Singapore National Eye Center 2013

26
Singapore national eye center 2013 http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/ kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Ptosis.aspx Tampilan ‘lelah’ disebabkan oleh kelopak mata atas turun dapat diperbaiki dengan operasi. Apa itu Ptosis? Ptosis adalah istilah medis untuk turunnya kelopak mata bagian atas. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau kedua mata. Ketika ujung kelopak mata atas turun, bagian atas daerah pandangan anda mungkin menjadi terhalang. Contoh : Pasien dengan ptosis bilateral yang memburuk pada bagian kanan. Bagaimana saya tahu jika saya mengalami Ptosis? Anda mungkin merasa mata anda semakin sulit untuk senantiasa terbuka, atau anda mungkin merasakan ketegangan mata dan nyeri kening ketika berusaha menaikkan kelopak mata, atau lelah ketika membaca. Pada kasus parah, anda mungkin perlu untuk menengadahkan kepala kebelakang supaya dapat melihat

description

Singapore National Eye Center 2013

Transcript of Singapore National Eye Center 2013

Page 1: Singapore National Eye Center 2013

Singapore national eye center 2013

http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Ptosis.aspx

Tampilan ‘lelah’ disebabkan oleh kelopak mata atas turun dapat diperbaiki dengan operasi. 

Apa itu Ptosis?

Ptosis adalah istilah medis untuk turunnya kelopak mata bagian atas. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau kedua mata. Ketika ujung kelopak mata atas turun, bagian atas daerah pandangan anda mungkin menjadi terhalang.

Contoh : 

Pasien dengan ptosis bilateral yang memburuk

pada bagian kanan.

Bagaimana saya tahu jika saya mengalami Ptosis?

Anda mungkin merasa mata anda semakin sulit untuk senantiasa terbuka, atau anda mungkin merasakan ketegangan mata dan nyeri kening ketika berusaha menaikkan kelopak mata, atau lelah ketika membaca. Pada kasus parah, anda mungkin perlu untuk menengadahkan kepala kebelakang supaya dapat melihat dari bawah kelopak mata. Keluarga dan teman Anda mungkin juga berkomentar bahwa anda terus menerus tampak ‘lelah’.  

Apa penyebab Ptosis?

Page 2: Singapore National Eye Center 2013

Ptosis mungkin sudah ada sejak lahir (kongenital) atau timbul kemudian dalam hidup (akuisisi).

Ptosis kongenital biasanya diakibatkan tidak berkembangnya otot levator yang bertanggung jawab untuk mengangkat kelopak mata atas.

Salah satu penyebab paling umum ptosis akuisisi adalah peregangan otot levator, karena proses penuaan. Ini disebut ptosis aponeurotik. Ptosis jenis ini juga dapat berkembang setelah operasi mata atau setelah penggunaan lensa kontak. Penyebab lain ptosis akuisisi termasuk palsi saraf kranial ketiga dan gangguan muskular neurologi seperti miasthenia dan distropi otot.

Apa jenis pengobatan yang tersedia untuk Ptosis?

Tipe pengobatan yang tersedia tergantung dari penyebab ptosis. Ptosis aponeurotik seringkali dapat diperbaiki dengan operasi.

Contoh 1 :

Pasien dengan ptosis pada kedua mata yang menghalangi pandangan sentral/pusat.

Contoh 2 :

Kelopak mata turun menyebabkan tampak ‘lelah’ dan alis mata yang naik ketika pasien berusaha untuk menaikkan kelopak mata.

Contoh 3:

Ptosis aponeurotik kanan

Page 3: Singapore National Eye Center 2013

Operasi biasanya dilakukan dengan bius lokal. Tujuan utama operasi adalah untuk mengangkat kelopak mata bagian atas sehingga daerah pandang menjadi penuh. Pada saat bersamaan, ahli bedah  berusaha mencapai kesimetrisan sewajarnya. Hasil operasi yang baik hingga sempurna dapat dicapai walaupun kesimetrisan sempurna tidak selalu diperoleh. Ptosis kongenital berbeda dengan ptosis akuisisi dalam hal ahli bedah harus menangani otot yang tidak normal. Kesimetrisan letak dan fungsi kelopak mata tidak selalu dapat tercapai pada operasi otot abnormal. Pasien dengan ptosis kongenital mungkin akan masih memiliki kelopak turun saat melihat ke atas dan putih mata (sclera) menjadi tampak saat pandangan ke bawah. Mungkin juga kelopak mata tidak tertutup sepenuhnya saat tidur seperti yang terlihat pada foto di bawah ini. Ptosis kongenital biasanya diperbaiki pada masa kanak-kanak jika parah dan menghalangi pandangan. Jika ringan, dapat diperbaiki di akhir masa kanak-kanak atau awal masa dewasa.

