SIROSIS HEPATIS
-
Upload
fazririana-ayu-gina-ekawati -
Category
Documents
-
view
42 -
download
2
Transcript of SIROSIS HEPATIS
![Page 1: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/1.jpg)
SIROSIS HEPATIS
Fazririana, Linda, Luthfy Attamimi
I. PENDAHULUAN
Istilah sirosis hati pertama kali diperkenalkan oleh Laence tahun 1819,
yang berasal dari kata Scirrhus yang berarti permukaan hati yang berwarna
oranye atau kuning kecoklatan yang tampak saat otopsi. 1
Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi
akibat nekrosis hepatoselular. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit
jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular dan regenerasi nodularis parenkim hati.
Perkembangan cedera hati hingga menjadi sirosis dapat terjadi selama berminggu
hingga bertahun-tahun lamanya. Bahkan pada pasien dengan hepatitis C, dapat
mengalami hepatitis kronik selama 40 tahun sebelum berkembang menjadi
sirosis. 1,2
Sirosis hati termasuk 10 besar penyebab kematian di dunia barat.
Meskipun terutama disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol, kontributor utama
lainnya adalah hepatitis kronis, penyakit saluran empedu, dan kelebihan zat besi.
3
Sirosis merupakan tantangan yang sulit dalam hal penatalaksanaan,
sementara itu, pencegahan, deteksi dan terapi memerlukan biaya kesehatan yang
besar. Pemeriksaan radiologik menawarkan modalitas yang bermacam-macam
1
![Page 2: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/2.jpg)
untuk digunakan untuk mengevaluasi hati secara non invasif dengan hasil sebaik
cara invasif. Cara invasif dapat digunakan untuk terapi pada kasus dengan
komplikasi hipertensi porta dan keganasan.4
II. INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI
Keseluruhan insidensi sirosis hati di Amerika diperkirakan 360 per
100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik
dan infeksi virus kronik. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada,
hanya laporan-laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di
Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun pada tahun 2004. Di Medan
dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%)
pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.2
III. ETIOLOGI
Berikut ini adalah beberapa penyebab sirosis: 1,2,5
Penyakit Infeksi : - Bruselosis- Ekinokokus- Skistosomiasis- Toksoplasmosis- Hepatitis virus (hepatitis B, hepatitis C , hepatitis
D, sitomegalovirus)
Penyakit keturunan dan Metabolik :
- Defisiensi α1-antitripsin- Sindrom Fanconi- Galaktosemia- Penyakit Gaucher- Penyakit simpanan glikogen- Hemokromatosis- Intoleransi fluktosa herediter
2
![Page 3: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/3.jpg)
- Tirosinemia herediter- Penyakit Wilson- Sindroma Budd-Chiari
Obat dan Toksin : - Alkohol- Amiodaron- Arsenik- Obstruksi bilier- Metotreksat - Αlfa metildopa- Penyakit perlemakan hati non alkoholik - Sirosis bilier primer ataupun sekunder- Kolangitis sklerosis primer
Penyebab lain atau tidak terbukti :
- Penyakit usus inflamasi kronik- Fibrosis kistik- Pintas jejunoileal- Sarkoidosis.- Chronic CHF (cardiac cirrhosis)- Hepatitis autoimun
Di negara barat penyebab dari sirosis hati yang tersering akibat alkoholik
sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Hasil
penelitian di Indonesia menyebutkan penyebab terbanyak dari sirosis hati adalah
virus hepatitis B (30-40%), virus hepatitis C (30-40%), dan penyebab yang tidak
diketahui(10-20%). 2
IV. ANATOMI
Hati menempati daerah hipokondrium kanan tetapi lobus kiri dari hati
meluas sampai ke epigastrium. Hati berbatasan dengan diafragma pada bagian
superior dan bagian inferior hati mengikuti bentuk dari batas kosta kanan. Hati
secara anatomis terdiri dari lobus kanan yang berukuran lebih besar dan lobus kiri
3
