SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM ......v ABSTRAK Fatimah Sudirman. Sinergi Pemerintah dan...
Transcript of SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM ......v ABSTRAK Fatimah Sudirman. Sinergi Pemerintah dan...
-
i
SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM
PENANGGULANGAN PERSAMPAHAN DI PASAR
SENTRAL KABUPATEN ENREKANG
Oleh :
FATIMA SUDIRMAN
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05339 15
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
i
SINERGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM
PENANGGULANGAN PERSAMPAHAN DI PASAR
SENTRAL KABUPATEN ENREKANG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan diajukan oleh
FATIMA SUDIRMAN
Nomor Stambuk : 10561 05339 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
ii
-
iii
-
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Fatima Sudirman
Nomor Stambuk : 105610533915
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan oleh orang lain atau
melakukan plagiat. Peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademiki.
Makassar, 15 Juni 2020
Yang Menyatakan.
Fatima Sudirman
-
v
ABSTRAK
Fatimah Sudirman. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam penanggulangan
persampahan di Pasar Sentral Kabupaten Enrekang (dibimbing oleh Alyas dan
Abdi).
Kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan dana Pemerintah,
merupakan salah satu penyebab terjadinya permasalahan pencemaran di Kabupaten
Enrekang. Selain itu, hal ini sangat berdampak pada kesehatan manusia serta
munculnya permasalahan sampah. Sampah selalu menjadi masalah yang serius,
masalah ini timbul karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam
penanggulangan sampah.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui sinergi
pemerintah dan masyarakat berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu
permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian. Informan dalam penelitian ini
berjumlah tujuh orang, pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan, sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, teknik dan
waktu.
Hasil penelitian menunjukkan sinergitas pemerintah dan masyarakat dalam
penanganan sampah di pasar sentral Enrekang dilihat dari 3 dimensi yaitu pemecahan
masalah, peran pemerintah dan jaringan komunikasi. Selain itu, dikaji juga mengenai
faktor pendukung dan penghambat sinergitas tersebut. Pemecahan masalah sampah
melalui system pelayanan persampahan dengan tiga system yaitu system rute, metode
pembuangan sampah dengan system “controlled landfill” dan pengumpulan dan
pengangkutan dengan sistem clean site. Peran pemerintah dalam pengelolaan
persampahan di pasar sentral Enrekang dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
sampah yang ada belum optimal, akan tetapi, jaringan komunikasi yang terbangun
dalam memberikan pelayanan persampahan kepada masyarakat sudah baik. Berbagai
faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam penangan sampah di pasar
sentral Enrekang, akan tetapi telah diberikan solusi penyelesaian masalah tersebut.
Keyword: Sinergitas, Penanggulangan Sampah.
-
vi
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Dalam Penanggulangan Persampahan Di
Pasar Sentral Enrekang”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Alyas, M.S selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Abdi, M.Pd
selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan
mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tua saya Ayahanda Sudirman dan Ibunda tercinta Nurdalipa dan
seluruh keluarga yang telah berkorban tanpa pamrih dalam membesarkan, mendidik
dan mendoakan keberhasilan penulis, memberi semangat dan motivasi serta bantuan
baik moril ataupun materi dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya mereka
berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
-
vii
5. Sahabat-sahabatku Riska, Renita, Samsidar, Andi Magfirah, Astuti, Asti,
Indrayanti dan masih banyak lagi, yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan,
perhatian, cerita dan pengalaman bagi penulis selama kuliah dan menemaniku disaat
sedih dan senang. Terima kasih juga atas persahabatannya.
6. Buat Areisnah, Novita,S.E, Siswati, Etus, Mumma.S.E, Umma, S.P, Alfira, S.T,
Kak Wiwong, Uni, Manni, yang selama ini sudah menjadi saudara-saudariku
mendengarkan setiap keluh kesahku terimakasih.
8. Saudari-Saudariku yang ada di HISMA, HPMM, Public admnistration 015,dan
MASSOLA 015 Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Kuliah, pengkaderan,
kepengurusan Humanis telah menjadi torehan cerita mahasiswa yang tak terlupakan.
Perjalanan masih panjang kawan, semoga di masa depan nanti kita akan bertemu
dengan kesuksesan yang kita cita-citakan masing-masing, insya ALLAH.
Demi Kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 17 Februari 2020
Fatima Sudirman
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................i
Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................ii
Halaman Persetujuan ...........................................................................................iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................................iv
Abstrak ................................................................................................................v
Kata Pengantar ....................................................................................................vi
Daftar Isi..............................................................................................................viii
Daftar Tabel ........................................................................................................x
Daftar Gambar .....................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................7 C. Tujuan Penelitian..............................................................................7 D. Manfaat Penelitian............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Sinergi .................................................................................9 B. Penanggulangan Sampah..................................................................11 C. Kerangka Pikir..................................................................................20 D. Fokus Penelitian ...............................................................................22 E. Deskripsi Fokus Penelitian ...............................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi penelitian .............................................................23 B. Jenis dan Tipe penelitian ..................................................................23 C. Sumber Data .....................................................................................24 D. Informan Penelitian ..........................................................................25 E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................25 F. Teknik Analisis Data ........................................................................25 G. Keabsahan Data ................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ...............................................................29 B. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Penanggulangan
Persampahan di Pasar Sentral Enrekang ..........................................36
C. Hasil Penelitian .................................................................................53
-
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................54 B. Saran-Saran ......................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................57
LAMPIRAN ........................................................................................................59
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Bupati Kabupaten Enrekang Periode1960-sekarang .................31
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang Berdasarkan Jenis Kelamin ...32
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .......................................................................21
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang .........37
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan
hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lainnya dari sumber
daya alam. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, aktivitas
tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh
manusia. Bahan buangan makin hari makin bertambah banyak. Hal ini erat
hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk di satu pihak, dan di
pihak lain dengan ketersediaan ruang hidup manusia yang relatif tetap dalam Candra
(2006).
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945.
Kebijakan pembangunan tidak lepas dari upaya pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan
untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Sedangkan hakekat
pembangunan itu sendiri adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan itu sendiri menurut
(Salim, 1993) mencakup beberapa hal yaitu: (1) kemajuan lahiriah, seperti sandang,
perumahan, dan lain lain; (2) kemajuan batiniah, seperti pendidikan, rasa aman, rasa
-
2
keadilan, rasa sehat; (3) kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana
tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan.
Masalah pembangunan tidak lepas dari permasalahan lingkungan hidup untuk
itu perlu adanya penanganan yang serius. Masalah lingkungan hidup negara
berkembang berbeda dengan masalah lingkungan hidup yang dialami negara maju.
Masalah lingkungan hidup yang dialami Negara berkembang adalah keterbelakangan
atau kemiskinan, sedangkan lingkungan hidup yang dihadapi oleh negara maju adalah
polusi yang bisa merusak lingkungan hidup. Dalam rangka pembangunan di
Indonesia, khususnya di bidang lingkungan perlu diupayakan peningkatan kualitas
perilaku masyarakat terhadap keseimbangan lingkungan hidup. Faktor penting yang
menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan hidup yang tidak baik adalah adanya
pertumbuhan penduduk yang semakin banyak. Hal ini akan menambah kebutuhan
akan tanah (tempat tinggal), air bersih, sosial dan kriminalitas.
Penataan lingkungan yang tidak baik dan pengelolaan lingkungan hidup yang
tidak teratur berakibat timbulnya berbagai masalah seperti banjir, tanah longsor, dan
bencana alam lainya. Sedangkan penataan lingkungan yang baik akan menghasilkan
lingkungan yang bersih, teratur dan bisa meningkatkan pelestarian lingkungan itu
sendiri. Untuk itu perlu adanya peran serta masyarakat dalam memelihara lingkungan
sekitarnya yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan lingkungan disekitarnya.
Ketidakikutan masyarakat dalam memelihara lingkungannya akan
mengakibatkan lingkungan itu menjadi kurang bersih dan kurang sehat. Selain itu
masyarakat harus berperan serta dalam menjaga pelestarian lingkungan, karena hal ini
-
3
saling terkait antara satu dengan yang lainya. Proses pembangunan di Kota Enrekang
semakin pesat seiring dengan perkembangan waktu dan kemajuan teknologi.
Kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan dana Pemerintah
Kabupaten Enrekang, merupakan salah satu penyebab terjadinya permasalahan
pencemaran di wilayah ini. Selain itu hal ini sangat berdampak pada kesehatan
manusia serta degradasi lingkungan yang lebih besar. Kurangnya kesadaran mereka
tentang arti pentingnya pelestarian lingkungan, menyebabkan mereka kurang peduli
terhadap lingkungan sekitarnya.Pembuangan sampah langsung ke sungai, merupakan
salah satu bukti masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pelestarian
lingkungan hidup. Karena pada dasarnya pengelolaan lingkungan tersebut, bukan saja
menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab masyarakat.
Pengikutsertaan masyarakat ini, diperlukan untuk meningkatkan perasaan ikut
memiliki (sense of belonging) dalam setiap proses kegiatan.
Salah satu penyebab dari semua pencemaran lingkungan hidup adalah barang-
barang bekas yang sudah tidak terpakai atau nama populernya adalah sampah.
Dengan demikian meningkatnyajumlah penduduk, timbulnya tempat-tempat
pemukiman penduduk baru ditunjang dengan kemajuan teknologi, maka volume
sampah juga akan meningkat seirama dengan kegiatan manusia tersebut, sehingga
apabila penangulangan dan pengelolaan tidak baik akan menimbulkan masalah besar
dalam pelestarian lingkungan hidup
Sampah selalu menjadi masalah yang serius, masalah ini timbul karena masih
kurangnya kesadaran masyarakat dalam penanggulangan sampah. Seperti yang ada
-
4
dilingkungan Kota Enrekang masih banyak sampah rumah tangga yang dibuang tidak
pada tempatnya seperti di pinggir jalan dan di lahan yang belum dimanfaatkan.
Keterlambatan pengangkutan sampah dapat menyebabkan sebagian masyarakat
merasa sangat terganggu dengan sampah karena menimbulkan bau yang tidak enak di
sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Jika hal ini dibiarkan, maka akan
merugikan masyarakat karena sampah dapat menimbulkan penyakit.
Langkah-langkah mengatasi masalah yang dihadapi oleh pemerintah, dan
masyarakat dalam menangani sampah terkait penanganan sampah serta pelaksanaan
yang belum maksimal terhadap regulasi-regulasi mengenai penanganan sampah.
Dalam hal ini perlu adanya sebuah komitmen yang kuat dan terobosan yang bersifat
kreatif-inovatif dari semua pihak untuk mengoptimalkan perangkat regulasi mengenai
penanganan dan pembangunan sampah yang berwawasan lingkungan serta merubah
paradigma yang sudah tidak mempunyai relevansi dalam konteks membangun
kesadaran pemerintah terkait, dan masyarakat dalam menghadapiproblematika
sampah di negeri ini.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga
negara Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam Undang - Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa “Setiap orang berhak sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
-
5
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
maka pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup, yang mengatur mengenai larangan
dalam perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup untuk mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Hukum lingkungan merupakan
hukum fungsional, karena bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurusan,
dan perusakan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan
nyaman bagi seluruh rakyat (Hamzah, 2016).
Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai aspek, Salah satu aspek
yang sangat berpengaruh adalah aspek pengelolaan sampah di lingkungan
pemerintahan. Menurut Darwin, 2006 dalam Wibowo, 2010 persampahan telah
menjadi agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh daerah di
Indonesia. Faktor keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah sepenuhnya akan
tergantung pada kemauan Pemerintah Daerah atau Kota dan masyarakat. Kemauan ini
dapat dimulai dari pemahaman dan kesadaran akan pentingnya sektor pengelolaan
sampah sebagai salah satu pencerminan keberhasilan pengelolaan kota.
Sisi lain, motivasi masyarakat dalam mengelola sampah sampai saat ini belum
nampak kemunculannya. Pola hidup masyarakat yang masih mengedepankan
pemenuhan kebutuhan hidup atau ekonomi menjadikan masalah pengelolaan sampah
sebagai permasalahan yang belum menjadi prioritas untuk ditangani. Perilaku dan
kebiasaan masyarakat atau individu untuk mengelola sampah belum mengarah
kepada perilaku yang positif seperti membuang sampah pada tempatnya .
-
6
Permasalahan sampah dapat diatasi jika masyarakat maupun Pemerintah
mampu dan memiliki kemauan dalam menjalankan tugas dan kewajiban pengelolaan
sampah dengan penuh tanggung jawab. Bentuk keterlibatan masyarakat sebagai pihak
yang menghasilkan sampah dengan proporsi terbesar, dapat dilaksanakan dengan
membudayakan perilaku pengelolaan sampah semenjak dini dari rumah tangga,
sebagai struktur terendah dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Wakil Bupati Enrekang, Asman mengatakan permasalahan sampah yang
menjadi penghalang utama untuk Kabupaten Enrekang memperoleh Adipura. Dengan
jumlah penduduk yang mencapai ± 190.579 jiwa memang memerlukan partisipasi
aktif masyarakat dalam mengelola sampah. Pihak pemerintah mengaku tidak bisa jika
tanpa bantuan masyarakat. (Tribunnews. 2019).
Menurut data dari DLH Kota Enrekang, pada tahun 2018 hingga 2019,
volume sampah di Kota Enrekang mencapai ±2679 m3. Sampah tersebut berasal dari
sampah masyarakat umumnya dan sampah pasar Sentral di Kota Enrekang.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Enrekang , sampah pasar
sentral di Kabupaten Enrekang hampir mencapai 85.1 m3/hari. Salah satu
permasalahan sampah pasar, selain jumlahnya yang relatif banyak serta mempunyai
permasalahan tersendiri, keadaan ini terjadi di pasar sentral Kabupaten Enrekang
sebagai wadah perekonomian, aktivitas yang ada baik jual beli dari pedagang ke
komsumen atau dari pegdagang ke pedagang secara tidak langsung menyebabkan
timbunan sampah. Pasar umum memliki jenis sumber sampah yang lebih banyak
dibandingkan pasar khusus, jenis barang yang diperjualbelikan dalam suatu pasar
-
7
mempengaruhi volume serta sifat sampah yang dihasilkan. Sampah pasar memiliki
karakteristik khas, volumenya besar, kadar air tinggi, serta mudah membusuk.
(BPS.2019).
Aisiah mengungkapkan Kabupaten Enrekang, masih kekurangan armada truk
pengangkut sampah. Hal ini menyebabkan sejumlah kecamatan mengalami
keterlambatan penjemputan sampah karena harus antri menunggu giliran. saat ini
baru ada 12 armada truk pengangkut sampah yang beroperasi di Kabupaten
Enrekang. Dari jumlah tersebut, lima armada diantaranya ditempatkan beroperasi di
Kota Enrekang dan dua armada truk beserta motor gerobak di tempatkan di pasar
sentral Enrekang , sementara sisanya ditempatkan di beberapa Kecamatan.
(Tribunnews.2018).
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti berpendapat bahwa perlunya dilakukan
proses studi sinergi masyarakat dan pemerintah terhadap sampah. Sesuai dengan
uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Sinergi
Pemerintah dan Masyarakat dalam penanggulangan persampahan di Pasar
Sentral Kabupaten Enrekang”.
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas yang berhubungan dengan sinergi pemerintah
dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
-
8
1. Bagaimana sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan
persampahan di pasar sentral Kabupaten Enrekang?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam sinergi antara
pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi persampahan di pasar
sentral Kabupaten Enrekang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam
penanggulangan sampah di Pasar sentral Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat sinergi
antara pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan di
pasasr sentral Kabupaten Enrekang.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis dalam memberikan
gambaran tentang sinergi pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan
persampahan di pasar sentral Kabupaten Enrekang.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Kabupaten Enrekang dalam penanggulangan persampahan di
-
9
pasar sentral Kabupaten Enrekang, sehingga tercipta lingkungan yang bersih
menuju piala Adipura pada tahun berikutnya.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Sinergi
1. Pengertian Sinergi
Covey dalam Wati (2013) mengartikan sinergi sebagai “kombinasi atau
paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik atau lebih
besar.” Najiyati dan Rahmat (2011) mengartikan sinergi sebagai kombinasi atau
paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih
besar. Sinergi dapat dipahami sebagai operasi gabungan atau perpaduan unsur
untuk menghasilkan output yang lebih baik.
Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai
hasil lebih besar daripada jumlah bagian per bagian. Sinergi merupakan suatu
kerjasama yang dapat terwujud ketika kita bisa mensinkronkan bermacam
alternatif keinginan dengan cara komunikasi yang baik antar anggota tim. Dalam
bersinergi, kita juga harus berkoordinasi satu sama lain sehingga terwujudnya
suatu kegiatan yang efisien (Hayati, 2014).
