Simulasi Zaki [Gastritis Akut]
-
Upload
erwin-christianto -
Category
Documents
-
view
73 -
download
5
description
Transcript of Simulasi Zaki [Gastritis Akut]
Laporan Simulasi Kasus
GASTRITIS AKUT ec H. Phylorii
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :
ACHMAD ZAKI (I1A000072)
Pembimbing
JOHARMAN, S.Si, Apt
Laboratorium FarmasiFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru
Agustus, 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menjelang millenium baru telah terjadi perubahan radikal konsep penyakit
tukak peptik serta pengelolaannya baik di bidang medik maupun bedah. Tidak
dapat disangka bahwa penemuan kuman Helicobacter phylorii sekitar tahun 1983
oleh Warren dan Marshall di Australia merupakan awal dari serentetan penelitian
yang menghasilkan kesimpulan kuman H. phylorii berperan besar dalam
patogenesa terjadinya penyakit tukak peptik. Diperkirakan lebih dari separoh
penduduk dunia terinfeksi kuman H. phylorii, suatu jenis bakteri yang lamban
menyebabkan gastritis kronik aktif.(1)
Infeksi kuman H. phylorii merupakan infeksi yang serius, kronis, menular
dengan periode asimptomatik yang lama. Lebih dari 70% pasien memiliki gejala
yang minimal. Infeksi terutama ditandai dengan kerusakan yang progresif pada
struktur dan fungsi lambung. Pasien yang terinfeksi berisiko lebih tinggi
menderita kanker lambung (Adenokarsinoma).(2)
Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis terbagi dua
yaitu: (3)
Gastritis akut : merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan
1
neutrofil. Penyebab gastritis akut antara lain obat-obatan terutama golongan
NSAID, alkohol, gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung (akibat trauma,
luka bakar, sepsis).
Gastritis kronis: merupakan gastritis dengan penyebab yang tidak jelas.
Bersifat multifaktor dengan perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini
berkaitan erat dengan H. phylorii.
Etiologi
Etiologinya adalah kuman H. phylorii merupakan kuman gram negatif
berbentuk spiral yang bergerak aktif karena memiliki flagelle unipolar. Bersifat
mikroaerofilik dan menghasilkan enzim urease yang menghalangi melekatnya
mukus pada mukosa lambung. Namun yang utama adalah kemampuan kuman ini
hidup di lingkungan yang asam berkat bentuk dan pergerakannya sehingga
melekat pada sel-sel utama di lambung. Serta enzim urease yang dihasilkannya
dapat menetralisir asam yaitu dengan mengubah urea menjadi ammonium dan
bikarbonat.(4)
Patogenesis
H. phylorii ditemukan berkoloni melekat erat pada mukosa atau epitel
gaster. Kemampuan bertahan kuman ini dengan menetralisir asam lambung
mengakibatkan tubuh memproduksai asam lambung lebih banyak lagi untuk
melindungi sehingga keasaman lambung meningkat.(4)
H. phylorii menghasilkan faktor-faktor perusak seperti urease, vakuola
sitotoksin, katalase, lipopolisakarida (LPS). Urease merupakan antigen poten yang
2
menyebabkan meningkatnya produksi IgG dan IgA. Vakuola sitotoksin yang
menimbulkan sitokin inflamasi yang berhubungan dengan peradangan. Katalase
yang membantu bakteri bertahan dari host. LPS pada membran H. phylorii
