Sistem Darah Dan Eksresi
-
Upload
fenti-aldehid -
Category
Documents
-
view
74 -
download
3
Transcript of Sistem Darah Dan Eksresi
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA HEWAN
- Sistem peredaran darah pada katak.Katak mempunyai sistem peredaran darah tertutup dan ganda, jantung katak terdiri atas tiga ruang, yaitu serambi kiri, serambi kanan, dan bilik. Karena jantung katak hanya mempunyai satu bilik maka darah yang banyak mengandung oksigen dan karbon dioksida masih bercampur dalam bilik jantung.
- Sistem peredaran darah pada serangga.Serangga mempunyai sistem peredaran darah terbuka dimana darah dapat diedarkan langsung menuju jaringan tubuh tanpa melalui pembuluh darah. Alat peredaran darahnya berupa jantung pembuluh. Pada bagian jantung pembuluh, terdapat lubang-lubang kecil (ostium) yang punya suatu katup. Ketika jantung pembuluh berdenyut, ostium pun tertutup, darah mengalir ke depan melalui aorta. Peredaran darah belalang hanya mengedarkan sari makanan dan mengambil sisa metabolisme, sedangkan peredaran oksigen ke seluruh tubuh dan pengambilan karbon dioksida dilakukan melalui sistem trakea.
- Sistem peredaran darah pada cacing.Alat peredaran darah pada cacing terdiri atas pembuluh darah punggung, pembuluh darah perut, dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta fungsinya sebagai jantung.
- Sistem peredaran darah pada ikan.Ikan memiliki sistem peredaran darah tertutup dan tunggal, jantungnya terdiri atas dua ruang, yaitu serambi dan bilik. Jantung berisi darah yang miskin oksigen. Darah yang berasal dari bilik jantung kemudian dipompa melalui aorta yang akan menuju insang. Kemudian di dalam insang, karbon dioksida dilepaskan dan oksigen pun diikat oleh darah. Setelah melewati insang, darah yang banyak mengandung oksigen kemudian dialirkan ke seluruh tubuh.
- Sistem peredaran darah pada reptil.Reptil mempunyai sistem peredaran darah tertutup dan ganda, jantungnya terdiri atas empat ruang, yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri, dan bilik kanan. Sekat antara bilik kanan dan kiri pada reptil tidak sama sekali sempurna Jantung reptil memiliki dua buah aorta, aorta kanan dan aorta kiri. Aorta kanan keluar dari bilik kiri dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Aorta kiri keluar dari perbatasan bilik kiri dan bilik kanan mengalirkan darah ke bagian belakang tubuh.
- Sistem peredaran darah pada burung.Burung mempunyai sistem peredaran darah tertutup dan ganda. Alat-alat peredaran darah pada burung merpati, terdiri atas jantungserta pembuluh darah. Jantungnya terdiri atas empat ruang, yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri, dan bilik kanan. Dalam Tiap ruang jantung burung dibatasi sekat yang jelas sehingga darah yang mengandung oksigen yang berasal dari paru-paru nggak bercampur dengan darah yang mengandung karbon dioksida yang berasal dari seluruh tubuh.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2136615-sistem-peredaran-darah-pada-hewan/#ixzz1oIyyxvz5
Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu :Sistem difusi : terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum
mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh tubuh karena adanya aliran protoplasma.
Sistem peredaran darah terbuka : jika dalam peredaran-nya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh.
Misal : ArthropodaSistem peredaran darah tertutup : jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di dalam
pembuluh.Misal : Annelida, Mollusca, Vertebrata.1. Porifera
Belum memiliki sistem sirkulasi khusus, tubuhnya terdiri atas dua lapisan sel, lapisan dalam terdiri atas sel-sel yang disebut koanosit. Koanosit berfungsi menangkap makanan secara fagosit yang selanjutnya disebarkan keseluruh tubuh oleh amoebosit.
2. HydraPada dinding sebelah dalam dari tubuh Hydra berfungsi sebagai pencerna dan juga berfungsi sebagai sirkulasi.
3. PlatyhelminthesSel mesenkim berrfungsi membantu distribusi makanan yang telah dicernakan. Makanan yang tidak dicerna dikeluarkan melalui mulut, misal pada Planaria.
4. AnnelidaMemiliki sistem peredaran darah tertutup, yang terdiri dari pembuluh darah dorsal, pembuluh darah ventral dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung, misal pada cacing tanah (Pheretima). Arah aliran darah :Lengkung aorta pembuluh ventral kapiler (seluruh jaringa tubuh) pembuluh dorsal lengkung aorta (pembuluh jantung).Oksigen diabsorbsi melalui kulit dan dibawa pembuluh kapiler menuju ke pembuluh dorsal. Pertukaran darah terjadi paad kapiler. Darah cacing tanah mengandung haemoglobin yang terlarut dalam cairan darahnya.
5. MolluscaMemiliki sistem peredaran darah tertutup. Jantung pada hewan ini sudah terdapat atrium (serambi) dan ventrikel (bilik) serta terdapat pembuluh darah vena dan arteri, misal pada keong (Pila globosa).
6. ArthropodaMemiliki sistem peredaran darah terbuka. Jantung disebut jantung pembuluh. Darah dan cairan tubuh serangga disebut hemolimfa. Arah aliran darah :Bila jantung pembuluh berdenyut maka hemolimfe mengalir melalui arteri ke rongga tubuh jaringan tubuh tanpa melalui kapiler jantung pembuluh melalui ostium.Fungsi hemolimfa adalah mengedarkan zat makanan ke sel-sel. Hemolimfe tidak mengandung haemoglobin sehingga tidak mengikat oksigen dan darah tidak berwarna merah. O2 dan CO2 diedarkan melalui sistem trakea.
