Sinopsis Novel

29
Bahasa Indonesia Name Farid oktarian Kelas vii.c Smp swasta ykpp dumai Tahun ajaran 2014/2015

description

hgcmjh

Transcript of Sinopsis Novel

Page 1: Sinopsis Novel

Bahasa Indonesia

Name

Farid oktarian

Kelas

vii.c

Smp swasta ykpp dumai

Tahun ajaran 2014/2015

Page 2: Sinopsis Novel

LASKAR PELANGICerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika

sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Mulai darisanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!

Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.

Page 3: Sinopsis Novel

AYAT-AYAT CINTANovel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang

dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem).

Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir. kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab’ah (membaca Al-Qur’an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.

Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Merteka bewrcerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah. Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi. Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakn perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu kembali mrah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur’an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama

Page 4: Sinopsis Novel

kemudian metro berhenti dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.

Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua orang anak mereka – Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian, Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri. Keluarga ini juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari.

Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hali inilah ang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis dimana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan. Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah

Page 5: Sinopsis Novel

keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri ke dalam penderitaan yang sama.

MISTERI AEIOUJudul novel : Misteri Aeiou (3 Sahabat)Penulis : KusumastutiPenerbit : Erlangga for KidsTahun : 2009Tebal buku : 27 bab, 206 halaman

Novel remaja berjudul 3 Sahabat Misteri Aeiou karya Kusumastuti bercerita tentang petualangan 3 sahabat bernama Ade, Rani dan Gunawan dalam memecahkan misteri aeiou. Pada awalnya, Ibu Ade memberikan sebuah kalung kuno mirip sebuah medali dari Austria untuk Ade. Kalung itu berukuran besar dan tebal. Di atasnya, terdapat hiasan ukiran gambar bunga yang mempunyai lima lembar tajuk bunga bertuliskan AEIOU dimasing-masing lembar tajuknya.

Petualangan mereka dimulai saat Rani tidak sengaja membuka kalung itu. Di

dalamnya terdapat kompas yang sudah tidak berfungsi. Tiba-tiba kompas itu berputar dengan cepat dan mengeluarkan cahaya merah terang dari pusat kompas serta diikuti angin yang berputar kencang seperti puyuh. Cahaya dan angin itu menarik mereka. Mereka berputar melayang di udara yang semakin lama semakin cepat. Ketika pusaran udara dan sinar merah menghilang, mereka telah berada di masa lalu. Mereka berada di istana kota Linz, Austria pada zaman Pemerintahan Romawi kuno.

Saat itu, Ratu Eleanor, istri kaisar kehilangan sebuah kalung kesayangannya. Kalung yang dimaksud adalah kalung yang di bawa oleh Rani, Ade, dan Gunawan. Tak sengaja Ratu melihat Rani membawa kalung tersebut. Rani dituduh sebagai pencuri. Tetapi tuduhan itu tidak terbukti, sehingga Rani dibebaskan. Rani dibawa oleh Ibu Kepala ke dapur. Ibu Kepala mengira bahwa Rani adalah gadis pekerja untuk membantu istana dalam persiapan pesta perjamuan makan yang akan diadakan malam ini.

Ade dan Gunawan sangat sedih karena harus berpisah dengan Rani. Dalam perjalanannya untuk menemui Rani, mereka bertemu dengan Paman Gotthard. Paman Gotthard mengira bahwa mereka adalah keponakannya dari kota Vienna. Mereka diajak tinggal di pondok Paman Gotthard. Selain itu, mereka bertemu dengan Ritter Thomas, teman Paman Gotthard. Ritter Thomas mengajak Gunawan untuk berlatih Ritter. Sedangkan Ade menjadi asisten Paman Gotthard untuk belajar tentang tanaman dan hewan.

Saat pesta perjamuan makan malam. Kaisar Romawi Friedrich III mengundang adik kandungnya Albert VI serta Raja Hungaria, Matthias Corvinus untuk makan malam ini. Ratu Eleanor menghadiri acara tersebut dengan memakai kalung kesayangannya. Raja Matthias sangat tertarik dengan kalung tersebut. Ia menawarkan untuk membeli kalung itu. Tetapi Ratu Eleanor menolaknya.

