Sirosis hepar
-
Upload
deamojadidokter -
Category
Documents
-
view
85 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Sirosis hepar

DAFTAR MASALAH
Nama : Tn. P No. RM : 01008522
No. ProblemTanggal
ditemukanMasalah
Selesai Terkontrol Tetap
1. Syok hipovolemik11 Oktober 2012
12 Oktober 2012
2.Hematemesis melena
11 Oktober 2012
3.Anemia normokrom normositik
11 Oktober 2012
4. Azotemia 11 Oktober 2012
15 Oktober 2012
1

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Tgl lahir : 01-07-1939
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Alamat : Wirun Mojolaban RT 3/5 Sukoharjo
No. RM : 01008522
Tanggal masuk : 11 Oktober 2012
Tanggal pemeriksaan : 15 Oktober 2012
II. ANAMNESIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2012 di
bangsal Melati III Kamar 16 C.
A. Keluhan Utama
Muntah darah
B. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh muntah darah. Muntah darah terjadi
secara tiba-tiba. Muntah darah berupa darah warna hitam menggumpal bercampur
dengan makanan. Muntah darah terjadi 1-2 kali perhari @ ½-1 gelas belimbing.
Muntah darah tidak berkurang dengan minum jamu yang dibeli dari warung.
Makin lama muntah darah makin bertambah banyak.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati dirasakan seperti
diremas-remas, ditusuk-tusuk, perut terasa perih dan panas. Nyeri ulu hati
dirasakan hilang dan timbul. Nyeri terutama dirasakan pasien saat terlambat
makan atau makan makanan yang pedas. Nyeri berkurang dengan makan atau
minum obat promaag yang dibeli di warung/apotek. Nyeri makin lama dirasakan
makin bertambah.
2

Pasien juga mengeluh badan terasa lemas. Lemas terjadi perlahan-lahan. Pada
awalnya ringan, makin lama makin bertambah lemas. Lemas tidak berkurang
dengan makanan. Lemas makin bertambah dengan aktifitas. Dada berdebar-debar
(+), nyeri dada (-), dada terasa ampeg (-), sesak napas (-), demam (-), pusing
nggliyer (+), mata berkunang-kunang (+), telinga berdenging (-).
Pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam. BAB hitam 2-3 kali perhari @ ½-
1 gelas belimbing, BAB lembek, BAB darah (-), BAB berbau amis seperti petis,
jika disiram air berubah warna menjadi merah, nyeri saat BAB (-).
BAK 5-6 kali perhari @ ½-1 gelas belimbing, warna kuning jernih, BAK batu
(-), BAK nyeri (-), BAK pasir (-), BAK darah (-), BAK seperti teh (-).
Sejak 5 tahun yang lalu pasien sering merasakan nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati
disertai mual dan perih. Nyeri sedikit berkurang jika untuk makan atau minum
obat maag dari warung atau apotek. Nyeri bertambah jika makan makanan yang
pedas atau terlambat makan.
Sejak 10 tahun yang lalu pasien sering minum obat penghilang rasa sakit
setiap pasien merasa pegal linu. Obat ini biasa dibeli di apotek, pasien mengaku
lupa nama obat yang biasa dikonsumsi. Pasien mengaku biasa minum obat ini 3-4
kali dalam seminggu.
C. Riwayat penyakit dahulu
1. Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
2. Riwayat sakit gula : Disangkal
3. Riwayat mondok : Disangkal
4. Riwayat sakit jantung : Disangkal
5. Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
6. Riwayat sakit asma : Disangkal
7. Riwayat batuk lama : Disangkal
8. Riwayat alergi : Disangkal
9. Riwayat sakit kuning : Disangkal
10. Riwayat arthritis : Disangkal
D. Riwayat penyakit keluarga
1. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
2. Riwayat DM : disangkal
3. Riwayat TBC : disangkal
3

4. Riwayat sakit kuning : disangkal
5. Riwayat keganasan : disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat kebiasaan merokok : disangkal
2. Riwayat kebiasaan minum alkohol : disangkal
3. Riwayat kebiasaan minum jamu : disangkal
4. Riwayat kebiasaan minum obat-obatan bebas : (+) minum obat maag
dan penghilang sakit dari
warung atau apotek
5. Riwayat olahraga : disangkal
F. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pria dengan satu orang istri, 2 orang anak dan 3
orang cucu. Saat ini pasien adalah pensiunan guru SD dan tinggal serumah dengan
anaknya. Pasien datang dengan dibiayai Askes.
G. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, pasien makan tidak teratur 2-4x kali sehari dengan nasi,
sayur, dan makan lauk pauk daging, telur, ikan, tahu, tempe, dan minum air putih.
Sejak beberapa tahun terakhir pasien mengaku berusaha mengurangi porsi makan
lauk karena takut dengan usianya yang sudah tua.
H. Anamnesis Sistem
1. Kepala : Sakit kepala (-), pusing cekot cekot (-), nggliyer (+), jejas (-) ,
leher cengeng (-)
2. Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda, (-),
pandangan berputar (-), berkunang- kunang (+), mata kuning
(-)
3. Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
4. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar
cairan (-), darah (-)
5. Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-
pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), lidah kotor (-)
4

6. Leher dan tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal
(-),
7. Sistem respirasi : Sesak napas (-), batuk (-), dahak cair (-),
batuk darah (-), mengi (-)
8. Sistem kardiovaskuler : Sesak napas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (+)
9. Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), muntah darah
(+), perut sebah (-),diare (-), nyeri ulu hati (+), nafsu
makan menurun (-), susah berak (-), berak lendir
darah (-), berak hitam (+), BB turun (-)
10. Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
11. Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar
darah (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing
(-), warna kencing kuning pekat (-)
12. Ekstremitas : Atas : Luka (-), ujung jari terasa dingin (-),
kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi
(-),panas (-), berkeringat (-)
Bawah : Luka (-), tremor (-), ujung jari terasa
dingin (-), kesemutan di kedua kaki (-),
sakit sendi (-), bengkak (-/-) pitting
oedem
13. Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-),
emosi tidak stabil (-)
14. Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (- ), gatal (-), bercak hitam di
tangan dan kaki (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15 Oktober 2012.
1. Keadaan umum : tampak lemas, sakit sedang,
composmentis, gizi kesan cukup
2. Tanda vital : Tekanan darah : 100/ 60 mmHg
Frekuensi napas : 20 x/ menit
Nadi : Frekuensi 86 x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup, equal
5

