SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator,...

101
i SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI KABUPATEN KEBUMEN BKPH GOMBONG UTARA KPH KEDU SELATAN PERUM PERHUTANI UNIT 1 JAWA TENGAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Oleh : Resza Prihantoro H0404055 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator,...

Page 1: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

i

SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP PROGRAM

PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI

KABUPATEN KEBUMEN BKPH GOMBONG UTARA

KPH KEDU SELATAN PERUM PERHUTANI

UNIT 1 JAWA TENGAH

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

Resza Prihantoro H0404055

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

ii

HALAMAN PENGESAHAN

SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP PROGRAM

PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI

KABUPATEN KEBUMEN BKPH GOMBONG UTARA

KPH KEDU SELATAN PERUM PERHUTANI

UNIT 1 JAWA TENGAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Resza Prihantoro

H0404055

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Surakarta,

Mengetahui Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003

Ir. Sugihardjo, MS NIP. 195903051985031004

Arip Wijianto, SP. Msi NIP. 197712262005011002

Ir. Supanggyo, MP NIP. 194710071981031001

Page 3: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga Penulis

dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul ” SIKAP MASYARAKAT DESA

HUTAN TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT DI KABUPATEN KEBUMEN BKPH GOMBONG

UTARA KPH KEDU SELATAN PERUM PERHUTANI UNIT 1 JAWA

TENGAH”.

Penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak mulai

awal penelitian sampai akhir pembuatan Skripsi ini. Berkaitan dengan itu maka

pada penulisan Skripsi ini, Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Much Syamsulhadi, Sp.KJ, selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir. Supanggyo, MP, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang baik dalam studi

penulis maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Arip Wijianto, SP. MSi, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ir. Sugihardjo, MS, selaku Dosen Tamu yang telah memberikan masukan dan

saran dalam perbaikan skripsi ini.

7. Kepala Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang telah memberikan izin

penelitian ini.

8. Admistratur/KKPH Kedu Selatan yang telah memberikan izin penelitian ini.

9. Asper BKPH Gombong Utara yang telah memberikan izin penelitian dan

memberikan data dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Bapak Supriyadi (Mantri BKPH Gombong Utara) yang telah membantu

mencarikan data dan memberikan masukan dalam penelitian ini.

Page 4: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

iv

11. Bapak dan Ibu serta adikku tercinta yang telah memberikan dukungan moril

dan spirituil dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Sri Hesti Hastuti yang telah memberikan waktu, motivasi serta do’anya.

13. Keluarga Bapak Sudaryo Gombong yang telah memberikan izin tempat

tinggal untuk penyelesaian skripsi ini, (Bude Ribut, Mas Wahyu, Mbak Tanti,

Ridho, Mbak Ndaru, Mas Andi, Mbak Damar, Riyon) yang telah memberikan

dukungan dan motivasi serta do’anya.

14. Keluarga Danang Dwi Nugroho yang telah memberikan izin tempat tinggal

untuk penyelesaian skripsi ini dan memberikan dukungan, motivasi serta

do’anya.

15. Ketua dan anggota LMDH Redisari atas kerjasamanya dalam penyelesaian

skripsi ini.

16. Ketua dan anggota LMDH Ngudi Lestari atas kerjasamanya dalam

penyelesaian skripsi ini.

17. Ketua dan anggota LMDH Enggal Maju atas kerjasamanya dalam

penyelesaian skripsi ini.

18. Wayan, Iwan, Widi, Doni, Aziz, Indra, Henry, dan Teman-teman PKP 2004

yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta do’anya.

19. Semua Pihak yang belum Penulis sebut satu persatu yang telah memberikan

bantuannya dalam Penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam isi skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu, Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya. Amin.