7. PiscesJantung ikan terdiri :
- 2 ruang : meliputi 1 atrium (serambi) dan 1 ventrikel (bilik)- Sinus venosus : yang menerima darah dari vena kardinalis anterior dan vena kardinalis
posterior.Arah aliran darah :Darah dari jantung keluar melalui aorta ventral menuju insang. Di insang aorta bercabang menjadi arteri brankial dan akhirnya menjadi kapiler-kapiler (terjadi pertukaran gas yaitu pelepasan CO2 dan pengambilan O2 dari air. Dari kapiler insang darah mengalir ke aorta dorsal, kemudian ke kapiler seluruh tubuh untuk memberikan O2 dan sari makanan serta mengikat CO2 . Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui vena kardinalis anterior dan vena kardinalis posterior.Peredaran ikan termasuk peredaran darah tunggal (dalam satu kali peredarannya, darah melalui jantung satu kali).
8. AmphibiaJantung katak terdiri :- 3 ruang : 2 atrium dan 1 ventrikel- Sinus venosus : menampung darah dari pembuluhbesar yang akan masuk ke atrium kanan.Arah aliran darah :Darah yang kaya O2 dari paru-paru dan kulit masuk ke atrium kiri. Darah yang miskin O2 masuk ke atrium kanan dengan perantaraan sinus venosus. Dari atrium darah masuk ke ventrikel sehingga terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan darah yang miskin O2 . Dari ventrikel darah yang kaya O2 dipompa ke jaringan tubuh dan pada saat darah yang miskin O2 dialirkan ke paru-paru ke kulit untuk memperoleh O2. Peredaran darah katak termasuk peredaran darah ganda (dalam satu kali peredarannya, darah melewati jantung 2 kali).
9. ReptiliaJantung reptilia terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)– 1 atrium sinister (serambi kiri)- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan belum sempurna. Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda. Pada buaya, sekat ventrikel terdapat suatu lobang yang disebut foramen panizzae yang memungkinkan pemberian O2 ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan dalam jantung sewaktu penyelam di air.
10. AvesJantung aves terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)– 1 atrium sinister (serambi kiri)- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan sempurna sehingga tidak terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan yang miskin O2 . Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda.
11. Mamalia
Jantung mamlia terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :- 2 atrium : – 1 atrium dekster (serambi kanan)– 1 atrium sinister (serambi kiri)- 2 ventrikel : – 1 ventrikel dekster (bilik kanan)– 1 ventrikel sinister (bilik kiri)Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan sempurna sehingga tidak terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan yang miskin O2 . Peredaran darah reptilia merupakan peredaran darah ganda.
B. Sistem Sirkulasi pada Manusia
Fungsi darah :
1. Sebagai alat transport :
- O2 dari paru-paru diangkut keseluruh tubuh
- CO2 diangkut dari seluruh tubuh ke paru-paru
- Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh
jaringan yang membutuhkan.
- zat sampah hasil metabolisme dari seluruh tubuh
ke alat pengleluaran.
- Mengedarkan hormon dari kelenjar endokrin (ke-
lenjar buntu) ke bagian tubuh tertentu.
2. Mengatur keseimbangan asam dan basa
3. Sebagai pertahanan tubuh dari infeksi kuman
4. Untuk mengatur stabilitas suhu tubuh
Skema susunan darah……
Skema susunan darah
Eritrosit Neutrofil
Granulosit Eosinofil
Sel darah Leukosit Basofil
Limphosit
Agranulosit
Trombosit Monosit
Darah
Air : 91 %
Protein :albumin, fibrinogen,
globulin.
Sari-sari makanan : glukosa, asam amino, lemak.
Garam mineral : natrium
klorida, natrium bikarbonat
Plasma darah Sisa metabolisme : CO2
Enzim
– Hormon
Antibodi
1. Sel-sel darah (bagian padat)
a. Eritrosit (sel darah merah)
Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan Fe yang
mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum
merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm3 terkandung 5
juta eritrosit (laki-laki) dan 4 juta eritrosit (wanita).
Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hati dan dijadikan zat warna empedu
(bilirubin).
b. Leukosit (leukosit)
Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas
secara ameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan
retikulo endothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk
agranulosit.
Leukosit, meliputi :
- Granulosit : merpakan sel darah putih yang
bergranula :
Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit.
Basofil : granula biru, fagosit.
Eosinofil : granula merah, fagosit.
- Agranulosit : merupakan sel darah putih yang
sitoplasmanya tidak bergranula :
Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat.
Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak.
c. Trombosit (sel darah pembeku)
Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah,
keadaan normal 1 mm3 mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit.
Mekanisme pembekuan darah :
mengeluarkan
a. Trombosit pecah tromboplastin/
faktor antihemofili trombokinase.
b. Protombin trombin
Ca++ dan Vit.K
c. Fibrinogen fibrin
Untuk keperluan tertentu, misal dalam proses pengambilan darah dari donor, maka
pembekuan darah dapat dihindarkan dengan jalan :
- Mendinginkan darah mendekati titik bekunya. Tujuannya untuk menhalangi pembentukan trombin.
- Memberi garam natrium oksalat atau natrium sitrat. Tujuan mengendapkan ion Ca,
sehingga pengubahan protrombin menjadi trombin terhambat.
- Pemberian heparin atau dikumarol yang merupakan zat antikoagulan (anti pembekuan
darah). Zat ini digunakan untuk mencegah pembekuan darah dalam transfusi darah dan
pada saat operasi.
- Mencegah persentuhan dengan permukaan yang kasar, misal menggunakan alat
pengambil darah yang sangat tajam dan permukaan alat yang licin dan halus.
