Sirosis Hepatis
-
Upload
gani-rinoto -
Category
Documents
-
view
102 -
download
14
Embed Size (px)
description
Transcript of Sirosis Hepatis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada
pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000
orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati
yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di
Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai
penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma
peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta
Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari
tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di
negara maju pada tahun 2009, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter
hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya
ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat
otopsi.
Kejadian sirosis hepatis dalam masyarakat juga sukar diketahui. Umumnya angka-
angka yang berasal dari rumah sakit-rumah sakit dikota-kota besar di Indonesia
memperlihatkan bahwa penderita pria lebih bnyak dari wanita, dengan perbandingan
antara 1,5 sampai 2 : 1. Dirumah sakit Dr . Cipto Manggungkusumo Jakarta pada tahun
1988 di Ruang Ilmu Penyakit Dalam tercatat 162 penderita, 94 orang pria dan 68 wanita.
Usianya yang terbanyak adalah antara 31 sampai 50 tahun. Adakalanya juga ditemukan
kasus yang berumur antara 10-20 tahun. (Buku Gastroenterologi Hepatologi, hal 316).
Berdasarkan data yang kami dapat dari data yang ada di RSUD Cingkareng
Jakarta Barat, bahwa prevaalensi sirosis hepatis selama 7 bulan terakhir adalah sebanyak
1

23 kasus. Sedangkan data yang kami dapat dari RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, prevalensi
sirosis hepatis sejak januari 2008 hingga februari 2010 adalah sebanyak 76 kasus.
Melihat latar belakang jumlah kasus dan akibat lanjut dari penyakit sirosis
hepatis, menuntut peran dan fungsi perawat sebagai promotif, preventif, advokasi dan
pendidik mencoba untuk lebih memperdalam pengetahuan dan memperdalam
pengalaman untuk mengelola kasus klien dengan sirosis hepatis di RSKB Cinta Kasih
Tzu Chi. Pengelolaan kasus diarahkan pada pemberian “ASUHAN PERAWATAN
DENGAN SIROSIS HEPATIS”.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan khusus yaitu :
1. Tujuan umum
Diperoleh gambaran /informasi pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Sirosis Hepatis di RSKB CINTA KASIH TZU CHI.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien “Tn R” dengan penyakit Sirosis Hepatis.
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien “Tn R” dengan penyakit Serosis
Hepatis sesuai dengan data yang ada.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien “Tn R” dengan penyakit
Serosis Hepatis sesuai dengan data yang ada.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien “Tn R” dengan penyakit
Serosis Hepatis sesuai dengan data yang ada.
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek.
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/ alternative pemecahan masalah.
g. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada klien “Tn R” dengan
penyakit Serosis Hepatis dalam bentuk narasi.
2

h. Memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III.
C. Ruang Lingkup
Pembahasan makalah ini hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan pada
klien “Tn R” dengan penyakit Serosis Hepatis Di RSKB CINTA KASIH Tzu-Chi,
Cengkareng Jakarta Barat.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1. Study Kasus
2. Study Kepustakaan
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan
Teoritis, Bab III Pengamatan Kasus, Bab IV Pembahasan Kasus dan Bab V
Kesimpulan. Makalah ini ditutup dengan susunan Daftar Pustaka.
Bab II, terdiri atas konsep dasar medis yang menerangkan Definisi, Anatomi-
Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik, Therapi
Medis, Komplikasi, Discharge Planning, juga Konsep Dasar Medik yang merangkum
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, dan Rencana Intervensi.
Bab III, Menerangkan tentang kondisi pasien secara singkat, Bab IV, Membahas
tentang persamaan dan perbedaan yang ditemukan pada pasien sesuai dengan teori,
Bab V menyimpulkan tentang penyakit sirosis hepatis. Dan pada akhir makalah
ditutup dengan daftar pustaka yang berisi daftar buku-buku yang digunakan.
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medik
1. Defenisi
Sirosis Hepatis adalah Penyakit hati kronis yang dicirikan oleh distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula
regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal ( Patofisiologi konsep
klinis proses penyakit, Sylvia. A. Price,Lorraine. M. Wilsor, 1995).
Sirosis Hepatis adalah Penyakit kronis progresif dari hati yang berlangsung
menahun yang ditandai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi
dan penambahan jaringan ikat diffus, dengan terbentuknya nodul yang mengganggu
susunan lobulus hati. ( Gastroenterologi Hepatologi, H. Ali Sulaitnan, 1990 ).
2. Klasifikasi sirosis hepatic
1. Klasifikasi morfologis
Secara makroskopik sirosis hepatis dibagi atas 2 yaitu:
a) Mikronoduler : besar nodulnya sampai 3 mm
Pada sirosis mikronodular ini bergabung beberapa istilah lama yang telah ditolah
yaitu : sirosis ireguler, septal, uniform, monolobular, nutritional dan Laennec.
Gambaran mikroskopis sirosis ini ditandai oleh adanya septa tipis yang besarnya
seragam.
b) Makronoduler : besar nodulnya bervariasi.
Istilah sirosis makronodular ini mencakup sirosis pasca nekrotik, irregular dan
pasca kolaps pada sirosis ini septa mempunyai ketebalan yang bervariasi dan
sering lebar.
2. Klasifikasi fungsional
a) Kegagalan hati / hepatoseluler dapat timbul keluhan subjektif : lemah, BB
menurun, kembung, mual dll.
- Spidernaevi / angiomata pada kulit tubuh bagian atas, muka dan lengan atas.
- Eritema palmasis
4

