Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

download Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

of 9

Transcript of Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    1/9

    Sistem Distribusi Obat di

    Indonesia

    BPOM dalam mengawal obat

    Visi:

    Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat

    Misi:

    Melindungi masyarakat dari obat danmakanan yang beresiko terhadapkesehatan

    Masyarakat

    Pemerintah

    Pelaku Usaha

    Lintas Sektor 

    LegalBadan POM

    Prinsip DasarPengawasan Obat dan Makanan

    TUJUAN PENGAWASAN

    Melindungi Masyarakat dari :

    Obat dan Makanan yang berisiko terhadap

    Kesehatan Masyarakat

    Sistim Pengawasan Obat dan Makanan ( SISPOM )

    dilaksanakan

    dalam rangka menjamin :

    agar Obat dan Makanan

    Aman, bermanfaat dan bermutu

    RUANG LINGKUP KERJASAMA

    LEGAL ILEGALSARANA/

    JALUR PROD/DISTR 

    LEGAL

    ILEGAL

    PRODUK 

    Badan POM

    II. Produklegal/terdaftar (mis. Obat keras) disalurkan/didistribusikan oleh saranadistributor/Pengecer yang

    tidak berwenang

    IV

    • Obat Palsu, Produk Ilegal

    • NAPZA diproduksi ilegal di

    Jalur Ilisit

    POLRI > BPOM

    BPOM POLRI

    BPOM POLRI

    I. Produk legal/terdaftardiproduksi oleh produsen legal

    III. Produk ilegal/tidak terdaftardisalurkan oleh saranadistributor/Pengecer legal/terdaftar

    • Mak/ Prod. Import tidak terdatardi supermarket

    SISTEM DISTRIBUSI OBAT IDEAL

    SARANAPENYALURAN

    ( PBF )

    SARANAPELAYANAN

    ( TOKO OBAT)

    RUMAH SAKIT/KLINIK

    (TANPA APOTEKER)

    SARANA PRODUKSI

     /DISTRIBUTOR

    SARANAPELAYANAN

    (INSTALASI FARMASI,

    PRAKTEK BERSAMA)

    SARANAPELAYANAN

    (APOTEK)

    CATATAN :

    DISTRIBUSI OBAT KERAS

    DISTRIBUSI OBAT BEBAS

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    2/9

    PENARIKAN KEMBALI

    PENYIMPANAN

    PENGADAAN & PENYALURAN

    DOKUMENTASI

    PERSONALIA

    Merupakan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik

    ASPEK ASPEK CDOB

    SK Ka Badan POM No :

    HK 00.05.3.2522 Tahun 2003 :

    tentang Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik Good Distribution Practice

    Cara Distribusi Obat yang Baik

    Standar distribusi obat yang baikditerapkan untuk memastikan bahwakualitas produk yang dicapai melaluiCDOB dipertahankan sepanjang jalurdistribusi

    SARANA DISTRIBUSI

    • Sistem Jaminan MutuObat

    • Sistem JaminanKeabsahan Obat

    • Pengamanan Lalu-lintasDistribusi(TL pelanggaranSecara obyektif,cepatdan tepat)

    PRINSIP-PRINSIP CDOB

    • PERSONALIA- Kompeten- Profesional

    • SISTEM JAGA MUTU- Sumber pengadaan

    - Kondisi penyimpanan- Hindari kontaminasi

    • DOKUMENTASI

    - SOP yang mantap- Pencatatan (mudah telusur)- Pelaporan- Inspeksidiri

    CDOB

    PENERAPAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB)SESUAI PERATURAN PER –U U- AN

    Perlindungan masyarakat atasobat yang beredar 

    ( Q,S & E)

    Standar QA post-

    Market

    AUDIT

    KOMPREHENSIF

    PRINSIP CDOB

    Menjamin keabsahan dan mutu obatagar obat yang sampai ke konsumenadalah obat yang aman, efektif dandapat digunakan sesuai indikasinya.

