SINTESIS VANILIN

download SINTESIS VANILIN

of 7

Transcript of SINTESIS VANILIN

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    1/7

    SINTESIS VANILIN

    Pada prinsipnya pembuatan vanilin semi sintetik dari minyak cengkeh melalui

    tahapan beberapa produk antara yaitu eugenol dan isoeugenol. Oleh karenanya sintesis

    vanilin ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu 1) Dengan memisahkan terlebih dahulu non-

    eugenol dalam minyak cengkeh dan 2) Sintesis dilakukan langsung di dalam minyak cengkeh

    tanpa perlu memisahkan non-eugenol, artinya non-eugenol baru dipisahkan setelah

    terbentuknya isoeugenol. Menurut Soemadiharga (1973), prinsip pembuatan vanilin dari

    eugenol adalah reaksi isomerisasi yang disusul dengan reaksi oksidasi.

    Proses yang dipilih untuk pembuatan produk vanilin sintetik dengan bahan baku

    eugenol ini terdiri atas tiga tahapan proses, yaitu proses isomerisasi, proses oksidasi dan

    proses ekstraksi. Pembuatan vanilin sintetik ini menggunakan pemanasan gelombang mikro,

    yaitu pada proses isomerisasi dan proses oksidasi. Pemakaian gelombang mikro untuk

    aktivasi reaksi telah diketahui dapat mempercepat laju reaksi dalam waktu yang lebih singkat

    dibandingkan dengan menggunakan pemanasan konvensional. Sehingga efisiensi yang

    didapatkan dengan pemakaian gelombang mikro untuk proses pemanasan akan diperoleh

    lebih tinggi (Cisadesi, 2007).

    Menurut Carey (2003), oksidasi pada senyawa organik adalah proses peningkatan

    jumlah ikatan di antara karbon dan oksigen (ikatan CO) atau penurunan jumlah ikatan

    karbonhidrogen (ikatan CH). Menurut Sastrohamidjojo (2002), oksidasi isoeugenol

    menjadi vanilin oleh nitrobenzena dalam media alkali merupakan serangkaian transfer

    elektron dari OHke senyawa nitro melalui substrat tidak jenuh.

    Adapun bahan tambahan yang digunakan pada proses produksi vanilin sintetik, yaitu

    pada proses isomerisasi dibutuhkan KOH dan pada proses oksidasi dibutuhkan oksidator

    nitrobenzene, pelarut dimetil sulfoksida (DMSO), dan HCl serta pada proses ekstraksi

    dibutuhkan pelarut dietil eter.

    Masing-masing proses akan menghasilkan hasil samping yaitu, pada proses

    isomerisasi akan menghasilkan air dan sisa eugenol yang tidak bereaksi. Lalu, pada proses

    oksidasi akan menghasilkan hasil samping antara lain, asetaldehid, azobenzene, nitrobenzene,

    DMSO dan K-isoeugenolat yang tidak bereaksi, garam, dan air. Kemudian, hasil samping

    yang dihasilkan dari proses ekstraksi adalah residu (nitrobenzene, DMSO, garam, asam

    vanilat) dan dietil eter. Di bawah ini adalah tabel rincian dari hasil samping setiap proses

    produksi.

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    2/7

    Tabel 1. Hasil samping dari setiap proses produksi

    Proses Produksi Hasil Samping

    Isomerisasi air dan sisa eugenol yang tidak bereaksi

    Oksidasi Asetaldehid, azobenzene, nitrobenzene, DMSO dan K-isoeuegenolat yang tidak bereaksi, garam dan air

    Ekstraksi residu (nitrobenzene, DMSO, garam, asam vanilat)

    Banyak pelarut dan pereaksi yang digunakan dalam pembuatan vanilin sintetik ini,

    antara lain KOH, nitrobenzene, DMSO, dan HCl. Pereaksi dan pelarut ini mudah menguap,

    oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke atmosfer setelah penggunaan. Di

    bawah ini adalah rincian mengenai toksisitas dari masing-masing pelarut yang digunakan

    pada pembuatan vanilin sintetik.

    a. KOH

    Beberapa senyawa alkohol juga memiliki sifat-sifat toksik, salah satunya adalah KOH.

