sinusitis maksilaris

24
BAB I STATUS PASIEN A. Identitas Nama : Ny. E Umur : 58 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Dusun Sukaharja RT 04 RW 02 kecamatan Cisaga Tanggal Pemeriksaan : 29 Mei 2015 B. Anamnesis Keluhan Utama : Keluar cairan dari hidung sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Banjar dengan keluhan keluar cairan dari hidung sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, cairan dirasakan keluar terus menerus, cairan berwarna putih kental , bau (+) , darah (-). Os juga mengeluh hidung tersumbat, batuk (+) pilek (-), demam (-), sakit tenggorokan (-),sakit kepala (-), sakit gigi(+). Os mengaku gigi geraham belakang bagian atas kiri os ada yang bolong. 1

description

wdsds

Transcript of sinusitis maksilaris

BAB ISTATUS PASIEN

A. Identitas Nama: Ny. EUmur: 58 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Dusun Sukaharja RT 04 RW 02 kecamatan CisagaTanggal Pemeriksaan: 29 Mei 2015 B. Anamnesis

Keluhan Utama: Keluar cairan dari hidung sebelah kiri sejak 1 bulan yang laluRiwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke RSUD Banjar dengan keluhan keluar cairan dari hidung sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, cairan dirasakan keluar terus menerus, cairan berwarna putih kental , bau (+) , darah (-). Os juga mengeluh hidung tersumbat, batuk (+) pilek (-), demam (-), sakit tenggorokan (-),sakit kepala (-), sakit gigi(+). Os mengaku gigi geraham belakang bagian atas kiri os ada yang bolong.Riwayat Penyakit Dahulu Os tidak pernah mengalami hal yang sama HT (-), DM (-), asma (-)Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengaku tidak ada yang menderita keluhan yang sama Hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi (-)Riwayat Alergi : disangkalRiwayat Pengobatan :Pasien sudah pernah diobati di puskesmas tetapi tidak ada perbaikanC. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTanda-tanda Vital:Tekanan Darah: -Nadi: 82 x/menit, kuat, regulerSuhu: tidak dilakukan Frekuensi Napas: 20 x/menit1. Status GeneralisKepala: NormochepalMata: Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-Telinga: ( Status lokalis THT)Hidung: ( Status lokalis THT)Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)Tenggorokan: ( Status lokalis THT )

Thorax: Bentuk dan gerak simetrisParu-paru: Inspeksi: Pergerakan dada simetrisPalpasi: Vocal fremitus kanan dengan kiri samaPerkusi: Sonor kedua lapang paruAuskultasi : Vesikuler +/+ , rhonchi -/- , wheezing -/-Jantung: Inspeksi: tidak dilakukanPalpasi: tidak dilakukanPerkusi : tidak dilakukanAuskultasi : BJ I & II murni , reguler , murmur (-) , gallop (-)

Abdomen : Inspeksi: tidak dilakukanAuskultasi: Bising usus normalPalpasi: tidak dilakukanPerkusi: tidak dilakukan

Ekstremitas : Atas: Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-) Bawah: tidak dilakukan

2. Status Lokalis THTa. TelingaTelinga KananTelinga Kiri

NormotiaNyeri tekan retroaurikuler (-)AurikulaNormotiaNyeri tekan retroaurikuler (-)

Mukosa tenangSerumen (-)Sekret (-)Hiperemis (-)CAEMukosa tenang Serumen (-)Sekret (-)Hiperemis (-)

Intak (+)Reflex cahaya (+)Hipremis (-)Perforasi (-)Membran tympaniIntak (+)Reflex cahaya (+)Hiperemis (-)Perforasi (-)

Edema (-)Hiperemis (-)Nyeri tekan (-)RAEdema (-)Hiperemis (-)Nyeri tekan (-)

Tes Garpu Tala:Rinne: tidak dilakukanWeber: tidak dilakukanSchwabach : tidak dilakukan

b. HidungHidung kananHidung kiri

Bentuk dbn Inflamasi (-)Deformitas (-)Nyeri tekan (-)Hidung luarBentuk dbnInflamasi (-)Deformitas (-)Nyeri tekan (-)

