siklus haid dan gangguannya
-
Upload
ardy-gisnawan -
Category
Documents
-
view
43 -
download
7
description
Transcript of siklus haid dan gangguannya
SIKLUS HAID DAN GANGGUANNYA
I. PENDAHULUAN
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara
tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari. Rata-rata panjang siklus
haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25 hari, pada wanita usia 43 tahun 27 hari,
pada wanita usia 55 tahun 51 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu
tidak sering dijumpai. Kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya
berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42
hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar).1
Haid telah lama menjadi pertanda penting dari perkembangan seksual
wanita, yang merupakan salah satu tanda nyata dari endokrin wanita dan maturasi
sistem reproduksi. Haid spontan dan regular membutuhkan (a) aksis sistem
endokrin hipotalamus-hipofisis-ovarium yang intak (b) kemampuan endometrium
untuk merespon stimulasi hormon steroid (c) aliran keluar yang intak dari
genitalia internal ke eksternal. 2
Siklus haid manusia dipengaruhi dari faktor lingkungan dan stresor. Jadi,
ketidakteraturan haid tidak selalu mencerminkan hal patologis. Pemanjangan atau
haid yang hilang persisten dapat menjadi salah satu tanda awal adanya kelainan
neuroendokrin atau anatomi. 2
Lama haid biasanya antara 3-5 hari,ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu
tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ±16 cc. Pada wanita yang lebih tua
biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc
dianggap patologik.1
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi
sebagian kecil merasa berat dipanggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis
remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi, yaitu 1
antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-
tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Sesudah
memasuki masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa dimana
ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan
berakhir pada masa mati haid atau menopause.1,3
Gambar 1. Hipotalamus adalah sumber dari semua produksi hormon neurohipofisis
2
II. SIKLUS HAID
A. SIKLUS OVARIUM
Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seksual bergantung pada
hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi kelenjar
hipofisis anterior. Tidak adanya hormon-hormon tersebut membuat
ovarium tetap tidak aktif, yang merupakan keadaan masa kanak-kanak,
ketika hampir tidak ada hormon gonadotropik hipofisis yang disekresi.
Pada usia 9 sampai 12 tahun, hipofisis secara progresif mulai mensekresi
lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya siklus seksual
bulanan normal yang terjadi pada usia 11 dan 15 tahun. Periode
perubahan ini disebut pubertas, dan saat terjadinya siklus menstruasi
pertama disebut menarke.1,3,5
Fase folikulare
Ketika seorang anak perempuan lahir, setiap ovum dikelilingi oleh
sebuah lapisan sel granulosa; ovum dengan lapisan granulosanya ini
disebut folikel primordial. Selama masa kanak-kanak, sel granulosa
dipercaya memberi nutrisi bagi sel ovum dan untuk mensekresi oocyte
maturation-inhibiting factor yang membuat ovum tetap pada tahap
primordial. Setelah pubertas, FSH dan LH dari kelenjar hipofisis
mulai disekresi dalam jumlah tertentu, ovarium bersama dengan
folikel lainnya mulai bertumbuh.4,5
Tahap pertama dalam pertumbuhan folikel adalah pembesaran dari
ovum itu sendiri, diameternya bertambah sebanyak dua hingga tiga
kali lipat. Lalu, sel-sel granulosa juga ikut bertumbuh pada beberapa
folikel, folikel ini dikenal sebagai folikel primer.
Pada beberapa hari pertama tiap bulannya, konsentrasi dari FSH dan
LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior mulai meningkat,
peningkatan FSH sedikit lebih tinggi dibandingkan LH. Hormon-
3
hormon ini, terutama FSH, menyebabkan percepatan pertumbuhan
pada 6 sampai 12 folikel primer setiap bulannya. Efek awalnya berupa
proliferasi dari sel granulosa, memberikan lebih banyak lapisan pada
sel-sel ini. Sel-sel spindel dihasilkan dari interstitium ovarium
berkumpul pada lapisan luar dari sel-sel granulosa, yang
menyebabkan peningkatan sekunder pada massa sel yang disebut teka.
Lapisan teka ini dibagi menjadi dua lapis. Pada teka interna, sel-selnya
memiliki karakteristik dari epitel yang serupa dengan sel-sel
granulosa, dan memiliki kemampuan untuk mensekresi hormon-
hormon steroid seks (estrogen dan progesteron). Lapisan yang lebih
luar, teka eksterna, berkembang menjadi kapsula jaringan ikat yang
kaya vaskular yang menjadi kapsul dari folikel yang berkembang.4,5,7
Setelah beberapa hari terjadinya fase proliferasi, massa sel granulosa
mensekresi cairan folikular yang mengandung konsentrasi tinggi
estrogen. Akumulasi dari cairan ini menyebabkan munculnya antrum
diantara massa sel granulosa. Pertumbuhan awal dari folikel primer
sampai ke tahap antrum kebanyakan distimulasi oleh FSH sendiri.
Setelah itu, percepatan pertumbuhan terjadi, mengakibatkan
terbentuknya folikel yang lebih besar yang disebut folikel vesikular.