Perundingan Kaisar Friedrich III dan Albert VI pada saat makan malam gagal total. Kaisar Friedrich III akan mengundang Albert VI dan Raja Matthias untuk acara jamuan makan

Page 6: Sinopsis Novel

malam yang kedua kalinya. Perundingan kedua ini diharapkan berhasil kalau tidak Kerajaan Romawi akan hancur oleh perang yang dipimpin Albert VI dan Raja Matthias.

Sehari sebelum perundingan kedua dilaksanakan, Paman Gotthard mengajak Ade untuk pergi ke kota Puri Air Gallspach untuk menemui keluarganya. Di sana Ade ditugaskan oleh Paman Gotthard untuk menjadi mata-mata. Tak sengaja Ade mendengar percakapan antara Raja Matthias dan Albert VI di balik dinding ruangan istana. Raja Matthias sangat menginginkan kalung kesayangan Ratu Eleanor. Menurutnya, kalung itu adalah kunci ruang harta karun Falkensteiner. Raja Matthias memiliki ide untuk menjadikan kalung itu sebagai barang taruhan. Apabila Kaisar Friedrice dan Ratu Eleanor tidak memberikan kalung itu, maka perang akan segera dilaksanakan. Apabila kalung itu diberikan, maka perang akan ditunda. Ade menceritakan hal itu kepada Paman Gotthard. Paman Gotthard terkejut, setahu dia ruang kunci harta karun Falkensteiner adalah cerita pengantar tidur yang belum tentu kebenarannya. Paman Gotthard mengajak Ade untuk segera pulang ke kota linz.

Ade menceritakan percakapan Raja Matthias dan Albert VI kepada Rani dan Gunawan di lembah menara yang puncaknya terdapat sarang burung Falkon. Mereka saling bertukar informasi. Mereka sangat sedih karena belum bisa pulang dari sini. Satu-satunya jalan untuk kembali ke tempat semula adalah dengan mengambil kalung kesayangan Ratu Eleanor. Mereka tidak bisa berkata jujur, karena tidak akan ada yang percaya dengan cerita mereka.

Ketika berada di Istana, Rani memberanikan diri untuk mencuri kalung itu yang berada di kamar Ratu Eleanor. Ternyata Gudrun, dayang Ratu Eleanor melihat Rani mencuri kalung tersebut. Gudrun mengejar Rani yang berlari dengan membawa pisau. Paman Gotthard, Ibu Kepala, para ajudan, Kaisar serta Ratu Eleanor datang. Gudrun menceritakan semuanya kepada Kaisar bahwa Rani telah mencuri. Rani pun membela dirinya. Melihat peristiwa itu, Ade teringat percakapan antara Albert VI dan Gudrun di kebun sebelum ia pergi ke istana. Albert VI meminta Gudrun untuk mencuri kalung Ratu Eleanor.

Ade mengatakan kepada kaisar yang sebenarnya. Gudrun pun mengelak. Kaisar pun memisahkan mereka. Rani dibawa oleh ajudan ke penjara, Gudrun dibawa oleh Ibu Ketua dan Ade dibawa ke ruang kerja kaisar. Di ruang kerja Kaisar, Ade menjelaskan semua yang ia dengar ketika berada di kebun sampai Kaisar percaya.

Di luar Istana Ade dan Gunawan melihat persiapan ritter untuk perang. Ade pun teringat cerita Falkensteiner dan burung Falkon di atas menara. Ia mengaitkan dua hal tersebut. Sampai akhirnya ia menyadari bahwa ruang harta karun Falkensteiner berada disumur bawah menara.

Mereka segera pergi ke sumur bawah menara itu. Dugaan Ade benar. Dia melihat lekukan yang sama seperti kalung Ratu Eleanor di tepi sumur. Tiba-tiba Paman Gotthard dan Ritter Thomas datang mencari mereka. Ade dan Gunawan menjelaskan mengapa mereka di sini. Mereka juga menjelaskan diri mereka sebenarnya dan tujuan awal mereka.