    Menjamin agar produk obat tidakkeluar ke jalur ilicit:

    Napza: tidak ke ilicit

    Bahan Kimia Obat : tidakditambahkan ke jamu

    PP 72/1998,

    Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

    BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

    Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaiankegiatan penyaluran atau penyerahan sediaan farmasidan alat kesehatan baik dalam rangka perdagangan,bukan perdagangan, atau pemindahtanganan

    BAB IV PEREDARAN Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan terdiri dari

    penyaluran dan penyerahan dilaksanakan dengan memperhatikan upaya pemeliharaan

    mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan Setiap pengangkut sediaan farmasi dan alat kesehatan

    diperlukan kelengkapan dokumen Dokumen pengangkutan Ijin Edar UjiMutu

    PP 72/1998,

    Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

    BAB IV PEREDARAN Penyaluran:

    Penyaluran sediaan farmasi dan alatkesehatan hanya dapat dilakukan oleh badan

    usaha yang telah memiliki izin Penyerahan

    Penyerahan sediaan farmasi dan alatkesehatan dilakukan untuk digunakan dalampelayanan kesehatan atau kepentingan ilmupengetahuan.

    dalam pelayanan kesehatan dilakukanberdasarkan : a. resep dokter;

    b. tanpa resep dokter.

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    3/9

    Pabrik Farmasi dapat menyalurkan hasilproduksinya langsung ke PBF, Apotik, Toko

    Obat dan sarana pelayanan kesehatanlainnya. (Permenkes918/Menkes/Per/X/1993)

    Apotik dilarang membeli atau menerimabahan baku obat selain dari PBF PenyalurBahan Baku Obat PT. Kimia Farma dan PBFyang akan ditetapkan kemudian. (Permenkes287/Menkes/SK/XI/76 ttg Pengimporan,penyimpanan dan penyaluran bahan bakuobat)

    DISTRIBUSI OBAT PENY LUR N N RKOTIK

    • PBF Kimia Farma lain

    • Apotek

    • Rumah Sakit

    • Sarana Pelayanan Pemerintah

    ULS (UNIT LOGISTIK

    SENTRAL)KIMIA FARMA

    PENYALURAN PSIKOTROPIKA

    • PBF lain

    • Apotek

    • Rumah Sakit

    • Sarana PelayananPemerintah

    PBF

    PENYERAHAN (RESEP DOKTER)

    • Apotek lain

    • Rumah Sakit

    • Puskesmas

    • Balai Pengobatan, dokter-dokter, pasien pengguna

    H NY KE P SIEN

    PENGGUN

    LANJUTAN 

    Peraturan Perundangan-Udangan

    tentangPedagang Besar Farmasi

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PERUNDANG-UNDANGAN

    a. Ordonansi Obat KerasNo.419 tanggal 22 Desember 1949

    b.UU No. 22/1997 tentang Narkotika

    c. UU No 5/1997 tentang Psikotropika

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    4/9

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    d. S.K. Menkes tanggal 28 Januari

    no.809/Ph/64/b Peraturan tentang

    Penyaluran Obat Keras oleh PBF

    ( berlaku 1 Februari 1964 )

    > Surat Pesanan Apotik harus ditandatangani Apoteker 

    > Pesanan PBF : oleh Apoteker/Asisten Apoteker 

    > Larangan PenjualanDari PBF ke dokter langsung

    kecuali mempunyaisuratijin menyimpanobat

    sesuai SK Menkes tgl 8 Juli1962 No.33148/Kb/176

    (telah diubah dg SK Menkes No.3987/A/SK/73

    > tidak diperkenankan menjual obat langsung

    kepadadokter, doktergigi dandokter hewan )

    PERUNDANG-UNDANGAN

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    e. Permenkes Tentang

    Pedagang Besar Farmasi

    No.163/Kab/B/Vii/73 tanggal

    16 Agustus 1972

    > Menjual /menyerahkan bungkus asli

    > tidak boleh menjual eceran

    > dilarang menyimpan dan memperdagangkan obat

    Narkotika apabila tidak memiliki ijin khusus

    > tidak boleh melayani Resep

    > Penyerahan obat bebas terbatas disertai tanda

    peringatan

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    f. Permenkes tentang Penyaluran

