Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

13
Sistem endokrin dipengaruhi oleh penuaan dan sirkulasi hormon-hormon menurun dengan umur. Hormon DHEA (Dehydroepiandrosterone) erat hubungannya dengan penurunan fungsi kekebalan tubuh. Prostaglandin, hormon yang mempengaruhi proses tubuh seperti suhu dan metabolisme tubuh mungkin meningkat pada usia tua dan menghambat sel imun yang penting. Kelompok lansia mungkin lebih sensitif pada reaksi prostaglandin daripada dewasa muda, yang menjadi penyebab utama defisiensi imun pada lansia. Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan tubuh, tetapi respons sistem imun pada kelompok dewasa muda lebih baik saat produksi prostaglandin ditekan Asam Folat 9. Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia. Penghambatan prostaglandin terutama PGE2 juga menggannggu keseimbangan cairan di ginjal. Pada orang normal ini tidak menjadi masalah. Tetapi pada lansia hal ini bisa serius mengingat kelompok ini secara kodratnya mengalami penurunan fungsi ginjal dan kebanyakan mengalami penyakit-penyakit degenerative serius seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperlipidemia, dll. Pada kondisi ini, penggunaan NSAID sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan perburukan kondisi. Penghambatan PGE2 ini akan mengurangi aliran darah ke ginjal akibatnya ginjal akan menahan lebih banyak air sehingga justru menyebabkan pembengkakan. Sementara itu, jumlah darah dijantung justru meningkat sehingga beban jantung meningkat sehingga otot-ototnya menjadi melar karena kelebihan beban cairan. Kelebihan beban ini juga menyebabkan otot-otot jantung memerlukan lebih banyak oksigen dan nutrisi sehingga kebutuhan oksigen meningkat sehingga memicu gejala-gejala gagal jantung seperti sesak napas, peningkatan denyut jantung, dll. Dengan memperhatikan hal tersebut diatas, maka sebaiknya pereda nyeri pada pasien lansia diawali dengan penggunaan parasetamol. Jika nyeri yang dirasakan tidak membaik dengan penggunaan parasetamol, maka pasien dapat menggunakan NSAID tetapi dibawah pengawasan terhadap efek merugikan yang potensial ditimbulkan. Berdasarkan keamanannya, NSAID yang bisa dipilih antara lain ibuprofen. Obat ini relatif aman meskipun efek antiinflamasinya relative lebih rendah dibanding NSAID lainnya. Diatasnya ada naproksen. Meskipun begitu, tidak ada bukti ilmiah terkait dengan keunggulan NSAID satu dengan NSAID lainnya. Sehingga pemilihan NSAID memang bersifat try and error. Satuya-satunya kriteria pemilihan adalah mempertimbangkan efek samping. Prostaglandin merupakan sediaan pro-inflmasi, tetapi juga merupakan sediaan

Transcript of Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Page 1: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Sistem endokrin dipengaruhi oleh penuaan dansirkulasi hormon-hormon menurun dengan umur.Hormon DHEA (Dehydroepiandrosterone) erathubungannya dengan penurunan fungsi kekebalantubuh. Prostaglandin, hormon yang mempengaruhiproses tubuh seperti suhu dan metabolisme tubuhmungkin meningkat pada usia tua dan menghambat selimun yang penting. Kelompok lansia mungkin lebihsensitif pada reaksi prostaglandin daripada dewasamuda, yang menjadi penyebab utama defisiensi imunpada lansia. Prostaglandin dihasilkan oleh jaringantubuh, tetapi respons sistem imun pada kelompokdewasa muda lebih baik saat produksi prostaglandinditekan

Asam Folat 9. Meningkatkan sistem imun padakelompok lansia. Studi di Canada padasekelompok hewan tikus melalui pemberian asamfolate dapat meningkatkan distribusi sel T danrespons mitogen (pembelahan sel untukmeningkatkan respons imun). Studi terbarumenunjukkan intake asam folat yang tinggimungkin meningkatkan memori populasi lansia.