![Page 4: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/4.jpg)
yang berukuran lebih kecil. Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh ligamentum
falsiform pada anterosuperior serta ligamentum venosum dan ligamentum teres
pada postroinferior. Lobus kaudatus dan lobus kuadratus termasuk ke dalam
lobus kanan. 6
Porta hepatis adalah hilus dari hati dan menyalurkan (dari posterior ke
anterior) vena porta, cabang-cabang arteri hepatika dan duktur bilier. 6
Hati diselubungi oleh peritoneum, kecuali pada “Bare area”.6
Gambar 1. Anatomi hati. 7
4
![Page 5: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/5.jpg)
Hati terbentuk dari banyak unit fungsional (lobulus). Cabang-cabang vena
porta dan arteri hepatika membawa darah dari kanalis porta ke vena sentralis
melalui sinusoid yang melintasi lobulus-lobulus. Vena sentralis akhirnya
bergabung ke vena hepatika kanan, kiri dan medius, dimana vena-vena ini
menyalurkan darah dari area hati yang sesuai dengan masing-masing vena ke
5
Coronary ligament
Bare area
Right triangular ligament
Gambar 2. Anatomi hati. 7
Gambar 3 (a) Lobulus hati. Tampak arah aliran darah dari sistem portal ke vena sentrilobular dan kemudian ke vena cava inferior. (b) Darah mengalir melalui sinusoid pada lobulus hati dan mengalirkan empedu dari kanalikuli biliaris ke duktus biliaris.6
![Page 6: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/6.jpg)
dalam vena cava inferior. Kanalis porta juga mengandung cabang-cabang dari
duktus hepatikus yang menyalurkan empedu dari lobulus ke cabang-cabang bilier
yang kemudian terkonsentrasi di dalam kandung empedu dan akhirnya dilepaskan
ke duodenum. 6
V. PATOFISIOLOGI
Terbentuknya fibrosis hati menunjukkan adanya perubahan proses
keseimbangan yang normal dari produksi dan degradasi matriks ekstraselular.
Matriks ekstraselular adalah pembentuk rangka dari hepatosit dan terdiri dari
kolagen-kolagen (terutama tipe I,III dan V), glikoprotein dan proteoglikan. Sel
stelat, yang berada pada ruang perisinusoidal, sangat penting dalam produksi
matriks ekstraselular. Sel stelat yang juga dikenal sebagai sel Ito, liposit atau sel
perisinusoidal, teraktivasi oleh berbagai faktor parakrin menjadi sel yang
memproduksi kolagen. Faktor-faktor parakrin tersebut dilepaskan oleh hepatosit,
sel kupffer dan endotel sinusoidal setelah terjadi cedera pada hati. Cedera
parenkim dan fibrosis yang terjadi bersifat difus, meluas ke seluruh hati, dan
fibrosis hati yang terbentuk, umumnya irreversible, walaupun pada beberapa
kasus ditemukan regresi.1,3
Peningkatan penumpukan kolagen pada “Space of Disse” (ruang diantara
hepatosit dengan sinusoid-sinusoid) dan penyusutan ukuran ”lubang-lubang”
pada endotel menyebabkan kapilarisasi sinusoid-sinusoid. Sel stelat yang
6
![Page 7: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/7.jpg)
teraktivasi juga bersifat kontraktil. Kapilarisasi dan konstriksi dari sinusoid-
sinusoid oleh sel stelat berperan dalam terjadinya hipertensi porta. 1
Tahap akhir penyakit kronis ini didefinisikan berdasarkan tiga
karakteristik :3
1. Bridging fibrous septa dalam bentuk pita halus atau jaringan parut
lebar yang menggantikan lobulus.
2. Nodul parenkim yang terbentuk oleh regenerasi hepatosit, dengan
ukuran bervariasi dari sangat kecil (garis tengah < 3mm, mikronodul)
hingga besar (garis tengah beberapa sentimeter, makronodul).
3. Kerusakan arsitektur hati keseluruhan.
VI. KLASIFIKASI
Sirosis secara konvensional diklasifikasikan sebagai: 2,8
1. Mikronodular (portal): besar nodul < 3 mm
2. Makronodular(paskanekrotik): besar nodul > 3 mm
3. Campuran mikro dan makronodular
Secara klinis, dibagi menjadi: 2
1. Sirosis Hati Kompensata yang berarti belum ada gejala klinis yang nyata
2. Sirosis Hati Dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang
jelas.