    Obat Produk Farmasi Asing

    > tidak dibenarkan menyalurkan langsung obat

    yang diproduksinya

    > menyalurkan melalui PBF

    > dapat menunjuk perusahaan yang belum

    memiliki ijin untuk mendapatkan izin

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    g. SK Menkes No.3987/A/SK/73

    > tidak diperkenankan menjual obat

    langsung kepada dokter, dokter gigi

    dan dokter hewan

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    h. SK Menkes No: 4278/A/SK/72

    > Melarang pengimporan, distribusi,penyimpanan

    dan pemakaian obat tidak terdaftar 

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    i. Permenkes No: 918/Menkes/Per /X/1993

    tentang PBF

    > Pabrik Farmasi dapat menyalurkan hasilproduksinya langsung ke PBF,

    Apotik , Toko Obat dansarana pelayanankesehatan lainnya ( untuk Obat

    keras, psikotropika dan narkotika sesuai ketentuan )

    > pengadaandari sumberyang sah berdasarkan per-uu-an yg berlaku

    > dilarang menjual perbekalanfarmasi secara eceran, baik ditempat

    kerjanya atau ditempat lain

    > dilarang melayani resepdokter 

    > dilarang Pengadaandan penyaluran narkotikadan psikotropika tanpa

    ijinkhusus

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    5/9

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

     j. Kep Menkes No: 1191 /Menkes/SK/1X/2002

    tentang Perubahan Permenkes

    No: 918/Menkes/Per/X/1993Tentang Pedagang Besar Farmasi

    > ketentuan tentang pengadaan dan penyaluran tidak

    ada perubahan sesuai dengan permenkes

    No.918/Menkes/Per/X/1993

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    k. Permenkes 287/Menkes/SK/XI/76 ttg

    Pengimporan, penyimpanan dan penyaluran

    bahan bakuobat

    > Apotik dilarang membeli atau menerima bahan baku

    obat selain dari PBF Penyalur Bahan Baku Obat PT.

    Kimia Farma dan PBF yang akan ditetapkan kemudian

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    l. Permenkes tentang Pengimporan,

    Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Baku

    Obat No: 287/Menkes/SK/XI/76

    > PBF yang tidak memiliki ijin penyalur bahan baku

    obat dilarang menerima, menyimpan dan menyalurkan

    bahan baku obat .

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    m. UU N0: 23/ tahun 92 tentang

    Kesehatan

    > Psl 63 : Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan,

    produksi, distribusi dan pelayanan dilakukan

    oleh Tenaga yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan

    PENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    n.SK Menkes No: 02049/A/SK/APVII/87

    ttg:Penyaluran Vaksin ubtuk sarana

     Yankes dan dokter 

    Psl 2. Distributor vaksin dapat menyalurkan vaksinlangsung kpd sarana Pelayanan Kesehatan dan Praktek

    dokter Swasta .

    Psl 3 Penyaluran vaksin hanya diizinkan untuk sarana Pelayanan Kes. dan

    Praktek dokter Swasta yg mempunyai sarana penyimpanan vaksin

    Psl 3 : PBF yg menyalurkan vaksin kpd sarana Yankes dan Praktek dokter 

    wajib membimbing ttg cara-cara penyimpanan yg tepat bagi setiap vaksin yg

    disalurkan

    Penyimpangan Sistem Peredaran

    Obat

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    6/9

    JENIS

    PENYIMPANGAN

    Sarana Distribusi

    APOTIK 

    P A N E L

    KehadiranP.Jawab

    Dokumentsitidaktertib

    DAFTAR G

    KE TO

    WILAYAH

    OPERASI

    ULAH

    SALESMAN

    PASOKAN

    TDK RESMIOBAT

    EXPIRED

    TEMUAN PENYIMPANGAN OLEH BPOM

    DISTRIBUTOR 

    KLINIK 

    TO

    PRIBADI

    MANTRI

    DOKTER 

    PBFSUB – DIST.

    FAKTA : SISTEM DISTRIBUSI DAN DEVIASINYA

    APOTIK  RUMAH SAKIT

    INDUSTRI FARMASIINDUSTRI FARMASI

    PBF

    ?

    PEMUTIHAN

    OBAT PALSU

    ?

    ?

    ?

