Sintesis ZSM-5 berbahan dasar kaolin menggunakan metode … · 2013-06-18 · Hasil XRD menunjukkan...
Transcript of Sintesis ZSM-5 berbahan dasar kaolin menggunakan metode … · 2013-06-18 · Hasil XRD menunjukkan...
JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
1
Abstrak— ZSM-5 telah berhasil disintesis dengan bahan
dasar kaolin menggunakan metode hidrotermal. Sintesis
dilakukan dengan tetrapropilamonium bromida sebagai
templat serta LUDOX sebagai sumber tambahan silika. ZSM-5
dengan rasio Si/Al 25 setelah pengadukan dan pemeraman
selama 12 jam disintesis pada suhu 175 °C dengan variasi
waktu kristalisasi dari 0-5 hari. Padatan dikarakterisasi
menggunakan teknik difraksi sinar-X (XRD), spektroskopi
inframerah (FTIR) dan Scanning Electron Microscopy (SEM).
Hasil XRD menunjukkan fase kristal dari ZSM-5 telah
terbentuk dilihat dari puncak yang muncul dan diperkuat dari
hasil analisa spektroskopi inframerah. Scanning Electron
Microscopy (SEM) menunjukkan bentuk morfologi sampel
yang bermacam-macam seperti kubus, bola, atau batang.
Ukuran partikelpun teramati bervariasi dari mikro hingga
nano.
Kata Kunci— ZSM-5, Kaolin, Metode Hidrotermal
I. PENDAHULUAN
EOLIT merupakan padatan kristal mikropori yang
tersusun dari tetrahedral AlO4 dan SiO4 membentuk
kerangka struktur. Aksesibilitas senyawa yang berbeda pada
struktur dan adsorpsi pada permukaan memungkinkan untuk
menggunakan zeolit dalam proses seperti peningkatan
kualitas minyak bumi dan pengurangan pengotor (Chen,
dkk., 2009). Secara tradisional, zeolit disintesis dari natrium
silikat dan aluminat (Barrer, 1982; Breck, 1974). Bahan-
bahan kaya aluminosilikat juga digunakan seperti kaolin,
sekam padi dan abu abu layang (Chareonpanich, dkk., 2004;
Vempati, dkk., 2006; Wang, dkk., 2007).
ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) adalah salah satu
jenis zeolit yang banyak digunakan. ZSM-5 adalah zeolit
dengan rasio silika dan alumina yang tinggi. ZSM-5
merupakan material yang seluruh strukturnya mempunyai
struktur pori dua dimensi yang menyilang. ZSM-5
mempunyai dua jenis pori, keduanya dibentuk oleh oksigen
cincin enam. Jenis pori yang pertama berbentuk lurus dan
elips. Jenis pori yang kedua porinya lurus pada sudut kanan,
polanya zig-zag dan melingkar. ZSM-5 merupakan salah
satu zeolit dengan kerangka tipe MFI, memiliki diameter
pori 0,54 nm dan rasio Si/Al bervariasi dari 10 sampai
ratusan. Zeolit ini biasa disintesis dengan menggunakan
kation Na+ sebagai ion penyeimbang kerangka yang
bermuatan negatif. Ion Na+ dapat ditukar dengan kation lain
yang dapat memasuki pori dalam modifikasi zeolit
(Petushkov, dkk., 2011).
Tanah liat kaolin adalah mineral alumina-silikat
dengan struktur kristal yang terdiri dari lapisan yang terikat
lemah. Pembelahan dengan mudah difasilitasi oleh tidak
adanya lapisan-lapisan yang terikat kuat. Fase kaolin yang
sangat reaktif, metakaolin, dilaporkan telah diperoleh
setelah pemanasan pada 900 °C dan digunakan untuk
sintesis zeolit fase murni (Chandrasekhar dan Premada,
1999). Kaolin juga pernah digunakan untuk sintesis zeolit
LTA dengan metode aktivasi alkali hidrotermal
konvensional dan fusi alkali sebelum reaksi hidrotermal
(Ríos, dkk., 2009).