Surakarta, April 2010

Penulis

Page 5: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... ix

RINGKASAN .................................................................................................. x

SUMMARY ..................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 4

II. LANDASAN TEORI......................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5

B. Kerangka Berpikir......................................................................... 42

C. Hipotesis........................................................................................ 44

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel............................ 45

E. Pembatasan Masalah ..................................................................... 50

III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 51

A. Metode Dasar Penelitian ............................................................... 51

B. Metode Penentuan Lokasi ............................................................. 51

C. Populasi dan Teknik Sampling ..................................................... 52

D. Jenis dan Sumber Data.................................................................. 54

E. Metode Pengumpulan Data........................................................... 54

F. Metode Analisi Data ..................................................................... 55

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................ 57

A. Keadaan Alam............................................................................... 57

B. Keadaan Penduduk........................................................................ 59

Page 6: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

vi

C. Keadaan Pertanian......................................................................... 63

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 65

A. Faktor Pembentuk Sikap ............................................................... 65

B. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat .......................................................... 75

C. Hubungan Sikap Dengan Program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat ..................................................................... 80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 86

A. Kesimpulan ................................................................................... 86

B. Saran.............................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47

Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota LMDH di BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.................................................................................. 52

Tabel 3. Sampel Penelitian di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah . 53

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data yang digunakan ....................................... 54

Tabel 5. Luas Wilayah LMDH Binaan BKPH Gombong Utara................. 58

Tabel 6. Jenis dan Luas Tanaman di BKPH Gombong Utara..................... 59

Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Sempor pada

tahun 2008..................................................................................... 59

Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Sempor pada tahun 2008............................................................... 60

Tabel 9. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Sempor pada tahun 2008............................................................... 61

Tabel 10. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Sempor

pada tahun 2008 ............................................................................ 62

Tabel 11. Keadaan Tanaman, Luas Panen, Hasil Ubinan, dan Hasil

Produksi di Wilayah Kecamatan sempor tahun 2008 ................... 63

Tabel 12. Jenis dan Jumlah Ternak yang diusahakan di Kecamatan Sempor tahun 2008..................................................................................... 64

Tabel 13. Pengalaman Pribadi Responden sebagai Petani dan Pengalaman

Pribadi responden Bekerjasama dengan Perum Perhutani............ 65

Tabel 14. Frekuensi Berkomunikasi dengan Tokoh Panutan dan Pengaruh Tokoh Panutan dalam Program PHBM ........................................ 66

Tabel 15. Pengaruh Kebudayaan Setempat................................................... 67

Tabel 16. Frekuensi Memperoleh Informasi dan Pengaruh PPL dalam Program PHBM ............................................................................ 68

Tabel 17. Frekuensi Memperoleh Informasi dan Pengaruh Teman LMDH dalam Program PHBM.................................................................. 69

Tabel 18. Frekuensi Memperoleh Informasi dan Pengaruh Suami/Istri dalam Program PHBM.................................................................. 70

Page 8: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

viii

Tabel 19. Frekuensi Memperoleh Informasi dan Pengaruh Tetangga dalam Program PHBM ............................................................................ 71

Tabel 20. Jumlah Media Massa, Frekuensi Menyimak Informasi, dan Isi Materi yang terkandung dalam Program PHBM .......................... 72

Tabel 21. Jenjang Pendidikan yang Ditempuh atau Ditamatkan .................. 74

Tabel 22. Frekuensi Responden Mengikuti Kegiatan Penyuluhan/Pelatihan 74

Tabel 23. Pemahaman Responden terhadap Konsep Program...................... 75

Tabel 24. Pemahaman Responden Terhadap Program PHBM ..................... 76

Tabel 25. Pemahaman Responden Terhadap Tujuan Program ..................... 77

Tabel 26. Sikap Responden Terhadap Pelaksanaan Program ....................... 78

Tabel 27. Sikap Responden Terhadap Hasil program................................... 79

Tabel 28. Kemanfaatan Program Bagi Responden ....................................... 80

Tabel 29. Hubungan Antara Sikap Dengan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat ..................................................................... 80

Page 9: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Mengenai Sikap Dengan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah...................... ................................ 43

Page 10: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

x

RINGKASAN

Resza Prihantoro. H0404055. “ SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI KABUPATEN KEBUMEN BKPH GOMBONG UTARA KPH KEDU SELATAN PERUM PERHUTANI UNIT 1 JAWA TENGAH ”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing Ir. Supanggyo, MP dan Arip Wijianto, SP. MSi.

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai obyek dari masyarakat desa hutan tentunya memperoleh respon evaluatif. Artinya bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian membentuk potensi reaksi terhadap obyek sikap.