    Gugus alkohol menyebabkan senyawa ini bersifat iritasi yang lebih besar dan narkose atau

    sebagai pembius, tetapi sifat-sifat ini tidak terdapat pada alkohol dengan molekul lebih besar.

    Disisi lain, alkohol dengan molekul besar larut dalam lemak. Sebagai akibatnya, mereka

    tinggal lebih lama di dalam tubuh, dan merusak organ-organ bagian dalam (to damage

    internal organs). Karena derajat penguapannya relatif rendah, maka masalah serius terhadap

    inhalasi uap KOH tidak umum terjadi.

    b. DMSO

    Dimetilsulfoksida adalah suatu solven yang juga sering digunakan. Ia bersifat polar,

    oleh karena itu ditemukan dalam penggunaan yang khusus. DMSO masuk ke kulit (penetrasi)

    secara efektif, tetapi memiliki sifat toksik yang rendah. Namun, ia membawa bahan-bahan

    kimia yang bercampur dengannya melewati kulit dan dapat menyebabkan konsekuensi yang

    serius bila ia bercampur dengan suatu toksikan yang kuat. DMSO dapat terinhalasi atau

    diabsorbsi melalui kulit sehingga merusak lever. Karbon disulfida sangat mudah menguap,

    dan memiliki uap bersifat berbahaya. Lebih signifikan lagi, ia menyebabkan kerusakan yang

    serius terhadap otak dan susunan syaraf perifer (peripheral nervous system). Ia juga

    berkontribusi terhadap penyakit jantung koroner (coronary heart disease).

    c. Nitrobenzene

    Nitrobenzene adalah senyawa yang mudah menguap dan terpapar secara luas dalam

    bentuk uap. Paparan nitrobenzene ke dalam tubuh menyebabkan kerusakan susunan syaraf

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    3/7

    pusat, saluran pencemaan, dan sumsum tulang yang membentuk sel-sel darah merah. Para

    pekerja yang terpapar secara berlebihan (overexposed workers) menderita anemia dan

    menurunnya jumlah sel darah putih. Kontak dalam waktu yang lama dengan kulit

    menyebabkan kerusakan kulit mirip luka bakar, dan beberapa pekerja menjadi lebih sensitif.

    Studi epidemiologi terhadap para pekerja yang terpapar benzene dalam periode waktu yang

    lama menunjukkan bertambahnya pekerja yang menderita kanker, terutama kanker darah

    (leukimia).

    d. HCl

    Asam klorida adalah asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani

    dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang

    tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil

    untuk disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam

    klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik. Dalam lingkungan industri,

    pencegahan merupakan tindakan yang lebih baik daripada membiarkan terjadi keracunan.

    Antisipasi dan tindakan keamanan harus merupakan upaya pertama. Prinsip kerja secara

    aman adalah penting, tetapi sering dianggap berlebihan karena mengeluarkan biaya lebih

    banyak dan tidak menghasilkan nilai tambah yang nyata pada produk.

    Pencegahan terjadinya keracunan dalam proses produksi di industri ini dapat

    dilakukan dengan mengurangi bahaya dan resiko yang mungkin dapat ditimbulkan pada

    pekerja dan lingkungan. Selain itu juga diusahakan upaya pengamanan seperti menyediakan

    tempat penyimpanan yang aman, tersedianya sarana air pembilas di tempat-tempat strategis,

    menyediakan dokter perusahaan, melengkapi pekerja dengan masker dan sarung tangan, dan

    sebagainya.

    DIAGRAM ALIR SINTESIS VANILIN

    Pembuatan produk vanillin sintetik menggunakan bahan baku eugenol yang berasal dari

    minyak cengkeh. Proses produksi vanillin sintetik terbagi menjadi 3 macam proses, yaitu

    proses isomerisasi, proses oksidasi dan proses ekstraksi. Di bawah ini adalah gambar diagram

    alir proses produksi vanillin sintetik.

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    4/7

    Tahap pertama pembuatan vanilin sintetik adalah proses isomerisasi yaitu mengubah eugenol

    enjadi K-isoeugenolat dalam suasana basa. Proses isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol

    dilakukan dengan menggunakan panas dari gelombang mikro yang didapatkan pada alat

    microwave. Proses ini menggunakan katalis basa kuat kalium hidroksida (KOH) yang proses

    konversi atau reaksi isomerisasinya terjadi pada sekitar suhu 120oC. Di bawah ini adalah

    gambar dari reaksi yang terjadi.