- Asites
- Pertumbuhan rambut berkurang
- Atrofi testis dan ginekomasti pada pria
- Ikterus subfebris, sirkulasi hiperkinetik dan factor hepatic
- Encephalohepatik, flapping tremor akibat amoniak dan produksi defisiensi
protrombin.
b) Hipertensi portal
Bisa terjadi akibat :
- Meningkatnya resistensi portal dan splakiner karena mengurangnya sirkulasi
akibat fibrosis.
- Meningkatnya cairan portal karena transisi dari tekanan arteri hepatic kesistem
portal akibat distorsi arsitektur hati.
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Permukaan superiornya
cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri.
Bagian bawah hati terbentuk cekung dan merupakan atap ginjal kanan, pankreas,
dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, lobus kanan terbagi menjadi segmen
anterior dan posterior yang dipisahkan oleh fisura segmentalis. Lobus kiri terbagi
menjadi segman medial dan lateral oleh ligamentum folsiforme. Ligamentum ini
5

berasal dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Beberapa ligamentum
merupakan lipatan peritoneum yang membantu menyokong hati. Di bawah
peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson.
Kapsula ini pada porta hepatis di permukaan interior melanjutkan diri ke dalam
massa hati, dan membentuk rangka untuk cabang vena porta,arteria,hepatica dan
saluran empedu.
Di setiap lobus terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid yang
merupakan cabang vena porta dan arteria hepatica yang dibatasi oleh sel fagositik
(sel kupfler). Fungsi utama sel kupfler adalah memakan bakteri dan benda asing
yang berada dalam darah. Didalam hati juga terdapat saluran empedu yang besar,
hingga menjadi saluran empedu yang besar disebut duktus koledokus.
Hati mendapat suplai darah dari dua sumber yaitu dari saluran cerna dan
limpa melalui vena porta dan kedua dari aorta melalui arteria hapatica. Darah vena
porta ini membedakan dengan darah vena lain karena :
- Tekanan sedikit lebih tinggi untuk mengatasi tekanan pada sinusoid hati.
- Oksigen lebih tinggi karena aliran darah di daerah splankikus relatif lebih
banyak.
- Mengandung lebih banyak zat makanan.
- Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
b. Fisiologi
1. Pembentukan dan ekskresi empedu, metabolisme garam empedu,
metabolisme pigmen empedu.
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak di usus. Bilirubin, pigmen empedu utama merupakan
hasil akhir metabolisme pemecahan sel sel darah merah yang sudah tua.Proses
konjugasinya berlangsung dalam hati dan ekskresikan kedalam empedu.
2. Hati merupakan metabolisme karbohidrat (Glikogenesis, glikogenolisis,
glikoneogenesis).
6