7
![Page 8: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/8.jpg)
VII. GEJALA KLINIK
Stadium awal sirosis hati sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan
pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan
penyakit lain. Gejala awal sirosis hati (kompensata) meliputi perasaan mudah
lelah dan lemah, selera makan berkurang, perasaaan perut kembung, mual, berat
badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada
membesar, dan hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut (sirosis
dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan
tidur, dan demam tidak begitu tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan
pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus
dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah atau melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi,
sampai koma.2,5,8,9
VIII. DIAGNOSIS
Pada saat ini penegakkan diagnosis sirosis hepatis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium.
A. Anamnesis
Ada riwayat hepatitis/minum alkohol
Timbul keluhan seperti yang tercantum diatas.
8
![Page 9: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/9.jpg)
B. Pemeriksaan fisis 2,5,9,10
Spiderangioma-spiderangiomata (atau spider teleangiektasi) pada bahu,
muka dan lengan atas. Hal ini berkaitan dengan peningkatan rasio
estradiol/testosterone bebas.
Eritema Palmaris, hal ini dikaitkan dengan perubahan metabolisme
hormon estrogen.
Muehrcke line, berupa pita putih horisontal dipisahkan dengan warna
normal kuku. Kemungkinan karena hipoalbuminemia.
Ginekomastia, kemungkinan akibat peningkatan androstenedion.
Feminism laki-laki (hilangnya rambut aksila dan pubis) dan atrofi testis.
Hepatosplenomegali. Ascites. Fetor hepatikum.
Ikterus, steatorrhea, pruritus.
Asteriksis bilateral. Caput medusae
Pembesaran kelenjar parotis dan lakrimal.
C. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang bisa didapatkan dari penderita sirosis hati
antara lain : 2,5
Darah
Anemia normokrom normositer, hipokrom normositer, hipokrom
mikrositer atau hipokrom makrositer. Pansitopenia (hypersplenism).
Kenaikan kadar enzim transaminase (SGOT/SGPT), alkali fosfatase,
gamma-glutamil transpeptidase (GGT) dan bilirubin.
Albumin menurun dan globulin meningkat.
9
![Page 10: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/10.jpg)
Perubahan fraksi protein yang paling sering terjadi pada penyakit hati
adalah penurunan kadar albumin dan kenaikan kadar globulin akibat
peningkatan globulin gamma
Penurunan kadar CHE
Hiponatremia dan hipokalemia
Pemanjangan masa protrombin,
Peningkatan kadar gula darah
Pemeriksaan marker serologi petanda virus seperti HBsAg/HBsAb,
HBeAg/HbeAb, HBv DNA penting untuk menentukan etiologi sirosis
hepatis.
D. Pemeriksaan Radiologi 2
1. Ultrasonography (USG)
Kontur hati tampak nodular, permukaan irregular dan ekho parenkim
kasar. Ekhogenitas meningkat yang disebabkan karena infiltrasi jaringan
lemak. Pembesaran lobus caudatus dan segmen lateral lobus kiri hati. Atrofi
dari lobus kanan dan segmen medial lobus kiri. 4,10,11
10
Gambar 4: Gambaran USG dari sirosis hati. Terlihat echo parenkim yang kasar dan pembuluh darah sulit dinilai.11
![Page 11: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/11.jpg)
USG Doppler adalah salah satu metode yang baku untuk penilaian
sistem vena porta untuk medeteksi arah dari aliran darah porta. USG Doppler
merupakan salah satu cara diagnostik yang bersifat non invasif yang
digunakan untuk medeteksi intraabdominal portosystemic shunt khususnya
pada sirosis hati.12
Berikut ini adalah tabel pola USG Doppler pada sistem vena
porta. 12
Pola aliran yang fisiologik Pola aliran yang patologik
11
Gambar 5. Sirosis tipe mikronoduler pada pasien dengan penyakit hati alkoholik.10
Gambar 6. Sirosis tipe makronoduler pada pasien dengan primary biliary cirrhosis. Nodul sirosis ditunjukkan seluruh substansi hati perifer dengan garis hati membentuk lobus. Pada Gambaran USG ini juga terdapat asites.10