    Gambar 1. Reaksi perubahan eugenol menjadi isoeugenol dengan KOH

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    5/7

    Setelah itu, tahap kedua adalah proses oksidasi. Reaksi oksidasi k-isoeugenolat

    menjadi vanilin menggunakan oksidator nitrobenzene. Nitrobenzene tersebut digunakan

    untuk mengubah K-isoeugenolat menjadi K-vanilat dan menghasilkan hasil samping berupa

    azobenzene dan asetaldehid.

    Sastrohamidjojo (2002) mengatakan reaksi oksidasi isoeugenol dapat dilakukan

    dengan menggunakan oksidator nitrobenzene. Reaksi oksidasi ini berlangsung dalam fase

    organik, sehingga untuk membawa oksidator nitrobenzene ke dalam fase organik dibutuhkan

    pelarut dimetil sulfoksida (DMSO). Agar reaksi berjalan sempurna, jumlah oksidator dan

    pelarut yang digunakan harus melebihi jumlah bahan yang akan direaksikan.

    Berdasarkan literatur di atas maka pada tahap oksidasi ini ditambahkan pula DMSO

    dan dipanaskan dalam oven gelombang mikro. Di dalam oven gelombang mikro terjadi

    radiasi gelombang mikro yang diserap oleh bahan dan mengubah energi radiasi menjadi

    energi panas yang akan memanaskan larutan sampel secara langsung sehingga akan

    menaikkan suhu larutan dan terjadi reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi isoeugenol dengan

    oksidator nitrobenzene dalam suasana basa menghasilkan kalium vanilat seperti yang terlihat

    pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2. Reaksi oksidasi menggunakan nitrobenzene

    Untuk merubah kalium vanilat menjadi vanilin maka dilakukan tahapan hidrolisis

    menggunakan asam. Pada tahapan ini ion K+ pada senyawa vanilat digantikan oleh ion OH-

    dan garam KCl hasil reaksi terendapkan sehingga dapat dipisahkan dari komponen vanilin.

    Reaksi hidrolisis vanilin dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Selanjutnya garam kalium

    vanilat yang terbentuk diasamkan dengan HCl. Reaksinya :

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    6/7

    Gambar 3. Reaksi oksidasi pembentukan vanilin (Soemadiharga,1973)

    Hasil akhir dari tahapan hidrolisis adalah terbentuknya dua lapisan yaitu lapisan atas

    (air) yang mengandung vanilin dan lapisan bawah yang mengandung azobenzene, asetaldehid,

    DMSO dan reaksi hasil samping lainnya.

    Vanilin yang terdapat pada lapisan atas hasil reaksi oksidasi dan hidrolisis selanjutnya

    diekstraksi menggunakan dietil eter. Menurut Carey (2003), dietil eter mempunyai tingkat

    volatil tinggi dan titik didih yang rendah (350C) sehingga mudah digunakan pada saat proses

    penguapan. Dietil eter digunakan untuk memisahkan komponen vanilin dari air dan campuran

    lain hasil oksidasi yang ikut tercampur seperti nitrobenzene, dimetil sulfoksida, azobenzene

    dan asetaldehid, sehingga vanilin terikat dengan pelarutnya (dietil eter). Kemudian dilakukan

    destilasi atau penguapan pelarut untuk memisahkan campuran vanillin dan pelarut dietil eter,

    sehingga pada akhirnya akan didapatkan produk vanillin sintetik.

    Di bawah ini adalah gambar dari diagram alir proses produksi vanilin sintetik.

  • 7/22/2019 SINTESIS VANILIN

    7/7

    DAFTAR PUSTAKA

    Carey, F.A. 2003. Organic Chemestry. Fifth Edition. McGraw-Hill. New York.

    Cisadesi, Rosi. 2007. Pembuatan Vanilin Semi Sintetik dari Isoeugenol

    MinyakCengkeh dengan Pemanasan Gelombang Mikro. Skripsi. Fakultas Teknologi

    Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Sastrohamidjojo, H. 1981.A Study of Some Indonesian Essential Oils. Disertasi.

    Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

    Soemadhiharga et al., 1973. Sintesa Vanilin Dari Eugenol Minyak Daun Cengkeh.

    Balai Penelitian Kimia. Bogor