ma] ‘kerja’/ / [han-du ] ‘handuk’/ / [ba-la- ui] ‘benalu’
Tabel 2. Bagan Distribusi Konsonan per Silabe
Berdasarkan pembuktian di atas sejauh penelitian yang kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa di dalam bahasa Bugis Bone tidak terdapat konsonan di
tengah silabe. Berdasarkan pemerian konsonan pada bagan di atas, dalam Bahasa
Bugis Bone sesuai perolehan data dalam penelitian ini, terdapat 20 fonem
konsonan yaitu /c/, /k/, /m/, /l/, /t/, /b/, /n/, /f/, /g/, /dZ/, /w/, /r/,
/d/, /p/, /s/, /N/, /h/, / /, / /, / /.
Setelah melakukan distribusi konsonan pada data yang kami peroleh, maka
kami dapat menyimpulkan peta konsonan yang ditampilkan dalam bagan untuk
mengetahui sistem fonotaktik atau urutan fonem yang memungkinkan adalah
seperti terlihat berikut :
Peta KonsonanBilabial Labio-
dental
Dental Alveolar Post
alveolar
Retroflex Palatal Velar Uvular Pharyngeal Glotal
Hambat p b t d c k g
Nasal m n N
Getar r
Tap or Flap
Frikatif f s h
Lateral
Frikatifl dZ
Luncuran w
Lateral
aproksiman
Gambar 4. Peta Konsonan Bahasa Bugis Bone
7.5 Diftong
Dalam penelitian ini, kami menemukan dua diftong. Diftong tersebut
terdapat dalam suku kata di bawah ini:
[makunraI] [ma-kun-rai] ‘perempuan’
12
[a]
[i] [u]
[bala ui] [ba-la- ui] ‘benalu’
Berdasarkan pembuktian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam bahasa
Bugis Bone sejauh penelitian ini kami lakukan terdapat dua fonem diftong /ai/ dan
/ui/. Distribusi diftong tersebut kami tampilkan dalam peta diftong dibawah ini:
Peta Diftong
Gambar 5. Peta Diftong Bahasa Bugis Bone
7.6 Gugus Vokal dan Gugus Konsonan
Gugus konsonan adalah dua konsonan atau lebih yang merupakan satu
kesatuan ucapan sehingga bersifat silabik atau berderet di dalam satu silabe dalam
sebuah kata. Kridalaksana (2008: 79) mengemukakan bahwa gugus konsonan
(consonant cluster) adalah kumpulan dua atau lebih konsonan yang berlainan
dalam suku kata tanpa vokal yang menyelanya; misalnya pr- dalam ‘prakata’, str-
dalam ‘strategi’.
Berdasarkan definisi di atas untuk data yang kami peroleh dalam penelitian
ini, maka kami mengklasifikasikan gugus konsonan dalam suku kata seperti
dalam tabel berikut ini.
V dalam [o-do-lØ] ‘odol’[a-dE-neN] ‘tangga’[i-kØ] ‘kamu’
VK dalam [ik-kØ] ‘ekor’[ut-ti] ‘pisang’
KV dalam [o-do-lØ] ‘odol’[a-dE-neN] ‘tangga’[lop-pa] ‘udang’
KVK dalam [a-dE-neN] ‘tangga’[lop-pa] ‘udang’[ma-tan-re] ‘tinggi’
Tabel 3. Pola Suku Kata Bahasa Bugis Bone
13
Berdasarkan pembuktian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa
Bugis Bone sejauh penelitian yang kami lakukan, terdapat empat pola gugus vokal
dan gugus konsonan per silabe, yaitu V, VK, KV, KVK (V= Vokal, K=
Konsonan).
8. Penutup
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa dalam bahasa Bugis Bone ditemukan 37 bunyi yang terdiri atas 15 vokoid
yakni /o/, /o:/, /Ø/, /u/, /U/, /a/, /a:/, /ú/, /A/, /i/, /i:/, /e/, /E/, /E:/,
/¨:/ (lihat halaman 10-11 poin 7.3); 20 kontoid yakni /c/, /k/, /m/, /l/, /t/, /b/,
/n/, /f/, /g/, /dZ/, /w/, /r/, /d/, /p/, /s/, /N/, /h/, / /, / /, / / (lihat
halaman 12 poin 7.4), dan 2 diftong /ai/, /ui/ (lihat halaman 13 poin 7.5).
Temuan berdasarkan analisis data yang kami peroleh sejauh penelitian yang
telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa di dalam bahasa Bugis Bone tidak
terdapat konsonan di tengah silabe (lihat Tabel 2 halaman 12).
Dalam bahasa Bugis Bone tidak ditemukan adanya gugus konsonan dan
gugus vokal. Sejauh pengamatan peneliti dan berdasarkan perolehan data, pola
suku kata dalam bahasa Bugis Bone dapat berstruktur V, VK, KV, dan KVK (lihat
Tabel 3 halaman 13).
8.2 Saran
Penelitian yang kami lakukan pada Bahasa Bugis Bone ini merupakan
penelitian lapangan berskala kecil dan masih sangat sederhana karena penelitian
ini dilakukan dalam waktu yang singkat, sehingga hasil yang diharapkan mungkin
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat berharap penelitian
ini akan memberikan pemahaman tentang sistem fonologi bahasa Bugis Bone.
Peneliti beranggapan bahwa perlu ada penelitian lanjutan baik mengenai
sistem fonologi bahasa Bugis Bone khususnya maupun bahasa-bahasa lainnya
yang ada di Indonesia. Penelitian dapat dilakukan baik penelitian berskala kecil
maupun besar dengan hasil yang barangkali maksimal. Maksimal dimaksudkan
dalam hal ini karena data faktual langsung diperoleh dari penutur asli yang
menggunakan bahasa tertentu secara produktif. Barangkali ada baiknya untuk
14
terjun langsung ke daerah komunitas pengguna bahasa dimaksud untuk
mendapatkan data akurat serta tantangan yang pada akhirnya akan sangat
memberi kesan yang tiada tara.
15
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Clark, John & Yallop, Collin. 1990. An Introduction to Phonetics & Phonology.
Oxford : Basil Blackwell Ltd.
Katamba, Francis. 1994. An Introduction to Phonology. Routledge.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rocca, Iggy & Johnson, Wyn. 1999. A Course in Phonology. Oxford: Blackwell
Published Ltd.
Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.
Sephonics v.1.01. http://wareseeker.com/free-english-phonetic/. 25 Februari 2010,
9.13 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis. 3 Mei 2010, 08:42 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis. 3 Mei 2010, 08:45 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bone, 3 Mei 2010, 08:55 WIB.
http:// www.bone.go.id/boneimg/imgisi/peta_bone.jpg. 4 Mei 2010, 08:42 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Locator_South_Sulawesi.png. 4 Mei 2010,
08:55 WIB.
16