Menuruta Deadroff dan Williams (2006) sinergi bukanlah sesuatu yang
dapat kita pegang oleh tangan kita tapi suatu istilah yang berarti melipatgandakan
pengaruh (multiplier effect) yang memungkinkan energi pekerjaan atau jasa
individu berlipatganda secara eksponesial melalui usaha bersama. Sinergi
kelompok di deskripsikan sebagai tindakan yang berkembang dan mengalir dari
kelompok orang yang bekerja sama secara sinkron satu sama lain sehingga
-
11
mereka dapat bergerak dan berfikir sebagai satu kesatuan. Tindakan sinergi ini
dilakukan dengan insting positif, memberdayakan, dan menggunakan sumber
daya kelompok secara keseluruhan.
Melalui beberapa definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa sinergitas
dapat diartikan kegiatan gabungan atau kerjasama yang dilakukan guna
mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa peran
yang berbeda namun terkait didalamnya. Oleh karena itu seluruh komponen
masyarakat dan pemerintah diharapkan bersinergi agar tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
2. Bangunan Sinergi
Sinergitas dapat terbangun melalui dua cara yaitu:
a. Komunikasi, dibedakan atas dua bagian yaitu: Pertama, komunikasi yang
berorientasi pada sumber kegiatan guna mendapatkan tanggapan. Kedua,
komunikasi yang berorientasi pada penerima memandang bahwa komunikasi
sebagai semua kegiatan untuk (penerima) dalam menanggapi stimulus atau
rangsangan.
b. Koordinasi. Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya koordinasi.
Silalahi (2011) menyebutkan koordinasi adalah integrasi dari kegiatan-kegiatan
individual dan unit-unit ke dalam satu usaha bersama yaitu bekerja kearah
tujuan bersama.
3. Indikator Sinergi
Kunci dari berhasilnya sinergi dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek mendasar
menurut Rhodes (2007) yaitu:
-
12
1. Pemecahan Masalah (Problem Solving) yaitu kemampuan dalam
pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha menemukan urutan
yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita agar lebih
dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang
untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya
dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah,
menyusun rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah
pada penyelesaian masalah.
2. Peran Pemerintah (intergovermental games) yaitu bahwa keterpaduan
interaksi yang konstruktif antar pemeritah, sektor swasta dan masyarakat .
3. Jaringan Komunikasi (Networking) adalah rangkaian individu sebagai
akibat terjadinya pertukaran informasi, sehingga membentuk pola-pola
atau model-model jaringan komunikasi tertentu.
B. Penanggulangan Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan salah satu jenis biomassa yang ketersediannya dari
hari ke hari cukup melimpah, terutama di kota besar. Sampah juga menjadi
perhatian banyak pihak, karena berhubungan langsung dengan kebersihan dan
keindahan(estetika) lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan.
Sampah bisa berasal dari berbagai moda penggunaan seperti sesuatu yang sudah
tidak digunakan lagi karena rusak, kelebihan dari sesuatu penggunaan (seperti
kelebihan makanan), pebungkus (kemasan) barang yang berfungsi melindung
barang, sisa kegiatan produksi (seperti serbuk gergaji, potongan kain, kayu) atau
-
13
barang yang berfungsi dan tidak digunakan lagi karena penggunanya memiliki
barang yang lebih baru. Untuk memberi nilai tambah pada sampah, potensi
pemanfaatan sampah hanya bisa digali oleh individu yang kreatif. Salah satunya
adalah memanfaatkan sampah, organik maupun anorganik sebagai sumber daya
kehidupan. (Hermawati, 2014).
Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang
punya dan bersifat padat. Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Slamet,2002)
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika juga membuat batasan bahwa
sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil
suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan
semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut dengan sampah
(Notoatmodjo, 2007).
Pengertian sampah secara khusus dikemukakan oleh Azwar dalam Rizal
(2011) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis karena (human
waste) tidak termasuk didalamnya. Sedangkan menurut Mochtar M. Rizal (2011)
-
14
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
Berdasarkan rumusan pengertian dan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah semua jenis benda atau
barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang
berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah
dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia.
2. Jenis-jenis Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, menurut Rachman
(2011) yaitu:
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya
1) Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
2) Anorganik, misalnya, plastik, besi, kaleng, dan lain-lain.
b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar
1) Mudah terbakar, misalnya, kertas, plastik, daun kering, kayu.
2) Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
1) Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan
sebagainya.
2) Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
-
15
d. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat
pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
2) Rubbish, terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, daun
kering, karet, dan sebagainya.
b) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya
kaca, kaleng, dan sebagainya.
3) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.
4) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau
manusia.
5) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)
yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.
6) House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes,
rubbish) yang berasal dari perumahan.
7) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
8) Demolision waste atau construction waste, berasal dari hasil sisa-sisa
pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu.
9) Sampah industi, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
10) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya
berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan cair.
-
16
11) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus
seperti kaleng dan zat radioaktif.
3. Sumber-sumber Sampah
Menurut Hermawati, dkk (2015) sumber-sumber sampah adalah sebagai
berikut:
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga
yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah
dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan
sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah
tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
c. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas,
plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik,
dan mudah terbakar (rubbish).
-
17
d. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas-
kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil
kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan
tekstil, kaleng, dan sebagainya.
f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa
sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan
sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari
jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas,
pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa: kotoran-
kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya.
4. Pengelolaan Sampah
Neolaka (2008) berpendapat bahwa pengelolaan sampah merupakan upaya
menciptakan keindahan dengan cara mengolah sampah yang dilaksanakan secara
-
18
harmonis antara rakyat dan pengelola atau pemerintah secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Alex (2012) pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendauran ulang atau
pembuangan dari material sampah.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga sebagaimana tertuang dalam pasal 19 di dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas pengurangan
sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud meliputi
kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, dan pemanfaatan
sampah. Pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan
sampah harus menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit
mungkin, dapat digunakan ulang, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh
proses alam seperti yang tertuang dalam pasal 20 ayat 3 dan 4.
a. Pengurangan Sampah
Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mendaur ulang
sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di
sumbernya dan atau di tempat pengolahan.
Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri,
kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
1) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
2) Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
3) Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang
-
19
4) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
5) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang.
b. Penanganan Sampah
Kegiatan penanganan sampah yang dimaksud meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemroresan akhir sampah.
1) Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah dengan metode yang
memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan, dan
kebersihan. Peralatan yang digunakan dalam pemilahan sampah adalah tempat
sampah. Adapun persyaratan tempat sampah yaitu: a. Konstruksi harus kuat dan
tidak mudah bocor; b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan;
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
2) Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengumpulan dalam bentuk
pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ketempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu oleh petugas
organisasi formal baik unit pelaksana dari Pemerintah Daerah maupun petugas
dari lingkungan masyarakat setempat ataupun dari pihak swasta yang telah
ditunjuk Pemerintah Daerah. Untuk selanjutnya dipersiapkan bagi proses
pemindahan ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pengelolaan atau
pembuangan akhir. Pengumpulan ini dapat bersifat individual (door to door)
maupun pengumpulan komunal.
-
20
Pengumpulan individual artinya petugas pengumpulan mendatangi dan
mengambil sampah dari setiap rumah tangga atau kantor didaerah pelayanannya.
Pola pengumpulan individual ini juga terbagi dua pola pengumpulan yaitu:
a) Pola Individual Langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap
bangunan/sumber (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pola pengumpulan ini menggunakan truk
pengangkut.
b) Pola Individual Tidak Langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap
bangunan/sumber sampah (door to door) dan diangkut ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Kegiatan pengumpulan oleh gerobak sampah.
3) Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampah diartikan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari
tempat penampungan sementara sampai ketempat pengolahan /pembuangan akhir
pada pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari tempat
pemindahan, penampungan sementara sampai ketempat pengolahan/ pembuangan
akhir pada pola individual tidak langsung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah mendefenisikan Pengolaan sampah adalah pengangkutan
dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
-
21
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat
pemprosesan akhir.
