SINTESIS CALCIUM FERRITE BERBASISKAN · 4.2 Analisa XRD Laju pemanasan ... Gelas BG-1 dan BG-2 yang...
Transcript of SINTESIS CALCIUM FERRITE BERBASISKAN · 4.2 Analisa XRD Laju pemanasan ... Gelas BG-1 dan BG-2 yang...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Porositas
Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer
Dari gambar 4.6 dan 4.7 terlihat bahwa partikel keramik bio gelas aktif
berbentuk spherical menuju granular. Bentuk granular diduga merupakan hasil
ripening pada saat nukleasi dan pertumbuhan kristal gelas bioaktif di mana
umumnya sebuah partikel yang lebih besar akan mengintegrasi partikel yang
lebih kecil di sekitarnya. Aglomerasi terlihat pada beberapa bagian serta
keberadaan porositas dari bio gelas aktif terlihat pada gambar.
Ukuran partikel bio gelas aktif yang lebih kecil akan meningkatkan luas
permukaan kontak bio gelas aktif dengan jaringan sekitarnya pada saat
diaplikasikan. Dengan meluasnya permukaan kontak maka ikatan antarmuka
antara jaringan dengan bio gelas aktif akan meningkat. Porositas yang terdapat
pada bio gelas aktif merupakan tempat bagi jaringan disekitarnya untuk
tumbuh. Adanya porositas pada bio gelas aktif meningkatkan kualitas
bioactivity-nya.
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Porositas
Gambar 4.8. SEM Gelas BG-3 setelah perendaman di dalam SBF Ringer
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisa XRD Laju pemanasan (heating rate) untuk pelelehan gelas selama pembuatan
keramik gelas bioaktif yaitu 10oC/menit. Setelah itu dilakukan quench ke media
pelat baja.
Gambar 4.9. Kurva XRD gelas tanpa heat treatment
Dapat dilihat bahwa struktur material gelas adalah amorf. Untuk
membandingkan hasil tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini :
Gambar 4.10. Kurva XRD gelas tanpa heat treatment (literatur)
42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
■■ = CaFe4O7 ▲ = α-Fe2O3
▲▲ ■
Bagian atas : keramik gelas sebelum direndam kedalam larutan SBF
Bagian bawah : keramik gelas setelah direndam kedalam larutan SBF
Gambar 4.11. Keramik gelas BG-1 sebelum & setelah direndam di SBF Ringer
Terjadi penurunan intensitas yang terlihat pada kurva XRD antara
keramik gelas sebelum dengan setelah direndam selama 8 hari di dalam larutan
SBF Ringer. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan ion – ion penyusun
larutan SBF. Tetapi tidak terbentuk senyawa baru setelah perendaman di dalam
larutan SBF Ringer.
Heat treatment pada temperatur pertumbuhan butirnya, dominan pada
temperatur 780oC. Hal ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi dari
temperatur pengintian ke temperatur pertumbuhannya.
Sampel BG-1 secara lengkap di alam berbentuk gelas, sampel BG-1
memperlihatkan garis XRD yang berupa fasa CaFe4O7 dan α-Fe2O3.
Tetapi saat waktu pertumbuhan meningkat dari 24 jam menuju 58 jam seperti
yang terlihat pada sampel BG-2 yaitu fasa tunggal ferrite CaFe4O7 terlihat.
Hal ini dimungkinkan meningkatnya waktu pertumbuhan α-Fe2O3 dan bereaksi
dengan CaO di fasa matriks mengikuti reaksi : CaO + 2Fe2O3 CaFe4O7
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketika temperatur pengintian meningkat dari 430º C menjadi 730º C
dan 780º C, sejumlah α-Fe2O3 relatif lebih banyak.
Hal ini menjelaskan bahwa temperatur 430º C adalah temperatur pengintian
yang tepat untuk fasa Ca-ferrite. Sedangkan temperatur 730º C
merepresentasikan temperatur pengintian untuk fasa α-Fe2O3.
Sampel BG-3 menunjukkan fasa kristalin baik CaFe4O7 (kalsium ferit)
dan α-Fe2O3 (hematite-iron oxide) maupun yang berasal dari Fe2O3 yang diheat
treatment.
Pada proses perlakuan panas (heat treatment) Fe2O3 ternyata memasuki
fasa kristalin dan fasa gelas residu menjadi kurang stabil.
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin mendekati keadaan terjadinya
kristalisasi maka semakin baik untuk menghilangkan Fe2O3 dari fasa gelas dan
oleh karena itu makin banyak fasa gelas yang tidak stabil.
■ = CaFe4O7
■
■
Gambar 4.12 Keramik gelas BG-2 sebelum & setelah direndam di SBF Ringer
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
■
■ = CaFe4O7 ▲ = α-Fe2O3
▲▲▲
■▲
Gambar 4.13. Keramik gelas BG-3 sebelum & setelah direndam di SBF Ringer
Pola XRD dari sampel yang dimasukkan ke dalam SBF Ringer
menyatakan bentuk lapisan permukaan yang amorf di kasus BG-3 yang telah
direndam di larutan SBF Ringer.