Suhu : 36.5 0C per axiller
3. Status Gizi : BB 50 kg
TB 155 cm
BMI 50/ (1,55)2 = 20,1 kg/m2 kesan berat badan
normoweight.
4. Kulit : Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor (N), kulit
kering di kedua tungkai (+), hematoma di tangan (-).
5. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok
(-), mudah dicabut (-), luka (-)
6. Wajah : Moon face (-), atrofi musculus temporalis (-),oedem (-)
7. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor
dengan diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+) normal,
edema palpebra (-/-), strabismus (-/-), lensa keruh (-/-)
8. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid
(-) gangguan fungsi pendengaran (-/-)
9. Hidung : Epistaksis (-), napas cuping hidung (-), sekret
(-), fungsi pembau baik
10. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+), bibir
kering (-), sariawan (-), pucat (-), lidah kotor (-), tepi lidah
hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah atropi (-), luka
pada sudut bibir (-), pharyng hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
11. Leher : JVP (R+2 cm); trakea di tengah, simetris; KGB tidak
membesar
12. Thoraks : Bentuk normochest, simetris, atrofi musculus pectoralis
(-/-), spider nevi (-), ginecomastia (-), retraksi in-
terkostalis (-), retraksi supraklavikula (-), pernapasan tho-
rakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar
getah bening aksilla(-), rambut ketiak rontok (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
6

Batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea mediclavicularis
sinistra
Batas kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Pinggang jantung : SIC III ±1 cm lateral linea parasternalis sinistra
Kesan : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas murni, reguler, bising (-),
gallop (-).
Pulmo
Posterior :
Inspeksi Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar,
iga tidak melebar
Dinamis : Pengembangan dada kanan=kiri simetris, sela
iga tidak melebar, retraksi interkostalis (-),
retraksi supraklavikula (-).
Palpasi Statis : NT (-)
Dinamis : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Kanan : Sonor
Kiri : Sonor, mulai redup pada batas paru jantung.
Auskultasi Kanan : Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-)
Kiri : Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-)
Anterior :
Inspeksi Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar,
iga tidak melebar
Dinamis : Pengembangan dada kanan=kiri simetris, sela
iga tidak melebar, retraksi interkostalis (-),
retraksi supraklavikula (-).
Palpasi Statis : NT (-)
7

Dinamis : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Kanan : Sonor
Kiri : Sonor, mulai redup pada batas paru jantung.
Auskultasi Kanan : Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-)
Kiri : Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki
basah halus (-)
13. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut = dinding dada, distensi (-) , venektasi (-),
sikatrik (-), striae (-), vena kolateral (-), hernia umbilikalis
(-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, liver span 10 cm, pekak sisi (-), pekak alih (-),
puddle sign (-), area troube tympani, ascites (-)
Palpasi : hepar tidak teraba, nyeri tekan (+) regio hypochondriaca
dextra dan epigastrium, Murphy sign (-) bruit (-), lien
tidak teraba membesar, kenyal, tepi tumpul, permukaan
rata, nyeri tekan (-), bruit (-)
14. Punggung : Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-) bengkak (-).
15. Genitourinaria : Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-), nyeri tekan
suprapubik (-)
16. Kelenjar getah bening inguinal : KGB inguinal tidak membesar
17. Ekstremitas :
Atas : kanan = kiri simetris, ruam (-), nyeri tekan (-), deformitas (-),
inflamasi (-), luka (-), kuku sendok (-), jari tabuh (-), sianosis (-),
ikterik (-) krepitasi (-), telapak warna jerami (-), kulit kering (-), pal-
mar eritema (-/-)
Bawah :
kanan : ruam (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), inflamasi (-), luka (-),
sianosis (-), ikterik (-), krepitasi (-), kulit kering (+), callus (-)
8

kiri : ruam (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), inflamasi (-), luka (-),
sianosis (-), ikterik (-), krepitasi (-), kulit kering (+), callus (-)
Akral dingin Oedema
18. Rectal toucher : tonus muskulus sfingter ani dalam batas normal, lendir (-),
darah (-), massa (-), mukosa licin (+), sarung tangan lendir
darah (-), feses (+) warna hitam seperti petis, konsistensi
lembek, bau amis, saat feses dialiri air warna menjadi
merah.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah
11/10 12/10 13/10 14/10 15/10 18/10 22/10 Satuan Nilai RujukanHematologi Rutin
Hb 4.2 5.4 5.5 7.7 8.0 9.2 10.3 gr/dlLk : 13.5-18.0Pr : 12.0-16.0
Hct 13 17 18 24 24 29 32 % 33-45AE 1.38 1.83 1.89 2.70 2.84 3.20 3.72 106/Ul 4.50 – 5.90
AL 13.4 13.6 8.7 11.0 7.7 6.2 5.9 103/Ul 4.5-11
AT 153 175 150 175 194 209 288 103/Ul 150-440
Gol.Darah AIndex Eritrosit
MCV 84.3 /um 80.0-96.0MCH 28.3 pg 28.0-33.0MCHC 33.5 g/dl 33.0-36.0RDW 19.6 % 11.6-14.6HDW 4.1 g/dl 2.2-3.2MPV 7.0 fl 7.2-11.1PDW 58 % 25-65
Hitung JenisEosinofil 3.00 % 0.00-4.00Basofil 0.20 % 0.00-2.00
Netrofil80.30
% 55.00-80.00
Limfosit10.60
% 22.00-44.00
Monosit 5.10 % 0.00-7.00LUC/AMC 0.70 %
- -
- -
9