Percepatan pertumbuhan ini disebabkan sebagai berikut: (1) Estrogen
disekresi ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa untuk
membentuk jumlah reseptor FSH yang lebih banyak; ini
mengakibatkan efek umpan balik positif karena menyebabkan sel-sel
granulosa menjadi lebih sensitif terhadap FSH. (2) FSH dan estrogen
bersama-sama merangsang reseptor LH pada sel-sel granulosa, hal ini
menyebabkan stimulasi LH terjadi dan menyebabkan terjadinya
sekresi folikuler yang lebih banyak. (3) Peningkatan estrogen dari
folikel ditambah dengan peningkatan LH dari kelenjar hipofisis
anterior bersama-sama menyebabkan proliferasi dari sel-sel teka
folikuler dan meningkatkan juga sekresinya. Ketika folikel antral
mulai bertumbuh, pertumbuhannya terjadi hampir secara eksplosif. 4
Ovum sendiri bertambah diameternya sebanyak tiga hingga empat kali
lipat, sehingga total pertambahan diameter dari ovum sebanyak 10 kali
lipat, atau pertambahan massa sebanyak 1000 kali lipat. Dengan
membesarnya folikel, ovum tetap tertanam pada massa sel granulosa
yang terletak pada salah satu kutub dari folikel. Hanya satu folikel
yang akan matang setiap bulannya, sementara yang lainnya
mengalami atresia. Proses atresia ini penting karena normalnya hanya
satu folikel yang bertumbuh cukup besar untuk mengalami ovulasi
setiap bulannya ini mencegah lebih dari satu anak yang berkembang
pada setiap kehamilan. Satu folikel mencapai diameter 1 sampai 1,5
cm pada saat ovulasi dan disebut folikel matur (matang).5,7
Ovulasi pada wanita yang memiliki siklus seksual 28 hari terjadi pada
hari ke 14 setelah onset menstruasi. Beberapa saat sebelum ovulasi
dinding luar yang menonjol dari folikel membesar dengan cepat, dan
bagian kecil pada bagian tengah dari kapsul folikel, yang disebut
stigma, menonjol seperti pentil. Sekitar kurang lebih 30 menit, cairan
mulai keluar dari folikel melalui stigma, dan sekitar 2 menit
kemudian, stigma ruptur, yang menyebabkan cairan yang lebih kental
pada bagian tengah folikel keluar. Cairan yang kental ini juga
membawa serta ovum yang dikelilingi oleh ribuan sel-sel granulosa
yang kecil, yang disebut corona radiata.4,5
LH merupakan unsur yang penting pada pertumbuhan akhir dari
folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, bahkan dengan jumlah FSH
yang banyak, folikel tidak dapat sampai pada tahap ovulasi. Sekitar 2
hari sebelum ovulasi, LH disekresi lebih banyak oleh kelenjar
hipofisis anterior, sebanyak 6 hingga 10 kali lipat dan mencapai
puncaknya sekitar 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat
sekitar dua hingga tiga kali lipat pada waktu yang sama, dan FSH
serta LH bekerja secara sinergis untuk mempercepat pembesaran dari
folikel selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga memiliki efek
5
khusus pada sel granulosa dan sel teka, yaitu mengubah sel-sel
tersebut menjadi sel yang mensekresi progesteron. Untuk itu, jumlah
sekresi dari estrogen mulai menurun sekitar 1 hari sebelum ovulasi,
sementara progesteron mulai disekresi. Dengan semua keadaan
tersebut diatas, maka ovulasi dapat terjadi.4
LH menyebabkan peningkatan sekresi dari hormon steroid folikuler
yang mengandung progesteron. Dalam beberapa jam, dua peristiwa
terjadi, yang keduanya berhubungan dengan ovulasi: (1) Teka
eksterna mulai mengeluarkan enzim proteolitik dari lisosom, dan hal
ini menyebabkan meleburnya dinding kapsul folikel dan
menyebabkan melemahnya dinding dari folikel, yang menyebabkan
pembesaran folikel yang lebih lanjut dan degenerasi dari stigma. (2)
bersamaan dengan itu terdapat pertumbuhan yang cepat dari pembuluh
darah dalam dinding folikel, dan pada saat yang bersamaan,
prostaglandin (hormon yang menyebabkan vasodilatasi) disekresikan
ke dalam jaringan folikel. Kedua efek ini menyebabkan transudasi
plasma ke dalam folikel, yang juga berkontribusi terhadap pembesaran
folikel. Akhirnya, kombinasi dari pembesaran folikel dan degenerasi
dari stigma menyebabkan rupturnya folikel, dan akhirnya keluarlah
ovum.4
Gambar 2. Tahap
6
pertumbuhan folikel pada ovarium, juga memperlihatkan pembentukan korpus
luteum4
Fase luteal