2. Plasma darah (cairan darah)
a. Protein, meliputi :
- fibrinogen : untuk pembekuan darah
- albumin : menjaga tekanan osmotik darah
- globulin : membentuk zat kebal / zat antibodi
Berdasarkan kerjanya zat anti dibedakan :
- prepsipitin : kerjanya menggumpalkan darah
- lisin : memecah antigen
- antitoksin : menetralkan racun
b. Sari-sari makanan, meliputi :
- glukosa
- asam amino
- asam lemak
- gliserin
c. Garam mineral, meliputi :
- kation : Na+, K++, Ca++, Mg++
- anion : Cl-, HCO3-, PO4
-
d. Zat hasil produksi sel, meliputi :
- hormon
- enzim
- antibodi
e. Zat hasil sisa metabolisme, meliputi :
- urea
- asam ureat
f. Gas-gas pelepasan, meliputi :
- O2
- CO2
- N2
Pembagian golongan darah…..
Golongan Darah
Terdapat 3 sistem penggolongan darah pada manusia :
1. Sistem MN : golongan darah digolongkan menjadi 3 yaitu M, MN dan N.
2. Sistem Rh (Rhesus) : golongan darah manusia di golongkan menjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh-.
Orang bergolongan Rh+ di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, 85% dimiliki
orang berkulit berwarna. Sedang yang bergolongan Rh- dalam eritrositnya tidak terdapat
aglutinogen Rhesus, 85% dimiliki orang berkulit putih.
Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan RH- , dimanadareah
ibu sudah terbentuk zat anti Rh+ , maka tubuh bayi akankemasukan zat anti Rh+, dan anak itu
akan menderita penyakit kuning sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel-sel
darah merahnya tidak dapat dewasa).
3. Sistem A, B, O : Dr. Landsteiner dan Donath membedakan glongan darah manusia menjadi 4,
yaitu A, B, AB dan O.
Golongan darah A : sel darah merahnya mengandung aglutinogen A, sedang dalam
plasmanya terdapat aglutinin atau zat anti B.
Golongan darah B : sel darah merahnya mengandung aglutinogen B, sedang dalam
plasmanya terdapat aglutinin atau zat anti A.
Golongan darah AB : sel darah merah mengandung aglutinogen A dan B, sedang dalam
plasmanya tidak terdapat aglutinin dan .
Golongan darah O : sel darah merahnya tidak terdapat aglutinogen A dan B, tetapi plasma
nya mengandung aglutinin dan .
Aglutinogen (antigen) berarti zat yang digumpalkan, sedang aglutinin (zat anti) berarti zat
yang menggumpalkan.
D
O
N
O
R
RESPIEN
A g l u t i n i n
A B AB O
Aglutinin -
A
B
AB
O
-
+
+
-
+
-
+
-
-
-
-
-
+
+
+
-
Keterangan :
+ = terjadi penggumpalan
- = tidak terjadi penggumpalan
Secara teori golongan daran AB dapat menerima semua golongan darah disebut respien
universal, dan golongan adrah O dapat memberi kepada semua golongan darah disebut donor
universal.
Alat Peredaran Darah
Alat peredaran darah terdiri atas jantung (cor) dan pembuluh (vasa darah).
1. Jantung (cor)
Merupakan alat pemompa darah. Jantung terdiri dari otot jantung (miokardium), selaput
jantung (perikardium) dan selaput yang membatasi ruangan jantung (endokardium).
Otot jantung mendapatkan zat makanan dan O2 dari arah melalui arteri koroner. Peristiwa
penyumbatan arteri koroner disebut koronariasis.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel.
- Atrium (serambi)
Merupakan ruangan tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Atrium kanan
(dekter) dan atrium kiri (sinister) terdapat katup valvula bikuspidalis. Pada fetus antara
atrium kanan danatrium kiri terdapat lubang disebut foramen ovale.
- Ventrikel (bilik)
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari atrium, dan ventrikel kiri lebih tebal daripada
ventrikel kanan, karena berfungsi memompakan darah keluar jantung. Antara ventrikel
kanan dan ventrikel kiri terdapat katup valvula trikuspidalis.
Saat ventrikel berkontraksi, darah dari ventrikel kiri yang kaya O2 dipompakan menuju aorta.
Sedangkan darah dari ventrikel kanan yang kaya CO2 dipompakan melalui arteri paru-paru
(arteri pulmonalis). Bila ventrikel mengendur (relaksasi) maka jantung akan menerima darah
vari vena cava superior, dan vena cava inferior yang kaya CO2 masuk ke dalam atrium kanan.
Sedangkan darah dari pembuluh balik paru-paru (vena pulmonalis) yang kaya O2 masuk ke
atrium kiri.
Pada jantung yang mengempis (kontraksi) maka tekanan jantung menjadi maksimum disebut
sistole. Keadaan jantung yang relaksasi (mengendur) maksimum, maka tekanan ruang jantung
menjadi minimum disebut diastole.
Jantung manusia berdenyut kira-kira 70 – 80 kali setiap menit, sehingga dalam sehari
100.000 kali. Pada bayi yang baru lahir berdenyut 130 setiap menit. Umur 20 tahun 72 /
menit dan 45 tahun 75 / menit.
2. Pembuluh darah
- Pembuluh nadi (arteri) : pembuluh darah yang membawa darah dari jantung.
- Pembuluh vena (balik) : pembuluh darah yang membawa darah ke jantung.
Perbedaan antara arteri dan vena.
Obyek Arteri
(pembuluh
nadi)
Vena
(pembuluh
balik)
Dinding
Aliran
Darah
Tekanan
Letak
Katup
Nama
Tebal, elastis
Meninggalkan
jantung
Kaya O2
kecuali arteri
pulmonalis.