Dengan kata lain ada bentuk lapisan permukaan kristalin dan ada
kecenderungan dekomposisi dari kristalin ke amorf.
Modifikasi permukaan diobservasi hanya pada kasus dimana sejumlah
fasa gelas diperlihatkan (seperti halnya pada BG-1 dan BG-2).
Hal ini tampaknya sependapat dengan Li et al (1992) yang menunjukkan fasa
gelas residu di keramik gelas bertanggung jawab pada modifikasi permukaan
dan bentukan lapisan apatite. Gelas BG-1 dan BG-2 yang menunjukkan weight
loss yang bisa diabaikan menunjukkan tidak adanya modifikasi permukaan.
Analisis EDX menunjukkan bahwa adanya aluminium yang picked up
dari alumina crucible. Itu tampaknya telah terjadi selama persiapan pembuatan
gelas. Adanya Al memperlambat bioaktivitas. Anderson et al (1990)
menyarankan bahwa adanya Al di lapisan yang kaya silika memperlambat laju
pembentukan lapisan apatite dan juga menstabilkan gelas, oleh karenanya
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
pencegahan formasi film di atas yang kaya CaO-P2O5 lapisan yang kaya
silikon. Hal ini bisa saja menjadi alasan mengapa hanya Si-rich atau lapisan
amorf yang diobservasi pada kasus kita tanpa pembentukan lapisan apatite.
Untuk mengidentifikasi apakah senyawa yang terbentuk dari proses heat
treatment benar – benar hematite iron oxide atau α-Fe2O3, maka digunakan
software X-Powder Ver 2004.04 dan PcPDFwin, selanjutnya setiap puncak
tersebut diidentifikasi dengan cara membandingkannya dengan standard PDF
number yang ada. Pencarian PDF number ini sebelumnya dilakukan dengan
menggunakan software pcpdfwin.
4.3. Analisa Pengurangan Berat (weight loss)
Tabel IV.1. Data pengurangan berat (weight loss)
SAMPEL Berat sebelum
dilarutkan ke dalam TBS (g)
Berat setelah dilarutkan ke
dalam TBS (g)
Pengurangan berat (%)
BG-1 5,0027 4,81 4,05 BG-2 5,0013 4,746 5,10 BG-3 5,0011 3,751 24,99
Pengukuran berat sample sebelum dan setelah direndam di larutan SBF
Ringer dilakukan di lab Sekolah Farmasi dengan alat pengukur neraca analitik
Toledo AG 104 (1).
Pada sampel BG-3 pengurangan berat (weight loss) setelah sampel
keramik gelas direndam selama 8 hari di larutan SBF Ringer tercatat cukup
besar sehingga diduga α-Fe2O3 pada sampel BG-3 memiliki sifat hidrofilik
yang lebih baik dibandingkan dengan kedua lainnya. Sifat hidrofilik inilah yang
diharapkan dari hasil perendaman keramik gelas di larutan SBF Ringer tersebut
sehingga partikel yang tidak stabil lebih memungkinkan untuk ”menangkap”
sel kanker yang juga bersifat tidak stabil dan diperkirakan pada terapi kanker
lanjutan bahwa sel kanker dapat dideteksi bahkan dimusnahkan lebih cepat.
Intensitas difraksi sinar X pada gelas keramik setelah direndam di
dalam larutan SBF Ringer lebih rendah dibandingkan sebelumnya karena
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
adanya weight loss yang cukup signifikan dan sebagian bio gelas aktifnya
(α-Fe2O3) telah terlarut dalam SBF Ringer
Semakin tinggi α-Fe2O3 yang terlarut (weight loss-nya tinggi), dan
terbawa oleh SBF maka kemungkinan terdeteksinya sel kanker pada terapi
lanjutan semakin besar.
4.4. Analisa Perubahan pH
Pengukuran pH sangat penting dalam penelitian ini karena partikel
keramik gelas yang hidrofilik harus cocok dan compatible dengan kondisi
tubuh dalam hal ini pH darah manusia yang berkisar antara 7,35-7,45.
pH awal SBF Ringer yang tercatat setelah setiap instrumen pendukung
(pengukuran pH) dikalibrasi yaitu 7,4.
Tabel IV.2. Data pH sebelum dan setelah direndam di larutan SBF Ringer
SAMPEL pH sebelum direndam di larutan SBF Ringer
pH setelah direndam di larutan SBF Ringer
BG-1 7,4 8,53 BG-2 7,4 8,54 BG-3 7,4 7, 36
Pengukuran pH dilakukan di lab Sekolah Farmasi dengan alat pengukur
pH meter Beckman 50.
Pada BG-3 pH yang terjadi masuk ke dalam range “aman” untuk injeksi
cairan ke dalam tubuh. Artinya pada BG-1 dan BG-2 tidak layak untuk
dilakukan proses selanjutnya karena pH basa yang dibiarkan diinjeksikan ke
dalam tubuh manusia akan mengakibatkan kondisi alkalosis dimana laju
pernapasan menurun dan urin mengandung sedikit asam.
47