Sinopsis Ispa
-
Upload
nurulafitagandos -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
Transcript of Sinopsis Ispa
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN RAWA
MAKMUR KECAMATAN PALARAN
TAHUN 2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Samarinda adalah pembangunan
kesehatan yang prima dan bermutu, hal ini sesuai dengan yang telah tercantum
pada Sistem Kesehatan Nasional yaitu suatu upaya penyelenggaraan kesehatan
yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup
sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal yang mana dikatakan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, tindakan
serta bawaan (congenital). Hidup sehat merupakan hak yang dimilki oleh setiap
manusia yang ada didunia ini, akan tetapi diperlukan berbagai cara untuk
mendapatkannya (Anonim, 2007).
1
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2015, pemerintah
telah menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara
lain kegiatan pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif di semua aspek lingkungan kegiatan pelayanan
kesehatan.
Untuk dapat mengukur derajat kesehatan masyarakat digunakan beberapa
indikator, salah satunya adalah angka kesakitan dan kematian balita. Angka
kematian balita yang telah berhasil diturunkan dari 45 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2003 menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(Anonim, 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di
atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia
balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia
merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita
setiap tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati
urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu
ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan
2
ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut
berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya,
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Anonim, 2007).
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian
diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi
kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan
meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita adalah kelompok yang paling
rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas
dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang.
Di Wilayah Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kelurahan
Rawa Makmur Kecamatan Palaran, penemuan penderita ISPA Pneumonia pada
balita tahun 2012 sebanyak 138 kasus dan sebanyak 62 kasus peneumonia.
(Anonim, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit
dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam
penanganannya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun
petugas, terutama tentang beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.
Menurut Hendrik Blum dalam Notoatmodjo, 1996, faktor-faktor yang
3
mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan seperti asap dapur,
faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan
kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR dan faktor keturunan.
Asap dapur dan faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam
rumah sangat berpengaruh karena semakin banyak penderita gangguan kesehatan
akibat merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi perokok pasif) yang
umumnya adalah perempuan dan anak-anak, sedangkan faktor pelayanan
kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR merupakan faktor
yang dapat membantu mencegah terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan
pernapasan sehingga tidak mudah menjadi parah (Anonim, 2007).
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA, yang dapat
meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian akibat pneumonia. Hal inilah
yang mendasari penulis untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Rawa Makmur
Kecamatan Palaran.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA Pneumonia
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Rawamakmur Kecamatan
Palaran tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
ISPA Pneumonia pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Rawamakmur Kecamatan Palaran tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan asap dapur dengan kejadian ISPA pada
balita.
b. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita.
c. Untuk mengetahui hubungan ASI Ekslusif dengan kejadian ISPA pada
balita.
d. Untuk mengetahui hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada
balita.
e. Untuk mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian ISPA pada balita.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Dinas Kesehatan
Kota Samarinda dalam penentuan arah kebijakan program penanggulangan
penyakit menular khususnya ISPA Pneumonia.
2. Penelitian ini akan dilakukan sebagai bahan acuan antara petugas kesehatan
untuk dapat dilakukan pencegahan dan pemberian pendidikan kesehatan
terhadap orang tua dari balita yang berisiko mengalami gangguan ISPA
khususnya ISPA Pneumonia.
3. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, disamping itu hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
4. Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan
pengetahuan.
6