Penelitian ini bertujuan Mengkaji sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM, Mengkaji faktor pembentuk sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM, dan Mengkaji hubungan antara sikap dengan program PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

Metode dasar penelitian menggunakan metode Kuantitatif dengan teknik survey. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja di BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang ada di Kabupaten Kebumen yang telah membentuk LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota dan pengurus LMDH yang ada di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Pengambilan sampel dengan teknik proposional random sampling. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pembentuk sikap dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah digunakan uji korelasi Rank Spearman (Rs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor pembentuk sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah termasuk dalam median gabungan skor 3 dengan kategori sedang. Sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah termasuk dalam median gabungan skor 4 dengan kategori tinggi.

Dari analisis Rs dan uji signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman pribadi dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM, terdapat hubungan yang signifikan serta arah hubungan yang positif antara pengaruh tokoh panutan, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain yang di anggap penting, media massa, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM.

Page 11: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xi

SUMMARY

Resza Prihantoro. H0404055. " PUBLIC ATTITUDES TOWARD FOREST VILLAGE JOINT FOREST MANAGEMENT PROGRAMME IN COMMUNITY DISTRICT NORTH KEBUMEN BPKH GOMBONG KEDU PERUM PERHUTANI KPH UNIT 1 SOUTH CENTRAL JAVA." Faculty of Agriculture University of Surakarta Eleven March. Under guidances Ir. Supanggyo, MP and Arip Wijianto, SP. MSI.

Joint Forest Management Program Society as objects village forest communities should obtain evaluative response. It means that the shape of the reaction expressed as the emergence of this attitude is based on the evaluation process in the individual who gives the conclusion of the stimulus in the form of good and evil, positive-negative, pleasant-unpleasant that later formed as a reaction to a potential attitude objects.

This research aims to review the attitudes forest village community towards the PHBM program, the evaluation of the factors that make up the social attitude towards the peoples of the PHBM forest programmes and a review of the relationship between the factors that make up the attitude towards the public attitude towards the peoples of the forests in Kebumen PHBM BPKH North Gombong KPH South Kedu Perum Perhutani unit 1 Central Java program

The basic method of research using quantitative methods with survey techniques. Research a specific location in North Gombong BPKH deliberately KPH South Kedu Perum Perhutani Unit 1, Central Java, which has formed in Kebumen LMDH (Forest Village Community Institution). The population in this study are all members and staff from the existing LMDH in Kebumen BPKH North Gombong KPH South Kedu Perum Perhutani Unit 1, Central Java. Proportional sampling with random sampling. To determine the relationship between the factors that shape attitudes to the attitude of society towards the forest villages in Kebumen PHBM program BPKH North Gombong KPH South Kedu Perum Perhutani Unit 1 Central Java used Spearman's rank correlation test (Rs).

The results showed that the factors that shape public attitudes toward forest villages with community forest management programs in North Gombong KPH Kebumen BPKH South Kedu Perum Perhutani Unit 1, Central Java is included in the combined average score of 3 with the medium category. Forest village community attitudes towards forest management programs with the community in North Gombong KPH Kebumen BPKH South Kedu Perum Perhutani Unit 1, Central Java is included in the combined average score of 4 with a higher category.

From Rs analysis and test of significance at 95% confidence level showed no significant correlation between personal experience with forest villagers' attitudes toward the program PHBM. There is a relationship and positive correlation between the influence of role models, cultural influences, the influence of other people deem important in the mass media, formal and non formal education with public attitudes towards community forest program PHBM.

Page 12: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya hutan dengan beragam isi yang ada di dalamnya bukanlah

sesuatu yang tidak boleh disentuh, melainkan harus dimanfaatkan untuk

kemakmuran umat manusia, terutama yang tinggal di dalam dan di sekitar

hutan. Hal ini sangat penting agar pengelolaan hutan harus dijaga agar tidak

menimbulkan kecemburuan sosial terutama dikalangan masyarakat desa

hutan. Sesuai dengan pernyataan Simon (1993), konsep pembangunan hutan

harus lebih banyak melibatkan masyarakat setempat. Kekuatan yang sifatnya

merusak harus diarahkan menjadi kekuatan yang sifatnya membangun yaitu

dengan menjadi mitra yang sejajar antara kehutanan dan masyarakat sehingga

dapat saling menguntungkan dalam suatu sistem pengelolaan hutan.