Selama beberapa jam pertama setelah ovum dikeluarkan dari folikel,
sel-sel granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat
menjadi sel lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan
terisi dngan inklusi lipid yang memberi tampakan kekuningan. Proses
ini disebut luteinisasi, dan seluruh massa dari sel bersama-sama
disebut sebagai korpus luteum. Suplai vaskular yang berkembang
dengan baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum. Sel-sel granulosa
dalam korpus luteum terdapat retikulum endoplasma halus intrasel
yang luas, yang membentuk sejumlah besar hormon seks wanita,
progesteron dan estrogen (lebih banyak progesteron). Sel-sel teka
terutama lebih membentuk hormon androgen, androstenedion dan
testosteron daripada hormon seks wanita. Akan tetapi, sebagian besar
dari hormon-hormon itu akan dikonversikan oleh sel-sel granulosa
menjadi hormon-hormon wanita.5.7
Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-
kira 1,5 cm. Tahap perkembangan ini dicapai dalam waktu 7 sampai 8
hari setelah ovulasi. Kemudian korpus luteum mulai berinvolusi dan
akhirnya kehilangan fungsi sekresi juga warna kekuningannya dan
sifat lipidnya dalam waktu kira-kira 12 hari setelah ovulasi, menjadi
korpus albikans selama beberapa minggu, korpus albikans akan
digantikan oleh jaringan ikat dan dalam hitungan bulan akan diserap.4
Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat
bergantung pada LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis
anterior.4.5.7
Korpus luteum adalah organ yang sangat sekretorik yang mensekresi
sejumlah besar progesteron dan estrogen. Sekali LH bekerja pada sel
granulosa dan sel teka untuk menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel 7
lutein yang baru terbentuk kelihatannya diprogram untuk meneruskan
tahapan yang sudah diatur yaitu (1) proliferasi, (2) pembesaran, (3)
sekresi dan (4) degenerasi. Semua itu terjadi dalam waktu 12 hari.4
Estrogen, khususnya, dan progesteron, dalam jumlah lebih sedikit,
yang disekresi oleh korpus luteum selama tahap luteal dari siklus
ovarium, mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap kelenjar
hipofisis anterior untuk mempertahankan kecepatan sekresi FSH
maupun LH yang rendah. Selain itu, sel lutein juga mensekresi
sejumlah kecil hormon inhibin, yang berfungsi menghambat sekresi
kelenjar hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH. Konsentrasi FSH
dan LH dalam darah yang rendah terjadi, dan hilangnya hormon ini
akhirnya menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara
menyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus luteum.
Involusi akhir biasanya terjadi pada hampir tepat 12 hari dari masa
hidup korpus luteum, sekitar hari ke-26 dari siklus menstruasi
wanitanormal, 2 hari sebelum menstruasi dimulai. Pada saat itu,
penghentian tiba-tiba sekresi estrogen, progesteron, dan inhibin dari
korpus luteum akan menghilangkan umpan balik halangan dari
kelenjar hipofisis anterior, memungkinkan kelenjar meningkatkan
sekresi FSH dan LH kembali. FSH dan LH akan merangsang
pertumbuhan folikel baru, memulai siklus ovarium yang baru.
Terhentinya sekresi progesteron dan estrogen secara sementara pada
waktu ini akan menyebabkan menstruasi oleh uterus.4.5.7
B. SIKLUS ENDOMETRIUM
Produksi berulang dari estrogen dan progesteron oleh ovarium
mempunyai kaitan dengan siklus endometrium pada lapisan uterus yang
bekerja melalui tahapan berikut ini:
8
Gambar 3. Fase pertumbuhan endometrium selama siklus bulanan seksual
wanita.4.
Fase proliferasi
Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan, sebagian besar
endometrium telah berdeskuamasi akibat menstruasi. Sesudah
menstruasi, hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal,
dan sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang terletak dibagian lebih
dalam dari kelenjar yang tersisa serta pada kripta endometrium.
Dibawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih
banyak oleh ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi
dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi
kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi.