Contoh 1 :

       Pasien dengan ptosis kongenital

Contoh 2 :

Pasien dengan ptosis kongenital bilateral

Contoh 3 :

Page 4: Singapore National Eye Center 2013

Pasien dewasa dengan ptosis kongenital kiri

Ptosis

Pendahuluan

Kelopak mata yang disebut juga palpebra merupakan lipatan kulit yang terdapat dua buah untuk tiap mata. Ia dapat digerakkan untuk menutup mata, dengan ini melindungi bola mata terhadap trauma dari luar yang bersifat fisik atau kimiawi serta membantu membasahi kornea dengan air mata pada saat berkedip. Dalam keadaan terbuka, kelopak mata memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Membuka dan menutupnya kelopak mata dilaksanakan oleh otot-otot tertentu dengan persarafannya masing-masing.1

Ptosis adalah istilah medis untuk suatu keadaan dimana kelopak mata atas (palpebra superior) turun di bawah posisi normal saat membuka mata yang dapat terjadi unilateral atau bilateral.2,3,4,5 Posisi normal palpebra superior adalah 2 mm dari tepi limbus atas dan palpebra inferior berada tepat pada tepi limbus bawah. 6

Kelopak mata yang turun akan menutupi sebagian pupil sehingga penderita mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara menaikkan alis matanya atau meng-hiperekstensikan kepalanya. Bila ptosis menutupi pupil secara keseluruhan maka keadaan ini akan mengakibatkan ambliopia. Pada ptosis kongenital, selain menyebabkan ambliopia, juga dapat menimbulkan strabismus.5

Anatomi dan histologi

Secara garis besar palpebra superior terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan anterior (kulit dan otot orbikularis) dan lapisan posterior (tarsus, aponeurotik levator, otot muller dan konjungtiva).7

1. Kulit

Palpebra memiliki kulit yang tipis ± 1 mm dan tidak memiliki lemak subkutan. Kulit disini sangat halus dan mempunyai rambut vellus halus dengan kelenjar sebaseanya, juga terdapat sejumlah kelenjar keringat.8

Page 5: Singapore National Eye Center 2013

Gambar 1. Potongan sagital mata

2. Otot orbikularis

Otot skelet yang berfungsi untuk menutup mata. Otot ini terdiri dari lempeng yang tipis yang serat-seratnya berjalan konsentris. Otot ini dipersarafi oleh nervus fasialis yang kontraksinya menyebabkan gerakan mengedip, disamping itu otot ini juga dipersarafi oleh saraf somatik eferen yang tidak dibawah kesadaran.8

3. Tarsus

Jaringan ikat fibrous ± 25 mm, merupakan rangka dari palpebra. Didalamnya terdapat kelenjar meibom yang membentuk “oily layer” dari air mata.8

4. Septum Orbita

Terletak di bawah otot orbikularis post septalis pada kelopak mata atas dan bawah. Septum orbita ini adalah jaringan ikat yang tipis, merupakan perluasan dari rima orbita.8

5. Otot levator dan aponeurotik levator palpebra

Merupakan “major refractor” untuk kelopak mata atas. M. levator palpebra, yang berorigo pada anulis foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. M. levator palpebra dipersarafi oleh nervus okulomotoris, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.7

Page 6: Singapore National Eye Center 2013

Gambar 2. Potongan sagital palpebra superior9

Etiologi

Secara garis besar ptosis dapat dibedakan atas 2, yaitu :

1. Ptosis yang didapatkan (aquired); pada umumnya disebabkan oleh :10,11

a. Faktor mekanik

Akibat berat yang abnormal dari palpebra dapat menyulitkan otot levator palpebra mengangkat palpebra. Hal ini dapat disebabkan oleh inflamasi akut atau kronik berupa edema, tumor atau materi lemak yang keras, misalnya xanthelasma.

b. Faktor miogenik

Ptosis pada satu atau kedua kelopak mata sering merupakan tanda awalmyasthenia gravis dan kejadiannya diatas 95% dari kasus yang ada.

c. Faktor neurogenik (paralitik)

Terdapat intervensi pada jalur bagian saraf cranial III yang mempersarafi otot levator pada tingkat manapun dari inti okulomotor ke myoneural junction.