Sementara itu, perundingan antara Kaisar Friedrich III, Albert VII, dan Raja Matthias sedang berlangsung. Raja Matthias menawarkan perdamaian kepada Kaisar Friedrich III

Page 7: Sinopsis Novel

yaitu dengan memberikan Kalung kesayangan Ratu Eleanor kepadanya. Kaisar menolak, tetapi ia punya pendapat lain. Kaisar dan Raja Matthias akan membuka berama-sama pintu ruang harta karun Falkensteiner.

Pintu ruangan harta karun Falkensteiner dibuka secara bersama-sama. Ternyata di dalamnya terdapat peti dari batu. Isi dari peti itu adalah tulang belulang dari orang tua Hanno Falkensteiner, anak dari Falkensteiner. Raja Matthias sangat marah sehingga Ia menunda perang pada hari ini.

Setelah itu, Rani, Ade, dan gunawan dipanggil oleh Kaisar ke ruang kerjanya. Mereka menjelaskan dari awal hingga akhir mengapa mereka ke sini. Kaisar mempercayai perkataan mereka. Kaisar pun memberikan kalung Ratu Eleanor kepada mereka. Rani membuka kalung tersebut. Di dalamnya terdapat kompas. Jarum penunjuk arahnya berputar cepat kemudian berhenti dengan menunjuk ke satu arah. Jarum itu mengarah ke menara bersumur. Jarum itu menunjuk suatu ruangan di bawah menara sumur itu. ketika ruangan itu dibuka oleh Ritter Thomas, semua mata terbelalak dengan isi di dalamnya. Ternyata isi ruangan yang ditunjuk oleh jarum kompas adalah harta karun Falkensteiner.

Setelah menemukan Harta karun Falkensteiner, Rani, Ade, Gunawan meminta izin untuk kembali ke tempat asal mereka. untuk kembali pulang mereka mengucapkan kepanjangan AEIOU dengan bahasa latin. Jarum kalung itu berputar. Pusaran angin itu menarik mereka untuk kembali ke tempat asal mereka. Akhirnya mereka sampai di rumah.

Page 8: Sinopsis Novel

HARIMAU HARIMAU Judul : Harimau- HarimauPengarang : Mochtar LubisPenerbit : Yayasan Obor IndonesiaCetakan Ke : 5Tahun Terbit : 2001(terbit pertama kali tahun 1975)Tebal : 214 halaman

Telah seminggu Haji Rakhmad (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, dan Pak Balam berada di hutan mengumpulkan damar, tidak jauh dari pondok Wak Hitam. Pak Haji yang tertua di antara mereka telah berumur 60 tahun. Meskipun umurnya telah tua seperti itu tetapi badannya masih tetap sehat dan kuat. Wak Katok yang berumur 50 tahun memiliki perawakan yang kukuh dan keras, senang berpakaian serba hitam dan masih terlihat seperti berumur 40 tahunan.

Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang muda diantara mereka, Sutan berumur 22 tahun, telah berkeluarga. Talib yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25 tahun juga telah beristri dan mempunyai empat anak. Buyung adalah yang termuda berumur 19 tahun.

Semua anak – anak muda itu adalah murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib padanya. Dan anggota rombongan yang ketujuh dan terakhir ialah Pak Bayam yang sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam dan kurus namun ia masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh paling disenangi dan dihormati oleh orang – orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang – orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Selain orang – orang terpandang, mereka juga sudah berkeluarga semua kecuali Buyung.

Wak Katok mempunyai sebuah senapan yang paling ampuh di dalam kelompok tersebut. Senapan ini tidak jarang dipinjamkan kepada Buyung karena tahu bahwa ia sangat senang dan bahkan pandai menggunakan senapan. Karena mempunyai senapan itu, mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering masuk ke rumah Wak Hitam. Karena itu pula terjadi perkenalan dengan Wak Hitam, bahkan mereka sering memgimap di pondok Wak Hitam ini. Wak Hitam adalah seorang laki – laki yang berusia 70 tahun. Orangnya kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan baju hitam. Ia senang tinggal berbulan – bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiyah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai menggunakan sihir dan memiliki ilmu gaib. Menurut Wak Katok dalam hal ilmu gaib, Wak Hitam adalah gurunya. Wak Hitam gemar mencari perawan muda untuk penyegar dirinya. Bila ia sakit dimintanya pada istrinya untuk mendekap pada tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya dan ia akan lekas sembuh kembali. Orang – orang percaya bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia memelihara jin, setan, iblis, dan harimau jadi – jadian.

Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi perampok dan penyamim yamg tinggal di hutan. Di samping itu

Page 9: Sinopsis Novel

ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya. Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam tiba. Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiyah karena selama di hutan mereka tidak menikmati masakan yang enak. Merekapun tertarik akan keindahan tubuh Rubiyah. Buyung si rombongan anggota termuda dan satu – satunya yang masih bujangan, tergila – gila akan kecantikan Rubiyah. Dalam hatinya, ia membandingkan kelebihan Rubiyah dan Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talib, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiyah.

Pada suatu hari mereka melihat hal – hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang berpakaian serba hitam datang ke pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip.

Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik – manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar

Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang mandi. Akhirnya terjadilah hubungan intim antara keduanya. Rubiyah pun menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa telah jatuh cinta dan merasa wajib melindungi menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku.

Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing – masing. Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiyah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai Zaitun.

Setelah bermalam, paginya mereka pergi berburu ke tempat kumpulan rusa yang sekaligus juga kumpulan harimau. Setelah menunggu beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan. Mereka pun langsung ke tempat bermalam dan menguliti rusa tersebut di situ. Tapi tiba – tiba, mereka semua mendengar auman seekor harimau. Dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung pergi. Setelah perjalanan setengah hari dan tak lagi mendengar suara harimau, mereka beristirahat untuk makan dan setelah selesai semuanya mereka langsung saja melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat bermalam. Lalu mereka membuat sebuah pondok dan api unggun. Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan membawanya masuk ke dalam hutan.

Setelah mereka sadar, dengan cepat Wak Katok menembak ke arah harimau dan harimau tersebut akhirnya lari dan meninggalkan Pak Balam. Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah. Setelah sadar Pak Balam lalu berkata bahwa ia telah memiliki firasat

Page 10: Sinopsis Novel

sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpi – mimpi buruknya ketika masih di kampung dan di rumah Wak Hitam. Lalu Pak Balam meminta mereka semua untuk bertobat dan mengakui semua dosa – dosanya. Tapi tak ada satu orangpun yang mau mengakui dosa – dosanya.

Setelah sembahyang, mengobati luka Pak Balam dan membuat usungan mereka lantas pergi. Keranjang damar mereka tinggalkan. Selama perjalanan, panas Pak Balam tak juga reda, mereka ingin cepat – cepat sampai kampung agar Pak Balam dapat segera diobati. Talib berada di barisan paling belakang, ketika ia hendak membuang air seni harimau telah membawanya lari.

Mereka mengikuti jejak harimau tersebut, dan ia di tempat terbuka di dalam hutan mereka menemukan Talib yang sudah berlumuran darah. Karena kaget akan serangan rombongan itu, harimau lantas pergi. Semua ikut membantu menyembuhkan Talib dengan kekuatan lima orang itu walaupun akhirnya ia sendiri meninggal. Semua ikut membantu kecuali Wak Katok karena ia adalah seorang pemimpin.

Esok paginya Talib dikuburkan, Pak Haji dan sutan menjaga pondok serta Pak Balam. Sedangkan yang lain pergi memburu harimau. Sutan tak tahan mendengar igauan Pak Balam yang meminta untuk mengaku dosa. Ia pun pergi meninggalkan Pak Haji dan Pak Balam yang sedang sakit dan pergi menyusul kawan – kawan yang lainnya.

Sedangkan di tempat lain, di dalam hutan Wak Katok dan Pasukannya terus mengikuti jejak harimau. Pada saat mereka merasa sudah dekat dengan sang harimau, mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Mereka lantas bersembunyi di belakang pohon yang besar dan menunggu sang harimau tiba. Malam pun tiba, saat itu juga mereka mendengar jeritan manusia, dan auman harimau seecara bersamaan.

Tapi mereka tak hendak untuk menolongnya, dan memutuskan kembali ke tempat mereka bermalam. Ketika sampai di tempat bermalam, Pak Haji menanyakan keberadaan Sutan. Mereka menggeleng, dan menceritakan apa yang terjadi pada dua tempat yang berbeda, mereka pun menyimpulkan bahwa yang menjadi korban harimau tersebut ialah Sutan. Pagi – pagi ketika mereka bangun, mereka terkejut karena Pak Balam akhirnya meninggalkan dunia. Setelah selesai mengubur Pak Balam, mereka semua memutuskan untuk pergi berburu.