HemostasisPT 13.4 detik 10.0-15.0APTT 29.5 detik 20.0-40.0
INR1.050
Kimia KlinikGDS 129 mg/dl 60-140
Ureum 99 58 45 11 mg/dl <50Kreatinin 0.7 0.7 0.4 0.3 mg/dl 0.8-1.3
SGOT 15 26 u/L 0-35SGPT 12 11 u/L 0-45
HBsAg Non reaktif Non reaktif
ElektrolitNa 139 147 140 139 mmol/L 136 – 146K 4.4 3.8 3.5 3.9 mmol/l 3.5 – 5.1Ca ion 1.11 1.09 1.06 mmol/L 1,17 – 1,29Cl 114 mmol/L 98-106
Lain-lainFerritin 29.5 ng/ml 20.0-200.0SI 7 ug/dL 27-138TIBC 146 ug/dL 228-428Saturasi Transferin
4.8% 15.0-45.0
Gamma GT
8u/L <55
Alkali fos-fatase
21u/L 56-119
Asam urat 4.7 mg/dL 2.4-6.1Kolesterol total
110mg/dL 50-200
LDL koles-terol
55mg/dL 88-186
HDL kolesterol
23mg/dL 31-75
Trigliserida 98 mg/dL <150
B. Urine rutin
Urinalisa 18/10/12 Satuan Nilai Rujukan Warna KuningKejernihan Sl cloudyKimia Urin
Ph 6.0 4.5-8.0Berat Jenis 1.020 1.015- 1.025Lekosit negatif /LPB NegatifNitrit negatif NegatifProtein negatif mg/dl NegatifGlukosa Normal mg/dl Normal
10

Keton negatif NegatifUrobilinogen negatif mg/dl NormalBilirubin negatif mg/dl NegatifEritrosit negatif /uL negatifMikroskopis
Eritrosit 3.4 /ul 0-6.41 /LPB 0-5
Leukosit 5.3 /uL 0-5.81 /LPB 0-12
EpitelEpitel squamus - /LPK NegatifEpitel transisional - /LPK NegatifEpitel Bulat - /LPK NegatifSilinder - Hyalin - Granulated - Leukosit
0--
/LPK/LPK/LPK
0-3NegatifNegatif
Yeast like cell 0.0 /uL 0.0-0.0Mukus 0.85 /uL 0.00-0.00Sperma 0.0 /uL 0.0-0.0Konduktivitas 22.6 mS/cm 3.2-32.0Lain-lain bakteri memenuhi lapang pandang pe-
meriksaan, benang mukus (-)
C. Parasitologi Dan Mikologi Klinik (17 Oktober 2012)
Sampel : tinja
Makroskopis :
Warna : hitam
Konsistensi : lunak
Lendir : negatif
Pus : negatif
Darah : negatif
Lain-lain : kuman (+)
Mikroskopis :
Sel epitel : (+)
Eritrosit : negatif
Cacing : negatif
Telur/larva/proglotid : negatif
Lekosit : (+)
Protozoa : negatif
Kesimpulan : tinja lunak warna hitam, tidak ditemukan parasit maupun jamur
11

patogen
D. Radiologi (17 Oktober 2012)
Abdomen/BNO :
Tak tampak batu opaque sepanjang traktus urinarius
Spondilosis lumbalis
USG Abdomen (Hepar), Lien, Pankreas, Ginjal :
Hepar, GB, pankreas, lien, kedua ren normal
Gaster dinding menebal
VU dinding menebal, batu (-)
Prostat ekostruktur normal
Kesan : Gastritis
Cystitis
V. RESUME
Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh muntah darah. Muntah darah berupa
darah warna hitam menggumpal bercampur dengan makanan, terjadi 1-2 kali
perhari @ ½-1 gelas belimbing. Muntah darah tidak berkurang dengan minum
jamu yang dibeli dari warung. Makin lama muntah darah makin bertambah
banyak. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati seperti diremas-remas, ditusuk-
tusuk, perut terasa perih dan panas, dirasakan hilang dan timbul. Nyeri terutama
saat terlambat makan atau makan makanan yang pedas. Nyeri berkurang dengan
makan atau minum obat promaag yang dibeli di warung/apotek. Pasien juga
mengeluh badan terasa lemas. Pada awalnya ringan, makin lama makin
bertambah lemas. Lemas tidak berkurang dengan makanan. Lemas makin
bertambah dengan aktifitas. Dada berdebar-debar (+),pusing nggliyer (+), mata
berkunang-kunang (+).
Pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam. BAB hitam 2-3 kali perhari @ ½-
1 gelas belimbing, BAB lembek, BAB berbau amis seperti petis, jika disiram air
berubah warna menjadi merah. BAK dalam batas normal.
Sejak 5 tahun yang lalu pasien sering merasakan nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati
disertai mual dan perih. Nyeri sedikit berkurang jika untuk makan atau minum
12

obat maag dari warung atau apotek. Nyeri bertambah jika makan makanan yang
pedas atau terlambat makan.
Sejak 10 tahun yang lalu pasien sering (3-4 kali dalam seminggu) minum obat
penghilang rasa sakit setiap pasien merasa pegal linu yang biasa dibeli di apotek,
pasien mengaku lupa nama obat yang biasa dikonsumsi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi
nafas 20 x / menit, nadi 86 x / menit, suhu 36,50C. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan nyeri tekan (+) regio hypochondriaca dextra dan epigastrium. Pada
pemeriksaan rectal toucher didapatkan feses warna hitam seperti petis,
konsistensi lembek, bau amis, saat feses dialiri air warna menjadi merah.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb = 8.0 gr/dl; Hct = 24 %; AE =
2.84.106/UI; Ca ion = 1.09 mmol/L; TIBC 146 ug/dL; Saturasi transferin 4.8 %.
Pada pemeriksaan radiologi abdomen/BNO dan USG abdomen didapatkan kesan
gastritis, cystitis.
I. DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis:
1. Muntah darah
2. BAB hitam
3. Nyeri ulu hati
4. Badan lemas, dada berdebar-debar, nggliyer, mata berkunang-kunang
Pemeriksaan Fisik:
5. Nyeri tekan regio hypochondriaca dextra dan epigastrium
Pemeriksaan penunjang:
6. Hb 8.0 g/dl
7. Hct 24 %
8. Antal Eritrosit 2.84x106/UI
9. Ca ion 1.06 mmol/L
10. TIBC 146 ug/dL; Saturasi transferin 4.8 %
VI. PROBLEM DAN PEMECAHAN MASALAH
Problem 1. Hematemesis melena
13