Pemanfaatan sumber daya hutan secara maksimal untuk kesejahteraan

seluruh rakyat merupakan tujuan yang luhur dan patut untuk didukung

pencapaiannya. Indonesia memiliki sumber daya yang berlimpah, akan tetapi

kekeliruan pemanfaatannya dimasa lampau membuat negara ini harus

menerima kerusakannya. Pemanfaatan dengan tetap memperhatikan prinsip

kelestarian merupakan batasan yang harus benar-benar kita patuhi. Dengan

memperhatikan prinsip kelestarian, generasi mendatang tetap dapat

mengambil manfaat dari sumber daya tersebut (Arief, 1994).

Prinsip kelestarian dari segi ekonomi, bahwa kegiatan pembangunan

tersebut dapat mendukung kebutuhan ekonomi dari pelakunya. Lestari dari

segi lingkungan, bahwa kegiatan pembangunan tersebut tidak menimbulkan

kerusakan lingkungan, misalnya menyebabkan erosi yang tinggi, aliran

permukaan yang tinggi sehingga menimbulkan banjir, dan sebagainya. Dan

lestari dari segi sosial bahwa kegiatan pembangunan tersebut dapat diterima

masyarakat, tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan nilai budaya

masyarakat (Warsito, 2006).

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ditempuh dalam

rangka meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat

Page 13: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xiii

dalam pemanfaatan sumber daya hutan. Dalam PHBM masyarakat dilibatkan

secara aktif pada pengelolaan hutan baik itu dalam hal perencanaan maupun

pelaksanaan kegiatan kehutanan. Masyarakat setempat yang dimaksud adalah

masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar hutan yang merupakan kesatuan

komunitas sosial didasarkan pada mata pencaharian yang bergantung pada

hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal serta pengaturan tata tertib

kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan. Program pengelolaan hutan

bersama masyarakat merupakan suatu sistem pengelolaan sumber daya hutan

yang dilakukan bersama dengan Perum Perhutani, Lembaga Masyarakat Desa

Hutan (LMDH) dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan jiwa berbagi,

yang artinya berbagi ruang, berbagi waktu, berbagi kegiatan dan berbagi hasil.

Dalam setiap program ataupun kegiatan yang dilaksanakan di suatu

tempat tentunya akan mendapat respons atau sikap oleh sasaran. Menurut

Azwar (1995), sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya

akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya reaksi individual. Sikap mempunyai arah, artinya sikap

terpilih pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah

mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak

terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek.

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) sendiri

dikatakan berhasil apabila tidak merugikan semua pihak (Stakeholders). Untuk

mencapai keberhasilannya sangat diperlukan sikap yang baik dari masyarakat

desa hutan terhadap program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat ini.

Maka penulis ingin mengkaji sikap masyarakat desa hutan terhadap program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang dipimpin oleh Perum Perhutani.

B. Perumusan Masalah

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai kegiatan

dari masyarakat desa hutan tentunya memperoleh respon evaluatif. Artinya

bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh

proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap

stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak

Page 14: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xiv

menyenangkan yang kemudian membentuk potensi reaksi terhadap obyek

sikap.

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah suatu sistem

pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani

dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (Stakeholders)

dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai

keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan yang diwujudkan secara

optimal dan proporsional.

Sikap masyarakat desa hutan sebagai sasaran program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) perlu untuk dikaji karena untuk

mengetahui berhasil tidaknya suatu program dapat dilihat melalui sikap

masyarakat desa hutan tersebut. Menurut Ahmadi (2002), apabila individu

memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia akan siap membantu,

memperhatikan, berbuat sesuatu yang menunjukkan persetujuannya adanya

obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu

obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan

obyek itu.

Dari uraian diatas maka timbul beberapa permasalahan yang nantinya

akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM di

Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum

Perhutani Unit 1 Jawa Tengah?

2. Faktor apa saja yang membentuk sikap masyarakat desa hutan mengikuti

program PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah?

3. Bagaimana hubungan antara sikap masyarakat desa hutan dengan program

PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu

Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah?

Page 15: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xv

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah :

1. Mengkaji sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM di

Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum

Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

2. Mengkaji faktor pembentuk sikap masyarakat desa hutan terhadap

program PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

3. Mengkaji hubungan antara sikap masyarakat desa hutan dengan program

PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu

Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian tentang sikap masyarakat desa hutan terhadap

program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten Kebumen

BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa

Tengah ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih

mendalam tentang sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM

dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi sumber

informasi dalam mengembangkan program PHBM menjadi lebih baik.