Ptosis didapat (acquired) biasanya terjadi unilateral.

d. Faktor trauma

Page 7: Singapore National Eye Center 2013

Trauma tumpul maupun tajam pada aponeurosis levator maupun otot levator sendiri juga menyebabkan ptosis. Pada pemeriksaan histologik, defek terjadi karena adanya kombinasi faktor miogenik, aponeurotik dan sikatriks. Perbaikan terkadang terjadi dalam 6 bulan atau lebih, jika tidak ada perbaikan maka tindakan pembedahan dapat menjadi alternatif.

2. Ptosis kongenital; akibat kegagalan perkembangan m.levator palpebra. Dapat terjadi sendiri maupun bersama dengan kelainan otot rektus superior (paling sering) atau kelumpuhan otot mata eksternal menyeluruh (jarang). Hal ini bersifat herediter.4

Insidens

Sampai saat ini insidens ptosis belum pernah dilaporkan. Ptosis kongenital dapat mengenai seluruh ras, angka kejadian ptosis sama antara pria dan wanita. Ptosis kongenital biasanya tampak segera setelah lahir maupun pada tahun pertama kelahiran.3

Klasifikasi

Berdasarkan kejadiannya, ptosis dibagi atas :12

A. Kongenital

1. Unilateral : kegagalan perkembangan – innervasi abnormal otot levator palpebra.

Bila cukup berat dapat menyebabkan ambliopia dan harus segera ditangani dengan pembedahan. Dapat menyertai Marcus Gunn syndrome (kelainan nervus III dan nervus V), dimana kontraksi m.levator palpebra terjadi bila rahang membuka ke samping pada sisi yang berlawanan.

2. Bilateral : infantile myastenia gravis atau anak dari ibu yang menderita MG.

3. Ptosis yang menyertai Sturge Weber, von Recklinghausen syndrome dan alkohol fetal syndrome.

B. Didapat (acquired)

1. Terkait dengan penyakit muskular, kelainan neurologis, faktor mekanik. Pada beberapa kasus memerlukan penanganan secepatnya.

2. Myastenia Gravis

3. Botulinism

4. Paralysis n. III akibat trauma, tumor, degenerative CNS disease, lesi vaskular.

5. Distrofi miotonik.

Page 8: Singapore National Eye Center 2013

6. Tumor, trauma, jaringan sikatrik pada palpebra.

7. Horner syndrom (ptosis, miosis dan dishidrosis ipsilateral).

Pada kepustakaan lain juga dibahas mengenai pseudoptosis dimana palpebra superior jatuh tanpa adanya insufisiensi retraksi otot levator palpebra. Pseudoptosis dapat terlihat pada kelainan seperti hordeolum, kalazion, tumor palpebra, atau blefarokalasis yang mengakibatkan kelopak mata sukar diangkat.Pengobatan yang diberikan pada pseudoptosis adalah dengan mengobati dan menghilangkan penyebab pseudoptosis tersebut.1,2

Berdasarkan jarak jatuhnya palpebra superior, ptosis diklasifikasikan atas 3 derajat :13

Amount Ptosis Classification

less than or equal to 2mm Mild

3mm Moderate

greater than or equal to 4mm Severe

Gambaran Klinik

Pasien ptosis sering datang dengan keluhan utama jatuhnya kelopak mata atas dengan atau tanpa riwayat trauma lahir, paralisis n. III, horner syndrom ataupun penyakit sistemik lainnya. Keluhan tersebut biasanya disertai dengan ambliopia sekunder.3