melindungi bakteri sehingga mampu berkoloni di epitel lambung.(4)
Adapun sebab dihubungkannya infeksi H. phylorii dan ulkus peptik yaitu
karena akibat peningkatan sekresi asam lambung dan dinding gaster yang sensitif
akibat infeksi merupakan patogenesis ulkus pada infeksi H. phylorii.(4)
Infeksi H. phylorii juga berhubungan dengan anemia defisiensi besi ini
diduga akibat gangguan absorpsi besi. Infeksi ini juga dapat mengakibatkan
keganasan lambung. Perubahan dari peradangan menjadi keganasan masih belum
jelas. Digambarkan perubahan diawali dengan gastritis kronis, gastritis atropi,
metaplasia intestinal dan akhirnya kanker gaster.(4)
Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkannya biasanya berupa gastritis atau ulkus
peptikum berupa rasa tidak nyaman di abdomen, mual mungkin sampai muntah,
penurunan nafsu makan. Pada ulkus dapat dirasakan seperti terbakar pada
abdomen atas yang berlangsung satu jam sdetelah makan atau bahkan sepanjang
malam. Nyeri memburuk bila lambung dalam keadaan kosongdan berkurang bila
penderita sudah makan, minum susu atau minum antasida. Infeksi akut biasanya
bersifat asimptomatis tapi kadang ditandai juga dengan rasa terbakar di
epigastrium, bersendawa, mual dan sering flatus.(1,5)
3
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan kuman H. phylorii. Identifikasi
histologis dari organisme merupakan gold standar diagnosis. Perlu dilakukan
endoskopi dari bagian atas sering disebut dengan esofagogastroduodenoskopi
(EGD) merupakan acuan diagnosis. Selama endoskopi selain mukosa saluran
cerna juga dilakukan biopsi spesimen dari lambung dan duodenum.(4,5)
Banyak cara lain yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis yaitu
dengan tes serologi yang bisa mengukur kadar antibodi IgG spesifik H. phylorii.
Sensitifitas dan spesifisitas dari pemeriksaan ini berkisar 80-95%. Tes lain yaitu
dengan tes pernafasan. Pada tes ini pasien diberikan urea berlabel 13C dan 14C
untuk diminum. H. phylorii dapat memetabolisme ureadengan cepat dan carbon
yang diberi label akan diabsorbsi. Carbon berlabel akan diukur sebagai CO2
dalam sisa pernafasan pasien untuk mendeteksi bila ada H. phylorii. Sensitifitas
dan spesifisitas berkisar antara 94-98%. Tes antigen H. phylorii pada tinja yaitu
dengan pemeriksaan imunokromatografi antibodi monoklonal, sensitivitas tinggi
94% dan spesifisitas 98%.(4,5)
Penatalaksanaan
Golongan obat yang digunakan pada terapi H. phylorii (2,5)
Golongan Obat Jenis ObatAntibiotika Amoksisilin, Klaritromisin, Metronidazole, TetrasiklinH2-Bloker Simetidin, Ranitidin, Famotidin, NizatidinProton Pump Inhibitor (PPI) Omeprazol LanzoprazolAgent Sitoprotektif Bismuth subsalisilat, SukralfatProduk Kombinasi Helidac, Prevpac
4
Pengobatan kuman H. phylorii pada lambung memang sulit oleh karena
kuman berada dibawah lapisan mukus melekat pada sel epitel lambung. Tempat
ini sukar dijangkau antimikroba baik secara oral maupun parenteral. Karena itu
cara pengobatan yang dianjurkan adalah kombinasi berbagai macam obat dikenal
sebagai terapi dual, triple atau quadrupule.(1,2,4,5)