![Page 12: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/12.jpg)
Continuous hepatopetal flow Pulsatile hepatopetal atau hepatofugal pada vena porta dan atau cabang-cabangnya
Pulsatile hepatopetal flow Hepatofugal flow pada vena porta dan atau cabang-cabangnya yang tergantung pada gerakan respirasi
Continuous hepatopetal flow pada vena porta dan cabang-cabangnya
Stagnant atau venous “O” flow
12
Gambar 7. USG Doppler pada pasien sirosis hati dan hipertensi porta menunjukkan aliran balik pada vena gastrika sinistra dan vena porta.12
Tabel 1. Pola aliran darah pada vena porta. 12
![Page 13: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Gambar 10. USG Doppler pada pasien alcoholic fatty liver cirrhosis dengan hepatopetal flow saat ekspirasi (gambar kiri) dan suatu “O” flow pada vena porta saat inspirasi (gambar kanan).12
Gambar 9. USG Doppler pada pasien sirosis hati dan hipertensi porta menunjukkan aliran balik pada vena gastrika sinistra dan vena porta.12
Gambar 8. USG Doppler dari limpa pada pasien sirosis hati. Pembuluh darah trans-splenic tampak dengan hepatofugal venous flow (pada gambar tengah. Anak panah menunjukkan arah) .12
![Page 14: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/14.jpg)
2. CT-SCAN
CT scan dianggap mempunyai sensitivitas yang sama dengan USG
namun lebih spesifik dai USG. Namun ada beberapa kerugian yang
disebabkan oleh resiko radiasi dan zat kontras. 4
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pada pemeriksaan MRI, kelainan-kelainan yang dapat ditemukan
antara lain atrofi lobus kanan dan segmen medial dari lobus kiri. Lobus
kaudatus dan segmen lateral dari lobus kiri hepar bisa mengalami hipetrofi.
14
Gambar 12. Penampakan batas hati bagian anterior yang irreguler menunjukkan tanda-tanda sirosis hati.13
Gambar 11. CT Scan pada pasien sirosis hati. Tampak arteri berliku-liku dan pembesaran lobus kiri dan lobus kaudatus. 4
![Page 15: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/15.jpg)
Pada sirosis hati, pembesaran dari hilar periportal space juga biasanya
ditemukan pada pasien yang mengalami atrofi segmen medial dari lobus kiri
hati. Perluasan fisura interlobaris mayor dapat terlihat pada stadium lanjut,
menyebabkan jaringan lemak ekstrahepatik mengisi ruang di antara segmen
medial dan lateral lobus kiri. Hal ini sesuai dengan temuan adanya
pembesaran pericholecystic (gallbladder fossa) yang diisi oleh jaringan
lemak. Temuan ini disebut ”expanded gallbladder fossa sign”. 14
Jaringan fibrosis yang fokal ataupun difus mempunyai signal
intensitas yang rendah pada T1-weighted dan signal intensitas yang tinggi
atau rendah pada T2-weighted., tergantung pada lamanya penyakit, dimana
fibrosis akut mengandung lebih banyak cairan sehingga mempunyai signal
intensitas yang lebih tinggi. 14
15
Gambar 13. MRI pada pasien sirosis hati dengan nodul regeneratif. (nodul menunjukkan gambaran isointens).14
Gambar 14. MRI pada pasien sirosis hati. Pada T2-weighted, didapatkan nodul-nodul displastik.14
![Page 16: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/16.jpg)
4. Angiografi
Pada sirosis, dinamika aliran pada arteri hepatika dan vena porta
berubah sesuai dengan derajat perubahan fibrosis. Pembuluh darah tampak
memanjang dan berliku-liku, hal ini disebabkan oleh distorsi struktur
parenkim. Hal ini pada angiografi disebut corkscrewing.4
IX. PENATALAKSANAAN 2,8,9
Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, ascites dan
demam.
Diet rendah protein. Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum,
jumlah protein dihentikan untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi
sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh.
Memperbaiki keadaan gizi.
Roboransia seperti vitamin B kompleks.
Mengatasi infeksi dengan antibiotik.
