sirosis hepatis
-
Upload
gina-ariani -
Category
Documents
-
view
105 -
download
1
Transcript of sirosis hepatis
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Kebangsaan / suku : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Bojong Baru
No RM : 100213
Tanggal masuk RS : 26 Juli 2012
ANAMNESIS :
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 27 Juli 2012 pukul 08.30 WIB di bangsal rawat inap
penyakit dalam RS Ryacudu
Keluhan Utama :
Badan kuning sejak 1 bulan SMRS
Keluhan Tambahan
BAK seperti teh, BAB encer berwarna hitam, mual, muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki, 32 tahun, datang ke IGD RS Ryacudu dengan keluhan utama badan
berwarna kuning sejak sebulan yang lalu. Pasien juga mengaku BAB encer yang berwarna hitam
lebih dari 4x sehari. Selain itu, pasien mengaku BAK seperti teh.
Sejak 3 minggu yang lalu, perut pasien semakin membesar. Tangan dan kaki bengkak
disangkal pasien. Mual, terkadang muntah berisi makanan yang dimakan. Muntah darah
disangkal. Pasien sering mengeluh tidak nafsu makan, perut kembung, dan nyeri ulu hati.
Sesak nafas, batuk pilek, demam disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah berobat ke
dokter sebelumnya.
Pekerjaan pasien adalah petani dan saat bekerja pasien tidak menggunakan alas kaki.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat maag (+)
- Riwayat sakit kuning (-)
- Riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien
- Hipertensi (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-), Diabetes Melitus (-)
Riwayat Kebiasaan:
- Minum alkohol (+) sejak 10 tahun lalu, merokok (+) merokok sejak 25 tahun lalu
PEMERIKSAAN FISIK (27 Juli 2012)
A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Sikap pasien : Kooperatif
- Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/menit, reguler, isi cukup, equal
RR : 24 x/menit, tipe abdominotorakal
S : 37, 00 C
Kulit
Warna : Sawo matang
Suhu raba : Hangat
Turgor : Cukup
Pucat : Tidak ada
Ikterik : Ada
Kepala
Bentuk : Normocephali, simetris
Rambut : Hitam, lurus, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, lensa jernih, pupil
isokor, reflek cahaya (+/+)
Hidung : Nafas cuping hidung -/- , septum deviasi (-), sekret -/-, mukosa
hiperemis (-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), faring tidak
hiperemis
Leher
Bentuk : Simetris
Trakea : Di tengah
KGB : Tidak ada pembesaran
JVP : 5+2 cmHg (Tidak meningkat)
Thoraks
Paru
Inpeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris, tidak ada kelainan
kulit, spidernevi (-), benjolan (-), ginekomastia (-)
Palpasi : Simetris kanan kiri pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru, wheezing -/-, ronki -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V 1 cm medial dari linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V 1 cm medial dari linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut buncit
- Palpasi : Lemas, undulasi (+), nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (+)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
- Superior : Oedem -/-, sianosis -/-, akral dingin -/-, palmar eritema (-), palmar manus
pucat (+)
- Inferior : Pitting oedem -/-, sianosis -/-, akral dingin -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
HEMATOLOGI
Hb (g/dL) : 4,6 (L:13,2-17,3 P : 11,7-15,5)
Ht (%) : 12 (L:40-52% P:35-47%)
L (rb/ul) : 6.570 (L:3,8-10,6 P:3,6-11)
Tr (rb/ul) : 320 (150-440 rb)
KIMIA KLINIK
Fungsi hati
SGOT (u/L) : 45 (< 50)
SGPT (u/L) : 39 (< 50)
Bilirubin total : 8,6 mg/dl (0,25-1 mg/dl)
Bilirubin direk : 5,5 mg/dl (0- 0,25 mg/dl)
Bilirubin indirek : 3,1 mg/dl (0,25-1 mg/dl)
HbsAg (-)
Fungsi ginjal
Tanggal 28 Juli 2012
Ureum darah (mg/dL) : 180 (20-50 mg/dl)
Creatinin darah (mg/dL) : 1,1 (L: 0,62-1,1 P:0,45-0,75 U/l)
Gol darah : O/ Rhesus +
RESUME
Pasien laki-laki, 32 tahun, datang ke IGD RS Ryacudu dengan keluhan utama badan
berwarna kuning sejak sebulan yang lalu. BAB encer yang berwarna hitam (+), 4x sehari. BAK
seperti teh (+).