Saat ini terapi yang paling efektif digunakan adalah dengan regimen
kombinasi tiga obat. Regimen dua obat cenderung rendah tingkat
penyembuhannya sedang regimen empat obat walaupun sangat efektif tapi
memiliki efek samping yang lebih besar. Umumnya terapi yang diinginkan
memiliki tingkat kesembuhan setidaknya 80%. Berdasarkan konsensus tahun
1997 tentang pengobatan infeksi H. phylorii tidak lebih dari 7 hari.(1,2,4,5)
Terapi paling efektif merupakan kombinasi meliputi proton pump inhibitor
(PPI) ditambah dua jenis antibiotika. Pemberian PPI karena secara invitro
memiliki Minimal Inhibitor Concentration (MIC) antimikroba terbukti lebih
rendah pada pH yang tinggi. Sehingga apabila pH intragastrik dinaikkan dengan
obat PPI maka dosis antimikroba dapat dikurangi. Obat golongan PPI juga
memiliki efek langsung dengan menghambat ATP-ase dan produksi urease oleh
kuman H. phylorii. Obat ini juga menurunkan volume intragstrik. Pemberian
tambahan dua jenis antibiotika selain meningkatkan efektivitas juga mengurangi
resiko terjadinya resistensi. Terapi kombinasi dengan 4 macam obat baru
dipertimbangkan bila pengobatan ini gagal.(1,2,4,5)
5
Regimen terapi infeksi H. phylorii(2,5)
Regimen Efek Samping Tgkt PenyembuhanRegimen dua-obatAmoksisilin + PPI Rendah-sedang Kurang dari 70-80%Klaritromisin + PPI Rendah-sedang Lebih dari 70-90%Regimen tiga-obatKlaritromisin + Metronidazole + PPI Sedang Lebih dari 80-90%Amoksisilin + Klaritromisin + PPI Rendah-sedang Lebih dari 80-90%Amoksisilin + Metronidazole + PPI Sedang Lebih dari 80-90%Tetrasiklin + Metronidazole + Sukralfat Sedang Lebih dari 80-90%Regimen empat-obatBismut+Metronidazole+Tetrasiklin+H2 Bloker Sedang-tinggi Lebih dari 80-90%Bismut+Metronidazole+Amoksisilin+H2 Bloker Sedang-tinggi Lebih dari 70-90%Bismut+Metronidazole+Tetrasiklin+PPI Sedang-tinggi Lebih dari 80-90%Bismut+Metronidazole+Klaritromisin+PPI Sedang-tinggi Lebih dari 80-90%Produk KombinasiHelidac + H2 Bloker Sedang-tinggi Lebih dari 82%Prevpak Rendah-sedang 81-92%
Dosis yang dianjurkan dalam kategori : (1)
1. Bismuth + triple : Koloid Bismut subsitrat 120 mg qid + Tetrasiklin 500 mg
qid + Metronidazole 250-500 mg qid
2. PPI + triple :
- PPI bid + Klaritromisin 250 mg bid + Metronidazole 400/500 g bid
- PPI bid + Klaritromisin 500 mg bid + Amoksisilin 1000 mg bid
- PPI bid + Amoksisilin 1000 mg bid + Metronidazole 400/500 mg bid
- Sebagai PPI dapat dsigunakan omeprazole 20 mg, Lanzoprazole 30 mg
atau pantoprazole 40 mg
- Bila alergi terhadap Klaritromisin dapat diberikan PPI + Metronidazole
500 mg tid + Tetrasiklin 250 mg qid
3. Quadrupule : PPI bid + Koloidal Bismut subsitrat 120 mg qid + Tetrasiklin
500 mg bid + Metronidazole 400/500 mg tid
6
Amoksisilin adalah derivat hidroksi dengan aktivitas yang sama dengan
ampisilin tetapi resobsinya lebih lengkap dan pesat dengan kadar dalam darah dua
kali lipat. Difusi ke jaringan dan cairan tubuh lebih baik dan penyerapannya tidak
terhambat makanan. Amoksisilin tunggal invitro aktif terhadap bakteri aerob dan
anaerob gram positif dan gram negatif yang bukan penghasil beta-laktam.