Terapi lainnya disesuaikan dengan komplikasi yang terjadi.
16
Gambar 15. Angiografi dari pasien sirosis hati menunjukkan pembesaran arteri hepatika. Percabangan intrahepatik berkelok-kelok membentuk corkscrew appearance.4
![Page 17: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/17.jpg)
X. KOMPLKASI 2,8,9
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas
hidup pasien siross diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan
komplikasinya.
Komplikasi yang sering dijumpai antara lain:
Peritonitis bakterial spontan.
Sindrom hepatorenal.
Hipertensi porta yang bermanifestasi sebagai varises esophagus.
Ensefalopati hepatik, yang dapat berlanjut sampai koma
Sindrom hepatopulmonal.
Hepatoma.
XI. PROGNOSIS
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai. 2
Klasifikasi Child-Pugh dipakai sebagai petunjuk prognosis yang tidak
baik dari pasien sirosis. 2,8
Parameter klinis Derajat klasifikasi
1 2 3
Bilirubin (mg/dl) < 2 2-3 >3
Albumin (gr/dl) >3,5 3-3,5 < 3
17
![Page 18: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/18.jpg)
Ascites Tidak ada Terkontrol Sulit dikontrol
Defisit
neurologik
Tidak ada Minimal Berat/koma
Nutrisi baik Cukup Kurang
Tabel 2. Kriteria Child (modifikasi) pada penderita sirosis hepatis. 8
Kombinasi skor: 5-6 (Child A), 7-9 (Child B), 10-15 (Child C)
Mortalitas Child A pada operasi sekitar 10-15%, Child B 30% dan C diatas 60%.
DAFTAR PUSTAKA
1. David C wolf. Cirrhosis. emedicine. 2012. [cited on 16 maret 2013].
Available from: URL : http://emedicine.medscape.com/article/185856-
overview
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi W, Simadibrata MK, Setiati S. Sirosis hati.
Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan
ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI. 2006; hal. 443-6.
3. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Hati dan saluran empedu Dalam :
Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N. Robbins Buku Ajar Patologi.
Edition 7. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004; hal.
671-2.
4. Taylor CR. Cirrhosis. emedicine. 2009. [cited on 03 September 2012].
Available from: URL : http://emedicine.medscape.com/article/366426-
overview
18
![Page 19: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/19.jpg)
5. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL.
Cirrhosis and its complications. disorders. In : Harrison’s Principles of
Internal Medicine. Edition 16. USA : Mc-Graw Hill. 2005; p. 1858-62.
6. Faiz O, Moffat D. The liver, gall-bladder, biliary tree. In : Anatomy at a
glance. USA : Blackwell Publishing Company. 2002; p. 44-5.
7. Netter FH. Surface and bed of liver. In : Atlas of Human Anatomy. Edition 4.
USA : Saunders Elsevier. 2006; p. 270
8. Tim penyusun. Sirosis hepatis dan hepatis kronis dalam kapita selekta
kedokteran edisi ketiga jilid I. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2001. P :509
9. Mubin, MA. Sirosis hati dalam panduan praktis ilmu penyakit dalam edisi 2.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2005. P :390
10. Bates JA. Cirrhosis. In : Abdominal Ultrasound How, Why and When.
Edition 2. USA: Churchill LivingStone. 2004; p. 97 – 102.
11. Sutton D. The liver. In : Textbook of Radiology and Imaging. USA :
Churchill LivingStone. 2003; p. 766-7
12. Gorg C, Riera-Knorrenschild J, Dietrich J. Colour doppler ultrasound flow
patterns in the portal venous system. In : The British Journal of Radiology.
The British Institute of Radiology. 2002; p. 919-28.
13. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Liver cirrhosis. In : Getting Started in
Clinical Radiology - from Image to Diagnosis. Jerman : Georg Thieme
Verlag. 2006; p. 209.
19
![Page 20: SIROSIS HEPATIS](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042602/55cf98da550346d0339a0f2c/html5/thumbnails/20.jpg)
14. Reiser MF, Semmler W, Hricak H. Cirrhosis. In : Magnetic Resonance
Tomography. Jerman : Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2008; p. 878-83.
20