    ? D0KTER

    DISTRIBUTOR 

    PEMUTIHAN

     ADALAH TINDAKAN DIMANA SUATU BADAN USAHA

    ( APOTIK, RUMAH SAKIT, ATAU BAHKAN PBF )

    MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENERIMA SEJUMLAH

    BARANG ( OBAT ) YANG SESUNGGUHNYA TIDAK

    PERNAH DITERIMANYA.

    Pel.ins.dist.obat/ 05-2004/ tp

    Penyimpangan Yang Biasa dilakukan PBF

    PBF Distributor biasanya mendelegasikanpenyimpangan pendistribusian obatnya kepadaPBF Sub Distributor (Sub Distributor mendapatdiscount untuk tujuan ini

    PBF Distributor dan PBF Sub Distributor memakaiApotik Panel untuk menyamarkan penyimpangandistribusi obat disebut sebagai PEMUTIHAN

    Bekerja sama dengan Apotik Panel untukmendapatkan omzet di dokter, klinik, RS tanpaapoteker, toko obat

    Memanipulasi penerima obat yang tidak berhakdengan cara memanipulasi penerima data

    Cara yang lazim dipakai adalah seolahmengirim obat ke uotlet X, tetapi obatnyadikirim ke outlet Y (umumnya ke dokter/toko

    obat) Salesman dengan sengaja mengirim

    pesanan yang salah berupa jumlah obatyang lebih banyak dari yang dipesan apotik,atau obat yang tidak dipesan oleh apotik.

    Obat-obat yang dikembalikan apotik,biasanya dibayar secara TUNAI olehsalesman lalu dijual oleh salesman ketempat lain (dokter/toko obat)

     APOTIK PANEL

    Adalah Apotik yang bekerja sama denganPBF dalam mendistribusikan obat keras

    kepada pihak-pihak yang diinginkan olehPBF yaitu :

    Dokter

    Rumah Sakit tanpa Apoteker

    Poliklinik atau klinik tanpa apoteker

    Paramedis

    Toko Obat

    Perorangan atau Freelancer

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    7/9

    INDUSTRI FARMASI P B F

    A P O T I K

    DOKTER

    KLINIK 

    TOKO OBAT

    MR 

    1. PENAWARAN

    2. PEMESANAN

    3. PENYAMPAIAN

    4. PEMESANAN

    RESMI

    5. PENJUALAN

    6. PENJUALAN DAN

    PENAGIHAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL – TIPE 1

    MedicalRepresentative (MR)mencari order,Apotik aktif mengirim obat danmelakukanpenagihan, PBFmemberi “ BACK UP” 

    P B F

    A P O T I K

    DOKTER & KLINIK

    3. PEMESANAN

    RESMI

    4. PENJUALAN

    1. PENAWARAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL – TIPE 2

    2. PESANAN

    5. PENGIRIMAN &

    PENAGIHAN

    Pel.ins.dist.obat/ 05-2004/ tp

    •Salesman apotikmencari order ,mengirim obat danmelakukan penagihan,

    PBF memberi “BACKUP” 

    •Medical Representatif (MR) pabrik mencari order, PBFmengambil alih tugas apotik seluruhnya dalam mengirim dan

    melakukan penagihan, apotik pasif total

    INDUSTRI FARMASI P B F

    A P O T I K

    DOKTER

    KLINIK 

    TOKO OBAT

    MR 

    1. PENAWARAN

    2. PEMESANAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL TIPE – 3

    1. SP APOTIK 

    2. FAKTUR

    APOTIK 

    3. STEMPEL

    APOTIK

    FAKTUR PBF

    OBAT KERAS

    •Medical Representatif (MR) pabrik mencari order,PBF mengambil alih sebagian tugas apotik dalam

    mengirim obat dan melakukan penagihan

    INDUSTRI FARMASI P B F

    A P O T I K

    DOKTER

    KLINIK 

    TOKO OBAT

    MR 

    1. PENAWARAN

    2. PEMESANAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL TIPE - 4

    1. SP APOTIK 

    2. FAKTUR

    APOTIK 

    FAKTUR PBF

    OBAT KERAS

    STEMPEL

    APOTIK 

    Tinjauan Hak Dokter atas

    Penyimpanan Obat

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

    Pasal 35 ayat 1

    Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat

    tanda registrasi mempunyai wewenang melakukanpraktik kedokteran sesuai pendidikan dankompetensi yang dimiliki yang terdiri atas :

    huruf i :

    Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yangdiizinkan

    huruf j :

    Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien,bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidakada apotik

    Tinjauan Hak Dokter atas

    Penyimpanan Obat

    Penjelasan pasal

    Pasal 35 ayat 1 huruf iKetentuan ini dimaksudkan untukmemberikan kewenangan bagi dokter dandokter gigi untuk menyimpan obat selainobat suntik sebagai upaya untukmenyelamatkan pasien.Obat tersebut diperoleh dokter ataudokter gigi dari apoteker yang memiliki izin untuk mengelola apotek . Jumlah obatyang disediakan terbatas pada kebutuhanpelayanan

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    8/9

    Tinjauan Hak Dokter atas Penyimpanan Obat(Analisa Kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta)

    Mengacu:

    Lampiran XV Surat edaran bersama MenKes dan Kepala Badan

     Administrasi Kepegawaian Negara No. 614/Men Kes/E/VIII/1997 dan

    No. 16/SE/1987 tanggal 2 Agustus 1987 untuk daerah terpencil, rawan,

    pemukiman baru dan perbatasan

    Permenkes RI No. 385/Menkes/Per/V/1989 tentang pelaksanaan Masa

    Baktidan izin praktik bagi dokter/dokter gigi pasal 26 ayat (1) dan (2)

    SK Menkes RI No. 323/Menkes/SK/V/1997 tentang pemberian izin

    penyimpanan psikotropika berupa obat bagi dokter di daerah terpencil

    •Di DIY tidak terdapat Daerah Terpencil•Keberadaan Surat Izin Menyimpan Obat (SIMO) tidakberlaku lagi

    Tinjauan Hak Dokter atas Penyimpanan Obat

    (Analisa UU & peraturan lainnya)

    Mengacu:

    Permenkes RI No. 1 th 1988 tentang Masa bakti dan praktik

    dokter dan dokter gigi: pasal 12 ayat (b)

    UU RI No. 5 th 1997 tentang Psikotropika: pasal 14 ayat 5

    UU RI No. 22 th 1997 tentang Narkotika: pasal 23 ayat (4)

    •Dokter dan dokter gigi dilarang memberikan ataumeracik obat kecuali suntikan•Untuk daerah yang belum ada Apoteknya padahal

    masyarakat/tenaga kesehatan sangat memerlukan obat didaerah tersebut maka diberikan kesempatan seluas-luasnya peran serta masyarakat untuk mendirikan Apotek

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat

    Sanksi administratif 

    Pemerintah berwenang mengambil tindakan

    administratif terhadap

    Tenaga kesehatan

    Sarana kesehatan yaitu berupa pencabutan

    izin atau izin lain yang diberikan

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat

    Sanksi administratif 

    PP 72/1998, Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat

    Kesehatan (Pasal 72)

    Peringatan secara tertulis

    Larangan mengedarkan untuk sementara waktu

    Perintah penarikan produk yg tdk memenuhi Syarat

    Mutu, Keamanan, Kemanfaatan

    Perintah Pemusnahan; jika terbukti tidak Memenuhi

    Syarat Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan

    Pencabutan sementara atau Pencabutan tetap Izin

    usaha industri, izin edar atau izin lain yg ditetapkan

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat

    Sanksi (dasar hukum)

    Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419)

    UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

    (KUHP) UU No. 23/1992 tentang Kesehatan

    UU No. 5/1997 tentang Psikotropika

    UU No. 22/1997 tentang Narkotika

    UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen

    PP No. 72/1998 tentang Pengamanan SediaanFarmasi dan Alat Kesehatan

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419)

    Pasal 12 (ayat 1) Hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau denda

    setinggi-tingginya 5000 gulden dikenakan kepada: Mereka yang melanggar peraturan-peraturan laranganyang

    dimaksudkandalam Pasal 3, 4 dan5

    Pedagang kecil yang diakui berdagangberlawanan dgn ayat-ayatkhusus yg ditentukan padasurat izinnyaatau bertentangandgnperaturanumum yg dimaksuddalamPasal 6 ayat (5)