Ass : Anamnesis : muntah darah, BAB yang berwarna hitam berbau amis dan
bila disiram berubah warnanya menjadi merah. Pasien juga mengeluhkan
mual, perut terasa nyeri terutama di ulu hati.
Pemeriksaan fisik : abdomen nyeri tekan (+) regio hypochondriaca dextra
dan epigastrium
Rectal toucher didapatkan feses warna hitam, konsistensi lembek, bau
amis, saat feses dialiri air warna menjadi merah
DD gastritis erosif, ulkus peptikum
IpDx : endoskopi
IpTx : bed rest tidak total
Puasa 1x24 jam, selanjutnya diet sonde hepar 1700 kkal
Infus NaCl 0,9% 30 tpm
Infus aminofluid 1 flabot/24 jam
Injeksi ceftriaxone 2 gr/24 jam
Injeksi omeprazole 80 mg bolus, dilanjutkan dengan syring pump 8 mg/
jam
Antasida syr 3x1 cc
Injeksi transamin 1 ampul/8 jam
Sukralfat 3x c 1
IpMx : KUVS/hari, awasi tanda perdarahan
IpEx : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, edukasi
makan lunak dari RS, edukasi makanan yang dipantang, sedukasi tanda-
tanda syok.
Px : Ad bonam
Problem 2. Anemia normokrom normositik
Ass : Anamnesis : merasa cepat lemas, pusing nggliyer
Pemeriksaan fisik : pucat
Pemeriksaan penunjang : Hb 8.0 g/dl; Hct 24 %; Antal Eritrosit
2.84x106/UI; TIBC 146 ug/dL; Saturasi transferin 4.8 %
DD penyakit kronis, perdarahan akut
IpDx : GDT
IpTx : Tranfusi PRC 2 kolf/hari
IpMx : Hb post tranfusi
IpEx : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, pola makan dan diet.
14

Problem 3. Azotemia
Ass : Pemeriksaan penunjang : Ureum 99 mg/dl
DD AKI, Akut on CKD
IpDx : USG urologi
IpTx : Rehidrasi dengan infus NaCl 0,9 % 1 flabot
IpMx : balance cairan
IpEx : edukasi
15

PROGRESS NOTE
Tanggal 11 Oktober 2012 12 Oktober 2012Subyektif lemas, muntah darah BAB darah (+)Obyektif - KU: tampak lemah, compos mentis
- T : 70/50- Rr : 28 x/menit- N : 100 x/menit- Suhu : 37°C- Mata: CP (+/+), SI (-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, M(+) sistolic ejection, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin:
- KU: lemah, CM- T : 110/60- Rr : 22x/menit- N : 80x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (+/+), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, M(+) sistolic ejection, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
Pemeriksaan Penunjang
- Terlampir - Terlampir
Assesment - Syok hipovolemik- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif,
ulcus pepticum, varises esofagus- Anemia normokrom normositik dd/
penyakit kronik, perdarahan akut- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD
- Syok hipovolemik (teratasi)- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif,
ulcus pepticum, varises esofagus- Anemia normokrom normositik dd/
penyakit kronik, perdarahan akut- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD
Planning - KUVS/4 jam- Awasi perdarahan dan tanda-tanda syok- BC pagi, motivasi keluarga- Tranfusi PRC 2 kolf segera (tanpa
premed)
- KUVS/4 jam- Awasi perdarahan dan tanda-tanda syok
Terapi - Bed rest tidak total- Puasa 2x24 jam : diet sonde hepar 1700
kkal- Infus guyur 2 line:
Infus NaCl 0,9% 30 tpm (ki)Infus NaES 20 tpm (ka)
- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9% 50 cc kecepatan 5 cc/jam
- Tranfusi PRC 2 kolf/hari s/p Hb ≥ 10 g/dl- Sukralfat syr 3x1 cth
- Bed rest tidak total- Puasa 2x24 jam : diet sonde hepar 1700
kkal- Infus Infus NaCl 0,9% 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 5 cc/jam- Tranfusi PRC 2 kolf/hari s/p Hb ≥ 10 g/dl- Sukralfat syr 3x1 cth
16
+ +
+ +
- -- -

Tanggal 13 Oktober 2012 14 Oktober 2012Subyektif BAB darah (+) BAB darah (-)Obyektif - KU: lemah, CM
- T : 120/80- Rr : 20x/menit- N : 82x/menit- Suhu : 36,7 °C- Mata: CP (+/+), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
- KU: lemah, CM- T : 120/70- Rr : 17x/menit- N : 86x/menit- Suhu : 36,5 °C- Mata: CP (+/+), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
Pemeriksaan Penunjang
- Terlampir - Terlampir
Assesment - Syok hipovolemik (teratasi)- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif,
ulcus pepticum, varises esofagus- Anemia normokrom normositik dd/
penyakit kronik, perdarahan akut- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD
- Syok hipovolemik (teratasi)- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif,
ulcus pepticum, varises esofagus- Anemia normokrom normositik dd/
penyakit kronik, perdarahan akut- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD
Planning - KUVS/4 jam- Awasi perdarahan dan tanda-tanda syok
Awasi perdarahan dan tanda-tanda syok
Terapi - Bed rest tidak total- Puasa 2x24 jam : diet sonde hepar 1700
kkal- Infus Infus NaCl 0,9% 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 5 cc/jam- Tranfusi PRC 2 kolf/hari s/p Hb ≥ 10 g/dl- Sukralfat syr 3x1 cth
- Bed rest tidak total- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
17
- -- -
- -- -