Kamudian, selama satu setengah minggu berikutnya, yaitu sebelum
terjadinya ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena
jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena pertumbuhan sel
endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam
endometrium.Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3
sampai 5 mm. Kelenjar endometrium, khususnya daerah serviks, akan
mensekresi mukus yang encer mirip benang. Benang mukus akan
tersusun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang
membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari vagina 9
menuju ke dalam uterus.5,7
Fase sekretorik
Selama sebagian besar separuh akhir siklus bulanan, setelah ovulasi
terjadi, progesteron dan estrogen bersama-sama disekresi dalam
jumlah yang besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit
proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini,
sedangkan progesteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan
perkembangan sekretorik dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-
kelok; kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel
kelenjar. Selain itu, sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak,
simpanan lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma, dan
suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut akan meningkat
sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh
darah yang menjadi sangat berkelok-kelok. Pda puncak fase
sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium
sudah menjadi 5 sampai 6 mm.4,7
Maksud keseluruhan dari semua perubahan endometrium ini adalah
untuk menghasilkan endometrium yang sangat sekretorik, yang
mengandung sejumlah besar cadangan nutrien yang membentuk
kondisi yang cocok untuk implantasi ovum yang sudah dibuahi selama
separuh akhir siklus bulanan.4.5.7
Fase menstruasi/haid
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan,
korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon
ovarium (estrogen dan progesteron) menurun dengan tajam sampai
kadar sekresi terendah. Terjadilah menstruasi.6,7
Menstruasi disebabkan oleh kurangnya estrogen dan progesteron,
terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek
pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium
10
oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi
endometrium sendiri menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan
semula. Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi,
pembuluh darah yag berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan
mukosa endometrium, akan menjadi vasospastik, mungkin disebabkan
oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan vasokonstriktor, mungkin
salah satu tipe vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam
jumlah banyak pada saat ini.6,7
Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya
rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada
endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya,
darah akan merembes ke lapisan vaskuler endometrium, dan daerah
perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24
sampai 36 jam. Perlahan-lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari
endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut,
sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan
superfisial endometrium sudah berdeskuamasi. Massa jaringan
deskuamasi dan darah dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi
dari prostaglandin dan zat-zat lain di dalam lapisan yang
berdeskuamasi, seluruhnya bersama-sama akan merangsang kontraksi
uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus.4.6,8
Selama menstruasi normal, kira-kira 40 ml darah dan tambahan 35 ml
cairan serosa dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak
emmbentuk bekuan, karena fibrinolisin dilepaskan bersama dengan
bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan yang berlebihan
dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk
mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah selama menstruasi
sering merupakan bukti klinis adanya kelainan patologi dari uterus.4
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium
sudah mengalami epitelisasi kembali.4
11
Gambar 4 : Korelasi antara kadar hormon dan perubahan siklik ovarium dan uterus.6
C. KLASIFIKASI GANGGUAN HAID
Apabila siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata
lain tidak berada pada interval pola haid pada rentang kurang dari 21 atau lebih
dari 35 hari dengan interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih
dari 7 hari disebut siklus menstruasi/haid yang tidak teratur.7,8
Gangguan Haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam :1
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
a. Hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus12
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
4. Gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
1. Hipermenorea atau menoragia
Menoragia adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal,
atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari). Menoragia disebabkan oleh
kondisi didalam uterus, misalnya adanya mioma uteri, polip
endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid.1
a. Adapun etiologi gangguan tersebut: 1,5,9,10
Uterus
a) Fibroid
b) Polip endometrium
c) Endometriosis
d) Pelvic Inflammatory Disease
Sistemik
a) Gangguan koagulasi
b) Penyakit Von Willebrand
c) Idiopathic Thrombocytopaenia Purpura
d) Defisiensi faktor V,VII,X dan XI
e) Hipotiroid
Iatrogenik
a) Kontrasepsi progesteron
13
b) Alat kontrasepsi dalam rahim
c) Antikoagulan
b. Langkah- langkah untuk penegakan diagnosis: 9
Anamnesis
a) Berapa lama waktu menstruasinya?
b) Apakah ada gumpalan?
c) Berapa lama biasanya mestruasinya berlangsung dan
seberapa sering terjadi?
d) Apakah terdapat perubahan antara mensturasinya?
e) Apakah ada perdarahan setelah berhubungan?
f) Apakah ada nyeri pinggang atau dispareunia?
g) Kontrasepsi apa yang telah digunakan?
Pemeriksaan 5, 9
a) Papsmear
b) Hematologi dan biokimia
Darah rutin harus dilakukan pada pasien yang mengeluh
menoragia karena sering menimbulkan anemia.
Pemeriksaan terhadap gangguan pembekuan hanya
dilakukan jika terdapat indikasi klinis, misalnya, menoragi
sejak menarche dan riwayat perdarahan sejak lahir.
c) Imaging
Transvaginalsonografi (TVS) biasanya menjadi
pemeriksaan utama. TVS mengukur ketebalan endometrium
dan mendiagnosa polip dan leiomioma dengan sensitivitas
80% dan spesifitas 69%
d) Pengambilan sampel endometrium
Tujuan pengambilan sampel endometrium pada menoragia
adalah untuk menyingkirkan atau mendiagnosis kanker atau
hiperplasia endometrium. Pengambilan sampel
endometrium direkomendasikan pada wanita dengan umur
14
lebih dari 40 tahun dan mereka dengan peningkatan risiko
keganasan endometrium. Risiko-risiko tersebut berupa
obesitas, DM, hipertensi, anovulasi kronik, nulipara dengan
riwayat infertilitas, riwayat keluarga dengan kanker
endometrium. Pada wanita muda pengambilan sampel
endometrium juga bisa sebagai indikasi jika terjadi
perdarahan abnormal yang tidak membaik dengan
pemberian obat. Metode yang umum digunakan yaitu
dengan aspirasi kuretase, dilatasi dan kuretase, histeroskopi.
c. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan kehilangan darah,
menurunkan risiko anemia dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi
medis diindikasikan ketika ada tanda abnormalitas pelvis dan wanita
tersebut ingin mempertahankan fertilitasnya. 9
Terapi medis dapat dibagi menjadi 2 kelas utama, yaitu
nonhormonal dan hormonal.