Jika terpotong
darah
Tipis, kurang
elastis
Menuju ke
jantung
Kaya CO2
kecuali vena
pulmonalis.
Jika terpotong,
darah hanya
memancar.
Agak ke dalam
Hanya satu
dipangkal
aorta.
Sesuai dengan
organ yang
dituju.
menetes.
Di permukaan
tubuh
Banyak terdapat
di sepanjang
vena yang besar.
Sesuai dengan
organ yang
ditinggalkan.
Macam-macam peredaran darah :
1. Peredaran darah kecil, melalui :
Ventrikel kanan arteri pulmonalis paru-paru vena pulmonalis atrium kiri.
Atau :
Jantung paru-paru jantung
2. Peredaran darah besar, melalui :
Ventrikel kiri aorta arteri arteriola kapiler venula vena vena cava superior
dan vena cava inferior atrium kanan.
Atau :
Jantung seluruh tubuh jantung
3. Sistem portae
Darah sebelum masuk kembali ke jantung terlebih dahulu masuk ke dalam suatu organ yang
disebut sistem portae.
Pada mamalia/ manusia hanya terdapat satu sistem portae yaitu sistem portae hepatica.
Pembuluh limpha (pembuluh getah bening)
1. Pembuluh limpha dada kanan (ductus limfaticus dekster).
Menerima aliran limpha dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru, jantung, lengan kanan
yang bermuara di pembuluh balik di bawah selangka kanan.
2. Pembuluh limpha dada kiri (ductus thoracikus).
Menerima aliran limpha dari bagian lain danbermuara di pembuluh balik di bawah selangka
kiri. Pembuluh inimerupakan tempat bermuaranya pembuluh-pembuluh kil atau pembuluh
lemak, yaitu pembuluh yang mengumpulkan asam lemak, yang diserap oleh usus.
Pada kelenjar limpha dibuat sel-sel darah putih limfosit yang berperan dalam pemberantasan
kuman penyakit.
Perbedaan peredaran limpha dengan peredaran darah
Peredaran
darah
Peredaran
limpha
( limpha )
1.
2.
3.
4.
Sistem
per-edaran.
Yang
dialir kan.
Tenaga pendorong.
Tertutup
Darah,
berwarna
merah.
Kontraksi
otot
Terbuka
Getah
bening, ber-
warna kuning
ke-putihan.
Kontraksi
5. Zat yang
di angkut.
Pembuluh-
nya
jantung.
O2, CO2,
protein,
gula.
Arteri dan
vena.
otot rangka.
Lemak (asam
lemak +
gliserin).
Pembuluh
getah be-ning
(duktus
torak-sikus
dan duktus
limfatikus
dekster)
Gangguan pada sistem sirkulasi…..
Gangguan pada sistem sirkulasi
1. Hemofili : darah sukar membeku akibat faktor keturunan (genetis).
2. Anemia : penyakit kurang darah, akibat kandungan Hb rendah, kurangnya eritrosit atau
menurunnya volume darah dari normal.
3. Polistemia : kelebihan eritrosit akibat meningkatnya viskositas (kekentalan) darah.
4. Leukimia : kanker darah, akibat bertambahnya leukosit yang tidak terkendali.
5. Leukopenia : menurunnya jumlah leukosit karena infeksi kuman tifus sehingga eritrosit dapat
menurun hingga 3000 per mm3.
6. Thalasemia : rendahnya daya ikat eritrosit terhadap O2 karena kegagalan pembentukan
haemoglobin (eritrosit pecah). Penyakit ini genetis.
7. Sklerosis : pengerasan pembuluh nadi akibnat endapan senyawa lemak atau zat kapur.
Aterosklerosis, bila endapannya lemak.
Arteriosklerosis, bila endapannya zat kapur.
8. Trombus & embolus : penyakit jantung yang disebabkan oleh penggumpalan di dalam arteri
koroner.
9. Koronarialis : penyempitan arteri koroner pada jantung.
10. Varises : pelebaran pembuluh vena dan umumnya di bentis, sedang yang di anus disebut
ameien (hemoroit).
11. Hipertensi : tekanan darah tinggi.
12. Hipotensi : tekanan darah rendah.
13. Eritroblastosis fetalis : penyakit kuning bayi, karena kerusakan darah bayi yang baru lahir
akibat kemasukan aglutinin dari luar.
14. Blue baby : bayi warna biru waktu lahir akibat kelainan jantung (foramen ovale tidak
menutup).
C. Sistem Imunitas (Kekebalan) pada Manusia
Sel darah putih bertanggungjawab dalam respons kekebalan. Jika ada zat asing (kuman)
masuk ke dalam tubuh, maka beberapa leukosit akan membuat antibodi. Antibodi adalah protein
sederhana (gamaglobulin) yang dihasilkan oleh limphosit atau larut ke dalam plasma darah
sebagai reaksi terhadap serangan suatu antigen.
Macam-macam kekebalan tubuh :
1. Kekebalan aktif : kekebalan tubuh yang diperoleh karena tubuh membuat antibodi sendiri,
meliputi :
– kekebalan aktif buatan : kekebalan tubuh yang di
peroleh setelah mendapatkan vaksinasi.
– kekebalan aktif alami : kekebalan tubuh yang di
peroleh setelah seseorang sembuh dari sakit.
2. Kekebalan pasif : kekebalan yang terjadi bukan karena tubuh membuat antibodi sendiri,
meliputi :
– kekebalan pasif buatan : diperoleh setelah tubuh
mendapat antibodi sudah jadi yang terlarut
dalam serum. Kekalan ini bersifat sementara.