Pada orang dewasa akan disertai dengan berkurangnya lapang pandang karena mata bagian atas tertutup oleh palpebra superior. Pada kasus lain, beberapa orang (utamanya pada anak-anak) keadaan ini akan dikompensasi dengan cara memiringkan kepalanya ke belakang (hiperekstensi) sebagai usaha untuk dapat melihat dibalik palpebra superior yang menghalangi pandangannya. Biasanya penderita juga mengatasinya dengan menaikkan alis mata (mengerutkan dahi). Ini biasanya terjadi pada ptosis bilateral. Jika satu pupil tertutup seluruhnya, dapat terjadi ambliopia.1,14,15

Ptosis yang disebabkan distrofi otot berlangsung secara perlahan-lahan tapi progresif yang akhirnya menjadi komplit.15

Page 9: Singapore National Eye Center 2013

Gambar 3. Jatuhnya kelopak mata atas adalah keluhan utama pasien ptosis16

Ptosis pada myasthenia gravis onsetnya perlahan-lahan, timbulnya khas yaitu pada malam hari disertai kelelahan, dan bertambah berat sepanjang malam. Kemudian menjadi permanen. Ptosis bilateral pada orang muda merupakan tanda awal myasthenia gravis.5,15

Pada ptosis kongenital seringkali gejala muncul sejak penderita lahir, namun kadang pula manifestasi klinik ptosis baru muncul pada tahun pertama kehidupan. Kebanyakan kasus ptosis kongenital diakibatkan oleh suatu disgenesis miogenic lokal. Bila dibandingkan dengan otot yang normal, terdapat serat dan jaringan adipose di dalam otot, sehingga akan mengurangi kemampuan otot levator untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi ini disebut sebagai miogenic ptosis kongenital. 3

Pada kepustakaan lain digambarkan juga perbedaan klinik antaracongenital myogenic and neurogenic ptosis dan congenital aponeurotic ptosis. 3

Gejalacongenital myogenic and

neurogenic ptosis

congenital aponeurotic ptosis.

Jarak fissura palpebra

Lipatan kelopak mata atas

Fungsi levator

Pandangan atas-bawah

Ringan sampai berat

Lemah atau tidak terdapat lipatan pada posisi normal

Berkurang

Kelopak mata mengikuti arah pandangan

Ringan sampai berat

Lebih tinggi dari posisi normal

Normal

Kelopak mata jatuh

Page 10: Singapore National Eye Center 2013

Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan fisis pada pasien ptosis dimulai dengan empat pemeriksaan klinik :17

1. Palpebra Fissure Height

2. Margin-reflex distance

3. Upper lid crease

4. Levator function

5. Bells Phenomenon

Palpebra Fissure Height 9,5 7,5

Margin-Reflex Distance +4 +2

Upper Lid Crease 8 11

Levator Function 15 14

Example of ptosis data sheet 11

1. Palpebra Fissure Height

Jarak ini diukur pada posisi celah terlebar antara kelopak bawah dan kelopak atas pada saat pasien melihat benda jauh dengan pandangan primer.17

Fissura pada palpebra diukur pada posisi utama (orang dewasa biasanya 10-12 mm dengan kelopak mata teratas menutup 1 mm dari limbus). Jika ptosis unilateral, pemeriksa harus membedakan dengan artifak strabismus vertikal (hipotropia) atau retraksi kelopak mata kontralateral. Kelopak mata harus dieversi untuk menyingkirkan penyebab lokal ptosis misalnya konjungtivitis papilar raksasa. Jika ptosis asimetris, khususnya bila kelopak mata atas mengalami retraksi – dokter harus secara manual mengangkat kelopak yang ptosis untuk melihat jika terjadi jatuhnya kelopak atas pada mata lain.17

Page 11: Singapore National Eye Center 2013

2. Margin-Reflex Distance

Jarak ini merupakan jarak tepi kelopak mata dengan reflek cahaya kornea pada posisi primer, normalnya ± 4 mm. Refleks cahaya dapat terhalang pada kelopak mata pada kasus ptosis berat dimana nilainya nol atau negatif. Bila pasien mengeluh terganggu pada saat membaca maka jarak refleks-tepi juga harus diperiksa.17