Tanggal 15 Oktober 2012 16 Oktober 2012SubyektifObyektif - KU: lemah, CM
- T : 120/80- Rr : 18x/menit- N : 78x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
- KU: lemah, CM- T : 120/70- Rr : 18x/menit- N : 78x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
Pemeriksaan Penunjang
- Terlampir - Terlampir
Assesment - Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
PlanningTerapi - Bed rest tidak total
- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
- Bed rest tidak total- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
18
- -- -
- -- -

Tanggal 17 Oktober 2012 18 Oktober 2012SubyektifObyektif - KU: lemah, CM
- T : 120/70- Rr : 18x/menit- N : 78x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
- KU: lemah, CM- T : 110/70- Rr : 20x/menit- N : 82x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
Pemeriksaan Penunjang
- Terlampir - Terlampir
Assesment - Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
PlanningTerapi - Bed rest tidak total
- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
- Bed rest tidak total- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
19
- -- -
- -- -

Tanggal 19 Oktober 2012 20 Oktober 2012SubyektifObyektif - KU: lemah, CM
- T : 110/60- Rr : 18x/menit- N : 84x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
- KU: lemah, CM- T : 100/70- Rr : 20x/menit- N : 82x/menit- Suhu : 36,8 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
Pemeriksaan Penunjang
- Terlampir - Terlampir
Assesment - Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
PlanningTerapi - Bed rest tidak total
- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
- Bed rest tidak total- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
20
- -- -
- -- -

Tanggal 21 Oktober 2012 22 Oktober 2012SubyektifObyektif - KU: lemah, CM
- T : 120/70- Rr : 22x/menit- N : 86x/menit- Suhu : 36,7 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
- KU: lemah, CM- T : 110/70- Rr : 18x/menit- N : 82x/menit- Suhu : 36,6 °C- Mata: CP (-/-), SI(-/-)- Leher: JVP(R+2)cm, KGB tidak
membesar.- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) normal, tympani, supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - -- -
- Oedem:
Pemeriksaan Penunjang
- Terlampir - Terlampir
Assesment - Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut
- Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
- Hematemesis melena dd/ gastritis erosif, ulcus pepticum, varises esofagus (per-baikan)
- Anemia normokrom normositik dd/ penyakit kronik, perdarahan akut Azotemia dd/ AKI, acute on CKD (ter-atasi)
PlanningTerapi - Bed rest tidak total
- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
- Bed rest tidak total- Diet sonde hepar 1700 kkal- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm- SP Gastrofer 2 ampul dalam NaCl 0.9%
50 cc kecepatan 6 cc/jam- Antasyd syr 3xcth 1- Sukralfat syr 3x1 cth- CaCO3 3x1
21
- -- -
- -- -

ALUR KETERKAITAN MASALAH
22
Hematemesis Melena
DD: Gastritis erosif
Ulcus pepticum
Variceal bleeding
Anemia normositik normokromik Syok hipovolemik
Konsumsi obat
penghilang nyeri jangka
panjang
azotemia

TINJAUAN PUSTAKA
HEMATEMESIS DAN MELENA
A. DEFINISI
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah
darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran
cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering di-
jumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
B. ETIOLOGI
1. Kelainan di esofagus
- Varises esofagus
Pada umumnya sifat perdarahan spontan dan masif, penderita tidak pernah
mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium
- Karsinoma esofagus
Klinis tampak badan mengurus, anemis, dengan keluhan disfagia
- Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum terjadi perdarahan didahului muntah-muntah hebat yang terus
menerus, biasanya pada peminum alkohol atau hamil muda.
- Esofagitis dan tukak esofagus
2. Kelainan di lambung dan duodenum
- Gastritis erosiva hemoragika
Timbul setelah penderita minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi
lambung
- Tukak lambung/duodenum
Sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan
3. Kelainan darah
- Hemofilia
- Trombositopenia purpura
Dari penelitian Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM di dapatkan
penyebab perdarahan saluran cerna baian atas terbanyak adalah pecahnya varises
esophagus. Penyebab varises esofagus merupakan yang terbanyak di Indonesia,
disebabkan oleh penyakit sirosis hati. Secara teoritis lengkap terjadinya penyakit
23

atau kelainan saluran cerna bagian atas disebabkan oleh ketidakseimbangan fak-
tor agresif dan faktor defensif, dimana faktor agresif meningkat atau factor defen-
sifnya menurun. Yang dimaksud dengan faktor agresif antara lain asam lambung,
pepsin, refluks asam empedu, nikotin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS),
obat kortikosteroid, infeksi Helicobacter pylori dan faktor radikal bebas. Yang di-
maksud dengan faktor defensif yaitu aliran darah mukosa yang baik, sel epitel
permukaan mukosa yang utuh, prostaglandin, mukus yang cukup tebal, sekresi
bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas mukosa terhadap ion H dan
regulasi pH intra sel.
C. PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi
- Pastikan jalan napas bebas
- O2 jika sesak
- Awasi tanda-tanda syok hipovolemik (tekanan darah, nadi, pernapasan,
vaskularisasi perifer)
- Bed rest total
2. Perbaikan Keadaan Umum
- Bed rest total
- Puasa hingga 24 jam bebas perdarahan
- Pasang NGT
- Bilas lambung (masukkan air es 150 cc ke dalam selang NGT, tunggu 15
menit, keluarkan). Ulang tiap 2 jam hingga perdarahan (-)
- Koagulansia
- Vitamin K
- Antasid/simetidin/sitoprotektor
ANEMIA
A. DEFINISI
Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan dimana
jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen)
dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
24

merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai
yang diperlukan tubuh.
Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukkan penurunan
massa eritrosit adalah kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit. Pada
umumnya ketiga parameter tersebut saling bersesuaian. Pada keadaan tertentu
seperti pada dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan, ketiga parameter tersebut
tidak sejalan dengan massa eritrosit. Harga normal hemoglobin sangat bervariasi
secara fisiologik tergantung pada umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan
ketinggian tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO laki-laki dewasa < 13
g/dl, wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, wanita hamil < 11 g/dl.2
Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam-
macam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar dari tubuh(perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
B. KLASIFIKASI
Salah satu klasifikasi untuk menentukan anemia adalah berdasarkan
gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi.
Dalam klasifikasi ini anemia dibagi menjadi 3 golongan
1. Anemia hipokromik mikrositer (MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg) :
a. anemia defisiensi besi
b. thalasemia mayor
c. anemia akibat penyakit kronik
d. anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer (MCV 80-90 fl dan MCH 27-34 pg):
a. anemia pasca perdarahan
b. anemia aplastika
c. anemia hemolitik didapat
d. anemia akibat penyakit kronik
e. anemia pada gagal ginjal kronik
f. anemia pada sindrom myelodisplastik
g. anemia pada keganasan hematologik
3. Anemia makrositer (MCV > 95 fl) :
a. bentuk megaloblastik
25

- anemia defisiensi asam folat
- anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b. bentuk non megaloblastik
- anemia pada penyakit hati kronik
- anemia pada hipotiroidisme
- anemia pada sindrom myelodisplastik
C. PATOFISIOLOGI DAN GEJALA ANEMIA
Gejala umum anemia timbul karena anoksia organ dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen. Gejala umum
anemia menjadi jelas apabila kadar hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl. Berat
ringannya gejala umum anemia tergantung pada: 1) derajat penurunan
hemoglobin; 2) kecepatan penurunan hemoglobin; 3) usia; 4) adanya kelainan
jantung atau paru sebelumnya
Gejala anemia dapat digolongkan menjadi 3 jenis gejala :
1. Gejala umum anemia
Disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ target
serta akibat mekanisme tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala
ini muncul setelah penurunan hemoglobin sampai < 7 g/dl. Sindrom anemia
terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinitus), mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak napas dan dispepsia. Pada
pemeriksaan pasien tampak pucat yang mudah dilihat pada konjungtiva,
mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku. Sindrom anemia
bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia
dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb
< 7 g/dl).
2. Gejala khas masing-masing anemia
a. anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
dan kuku sendok (koilonychia)
b. anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi
vitamin B12
c. anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali
d. anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi
3. Gejala penyakit dasar
26

Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia
sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala
akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotitis dan warna
kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar
lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh
karena arthritis rheumatoid.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium :
1. pemeriksaan penyaring (screening test)
2. pemeriksaan darah seri anemia
3. pemeriksaan sumsum tulang
4. pemeriksaan khusus
E. PENATALAKSANAAN
Hal yang perlu diperhatikan pada terapi Anemia adalah :
1. Pengobatan hendaknya diberikan sesuai dengan diagnosa definitif yang telah
ditegakkan lebih dulu
2. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan
3. Pengobatan dapat berupa : terapi pada keadaan darurat misal perdarahan,
terapi suportif, terapi yang khas untuk masing-masing anemia, terapi kausal
untuk mengobati penyakit dasarnya. Tranfusi diberikan pada anemia pasca
perdarahan akut dan ada tanda-tanda gangguan hemodinamik.
AZOTEMIA
A. DEFINISI
Azotemia adalah kelainan biokimia yaitu peningkatan kadar kreatinin dan ni-
trogen urea darah dan berkaitan dengan penurunan laju filtrasi glomerular.
Berdasarkan lokasi penyebab, azotemia dapat dibagi menjadi azotemia prarenal
dan azotemia pascarenal. Peningkatan tajam kadar urea (>8-20 mg/dL) dan krea-
tinin plasma (> 0.7-1.4 mg/dL) biasanya merupakan tanda timbulnya gagal ginjal
terminal dan disertai gejala uremik.
27

Grafik menunjukkan hubungan antara tingkat filtrasi glomerulus (GFR)
untuk kreatinin serum kondisi mapan dan nitrogen urea darah (BUN) tingkat.
Seperti ditunjukkan dalam gambar ini, penyakit ginjal dini, penurunan substansial
dalam GFR dapat menyebabkan hanya sedikit elevasi kreatinin serum.
Ketinggian di kreatinin serum hanya terlihat ketika GFR turun menjadi sekitar 70
mL / menit.
Grafik menunjukkan hubungan antara tingkat filtrasi glomerulus (GFR)
untuk kreatinin serum kondisi mapan dan nitrogen urea darah (BUN) tingkat.
Seperti ditunjukkan dalam gambar ini, penyakit ginjal dini, penurunan substansial
dalam GFR dapat menyebabkan hanya sedikit elevasi kreatinin serum.
Ketinggian di kreatinin serum hanya terlihat ketika GFR turun menjadi sekitar 70
mL / menit.
Setiap ginjal manusia mengandung sekitar 1 juta unit fungsional, yang
disebut nefron, yang terutama terlibat dalam pembentukan urin. Urine
pembentukan memastikan bahwa tubuh menghilangkan produk akhir kegiatan
metabolisme dan kelebihan air dalam upaya untuk memelihara lingkungan
internal yang konstan (homeostasis).
Pembentukan Urine oleh setiap nefron melibatkan 3 proses utama, sebagai
berikut: penyaringan di tingkat glomerular, reabsorpsi selektif dari filtrat yang
lewat di sepanjang tubulus ginjal, dan sekresi oleh sel-sel tubulus ke dalam filtrat.
Perturbasi dari setiap proses ini merusak fungsi ekskresi ginjal ini, mengaki-
batkan azotemia.
28