Misal suntikan ATS (Anti Tetanus Serum).
– kekebalan pasif alamiah : bila kekebalan diperoleh
dari ibu selama di dalam kandungan.
Antibodi masuk dari ibu ke fetus melalui pla-
senta atau melalui air susu (ASI) setelah lahir.
Like this:
Like
2 bloggers like this post.
March 25, 2009 - Posted by sierra1010 | biologi ne
Kelompok 9 fisiologi hewan
SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN
1. Sistem Ekskresi pada Ikan
Ikan menggunakan ginjal sebagai alat ekskresi. Ikan mempunyai dua ginjal, bentuknya
memanjang dan berwarna merah. Ikan menjaga tekanan osmotiknya dan mencegah
pengambilan terlalu banyak garam melalui proses difusi. Selain itu, sebagian besar zat buangan
nitrogen keluar dari tubuh melalui difusi keluar dari insangnya. Saluran ekskresi ada yang
berupa kloaka atau saluran urogenital.
Pada ikan air tawar, penggunaan energi dapat mengembalikan air ke dalam lingkungan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari pengenceran dalam tubuhnya. Mereka mencegah kehilangan
garam dengan cara difusi dan
mengambil air dengan cara osmosis.
Adapun ikan air laut menghadapi lingkungan yang berbeda dengan ikan air tawar, yaitu
lingkungan dengan kadar garam yang tinggi. Ikan laut harus menjaga agar tidak terus-menerus
kehilangan cairan tubuh. Ikan hiu mengadakan toleransi terhadap tingkatan urea yang tinggi
dalam peredaran darahnya, kurang lebih 2,5%. Pada ikan laut yang lain untuk menggantikan
kehilangan air dengan cara meminum air laut dan menghilangkan
garamnya, untuk dikembalikan ke dalam air laut dengan transpor aktif melalui insang.
2. Sistem Eksresi Pada Serangga (Belalang)
Coba sebutkan jenis serangga yang Anda ketahui! Pada serangga, terdapat alat ekskresi khusus.
Alat ekskresi pada serangga berupa pembuluh malpighi, yang menempel pada ujung akhir usus.
Pembuluh malpighi berupa serabut halus dan berjumlah banyak. Pembuluh ini berwarna putih
kekuningan, misalnya terdapat pada belalang atau kecoa. Agar Anda mengetahui lebih jelas alat
ekskresi pada serangga, cobalah perhatikan gambar dibawah ini.
Proses ekskresi berlangsung pada pembuluh malpighi. Urea dan garamgaram dialirkan ke usus.
Bahan-bahan yang dapat diserap kembali berupa air dan zat-zat lain yang masih berguna
dikembalikan lagi dengan cara osmosis dan tranpor aktif. Bahan buangan nitrogen dikeluarkan
lewat usus, kemudian keluar bersama feses melalui anus.
istem Ekskresi Pada Hewan dan Sistem Ekskresi pada Hewan InvertebrataSistem Ekskresi Amphibia (Katak), Reptilia, Aves (Burung), Pisces (Ikan), Serangga, Makhluk Hidup Satu Sel (Protozoa), Planaria , Setelah sebelumnya saya membahas Sistem Ekskresi Pada Manusia .1. Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata.Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal. Di antaranya adalahpronefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah tipe ginjal yang berkembang pada fase embrio atau larva. Pada tahap selanjutnya, ginjal pronefros digantikan oleh tipe ginjal mesonefros. Ketika hewan dewasa, ginjal mesonefros digantikan oleh ginjal metanefros. Pada Mammalia, Reptilia, dan Aves tipe ginjal yang dimiliki adalah mesonefros. Namun, setelah dewasa mesonefros akan diganti oleh metanefros.
a. Sistem Ekskresi Amphibia (Katak). Tipe ginjal pada Amphibia adalah
tipe ginjal opistonefros. Katak jantan memiliki saluran ginjal dan saluran
kelamin yang bersatu dan berakhir di kloaka. Namun, hal tersebut tidak
terjadi pada katak betina. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan, juga
menjadi salah satu organ yang sangat berperan dalam pengaturan kadar air
dalam tubuhnya. Kulit Amphibia yang tipis dapat menyebabkan Amphibia
kekurangan cairan jika terlalu lama berada di darat. Begitu pula jika katak
berada terlalu lama dalam air tawar. Air dengan sangat mudah masuk secara
osmosis ke dalam jaringan tubuh melalui kulitnya.
Katak dapat mengatur laju filtrasi
dengan bantuan hormon, sesuai dengan kondisi air di sekitarnya. Ketika
berada dalam air dengan jangka waktu yang lama, katak mengeluarkan
urine dalam volume yang besar. Namun, kandung kemih katak dapat dengan
mudah terisi air. Air tersebut dapat diserap oleh dinding kandung kemihnya
sebagai cadangan air ketika katak berada di darat untuk waktu yang lama.
b. Sistem Ekskresi Reptilia. Tipe ginjal pada Reptilia adalah metanefros.
Pada saat embrio, Reptilia memiliki ginjal tipe pronefros, kemudian pada
saat dewasa berubah menjadi mesonefros hingga metanefros.
Gambar 8.14 Sistem ekskresi pada Reptilia, menggunakan tipe ginjal metanefros
Hasil ekskresi pada Reptilia adalah asam urat. Asam urat ini tidak terlalu
toksik jika dibandingkan dengan amonia yang dihasilkan oleh Mammalia.