Hati memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah
normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam
hati dalam bentuk glikogen.
3. Metabolisme protein dan sintesis protein
Protein serum yang disintesis dalam hati termasuk albumin serta alfa dan beta
globulin, kecuali gama globulin. Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh
hati adalah fibrinogen I,protrombin II,dan faktor V,VII,VIII,IX dan
X.Vitamin K diperlukan sebagai kofaktor pada sintesis semua faktor ini
kecuali faktor V.
4. Pembentukan urea, penyimpanan protein ( asam amino )
Urea dibentuk semata-mata dalam hati dan NH3 kemudian diekskresi dalam
hati dan faeces. NH3 dibentuk dari deaminasi asam amino dan kerja bakteri
usus terhadap asam amino.
5. Metabolisme lemak
Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfslipid dan lipoprotein (diabsorbsi dari
usus) menjadi asam lemak dan gliserol.
6. Ketogenesis dan sintesis kolesterol
Hati memegang peranan utama dalam sintesis kolesterol, sebagian besar
diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol atau asam kolat.
7. Penyimpanan lemak, penyimpanan vitamin dan mineral
Vitamin yang larut dalam lemak ( A,D,E,K ) disimpan dalam hati juga
vitamin B12, tembaga dan besi.
8. Metabolisme steroid
Hati menginaktifkan dan mensekresi aldosteron , glukokortikoid, estrogen,
progesteron dan testoteron.
9. Fungsi pertahanan tubuh
- Detoksifikasi
Hati bertanggung jawab dalam berlangsungnya biotransformasi zat-zat
berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal (misalnya obat-obatan).
- Fungsi perlindungan, sel kupfler sebagai pembentukan darah
10. Ruang pengapung dan Fungsi penyaring
7

Sinusoid hati merupakan depot darah yang mengalir kembali dari vena kava
(payah jantung kanan ). Kerja fagositik sel kupfler membuang bakteri dan
debris dari darah.
4. Etiologi
a.Hepatitis virus : B dan jenis non a dan non b.
b. Alkohol
c.Gangguan metabolik
d. Penyumbatan aliran empedu intrahepatis dan ekstrahepatik yang lama
e.Gangguan immunitas
f. Toksin dan obat
g. Malnutrisi
h. Operasi usus pada keadaan obesitas
i. Malaria dan obstruksi aliran vena hepatic
5. Patofisiologi
Sirosis hepatis ditandai dengan distensi susunan hati normal oleh pita-pita
jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang sedang mengalami regenerasi
yang tidak berhubungan dengan susunan normal. Sirosis dapat mengganggu sirkulasi
darah intrahepatik dan perlahan-lahan menyebabkan kegagalan fungsi hati.
Tipe sirosis hepatis
a. Sirosis Laennec
Umumnya terjadi pada peminum alkohol perubahan pada hati yang disebabkan
oleh alkohol adalah penimbunan lemak yang berjalan lambat di dalam sel hati. Hal ini
menunjukkan adanya sejumlah gangguan metabolisme yaitu pembentukan trigliserida
berlebih pengurangan pemakaian trigliserida dalam pembentukan lipoprotein dan
pengurangan oksidasi asam lemak. Selain itu pada peminum alkohol tidak makan dengan
semestinya yang mengakibatkan lipoprotein yang diperlukan untuk transfor lemak tidak
mencukupi akibat kurangnya protein.
Akibat penimbunan lemak yang lanjut, timbul fibrosa yang tebal di bagian perifer
sehingga banyak terdapat lobulus yang memisahkan parenkim menjadi nodul-nodul halus
yang dapat membesar akibat aktivitas regenerasi hati yang mencoba mengganti sel-sel
8

yang rusak pada stadium akhir hati mengkerut, keras dan hampir tidak mempunyai
parenkim normal yang mengakibatkan hipertensi portal dan payah hati.
b. Sirosis post nekrotis
Terjadi setelah terjadi bercak nekrosis pada jaringan hati akibat degenerasi nodul
yang besar dan kecil dikelilingi dan dibatasi oleh parut dan disisipi oleh parenkim hati
normal. Kebanyakan sirosis post nekrotik diderita oleh orang yang menderita hepatitis
kronik. Hal ini dibuktikan dengan hasil test yang positif terhadap HBAg.
c. Sirosis Billier
Penyebab terserang adalah obstruksi posthepatik saluran empedu menyebabkan
penumpukan empedu dalam hati disertai destrulgi sel hati. Hati membesar kuat bergranula
halus dan berwarna hijau ikterus merupakan gejala dini dan gejala primer dan tanda lain
adalah pruritus, malabsorbsi dan steatorhea.
9