Perut pasien semakin membesar sejak 3 minggu. Mual (+), muntah(+) isi makanan. Nafsu
makan ↓, perut kembung (+), dan nyeri ulu hati (+).
Pasien bekerja petani dan ia tidak menggunakan alas kaki. Kebiasaan merokok (+) sejak
25 tahun dan minum alkohol (+) 10 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg; nadi 84 x/menit, reguler, isi cukup,
equal; frekuensi 28 x/menit. CA +/+, SI +/+, palmar manus pucat +/+, nyeri tekan epigastrium
(+), hepar dan lien tidak teraba.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan : Hb : 4,6 g/dl (↓), Ht: 12% (↓), Bilirubin total 8,6
mg/dl , Bilirubin direk 5,5 mg/dl (↑), Bilirubin indirek 3,1 mg/dl (↑), Ureum darah: 180 mg/dL
(↑).
Diagnosis Kerja
- Sirosis Hepatis
- Anemia ec perdarahan susp pecahnya varises esofagus
Penatalaksanaan :
1. Tirah baring
2. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tts/menit
- Methioson 3x1 tab
- Curcuma 3x1 tab
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexanta syr 3x1C
- Ondancentron 3x 4mg
- Asam traneksamat 3x1 amp
- Furosemid tab 3x 40mg
- Transfusi PRC 5 kolf, target sampai Hb ≥ 10 gr/dl
3. Diet
Diet rendah protein (20-40 gr/hari), tinggi kalori dan rendah garam (3gr/hari)
4. Edukasi
Perubahan gaya hidup (tidak merokok dan minum alkohol)
Prognosis :
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanasionam : dubia ad malam
Ad fungsionam : ad malam
FORMAT PORTOFOLIO
Kasus
Topik: Sirosis Hepatis, anemia akibat penyakit kronis
Tanggal (kasus): 27 Juli 2012 Persenter: dr. Ruti Puspita Sari
Tangal presentasi: Agustus 2012 Pendamping: dr. I Gede Putu Arianda,
Sp.PD
Tempat presentasi: RS Ryacudu, Lampung Utara
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
□ Tujuan:
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos
Data pasien: Nama: Tn. H No registrasi: 100213
Nama RSUD: RS Ryacudu Telp: - Terdaftar sejak: 26 Juli 2012
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Sirosis Hepatis, anemia
2. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Badan kuning sejak 1 bulan y.l , BAB hitam, BAK seperti
teh tiga minggu sebelumnya perut membesar, mual, muntah, nafsu makan berkurang
3. Riwayat keluarga/ masyarakat: di keluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa
4. Riwayat pekerjaan: Petani
Daftar Pustaka:
1. Hadi.Sujono, Gastroenterology,Penerbit Alumni. Bandung. 1995
2. Sherlock.S, Penyakit Hati dan Sitim Saluran Empedu, Oxford,England
Blackwell.1997
3. Lesmana.L.A, Pembaharuan Strategi Terapai Hepatitis Kronik C, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. RSUPN Cipto Mangunkusumo.1990
4. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI, Jakarta.1987
Hasil pembelajaran:
1. Pembagian SH
2. Diagnosis SH berdasarkan anamnesis, signs and symptoms
3. Penatalaksanaan SH
4. Prognosis SH
Subyektif
Pasien laki-laki, 32 tahun, datang ke IGD RS Ryacudu dengan keluhan utama badan
berwarna kuning sejak sebulan yang lalu. BAB encer yang berwarna hitam, 4x sehari. BAK
seperti teh.
Perut pasien semakin membesar sejak 3 minggu. Mual, terkadang muntah yang berisi
makanan yang dimakan. Pasien sering mengeluh nafsu makan menurun, perut kembung, dan
nyeri ulu hati.