Frekuensi bakteri H. phylorii yang resisten terhadap amoksisilin masih rendah. (6,7)
Klaritromisin sama efektivitasnya dengan eritromisin yaitu bakteriostatis
terhadap bakteri gram positif dan beberapa gram negatif. Mekanisme kerja
melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman sehingga sintesis proteinnya
dihalangi. Bila digunakan terlalu lama dapat terjadi resistensi. Obat ini cukup
efektif untuk H. phylorii meskipun lebih banyak muncul bakteri yang resisten
terhadapnya. Penggunaan bersama PPI dapat meningkatkan Klaritromisin di
mukosa antral dan lapisan mukus.(6,7)
Metronidazole, senyawa nitro-imidazol berbentuk kristal kuning muda
yang sedikit larut dalam air atau alkohol, memiliki spektrum anti-protozoa dan
anti-bakterial yang lebar. Obat ini aktif terhadap semua bentuk cocci dan basil
anaerob gram positif-negatif, tetapi tidak aktif terhadap kuman aerob.
Metronidazole berifat amebecid jaringan kuat dan amebecid kontak lemah. Pada
infeksi H. phylorii digunakan bersamaan dalam regimen tiga obat dengan dua atau
tiga obat lain.(7)
Omeprazole merupakan senyawa benzimidazole yang merupakan
penghambat pompa proton pertama yang digunakan dalam terapi untuk
menurunkan dengan sangat kuat produksi asam lambung. Bekerja dengan cara
7
menghambat enzim H/K-ATP-ase pada saluran sekretorik pada sel parietal. Enzim
ini dikenal juga sebagai pompa proton yang merupakan katalisator tahap akhir
dari proses pembentukan asam oleh sel parietal. Biasanya digunakan bersama
dengan H2-Bloker pada gastritis, ulkus ventrikuli dan ulkus duodeni. Sebaiknya
diberikan sebagai salut enterik. Resorpsinya lengkap, plasma t1/2 hanya kira-kira
1 jam tetapi lama kerjanya bertahan 24 jam. (6)
8
BAB II
SIMULASI KASUS
2.1. Kasus
Anamnesa
Seorang pria Tn. Dani (40 tahun) bekerja sebagai manajer dari
perusahaan percetakan mengeluh nyeri pada daerah ulu hati, mual dan kadang-
kadang muntah meskipun jarang. Keluhan ini dirasakan selama 3 hari. Meskipun
keluhan ini telah ada sejak berumur 21 tahun.
Pemeriksaan
Keadaan umum : Tampak kesakitan
Tanda Vital: Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 37oC
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium
Kultur Bakteri cairan Lambung : Ditemukan Helicobacter phylorii
Diagnosis : Gastritis akut ec H. phylorii
2.2. Tujuan Pengobatan
Pengobatan kausatif, dengan pemberian antibiotika yang efektif untuk H.
phylorii
Pengobatan simptomatik, dengan pemberian PPI untuk mengurangi sekresi
asam lambung
9
2.3. Daftar Kelompok Obat beserta Jenisnya
Kelompok Obat
Jenis Obat Contoh
Terapi Kausatif
Antibiotika Klaritromisin Amoksisilin Metronidazole Tetrasiklin
Terapi Simptomatik
Golongan Proton Pump Inhibitor(PPI)
Golongan H2-Bloker
Omeprazol Lanzoprazol
Simetidin Ranitidin
2.4. Perbandingan Kelompok Obat beserta Jenisnya
a. Terapi Kausatif(6,7)
Kelompok/Jenis Obat
Khasiat/EfekEfek Samping
ObatKontraindikasi
Klaritromisin Bakteriostatis terhadap bakteri gram positif dan beberapa gram negatif
Iritasi saluran cerna dan peningkatan enzim hati
Hipersensitifitas terhadap klaritromisin, eritromisin atau antibiotika golongan makrolida lainnya
Amoksisilin Bakterisid broadspektrum tetapi lebih efektif terhadap bakteri gram negatif
Gangguan lambung, usus dan rash (jarang).