Penghambatan prostaglandin terutama PGE2 juga menggannggu keseimbangan cairan di ginjal. Pada orang normal ini tidak

menjadi masalah. Tetapi pada lansia hal ini bisa serius mengingat kelompok ini secara kodratnya mengalami penurunan fungsi

ginjal dan kebanyakan mengalami penyakit-penyakit degenerative serius seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperlipidemia,

dll. Pada kondisi ini, penggunaan NSAID sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan perburukan kondisi. Penghambatan

PGE2  ini akan mengurangi aliran darah ke ginjal akibatnya ginjal akan menahan lebih banyak air sehingga justru

menyebabkan pembengkakan. Sementara itu, jumlah darah dijantung justru meningkat sehingga beban jantung meningkat

sehingga otot-ototnya menjadi melar karena kelebihan beban cairan. Kelebihan beban ini juga menyebabkan otot-otot jantung

memerlukan lebih banyak oksigen dan nutrisi sehingga kebutuhan oksigen meningkat sehingga memicu gejala-gejala gagal

jantung seperti sesak napas, peningkatan denyut jantung, dll.

Dengan memperhatikan hal tersebut diatas, maka sebaiknya pereda nyeri pada pasien lansia diawali dengan penggunaan

parasetamol. Jika nyeri yang dirasakan tidak membaik dengan penggunaan parasetamol, maka pasien dapat menggunakan

NSAID tetapi dibawah pengawasan terhadap efek merugikan yang potensial ditimbulkan. Berdasarkan keamanannya, NSAID

yang bisa dipilih antara lain ibuprofen. Obat ini relatif aman meskipun efek antiinflamasinya relative lebih rendah dibanding

NSAID lainnya. Diatasnya ada naproksen. Meskipun begitu, tidak ada bukti ilmiah terkait dengan keunggulan NSAID satu

dengan NSAID lainnya. Sehingga pemilihan NSAID memang bersifat try and error. Satuya-satunya kriteria pemilihan adalah

mempertimbangkan efek samping.

Prostaglandin merupakan sediaan pro-inflmasi, tetapi juga merupakan sediaan gastroprotector. Oleh karena analgetika penghambat COX-2 diyakini tidak menghambat aktifitas isoenzim COX-1, maka sediaan ini diduga bebas dari berbagai efek samping yang menakutkan. Kejadian perdarahan saluran makanan bagian atas meningkat 2 ? 6 kali lipat akibat penggunaan AINS oleh lansia, teristimewa perempuan (Johnson dan Day, 1991).

Page 2: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Pantoprazole memiliki mekanisme kerja agak berbeda karena PPI ini tidak terlalu

berpengaruh ke sistem sitokrom CYP2C19, melainkan lebih ke CYP2D9. US Food and

Drug Administration (FDA) telah mengeluarkan pernyataan pada bulan Oktober 2010

yang menyatakan bahwa pemakaian clopidogrel bersama omeprazole dapat

menurunkan kadar clopidogrel aktif dalam darah; dengan pantoprazole yang merupakan

inhibitor lemah terhadap CYP2C19 adalah alternatif untuk kasus ini. Dalam bentuk

intravena obat ini relatif stabil dibandingkan PPI intravena lainnya yang cepat berubah

warna setelah dilarutkan.

Rabeprazole memiliki mekanisme kerja paling berbeda dengan PPI lain karena juga

melewati jalur aktivasi nonenzimatik. Seperti pantoprazole, obat ini cocok untuk lansia

yang polifarmasi karena interaksi obat yang minimal.

Obat-obatan dengan efek antikolinergik merupakan golongan yang paling sering menyebabkan dry mouth dan berkurangnya produksi saliva.

Bismut subsalisilat (Pepto-Bismol®) telah digunakan dalam uji di AS. Ketidaknormalan ginjal dapat menurunkan eliminasi bismut, sehingga perlu perhatian penggunaannya pada pasien lanjut usia dan gagal ginjal. Bismut subsalisilat dapat menyebabkan sensitif terhadap salisilat dan perdarahan, dan perlu perhatian juga pada pasien yang menerima terapi dengan salisilat. Pasien harus diberitahu bahwa garam bismut dapat menyebabkan warna hitam pada tinja dan lidah (jika menggunakan sediaan cair). Trikalium disitratobismutat telah diuji secara luas di Eropa dan memperlihatkan proses penyembuhan ulkus lambung dan ulkus duodenum lebih baik dari plasebo. Trikalium disitratobismutat memilki masa tinggal lebih panjang jika dinbanding dengan antagonis reseptor H2, tetapi masih terjadi kambuh dan sekarang telah dikembangkan aturan pakai regimen yang melibatkan antibiotika. Meskipun kandungan bismutnya rendah, tetapi telah dilaporkan terjadinya absorpsi. Efek sampingnya yaitu dapat membuat lidah berwarna gelap dan wajah kehitaman, mual dan muntah, dan belum ada laporan tentang terjadinya ensefalopati pada pemakaian jangka panjang senyawa bismut lain. Sediaan tablet sama efektifnya dengan sediaan cair dan lebih enak.