Terapi Nonhormonal 9
Terapi nonhormonal diberikan ketika sedang terjadi
menstruasi dan harus menjadi lini pertama dalam penanganan
yaitu menggunakan NSAID seperti asam mefenamat atau
antifibrinolitik seperti asam traneksamat.
NSAID memiliki kandungan untuk menghambat
pembentukan prostaglandin dan juga mengikat reseptor
prostaglandin yang meningkat pada uterus wanita dengan
menoragi. Banyaknya darah yang hilang akibat menstruasi juga
telah dievaluasi untuk jenis NSAID seperti naproxen, ibuprofen,
sodium diclofenac, dan flurbiprofen.
Dosis optimal sangat sulit untuk ditentukan. Beberapa
peneilitian telah menganalisa regimen mulai dari menstruasi hari
pertama dan dilanjutkan sampai 5 hari atau sampai menstruasi
15
berhenti. Efek samping yang umum dengan penggunaan NSAID
adalah iritasi saluran gastrointestinal dan inhibisi agregasi
platelet. Penghambat spesifik COX-2 mungkin dapat efektif
pada pengobatan menoragia, tetapi masih terdapat ketidak
jelasan mengenai keamanan dari obat ini. Obat lain yang dapat
diberikan selain NSAID adalah antifibrinolitik karena pada
kasus menoragia terdapat peningkatan aktivitas fibrinolitik
endometrium.
Terapi Hormonal 9
Untuk terapi hormonal terdiri dari progestogen, estrogen,
gonadotropin-releasing hormon agonist, AKDR dengan hormon
seperti levonorgestrel, anti-progestational agents,
Operasi 9
Operasi mungkin diperlukan pada kasus-kasus seperti
polip, fibroid, atau ada massa pada endometrium. Tindakannya
bisa melalui pengangkatan polip pada endometrium, ablasi
endometrium, myomektomi, hingga histerektomi.
Gambar 5. Tumor buli-buli tampak melengket ke dinding buli-buli pada vaginal ultrasound seorang wanita yang menoragia.10
2. Hipomenorea
16
Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau
lebih kurang dari biasa. Lama perdarahan : Secara normal haid sudah
terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya
regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.1
a. Adapun etiologi gangguan tersebut : 1
Sindrom Asherman yaitu terjadi adhesi intrauterin
Uterus: Bisa disebabkan oleh karena ukuran rongga uterus
mengecil misalnya karena miomektomi
Emosional dan psikologi
b. Langkah- langkah penegakan diagnosis :
Anamnesis
Laboratorium : Jumlah FSH, LH, estrogen, prolactin.
USG : Untuk melihat ketebalan dari endoemtrium
c. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang khusus kecuali jika ditemukan sebab yang
nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya
hipomenore tidak mengganggu fertilitas.
3. Polimenorea (Epimenoragia)
Polimenorea adalah siklus haid yang lebih pendek dari biasa
(kurang dari 21 hari). Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak
dari haid yang biasa.1
Polimenorea disebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal.
Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis dan
sebagainya.1
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25
hari).1
Tujuan terapi pada penderita polimenorea adalah:
a) mengontrol perdarahan.
b) mencegah perdarahan berulang,17
c) mencegah komplikasi,
d) mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh,
e) dan menjaga kesuburan.
Untuk polimenorea yang berlangsung dalam jangka waktu lama,
terapi yang diberikan tergantung pada :
a) Dari status ovulasi pasien,
b) Usia,
c) Risiko kesehatan,
d) Pilihan kontrasepsi.
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien
yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah
terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang
terjadi.
4. Oligomenorea
Oligomenorea adalah dimana siklus haid lebih panjang, lebih dari
35 hari. Dimana kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup
baik. Hal ini disebabkan karena masa proliferasi lebih panjang dari
biasa.1
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan
keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi
normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang
terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause.
Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi
normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi
pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan
18
keseimbaangan hormon dalam tubuh. Gangguan indung telur, misal :
Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS).1,6,9
Gambar 6. Ovarium pada seorang wanita dengan Polycystic Ovarium
Syndrome, pada laparatomi. Ukuran ovarium relative lebih besar daripada
uterus.13
i. Etiologi
a) Stress dan depresi
b) Sakit kronik
c) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
d) Penurunan berat badan berlebihan
e) Olahraga berlebihan, misal atlit
f) Adanya tumor yang melepaskan estrogen
g) Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat
pengeluaran darah menstruasi
h) Penggunaan obat-obatan tertentu dsb
Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada
beberapa kasus oligomenorea dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Pemeriksaan ke dokter kandungan harus segera dilakukan ketika
oligomenorea sudah berlangsung lebih dari 3 bulan dan mulai
menimbulkan gangguan kesuburan.
Manifestasi klinis berupa Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali dan
perdarahan haid biasanya berkurang. Pengobatan yang diberikan kepada
penderita oligomenorea akan disesuaikan dengan penyebabnya.