Hipersensitifitas dan riwayat alergi penisillin
Metronidazole Efektif terhadap semua cocci dan basil anaerob, gram positif dan negatif, tetapi tidak efektif untuk kuman aerob, juga bersifat amebecid
Mual, sakit kepala, mulut kering dan rasa kecap logam, kencing kemerahan, lekopeni
Kjehamilan trimester I dan menyusui, hipersensitifitas terhadap metronidazole
Tetrasiklin Bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
Reaksi alergi, iritasi lambung, leukositosis, caries pada gigi, trombositopenia
Kehamilan diatas 4 bulan, dan anak sampai usia 8 tahun karena mengakibatkan
10
kuman tulang rapuh dan kalsifikasi gigi
b. Terapi Simptomatik(6,7)
Kelompok/Jenis Obat
Khasiat/Efek Efek Samping Kontraindikasi
Golongan PPI Omeprazol
Lanzoprazol
Menurunkan dengan sangat kuat asam lambung
Menurunkan dengan sangat kuat asam lambung
Gangguan lambung, usus, nyeri kepala, nyeri otot, dan sendi, gatal-gatal, rasa kantuk atau sukar tidur (jarang)
Gangguan lambung, usus, nyeri kepala, nyeri otot, dan sendi, gatal-gatal, rasa kantuk atau sukar tidur (jarang)
Kemungkinan keganasan lambung sebaiknya disingkirkan pada penggunaan obat ini, hipersensitifitas
Kemungkinan keganasan lambung sebaiknya disingkirkan pada penggunaan obat ini, hipersensitifitas
Golongan H2- Bloker
Simetidin
Ranitidin
Menduduki reseptor H2 di mukosa lambung yang memicu produksi asam klorida, sehingga menghambat produksi asam baik alami maupun yang dirangsang makanan
Daya hambat sekresi asam lambung lebih kuat daripada simetidin
Diare, nyeri otot, pusing, reaksi kulit, ginekomastia, memperlambat perombakan obat lain di hati karena menghambat enzim oksidatif di hati
Tidak menghambat enzim oksidatif di hati, efek samping lain mirip simetidin kecuali
Kehamilan dan laktasi karena dapat melintasi barier plasenta dan mencapai air susu
Kehamilan dan laktasi karena dapat melintasi barier plasenta dan mencapai air
11
ginekomastia susu
2.5. Pilihan Dan Alternatif Obat Yang Digunakan
Pengobatan Kausatif(6,7)
Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Amoksisilin Metronidazole
BSO (Generik, Paten, Kekuatan)
Generik : AmoksisilinBSO : tablet 250 mg, 500 mg; kapsul 125 mg; sirup 125 mg/ 5 ml
Paten : AmoxillinBSO : tablet 125 mg; kapsul 250 mg; kaplet 500 mg; sirup 125 mg/5 ml
Generik : MetronidazoleBSO : tablet 250 mg, 500 mg; suspensi 125 mg/5 ml; tablet vagina 500 mg
Paten : FlagylBSO : tablet 250 mg; tablet forte 500 mg, 1000 mg; suspensi 125 mg/5 ml; infus 500 mg/100 ml
BSO yang diberikan dan alasan
Dalam bentuk tablet karena pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Dalam bentuk tablet karena pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Dosis Referensi 2 x 1000 mg(1) 3 x 500 mg(1)
Dosis dalam kasus2 x 1000 mg sesuai dengan referensi(1)
3 x 500 mg sesuai dengan referensi(1)
Frekuensi Pemberian dan alasan
2 x sehari sesuai dengan dosis anjuran referensi(1)
3 x sehari sesuai dengan dosis anjuran referensi(1)
Cara Pemberian dan alasan
Peroral Pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Peroral Pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Saat Pemberian dan alasannya
Setiap 12 jam menjaga kadar tetap stabil
Setelah makan karena dapat menyebabkan mual
Lama Pemberian7 hari sesuai dengan(1) referensi untuk kasus ini
7 hari sesuai dengan(1) referensi untuk kasus ini
Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Klaritromisin Tetrasiklin
BSO (Generik, Paten, Kekuatan)
Generik : KlaritromisinBSO : tablet 250 mg
Paten : Claros
Generik : TetrasiklinBSO : kapsul atau tablet 250 dan 500 mg