Antagonis H2

Yang termasuk antagonis reseptor H2 adalah Simetidine, Ranitidine, Nizatidine, dan

Famotidine. Senyawa-senyawa antagonis reseptor H2 secara kompetitif dan reversibel

berikatan dengan reseptor H2 di sel parietal, menyebabkan berkurangnya produksi sitosolik

siklik AMP dan sekresi histamine yang menstimulasi sekresi asam lambung. Interaksi antara

siklik AMP dan jalur kalsium menyebabkan inhibisi parsial asetilkolin dan gastrin yang

menstimulasi sekresi asam.

Yang potensinya paling lemah adalah simetidin sedangkan yang paling kuat adalah

Page 3: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Famotidin. Ranitidin memiliki durasi yang lebih lama dari Simetidin. Ranitidine dan Simetidin

digunakan juga untuk profilaksis. Reseptor H2 terdapat di lambung, pembuluh darah

(menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi perifer, positif kronotropisme,

inotropik positif).

Antagonis reseptor H2 menghambat secara sempurna sekresi asam lambung yang

sekresinya diinduksi oleh histamin maupun gastrin, tetapi menghambat secara parsial

sekresi asam lambung yang sekresinya diinduksi oleh asetilkolin. Hal tersebut dapat terjadi

dengan melihat kembali mekanisme sintesis asam lambung di sel parietal.

Antagonis reseptor H2 juga menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh

makanan, insulin, kafein, pentagastrin, dan nokturnal. Antagonis reseptor H2 mengurangi

volume cairan lambung dan konsentrasi H+. Seluruh senyawa yang termasuk antagonis

reseptor H2 efektif menyembuhkan tukak lambung maupun tukak duodenum. Secara umum

kekambuhan setelah terapi umumnya berhenti (60-100%).

Kegunaan terapi antagonis reseptor H2: Tukak peptic, Zoolinger Ellison Syndrom, Tukak

akut, dan GERD (Gastro Esophageal Refluks Disease) / heart burn.

Efek samping Antagonis reseptor H2

Sakit kepala, pusing, mual, diare, obstipasi, sakit otot dan sendi, sistem saraf pusat

(kecemasan, halusinasi terutama pada orang tua dan konsumsi jangka panjang), penurunan

transaminase serum.

• Simetidin, memiliki struktur imidazole, dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh, termasuk

air susu dan dapat melewati plasenta.

Diekskresi sebagian besar lewat urin, memiliki t½ pendek, meningkat pada gangguan ginjal.

30% dosis diinaktivasi lambat dalam hati. 70% dosis eksresi lewat urin dalam bentuk tidak

berubah.

Dosis : dewasa 200 mg & 400 mg 3x / hari sebelum tidur atau 400 mg sebelum sarapan &

400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB/ hari.

Efek Samping : lelah, pusing, diare, ruam, Jarang : ginekomastia, rasa bingung yang

reversibel, impotensi (pria), reaksi alergi, artralgia, mialgia, gangguan darah, nefritis

interstitial, sakit kepala, hepatotoksik, pankreatitis.

Interaksi Obat : meningkatkan kadar lignokain, fenitoin, warfarin, teofilin, beberapa golongan

antiaritmia (benzodiazepin, β-bloker, vasodilator) dalam darah.

• Ranitidine, memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan 5-10 kali lebih potensial

dari simetidin. Ranitidine dimetabolisme dalam hati.

Dosis : 150 mg 2x / hari atau dosis tunggal 300 mg sebelum tidur.