C. Kerangka Pikir
Perkembangan fisik suatu wilayah dan pertumbuhan penduduknya
merupakan indikator dari perkembangan perekonomian sebuah daerah. Dengan
bertambahnya penduduk di suatu wilayah, salah satu dampak yang
ditimbulkannya adalah meningkatnya jumlah volume sampah terutama sampah
domestik yang bersumber dari permukiman. Peran masyarakat dalam pengelolaan
sampah merupakan salah satu strategi dalam menanggulangi kompleksnya
permasalahan sampah perkotaan. Jumlah sampah domestik atau sampah yang
berasal dari masyarakat menempati porsi terbesar dari keseluruhan sampah
perkotaan. Pengelolaan sampah semenjak dari sumbernya oleh masyarakat
diharapkan mampu mengurangi volume buangan sampah yang harus dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Sinergi antara pemerintah daerah dengan masyarakat merupakan upaya
pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah utamanya Dinas
Lingkungan Hidup dalam mengatasi permasalahan sampah. Pertumbuhan
penduduk yang meningkat cukup signifikan di Kabupaten Enrekang akibat dari
pertumbuhan perekonomian yang pesat, berdampak kepada peningkatan volume
sampah.
1. Maka dari itu dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini penulis
memakai teori Rhodes menjelaskan bahwa Kunci dari berhasilnya sinergi dapat
dilihat dari 3 (tiga) aspek mendasar yaitu Pemecahan masalah (Problem
-
22
Solveng), Peran Pemerintah (Intergovernment games) dan Jaringan
Komunikasi (Netrworking). Melalui aspek sinergi tersebut diharapkan
pemerintahan kabupaten Enrekang mampu menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat menuju piala Adipura. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
kerangka pikir di bawah ini :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah:
1. Pemecahan masalah (Problem Solving)
Penanggulangan sampah
di Kabupaten Enrekang
Terciptanya lingkungan
hidup yang bersih dan
sehat
Aspek Sinergi menurut
Rhodes
1. Pemecahan masalah
(Problem Solving)
2. Peran Pemerintah
(Intergovernment
games)
3. Jaringan Komunikasi
Faktor Pendukung
1. adanya regulasi
yang mengatur
persampahan dan
kebersihan
2. adanya
organisasi dan
manajemen instansi
yang bersifar
koordinatif
3. adanya
pemasukan dana
yang di dapt dari
retribusi sampah
Faktor
Penghambat
1. Masih
kurangnya
sumber daya
pengelolaan
sampah
2. Masih
kurangnya sarana
dan prasarana
sampah
3. partisipasi
masyarakat masih
kurang
-
23
2. Peran Pemerintah (Intergovernment games)
3. Jaringan Komunikasi (Netrworking)
E. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Pemecahan Masalah (Problem Solving) seperti sistem yang dikenal dengan
sistem rute, yaitu sistem pengambilan sampah langsung di tempat (pasar),
metode pembangunan sampah dengan system controlled landfill, dan
pengumpulan serta pengangkutan dengan sistem clean site.
2. Peran Pemerintah (Intergovernment games) guna meningkatkan peran
kelembagaan yang ada pada pemerintah Kabupaten Enrekang serta
berusaha mengoptimalkan perilaku/tindakan/usaha mereka masing-masing
dan berusaha untuk memaksimalkan keberhasilan dan meminimalkan
kegagalan dalam batas-batas perilaku yang dibolehkan dan melihat apa
yang terjadi di pasa sentral Enrekang.
3. Jaringan Komunikasi (Networking) yaitu rangkaian terjadinya pertukaran
informasi antara pemerintah dan masyarakat sehingga dalam menjalankan
tugasnya atau pekerjaan yang dilakukan tidak saling mengharapkan.
-
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari tanggal 18 Agustus
hingga 18 Oktober 2019. Dan penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Enrekang. Alasan pemilihan lokasi karena
merupakan daerah yang sedang berkembang dengan pertumbuhan laju jumlah
penduduk yang meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan kepadatan penduduk
dan menyempitnya ruang terbuka untuk penghijauan. Hal ini dikarenakan
kedudukan Kabupaten Enrekang yang tengah mendorong wilayah Kabupaten
Enrekang menjadi lebih berpotensi dalam pengembangan permukiman dan
pertumbuhan perekonomian atau keterkaitan pada pasar yang lebih luas.
Ketertarikan peneliti mengambil lokasi penelitian karena Kabupaten Enrekang
merupakan salah satu Kabupaten yang aktif dalam mencanangkan program
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran
mengenai Sinergi pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan
persampahan di pasar sentral Enrekang. Maka Peneliti harus menilai secara
langsung bagaimana Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Enrekang dalam
menaggulangi masalah persampahan yang ada di pasar sentral Enrekang.
-
25
2. Tipe Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan deskriptif penelitian, peneliti bermaksud
untuk memberikan suatu gambaran mengenai masalah persampahan yang ada
pasar sentral Enrekang
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah terdiri
dari dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu untuk mencari data yang akurat yaitu keterangan akurat
dari Dinas Lingkungan Hidup Enrekang.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak
langsung, yang berupa dokumen-dokumen dan berbagai dokumentasi di Pasar
Sentral Enrekang.
D. Informan Penelitian
Untuk diperoleh data untuk kepentingan penelitian serta adanya hasil yang
representatif, maka diperlukan informan yang dapat dipahami dan memiliki
kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun informan yang
dimaksud adalah :
No Nama Informan Inisial Jabatan
1. Ir. Mursalim, MP MR Kepala Dinas
2. Muhlis S.E MS Kepala Pasar
-
26
3. Nursia, S.E NS Kepala seksi
permpahan DLH
4. Mustamin Daus MD Kepala UPTD
TPA
5. Sitti Samria, SIP SR Camat Enrekang
6. ILHAM IL Pedagang pasar
sentral Enrekang
7. Hera HR Pedagang pasar
sentral Enrekang
8. Amin Dalle AD Warga Pasar
sentral
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai
permasalahan sampah yang ada di pasar sentral Enrekang, maka peneliti
melakukan observasi. Dimana peneliti mengamati secara langsung lokasi
peneliti yaitu Paasar sentral Enrekang guna memperoleh informasi tentang
Sinergi Pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan persampahan
di pasar sentral Enrekang.
-
27
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai secara langsung informan
yang telah ditentukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu
informan memiliki pemahaman terkait masalah yang diteliti di pasar
sentral Enrekang. Kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam
kepada informan yang mwnjadi objek penelitian.
3. Studi Dokumen
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengambil
gambar, foto, arsip yang bersumber dari Dinas Lingkungan Hidup
Enrekang maupun melalui Website dan data online.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif
dimana peneliti terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data dari awal
hingga akhir penelitian. Kemudian data yang telah didapat diolah secara sistematis
dan logis, dengan menggambarkan kenyataan dan keadaan yang terjadi pada objek
peneliti secara apa adanya, yang diperoleh baik dari subyek peneliti maupun
informasi penelitian untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun tahap dalam analisis
data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data, yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
peneliti akan merekam semua data yang diperoleh kemudian memilih hal-
hal yang pokok dan memfokuskan sesuai dengan fokus penelitian. Dengan
demikian, data yang telah direduksi dapat memberikan suatu gambaran
-
28
yang lebih jelas mengenai Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Dalam
Penanggulangan Persampahan di Pasar Sentral Enrekang.
2. Penyajian Data (data display)
Setelah data dirangkum peneliti akan menyajikan data dalam bentuk suatu
uraian singkat, bagan, hubungan, antar kategori dan jenisnya, sehingga
peneliti akan lebih mudah menjelaskan mengenai hasil yang telah diteliti
dan dapat menarik sebuah kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan ( conclution drawing and verification)
Langkah ketiga dari analisis dalam penelitian ini adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Yaitu dari hasil penelitian ini, peneliti
memberikan gambaran mengenai Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Dalam Penanggulangan Persampahan di Pasar Sentral Enrekang.
G. Pengabsahan Data
Proses pengabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
triangulasi. Triangulasi yaitu sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data
penelitian dengan cara membanding-bandingkan antar sumber, teori, maupun
metode/teknik penelitian. Ada 3 teknik Triangulasi yaitu sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan cara mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang di peroleh melalui sumber yang berbeda.
Misalnya membandingakan hasil pengamatan dan wawancara, membandingkan
apa yang di katakan umum dengan yang di katakan dengan pribadi,
membandingkan hsil wawancara dengan dokumen yang ada.
-
29
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data di lakukan dengan
cara menegecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang di peroleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi
dan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu di gunakan untuk validasi data yang berkaitan dengan
pengecekan data berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Perubahan
suatu proses dan perilaku manusia perubahan.