Paten : Tetradex
12
BSO : tablet 125 mg; kapsul 250 mg; kaplet 500 mg; sirup 125 mg/5 ml
BSO : kapsul 250 mg; kapsul forte 500 mg
BSO yang diberikan dan alasan
Dalam bentuk tablet karena pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Dalam bentuk tablet karena pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Dosis Referensi 2 x 500 mg(1) 4 x 250 mg(1)
Dosis dalam kasus2 x 500 mg sesuai dengan referensi(1)
4 x 250 mg sesuai dengan referensi(1)
Frekuensi Pemberian dan alasan
2 x sehari sesuai dengan dosis anjuran referensi(1)
4 x sehari sesuai dengan dosis anjuran referensi(1)
Cara Pemberian dan alasan
Peroral Pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Peroral Pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Saat Pemberian dan alasannya
Setiap 12 jam menjaga kadar tetap stabil
Setiap 6 jam menjaga kadar tetap stabil
Lama Pemberian7 hari sesuai dengan referensi untuk kasus ini(1)
7 hari sesuai dengan referensi untuk kasus ini(1)
Pengobatan Simptomatik(6,7)
Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Omeprazol Lanzoprazol
BSO
Generik : OmeprazolBSO : kapsul 20 mg
Paten : PumpitorBSO : kapsul 20 mg
Generik : LanzoprazolBSO : kapsul 30 mg
Paten : ProlanzBSO : kapsul 30 mg
Dosis referensi 2 x 20 mg(1) 2 x 30 mg(1)
Dosis dalam kasus2 x 20 mg sesuai dengan dosis referensi(1)
2 x 30 mg sesuai dengan dosis referensi(1)
BSO yang diberikan dan alasan
Kapsul pasien dewasa tidak ada gangguan menelan
Kapsul pasien dewasa tidak ada gangguan menelan
Frekuensi pemberian dan alasan
2 kali sehari sesuai dengan dosis terapi yang dianjurkan(1)
2 kali sehari sesuai dengan dosis terapi yang dianjurkan(1)
Cara Pemberian dan alasan
Per OralPasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Per OralPasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Saat Pemberian dan alasan
Sebelum makan menurunkan sekresi asam
Sebelum makan menurunkan sekresi asam
13
lambung, mengurangi mual
lambung, mengurangi mual
Lama pengobatan
14 hari sesuai dengan lamanya rentang waktu pemberian PPI pada terapi eradikasi(1)
14 hari sesuai dengan lamanya rentang waktu pemberian PPI pada terapi eradikasi(1)
14
Resep Pilihan
15
dr. Achmad ZakiSIP 072/08/2006
Praktek Umum
Alamat Praktek Alamat RumahJl. A. Yani Km 4,5 Jl. Gatot Subroto No. 45 Banjarmasin Banjarmasin
Banjarmasin, 08 Agustus 2006
R/ Amoksisilin tab mg 500 No XXVIII
S 2.d.d tab II pc (o.12.h)
R/ Klaritromisin tab mg 250 No XXVIII
S 2.d.d tab II pc (o.12.h)
R/ Omeprazol cap mg 20 No XXVIII
S 2.d.d cap I ac m et v
Pro : Tn. DaniUmur : 40 tahun (BB 60 kg)Alamat: Jl. A. Yani km. 6 Banjarmasin
Resep Alternatif
Pembahasan
16
dr. Achmad ZakiSIP 072/08/2006
Praktek Umum
Alamat Praktek Alamat RumahJl. A. Yani Km 4,5 Jl. Gatot Subroto No. 45 Banjarmasin Banjarmasin
Banjarmasin, 08 Agustus 2006
R/ Metronidazole tab mg 500 No XXI
S 3.d.d tab I pc (o.8.h)
R/ Tetrasiklin cap mg 250 No XXVIII
S 4.d.d cap I pc (o.6.h)
R/ Lanzoprazol cap mg 30 No XXVIII
S 2.d.d cap I ac m et v
Pro : Tn. DaniUmur : 40 tahun (BB 60 kg)Alamat: Jl. A. Yani km. 6 Banjarmasin
Diagnosis pada kasus ini adalah gastritis akut ec H. phylorii yaitu
peradangan pada mukosa gaster yang disebabkan kuman H. phylorii. Pada
anamnesa didapatkan keluhan nyeri di daerah ulu hati, mual, kadang muntah
meskipun jarang. Keluhan ini dirasakan sekitar tiga hari meskipun keluhan ini ada
sejak berumur 21 tahun. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat yang
sesuai dengan dosis, cara pemberian dan lama pemberian akan sangat mendukung
dalam kesembuhan kasus ini.