Efek samping : sakit kepala, pusing, gangguan gastro intestinal, ruam kulit.

Interaksi obat : ranitidin menurunkan bersihan warfarin, prokainamid, dan N-asetil

prokainamid, meningkatkan absorpsi midazolam, menurunkan absorpsi kobalamin.

• Famotidin, memiliki struktur thiazole, serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi.

Memiliki aksi 20-60 kali lebih potensial dari Simetidin dan 3-200 kali lebih potensial dari

Ranitidin. Famotidin dimetabolisme dalam hati.

Page 4: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Dosis : Ulkus duodenum terapi akut 40 mg 1 x / hari sebelum tidur atau 20 mg 2 x / hari,

pemeliharaan 20 mg 1 x / hari sebelum tidur. Kondisi hipersekresi patologis 20 mg 4 x / hari.

Efek samping : konstipasi, diare, muntah, erupsi kulit, sakit kepala, trombositopenia, nyeri

sendi, penurunan nafsu makan.

Interaksi obat : Antasid, ketokonazol, obat yang dimetabolisme melalui sistem mikrosom hati

(warfarin, teofilin, diazepam).

• Nizatidin, memiliki struktur kombinasi cincin thiazole Famotidin dan rantai samping

Ranitidin. Serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi dan potensinya. Nizatidin

dieliminasi melalui ginjal dan bioavailabilitas mendekati 100%.

Dosis : tukak duodenum aktif dewasa 300 mg / hari sebelum tidur atau 150 mg 2 x / hari

selama 8 minggu. Perawatan tukak duodenum yang sudah sembuh dewasa 150 mg 1 x /

hari sebelum tidur. Penyakit refluks gastroesofageal 150-300 mg 2 x / hari selama 12

minggu. Tukak lambung aktif yang jinak 150 mg 2 x / hari atau 300 mg 1 x / hari selama 8

minggu. Ampul infus iv kontinue : larutkan 300 mg dalam 150 mL larutan iv dan infus

ditingkatkan rata-rata 10 mg/jam. Infus intermitten : larutkan 100 mg dalam 150 mL larutan iv

dan infus lebih dari 15 minimal 3 x / hari. Maksimal 480 mg / hr.

Antasida

Antasida (senyawa magnesium, aluminium, dan bismut, hidrotalsit, kalsium karbonat, Na-

bikarbonat)

Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga efektifitasnya bergantung

pada kapasitas penetralan dari antasida tersebut. Kapasitas penetralan (dalam

miliequivalen) adalah mEq HCl yang dibutuhkan untuk memepertahankan suspensi antasida

pada pH 3,5 selama 10 menit secara in vitro. Peningkatan pH cairan gastric dari 1,3 ke 2,3

terjadi penetralan sebesar 90% dan peningkatan ke pH 3,3 terjadi penetralan sebesar 99%

asam lambung.

Antasida ideal adalah yang memiliki kapasitas penetralan yang besar, juga memiliki durasi

kerja yang panjang dan tidak menyebabkan efek lokal maupun sistemik yang merugikan.

Antasida dapat meningkatkan pH cairan lambung sampai pH 4, dan menghambat aktifitas

proteolitik dari pepsin. Antasida tidak melapisi dinding mukosa namun memiliki efek

adstringen. Secara kimia antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam

lambung membentuk garam dan air. Antasida juga dapat menstimulasi sintesis

prostaglandin. Secara umum antasida dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu antasid

sistemik dan non sistemik. Seluruh antasida dapat digunakan untuk terapi tukak duodenum

dan terbukti efektif untuk tukak lambung akut.

• Antasida sistemik, diabsorpsi dalam usus halus sehingga dapat menyebabkan urin bersifat

alkali. Untuk keadaan pasien dengan gangguan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik

sehingga saat ini penggunaannya sudah jarang. Contoh antasida sistemik adalah Natrium

bikarbonat (NaHCO3).

• Antasida non sistemik, tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis

metabolik. Salah satunya adalah Magnesium [Mg(OH)2], Aluminium [(Al(OH)3], Kalsium

Page 5: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

(CaCO3), Magnesium trisilikat (Mg2Si3O8nH2O), Magaldrat.