Oligomenorea yang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah haid
pertama dan oligomenorea yang terjadi menjelang menopause tidak
19
memerlukan pengobatan yang khusus. Sementara oligomenorea yang
terjadi pada atlet dapat diatasi dengan mengubah pola latihan dan
mengubah pola makan hingga didapatkan siklus menstruasi yang reguler
kembali.1,9
Pada umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi
penyebab timbulnya oligomenorea, penderita oligomenorea juga akan
diterapi dengan menggunakan terapi hormon, diantaranya dengan
mengkonsumsi obat kontrasepsi. Jenis hormon yang diberikan akan
disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam
tubuh (yang tidak seimbang). Pasien yang menerima terapi hormonal
sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6
bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi.1,9
5. Amenorea
Amenore adalah tidak adanya haid. Amenore yang fisiologis terjadi
pada wanita yang belum puber, sementara hamil dan laktasi, dan sesudah
menopause. Amenore patologik terjadi pada 5% usia wanita yang
reproduktif. Penderita yang mengalami amenore harus diperiksa lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab yang mendasarinya. 1,12
a. Penyebab umum amenore: 2
Defek Hipotalamus
o Defek pada transportasi GnRH. Adanya gangguan pada
transportasi GnRH dari hipotalamus ke hipofisis bisa
diakibatkan oleh trauma, kompresi, radiasi, tumor, infeksi.
o Defek pada produksi GnRH. Akibat adanya penurunan pada
produksi GnRH maka LH dan FSH yang dapat dilepas
sangat sedikit atau bahkan tidak ada, akibatnya tidak terjadi
pembentukan folikel, tidak terjadi pembentukan estradiol,
dan terjadilah amenore. Hal ini terjadi pada wanita yang
belum puber, dan yang terlambat puber seperti anorexia
nervosa, stress berat, penurunan berat badan secara ekstrim,
20
kegiatan olahraga berlebihan, dan hiperprolaktinemia.
Kadang juga penyebabnya masih idiopatik.2
o Defisiensi GnRH kongenital. Disebut juga hipogonadotopik
hipogonadisme idiopatik ketika terjadi fenomena terisolasi,
dan Kallmann’s Syndrome ketika berhubungan dengan
anosmia.
Defek Hipofisis 2
o Disfungsi hipofisis kongenital. Kondisi ini sangat jarang
terjadi
o Disfungsi hipofisis didapat. Sindrom Sheehan yang ciri-
cirinya adalah amenore pasca melahirkan, yang terjadi
akibat nekrosis hipofisis akibat perdarahan hebat dan
hipotensi, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Operasi dan
pemaparan radiasi akibat tumor hipofisis juga dapat
menyebabkan amenore.
Disfungsi Ovarium 2
Hal yang paling sering terjadi ialah disgenesis gonad.
Gangguan ini biasa berhubungan dengan abnormalitas
kromoson, yang mengakibatkan gangguan perkembangan
gonad, deplesi prematur dari folikel ovarium dan oosit, dan tidak
adanya sekresi estradiol.
Kegagalan ovarium primer ditandai dengan meningkatnya
gonadotropin dan rendahnya estradiol (hipergonadotropic
hipogonadisme). Kegagalan ovarium sekunder hampir selalu
diakibatkan oleh disfungsi hipotalamus dan ditandai dengan
normal atau rendahnya gonadotropin dan rendahnya estradiol
(hipogonadotropic hipogonadisme)
Gangguan gonad dapat juga mengakibatkan disgenesis
ovarium (sindrom Turner), sindrom testicular feminization.
Amenore terbagi menjadi amenore primer dan amenore
sekunder.
21
1. Amenore primer
Amenore primer ialah apabila seseorang tidak mendapat
haid di atas umur 16 tahun atau tidak mendapat haid diatas 13
tahun dimana tidak adanya pertumbuhan dan perkembangan
seks sekunder. Biasanya merupakan hasil dari genetik dan
abnormalitas anatomi. 12
Etiologi tersering dari amenore primer : 12
Abnormalitas kromosom yang menyebabkan disgenesis
gonadal
Psikologik akibat keterlambatan puberitas
Mullerian agenesis
Transvers septum vagina atau himen imperforata
Tidak adanya produksi Gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) oleh hipotalamus
Anorexia nervosa
Hipopituitarism
Diagnosis :
Anamnesis 1,12
Dapat ditanyakan bagaimana tanda-tanda pubertas,
riwayat keluarga dengan gangguan pubertas, adanya
tanda-tanda stres seperti perubahan berat badan atau
perubahan pola makan, apakah ada kemungkinan
kehamilan, apakah ada menderita penyakit akut atau
menahun dan penyakit metabolik.
Pemeriksaan Fisis 1,12
Mengevaluasi perkembangan pubertas termasuk tinggi,
berat, payudara, apakah ada tanya hirsutisme, pemeriksaan
ginekologi.
22
USG 12
Untuk melihat apakah ada kelainan kongenital pada
uterus, ovarium dan serviks.
Penatalaksanaan
Penanganan pada amenore primer ditujukan langsung
terhadap kelainan yang terjadi, membantu penderita untuk
mendapatkan fertilitas, dan mencegah komplikasi dari penyakit.