Pasien bekerja petani dan ia tidak menggunakan alas kaki. Kebiasaan merokok (+) sejak
25 tahun dan minum alkohol (+) 10 tahun yang lalu.
Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/menit, reguler, isi cukup, equal
RR : 24 x/menit, tipe abdominotorakal
Konjungtiva anemis, sklera ikterik, nyeri tekan epigastrium, palmar manus pucat, asites,
hepar dan lien tidak teraba
Pemeriksaan penunjang didapatkan :
Hb : 4,6 g/dl (↓), Ht: 12% (↓), Bilirubin total 8,6 mg/dl (↑), bilirubin direk 5,5 mg/dl (↑),
Bilirubin indirek 3,1 mg/dl (↑), Ureum darah: 180 mg/dL (↑).
“Assessment”
Diagnosis :
Sirosis Hepatis
Anemia ec perdarahan susp pecahnya varises esofagus
“Plan”
Penatalaksanaan:
1. Tirah baring
2. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tts/menit
- Methioson 3x1 tab
- Curcuma 3x1 tab
- Ranitidine 2x1 amp
- Dexanta syr 3x1C
- Ondancentron 3x 4mg
- Asam traneksamat 3x1 amp
- Furosemid tab 3x 40mg
- Transfusi PRC 5 kolf, target sampai Hb ≥ 10 gr/dl
3. Diet
Diet rendah protein (20-40 gr/hari), tinggi kalori dan rendah garam (3gr/hari)
4. Edukasi
Perubahan gaya hidup (tidak merokok dan minum alkohol)
ANALISA KASUS
Diagnosis sirosis hepatis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berikut ini pembahasannya.
Pada anamnesa didapatkan keluhan utama ikterik. Hal ini menunjukkan adanya kelainan
pada organ hepar, bilier atau sistem hematologi. BAB hitam pada pasien ini menunjukkan
adanya perdarahan pada saluran cerna bagian atas. BAK berwarna teh pada pasien ini
menunjukkan adanya bilirubin dalam urin. Asites pada pasien ini menunjukkan adanya cairan
dalam rongga peritoneal abdomen, biasanya terjadi pada penyakit hepar, ginjal, jantung. Pasien
memiliki riwayat minum alkohol sejak 10 tahun lalu, ini mengarahkan pada penyakit hepar.
Dari anamnesa dapat disimpulkan kemungkinan besar pada pasien ini terdapat pada hepar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis menunjukkan adaya anemia.
Sklera ikterik pada pasien ini menunjukkan adanya penimbunan bilirubin dalam tubuh. Palmar
manus pada pasien ini menunjukkan adanya anemia. Hepar tidak teraba pada pasien ini bisa
normal atau mengecil.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 4,6 g/dl dan Ht 12 % (↓), menunjukkan
adanya anemia dikarenakan perdarahan.
Bilirubin total 8,6 mg/dl (↑), Bilirubin direk 5,5 mg/dl (↑), Bilirubin indirek 3,1 mg/dl (↑). Jika
kadar bilirubin darah > 2 mg/dl akan bermanifestasi dengan adanya ikterik pada kulit dan sklera.
Ureum darah: 180 mg/dL (↑). Kreatinin 1,1 U/l
Pada pasien ini (140-32)x 60 x 1 = 81,81.
72x 1,1
Menunjukkan adanya gagal ginjal grade 2, pada pasien ini terdapat adanya sindrom hepatorenal.
Sindrom hepatorenal adalah sindroma klinis yang terjadi pada pasien penyakit hepar kronik dan
kegagalan hepar lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh penurunan fungsi ginjal.
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro dan makronodular)
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini belum terlihat
gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan
screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas,
misalnya ; asites, edema dan ikterus.
ETIOLOGI
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
a. Hemakhromatosis (kelebihan beban besi)
b. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
c. Defisiensi Alphal-antitripsin
d. Glikonosis type-IV
e. Galaktosemia
f. Tirosinemia
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana empedu
membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah akibat tersumbatnya
saluran empedu yang disebut atresia bilier. Pada penyakit ini empedu memenuhi hati karena
saluran empedu tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning (kulit
kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan pembedahan untuk membentuk
saluran baru agar empedu meninggalkan hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak
yang menderita penyakit hati stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat
mengalami peradangan, tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis atau Primary
Sclerosing Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi sebagai komplikasi dari
pembedahan saluran empedu.