Wak Katok memutuskan mengambil jalan pintas, ternyata jalan pintas itu melewati hutan yang sangat lembab. Hutan ini pun seperti tak pernah disentuh makhluk hidup kecuali babi dan badak. Mereka ingin keluar dari rimba jahat tersebut, tetapi Wak Katok yang menjadi pemimpin rombongan tersebut hanya membuat mereka berputar – putar di jalan yang sama karena sebenarnya Wak Katok takut memburu harimau. Setelah itu, Wak Katok malah marah – marah sendiri, dan memaksa satu persatu orang untuk mengakui dosa – dosanya. Semuanya mau menurut kecuali Buyung. Wak Katok memaksa Buyung dengan cara meletakkan senapan di dadanya, dan saat itu pula suara auman harimau terdengar. Setelah harimau pergi, Wak Katok tak dapat diajak berbicara lagi yang akhirnya Wak Katok pun mengusir mereka.

Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana untuk mengambil senapan. Senapan

Page 11: Sinopsis Novel

berhasil diambil setelah melalui perkelahian. Wak Katok akhirnya pingsan dan akhirnya Pak Haji meninggal karena luka yang disebabkan oleh Wak Katok. Setelah sihir yang dimiliki oleh Wak Katok, Buyung menyusun rencana yang sangat bagus hingga akhirnya dapat membunuh harimau tersebut.

Ia membunuh dengan cara melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimaupun mati. Ketika itu ia menggunakan Wak Katok sebagai umpan dan Wak Katok diikat di sebuah batang pohon yang besar. Kini mengertilah Buyung maksud kata – kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh – sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal – hal yang bersifat takhayul, mantera – mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok. Sekeluar dari hutan Buyung dan Sanip berencana melaporkan Wak Katok ke polisi. 

Page 12: Sinopsis Novel

LAYAR TERKEMBANG

Judul : Layar TerkembangPengarang : Sutan Takdir AlisjahbanaPenerbit : Balai PustakaCetakan : 33Tahun terbit : 2001(terbit pertama kali tahun 1936)Tebal Buku : 166 Halaman

Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.

Suatu hari, keduanya pergi ke gedung akuarium. Ketika sedang asyik melihat-lihat ikan, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan.

Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.

Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.

Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa. Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.

Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang pujaan hati ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.

Page 13: Sinopsis Novel

Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.

Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.

Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka ia menulis surat penolakannya.

Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya JawaBarat.

Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.

Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.

Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah mulai tumbuh bersemi.

Page 14: Sinopsis Novel

SITI NURBAYAJudul : Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )Pengarang : Marah RusliPenerbit : Balai PustakaCetakan : 20Tahun Terbit : 1990 (terbit pertama kali tahun 1920)Tempat Terbit : JakartaTebal Buku : 271 halaman

Saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, ibunya meninggal. Inilah titik awal penderitaan hidup Siti Nurbaya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.

Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang lainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikan oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tidak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih.

Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Yaitu menyarahkan puterinya Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih untuk dijadikan istri.

Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.

Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa keluarganya.

Page 15: Sinopsis Novel

Pada suatu hari ketika Samsulbahri sedang liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Datuk Maringgih sangat marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras karena derita beruntun yang menimpanya. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.

Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri diusir dan harus kembali ke Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, oleh karena itu Siti Nurbaya diusirnya, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya dan tinggal bersama bibinya. Sementara itu Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya.

Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.

Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya berikutnya menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta,Karena dengan siasat dan fitnah dari Datuk Mariggih Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya, bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya. Sehingga memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi.

Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.

Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.

Page 16: Sinopsis Novel

Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang, yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.