Rinoskopi anterior

Hiperemis (-)Sekret (-) Massa (-)Nyeri (-)Kavum nasiHieperemis (+)Sekret (+) purulenMassa (+) pucat, bentuk bulatNyeri (-)

Ulkus (-)Vestibulum nasiUlkus (-)

Edema (-)Hipertrofi (-)Hiperemis (-)Konka nasiEdema (-)Hipertrofi (+)Hiperemis (-)

LurusDeviasi (-)Septum nasiLurusDeviasi (-)

(+)Passase udara(-)

Sinus paranasal Inspeksi: Pembengkakan pada wajah (-/-) Palpasi: Nyeri tekan pada pipi (-/+) Nyeri tekan bagian bawah orbita (-/-) Transiluminasi: tidak dilakukan

c. Tenggorok Nasofaring: Rinoskopi posterior tidak dilakukan Orofaring:Mukosa: Hiperemis (-),granul (-), massa (-)Tonsil: TI / TI , hiperemis (-/-),detritus (-/-),perlengketan (-/-) Laringofaring: Laringoskopi indirek tidak dilakukand. MaksilofasialN I: Normosmia (+/+)N II: Pupil bulat , isokor (+/+)NIII: tidak dilakukanNIV: tidak dilakukanNV: Rahang simetris , refleks menggigit baikNVI: tidak dilakukanNVII: Wajah simetris , senyum simetris , angkat alis (+/+)NVIII: tidak dilakukanNIX: Deviasi uvula ()NX: Refleks muntah (+)NXI: Angkat bahu +/+ simetrisNXII: Deviasi lidah (-)e. LeherPembesaran KGB- Pre aurikuler(-/-)- Post aurikuler(-/-) Submental(-/-) Submandibula (-/-) Jugularissuperior, media,inferior (-/-) Supraklavikula (-/-) Suprasternal(-/-) Pembesaran kel.tiroid (-)f. Rongga MulutGigi geligi: rahang atas kiri pada gigi 7 bolongLidah: benjolan (-), ulkus (-)D. Resume Os wanita 58 tahun datang ke RSUD Banjar dengan keluhan keluar cairan dari hidung sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, cairan dirasakan keluar terus menerus, cairan berwarna putih kental , bau (+) , darah (-). Os juga mengeluh hidung tersumbat, batuk (+), sakit gigi(+). Os mengaku gigi geraham belakang bagian atas kiri os ada yang bolong.Pada pemeriksaan status lokalis THT hidung didapatkan dengan menggunakan rinoskopi anterior : kavum nasi mukosa tampak hiperemis -/+ , sekret -/+ purulen, massa -/+ berwarna pucat,bentuk bulat lonjong, tidak nyeri, pasase udara +/-. Pada pemeriksaan gigi geligi rahang atas kiri pada gigi 7 bolongE. Diagnosis Banding1). Sinusitis maksilaris sinistra ec dentogen2). Polip nasi sinistraF.Diagnosis Kerja : Sinusitis maksilaris sinistra ec dentogenG.Rencana Pemeriksaan PenunjangFoto polos posisi WaltersH.PenatalaksanaanMedikamentosa1). Clindamicin 300 mg 3x1 caps2). Ambroxol 30 mg 3x1 tabletEdukasi : Setelah habis obat, pasien harus control ke klinik gigi.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1DefinisiSinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena dalah sinus etmoidalis dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinus dentogen. Sinusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik. Sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.

Gambar 1. Anatomi Paranasal.

2.2EtiologiBeberapa faktor etiologi dan faktor predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks osteomeatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi yaitu dikarenakan bakteri anaerob yang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada gigi premolar, kelainan imunologi, diskinesia silia seperti pada sindrom kartagener dan diluar negri adalah penyakit fibrosis kistik.

2.3PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh potensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar didalam KOM. Mucus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernapasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Sampai Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagi rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar. Sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.Etiologi sinusitis adalah sangat kompleks. Hanya 25% disebabkan oleh infeksi, selebihnya 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus.Sinusitis bisa disebabkan oleh:1. Alergi misalnya rinitis alergi.2. Non alergi: trauma, paparan zat kimia, imunodefisiensi, fibrosis kistik, sindrom kartagener, granulomatosa, infeksi virus maupun bakteri.