Mg(OH)2 memiliki efek netralisasi yang lebih lama dibandingkan NaHCO3 atau CaCO3,

sedangakan Magnesium trisilikat, Al(OH)3 dan Aluminium fosfat memiliki aktivitas antasid

yang lemah.

Penggunaannya bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada indigesti

pada refluks oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini dapat mengurangi rasa nyeri di

lambung dengan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum

pada perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah makan. Makanan dengan

daya mengikat asam (susu) sama efektifnya terhadap nyeri.

Peninggian pH

Garam-garam magnesium dan Na-bikarbonat menaikkan pH isi lambung sampai 6-8,

CaCO3 sampai pH 5-6 dan garam-garam aluminium hidroksida sampai maksimal pH 4-5.

Kehamilan dan Laktasi

Wanita hamil sering kali dihinggapi gangguan refluks dan rasa ”terbakar asam”. Antasida

dengan aluminium hidroksida dan magnesiumhidroksida boleh diberikan selama kehamilan

dan laktasi.

Senyawa magnesium dan aluminium

Keduanya dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap usus merupakan pilihan pertama.

Karena garam magnesium bersifat mencahar, maka biasanya dikombinasi dengan senyawa

aluminium (atau kalsium karbonat) yang bersifat obstipasi (dalam perbandingan 1:5).

Persenyawaan molekuler dari Mg dan Al adalah hidrotalsit yang juga sangat efektif.

Natriumbikarbonat dan kalsiumkarbonat

Bekerja kuat dan pesat, tetapi dapat diserap usus dengan menimbulkan alkalosis. Adanya

alkali berlebihan di dalam darah dan jaringan menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia,

nyeri kepala, dan gangguan perilaku. Semula penggunaannya tidak dianjurkan karena

terbentuknya banyak CO2 pada reaksi dengan asam lambung, yang dikira justru

mengakibatkan hipersekresi asam lambung (rebound effect). Tetapi penelitian pada tahun

1996 tidak membenarkan perkiraan tersebut.

Bismutsubsitrat

Dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak, lagipula berkhasiat bakteriostatik

terhadap Helicobacter pylori. Kini banyak digunakan pada terapi eradikasi tukak, selalu

bersama dua atau tiga obat lain.

Waktu makan obat

Secara umum, keasamaan di lambung menurun segera setelah makan dan mulai naik lagi

satu jam kemudian hingga mencapai konsentrasi tinggi tiga jam sesudah makan. Oleh

karena itu, antasida harus digunakan lebih kurang satu jam sesudah makan dan sebaiknya

dalam bentuk suspensi. Telah dibuktikan bahwa tablet bekerja kurang efektif dan lebih

lambat, mungkin karena proses pengeringan selama pembuatan mengurangi daya

Page 6: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

netralisasinya.

Pada oesophagitis dan tukak lambung sebaiknya obat diminum 1 jam sesudah makan dan

sebelum tidur. Pada tukak usus 1 dan 3 jam sesudah makan dan sebelum tidur. 

Penyebab kegagalan pengobatan dengan antasida dapat terjadi karena frekuensi

pengobatan tidak adekuat, dosis yang diberikan tidak cukup, pemilihan sediaan tidak tepat,

dan sekresi asam lambung sewaktu tidur tidak terkontrol.

Proton Pump Inhibitor (PPI)

Contoh : Omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol dan esomeprazol.

Mekanisme kerja

Obat-obat golongan proton pump inhibitor mengurangi sekresi asam lambung dengan jalan

menghambat enzim H+, K+, ATPase (enzim ini dikenal sebagai pompa proton) secara

selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa proton bekerja memecah KH ATP yang

kemudian akan menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam dari

kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan

gugus sulfhidril dari enzim ini yang menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja

enzim. Kemudian dilanjutkan dengan terhentinya produksi asam lambung.

Farmakologi

Dosis : 20 mg sehari, kecuali untuk pasien sindrom Zollinger-Ellison yang memerlukan 60-70

mg sehari.

Penghambatan terhadap enzim pompa proton maksimal bertahan selama 4 jam, tetapi

produksi asam lambat kembali ke jumlah normal (3-5 hari setelah pemakaian dosis tunggal).