Page 17: Sinopsis Novel

JALAN TAK ADA UJUNGJudul : Jalan Tak Ada UjungPengarang : Mochtar LubisPenerbit : Yayasan Obor IndonesiaTahun terbit : 2002 (terbit pertama kali tahun 1952)Cetakan ke : 5 Tebal buku : 167 halaman Isa adalah seorang guru Sekolah Rakyat di tanah abang. Ia memiliki sifat yang lembut dan baik hati. Ia gemar bermain biola dan sepak bola, namun iasering mengaalami ketakutan. Guru Isa sudah lama menikah dengan Fatimah. Namun, mereka belum dikaruniai seorang anak karena Guru Isa mengalami Impoten. Atas kesepakatan bersama, mereka mengangkat Salim sebagai anak angkat. Keadaan yang seperti itu membuat Guru Isa menjadi minder. Suatu hari, Guru Isa berkenalan dengan seorang pejuang yang gigih bernama Hazil. Pergaulan mereka sangat akrab kerena memiliki hobi yang sama, yaitu bermain biola, guru Isa diajak berjuang, namun karena penyakitnya, ia tidak berani, dan ia juga tidak menyukai kekerasan. Karena Isa adalah seorang guru, maka tidak ada orang yang curiga, kemudian Hazil menyuruhnya untuk menjadi kurir yang mengantarkan senjata kepada kawan-kawannya. Persahabatan yang kontras itu dirasakan oleh Guru Isa. Hazil adalah pejuang yang penuh semangat, sedangkan dirinya selalu ragu-ragu. Ia merasa ngeri melihat pertumpahan darah di medan perang. Mimpi buruk selalu menghantuinya. Meskipun ia ingin menampakkan cintanya kepada istrinya, namun tugasnya sebagai agen rahasia dirasa cukup berat. Dalam tugas itu, Guru Isa dan Hazil mendapatkan bantuan dari Tuan Hamdi.Mereka harus membawa senjata-senjata yang sangat diperlukan. Bertiga dengan sopir mereka berangkat ke Manggarai. Di sana, senjata tersebut telah ditunggu oleh Ontong dan kawannya. Di sana Guru Isa melihat sendiri pembunuhan keji orang Tionghoa oeleh Ontong dkk, karena dianggap sebagai mata-mata musuh. Guru Isa berpendapat kepada Hazil agar Ontong dan kawan-kawan diberantas saja karena tidak baik mencampurkan antara perjuangan dan pembunuhan. Namun Hazil tidak bisa berbuat apa-apa. Pada bulan Januari Rahmat mengantarkan surat Hazil untuk Guru Isa. Saat membaca surat iti, Guru Saleh, rekan guru Isa datang, Ia mengabarkan bahwa ia akan mengungsi karena tidak betah dengan kekacauan di daerah tempat tinggalnya. Mendengar hal itu Guru Isa malah bergembira, karena ternyata ada juga rekannya yang takut terhadap revolusi. Ia pun timbul niat untuk mengungsi. Dalam suratnya Hazil mengatkan bahwa saat ini banyak pembunuhan yang kejam dengan kedok perjuangan dan atas nama rakyat. Selama sebulan ini Ia menghilang karena dicari oleh sekutu inggris Nevils dan Vield. Dalam hati Hazil muncul kebimbangan. Namun, segera ditetapkan hatinya, jalan yang tak ada ujung , yang telah dipilihnya, harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Ia harus kembali ke Jakarta. Guru Isa harus menerima tugas baru sebagai pemegang dana untuk Jakarta. Penggeledahan oleh serdadu Nica semakin gencar, banyak orang gelisah dan mengungsi termasik Tuan Hamdi. Guru Isa ingin mengajak Fatimah mengungsi Namun ditolaknya. Karena gelisah, Guru Isa pun jatuh sakit. Hazil berkunjung ke rumah Guru Isa, di sanalah