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi informasi untuk meneliti lebih

lanjut tentang sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM.

4. Bagi masyarakat, melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

bagaimana sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM dan

penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam setiap mengambil

sikap untuk mengikuti program PHBM.

Page 16: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xvi

5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Kehutanan

Pembangunan kehutanan merupakan bagian dari Pembangunan

Nasional dengan tujuan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

kepentingan pengelolaan sumber daya alam yang berupa hutan.

Pemanfaatan sumber daya alam hutan bila dilakukan sesuai dengan fungsi

yang terkandung di dalamnya, seperti adanya fungsi lindung, fungsi suaka,

fungsi produksi, dan fungsi wisata dengan dukungan kemampuan

pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi,

akan dicapai baik terukur maupun yang dapat diukur berupa produksi,

jasa, energi, dan perlindungan lingkungan (Pamulardi, 1999).

Hutan merupakan salah satu landasan ekosistem yang sangat besar

peranannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dunia. Hutan

menyerap, menyimpan dan mengeluarkan air. Hutan merupakan paru-paru

dunia yang menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen. Hutan

menjaga dan melindungi tanah dari gerusan air dan sapuan angin. Hutan

pun menyediakan bahan makanan, obat-obatan, bahan bakar, bahan

bangunan dan memberi kehidupan bagi seluruh manusia di muka bumi ini.

Pendeknya seluruh fungsi dan kegunaan hutan tidak terbatas dan ternilai

bagi kelangsungan hidup manusia (Gunawan, et al, 1998).

Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan yang lazim

dijumpai di daerah tropis, sub tropis, di dataran rendah maupun

pegunungan, bahkan di daerah kering sekalipun. Pengertian hutan di sini

adalah suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam

lapisan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan

membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan

(Arief, 1994).

Mardikanto (2002), mendefinisikan hutan sebagai suatu kesatuan

ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya hayati yang

Page 17: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xvii

didominasi pepohonan dalam persekutuan lingkungan alam yang satu

dengan yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Dari kedua pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa hutan adalah hamparan lahan berisi

tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dipermukaan tanah, membentuk

suatu kesatuan ekosistem dalam keseimbangan yang dinamis.

Hutan bagi Bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan utuh dalam

sistem kehidupan bangsa sejak zaman dahulu, pada saat ini dan untuk

masa yang akan datang. Para leluhur Bangsa Indonesia telah sejak lama

mengenal, merasakan dan menggunakan hutan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan kehidupannya dengan berlandaskan kepada nilai-nilai dan

norma-norma budaya yang penuh kearifan, kebijakan, serta kesadaran dan

rasa hormat atas hak seluruh mahluk hidup untuk mendapatkan manfaat

dari hutan. Hutan Indonesia yang terdiri atas hutan alam dan hutan

tanaman, sebagian besar berbentuk hutan alam hujan tropis yang selalu

hijau sepanjang tahun dan memilki kekayaan ekonomis, ekologis dan

sosial-budaya yang tak ternilai besarnya. Keseluruhan hutan tersebut

diharapkan berfungsi sebagai ekosistem hutan secara utuh yang berperan

sangat penting dalam penyangga sistem kehidupan dan secara bersama-

sama dapat memenuhi kebutuhan terhadap manfaat-manfaat ekonomis,

ekologis dan sosial budaya secara berkelanjutan (Warsito, 2006).

Menurut Sagala (1994), hutan adalah lahan yang ditumbuhi pohon

yang cukup rapat sehingga tajuknya bertaut satu sama lain. Hutan

dibedakan atas hutan boreal di bagian utara bumi, hutan tropika di bagian

khatulistiwa, dan hutan temporer di antara hutan boreal dan hutan tropika

pada daerah dengan curah hujan lebih kecil dari 1000 mn pertahun.

Menurut surat keputusan dewan pengawas Perum Perhutani nomor

136/KPTS/DIR/2001 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa

hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Pengertian hutan menurut pemerintah

berdasarkan Undang-Undang Pokok Kehutanan No. 5 Tahun 1976 adalah

Page 18: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xviii

suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan

merupakan persekutuan hidup alam hayati, alam lingkungannya dan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan.

Hutan mempunyai beraneka ragam fungsi bagi kehidupan manusia.