3. Upper Lid Crease

Jarak dari lipatan kelopak atas dengan tepi kelopak diukur. Lipatan kelopak atas sering dangkal atau tidak ada pada pasien dengan ptosis kongenital. 17

4. Levator Function

Untuk mengevaluasi fungsi otot levator, pemeriksa mengukur penyimpangan total tepi kelopak mata, dari penglihatan ke bawah dan ke atas, sambil menekan dengan kuat pada alis mata pasien untuk mencegah kerja otot frontalis. Penyimpangan normal kelopak atas adalah 14-16 mm. Sebagai tambahan, jarak refleks kornea - kelopak mata dan jarak tepi kelopak atas-lipatan kelopak atas diukur. 17

6. Bells Phenomenon

Penderita disuruh menutup/memejamkan mata dengan kuat, pemeriksa membuka kelopak mata atas, kalau bola mata bergulir ke atas berarti Bells Phenomenon (+).

Jarak penyimpangan fungsi kelopak mata :17

Baik : lebih dari 8 mm

Sedang : 5-8 mm

Buruk : kurang dari 5 mm

Photograph with this patient looking down, a ruler is used to measure the motion of the eyelid with the forehead muscles blocked.

Page 12: Singapore National Eye Center 2013

Photograph with the patient looking up with the thumb blocking the frontalis forehead muscle's contribution to the eyelid.

Gmbar 4. Cara pengukuran fungsi otot levator13

Pada pasien ptosis umumnya tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium. Namun untuk mengetahui adanya kelainan sistemik yang dapat mengakibatkan keadaan tersebut kiranya dapat dilakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan MRI dan CT-scan kepala dan mata dibutuhkan misalnya bila untuk melihat adanya massa tumor yang menyebabkan terjadinya ptosis, dan pada pasien yang ditemukan adanya kelainan neurologik lainnya misalnya pada pupil yang abnormal.3,14

Diagnosis

Diagnosis ptosis tidak sulit untuk ditegakkan. Berdasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan yang tepat maka selain diagnosis, juga dapat diketahui causa dari ptosis dan derajat beratnya ptosis sehingga dapat ditentukan tindakan dan penanganan yang tepat.

Penatalaksanaan

Apabila ptosisnya ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visual seperti ambliopia, strabismus dan defek lapang pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap diobservasi.1,3

Penanganan ptosis pada umumnya adalah pembedahan. Pada anak-anak dengan ptosis tidak memerlukan pembedahan secepatnya namun perlu tetap diobservasi secara periodik untuk mencegah terjadinya ambliopia. Bila telah terjadinya ambliopia, pembedahan dapat direncanakan secepatnya. Namun jika hanya untuk memperbaiki kosmetik akibat ptosis pada anak, maka pembedahan dapat ditunda hingga anak berumur 3-4 tahun.12,14

Indikasi pembedahan6

Page 13: Singapore National Eye Center 2013

1. Fungsional

Gangguan axis penglihatan. Ambliopia dan stabismus dapat menyertai ptosis pada anak-anak.

2. Kosmetik

Tujuan operasi adalah simetris, dan simetris dalam semua posisi pandangan hanya mungkin jika fungsi levator tidak terganggu.

Kontra Indikasi pembedahan18

1. Kelainan permukaan kornea

2. Bells Phenomenon negatif

3. Paralisa nervus okulomotoris

4. Myasthenia gravis

Prinsip-Prinsip Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan cukup dengan anestesi lokal. Pada ptosis ringan, jaringan kelopak mata yang dibuang jumlahnya sedikit. Prinsip dasar pembedahan ptosis yaitu memendekkan otot levator palpebra atau menghubungkan kelopak mata atas dengan otot alis mata. Koreksi ptosis pada umumnya dilaksanakan hanya setelah ditemukan penyebab dari kondisi tersebut. Dan perlu diingat bahwa pembedahan memiliki banyak resiko dan perlu untuk didiskusikan sebelumnya dengan ahli bedah yang akan menangani pasien tersebut.14

Beberapa Pembedahan Ptosis

Reseksi levator eksternal19

Reseksi levator eksternal diindikasikan pada kasus ptosis moderat sampai berat dengan fungsi kelopak yang buruk. Ptosis kongenital termasuk kategori tersebut.

