Sinusitis Maksilaris

8
Sinusitis Maksilaris Dari segi klinik, yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah: a) Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), dan kadang- kadang juga gigi taring dan gigi M3, bahkan akar- akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi rahang atas mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis. b) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita. c) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia. Klasifikasi Klasifikasi sinusitis maksilaris berdasarkan waktunya: Akut, bila infeksi terjadi kurang dari 4 minggu. Subakut, bila infeksi terjadi sampai 4 minggu-3 bulan. Kronis, bila infeksi terjadi lebih dari 3 bulan Etiologi Kelainan kongenital Alergi Penyebaran dari infeksi faring Trauma, berenang atau menyelam

description

THT

Transcript of Sinusitis Maksilaris

Sinusitis Maksilaris

Dari segi klinik, yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:

a) Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu

premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), dan kadang-kadang juga gigi

taring dan gigi M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam

sinus sehingga infeksi gigi rahang atas mudah naik ke atas menyebabkan

sinusitis.

b) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.

c) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase

hanya tergantung dari gerak silia.

Klasifikasi

Klasifikasi sinusitis maksilaris berdasarkan waktunya:

 Akut, bila infeksi terjadi kurang dari 4 minggu.

 Subakut, bila infeksi terjadi sampai 4 minggu-3 bulan.

 Kronis, bila infeksi terjadi lebih dari 3 bulan

Etiologi

Kelainan kongenital

Alergi

Penyebaran dari infeksi faring

Trauma, berenang atau menyelam

Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen;

rhinitis akut/alergi/vasomotor, konka hipertrofi, polip, septum deviasi,

pemasangan tampon yang lama, gangguan fungsi silia) gigi dan gusi

(dentogen; abses periapikal, fistula oroantral, prosedur ekstrak gigi, penjalaran

penyakit periodontal, trauma)

Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya sinusitis adalah kelainan

anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung, dan rinitis alergi.

Perubahan Silia pada sinusitis

Fistula oroantral

Manifestasi Klinis

Gejala sinusitis maksilaris akut berupa demam, malaise, nyeri kepala, wajah

terasa bengkak dan penuh, gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak (sewaktu

naik atau turun tangga), nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, sekret

mukopurulen dapat keluar dari hidung dan berbau busuk. Batuk iritatif nonproduktif

juga mungkin ada. Terkadang pasien merasa ada cairan mengalir dari belakang

hidung.

Pada sinusitis maksilaris tipe odontogenik ini hanya terjadi pada satu sisi serta

pengeluaran pus yang berbau busuk. Di samping itu, adanya kelainan apikal atau

periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen. Gejala sinusitis dentogen

menjadi lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen

Kriteria diagnosis Sinusitis:Major criteria:

1. Nasal congestion/obstruction 2. Facial congestion/fullness 3. Nasal discharge, purulence, postnasal drainage 4. Facial pain/pressure worse when bending forward (membutuhkan kriteria

mayor kedua)5. Fever criterion for acute sinusitis (membutuhkan kriteria mayor kedua)6. Purulence on intranasal examination

Minor Criteria:1. Headache2. Fever (for subacute/chronic sinusitis)3. Halitosis4. Fatigue5. Dental pain6. Cough7. Ear pain/pressure or fullness

Strongly suggestive: >=2 major or I major + >2 minorSuggestive L >=1 mayot or >=2 minor

Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi : perhatikan apakah ada pembengkakan pada muka. Pembengkakakn pada

pipi sampai kelopak bawah mata yang berwarna emerahan munkin menunjukkan

sinusitis maksilaris.

b. Palpasi: nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya

sinusitis maksilaris.

c. Transiluminasi: sinus yang sakit akan tampak lebih gelap.

d. Rhinoskopi: mukosa edema, eritema, sekret mukopurulen

e. Nasal endoskopi: sekret mukopurulent keluar dari meatus media, melihat post

nasal drip

Pemeriksaan Penunjang

1. Xray

Pada posisi waters, lateral, dan posteroanterior akan tampak perselubungan dan air

fluid level.

2. CT Scan (gold standard)

Dapat melihat keseluruhan anatomi sinus. Yang dilihat adalah potongan coronal

3. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi

Terapi

Prinsip terapi:

Atasi msalah gigi

Konservatif dengan pemberian obat-obatan dan irigasi

Operatif (BESF= Bedah Sinus Endoskopi Fungsional)

Obat: antibiotic kurang lebih 10-14 hari (golongan pensisilin amoxicillin, amox-

clavulanat, golongan cephalosporin), dekongestan

Komplikasi

a. Selulitis orbita

b. Abses subperiosteral

c. Osteomielitis

d. Tromobosis sinus cavernosa’

e. Komplikasi intracranial (abses epidural, meningitis, abses otak)