Fungsi produksi kayu adalah salah satu fungsi hutan yang telah memberi

sumbangan devisa bagi negara selain migas. Fungsi lain dari hutan yang

sangat penting disamping produksi kayu adalah fungsi sosial bagi

masyarakat, terutama Hutan menurut Ramdan (2001) sebagai sumber daya

alam dengan kekayaan hayatinya bagi masyarakat sekitar hutan.

Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang

nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat

ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis.

Untuk itu hutan harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan

secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik

generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam kedudukannya

sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, hutan telah

memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh karena itu harus

dijaga kelestariannya. Hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi dan

penyeimbang lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan dunia

internasional menjadi sangat penting, dengan tetap mengutamakan

kepentingan nasional (Pambudiarto, 2005).

Rencana dan program kegiatan pembangunan hutan mulai

mengalami pergeseran paradigma serta penyesuaian dalam hal kebijakan.

Kebijakan yang semula dititik-beratkan pada pertumbuhan ekonomi yang

cenderung ke arah eksploitatif, kini diarahkan pada 1) pelestarian fungsi-

fungsi lingkungan hidup, 2) keuntungan ekonomi bergeser menjadi

mengutamakan keuntungan sosial, 3) kelestarian produksi bergeser

menjadi kelestarian lingkungan hidup, dan 4) produksi kayu bergeser

menjadi mengutamakan produksi non kayu (Suwarno, 2007).

Untuk menuju pengelolaan hutan berdasarkan forest resource and

total ecosystem management (hutan dipandang sebagai kesatuan yang utuh

Page 19: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xix

dan integral dari suatu ekosistem), maka diperlukan pula tata aturan yang

mengatur, baik yang bersifat pemantapan aturan yang sudah ada maupun

pembuatan yang baru. Demikian pula halnya dengan kelembagaan

terutama kelembagaan yang mendorong peran aktif masyarakat lokal agar

manfaat produksi/ekonomi, ekologi dan sosial budaya dapat dirasakan

keadilannya baik oleh masyarakat maupun negara dan yang tidak kalah

pentingnya adalah tersedia informasi data yang akurat, komunikatif, dan

transparan. Informasi ini baik yang menyangkut potensi hutan : biofisik,

ekonomi dan sosial budaya maupun informasi yang menyangkut kebijakan

lokal, nasional maupun global (Suwarno, 2007).

Pembangunan kehutanan di Indonesia dewasa ini sudah memasuki

dasa warsa ke 4, terhitung sejak ditetapkannya Undang-undang Pokok

Kehutanan No. 5 tahun 1967 yang kemudian pada Era Reformasi

diperbaharui dengan Undang-undang Kehutanan No. 41/ 1999. Selama

kurun waktu itu, salah satu keberhasilan yang mudah dilihat adalah

tercapainya industrialisasi di sektor kehutanan, lepas dari berbagai macam

persoalan ekologi dan sosial yang ditinggalkannya. Industrialisasi adalah

sebuah keniscayaan dari strategi pembangunan kehutanan yang semasa

Orde Baru memang diarahkan untuk menggenjot perolehan devisa negara.

Hutan adalah sumber devisa yang dicadangkan untuk pengembalian

hutang luar negeri. Melalui sistem HPH (Hak Pengusahaan Hutan),

sumber daya hutan kemudian diserah kelolakan kepada para pemodal

besar untuk melakukan berbagai penetrasi dan ekspansi pasar kayu

utamanya kayu lapis di tingkat internasional. Saat ini setidaknya terdapat

500 HPH (dari yang semula 650), menguasasi kurang lebih 70 juta Ha

hutan produksi di luar Jawa. Sementara itu di Jawa, hutan produksi seluas

kurang lebih 2 juta Ha dimonopolikan kepada satu BUMN, untuk

memproduksi kayu-kayu pertukangan, terutama jati, dan hasil hutan non

kayu lainnya seperti getah pinus dan dammar (Santoso, 2002).

Pembangunan sektor kehutanan sedikit banyak telah ikut memberi

konstribusi yang nyata dalam keseluruhan proses pembangunan.