Mengukur fungsi ginjal
Radionuklida penilaian GFR adalah standar kriteria untuk mengukur fungsi
ginjal. Namun, karena mahal dan tidak tersedia secara luas, serum kreatinin dan
klirens kreatinin (CrCl) lebih sering digunakan untuk estimasi GFR. Atau, rumus
di samping tempat tidur (Cockroft dan Gault) dengan menggunakan kreatinin
serum pasien, usia, dan berat badan kurus (dalam kg) dapat digunakan untuk
memperkirakan GFR, sebagai berikut: CrCl (ml / menit) = (140 - umur) X berat
badan (kg) / (72 X kreatinin serum) mg/dL (0,85 X untuk wanita).
B. ETIOLOGI
Penyebab secara luas diklasifikasikan sebagai prerenal, intrarenal, dan
postrenal.
Prerenal azotemia
Azotemia prerenal terjadi sebagai akibat gangguan aliran darah atau penu-
runan perfusi ginjal akibat penurunan volume darah, penurunan curah jantung
(gagal jantung kongestif), penurunan resistensi pembuluh darah sistemik, penu-
runan volume arteri efektif dari sepsis atau sindrom hepatorenal, dan kelainan ar-
teri ginjal.
Penyebab iatrogenik azotemia prerenal, seperti diuresis berlebihan dan pen-
gobatan dengan inhibitor ACE, harus disingkirkan.
Intrarenal azotemia
Azotemia intrarenal terjadi sebagai akibat dari cedera pada glomeruli, tubu-
lus, interstitium. Adanya penyakit sistemik, nokturia, proteinuria, hilangnya ke-
mampuan berkonsentrasi kemih (urin gravitasi rendah tertentu), anemia, dan
hypocalcemia yang sugestif dari azotemia intrarenal kronis.
Postrenal azotemia
Azotemia postrenal terjadi ketika terjadi obstruksi saluran kemih.
Hal ini terjadi pada obstruksi ureter bilateral akibat tumor atau batu, fibrosis
retroperitoneal, kandung kemih neurogenik, dan obstruksi leher kandung kemih
akibat hipertrofi prostat atau karsinoma dan katup uretra posterior.
C. PATOFISIOLOGI
1. Prerenal azotemia
Azotemia prerenal mengacu pada elevasi di BUN dan kadar kreatinin
karena masalah dalam sirkulasi sistemik yang menurunkan aliran ke ginjal.
Dalam azotemia prerenal, penurunan aliran ginjal merangsang retensi garam
29

dan air untuk mengembalikan volume dan tekanan. Ketika volume atau
tekanan menurun, refleks baroreceptor yang terletak di lengkungan aorta dan
sinus karotid diaktifkan. Hal ini menyebabkan aktivasi saraf simpatik, meng-
hasilkan vasokonstriksi arteriol aferen ginjal dan sekresi renin melalui β 1-re-
septor. Penyempitan arteriol aferen menyebabkan penurunan tekanan intra-
glomerular, mengurangi GFR proporsional. Renin mengkonversi angiotensin
I menjadi angiotensin II, yang, pada gilirannya, merangsang pelepasan aldos-
teron. Peningkatan kadar aldosteron hasil dalam penyerapan garam dan air di
tubulus distal pengumpulan.
Penurunan volume atau tekanan adalah stimulus nonosmotic untuk pro-
duksi hormon antidiuretik di hipotalamus, yang diberikannya efeknya dalam
saluran mengumpulkan meduler untuk reabsorpsi air. Melalui mekanisme
yang tidak diketahui, aktivasi sistem saraf simpatis menyebabkan pen-
ingkatan reabsorpsi tubular proksimal garam dan air, serta asam urat BUN,
kreatinin, kalsium,, dan bikarbonat. Hasil bersih dari 4 mekanisme retensi air
garam dan menurun output dan penurunan ekskresi natrium (<20 mEq / L).
2. Intrarenal azotemia
Azotemia intrarenal, juga dikenal sebagai gagal ginjal akut (ARF),
azotemia ginjal-ginjal, dan cedera ginjal akut (AKI), mengacu pada elevasi di
BUN dan kadar kreatinin karena masalah di ginjal itu sendiri. Ada beberapa
definisi, termasuk pada tingkat kenaikan kreatinin serum sekitar 30% dari
dasar atau penurunan mendadak dalam output di bawah 500 mL / d. Jika out-
put yang diawetkan, itu disebut ARF nonoliguric. Jika output turun di bawah
500 ml / ARF oliguri d, hal itu disebut. Segala bentuk ARF mungkin begitu
parah untuk hampir menghentikan pembentukan, suatu kondisi yang disebut
anuria (<100 ml / d).
Penyebab paling umum dari ARF nonoliguric adalah nekrosis tubular
akut (ATN), nefrotoksisitas aminoglikosida, toksisitas lithium, atau nefrotok-
sisitas cisplatin. kerusakan Tubular kurang parah daripada di ARF oliguri. out-
put normal dalam ARF nonoliguric tidak mencerminkan GFR normal. Pasien
masih dapat membuat 1440 mL / d urine bahkan ketika GFR turun menjadi
sekitar 1 menit mL / karena reabsorpsi tubular menurun.
Beberapa studi menunjukkan bahwa bentuk-bentuk nonoliguric dari
ARF berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas kurang dari ARF oliguri.
30