AlergenInteraksi makrofag dan limfosit TPeleapsan mediator inflamasiReaksi cepatReaksi lambatVasodilatasiPe permeabilitas kapilerRinoreOdemKontraksi otot polos bronkusOdemSumbatan pada hidungSesak nafasGangguan ventilasipH sinusGerakan silia dalam sinus Mukus tidak dapat dialirkanhipoksiaRetensi mukusTumbuhnya kuman patogenInfeksi Eksudat purulenPilek bauTekanan pada sinus Nyeri Kuman menyebar

Gambar 2. Patofisiologi Sinusitis.2.4Klasifikasi Klasifikasi sinusitis dibagi menjadi tiga berdasarkan waktunya, yaitu: 1. Rinosinusitis akut: gejala terjadi selama 4 minggu atau kurang dari 4 minggu2. Rinosinusitis subakut: gejala terjadi lebih dari 4 minggu dan kurang dari 12 minggu 3. Rinosinusitis kronik: gejala lebih dari 12 minggu Berdasarkan penelitian, Bakteri utama pada sinusitis akut adalah: Streptococcus pneumonia (30 50 %) Haemophylus influenzae (20 40 %) Moraxella catarrhalis (4%)Sedangkan Bakteri utama pada sinusutis kronik tergantung pada faktor predisposisi, namun bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri gram negatif dan anaerob.Berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi menjadi :1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya Rinitis Akut (influenza) dan Polip, septum deviasi.2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hamophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis.

2.5Manifestasi KlinisKeluhan utama sinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/ rasa tekanan pada muka dan ingus purulen yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.Keluhan nyeri atau rasa tekanan didaerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta nyeri juga terasa ditempat lain. Sinusitis maksila : nyeri pada pipi Sinusitis etmoid : nyeri diantara atau dibelakang kedua bola mata Sinusitis frontal : nyeri didahi atau seluruh kepala Sinusitis sfenoid : nyeri di verteks, oksipital, belakang bola mata, daerah mastoid Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia/anosmia, halitosis, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Keluhan sinusitis kronik tidak khas, kadang-kadang hanya satu atau 2 dari gejala berikut seperti sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustacheus, gangguan ke paru seperti bronkhitisdan serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.Gejala subjektif Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal. Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu Nyeri / sakit kepala Gejala mata karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis Gejala saluran napas, berupa batuk dan kadang terdapat komplikasi di paru Gejala saluran cerna,karena mukopus yang tertelan. Gejala objektif Gejala objektifberupa pembengkakan di daerah muka. Sinusitis maksilarisdi pipi dan kelopak mata bawah Sinusitis frontaldi dahi dan kelopak mata atas Sinusitis etmoidjarang bengkak,kecuali bila ada komplikasi Pada rinoskopi anterior tampak konka hiperemis dan edema Sinusitis maksila,frontal dan etmoid anterior tampak mukopus di meatus medius Sinusitis etmoid poterior dan sfenoid tampak nanah keluar dari meatus superior Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

2.6DiagnosaDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas adalah adanya pus dimeatus medius atau didaerah meatus superior.Kriteria Rinosinusitis akut menurut American Academy of Otolaringology & American Rhinologic Society adalah sebagai berikut:

Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan didaerah kantus medius.Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT scan. Foto polos posisi waters, PA atau lateral , umumnya hanya mampu menilai kondisi-kondisi sinus-sinus besar. Kelainan akan terlihat berupa perselubungan, batas udara cairan atau penebalan mukosa. CT scan sinus merupakan gold standar diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun, karena mahal hanya dikerjakan sbagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau praoperasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil dari pungsi sinus maksila.

2.7Diagnosis BandingDiagnosis banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif dan spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal. Rhinorrhea cairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing nasal. Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah. Pasien dengan demam memerlukan perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial.