-
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Profil Kabupaten Enrekang
Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam provinsi
Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 3°14’36”-3°50’00 Lintang
selatan dan 119°40’53”-120°06’33” Bujur Timur dan berada pada ketinggian
442mdpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01. Jarak dari Ibu Kota Provinsi
(Makassar ) ke Kota Enrekang dengan menempuh jalan darat sepanjang 235 Km.
a. Batas Daerah Kabupaten Enrekang
Secara administratif Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah
yaitu pada sebelah bagian Utara berbatasan dengan Kab. Tanah Toraja dibagian
Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Luwu di bagian Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kab. Sidrap dan di Sebelah bagian Barat berbatasan dengan
Kab Pinrang.
Secara setengah dasawarsa memiliki perubahan administrasi pemerintahan
baik pada tingkat kecamatan maupun pada tingkat kelurahan/desa yang berawal
pada tahun 1995 berjumlah 5 kecamatan dan 54 kelurahan/desa, dan pada tahun
2008 dengan jumlah kecamatan menjadi 12 dan 129 desa/kelurahan.
Secara umum bentuk topografi wilayah Enrekang terbagi atas wilayah
perbukitan (karst) yang terbentang di bagian utara dan tengah, lembah-lembah
yang curam, sungai, Jenis flora yang banyak ditemukan pohon bitti, pohon hitam
Sulawesi, pohon ulin/kayu besi, kayu bayam, kayu kuning. Selain itu terdapat
-
31
juga rotan. Jenis anggrek juga banyak ditemukan dan berbagai jenis tanaman
lainnya.
b. Keadaan Penduduk
Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang dibeberapa Kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang Berdasarkan Jenis Kelamin
No Nama Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1. Cendana 4254 4579 8833
2. Baraka 11347 11108 22455
3. Buntu Batu 6955 6647 13602
4. Anggeraja 12643 12687 25330
5. Malua 3989 4178 8167
6. Alla 11380 10821 22201
7. Curio 8243 7865 16108
8. Masalle 6593 6288 12881
9. Baroko 5444 5139 10583
10. Enrekang 15727 16494 32221
11. Bungin 2264 2187 4451
12. Maiwa 12358 12424 24782
13. Jumlah Penduduk
Kabupaten Enrekang
101.197 100.417 201.649
Sumber: BPS Kabupaten Enrekang, 2019.
c. Visi Misi Kabupaten Enrekang
Enrekang adalah daerah yang memiliki kecukupan potensial yang dapat
dilihat dari segi sumber daya alam (SDM), tingkat aksebilitas dukungan sarana
dan prasarana yang sungguh memungkinkan dalam mencapai daerah argopolitan
-
32
dimana pola pengembangan sektor pertanian selanjutnya akan memberikan efek
eksternal terhadap tubuh kembangnya berbagai sektor lainnya seperti industri
pengolahan perdagangan, lembaga keuangan dan sebagainya. Pengembangan
Daerah argopolitan yang dimaksud yaitu tetap mengarah pada prinsip otonomi
dan kemandirian melalui pengembangan interkonektivitas antara daerah baik di
Sul-Sel ataupun diluar Sulawesi Selatan. Pengembangan daearah harus dipandang
dalam perspektif masa depan sehingga pelaksanaan pembangunan akan selalu
ditempatkan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, susunan pembangunan
seperti ini akan menempatkan aspek kelestarian lingkungan sebagai persyaratan
utama.
Merupakan sebuah proses untuk dapat mencapai Visi yang telah di
tetapkan. Adapun Misi Kab. Enrekang diantaranya:
1) Pilar pendukung perekonomian bagi pengembangan ekonomi Sul-Sel melalui
pengembangan dalam berbagai komoditas keunggulang, yang terkhusus pada
sektor pertanian.
2) Mengembangkan kerja sama dalam kawasan yang berkaitan dengan fungsional
antara daerah agar tetap berada pada semangat kemandirian dan otonomi.
3) Mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan pada
pengembangan Kawasan Timur Enrekang (KTE) dalam rangka mewujudkan
keseimbangan pembangunan antara wilayah di Kab. Enrekang.
4) Melakukan penataan tata ruang yang mampu memberikan peluang atas
terciptanya struktur ekonomi dan wilayah yang kuat sehingga memungkinkan
menculnya interkoneksitas dan antara wilayah.
-
33
5) Mengedepankan norma, nilai budaya tradisional dan keagamaan seperti saling
menghormati, keadilan, keterbukaan, kejujuran, semangat gotong royong, dan
kerja sama dalam beraktifitas pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
d. Tujuan
Suatu penjabaran pada misi dan bersifat operasional tentang apa yang telah
dicapai.
1) Komoditas keunggulan Kab Enrekang mampu memenuhi semua kebutuhan
pada pasar lokal. Regional, ataupun kebutuhan untuk diekspor.
2) Pembangunan (SDM) yang menjadi pilar dalam mendukung ekonomi
Mayarakat.
3) Tercapai kerja sama antara wilayah dan kawasan pada Kab. Enrekang.
4) Terwujudnya kerja sama antara pemerintah Kab. Enrekang dengan berbagai
pihak.
5) Dapat meningkatkan pengolahan potensi dikawasan timur Kabupaten
Enrekang.
6) Terwujudnya penyusunan wilayah/kawasan yang berdaya dan berhasil guna.
7) Terwujud peningkatan kesejahteraan sosial
8) Terwujud ketahanan budaya dan spiritual.
9) Terwujud kepemerintahan yang baik partisipatif transparan dan akuntabel.
10) Tercapainya peraturan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.
e. Sasaran
-
34
Sasaran yaitu penjabaran daripada tujuan yang dapat diukur tentang apa
yang akan dicapai ataupun yang dapat dihasilkan. Fokus utama sasaran adalah
tindakan dan alokasi sumber daya daerah dalam kegiatan kepemrintahan
Kabupaten Enrekang yang bersifat spesifik dapat dinilai, diukur, dan dapat dicapai
dengan berorientasi pada hasil yang dapat dicapai dalam waktu 5 (lima) tahun.
Sasaran pemerintah Kab. Enrekang antara lain:
1) Meningkatkan daya saing komoditas unggulan Kabupaten Enrekang.
2) Berkembangnya sistem perekonomian dan perdagangan.
3) Meningkatnya sarana dan prasarana fisik pemerintah.
4) Meningkatnya sarana dan prasarana perhubungan.
5) Meningkatnya kemampuan pembiayaan.
6) Meningkatnya kualitas pelaku ekonomi.
7) Terjalinnya kerja sama dengan pihak luar negeri dalam berbagai bidang
pembangunan.
8) Terwujudnya pemberdayaan Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
9) Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Provinsi dalam berbagai bidang
pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan.
10) Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Kabupaten dalam berbagai
bidang pembangunan.
11) Meningkatnya kerja sama dalam berbagai bidang.
12) Terwujudnya pemanfaatan lahan sesuai peruntukan atau kesesuain pada
lahan.
13) Terciptanya pelestarian alam dan lingkungan hidup.
-
35
14) Meningkat penyelenggaraan pendidikan.
15) Meningkat ketahanan budaya dan kehidupan keagamaan.
16) Meningkatnya status sosial masyarakat.
17) Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat.
18) Terwujudnya supremasi hukum atau penegakan hukum.
19) Meningkatnya kualitas aparatur.
2. Profil Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Enrekang
a. Ruang Lingkup Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Enrekang berada dijalan Jendral
Sudirman No. 22 Kab. Enrekang, website : dlh.enrekangkab.go.id. Lingkungan
hidup Kabupaten Enrekang mempunyai ruang lingkup yang meliputi ruang,
tempat/wilayah Pemerintahan sertajuridiksinya. Pegelolaan Lingkungan Hidup
berazaskan kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Pengelolaan Lingkungan Hidup bertujuan:
1) Tercegahnya pemanfaatan yang tidak bijaksana terhadap sumberdaya
2) Terpeliharanya prinsip saling menunjang antara semua kegiatan yang
memanfaatkan/mendayagunakan sumberdaya alam atas prinsip pembangunan
benvawasan lingkungan;
3) Tertanggulanginya semua permasalahan pengrusakan/pencemaran lingkungan
hidup yang terlanjur telah terjadi,
-
36
4) Terwujudnya kelestarian dan keserasian hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya di Kabupaten untuk kepentingan generasi sekarang dan
yang akan datang.
b. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang
Struktur organisasi sesuai peraturan Bupati Enrekang No. 43 Tahun 2016,
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang, 2019.