Page 18: Sinopsis Novel

timbul asmara antara Hazil dan Fatimah, Guru Isa akhirnya mengetahui juga perbuatan menyimpang istrinya dengan menemukan puntungan rokok di bawah bantal. Guru Isa sangat marah, namun dia lebih memilih untuk diam. Hazil, Rahmat, dan kawan-kawan semakin berani melakukan serangan kepada Belanda. Mereka berencana untuk menyerang serdadu Belanda disebuah bioskop, bioskop Rex namanya. Mereka melemparkan bom tanggan di depan pintu masuk bioskop tersebut. Beberapa serdadu Belanda terluka akibat ledakan bom tersebut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke tempat masing-masing dan tidak saling memberi kabar untuk selang waktu yang lama. Seminggu setelah itu Guru Isa membaca surat kabar yang menyebutkan bahwa salah satu pelempar granat ditangkap. Tiga hari kemudian Guru Isa ditangkap dan dijeblosdkan ke penjara. Di sana ia bertemu dengan Hazil yang sudah babak belur. Betapa kecewanya Guru Isa melihat Hazil yang telah berkhianat karena tidak mau di siksa sendirian, Saat itu kekagumannya akan Hazil lintur sudah. Ia bahkan tidak takut lagi menghadapi siksaan, dan saat itu pula, akhirnya kejantanannya kembali lagi, impotennya sembuh seketika. Selepas dari penjara Ia ingin menunjukkan kepada Fatimah bahwa ia sudah perkasa, dan berharap kehidupan rumah tangganya akan kembali bahagia.Komentar : Novel ini bertema perjuangan seorang guru pada masa revolusi. Setting pada novel tersebut sangat jelas menggambarkan bagaimana keadaan paska kemerdekaan. Setiap konflik digambarkan dengan tererinci mulai dari penyebab konflik, inti dari konflik hingga akibat dari konflik itu sendiri. Banyak pesan yang disampaikan melalui novel tersebut, salah satunya yaitu sebuah pesan tentang kesetiakawanan yang terjalin antara guru Isa dengan Hazil, mereka berjuang bersama untuk memberontak terhadap serdadu-serdadu bangsa lain. Juga terdapat pesan kesabaran guru Isa dalam menjalani kehidupan yang berat baginya. Bahasa yang digunakan sederhana sehingga mudah dicerna oleh pembaca. Alur yang digunakan adalah alur maju, sedangkan sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga, dibuktikan dengan pemberian nama pada tokoh-tokohnya.

Page 19: Sinopsis Novel

BERKISAR MERAHJudul : Bekisar MerahPengarang : Ahmad TohariPenerbit : PT Gramedia Pustaka UtamaCetakan : KeempatTahun terbit : 2001 (terbit pertama kali tahun 1993)Tebal buku : 309 halaman

Lasi adalah seorang perempuan muda keturunan Jawa-Jepang. Ia lahir dan besar di sebuah desa bernama Karangsoga. Lasi merupakan perempuan paling cantik diantara teman sebayanya di Karangsoga. Semasa muda, Lasi selalu menjadi olok-olokan teman sekolahnya. Karena matanya yang sipit, berbeda dengan kebanyakan anak Karangsoga. Tetapi ada satu anak yang tidak ikut menggoda Lasi, bernama Kanjat. Dua tahun lebih muda, namun pintar dan baik hati, di mata Lasi.

Menginjak usia dewasa, Lasi kemudian menikah.Ia menjadi istri Darsa, pemanjat yang memiliki dua belas pohon kelapa. Sekaligus juga keponakan Wiryaji, ayah tirinya. Kehidupan pasangan muda ini berbahagia, meskipun dalam jerat kemiskinan dan bayangan masa depan tidak menentu. Sampai tiga tahun pernikahan, mereka belum juga memiliki keturunan.

Suatu ketika Darsa jatuh dari pohon kelapa, tidak mati tetapi mengalami luka parah, terus menerus buang air kecil tanpa henti. Dengan sabar Lasi merawatnya. Bahkan sampai menggadaikan tanah pada tengkulak untuk menutup biaya pengobatan Darsa di Rumah Sakit. Meskipun Ia tahu konsekuensinya, harga gula produksinya akan dipermainkan dengan seenak hati oleh tengkulak. Tapi Darsa belum sembuh benar, terpaksa dibawa pulang karena ketiadaan biaya.

Sampai di rumah, Darsa kemudian berobat pada dukun pijat, Bunek. Perlahan tapi pasti, Ia kemudian sembuh. Hingga suatu pagi, Ia mendatangi istrinya bercerita bahwa Ia sudah tidak ngompol lagi. Sejenak kebahagian dirasakan pasangan muda ini. Gairah yang sekian lama terpendam dapat disalurkan. Darsa kembali utuh sebagai lelaki.