Pedoman yang dianjurkan Beard :

1. Ptosis kongenital ringan (1,5-2 mm) dengan fungsi levator yang masih baik (8 mm atau lebih) : reseksi 10 – 13 mm.

2. Ptosis kongenital sedang (3 mm) :

Page 14: Singapore National Eye Center 2013

- fungsi levator baik (8 mm atau lebih) : dipotong 14 – 17 mm;

- fungsi yang kurang (5-7 mm) : direseksi 13 – 22 mm

- fungsi yang buruk (0-4 mm): reseksi 22 mm atau lebih.

3. Ptosis kongenital berat (4 mm atau lebih) dengan fungsi yang kurang sampai buruk : reseksi 22 mm atau lebih atau lakukan sling frontalis

Advancement of the levator aponeurosis atau Tucking19

Prosedur ini biasanya diindikasikan pada ptosis di dapat (acquired). Juga dapat dilakukan pada ptosis kongenital.

Sebelum Pembedahan

Page 15: Singapore National Eye Center 2013

Setelah Pembedahan

Gambar 5. Keadaan seorang pasien sebelum dan sesudah tindakan pembedahan20

Frontalis sling

Pada kasus ptosis berat dengan fungsi palpebra 1-2 mm, frontalis sling merupakan pendekatan yang paling baik.18

Prosedur Fasenella – Servat

Operasi ini diindikasikan jika fungsi levator baik (10 mm) dan ptosis ringan (1-2 mm).19

Kebanyakan operasi ptosis berupa reseksi aponeurosis levator atau otot-otot tarsus superior (atau keduanya). Banyak cara, dari kulit maupun dari konjungtiva, kini dipakai. Pada tahun-tahun terakhir ini, titik berat diletakkan pada keuntungan membatasi operasi pada perbaikan dan reseksi aponeurosis levator, terutama pada ptosis yang didapat.6

Pasien dengan sedikit atau tanpa fungsi levator memerlukan sumber pengangkatan alternatif. Menggantungkan palpebra pada kening (alis) memungkinkan pasien mengangkat palpebra dengan bantuan gerak alami muskulus frontalis. Fascia lata autogen biasanya dianggap sebagai alat terbaik untuk menggantung.6

Prognosis

Prognosis tergantung pada tingkat ptosisnya dan etiologinya.3

Page 16: Singapore National Eye Center 2013

Ptosis kongenital tipe mild dan moderate dapat mengalami perbaikan seiring dengan waktu tanpa komplikasi yang berat.

Ptosis yang menyebabkan ambliopia membutuhkan terapi “Patching”

Ptosis kongenital yang menyebabkan hambatan penglihatan sebaiknya segera ditangani dengan pembedahan

Preventive

Tidak terdapat tindakan preventive untuk mencegah terjadinya ptosis.14

Page 17: Singapore National Eye Center 2013

D a f t a r P u s t a k a

1. Ilyas, Sidharta (ed). Kelopak Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta. 2002; hal : 57,73-5.

2. -. Ptosis. Steen-Hall Eye Institute. Available at http://www.steen-hall.com/ptosis.html. Modified on 01/23/2004.

3. Suh, Donny Wun. Ptosis, Congenital. Editor(s) : Michael J Bartiss, Donald S Fong, Mark T Duffy, Lance L Brown, Hampton Roy. Department of Ophthalmology, University of Nebraska Medical Center. Avaiable athttp://www.emedicine.com/ ph/topic345. Last update : November 13, 2003.

4. -. Ptosis. TSBVI Education. Available athttp://www.tsbvi.edu/Education/anomalies/ ptosis.htm

5. Vaugham, Daniel. Ptosis. Dalam General Opthalmology. edisi 9, lange Medical Publications, California, 1980, hal : 50

6. Vaughn, Daniel. Blepharoptosis. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta. 2000; hal : 86-7.

7. Ilyas, Sidharta. Anatomi Kelopak Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta. 1998; hal :1

8. Koswandi, Arthur., Lianury, Robby N. Mata. Dalam Histologi. Jilid 4. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. hal : 126-7.

9. Fraundorfer, Elisabeth K. Magnussa Phoenix Scientific/Medical Illustration. Schwemmäckergasse 19, A-2202 Enzersfeld bei Korneuburg, Austria/Europe. Available athttp://www.magnussa.com/medicalillustrations.html.