Asam urat dapat juga diekskresikan tanpa disertai air dalam volume yang
besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dalam bentuk pasta berwarna
putih. Beberapa jenis Reptilia juga menghasilkan amonia. Misalnya, pada
buaya dan kura-kura. Penyu yang hidup di lautan memiliki kelenjar ekskresi
untuk mengeluarkan garam yang dikandung dalam tubuhnya. Muara kelenjar
ini adalah di dekat mata. Hasil ekskresi yang dihasilkan berupa air yang
mengandung garam. Ketika penyu sedang bertelur, kita seringkali
melihatnya mengeluarkan semacam air mata. Namun, yang kita lihat
sebenarnya adalah hasil ekskresi garam. Ular, buaya, dan aligator tidak
memiliki kandung kemih sehingga asam urat yang dihasilkan ginjalnya
keluar bersama feses melalui kloaka.
c. Sistem Ekskresi Aves (Burung). Burung memiliki ginjal dengan tipe
metanefros. Burung tidak memiliki kandung kemih sehingga urine dan
fesesnya bersatu dan keluar melalui lubang kloaka. Urine pada burung
diekskresikan dalam bentuk asam urat. Metabolisme burung sangat cepat.
Dengan demikian, sistem ekskresi juga harus memiliki dinamika yang sangat
tinggi. Peningkatan efektivitas ini terlihat pada jumlah nefron yang dimiliki
oleh ginjal burung. Setiap 1 mm3 ginjal burung, terdapat 100–500 nefron.
Jumlah tersebut hampir 100 kali lipat jumlah nefron pada manusia. Jenis
burung laut juga memiliki kelenjar ekskresi garam yang bermuara pada
ujung matanya. Hal tersebut untuk mengimbangi pola makannya yang
memangsa ikan laut dengan kadar garam tinggi.
d. Sistem Ekskresi Pisces (Ikan). Ginjal pada ikan adalah sepasang ginjal
sederhana yang disebut mesonefros. Setelah dewasa, mesonefros akan
berkembang menjadi ginjal opistonefros. Tubulus ginjal pada ikan
mengalami modifikasi menjadi saluran yang berperan dalam transport
spermatozoa (duktus eferen) ke arah kloaka. Ikan memiliki bentuk ginjal
yang berbeda, sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada ikan air tawar, kondisi lingkungan sekitar yang hipotonis membuat
jaringan ikan sangat mudah mengalami kelebihan cairan. Ginjal ikan air
tawar memiliki kemiripan dengan ginjal manusia. Mekanisme filtrasi dan
reabsorpsi juga terjadi pada ginjal ikan. Mineral dan zat-zat makanan lebih
banyak diabsorbsi, sedangkan air hanya sedikit diserap. Dengan sedikit
minum dan mengeluarkan urine dalam volume besar, ikan air tawar menjaga
jaringan tubuhnya agar tetap dalam keadaan hipertonik. Ekskresi amonia
dilakukan dengan cara difusi melalui insangnya. Ikan yang hidup di air laut,
memiliki cara adaptasi yang berbeda. Ikan air laut sangat mudah mengalami
dehidrasi karena air dalam tubuhnya akan cenderung mengalir keluar ke
lingkungan sekitar melalui insang, mengikuti perbedaan tekanan osmotik.
Ikan air laut tidak memiliki glomerulus sehingga mekanisme filtrasi tidak
terjadi dan reabsorpsi pada tubulus juga terjadi dalam skala yang kecil. Oleh
karena itu, ikan air laut beradaptasi dengan banyak meminum air laut,
melakukan desalinasi (menghilangkan kadar garam dengan melepaskannya
lewat insang), dan menghasilkan sedikit urine (Gambar 8.12). Urine yang
dihasilkan akan dikeluarkan melalui lubang di dekat anus. Hal ini berbeda
dengan pengeluaran urine dari ikan Chondrichthyes, misalnya hiu. Ikan hiu
mengeluarkan urine melalui seluruh permukaan kulitnya.
Gambar 8.12 Sistem ekskresi pada (a) ikan air tawar dan (b) ikan air laut.
Ikan :
Ikan meamiliki sepasang ginjal yang memanjang {opistonefros) dan
berwarna kemerah-merahan.
Mekanismenya :
Ikan Ikan mengekskresikan amonia dan aktif menyerap oksigen melalui
insang serta mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar melaui kloaka atau
parus urogenitalis dan karbondioksida dikeluarkan melalui insang pada ikan
yang hidup di air tawar megekskresikan aminia dan aktif menyerap oksigen
melalui insang serta menghancurkan urin.
Sedangkan ikan yang hidup di air laut akan mengekskresikan amonia melalui
urin yang jumlahnya sedikit.
2. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata. Sistem ekskresi pada
hewan invertebrata lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Berikut
ini beberapa penjelasan mengenai sistem ekskresi beberapa hewan
invertebrata.
a. Organ Sistem Ekskresi Cacing Tanah. Cacing tanah, moluska, dan
beberapa hewan invertebrata lainnya memiliki struktur ginjal sederhana
yang disebut nefridia. Struktur tersebut terdapat di setiap segmen tubuhnya.
Dalam cairan tubuh cacing tanah yang memenuhi rongga tubuhnya,
terkandung sisa metabolisme maupun nutrien. Cairan inilah yang disaring
oleh ujung tabung berbentuk corong dengan silia yang disebut nefrostom.