Untuk kelainan anatomi kongenital biasanya dibutuhkan operasi.
Untuk kegagalan ovarium bisa diberikan terapi pengganti
hormonal.
2. Amenore sekunder
Amenore sekunder ialah tidak adanya haid selama 3 siklus
haid pada wanita yang sebelumnya pernah mendapat haid atau
selama 6 bulan berturut-turut. Amenore sekunder terjadi pada
0,7% – 3% wanita. 12
Etiologi : 12
Disfungsi hipotalamus
Polycystic Ovarian Syndrome
Kelainan hipofisis
Kegagalan ovarium prematur
Sindrom Asherman
Faktor emosional dan stress
Gambar 7. Tampilan klasik dari ovarium pada wanita
dengan Polycystic Ovarium Syndrome13
23
Diagnosis
o Anamnesis 12
Riwayat stress (perubahan berat badan, pola makan)
Penggunaan obat-obat yang berhubungan dengan
amenore
Gejala-gejala penyakit hipotalamus-hipofisis yaitu
sakit kepala, gangguan penglihatan, cepat lelah,
poliuri dan polidipsi.
Gejala-gejala defisiensi estrogen, seperti vagina
kering, gangguan tidur atau penurunan libido.
o Tes Kehamilan 12
Tes kehamilan adalah langkah pertama dalam
mengevaluasi amenore sekunder. Pengukuran serum beta
hCG adalah tes yang paling sensitif.
o Pemeriksaan Fisis 12
Pengukuran berat badan, tinggi badan, tanda-tanda
penyakit lain, penilaian dari kulit, payudara, dan jaringan
gential harus diperhatikan untuk mengevaluasi defisiensi
estrogen. Permeriksaan payudara untuk melihat apakah
terdapat galaktorea, pemeriksaan kulit untuk melihat
hirsutism, jerawat, stria vitiligo.
o Laboratorium 12
Selain pemeriksaan beta hCG, juga harus diperiksa serum
prolaktin, thyrotropin, FSH. Pemeriksaan TSH dan FT4
dilakukan karena hipotiroid dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia yang dapat mengakibatkan terjadinya
amenore.
Penatalaksanaan 12
24
Pada wanita yg atletik harus dikonsultasikan tentang
pemberikan intake kalori yang lebih tinggi atau
mengurangi latihan. Untuk wanita nonatletik yang kurus
harus diberikan konsultasi tentang nutrisi dan pengobatan
masalah pola makannya. Hiperprolaktinemia diterapi
dengan dopamin agonis seperti bromokriptin.
Bromokriptin akan berikatan dan menstimulasi reseptor
dopamin (D2) dan sel laktotroph adenomatous dalam
keadaan normal. Terapi ini akah menghasilkan
normoprolaktinemia atau mengembalikan menstruasi.
Kegagalan ovarium diterapi dengan terapi pengganti
hormonal. Sindrom Asherman diterapi dengan melisiskan
adhesi melalui histeroskopi.
6. Metroragia
Metroragia adalah periode pendarahan menstruasi lebih dari 7 hari.
Kejadian ini dapat disebabkan oleh luka, karsinoma korpus uteri,
peradangan, hormonal, hipofisis, psikis, neurogoen, tumor atau ovarium
yang polikistik dan kelainan gizi, metabolic, penyakit akut maupun
kronis.7
Menometroragia adalah pendarahan yang banyak lebih dari 80 ml
dengan periode pendarahan lebih dari 7 hari. Kejadian ini penyebabnya
sama dengan metroragia.7
Metrorhagia atau Menometrorhargia dapat disebabkan oleh
kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional, serta
penyebab lain :1,9,10
a) Penyebab organik perdarahan bukan haid antara lain :
Vagina : varises pecah, metastase - korio karsinoma, keganasan
vagina,
Serviks : karsinoma portio, perlukaan serviks, polip servik.
25
Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa
mioma uteri.
Tuba falopi : karsinoma tuba, hamil ektopik tuba
Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium
b) Penyebab perdarahan disfungsional
Perdarahan disfungsional adalah perdarahan tanpa disebabkan oleh
kelainan organik pada alat genitalia, tetapi gangguan mata rantai
hormonal hipotalamus - hipofisis dan ovarium.
Perdarahan disfungsional adalah 2 bentuk yaitu :
1) Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir
disfungsional bleeding), disebabkan karena :
Korpus luteum persistens yang menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur.
Insufisiensi korpus luteum karena gangguan LH
(kurangnya produksi progesteron).
Pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
Gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
2) Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulator
disfungsional bleeding) disebabkan karena penurunan kadar
estrogen yang menyebabkan terhambatnya pembentukan
endometrium dan menimbulkan perdarahan yang tidak teratur
sama sekali.
c) Penyebab lain : stress psikologi serta komplikasi dari pemakaian alat
kontrasepsi.
Diagnosis
a) Anamnesis
Bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus
yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea
26
Sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak),
lama perdarahan.1
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikkan tanda-tanda yang
menunjuk ke arah kemugkinan penyakit metabolic, penyakit endokrin,
penyakit menahun dan lain-lain.