3. Profil Pasar Sentral Kabupaten Enrekang
Pasar sentral merupakan pasar Terbesar di Kabupaten Enrekang. Pasar
Sentral ini disebut juga dengan pasar Enrekang. Pasar Sentral ini berada pada
Kelurahan Juppandang, Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Pasar ini
beroperasi selama 10 jam mulai dari pukul 06.00 hingga 16.00 WITA. Memiliki
luas tanah 19.188 m2
dengan luas bangunan 15.984 m2, memiliki jumlah
pedagang sekitar 1103 pedagang. Adapun fasilitas pasar sentral yaitu 195
tokoh/kios, 736 lods, 19 gardu, 2 lahan parkir, 4 toilet umum, 2 mushola, 2 tempat
bongkar muatan, 1 ATM.
-
37
Keberadaan pasar sentral tidak lepas dari perkembangan masyarakat dari
masa ke masa. Pasar sentral sampai saat sekarang ini tetap menjadi Pasar
tradisional, dimana posisi penjual dan pembelinya seimbang dan kegiatan tawar-
menawar. Untuk itu pola tawar-menawar yang sudah ada selama ini harus tetap
dipertahankan, termasu k segala keunikan pasar yang ada.
B. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Penanggulangan
Persampahan di Pasar Sentral Enrekang
Sampah menyebabkan berbagai masalah besar, di antaranya karena
jumlahnya kian hari kian besar, pengelolaan yang tidak menyeluruh dari hulu
hingga ke hilir dan perilaku masyarakat yang tidak peduli. Ketiga faktor ini yang
dapat mengakibatkan sampah tidak hanya berpotensi menyumbat saluran air,
tetapi mengundang berbagai bibit penyakit, bahaya pencemaran dan banjir. Di
negara-negara maju, sampah sudah menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal
pengelolaan dari hilir hingga ke hulu. Dengan dukungan perilaku masyarakat yang
peduli dalam hal menangani sampah, maka tidak terjadi hal-hal yang
mengkhawatirkan berkenaan dengan sampah. Justru sampah diubah menjadi
barang ekonomis untuk berbagai keperluan. Masyarakat dapat hidup sehat dan
nyaman, dan pihak pengelola sampah (baik pemerintah ataupun swasta)
diuntungkan dengan pengelolaan yang benar.
Pengelolaan sampah di Pasar sentral Enrekang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan pada Bidang Kebersihan melalui
Seksi Kebersihan dan Pertamanan. Keterlibatan pihak swasta yang diharapkan
-
38
dalam kegiatan operasional persampahan meliputi tahap pemecahan masalah,
peran pemerintah dan jaringan komunikasi.
1. Pemecahan Masalah
Kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha
menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita
agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang
untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya
dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah, menyusun
rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada penyelesaian
masalah.
Sebelum dipaparkan mengenai pemecahan masalah persampahan di pasar
sentral Enrekang, dijelaskan terlebih dahulu akan kondisi sampah di pasar sentral
Enrekang. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Enrekang sebagaimana dalam wawancara beliau yang mengatakan bahwa:
“Masalah sampah yang ada di pasar sentral Enrekang terjadi karena adanya
perkembangan jumlah penduduk, maka pertambahan kuantitas dan kualitas
sampah juga meningkat. Hasil analisa Dinas Kebersihan menunjukkan
bahwa pada tahun 2018 hingga 2019 jumlah sampah di pasar sentral
Enrekang hamper mencapai 85,1 m3/hari.” (Wawancara dengan MR, 18
Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Kesimpulan dari wawancara dengan kepala Dinas Lingkungan Hidup
terkait kondisi sampah di pasar sentral Enrekang disebabkan karena bertambahnya
kualitas dan kuantitas penduduk yang ada di sekitar pasar sentral Enrekang
sehingga di butuhkan pengelolaan sampah.
-
39
Salah satu pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang melalui system
pelayanan persampahan, seperti yang disampaikan oleh Kepala pasar sentral
Enrekang yang menyatakan bahwa:
“Sistem pelayanan sampah di pasar sentral Enrekang melalui sistem yang
dikenal dengan “sistem rute” yaitu pengambilan sampah langsung di tempat
(pasar), sedangkan metode pembuangan sampah di TPA dilakukan dengan
sistem “controlled landfill”. Sesuai dengan pedoman persampahan, maka
sistem ini dipergunakan karena merupakan sistem yang berwawasan
lingkungan. Sementara itu kegiatan pengumpulan dan pengangkutan
dilakukan dengan sistem “clean site”, yaitu pembersihan dan pengangkutan
sampah secara langsung di pasar.” (Wawancara dengan MS, 19 Desember
2019. Lihat pada lampiran).
Berdasarkan wawancara diatas penulis menarik kesimpulan bahwa dalam
penanggulangan persampahan di pasar sental Enrekang memiliki tiga sistem yaitu
sistem rute, metode pembuangan sampah dengan sistem “controlled landfill” dan
pengumpulan dan pengangkutan dengan sistem clean site.
Pada saat ini sudah ada sistem yang di lakukan untuk penanggulangan
sampah. Hal ini merupakan suatu kebijakan dari pemerintah dinas lingkungan
hidup. Namun hal tersebut dibantah oleh Kepala Seksi Persampahan Dinas
Lingkungan Hidup yang mengatakan bahwa:
“Pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang masih menerapkan pola
konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, belum ada proses pemilahan dan
pemrosesan sampah. Pola ini belum maksimal untuk mengatasi persoalan
sampah, seharusnya dibangun sebuah system dengan menciptakan pola yang
bersifat integral dan terpadu antara pemerintah dan masyarakat dengan
urutan yang berkesinambungan yaitu penampungan/pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan, namun
hal tersebut belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut
disebabkan oleh pemilahan sampah dari sumber berjalan dengan tidak baik,
peningkatan timbulan sampah dan rrealisasi anggaran yang belum
maksimal”. (Wawancara dengan NS, 18 Desember 2019. Lihat pada
lampiran).
-
40
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik sebuah kesimpulan
bahwa pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang masih bersifat
konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, di sebabkan karena pemilan sampah
dari sumber berjalan dengan tidak baik, peningkatan timbulan sampah dan
realisasi anggaran yang belum maksimal.
Solusi pemecahan persampahan di pasar sentral Enrekang berikutnya
berupa sistem pengumpulan sampah. pengumpulan sampah adalah cara atau
proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah
dari sumber timbulan sampah sampai ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS)/stasiun pemindahan atau sekaligus ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara dengan Kepala UPTD
TPA yang mengatakan bahwa:
“Adapun upaya yang dilakukan oleh petugas kebersihan agar menjaga
kebersihan pasar sentral enrekang yaitu petugas mengangkut sampah dari
para pedagang dan mengumpulkannya di tempat pembuangan sementara.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari agar tidak terjadinya penumpukan sampah
di kios/lods pedagang. Serta berupaya memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pedagang yang mana dalam hal ini meningkatkan
pelayanan kebersihan dan keamanan.” (Wawancara dengan MD, 18
Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik kesimpulan bahwa
solusi lain yang dilakukan dalam pemecahan sampah di pasar sentral Enrekang
berupa pengumpulan sampah di tempat pembuangan oleh petugas kebersihan
setiap hari untuk menjaga penumpukan sampah di kios/lods pedagang, serta
pemberian pelayanan yang maksimal kepada pedagang.
-
41
Pemecahan persampahan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya
sarana dan prasara sampah seperti yang di sampaikan oleh Camat Enrekang yang
mengatakan bahwa:
“Upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah pada umumnya adalah
menyediakan sarana dan prasarana terkait dengan pengelolaan sampat,
termasuk menyediakan, tempat sampah, tempat pembuangan sementara, dan
menyediakan alat pengangkut sampah berupa gerobak celeng, gerobak
motor, dan armada truk. Adapun lainnya yang tidak kalah penting adalah
memberikan edukasi atau pemberdayaan kepada masyarakat terkait dengan
masalah pengelolaan sampah. Agar sampah yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan kembali.” (Wawancara dengan SR, 20 Desember 2019. Lihat
pada lampiran).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Camat Enrekang bahwa
pemecahan sampah di pasar sentral enrekang dengan menyediakan sarana dan
prasarana berupa, tempat sampah, tempat pembuangan sementara, dan
menyediakan alat pengangkut sampah serta memberikan edukasi atau
pemberdayaan kepada masyarakat terkait dengan masalah pengelolaan sampah.