Kaolin sebagai sumber Si dan Al dalam sintesis
mordenit telah diteliti sebelumnya (Mignoni, dkk., 2008).
Sintesis ZSM-5 juga telah dilakukan menggunakan perlit
dan kaolin sebagai sumber alumina tanpa menggunakan
templat (Wang, dkk., 2007). Hui Feng, dkk (2009) telah
melakukan penelitian mengenai sintesis in-situ ZSM-5
menggunakan kaolinit mikropartikel yang telah dikalsinasi.
Sintesis ZSM-5 menggunakan kaolin sebagai bahan
dasar menggunakan metode hidrotermal dilakukan pada
penelitian ini. Variasi waktu kristalisasi dari 0, 1, 2, 3, 4 dan
5 hari dilakukan untuk lebih mempelajari proses sintesis
ZSM-5 dari kaolin. Karakterisasi padatan hasil sintesis
dengan teknik difraksi sinar-X (XRD), spektroskopi
inframerah dan Scanning Electron Microscope (SEM) perlu
dilakukan untuk mengetahui terbentuknya ZSM-5 tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis
ZSM-5 menggunakan kaolin sebagai sumber aluminium dan
silicon.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Preparasi Zeolit
ZSM-5 disintesis dengan metode hidrotermal dengan
perbandingan mol yang digunakan adalah 10Na2O : 100SiO2
: 2Al2O3 : 1800H2O : 20TPABr. Preparasi dilakukan dengan
menambahkan kaolin ke dalam larutan NaOH sambil diaduk
menggunakan magnetic stirer. Kemudian LUDOX
ditambahkan perlahan dilanjutkan penambahan akuades.
Penambahan dilakukan sambil terus dilakukan pengadukan.
Pengadukan dilakukan hingga homogen pada suhu ruang
selama 2 jam. Kemudian TPABr ditambahkan perlahan ke
dalam campuran sambil terus dilakukan pengadukan hingga
homogen selama 6 jam. Pemeraman dilakukan selama 12
jam pada suhu ruang. Campuran dipindahkan ke reaktor
autoclave setelah diperam dan dipanaskan pada suhu 175°C
selama 5 hari. Setelah kristalisasi hidrotermal, padatan dan
cairan dipisahkan dengan centrifuge dan dicuci dengan
Sintesis ZSM-5 Berbahan Dasar Kaolin
Menggunakan Metode Hidrotermal
B. Septiyana dan D. Prasetyoko Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Perumahan Dosen ITS blok U-200, Sukoliko, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
Z
JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
2
akuades sampai pH = 7 (netral). Padatan yang diperoleh
dikeringkan pada suhu 110°C selama semalam.
Pada penelitian ini dilakukan variasi waktu hidrotermal
untuk mempelajari transformasi kaolin menjadi ZSM-5.
Variasi dilakukan dari 0-5 hari dengan dilakukan
pengambilan cuplikan setiap 24 jam. Setelah pemisahan,
pencucian, dan pengeringan, padatan didinginkan kemudian
ditimbang.
B. Karakterisasi Padatan
Zeolit hasil sintesis dengan variasi waktu kristalisasi
dikarakterisasi untuk mengetahui sifat-sifatnya. Zeolit yang
diperoleh, dikarakterisasi dengan XRD X’Pert Graphic &
Identify, FTIR PerkinElmer Spectrum Version 10.03.06, dan
SEM ZEISS EVO MA 10 dan analisa EDX BRUKER 129
EV.
III. HASIL DAN DISKUSI
A. Analisis XRD
Pada penelitian ini analisis difraksi sinar-X (XRD)
dilakukan menggunakan alat X’Pert Graphic & Identify.