2.8PengobatanSinusitis maxillaris akut umumnya di terapi dengan:1. Antibiotik spektrum luas, seperti: amoxicillin, ampicillin, atau eritromisin. Alternatif lain berupa amoxicillin/klavulanat, sefaklor, sefuroksim, dan trimetoprim plus sulfonamid.2. Dekongestan, seperti: pseudoefedrin, tetes hidung fenilefrin (neosynephrine) atau oksimetazolin dapat diberikan selama beberapahari pertama infeksi namun kemudian harus dihentikan.3. Analgetik untuk meringankan gejala, seperti aspirin dan asetaminofen.4. Kompres air hangat pada wajah untuk meringankan gejala.Dengan terapi tersebut, pasien biasanya memperlihatkan tanda-tanda perbaikan dalam dua hari dan proses penyakit biasanya menyembuh dalam 10 hari meskipun konfirmasi radiologis dalam hal kesembuhan total memerlukan waktu 2 minggu atau lebih. Kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif menunjukan organisme tidak lagi peka terhadap antibiotik atau antibiotik tersebut gagal mencapai lokulasi infeksi. Pada kasus demikian, ostium sinus dapat odem sehingga drainase sinus terhambat dan terbentuk abses sejati. Bila demikian, terdapat indikasi irigasi antrum segera.Penatalaksanaan sinusitis dibagi atas:1. MedikamentosaMedikamentosa sinusitis dibagi atas pengobatan pada orang dewasa dan pada anak anak. a. Orang dewasai. Terapi awal: Amoxicillin 875 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari, atau TMP-SMX 160mg-800mg per oral 2 kali sehari selama 10 hariii. Pasien dengan paparan antibiotik dalam 30 hari terakhir Amoxicillin 1000 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari, atau Amoxicillin/Clavulanate 875 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari, atau Levofloxacin 500 mg per oral sekali sehari selama 7 hari.iii. Pasien dengan gagal pengobatan Amoxicillin 1500mg dengan klavulanat 125 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari, atau Amoxicillin 1500mg per oral 2 kali sehari dengan Clindamycin 300 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari, atau Levofloxacin 500 mg per oral sekali sehari selama 7 hari.b. Anak anaki. Terapi awal: Pengobatan oral selama 10 hari dengan: Amoxicillin 45-90 mg/kg/hari terbagi dalam dua atau tiga dosis sehari, atau Cefuroxime axetil 30 mg/kg/hari terbagi dalam dua dosis sehari, atau Cefdinir 14 mg/kg/hari dalam satu dosis sehari.ii.Pasien dengan paparan antibiotik dalam 30 hari terakhir: Pengobatan oral selama 10 hari dengan: Amoxicillin 90 mg/kg/hari (maksimal 2 gram) plus Clavulanate 6,4 mg/kg/hari, keduanya terbagi dalam dua dosis sehari, atau Cefuroxime axetil 30 mg/kg/hari terbagi dalam dua dosis sehari, atau Cefdinir 14 mg/kg/hari dalam satu dosis sehari.2. DiatermiDiatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus.

3. Tindakan pembedahanTerdapat tiga pilihan operasi yang dapat dilakukan pada sinusitis maksilaris, yaitu unisinektomi endoskopik dengan atau tanpa antrostomi maksilaris, prosedur Caldwell-Luc, dan antrostomi inferior. Saat ini, antrostomi unilateral dan unisinektomi endoskopik adalah pengobatan standar sinusitis maksilaris kronis refrakter. Prosedur Caldwell-Luc dan antrostomi inferior antrostomy jarang dilakukan.