Beberapa hasil wawancara di atas, disimpulkan bahwa meningkatnya
jumlah sampah yang ada di pasar sentral Enrekang sebagai akibat dari
bertambahnya kualitas dan kuantitas penduduk yang ada di sekitar pasar sentral
Enrekang membutuhkan solusi pemecahan pemecahan. Oleh karena itu, solusi
pemecahan masalah sampah melalui system pelayanan persampahan dengan tiga
system yaitu system rute, metode pembuangan sampah dengan system “controlled
landfill” dan pengumpulan dan pengangkutan dengan sistem clean site. Sistem
pengumpulan sampah di tempat pembuangan oleh petugas kebersihan setiap hari
untuk menjaga penumpukan sampah di kios/lods pedagang dan menyediakan
sarana dan prasarana berupa, tempat sampah, tempat pembuangan sementara, dan
-
42
menyediakan alat pengangkut sampah serta memberikan edukasi atau
pemberdayaan kepada masyarakat.
Hasil tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani
(2011: 7) bahwa sistem pengelolaan sampah di Pasar terdiri dari kegiatan
perwadahan, pengumpulan, pengangkutan sampai TPA. Hal ini pula sesuai
dengan pendapat Rizal (2011: 164) bahwa ketersediaan sarana dan prasarana
dalam rangka pengelolaan kebersihan dan persampahan merupakan suatu hal yang
mutlak dimiliki. Mengingat pengelolaan kebersihan dan persampahan merupakan
suatu proses manajemen yang harus direncanakan, dilaksanakan dan dikontrol
dengan baik, maka sarana dan prasarana sangat menunjang kinerja kegiatan ini.
2. Peran Pemerintah
Negara Indonesia adalah Negara hukum dimana setiap kehidupan
berdasarkan pada hukum yang berlaku dasar hukum pengelolaan sampah yang
telah diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten Enrekang melalui PERDA No. 5
Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan atas Penyelenggaraan
Kebersihan dan Pengelolaan Persampahan. Peran pemerintah dalam
penanggulangan sampah di pasar sentral Enrekang diketahui melalui wawancara
dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup yang mengatakan bahwa:
“Terdapat PERDA No. 5 tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan atas Penyelenggaraan Kebersihan dan Pengelolaan
Persampahan. Peraturan daerah tersebut di antaranya mengatur tentang
penyelenggaraan kebersihan lingkungan, ketentuan pembuangan dan
pengelolaan sampah, retribusi sampah, serta sanksi hukum yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kabupaten. Namun selama ini belum diterapkan sanksi
hukum yang tegas kepada masyarakat yang melanggar perda tersebut.”
(Wawancara dengan MR, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).
-
43
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Dinas Lingkungan
Hidup diatas diketahui adanya peraturan daerah yang mengatur tentang
penyelenggaraan kebersihan lingkungan, ketentuan pembuangan dan pengelolaan
sampah, retribusi sampah, serta sanksi hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten. Hanya saja pengimplementasiannya masih kurang atau belum optimal
utamanya kepada pedagang pasar.
Pernyataan tersebut senada dengan pendapat salah seorang pedagang pasar
sentral Enrekang yang mengatakan bahwa:
“Saya tahu, peraturannya tidak diperbolehkan membuang sampah
sembarangan harus menjaga kebersihan dan mentaati peraturan yang
berlaku. Karena ketika tidak diindahkan akan diberi sanksi. Dan diaturan itu
juga tertera biaya retribusi sampah yang dibayar tiap bulannya. Hanya saja
aturan itu tidak lagi diikuti yang penting sudah bayar iuran ya selesai
masalah” (Wawancara dengan IL, 19 Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa peraturan yang
terdapat di pasar sentral Enrekang belum berjalan secara maksimal. Pemerintah
selaku penanggung jawab kebersihan sudah mengingatkan untuk tidak membuang
sampah secara sembarangan belum ada kewenangan untuk memberikan sangsi
kepada para pedagang sedangkan dari pedagang hanya membayar iuran sampah
sebagai kewajiban.
Pengelolaan sampah pasar sentral Enrekang dalam kegiatan operasional
persampahan meliputi tahap pengangkutan, pengelolaan serta pembuangan akhir,
namun sampai saat ini belum ada yang ikut berpartisipasi. Hal ini di sampaikan
oleh Kepala Seksi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup yang mengatakan
bahwa:
-
44
“Pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang masih menerapkan pola
konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, belum ada proses pemilahan dan
pemrosesan sampah. Pola ini belum maksimal untuk mengatasi persoalan
sampah. seharusnya dibangun sebuah system dengan menciptakan pola yang
bersifat integral dan terpadu antara pemerintah dan masyarakat dengan
urutan yang berkesinambungan yaitu penampungan/pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan, namun
hal tersebut belum diterapkan di pasar sentral Enrekang”. (Wawancara
dengan NS, 18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang masih bersifat
konvensional yaitu kumpul-angkut-buang, seharusnya mengikuti prosedur
berkesinambungan yaitu penampungan/ pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pembuangan/pengolahan sehingga mampu mengatasi persoalan
sampah.
Keberhasilan pengelolaan sampah tidak bisa hanya bertumpu pada peran
pemerintah saja, akan tetapi perlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dapat menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan sampah. Masyarakat sebagai
sumber penghasil sampah rumah tangga, harus turut membantu pemerintah dalam
pengelolaan persampahan. Hal ini disampaikan oleh Kepala UPTD TPA yang
mengatakan bahwa:
“Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan pedagang adalah dengan menaruh
sampah pada wadah tertutup, sehingga tidak menjadi sumber lalat atau
binatang lain dan tidak menimbulkan bau. Selain itu, masyarakat dapat
berperan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak membuang
sampah di sungai, dapat memilah sampah organik dan anorganik saat
membuang sampah.” (Wawancara dengan MD, 18 Desember 2019. Lihat
pada lampiran).
Wawancara di atas diketahui bahwa persoalan sampah di pasar sentral
Enrekang bukan menjadi beban sepenuhnya oleh pemerintah, akan tetapi
-
45
keterlibatan masyarakat dalam hal ini pedagang dengan cara dengan menaruh
sampah pada wadah tertutup berupa kantong atau karung dan tidak membuang
sampah di sembarang tempat.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran pemerintah dalam
pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan sampah yang ada belum optimal. Belum optimalnya pengelolaan
sampah yang ada karena belum optimalnya peran pemerintah baik berupa
kelembagaan, teknik operasional system peraturan dan SOP Dinas Lingkungan
Hidup dan masyarakat.
Pengelolaan sampahnya guna meningkatkan peran kelembagaan yang ada
pemerintah Kabupaten Enrekang dapat melihat apa yang terjadi di pasar sentral
Enrekang. Kabupaten Enrekang setidaknya dapat melihat Kota Surabaya yang
mampu mengelola sampah dengan baik, melalui program 3R (reduce, reuse,
recycle). Tidak hanya itu, Program 3R dinilai telah menjadi landasan upaya
pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat, dalam rangka mengurangi
sampah dan mengambil nilai ekonomis dari sampah (Riski, 2014).
3. Jaringan Komunikasi
Komunikasi yang jelas juga perlu diperhatikan selama memberikan
pelayanan. Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih
melakukan pertukaran informasi antar satu sama lain (Everett M. Rogers dan
Lawrence Kincaid dalam Wiryanto (2014: 6). Dengan komunikasi yang jelas dan
baik tentunya masyarakat dapat mengetahui dan memahami aturan dan regulasi
-
46
dalam pelayanan yang diberikan. Selain itu, keuntungan bagi pihak Pemerintah
dengan menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat tentunya dapat lebih
mudah mengidentifikasi hal apa saja yang diinginkan dan masalah apa saja yang
dikeluhkan oleh masyarakat kepada Pemerintah terkait pelayanan yang diberikan
agar lebih mudah, tepat, dan cepat dalam merespon hal tersebut.
Terkait jaringan komunikasi dari Dinas Lingkungan Hidup dalam
penanggulangan persampahan kepada masyarakat dapat kita lihat pada hasil
wawancara dengan Kepala pasar sentral Enrekang yang menyatakan bahwa:
“Karena saya yang bertanggung jawab langsung terkait operasional pasar
sentral Enrekang makanya saya selalu memantau truk dan petugas
kebersihan di pasar. Saya menilai sikap yang ditunjukan petugas di pasar
cukup baik, walaupun ada beberapa petugas yang jarang senyum, tapi sikap
mereka masih dinilai cukup baik dan sopan. Terkait komunikasi dan
penyampaian informasi saya rasa cukup baik dan jelas khususnya masalah
retribusi dan iuran.” (Wawancara dengan MS, 19 Desember 2019. Lihat
pada lampiran).
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa komunikasi antara pemerintah dan masyarakat sudah cukup baik,
walaupun masih petugas yang jarang senyum tapi sikap masih dikatan baik dan
sopan.