Pola difraksi sinar-X dimonitor pada 2θ = 5 - 40° seperti
yang tampak pada gambar 3.1. Gambar tersebut merupakan
difraktogram dari bahan dasar kaolin dan padatan yang
disintesis dengan berbagai macam waktu kristalisasi antara 0
– 5 hari. Gambar 3.1 a adalah pola difraksi sinar-X dari
kaolin. Kahraman (2005) dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa puncak pada 2θ = 12,3; 24,8; 38,3° menunjukkan
puncak yang dimiliki oleh kaolin. Gambar 3.1 b adalah pola
difraksi sinar-X sampel dengan waktu kristalisasi 0 hari
terlihat bahwa terdapat puncak pada 2θ = 12,3; 24,8; 38,3°
yang menunjukkan masih adanya kaolin serta hump pada 2θ
= 15 - 30° yang mengindikasikan adanya kandungan silika
amorf dalam sampel (Feng, dkk., 2009).
Gambar 3.1. Gambar pola difraksi sinar-X sampel dengan waktu
kristalisasi 0 hari (a), 1 hari (b), 2 hari (c), 3 hari (d), 4 hari (e) dan 5 hari
(f)
Gambar 3.1 c merupakan pola difraksi sinar-X dari
sampel dengan waktu kristalisasi 1 hari terlihat adanya
puncak-puncak karakteristik pada 2θ = 7,9; 23,1; 23,3° yang
menunjukkan pola XRD ZSM-5 dengan tipe struktur MFI
(Treacy dan Higgins, 2001). Hal ini mengindikasikan bahwa
ZSM-5 sudah terbentuk dengan waktu kristalisasi 1 hari.
Pola difraksi sinar-X sampel dengan waktu kristalisasi 2, 3,
4, dan 5 hari ditunjukkan oleh Gambar 3.1 d, e, f dan g,
terlihat bahwa terdapat fase-fase karakteristik ZSM-5 juga
namun muncul fase lain. Fase lain muncul pada 2θ ≈ 16°
dan 2θ ≈ 26° di mana puncak-puncak tersebut menunjukkan
adanya analsim selain ZSM-5 pada sampel dengan waktu
kristalisasi 2, 3, 4, dan 5 hari (Treacy dan Higgins, 2001).
B. Analisis Spektroskopi Inframerah
Spektroskopi inframerah dilakukan menggunakan
PerkinElmer Spectrum Version 10.03.06. Spektra diamati
pada rentang panjang gelombang antara 400-1400 cm-1
seperti yang dapat dilihat pada gambar 3. 2.
Gambar 3. 2. Spektra FTIR sampel dengan waktu kristalisasi 0 hari (a), 1
hari (b), 2 hari (c), 3 hari (d), 4 hari (e) dan 5 hari (f)
Gambar 3.2 a merupakan spektra dari kaolin. Pita yang
muncul pada panjang gelombang daerah 916 cm-1
teramati
sebagai vibrasi ulur gugus (Si-O)-H dari kaolinit (Saika,
dkk., 2003; Alkan, dkk., 2005). Vibrasi ulur Al (O, OH)6
oktahedra pada kaolinit teramati pada panjang gelombang
540 cm-1
(Lambert, dkk., 1989). Gambar 3.2 b merupakan
spektra IR dari sampel dengan waktu kristalisasi 0 hari.
Puncak-puncak yang muncul pada spektra kaolin juga
muncul di sini. Selain itu, puncak pada 798 cm-1
juga
muncul sesuai dengan puncak vibrasi tetrahedral AlO4. Pita
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(g)
(f)
(g)
(f)
(e)
(d)
(c)
(b)
(a)
JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
3
tersebut mengindikasikan adanya fase kaolinit yang mulai
tidak teratur. Puncak-puncak yang muncul tersebut
mengindikasikan bahwa kristal ZSM-5 masih belum
terbentuk.