studi yang tidak terkontrol juga menunjukkan bahwa ekspansi volume, agen
diuretik kuat, dan vasodilator ginjal dapat mengkonversi oliguri untuk ARF
nonoliguric jika diberikan lebih awal.
Patofisiologi ARF oliguri atau nonoliguric akut tergantung pada lokasi
anatomi cedera. Dalam ATN, kerusakan epitel menyebabkan penurunan ke-
mampuan fungsional dalam tubulus untuk menyerap kembali garam, air, dan
elektrolit lain. Ekskresi asam dan kalium juga terganggu. Dalam ATN lebih
parah, lumen tubular diisi dengan epitel gips, menyebabkan obstruksi intralu-
minal, mengakibatkan penurunan GFR.
Nefritis interstisial akut ditandai dengan peradangan dan edema, se-
hingga azotemia, hematuria, pyuria steril, sel darah putih gips dengan
eosinophiluria variabel, proteinuria, dan gips hialin. Efek bersih adalah hi-
langnya kemampuan berkonsentrasi urin, dengan osmolalitas yang rendah (bi-
asanya <500 mOsm / L), berat jenis rendah (<1,015), natrium urin tinggi (> 40
mEq / L) asidosis tubular, dan kadang-kadang, hiperkalemia dan ginjal . Na-
mun, di hadapan sebuah azotemia prerenal dilapisi, berat jenis, osmolalitas,
dan natrium mungkin menyesatkan.
Glomerulonefritis atau vaskulitis disarankan oleh kehadiran hematuria,
sel darah merah, sel darah putih, granular dan selular gips, dan tingkat variabel
proteinuria. sindrom nefrotik biasanya tidak berhubungan dengan inflamasi
aktif dan sering muncul sebagai proteinuria lebih dari 3,5 g/24jam.
Penyakit glomerular dapat mengurangi GFR akibat perubahan perme-
abilitas membran basal dan karena stimulasi dari sumbu renin-aldosteron.
penyakit glomerular sering bermanifestasi sebagai sindrom nefrotik atau
nephric. Pada sindrom nefrotik, sedimen urin tidak aktif, dan ada gross pro-
teinuria (> 3,5 g / d), hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Azotemia
dan hipertensi jarang pada awalnya, tetapi kehadiran mereka dapat menun-
jukkan penyakit lanjut. Beberapa pasien dengan sindrom nefrotik dapat hadir
dengan ARF. Penurunan sirkulasi kapiler di ginjal akibat edema (nephrosarca)
dan obstruksi tubular dari protein gips telah diusulkan sebagai mekanisme
potensial untuk pengembangan ARF pada pasien dengan sindrom nefrotik.
Pada sindrom nephritic, endapan kencing aktif dengan sel darah putih
atau merah gips, granular gips, dan azotemia. Proteinuria kurang jelas, tetapi
meningkatkan retensi garam dan air dalam glomerulonefritis dapat menye-
31

babkan hipertensi, pembentukan edema, penurunan output, ekskresi natrium
urin rendah, dan peningkatan berat jenis.
Penyakit akut termasuk sindrom vaskulitis pembuluh darah, hipertensi
ganas, krisis skleroderma ginjal, dan penyakit tromboemboli, semua yang
menyebabkan hipoperfusi ginjal dan iskemia menyebabkan azotemia. penyakit
kronis pembuluh darah adalah karena nephrosclerosis jinak hipertensi, yang
belum meyakinkan berhubungan dengan stadium akhir penyakit ginjal dan
penyakit ginjal iskemik dari arteri ginjal bilateral stenosis.
Pada stenosis arteri bilateral ginjal, pemeliharaan tekanan intraglomeru-
lar memadai untuk penyaringan sangat tergantung pada vasokonstriksi arteriol
eferen. Azotemia set di saat angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
atau tipe blocker reseptor angiotensin 2 menyebabkan dilatasi arteriol eferen,
sehingga mengurangi tekanan intraglomerular dan filtrasi. Oleh karena itu, in-
hibitor enzim mengkonversi dan blocker reseptor adalah kontraindikasi pada
stenosis arteri bilateral ginjal.
Sindrom yang terkait dengan tanda-tanda dan gejala akumulasi dari pro-
duk-produk limbah beracun (toksin uremik) disebut uremia dan sering terjadi
pada GFR sekitar 10 mL / menit. Beberapa racun uremik (yaitu, urea, krea-
tinin, fenol, guanidines) telah diidentifikasi, tetapi tidak ada yang telah dite-
mukan bertanggung jawab atas semua manifestasi uremia.
3. Postrenal azotemia
Azotemia postrenal mengacu pada elevasi di BUN dan kadar kreatinin
karena hambatan dalam sistem pengumpulan. Obstruksi mengalir mengarah
pada pembalikan Starling pasukan yang bertanggung jawab untuk penyaringan
glomerular. obstruksi bilateral Progresif menyebabkan hidronefrosis dengan
peningkatan tekanan hidrostatik kapsul Bowman dan penyumbatan tubular
mengakibatkan penurunan progresif dan penghentian paling dalam filtrasi
glomerular, azotemia, asidosis, overload cairan, dan hiperkalemia.
Obstruksi unilateral jarang menyebabkan azotemia. Dengan bantuan dari
obstruksi saluran kemih lengkap dalam waktu 48 jam onset, ada bukti bahwa
pemulihan yang relatif lengkap GFR dapat dicapai dalam waktu seminggu, se-
mentara pemulihan lebih sedikit atau tidak terjadi setelah 12 minggu. obstruksi
parsial Selesai atau berkepanjangan dapat menyebabkan atrofi tubulus dan fi-
brosis ginjal ireversibel. Hidronefrosis mungkin tidak ada jika obstruksi ringan
32

atau akut atau jika sistem pengumpulan terbungkus oleh tumor retroperitoneal
atau fibrosis.
D. GEJALA KLINIS
Prerenal azotemia: Riwayat diare, muntah, panas, mudah lelah, keringat yang
berlebihan, penyakit kronis yang merusak kemampuan pasien untuk makan dan
minum cukup, perdarahan, penyakit hati, gagal jantung kongestif, dan poliuria
(misalnya, disebabkan oleh keracunan lithium, diuretik , diabetes, diabetes in-
sipidus)
Intrarenal azotemia: Riwayat nokturia, poliuria, proteinuria, shock, dan edema.
Riwayat penyakit keluarga atau sistemik, terutama diabetes, hipertensi, lupus
eritematosus sistemik, penyakit vaskuler lainnya, hepatitis B (VHB), hepatitis C
(HCV), sifilis, multiple myeloma, dan AIDS. Riwayat penggunaan obat (mencari
obat nefrotoksik, terutama antibiotik, NSAID, ACE inhibitor, diuretik, dan obat
herbal), paparan bahan kimia, dan penyalahgunaan obat intravena (pajanan ter-
hadap HIV, VHB, dan infeksi HCV).
Azotemia postrenal: hipertrofi kolik ginjal, disuria, inkontinensia, keganasan
panggul atau iradiasi, dan benign prostat hypertrophy.
33