Tetapi disinilah justru permasalahan dan konflik mulai terbangun. Tidak berapa lama semenjak kesembuhan Darsa. Sipah, anak Bunek meminta pertanggungjawaban. Ia mengaku hamil oleh perbuatan Darsa. Lasi kemudian kalut, bercampur sedih dan jengkel karena suami yang dirawat dengan penuh kasih dan pengorbanan semasa sakit ternyata berbuat tidak semestinya dengan perempuan lain. Lasi kemudian lari ke Jakarta, menumpang truk Pardi, tetangganya mengantarkan gula kelapa.

Sebagaimana sopir kebanyakan, Pardi memiliki sejumlah rumah makan langganan sepanjang perjalanan menuju Jakarta. Ia juga punya ’pacar’ di tiap rumah makan yang disinggahi. Lasi kemudian dititipkan di salah satu rumah makan langganan Pardi untuk diambil kembali sepulang dari Jakarta. Lasi diperlakukan dengan sangat baik oleh pemilik rumah makan, Bu Koneng. Seolah menemukan kedamaian, Ia tidak mau kembali ke Karangsoga. Tetapi tidak ada kebaikan tanpa pamrih, apalagi di kota besar seperti Jakarta.

Page 20: Sinopsis Novel

Petualangan Lasi berlanjut. Karena keluguannya, Ia tidak sadar kalau masuk dalam perangkap perdagangan perempuan. Lepas dari Bu Koneng, Ia kemudian dibawa oleh Bu Lanting, yang terkagum akan kecantikan Lasi. Sekali lagi, Bu Lanting adalah orang baik di mata Lasi, sementara Lasi berprinsip bahwa ketika menerima kebaikan seseorang, Ia seperti berhutang sehingga harus dibayar dengan kebaikan pula. Karena itu ia menurut saja ketika diajak ikut Bu Lanting ke rumahnya. Perempuan bermata sipit pada masa itu memang sedang tren.

Oleh Bu Lanting, Lasi dipoles sedemikian rupa sehingga menjadi kian cantik. Ia juga dibiasakan dengan budaya kota, termasuk dalam hal berpakaian dan gaya hidup. Sampai dianggap siap, Ia kemudian dikenalkan dengan Handarbeni, lelaki tua yang kaya raya, yang sedang mencari perempuan bermata sipit untuk dijadikan istri.

Dengan kegundahan hatinya, namun tidak kuasa menolak karena hutang budinya kepada bu Lanting, akhirnya lasi bersedia menikah dengan pak Han. Sebelum menikah, Lasi ingin terlebih dahulu menyelesaikan perceraiannya dengan Darsa di Karangsoga, Lasi kembali ke Karangsoga sebagai ’sosok berbeda’. Lasi yang sangat kaya dan kian cantik Dengan bantuan pak Han, akhirnya dalam sekejap tuntas sudah perceraian Darsa dan Lasi.

Lasi kemudian menikah dengan pak Han yang sebenarnya lebih cocok jadi ayahnya. Pernikahan itu terkesan seperti pernikahan pura-pura dan tanpa makna. Meskipun setiap hari pak Han selalu memanjakan lasi dengan kepuasan lahiriah dan semua kebutuhannya serba tercukupi. Namun, pak Han tidak bisa memberikan kepuasan secara batin kepada lasi karena usianya yang sudah tua. Karena kasihan kepada Lasi pak Han bersedia mencarikan laki-laki untuk memenuhi kepuasan batin Lasi, namun dengan syarat Lasi tetap harus menjadi istrinya dan mampu menjaga rahasia. Karena lasi orang yang setia, dia merasa tersinggung dengan perkataan pak Han yang menurutnya adalah sebuah pelecehan.

Lasi kembali lagi ke Karangsoga untuk menjenguk orang tuanya dan tinggal disana untuk beberapa waktu. Di sana ia bertemu dengan Kanjat yang sudah menjadi sarjana dan ia menceritakan kepada Kanjat tentang kehidupan pernikahannya yang hanya terkesan man-main. Namun kanjat juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dua insan ini ternyata saling menyukai. Namun masing-masing harus menjalani takdirnya, Lasi kembali ke Jakarta dan menjalani pernikahan semu dengan Handarbeni. Sementara hatinya tetap untuk Kanjat.