Dari nefrostom, hasil yang disaring tersebut kemudian dibawa melewati
tubulus sederhana yang juga diselaputi oleh kapiler-kapiler darah. Pada
tubulus ini, terjadi proses reabsorpsi bahan-bahan yang penting, seperti
garam-garam dan nutrien terlarut. Air dan zat-zat buangan dikumpulkan
dalam tubulus pengumpul, suatu wadah yang merupakan bagian dari
nefridia untuk selanjutnya dikeluarkan melalui lubang ekskretori di dinding
tubuh, yang biasa disebut nefridiofor (Gambar 8.10)
Gambar 8.10 Cacing tanah memiliki struktur ginjal sederhana yang disebut nefridia.
b. Organ Sistem Ekskresi Serangga. Alat ekskresi pada serangga,
contohnya belalang adalah tubulus Malpighi(Gambar 8.11). Badan Malpighi
berbentuk buluh-buluh halus yang terikat pada ujung usus posterior belalang
dan berwarna kekuningan. Zat-zat buangan diambil dari cairan tubuh
(hemolimfa) oleh saluran Malpighi di bagian ujung. Kemudian, cairan masuk
ke bagian proksimal lalu masuk ke usus belakang dan dikeluarkan bersama
feses dalam bentuk kristalkristal asam urat (Hopson & Wessells, 1990: 598).
Gambar 8.11 Badan Malpighi pada belalang.
c. Sistem Ekskresi Makhluk Hidup Satu Sel (Protozoa).
Makhluk hidup satu sel mengeluarkan sisa-sisa metabolismenya dengan cara
difusi. Karbon dioksida hasil respirasi seluler dikeluarkan dengan cara difusi.
Selain itu, ada cara lain, yaitu dengan membentuk vakuola yang berisi sisa
metabolisme (Gambar 8.8).
Gambar 8.8 Makhluk hidup satu sel membentuk vakuola yang berisi sisa metabolisme, lalu mengeluarkannya dari dalam sel.
Pada hewan Coelenterata dan Porifera yang hidup sebagai koloni sel-sel,
mekanisme ekskresinya dengan cara mendifusikan zat-zat yang akan
dibuang dari satu sel ke sel yang lain hingga akhirnya dilepaskan ke
lingkungan.
d. Organ Sistem Ekskresi Planaria. Organ ekskresi yang paling
sederhana dapat ditemukan pada cacing pipih atau planaria. Organ tersebut
bernama protonefridia, berupa jaringan pipa yang bercabang-cabang di
sepanjang tubuhnya. Jaringan pipa tersebut dinamakan nefridiofor. Ujung
dari cabang nefridiofor disebut sel api (flame cell). Disebut demikian karena
ujung sel tersebut terus bergerak menyerap dan menyaring sisa
metabolisme pada sel-sel di sekitarnya. Kemudian, mengalirkannya melalui
nefridiofor menuju pembuluh ekskretori (Gambar 8.9).
Gambar 8.9 Sistem ekskresi pada planaria.
Sumber : budisma.web.id
SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN VERTEBRATA
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.
1. Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.
Gbr. Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupaginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat
a. Struktur Ginjal
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)b. medulla (sumsum ginjal)c. pelvis renalis (rongga ginjal).
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang
bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Gbr. Ginjal terletak di dorsal pinggang berjumlah sepasang
Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.
b. Proses-proses di dalam Ginjal
Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Gambar 4:Mekanisme kerja pengaruh hormon ADH terhadap produksi urin.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a. Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
2. Paru-paru (Pulmo)
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karma mengekskresikan zat Sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hash metabolisme di jaringan diangkut oleh
darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.
Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02).
3. Hati (Hepar)
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karma menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dap biliverdin, dap setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hash pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal.
Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.
4. Kulit (Cutis)
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karma mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat.
Keringat mengandung air, larutan garam, dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan.
Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh.
Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan dermis.
a. Epidermis (lapisan terluar) dibedakan lagi atas:
1. stratum korneum berupa zat tanduk (sel mati) dan selalu mengelupas2. stratum lusidum
3. stratum granulosum yang mengandung pigmen4. stratum germinativum ialah lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit ke arah luar.
b. Dermis
Pada bagian ini terdapat akar rambut, kelenjar minyak, pembuluh darah, serabut saraf, serta otot penegak rambut.
Kelenjar keringat akan menyerap air dan garam mineral dari kapiler darah karena letaknya yang berdekatan. Selanjutnya, air dan garam mineral ini akan dikeluarkan di permukaan kulit (pada pori) sebagai keringat. Keringat yang keluar akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan tetap.
Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut suhu lingkungan yang tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh yang meningkat sehingga proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan energi, gangguan emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada saraf simpatik.
Eksresi hewan
.PendahuluanLandasan TeoriOsmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda. (Kashiko.2000:389)Secara sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas. Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis).
Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (1) permeabilitas membran atau kulitnya (2) gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya. Keadaan kondisi internal yang mantap dapat dipelihara hanya bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus balik melawan gradient kosentrasi yang memerlukan energi.