Page 18: Singapore National Eye Center 2013

10. Miller, Stephen. Disease Of The Ednexa Of The Eye. Dalam Disease Of The Eye (Parson’s). Churchchill Livingstone. London. 1978; hal : 524.

11. Newman, Steven A. Eyelid Malposition and Involutional Changes. Dalam Basic And Clinical Science Course-Orbit, Eyelids, and Lacrimal System.Bagian 7. The Foundation Of The Academy Of Oftalmology, San Fransisco, 2001, hal : 190,191,200 dan 204

12. -. Ptosis. Available at http://pedclerk.bsd.uchicago.edu/ptosis.html.

13. Bermant, Michael. Measuring Eyelid Function and Ptosis (drooping upper eyelid). American Board of Plastic Surgery. Available athttp://www.plasticsurgery4u.com /procedure_folder/eyelid_recon_folder/eyelid_function.html. Last update : Januari 8, 2004.

14. Stonely, Dorothy Elinor. Ptosis. The Thompson Corporation. Available at http://www.ehendrick.org/healthy /001140.htm. 2003.

15. Doyle, Martin. Disease Of The Eyelid. Dalam A Synopsis Of Ophthalmology. A John Wright & Sons LTD Publication. Chicago. 1975; hal : 147

16. -. Ptosis : Drooping of The Upper Eyelid. Medical Marketting. Physicians’ Advertising & Promotion. Availabe at http://www.oculo-doc.com/myasthenia_gravis_ptosis.htm

17. Newman, Steven A. The Pasient With Eyelid or Facial Abnormalities. DalamBasic And Clinical Science Course-Neuro Opthalmology. Bagian 5. The Foundation Of The American Academy Of Ophthalmology. San Fransisco. 2001; hal : 263.

18. Evans, N.M. The Eyelids. Dalam Opthalmology. Oxford University Press. Oxford. 1995; hal : 17-20

19. Sparth, George L. Plastic Surgery. Dalam Opthalmic Surgery. W.B. Saunders Company. Philadelphia. 1982; hal : 582-589.

Page 20: Singapore National Eye Center 2013

PTOSIS

Definisi Ptosis adalah kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal seperti mata normal ketika memandang lurus ke depan (Drooping eye lid). Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil dibanding mata normal. Normalnya kelopak mata terbuka adalah = 10 mm. Ptosis biasanya mengindikasikan lemahnya fungsi dari otot levator palpebra superior ( otot kelopak mata atas ). Rata – rata lebar fisura palpebra / celah kelopak mata pada posisi tengah adalah berkisar 11 mm, panjang fisura palpebra berkisar 28 mm. Rata – rata diameter kornea secara horizontal adalah 12 mm, tetapi vertikal adalah = 11 mm. Bila tidak ada deviasi vertikal maka refleks cahaya pada kornea berada 5,5 mm dari batas limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas biasanya menutupi 1.5 mm kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di posisi tengah seharusnya 4 mm diatas reflek cahaya pada kornea. Jika batas kelopak mata atas menutupi kornea 1 atau 2 mm kebawah masih dapat dikatakan normal, termasuk ptosis ringan, jika menutupi kornea 3 mm termasuk ptosis sedang, dan jika menutupi kornea 4 mm termasuk ptosis berat.

Jenis / tipe ptosisPtosis secara garis besar dibagi menjadi 2 type:1. Congenital Ptosis (dibawa sejak lahir).2. Acquired Ptosis (didapat).