Kerjanya panjang akibat akumulasi di sel-sel parietal. Kadar penghambatannya tergantung

dosis dan pada umumnya lebih kuat dari AH2.

Obat-obat golongan ini memiliki digunakan untuk mengobati tukak peptik dan sindrom

Zollinger-Ellison.

Farmakokinetik

Obat-obat golongan ini mempunyai masalah bioavailabilitas karena mengalami aktivitasi di

dalam lambung lalu terikat pada berbagai gugus sulfhidril mukus dan makanan. Oleh karena

itu, sebaiknya diberikan dalam bentuk tablet salut enterik.

Obat-obat golongan ini mengalami metabolisme lengkap. Tidak ditemukan dalam bentuk

asal di urin, 20% dari obat radioaktif yang ditelan ditemukan dalam tinja.

Efek Samping

Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah dan dapat

Page 7: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

menimbulkan tumor karsinoid pada tikus percobaan. Pada manusia belum dapat dibuktikan.

Interaksi Obat

1. Omeprazol dengan Diazepam à terjadi peningkatan kadar Diazepam.

2. Omeprazol dengan Barbiturat à memanjangkan waktu tidur yang merupakan efek dari

Barbiturat.

ANALOG PROSTAGLANDIN

Mekanisme kerja

Prostaglandin E2 dan I2 dihasilkan oleh mukosa lambung, menghambat seksresi HCl dan

merangsang seksresi mukus dan bikarbonat (efek sitoprotektif). Defisiensi prostaglandin

diduga terlibat dalam patogenesis ulkus peptikum.

Farmakologi dan farmakokinetik

Misoprostol yaitu analog prostaglandin E digunakan untuk mencegah ulkus lambung yang

disebabkan antiinflamasi non steroid (NSAIDs). Obat ini kurang efektif bila dibandingkan

antagonis H2 untuk pengobatan akut ulkus peptikum.

Efek samping yang sering timbul adalah diare dan mual. Selain itu, menyebabkan kontraksi

uterus dan menjadi kontraindikasi selama kehamilan.

Dosis 200 µg 4x sehari atau 400 µg 2x sehari 

SUKRALFAT

· Mekanisme kerja

Mekanisme Sukralfat atau aluminium sukrosa sulfat adalah disakarida sulfat yang digunakan

dalam penyakit ulkus peptik. Mekanisme kerjanya diperkirakan melibatkan ikatan selektif

pada jaringan ulkus yang nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar terhadap asam,

pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap mukosa termasuk

stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu, sukralfat dapat langsung mengabsorpsi garam-

garam empedu, aktivitas ini nampaknya terletak didalam seluruh kompleks molekul dan

bukan hasil kerja ion aluminium saja.

· Farmakologi dan farmakokinetik

Sukralfat dapat digunakan untuk mengobati ulkus, tetapi lebih utama digunakan dalam

pencegahan stress ulserasi. Diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek, dan lebih

efektif pada ulkus usus. Obat ini sukar diabsorpsi secara sistemik (meskipun telah

didokumentasikan adanya peningkatan kadar obat ini dalam darah pada penderita gagal

ginjal). Berikatan dengan protein bebas, dan konsentrasi sukralfat pada bagian ulkus lebih

besar daripada pada jaringan normal. Efek samping yang sering terjadi dari penggunaan

obat ini yaitu konstipasi yang disebabkan karena adanya aluminium. Sekitar 3-5% aluminium

dari dosis diabsorpsi dapat menyebabkan toksisitas aluminium pada penggunaan jangka

panjang. Resiko ini meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal. Efek yang jarang

terjadi termasuk diare, mual, kesulitan mencerna, mulut kering, dan mengantuk.

· Dosis

Page 8: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Dosis sukralfat adalah 2 g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari

pada waktu lambung kosong (paling kurang 1 jam sebelum makan dan sebelum tidur

malam), diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten 12 minggu, maksimal

8 g sehari. Anak-anak tidak dianjurkan mengkonsumsi obat ini. Profilaksis tukak stress

(suspensi), 1 g 6 kali sehari (maksimal 8 g sehari). Saran untuk obat ini yaitu sediaan tablet

dapat didispersikan dalam 10-15 ml air. Obat ini juga diperlukan pH asam untuk diaktifkan

dan sehingga tidak boleh diberikan bersama antasid atau antagonis reseptor H2. Jika

digunakan bersama antasida harus diberikan 30 menit sebelum atau sesudah sukralfat.