6. Tanda dan Gejala
- Anoreksia
- Kembung dan mual
- Mencret
- Konstipasi
- Berat badan menurun
- Pembengkakan pada kedua kaki
- Air seni kuning tua/kecoklatan
- Mata menjadi kuning
- Hematemesis dan melena
- Demam
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah : Anemia, trombositopenia, leukopenia
b. LFT: peningkatan SGOT, SGPT, laktat dehidrogenase, serum alkaline,
phosphatase
c. Albumin yang menurun dan peningkatan kadar globulin
d. Serum protein
e. Kolinesterase untuk menilai kemampuan sel hati
f. Kadar elektrolit untuk pembatasan garam dalam diit dan penggunaan diuretik
g. Masa protrombin
h. Kadar gula darah yang meningkat
i. AFP menunjukkan transformasi ke arah keganasan
j. X-Ray mengetahui adanya varices esofagus.
k. USG memberikan perbedaan densitas antara sel-sel parenkim hati dan jaringan
parut.
l. MRI dan radioisotop hati memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah
hepatik serta obstruksi aliran tersebut.
m. Esofagoskopi
n. ERCP endoscopic retrograde colanic prancreatography untuk menyingkirkan
adanya obstruksi venstra hepatik
o. Angiografi
10

8. Therapi
a. Antacida : mengurangi distres lambung, terminimalkan perdarahan gastrointestinal
b. Vitamin K dan suplemen nutrisi: meningkatkan proses penyembuhan dan
memperbaiki status gizi pasien.
c. Preparat diuretik: mempertahankan kalium saat diperlukan untuk mengurangi
ascites.
d. Asupan protein dan kalori yang adekuat.
9. Komplikasi
a. Coma hepaticum
b. Perdarahan gastrointestinal
c. Ulkus pepticum
d. Karsinoma hepatocellular
e. Infeksi
f. Hipertensi portal
g. Asites
h. Varises esofagus
i. Peritonitis bacterial spontan
j. Sindroma hepatorenal
k. Transformasi ke arah kanker hati
10. Discharge Planning
a. Siapkan dan ajarkan mengenai obat-obatan, seperti nama obat, indikasi, dosis,
jadwal/waktu dan efek samping.
b. Perubahan diit terutama garam protein dan cairan.
c. Kebutuhan terhadap perubahan gaya hidup dan stop alcohol.
d. Waspadai agen hepatotoksik khususnya obat bebas seperti aspirin dan parasetamol.
e. Beri informasi tanda dan gejala perdarahan dan perlu memberitahu petugas
kesehatan jika hal ini terjadi.
11

B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat penyakit hepatitis tipe B dan C
- Riwayat konsumsi alkohol
- Riwayat penyakit DM
- Riwayat penggunaan obat toksik terhadap hati seperti: MTX, INH, metildopa
- Riwayat penyakit malaria
b. Pola nutrisi metabolik
- Anoreksia
- Dispepsia
- Nausea dan vomitus
- Penurunan BB
- Jaundice
- Anemia
- Leukopenia
- Trombositopenia
- Perdarahan gusi
- Petechie
- Ikterik pada sklera mata
- Defisiensi vitamin
c. Pola eliminasi
- Diare atau konstipasi
- Melena
- Retensi cairan
- Air kemih berwarna seperti teh pekat
- Edema
d. Pola aktivitas dan latihan
- Merasa tidak bugar/fit
- Perasaan cepat lelah
- Perubahan tekanan darah
12

e. Pola tidur dan istirahat
- Sulit tidur
- Gelisah
- Apatis pada siang hari
f. Pola persepsi kognitif
- Bingung
- Coma
- Disorientasi
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Perubahan body image
- Pernyataan pembatasan pola hidup
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Perasaan negatif tentang diri
- Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan
- Perubahan peran
i. Pola reproduksi-seksualitas
- Amenorrhoe
- Atrofi testis
- Gynecomastia
- Impoten
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Penyakit dan pengaruh terhadap stress
- Sakit kronik
- Perubahan-perubahan yang terjadi
k. Pola sistem nilai-kepercayaan
- Merasa lebih dekat dengan Tuhan
13