Jika dilakukan pengamatan terhadap spektra dari sampel
dengan waktu kristalisasi 1 hari (gambar 3.2.c),
terbentuknya ZSM-5 diketahui dari munculnya pita pada
panjang gelombang ~545 cm-1
yang menunjukkan adanya
cincin lima dari struktur zeolit pentasil (Kirschhock, dkk.,
1999). Bukti tambahan terbentuknya ZSM-5 teramati dari
munculnya pita pada panjang gelombang ~1222 cm-1
yang
menunjukkan adanya vibrasi ulur Si-O-T, di mana T adalah
Si atau Al. Hal ini disebabkan ikatan eksternal (antara gugus
TO4 tetrahedral) dan merupakan pita IR yang sensitif dari
zeolit ZSM-5 (Cheng, dkk., 2005). Dua pita yang muncul
pada panjang gelombang tersebut merupakan ciri khas yang
dimiliki oleh senyawa ZSM-5. Pada spektra inframerah sampel dengan waktu
kristalisasi 2, 3, 4 dan 5 hari dapat teramati puncak-puncak
khas ZSM-5 pada panjang gelombang yang juga muncul
pada spektra sampel dengan waktu kristalisasi 1 hari. Hal ini
menunjukkan bahwa zeolit ZSM-5 telah berhasil disintesis
dengan waktu kristalisasi 2, 3, 4 dan 5 hari.
C. Analisa SEM
Ukuran dan morfologi kristal dapat dikarakterisasi
dengan analisis SEM ZEISS EVO MA 10 dan untuk
mengetahui kandungan dalam sampel dikarakterisasi dengan
analisa EDX BRUKER 129 EV. Gambar 4. 3 merupakan
gambar dari sampel dengan waktu kristalisasi 1, 2, 3, 4 dan
5 hari dengan perbesaran 20.000 kali, menunjukkan bentuk
morfologi partikel dari seluruh sampel tersebut hampir sama
berupa agregat kubus kecil.
Gambar 4. 3. Gambar SEM perbesaran 20.000 kali dari smpel hasil sintesis dengan variasi waktu kristalisasi (a) 1 hari, (b) 2 hari, (c) 3 hari, (d)
4 hari dan (e) 5 hari
Secara umum seluruh sampel memiliki tidak hanya satu
macam bentuk morfologi melainkan terdapat beberapa
variasi bentuk morfologi yang teramati di beberapa bagian.
Hampir pada seluruh sampel terdapat bentuk morfologi
berupa butiran yang tidak membentuk agregat. Hasil EDX
menunjukkan bahwa seluruh sampel hasil sintesis memiliki
kandungan yang sama, antara lain Si, Al, Na dan O .
Persebaran kandungan-kandungan tersebut dalam sampel
cukup merata, hanya terdapat sedikit perbedaan kadar. Dari
kandungan yang terdapat dalam seluruh sampel tersebut
menunjukkan bahwa ZSM-5 telah berhasil di sintesis
dengan ukuran partikel yang terbentuk bervariasi di tiap
sampelnya. Ukuran sampel yang berhasil disintesis
bervariasi dari mikro hingga nano.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari
penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
zeolit berjenis ZSM-5 dapat disintesis menggunakan bahan
dasar kaolin dengan metode hidrotermal langsung. Zeolit
jenis ini mulai terbentuk dan terlihat jelas setelah kristalisasi
selama 1 hari. Kemurnian yang paling baik didapatkan dari
sampel dengan waktu kristalisasi 1 hari. Transformasi
kaolin dapat diamati dari larutnya silika pada campuran,
diikuti dengan terbentuknya alumina silikat sampai
terbentuknya ZSM-5.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Dr.
Didik Prasetyoko, M.Sc selaku Dosen pembimbing yang
telah memberikan pengarahan dalam penelitian ini, kepada
Ketua Jurusan Kimia yang telah memberikan izin
menggunakan fasilitas di Laboratorium Kimia Material dan
Energi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alkan, M., Hopa, C., Yilmaz, Z., Guler, H., 2005. The effect of alkali concentration and solid/liquid ratio on the hydrothermal synthesis of zeolite NaA from natural kaolinite. Microporous and Mesoporous Materials, 86, 176–184.
[2] Barrer, R.M., 1982. Hydrothermal Chemistry of Zeolites, Academic Press, London.