5. Sumbatan saluran vena hepatica
- Sindroma Budd-Chiari
- Payah jantung
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain)
8. Malnutrisi
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang tersebut di bawah
ini :
1. Kegagalan Parekim hati
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
d. Pembesaran perut dan kaki bengkak
e. Perdarahan saluran cerna bagian atas
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (ensefalopati hepatik)
g. Perasaan gatal yang hebat
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya: cukup kalori, protein
1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C
kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN
dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap hari
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti
a. Asites
b. Spontaneous bacterial peritonitis
c. Hepatorenal syndrome
d. Ensefalopati hepatik
Ad. Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam dan
penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan pembatasan
cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu
komplikasi akibat pemberian diuretik adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan
ensefalopati hepatik, maka pilihan utama diuretik adalah spironolakton, dan dimulai dengan
dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis
maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada keadaan
demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5
10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr/l cairan asites
yang dikeluarkan.
Ad. Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintesa. Tipe yang spontan
terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering
terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini
timbul selama masa rawatan. Infeksi umumnya terjadi secara Blood Borne dan 90%
Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus menurun dan mikroba ini beraasal dari
usus.
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime), secara parental
selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk
Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.
Ad. Hepatorenal Sindrome
Adapun kriteria diagnostik dapat kita lihat sebagai berikut :
Criteria for diagnosis of hepato-renal syndrome
Major
Chronic liver disease with ascietes
Low glomerular fitration rate
Serum creatin > 1,5 mg/dl
Creatine clearance (24 hour) < 4,0 ml/minute
Absence of shock, severe infection,fluid losses and Nephrotoxic drugs
Proteinuria < 500 mg/day
No improvement following plasma volume expansion
Minor
Urine volume < 1 liter / day
Urine Sodium < 10 mmol/litre
Urine osmolarity > plasma osmolarity
Serum Sodium concentration < 13 mmol / litre
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian diuretik yang berlebihan, pengenalan
secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan
secara konservatif dapat dilakukan berupa : restriksi cairan,garam, kalium dan protein. Serta
menghentikan obat-obatan yang nefrotoksik.
Diuretik dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan
syok.
Ad.Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering dinomerduakan,
namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu. Prinsip penanganan yang utama
adalah tindakan resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :
- Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
- Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
- Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu : untuk
mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah
- Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik, Vitamin K, Vasopressin,
Octriotide dan Somatostatin
- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan perdarahan
misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi atau Oesophageal
Transection.
Ad. Ensefalopati Hepatik
Suatu sindrom Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit hati menahun, mulai dari
gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan koma. Pada
umumnya enselopati hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya faktor pencetus, antara lain :
infeksi, perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang hepatotoksik.
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
1. mengenali dan mengobati faktor pencetus
2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toksin-toksin yang berasal
dari usus dengan jalan:
- Diet rendah protein
- Pemberian antibiotik (neomisin)
- Pemberian lactulose/ lactikol
3. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter
- Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)
- Tak langsung (Pemberian AARS)
KESIMPULAN:
Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan mengobati penyulit, maka
prognosa SH bisa jelek. Namun penemuan sirosis hati yang masih terkompensasi mempunyai
prognosa yang baik. Oleh karena itu ketepatan diagnosa dan penanganan yang tepat sangat
dibutuhkan dalam penatalaksanaan sirosis hati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadi.Sujono, Gastroenterology,Penerbit Alumni. Bandung. 1995
2. Sherlock.S, Penyakit Hati dan Sitim Saluran Empedu, Oxford,England
Blackwell.1997
3. Lesmana.L.A, Pembaharuan Strategi Terapai Hepatitis Kronik C, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. RSUPN Cipto Mangunkusumo.1990
4. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI, Jakarta.1987