    Pedagang Besar yg diakui berdagang bertentangandgn syarat-syarat yg dimaksudkandalam Pasal 7 ayat(4)

    Mereka yg berdagangan bertentangan dgn ketentuan-ketentuanpadaPasal8 ayat (1)

    Mereka yg berdagang bertentangandgn peraturan-peraturan ygdikeluarkanoleh Sec. V. St. sesuaidgn Pasal 8 ayat(2);

    Mereka yg tidak mentaatiketentuan-ketentuandalamPasal 6 ayat(7); Pasal 7 ayat(6) atau Pasal 9 ayat (1) dan(3)

  • 8/18/2019 Sistem Distribusi Obat Di Indonesia

    9/9

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419)

    Pasal 12 ( ayat 2 ) Obat-obat keras dengan mana atau terhadap mana

    dilakukan dapat dinyatakan disita

    Pasal 12 ( ayat 3 ) Jika tindakan –tindakan yang dapat dihukum

    dijalankan oleh seorang Pedagang Kecil atauPedagang Besar yang diakui maka sebagaitambahan perdagangan dalam obat keras dapatdilarang untuk jangkawaktu setinggi – tingginya 2tahun

    Pasal 12 ( ayat 4 ) Tindakan-tindakan yang dapat dihukum dalam pasal

    ini dianggap pelanggaran

    Pasal 386 Barang siapa menjual, menawarkan atau

    menyerahkan barang makanan, minumanatau obat-obatan yang diketahui bahwa itudipalsu, dan menyembunyikan hal itu,diancam dengan pidana penjara paling lama4 tahun.

    Bahan makanan, minuman atau obat-obatanitu dipalsu, jika nilainya atau faedahnyamenjadi kurang karena sudah dicampur dengan sesuatu bahan lain.

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(KUHP )

    Pasal 80 ayat (4) hurufb; Barang siapa dengan sengaja memproduksi dan atau

    mengedarkan sediaan farmasi berupa obatatau bahan obat yangtidak memenuhisyarat FarmakopeIndonesia dan ataubukustandar lainnya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 40 ayat(1);dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahundan pidana dendapaling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) Sediaanfarmasi yang berupa obat dan bahan obatharus memenuhisyarat FarmakopeIndonesia ataubuku standar lainnya Pasal 40 ayat(1);

    Pasal 81 ayat (2) hurufc; Barang siapa dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi dan

    ataualat kesehatantanpa izinedar sebagaimana dimaksuddalamPasal 41 ayat (1); dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh)tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 140.000.000,00(seratusempat puluh juta rupiah)

    Pasal 41 ayat (1); Sediaan farmasi dan alatkesehatan hanyadapat diedarkan setelah

    mendapat izinedar 

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan)

    Pasal 82 huruf d Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan

    dengan sengaja melakukan pekerjaan kefarmasiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1)dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun danatau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

    Pasal 63

    Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi,distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi harusdilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan kewenangan untuk itu

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan)

    Pasal 84 angka 5 Barang siapa menyelenggarakan sarana kesehatan yang

    tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 58 ayat (1) atau tidak memiliki izin

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dipidanadengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun danatau pidana denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (limabelas juta rupiah) Sarana kesehatan tertentu yangdiselenggarakan masyarakat harus berbentuk badanhukum Pasal 58 ayat (1)

    Pasal 59 ayat (1)

    Semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus memilikiizin

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan)

    Denda Rp.10.000.000 ( sepuluh juta ) jika

    Produksi tanpa menerapkan CPOB Pengangkutan tanpa dokumen pengangkutan

    Impor SF dan alkes tanpa dokumen Lulus pengujian

    Mengedarkan dg kerusakan kemasan

    Mengiklankan SF and Alkes yang penyerahannya

    harus dgn Resep , kecuali diklankan pada media

    cetak ilmiahkedokteran atau media cetak ilmiah

    farmasi

    Sanksi dalam rangka medukung sistem

    distribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan atau

    ( PP 72 /98 psl 79)