2.9KomplikasiSejak ditemukan antibiotik, komplikasi sinusitis maksila telah menurun secara drastis. Komplikasi sinusitis maksila terjadi jika sinusitis tersebut menjadi kronis. Komplikasi yang dapat terjadi ialah :1. Oesteomielitis dan abses subperiostal Oesteomielitis maksila jarang terjadi, tersering adalah osteomielitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak. Oesteomielitis sinus maksila dapat menyebabkan timbulnya fistula oroantal yaitu fistula yang menggabungkan rongga mulut dan sinus maksila. Penyebab terjadinya fistula ini selain karena komplikasi sinusitis maksila ke dalam juga karena tindakan ekstraksi gigi molar atas, kista gigi, tumor palatum dan sinus maksila serta trauma pada operasi gigi atau sinus maksila. Gejala klinis berupa keluarnya cairan yang berbau busuk dari sinus maksila ke dalam mulut. Pada pemeriksaan , bila lubangnya besar akan terlihat lubang yang menghubungkan rongga mulut dan sinus maksila tetapi bila lubangnya kecil dapat diperiksa dengan memasukkan udara yang melewati fistula. Fistula yang baru dan kecil dapat menutup dengan sendirinya. Bila fistula cukup besar dan kronis perlu tindakan operasi plastik selain pengobatan sinusitisnya.2. Kelainan orbitaPaling sering berasal dari sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksinya melalui tromboflebilitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat ditimbulkan ialah edema palpebra selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan trombosis sinus kavernosus. Edema palpebra, biasanya dari sinusitis etmoid dan ditemukan pada anak-anak. Selulitis orbita, edemanya bersifat difus, belum terbentuk nanah (pus) dan isi orbita telah diinvasi bakteri. Pada abses subperiostal, pus telah terbentuk di antara periorbita dan dinding tulang orbita, serta menyebabkan proptosis dan kemosis. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tampak gejala neuritis optikus, kebutaan dan bercampur unilateral, keterbatasan gerak otot ekstraokuler mata yang terserang. Proptosis makin bertambah dengan tanda khas adanya kemosis konjungtiva. Trombosis sinus kavernosus, komplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus, sehingga terbentuk suatu tromboflebitis septik. Tampak gejala gejala oftalmoplegia, komosis, konjungtiva, gangguan penglihatan yang berat, kelemahan dan tanda-tanda meningitis karena letak sinus berdekatan dengan saraf cranial II,III,IV,VI dan otak. Penderita edema palpebra dapat berobat jalan dengan pemberian antibiotik serta tetes hidung. Penderita tahap selulitis orbita dan komplikasi yang lebih berat harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik intravena dosis tinggi serta dilakukan tindakan membebaskan pus dari rongga abses. Prognosis pada komplikasi ini, angka kematian sebesar 60-80%. Gejala sisa trombosis kavernosus seringkali berupa atrofi optikus.3. Mukokel Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul di dalam sinus. Kista ini paling sering pada sinus maksila dan tersering berupa kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Mukokel yang terinfeksi dan berisi pus disebut piokel. Patogenesisnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu obstruksi dan peradangan. Gambaran klinis sesuai dengan sinusitis maksila kronis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan radiologik, sinoskopi dan ditemukan pada operasi Caldwell-Luc. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histoptologik. Pengobatan dengan eksplorasi sinus untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi, sehingga drenase sekret dan ventilasi sinus maksila menjadi baik.4. Kelainan intrakranialMeningitis, abses ekstradural, abses subdural, abses otak dan tromboss sinus cavernosus.5. Kelainan paru Bronkitis kronis, bronkiektasis dan asma bronchial. Adanya kelainan sinus paranasal yang disertai dengan kelainan paru disebut sindrom sinobronkitis.

2.10 PrognosisPrognosis sinusitis sangat baik dengan kurang lebih 70% pasien sembuh tanpa pengobatan. Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa mengalami relaps setelah pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini bisa terjadi akibat tidak ada pengobatan yang adekuat yang nantinya akan dapat menyebabkan sinusitis kronik, meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra sinus lainnya. Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk komplikasinya bisa berupa orbital cellulitis, cavernous sinus thrombosis, intracranial extension (brain abscess, meningitis) dan mucocele formation.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto Damayanti, Endang Mangunkusumo.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok, Kepala Leher. Edisi VI. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2008; 145-53.2. Adams Boeis Higler. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1997.3. Tardy ME Jr, Kasterbauer ER. Operation on the ethmoid sinuses. In : Head and neck Surgery vol 1. face, nose and facial skull part two. Stuttgard- New York : George Thiem Verlag, 1995 : 465-94. Sobotta Atlas of Human Anatomy

16