Pengobatan pada gastritis ec H. phylorii umumnya adalah pengobatan
yang memiliki banyak terapi pilihan. Pengobatan kombinasi terutama dengan
regimen tiga-obat merupakan pilihan yang terbaik saat ini. Pada kasus ini
diberikan kombinasi antibiotika golongan amoksisilin dan klaritromisin ditambah
dengan obat golongan PPI yaitu omeprazol. Pemberian kombinasi obat ini
berdasarkan literatur dengan dosis dan lama pengobatan tertentu yang telah diteliti
efektif untuk eradikasi kuman H. phylorii. Sedangkan untuk terapi alternatif dapat
digunakan kombinasi antibiotika golongan metronidazole dan tetrasiklin ditambah
dengan obat golongan PPI yaitu lanzoprazol.
Pilihan bentuk sediaan berdasarkan usia penderita yang dianggap bisa
mengkonsumsi bentuk padat, selain harga lebih murah dan penyimpanan mudah.
Lama pengobatan untuk infeksi H. phylorii adalah 7-14 hari. Menurut konsensus
sebaiknya pemberian antibiotika untuk 7 hari sesuai dengan waktu pemakaian
antibiotika umumnya dan berdasarkan pengalaman sudah efektif. Sedangkan PPI
digunakan selama 14 hari untuk melindungi mukosa lambung yang masih dalam
proses penyembuhan dari peradangan.
17
Pemberian antibiotika untuk amoksisilin dengan dosis sesuai literatur 2 x
1000 mg setiap 12 jam bertujuan mempertahankan kadarnya tetap tinggi dalam
plasma. Amoksisilin dapat diberikan sebelum dan sesudah makan. Pemberian
klaritromisin 2 x 500 mg setiap 12 jam setelah makan. Pemberian Metronidazole
3 x 500 mg setiap 8 jam setelah makan. Pemberian tetrasiklin 4 x 250 mg setiap 6
jam setelah makan. Pemberian obat-obatan ini rata-rata setelah makan yaitu ½-1
jam setelah makan karena diketahui efek samping penggunaannya pada saluran
cerna. Penggunaan obat golongan PPI omeprazol 2 x 20 mg dan lanzoprazol 2 x
30 mg sebelum makan untuk menurunkan asam lambung dan mengurangi mual.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Djajapranata, I. Pandangan Baru Pengelolaan Penyakit Tukak Peptik. Dalam Simposium Nasional Gastrohepatologi 21 Mei 2000. Banjarmasin, 2000: 1-12
2. Nuovo, J. Current Status of Treatment for H. phylorii. In: American Family Physician. Available at http://www.aafp org diakses 28 Nopember 2005.
3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I Media Aesculapius FKUI, Jakarta, 2001: 492-94
4. Triantafyllopulou, M. Helicobacter phylorii Infection. Available at http://www.emedicine.com diakses 09 Agustus 2006
5. Peura, D.A. Helicobacter phylorii Infection and Treatment. Available at http://www.patients.update.com diakses 28 Nopember 2005
6. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. Obat-Obat Lambung Dalam: Obat-Obat Penting. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2002: 247-61
7. Sulistia Ganiswarna. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995
19