Untuk memelihara air dan kosentarsi larutan cairan tubuh konstan yang berdeba dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang berbeda menggunakan organ yang berbeda. Rentangan zat-zat yang diregulasi sangat luas, melibatkan senyawa-senyawa seperti hormon, vitamin dan larutan yang signifikan terhadap perubahan nilai osmotik.Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (1) Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentarsi zat terlarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya (2) zat terlarut cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh. Disam,ping itu pebuangan air air sebagai penyeimabang air masuk juga membawa zat terlarut didalamnya. lebih tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses) sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (1) Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya. (2) memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau mempertahankan zat terlarut dalam tubuhnya.Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggidari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus (1) menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh, sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (2) Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh.Untuk mengatur kadar air tersebut dan juga zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak menggunakan transport aktif.(Sowolo.1997)Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana osmolaritas tertemtu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air.Osmoregulasi secara energik sangat mahal. Suatu pergerakan netto air hanya terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal tersebut dengan caramemanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya.Biaya energi osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan untuk mengangkut zat-zat terlarut secara aktif. (Campbell.2002 :110-111)Peranan osmoregulasi dan eksresi adalah:1. Mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolisme. Pengeluaran dan pembuangan ini harus terjadi untuk mencegah tidak seimbangnya ekuilibrium reaksi kimia. Banyak interaksi metabolik yang arahnya bolak balik. Arah reaksi tersebut ditentukan olehperbandingan antara reaktan dan produk sesuai dengan hukum aksi masa. Reaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :A + B C + D (Produk)(Reaktan)
2. Mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dengan cara mengeksresikan zat buangan. Zat buangan merupakan racun yang dapat mengganggu kerja enzim yang sangat penting dalam reaksi metabolik.3. Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, garam berkelakuan seperti elektrolit lain dan dalam cairan tubuh akanterurai menjadi ion-ion.4. Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, jumlah air dalam cairan tubuh dan cara pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologik yang di hadapi oleh mahluk hidup.5. Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh. (Wulangi.K.S.1993:159-160)
OSMOREGULASI HEWAN
Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan
serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika
sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika
terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda
sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Ada tiga pola regulasi:
1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh
yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal: pada potadrom (ikan air tawar) Potadrom
mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum danmemperbanyak
urineOsmoregulasi beberapa golongan ikan(Telesostei).
2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh
yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal: pada oseandrom (ikan air laut), Oseanodrom
memperbanyak minum dan mengurangi volume urine. Diadrom, melakukan aktivitas
osmoregulasi seperti petadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di
air laut.
3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan
konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah estuarine (ikan eurihaline) contohnya:
• ikan eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama dengan lingkungannya,sehingga
hanya sedikit melakukanosmoregulasi Osmoregulasi beberapa golongan ikan
• Ikan Elasmobransi, melakukan osmoregulasi dengan cara menahan urea sampai konsentrasi
dalam darah meningkat kira-kira 5 % untuk meningkatkan total tekanan osmose darah ke
tingkat yang lebih tinggi dibanding air laut
Osmoregulasi pada hewan
1. Osmoregulasi pada hewan invertebrata laut
Kebanyakan invertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis
mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas internal
yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau
kehilangan air. Karena kebanyakan osmoconformer hidup di lingkungan yang memiliki
komposisi kimia yang sangat stabil (i.e. di laut) maka osmoconformer memiliki osmolaritas yang
cendrung konstan.
Sedangkan osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung
lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup di
lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang
rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya
2. Osmoregulasi pada hewan vertebrata laut
Osmoregulasi pada hewan vertebrata laut dibagi kedalam dua kelompok yaitu:
a. Konformer Osmotik dan Ionik : Siklostomata (hagfish) danVertebrata primitif
osmoregulasinya sama seperti invertebrata laut.
b. Regulator Osmotik dan Ionik : Regulasi osmotik dan ionik tidak sama dan memperlihatkan
tingkatan dan Konsentrasi osmotik plasma mendekati sepertiga konsentrasi osmotik air laut.
Mekanisme Osmoregulasi Vertebrata Laut misalnya teleostai laut diperlukan mekanisme
adaptasi untuk menghindari kehilangan air dari tubuhnya. Pada Elasmobrankhii menggunakan
kelenjar rektal yaiut untuk mengeluarkan kelebihan Na+ secara aktif ,dan menghasilkan sedikit
urin untuk Urin dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl.
Pada Mamalia Laut yaitu lumba-lumba dan ikan paus Masalah pemasukan garam yang terlalu
banyak yang masuk bersama makanan,bisa Diatasi dengan organ ginjal yang sangat efisien yang
dapat menghasilkan urin yang kepekatannya 3 – 4 kali dari cairan plasmanya.
3. Osmoregulai pada hewan di lingkungan air tawar .
Masalah yang dihadapi hewan air tawar adalah Tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air tawar
lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertoniskarena terancam oleh Kehilangan
garam dan Pemasukan air yang berlebihan.Mekanisme Antisipasi Kelebihan atau Kekurangan
Ion yaitu dengan transfor aktif dan difusi.
4. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Payau
Hewan Akuatik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air tawar) saat
tertentu masuk ke daerah payau.contohnya belut , lampeer, dan ikan salmon.hewan hewan ini
memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam (kadar garam di
daerah payau selalu berubah), selain itu larva nyamuk Aedes campestris Tumbuh baik di air
tawar maupun di air bergaram yang lebih pekat dari cairan hemolimfenya Hidup di danau yang
mengandung garam alkalis, dengan kandungan utama natrium karbonat dengan pH lebih dari
10Toleran terhadap kadar garam tiga kali lebih tinggi dari kadar garam air laut.
5. Osmoregulasi pada hewan di lingkungan darat
1) Keuntungan :
Hewan yang berhasil hidup di darat
Mudah memperoleh oksigen
2) Kerugian :
Masalah keseimbangan air dan ion
Mudah terancam dehidrasi
Kehilangan air dari tubuh pada hewan darat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Kandungan uap air di atmosfer
2. Tekanan barometrik
3. Gerakan udara
4. Luas permukaan penguapan
5.Suhu
6. Osmoregulasi padainvertebrata darat
padainvertebrata darat umumnya merupakan golongan Artropoda, Insekta, dan laba-laba,
sedangkan yang paling banyak ialah Insekta.pada insect alat pengatur pelepasan airya adalah
lapisan kutikula spirakel, namun masih saja kehilangan air , sehingga untuk membatasi
pelepasan air dilakukan dengan Respirasi diskontinyu. dengan cara pengambilan oksigen (O2)
dilakukan dengan laju yang kontinyu dan pelepasan karbondioksida (CO 2)dilakukan secara
periodik.