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. diet tidak adekuat/ ketidakmampuan
mencerna.
b. Volume cairan tubuh berlebihan b.d. asites.
c. Kerusakan integritas kulit b.d. gangguan sirkulasi/status metabolik.
d. Resiko tinggi ketidakefektif pola nafas b.d asites.
e. Resiko tinggi perdarahan b.d. perubahan faktor pembekuan dan hipertensi portal.
f. Intoleransi beraktivitas b.d. cepat lelah dan lemas.
g. Gangguan rasa nyaman b.d. gatal-gatal, rasa begah/penuh di perut.
3. Intervensi
a. Dx 1 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diet tidak adekuat / ketidak
mampuan mencerna.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan nutrisi yang adekuat setelah dilakukan asuhan
keperawatan.
HYD: Perubahan status nutrisi dapat diperbaiki dengan kriteria: BB dalam batas
ideal, makan habis 1 porsi dalam waktu 2 minggu, tidak mengalami
malnutrisi lebih lanjut dan hasil lab dalam batas normal : Hb = 12-16 g/dl,
Ht = 38-49 %.
Intervensi:
1) Timbang berat badan pasien setiap hari.
R/ Mengetahui efektivitas therapi.
2) Beri makanan yang menimbulkan selera dan menyajikan secara menarik.
R/ Menimbulkan selera makan pasien.
3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering setiap 6 jam.
R/ Mengurangi rasa tidak enak di perut/begah.
4) Berikan makan yang halus, hindari makanan yang keras/kasar.
R/ perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada sirosis berat.
5) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
R/ Mencegah rasa tidak enak pada mulut.
14

6) Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi yang adekuat bagi kesehatan klien.
R/ Menjalin kerjasama dalam melaksanakan intervensi keperawatan.
7) Perbanyak waktu istirahat.
R/ Istirahat yang banyak menurunkan kerja hepar.
Kolaborasi :
8) Beri obat antiemetic
R/ Untuk menghilangkan rasa mual.
9) Pantau hasil laboraturium (Hb dan Ht)
R/ Untuk meningkatkan upaya efektivitas program pengobatan.
b. Volume cairan tubuh berlebihan b.d. asites.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat sesuai
kebutuhan tubuh setelah dilakukan asuhan keperawatan.
HYD: Volume cairan tubuh dalam batas normal, ditandai dengan intake-output
seimbang, BB stabil, rasa kembung berkurang, tak ada edema.
Intervensi:
1) Ukur dan catat intake-output cairan.
R/ Mengetahui balance cairan dan respons terhadap terapi.
2) Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
R/ Mengetahui perubahan asites dan akumulasi cairan pada abdomen.
3) Batasi asupan natrium dan kalium sesuai instruksi dokter.
R/ Meminimalkan pembentukan asites dan edema.
4) Anjurkan untuk tirah baring bila ada asites.
R/ Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.
Kolaborasi :
5) Awasi albumin serum dan elektrolit ( khususnya kalium dan natrium)
R/ penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan asmotik koloid plasma,
peningkatan pembentukan edema.
15

6) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
R/ Natrium mingkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area
ektravaskuler.
7) Berikan albumin bebas garam / plasma ekspander sesuai indikasi.
R/ Albumin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotic koloid dalam
kompartemen vaskuler sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif
penurunan terjadinya asites.
8) Berikan obat sesuai indikasi (mis Deuretik)
R/ Untuk mengontrol edema dan asites.
c. Dx 3 : Kerusakan integritas kulit b.d. gangguan sirkulasi/status metabolik.
Tujuan :
HYD : Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit.
Intervensi:
1) Kaji integritas kulit.
R/ Mengetahui keadaan kulit agar dapat mengetahui secara dini dan
melakukan intervensi.
2) Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan selera.
R/ Memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.
3) Lakukan perawatan pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan
melakukan masage dengan lotion pelembut (emulsion).
R/ Mencegah kulit kering.
4) Jaga agar kuku pasien tetap pendek.
R/ Mencegah abrasi kulit
d. Dx 4 : Resiko tinggi ketidakefektif pola nafas b.d asites.
Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda ketidakefektifan pola nafas setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
HYD :
- Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif.
- Tanda –tanda vital dalam batas normal
16