[3] Breck, D.W., 1974. Zeolites Molecular Sieves, Structure, Chemistry and Use, Wiley, New York.
[4] Chen, P., Xu, W., Zhou, X., Panda, D., dan Kalininskiy, A., 2009. A Single-Nanoparticle Catalysis at Single-Turnover Resolution. Chemical Physics Letters, 470, 151–157.
[5] Cheng, Y., Wang, L.J., Li, J.S., dan Yang, Y.C., 2005. Preparation and Characterization of Nanosized ZSM-5 Zeolites in The Absence of Organic Template. Materials Letters, 27, 3427–3430.
[6] Chandrasekhar, S., dan Premada, P.N., 1999. Investigation on Synthesis of Zeolite NaX from Kerala Kaolin. Journal of Porous Materials, 6, 283–297.
[7] Chareonpanich, M., Namto, T., Kongkachuichay, P., dan Limtrakul, J., 2004. Synthesis of ZSM-5 Zeolite from Lignite Fly Ash and Rice Husk Ash. Fuel Processing Technology, 85, 1623–1634.
[8] Feng , H., Chunyi Li, dan Honghong Shan, 2009. In-situ Synthesis and Catalytic Activity of ZSM-5 Zeolite. Applied Clay Science, 42, 439–445.
[9] Kahraman, Sibel., Müşerref Önal, Yüksel Sarıkaya, İhsan Bozdoğan., 2005. Characterization of Silica Polymorphs in Kaolins by X-ray Diffraction Before and After Phosphoric Acid Digestion and Thermal Treatment. Analytica Chimica Acta, 552, 201–206.
[10] Kirschhock, C.E.A., Ravishankar, R., Verspeurt, F., Grobet, P.J., Jacobs, P.A., dan Martens, J.A., 1999. Identification of Precursor Species in
(a)
(e)
(d)
(b)
(c)
JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
4
The Formation of MFI Zeolite in The TPAOH–TEOS–H2O System. Journal of Physics and Chemistry B, 103, 4965–4971.
[11] Lambert, J.F., Millman, W.S., Fripiat, J.J., 1989. Revisiting Kaolinite Dehydroxylation: A 29Si and 27Al MAS NMR Study. Journal of the American Chemical Society, 111, 3517–3522.
[12] Mignoni , MarceIo L., Diego I. Petkowicz, Nádia R.C. Fernandes Machado, dan Sibele B.C. Pergher, 2008. Synthesis of Mordenite Using Kaolin As Si and Al Source. Applied Clay Science, 41, 99–104.
[13] Petushkov, A., Yoon, S., dan Larsen,S.C., 2011. Synthesis of Hierarchicalnanocrystalline ZSM-5 with Controlledparticle Size and Mesoporosity. Micropor.Mesopor. Mater., 137, 92-103.
[14] Ríos, C.A., C.D. Williams, M.A. Fullen., 2009. Nucleation and growth history of zeolite LTA synthesized from kaolinite by two different methods. Applied Clay Science, 42, 446–454.
[15] Saikia, N.J., Bharali, D.J., Sengupta, P., Bordoloi, D., Goswamee, R.L., Saikia, P.C., Bothakur, P.C., 2003. Characterization, beneficiation and utilization of a kaolinite clay from Assam, India. Applied Clay Science, 24, 93–103.
[16] Treacy, M.M.J., dan J.B. Higgins., 2001. Collection of Simulated XRD Powder Patterns for Zeolites, Amsterdam, Elsevier.
[17] Vempati, R.K., Borade,R., Hegde, R.S., dan Komarneni, S, 2006. Template Free ZSM-5 From Siliceous Rice Hull Ash with Varying C Contents. Microporous and Mesoporous Materials, 93, 134-140.
[18] Wang, P., Shen, B., Shen, D., Peng, T., dan Gao, J., 2007. Synthesis of ZSM-5 Zeolite from Expanded Perlite/Kaolin and Its Catalytic Performance for FCC Naptha Aromatization. Catalysis Communications, 8, 1452–1456.