Pada pemeriksaan ginekologi perlu dilihat apakah tidak ada
kelainan-kelainan organic, yang menyebabkan perdarahan abnormal
(polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
Pada wanita umur 20 dan 40 tahun kemungkinan besar ialah
kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya. Disini
kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa tindakan tersebut
tidak mengganggu kehamilan yang masih memberi harapan untuk
diselamatkan. 1
Penatalaksanaan
- Tirah baring
- Bila anemia, transfusi darah
Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan
berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk
sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat
diberikan:
a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah
meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara
intramuskular dipropionas estradiol 2,5mg atau benzoas
estradiol 1,5mg atau valeras estradiol 20mg. kekurangan dari
terapi ini adalah setelah suntikan dihentikan, perdarahan
timbul lagi.1
b. Progesterone: pertimbangan disini adalah bahwa sebagian
besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga
pemberian progesterone mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi 27
progesterone 125mg, secara intramuskulus atau dapat
diberikan per dos sehari norethindrone 15 mg atau asetas
medroksi-progesteron (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi.
Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.1
7. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
Sindroma Premenstruasi adalah sindroma yang dialami sebelum
terjadinya menstruasi, biasanya ditandai dengan gejala-gejala fisik,
emosional dan perilaku dan menghilang sesudah haid datang, walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala fisik yang
dapat ditemui seperti: nyeri pada perut, perut kembung, mual atau
muntah, sakit kepala, pembesaran dan nyeri pada payudara, jerawat,
insomnia, dan bengkak pada ekstremitas. Gejala emosional yang didapat
seperti: mudah tersinggung atau iritabilitas, pemarah, cemas atau gelisah,
dan depresi. Gejala perilaku yang didapat seperti: meningkat atau
berkurangnya nafsu makan, mudah lelah dan hipersomnia.1,13
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor
penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan
akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-
kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada
tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga
memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan
prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal
dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron
di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen
28
akan mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6 (piridoksin)
yang dikenal sebagai vitamin anti depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala
premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh
kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan
progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang
terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang
mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami
sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau
normal.
Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan :1,13
a) Edukasi dan konseling
b) Diet makanan
c) Olahraga
d) Prostaglandin sintetik dinhibitor
e) Asam mefenamat (500 mg 3 kali dalam sehari)
f) Psikoterapi suportif
8. Mastodinia
Mastodinia atau mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran
mamma sebelum haid, sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan
relative dari kadar estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam. Pada
pemeriksaan harus diperhatikan adanya radang atau neoplasma.1
Terapi biasanya terdiri atas pemberian diuretikum, sedangkan pada
mastalgia keras kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg
sehari secara sublingual. Bromokriptine dalam dosis kecil dapat
membantu pengurangan penderitaan.1
9. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
29
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar
pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi
mungkin ringan, tetapi mungkin juga berat. Lamanya mungkin hanya
beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2-3 hari. Rasa nyeri
dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang kadang-kadang
sangat sedikit berupa getah berwarna coklat, sedangkan pada kasus lain
dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa.1
Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa
nyerinya tidak mengejang, tidak menjalar dan tidak disertai mual atau
muntah.1 Penanganan umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang
bersangkutan.1
10. Dismenorea
Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada
saat menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Selama dismenorhea
terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga
menyebabkan vasospasme dari arteriol urin yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri disaat menstruasi.1,14,15
Dismenorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai
membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering
bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas
marah. Dikenal adanya dismenorea primer dan sekunder.1
Nyeri haid atau dismenorea ada dua macam :
Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri
haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh
faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan
30
kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan
kesehatan.
Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau
kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip,
tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
Etiologi
Penyebab pasti dismenorea primer belum diketahui. Diduga faktor
psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer
umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab
tersering dismenore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik
genitalia interna.1,14
Patofisiologi
Pada dismenorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan
mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar
progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase
A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang
ada di membran sel endometrium menghasilkan asam arakhidonat.
Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium
akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan
disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa 31
sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.4,6
Pada dismenorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat
menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri.1
Manifestasi Klinis
Dismenorea Primer
Usia lebih muda
Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
Sering pada nulipara
Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
Nyeri timbul mendahului haid
Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
Pemeriksaan pelvik normal
Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
Dismenorea Sekunder
Usia lebih tua
Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
Tidak berhubungan dengan paritas
Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah
Berhubungan dengan kelainan pelvik
Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
Seringkali memerlikan tindakan operatif
32
Terdapat kelainan pelvik
Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan adalah : 1,15
Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan,
lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang
diperlukan psikoterapi.
Pemberian obat analgesik
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat
diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut
bawah untuk mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah
antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa
gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan
penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis
pil kombinasi kontrasepsi.
Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore
primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
33
banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid
mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.
Dilatasi kanalis servikalis
Ini dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran
darah haid dan prostaglandin didalamnya.15
34