- TD : 120-80 mmHg
- RR : 12- 20 x/mnt
- N : 60-100 x/mnt
- AGD dalam batas normal :
- pH : 7,35-7,45
- PCO2 : 35-45 mmHg
- PO2 : 83-108 mmHg
- HCO3 : 22- 26 mmol/L
Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan.
R/ Pernafasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan
hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen.
2) Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengi, ronki.
R/ Untuk menunjukkan terjadinya komplikasi.
3) Observasi penurunan kesadaran.
R/ Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan
yang sering disertai dengan koma hepatic.
4) Pertahankan kepala tempat tidur, posisi miring.
R/ Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.
5) Observasi peningkatan suhu, catat adanya menggigil, meningkatnya batuk,
perubahan warna / karakteristik sputum.
R/ Menunjukkan adanya infeksi, contoh pneumonia.
Kolaborasi :
6) Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
R/ Untuk mencegah hipoksia bila pernafasan tidak adekuat.
e. Resiko tinggi perdarahan b.d. perubahan faktor pembekuan dan hipertensi portal.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan tidak terjadi perdarahan setelah dilakukan
asuhan keperawatan.
HYD: - Homeostasis dapat dipertahankan dengan tidak terjadi perdarahan ditandai
dengan, tidak ada tanda terjadi perdarahan seperti mimisan, bercak
berdarah.
17

- Tanda – tanda vital dalam batas normal :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 60-100 x/mnt
- S : 36,5 – 37,5 oC
Intervensi:
1) Observasi TTV dan tanda perdarahan.
R/ Mengetahui tanda-tanda hipovolemia dan shock.
2) Catat dan amati karakteristik faeces dan urin yang keluar.
R/ Mendeteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal.
3) Mewaspadai rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.
R/ Dapat menunjukkan tanda-tanda dini perdarahan dan shock.
4) Anjurkan klien menggunakan sikat gigi yang lembut, hindari mengejan dan
mengeluarkan sekresi hidung dengan keras.
R/ Meminimalkan trauma yang dapat menimbulkan perdarahan.
5) Berikan obat sesuai indikasi, vitamin tambahan (vitamin K, D, C).
R/ Meningkatkan mekanisme pembekuan darah.
f. Intoleransi beraktivitas b.d. cepat lelah dan lemas.
Tujuan : Tidak terjadi kelemahan fisik setelah dilakukan asuhan keperawatan.
HYD : - Peningkatan energi dan partisipasi dalam beraktivitas.
- Klien mampu memenuhi kebutuhan dasar perawatan diri ( seperti
mandi eliminasi dan lain-lain).
Intervensi:
1) Berikan diit tinggi kalori dan protein.
R/ Memberikan kalori bagi tenaga dan protein pada proses penyembuhan.
2) Berikan tirah baring, lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
R/ Memungkinkan waktu istirahat untuk pasien tanpa gangguan.
4) Berikan suplemen vitamin A, B kompleks C dan K.
18

R/ Memberikan nutrisi tambahan.
5) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas diselingi istirahat.
R/ Menghemat tenaga pasien untuk melakukan latihan dalam batas
kemampuan.
6) Observasi TTV sebelum dan sesudah beraktivitas.
R/ Mengetahui tanda-tanda perubahan.
h. Dx : Gangguan rasa nyaman b.d. gatal-gatal, rasa begah/penuh di perut.
Tujuan : Klien dapat merasa nyaman setelah dilakukan asuhan keperawatan.
HYD: Meningkatkan rasa nyaman ditandai dengan, badan tidak rasa gatal dalam
waktu 2x24 jam, rasa begah/penuh berkurang.
Intervensi:
1) Beri tirah baring dan posisi yang nyaman menurut pasien.
R/ Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati.
2) Kurangi asupan natrium dan cairan sesuai instruksi dokter.
R/ Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.
3) Menjaga higiene pasien.
R/ Mengurangi rasa gatal.
4) Berikan therapi antispasmodik dan sedativa seperti yang diresepkan.
R/ Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan gangguan rasa nyaman
pada abdomen.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pungsi asites.
R/ Mengurangi rasa begah/penuh pada abdomen.
19