Penjelasan yang diberikan oleh Kepala pasar sentral Enrekang di atas
terkait komunikasi saat memberikan pelayanan juga diiyakan oleh pedagang
seperti pendapat dari seorang pedagang yang mengatakan bahwa:
“Masalah komunikasi, saya rasa cukup baik. Biasanya kami hanya
menanyakan petugas jika sampah tidak terangkut sesuai jadwal dan mereka
menjelaskan alasan mereka dengan cukup ramah.” (Wawancara dengan HR,
19 Desember 2019. Lihat pada lampiran).
-
47
Pihak Kecamatan saat ini melalui Peraturan Walikota No. 3 tahun 2015
sudah diberikan wewenang dan tanggung jawab dalam hal pelayanan
persampahan termasuk menerima pertanyaan dan keluhan serta memberikan
informasi terkait pelayanan persampahan dari dan kepada masyarakat, meskipun
pengaduan yang bersifat umum tetap menjadi wewenang dari Dinas Lingkungan
Hidup untuk menerimanya dengan tetap berkoordinasi dengan Kecamatan
masing-masing.
Camat Enrekang yang mengatakan bahwa
“Sekarang sebagian wewenang dan tanggung jawab dari Dinas Lingkungan
Hidup terkait pelayanan persampahan Termasuk terkait dalam hal menerima
pengaduan dan keluhan masyarakat mengenai pelayanan persampahan. Jadi,
masyarakat yang merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan
bisa langsung menghubungi pihak Kecamatan untuk selanjutnya
ditindaklanjuti.” (Wawancara dengan SR, 20 Desember 2019. Lihat pada
lampiran).
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik sebuah kesimpulan
bahwa wewenang dan tanggung jawab dari Dinas Lingkungan Hidup sudah
menerima pengaduan dan keluahan masyarakat melalui pihak Kecamatan.
Salah satu warga mengungkapkan bahwa:
“Mengenai masalah komunikasi khususnya keluhan terkait pelayanan
sampah, saya belum pernah menghubungi pihak Dinas Lingkungan Hidup,
saya biasanya hanya berkomunikasi dengan Pak Lurah untuk
memperhatikan sampah yang terlambat diangkut.” (Wawancara dengan AD,
20 Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Sesuai dengan hasil wawancara dapat dilihat bahwa pihak Pemerintah
mulai dari Dinas Lingkungan Hidup, Kecamatan, dan petugas kebersihan sudah
melakukan hal yang tepat dalam bersikap dan berkomunikasi dengan masyarakat
sudah cukup baik selama mereka bertugas. Penilaian terhadap indikator yang
-
48
mencakup komunikasi Dinas Lingkungan Hidup dalam memberikan pelayanan
persampahan kepada masyarakat sudah baik.
Hasil penelitian tersebut senada dengan Puspasari dan Mussadun (2016:
196) bahwa sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan
persampahan, pemerintah tidak dapat menjalankan fungsinya secara sendiri, tanpa
adanya peran masyarakat. Sinergitas yang ada menunjukkan belum adanya
koordinasi yang baik antara pemerintah dan masayrakat dalam pengelolaan
persampahan di pasar sentral Enrekang. Untuk itu pemerintah harus memperbaiki
sinergitas antara pemerintah dengan masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
Kunci dari berhasilnya sinergi dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek mendasar
menurut Rhodes (2007) yaitu: 1) Pemecahan Masalah (Problem Solving) yaitu
kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha
menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita
agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang
untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya
dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah, menyusun
rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada penyelesaian
masalah. 2) Peran Pemerintah (intergovermental games) yaitu bahwa keterpaduan
interaksi yang konstruktif antar pemeritah, sektor swasta dan masyarakat. Dan 3)
Jaringan Komunikasi (Networking). Melalui aspek sinergi tersebut diharapkan
suatu daerah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
-
49
C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Sinergitas Pemerintah-Masyarakat dalam Menanggulangi Persampahan di Pasar Sentral
Enrekang
Faktor-faktor pendukung dan penghambat Sinergitas Pemerintah-
Masyarakat dalam pengelolaan persampahan di pasar sentral Enrekang
menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan sinergitas
pemerintah-masyarakat seperti kegiatan sosialisasi masih sangat kurang
dilakukan. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Adapun beberapa faktor pendukung atau yang menjadi kekuatan
pendorong yang mendukung pencapaian tujuan jangka panjang, khususnya untuk
meningkatkan kebersihan pasar sentral Enrekang, adalah terdiri atas:
a. Adanya regulasi yang mengatur penyelenggaraan persampahan dan kebersihan
Regulasi/peraturan dapat timbul diakibatkan adanya suatu kepentingan
masyarakat sebagai bentuk perwujudan kesejahteraan sosial (social welfare)
walaupun tidak semua kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengacu pada
kesejahteraan rakyat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang
sebagaimana dalam wawancara beliau yang mengatakan bahwa:
“Yang melatarbelakangi dalam pembentukan regulasi/peraturan mengenai
pengelolaan sampah ini adalah semakin meningkatnya produksi sampah
masyarakat. Dengan makin bertambahnya jumlah penduduk makin
bertambah pula volume sampah yang dihasilkannya. Dengan demikian,
perlu lebih banyak tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk itu tugas dari
pemerintah segera mengesahkan Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai
Pengelolaan Sampah agar permasalahan mengenai sampah dapat
terselesaikan dengan di bentuknya adanya PERDA Kabupaten Enrekang
mengenai pengelolaan sampah.” (Wawancara dengan MS, 19 Desember
2019. Lihat pada lampiran).
-
50
Proses pengelolaan sampah di pasar sentral Enrekang brdasarkan PERDA
No. 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan atas
Penyelenggaraan Kebersihan dan Pengelolaan Persampahan. Dalam peraturan
tersebut dilakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, pengumpulan
sampah mulai dari sumber sampah ke tempat pembuangan sementara dengan
menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenisnya, dan pengangkutan sampah
dari tempat pembuangan sementara ke tempat pemprosesan akhir menjadi
tanggungjawab pengelolah kawasan komersial.
b. Adanya Organisasi dan managemen instansi yang bersifat koordinatif
Organisasi dan managemen pengelolaan sampah merupakan faktor untuk,
daya guna dan hasil guna dari pengelolaan sampah. Organisasi dan managemen
juga mempunyai peranan pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan
mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi
pola organisasi, personalia serta managemen (perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian) untuk jenjang strategis, taktis maupun operasional. Hasil
wawancara dengan Kepala Seksi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup yang
mengatakan bahwa:
“Hubungan kerja antara yang berhubungan dengan pengelolaan sampah
lebih bersifat koordinatif dimana masing-masing instansi mempunyai
tanggung jawab masalah pengelolaan sampah di wilayah masing-masing.
Dinas Kebersihan hanya bertanggung jawab secara teknis langsung dalam
pengelolaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).” (Wawancara dengan NA,
18 Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Wawancara di atas diketahui bahwa pemerintah, sebagai pengelola, dapat
memberikan perhatian berupa sosialisasi kepada pedagang mengenai pengelolaan
-
51
sampah yang baik dan benar berupa perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
serta menyediakan fasilitas untuk mendukung pengelolaan sampah tersebut.
c. Adanya pemasukan dana yang didapat dari retribusi sampah.
Dalam pemungutan Retribusi Pasar mengunakan PERDA yang berlaku,
setiap pedagang dikenakan penarikan iuran retribusi pasar setiap harinya yang
ditarik oleh petugas. Iuran yang dikenakan pedagang dipergunakan untuk
membayar gaji petugas dan biaya oprasiolal mesin transportasi truck sampah.
Sedangkan uang retribusi yang pedagang bayarkan kepada pengelola pasar akan
disetorkan sebagai Pendapatan Daerah. Seperti yang disampaikan oleh Kepala
pasar sentral Enrekang yang menyatakan bahwa:
“Ada secara resmi, bayar iuran dengan karcis kebersihan, hasil pungutan
tersebut di bagi dua pendapatan satu untuk Retribusi pendapatan PHD
daerah, satu untuk pendapatan kebersihan”. (Wawancara dengan MS, 19
Desember 2019. Lihat pada lampiran).
Wawancara di atas diketahui bahwa Iuran yang dikenakan pedagang
dipergunakan untuk membayar gaji petugas dan biaya oprasiolal mesin
transportasi truck sampah. Faktor-faktor tersebut di atas adalah merupakan faktor
yang mempengaruhi terlaksananya program kerja Dinas Lingkungan Hidup di
dalam mewujudkan kebersihan pasar sentral En