· Interaksi obat

Sukralfat dapat menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfloksasin, ofloksasin, tetrasiklin,

warfarin, fenitoin, ketokonazol, glikosida jantung, dan tiroksin, simetidin, ranitidin dan teofilin.

SENYAWA BISMUT

· Mekanisme kerja

Senyawa bismut juga bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus, melapisi dan

melindungi ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme kerjanya

termasuk penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi mukosa, dan meningkatkan

sintesis prostaglandin. Obat ini mungkin juga mempunyai beberapa aktivitas antimikroba

terhadap H pylori. Bila dikombinasi dengan antibiotik seperti metronidazol dan tetrasiklin,

kecepatan penyembuhan ulkus mencapai 98%. Biaya dan potensi toksisitas dari regimen ini

dapat membatasi penggunanya pada ulkus yang serius atau pada penderita yang sering

kambuh. Garam bismut tidak menghambat ataupun menetralisasi asam.

· Farmakologi dan farmakokinetik

Bismut subsalisilat (Pepto-Bismol®) telah digunakan dalam uji di AS. Ketidaknormalan ginjal

dapat menurunkan eliminasi bismut, sehingga perlu perhatian penggunaannya pada pasien

lanjut usia dan gagal ginjal. Bismut subsalisilat dapat menyebabkan sensitif terhadap

salisilat dan perdarahan, dan perlu perhatian juga pada pasien yang menerima terapi

dengan salisilat. Pasien harus diberitahu bahwa garam bismut dapat menyebabkan warna

hitam pada tinja dan lidah (jika menggunakan sediaan cair). Trikalium disitratobismutat telah

diuji secara luas di Eropa dan memperlihatkan proses penyembuhan ulkus lambung dan

ulkus duodenum lebih baik dari plasebo. Trikalium disitratobismutat memilki masa tinggal

lebih panjang jika dinbanding dengan antagonis reseptor H2, tetapi masih terjadi kambuh

dan sekarang telah dikembangkan aturan pakai regimen yang melibatkan antibiotika.

Meskipun kandungan bismutnya rendah, tetapi telah dilaporkan terjadinya absorpsi. Efek

sampingnya yaitu dapat membuat lidah berwarna gelap dan wajah kehitaman, mual dan

muntah, dan belum ada laporan tentang terjadinya ensefalopati pada pemakaian jangka

panjang senyawa bismut lain. Sediaan tablet sama efektifnya dengan sediaan cair dan lebih

Page 9: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

enak.

· Dosis

Regimen dosis bismut dengan kombinasi 3 obat lain digunakan dalam lini pertama

pengobatan ulkus karena H pylori. Regimen ini terdiri dari antagonis reseptor H2

(omeprazole 40 mg 2 kali sehari), bismuth subsalisilat 525 mg 4 kali sehari, metronidazol

250-500 mg 4 kali sehari, dan tetrasiklin 400 mg 4 kali sehari (atau amoksisilin 500 mg 4 kali

sehari atau klaritromisin 250-500 mg 4 kali sehari). Jangka waktu pemakaian regimen dosis

ini yaitu 14 hari.

· Interaksi obat

Trikalium disitratobismutat dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin.

Penanganan dengan obat baru dilakukan jika penanganan tanpa obat tidak berhasil. Pilihan utama untuk sakit maag adalah antasida. Antasida bekerja dengan menetralkan asam lambung yang berlebih, sehingga melindungi selaput lendir lambung dari kerusakan. 

Anda dapat membeli antasida di warung, toko obat sampai apotek karena termasuk obat bebas. Antasida yang beredar di pasaran biasanya terdiri dari campuran garam alumunium, garam magnesium dan simetikon. 

Garam alumunium dan magnesium akan mengikat asam lambung sehingga mengurangi keasamn pada lambung, sedangkan Simetikon berguna untuk membantu pengeluaran gas yang berlebihan di dalam saluran cerna. 