Ptosis kongenital ada sejak lahir dan biasanya mengenai satu mata dan hanya 25% mengenai ke 2 mata. Ptosis terjadi karena kesalahan pembentukan (maldevelopment) otot kelopak mata atas dan tidak adanya lipatan kelopak mata, tetapi kerusakan mendasarnya kemungkinan timbul pada persarafan dibandingkan otot itu sendiri, karena sering ditemukan lemahnya otot rektus superior yang dipersarafi oleh Saraf / Nervus III. . Ptosis yang terjadi pada masa perkembangan bayi dapat menyebabkan amblyopia, yang terjadi pada satu atau kedua mata dimana kelopak mata menutupi visual axis, terutama jika berhubungan dengan ptosis kongenital (ptosis yang didapat dari lahir). Amblyopia dari ptosis berhubungan dengan astigmatisme tinggi. Ptosis menimbulkan tekanan pada kelopak mata dan dengan waktu dapat merubah bentuk kornea yang menimbulkan cylinder tinggi. Anak – anak dengan congenital ptosis dan amblyopia harus dipertimbangkan untuk melakukan operasi ptosis, dan kelainan refraksi yang mereka miliki harus diterapi dengan kontak lens, dan untuk amblyopianya harus dilakukan terapi oklusi (tutup mata). Acquired ptosis sering terlihat pada pasien berusia lanjut. Umumnya disebabkan bertambah panjangnya (stretching) otot levator palpebra (otot yang berfungsi mengangkat kelopak mata), trauma/pasca kecelakaan, pertambahan usia, pengguna contak lens dan luka karena penyakit tertentu seperti stroke, diabetes, tomor otak, kanker yang mempengaruhi saraf atau respon otot, horner sindrom dan myasthenia gravis.

Symptoms / Gejala- Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.- Kesulitan membuka mata secara normal.

Page 21: Singapore National Eye Center 2013

- Peningkatan produksi air mata.- Adanya gangguan penglihatan.- Iritasi pada mata karena kornea terus tertekan kelopak mata.- Pada anak akan terlihat guliran kepala ke arah belakang untuk mengangkat kelopak mata agar dapat melihat jelas.

PemeriksaanKetika melakukan pemeriksaan, yang pertama kali diperhatikan adalah penyebab dari ptosis itu sendiri. Dibawa sejak lahir atau disebabkan oleh penyakit tertentu atau disebabkan oleh trauma. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan:- Tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi, hasil refraksi dengan sikloplegic juga harus dicatat.- Kelainan strabismus / mata juling.- Produksi air mata (Schirmer test).- Diameter pupil dan perbedaan warna iris pada kedua mata harus diperiksa pada kasus Horner Syndrome.- Tinggi kelopak mata atau fissure palpebra diobservasi dan diukur. Pengukuran dilakukan dalam millimeter (mm), di ukur berapa besar mata terbuka pada saat melihat lurus / kedepan, melihat ke atas dan kebawah.- Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi untuk melihat perubahan pada mata.

Treatment / pengobatanObservasi hanya dibutuhkan pada kasus congenital ptosis sedang (mild congenital ptosis), jika tidak terdapat tanda amblyopia, strabismus dan jika terdapat ketidaknormalan posisi kepala. • Pasien harus dievaluasi setiap 3 atau 4 bulan untuk menangani amblyopia pada congenital katarak. Foto luar mata dapat membantu memonitor pasien.• Guliran kepala harus diperhatikan , jika pasien sering mengangkat dagunya (chin up posture), menandakan bertambah buruknya ptosis, disarankan untuk melakukan operasi.• Pasien harus diperiksa akan adanya astigmatisme disebabkan tekanan dari kelopak mata.

Operasi ptosis/ surgical carePtosis biasanya tidak terperbaiki dengan waktu, dan membutuhkan operasi sebagai penyembuhan, khususnya operasi plastic dan reconstructive. Operasi ini ditujukan untuk memperkuat otot levator palpebra.Koreksi ptosis dengan operasi pada kasus congenital ptosis dapat dilakukan pada berbagai usia, tergantung dari keparahan penyakitnya. Intervensi awal dibutuhkan jika terdapat tanda – tanda amblyopia dan ocular torticollis. Beberapa kasus ocular torticollis menghambat pergerakan (mobility) pada bayi dan anak – anak disebabkan masalah keseimbangan pada posture kepala dan dagu yang terangkat. Jika tidak terlalu mendesak /urgent, operasi dapat ditunda hingga usia 3 atau 4 tahun.

Prognosis/ masa depan• Perbaikan congenital ptosis dengan operasi mengembalikan fungsi otot levator palpebra yang baik dan

Page 22: Singapore National Eye Center 2013

juga dari segi kosmetik.Dengan observasi dan pengobatan yang benar, amblyopia dapat diperbaiki dengan sukses.