Namun perlu diingat bahwa tablet antasida dikunyah dahulu sampai lembut baru ditelan karena sudah dapat dicerna oleh enzim dalam air liur kita. Dosis lazimnya 1-2 tablet dengan maksimum 4 kali sehari. Untuk antasida cair dapat langsung diminum dengan dosis 1-2 sendok teh maksimal 4 kali sehari. 

Antasida paling baik diminum pada saat perut kosong (menjelang tidur, 2 jam setelah atau sebelum makan). Sedapat mungkin hindari penggunaan antasida bersamaan dengan obat lain karena dapat mengganggu absorpsi obat lain tersebut. 

Anda harus ingat bahwa penggunaan antasida tidak dianjurkan lebih dari 2 minggu karena penggunaan antasida jangka panjang justru dapat meningkatkan produksi asam lambung. 

Makan dengan porsi kecil dan sering seringkali membantu mengurangi gejala asam lambung. Selain itu, penderita gastritis sebaiknya menghindari makan makanan pedas, asam, atau berminyak. 

Bagi perokok dan peminum alkohol, sebaiknya menghindari kedua bahan ini, karena keduanya dapat memperparah gastritis. 

Page 10: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan

Jika anda harus mendapat obat pereda nyeri dalam jangka waktu lama, sebaiknya dipilih dari jenis parasetamol, bukan golongan NSAID. 

Bagi yang harus mengkonsumsi obat-obat yang mengiritasi lambung seperti golongan NSAID, antibiotik siprofloksasin, dll sebaiknya meminumnya sesudah makan. 

Jika gejala gastritis anda menetap atau memburuk, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter anda. 

Tetap Butuh Pertolongan Medis Tidak selamanya sakit maag bisa diobati sendiri di rumah. Konsultasi ke dokter diperlukan dalam pemakaian antasida jika: sedang diet rendah garam seperti pada hipertensi, hamil dan menyusui, anak di bawah 6 tahun, lanjut usia, atau setelah satu minggu diobati dengan antasida gejala maag tidak berkurang. 

SukralfatSukralfat merupakan obat anti ulkus peptikum dengan mekanisme aksi sbb : Dengan adanya asam yang menginduksi kerusakan, hidrolisis mukosa yang diperantarai pepsin berperan dalam ulcerasi dan erosi mukosa. Proses ini dapat dihambat dengan adanya polisakarida tersulfatasi. Sukralfat terdiri dari sukrosa octasulfat ditambah dengan Al(OH)3. Pada lingkungan asam, sukralfat membentuk suatu polimer yang bersifat viskus dan lengket, berwarna kuning keputihan. Sukralfat membentuk suatu jembatan polivalen antara polianion sukralfat yang bermuatan negatif dan protein yang bermuatan positif pada daerah yang luka.Adapun dosis penggunaannya diatur sbb : Anak-anak : 40-80 mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam. Dewasa : untuk pencegahan ulkus digunakan dosis 1 gram 4 kali sehari. Sedangkan untuk perawatan ulkus 1 gram tiap 4 jam. Untuk pencegahan ulkus duodenal digunakan dosis 1 gram 2 kali sehari. Untuk perawatan ulkus duodenal digunakan 1 gram 4 kali sehari pada saat lambung kosong, dan sebelum tidur selama 4-8 minggu (dewasa), untuk usia lanjut dapat sampai 12 minggu.Efek samping samping yang mungkin terjadi yaitu berupa konstipasi, yang mungkin disebabkan oleh ion alumunium, mulut kering, mual (nausea), dan ruam-ruam merah (rashes). Tablet sukralfat berukuran besar sehingga memungkinkan susah ditelan oleh orang yang lanjut usia. Sukralfat juga tersedia dalam bentuk suspensi.Contoh obat: CarafateÒ yang tersedia dalam bentuk tablet (1 g) dan suspensi oral (1g/10 ml (420 ml)), UlcumaagÒ (Pyridam), UlsafateÒ (Combiphar), UlsidexÒ (Dexa-Medica), UlsanicÒ (Darya-Varia), Inspepsa (Fahrenheit).Sumber : Color Atlas of Pharmacology 

Page 11: Sistem Endokrin Dipengaruhi Oleh Penuaan Dan