Page 20: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xx

Konstribusi ini dihasilkan melalui produksi berbagai hasil hutan dan

berbagai jasa yang dihasilkan oleh sumber daya hutan antara lain untuk

sektor pertanian, perindustrian, dan pariwisata. Visi pembangunan

kehutanan adalah terwujudnya kelestarian fungsi hutan sebagai sistem

penyangga kehidupan, memperkuat ekonomi rakyat serta mendukung

perekonomian nasional bagi kesejahteraan masyarakat

(Departemen Kehutanan, 2003).

Bagi Indonesia pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman sudah

dimulai sejak akhir abad yang lalu yaitu untuk hutan jati di pulau Jawa.

Dalam dekade 1980-an dimulai pembangunan hutan tanaman industri di

luar pulau Jawa. Departemen kehutanan telah menetapakan strategi dan

kebijaksanaan jangka panjang dalam membangun dan mengelola sumber

daya hutan yang berupa pergeseran-pergeseran dalam prioritas dan bobot

penanganannya antara lain :

1) Pergeseran dari kelestarian produksi ke kelestarian ekosistem.

2) Pergeseran dari orientasi laba perusahaan ke orientasi laba sosial.

3) Pergeseran ke arah fungsi dan peran hutan milik rakyat.

4) Memberikan peranan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam

rangka lebih berhasilnya pembangunan hutan dan kehutanan

(Pamulardi, 1999).

Kehutanan atau penggolongan hutan adalah aplikasi teknik

pengusahaan dan prinsip-prinsip teknik kehutanan untuk mengoperasikan

sifat-sifat hutan. Kehutanan dapat didefinisikan secara lebih luas sebagai

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia untuk

kepentingan manusia, yang terdapat di dalam dan berasosiasi dengan

kawasan hutan dan kawasan lain yang dikelola secara keseluruhan atau

sebagian untuk tujuan serupa (Simon, 1993).

Tujuan pembangunan kehutanan Indonesia adalah membagi habis

lahan kehutanan Indonesia ke dalam unit pengelolaan yang terdiri atas unit

pengelolaan hutan konservasi, unit pengelolaan hutan produksi, dan unit

Page 21: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxi

pengelolaan kebun kayu. Sedangkan kegiatan pengelolaan lahan

kehutanan Indonesia terbagi manjadi tiga tingkatan yaitu :

1. Penetapan luas dan fungsi hutan di tiap propinsi

2. Penunjukan unit pengelolaan pemasangan batas luar dan pengukuhan

3. Membuat unit pengelolaan tertata penuh dan lestari

Berdasarkan tujuan dan jenis kegiatannya, organisasi pengelolaan lahan

kehutanan disusun menjadi tiga tingkat yaitu tingkat nasional, tingkat

regional dan tingkat unit pengelolaan (Sagala, 1994).

Arah dan kebijaksanaan pembangunan kehutanan dari Pemerintah

secara jelas dan terinci telah dirumuskan dalam tiap Pola Umum

Pembangunan Lima Tahun. Pembangunan kehutanan tidak lepas dari

keseluruhan bidang pembangunan ekonomi, agama, sosial budaya, politik,

hukum, media massa, pertahanan dan keamanan. Azas pembangunan

kehutanan adalah kelestarian. Tujuan dari pembangunan kehutanan adalah

memberi manfaat sebesar-besarnya secara serbaguna, turut membangun

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasar pancasila

(Pamulardi, 1999).

Pelaksanaan pembangunan kehutanan dilakukan melalui berbagai

kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Departemen kehutanan, yang antara

lain dapat dilihat dari lima kebijakan prioritas Departemen Kehutanan,

yaitu :

a. Pemberantasan illegal logging

b. Penanggulangan kebakaran hutan

c. Restrukturisasi sektor kehutanan

d. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

e. Memperkuat pelaksanaan otonomi daerah

Keberhasilan pembangunan kehutanan antara lain ditentukan oleh sejauh

mana penguasaan terhadap teknologi pembangunan kehutanan yang

meliputi teknologi pengelolaan, budidaya, pengelolaan hasil, konservasi

dan perlindungan sumber daya hutan (Departemen Kehutanan, 2003).

Page 22: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxii

Dari pengalaman pelaksanaan pengelolaan hutan yang telah

dilakukan selama ini dapat diperoleh pelajaran bahwa pemanfaatan hutan

yang lebih mengutamakan manfaat ekonomis sempit untuk memenuhi

kebutuhan devisa, pendekatan yang bersifat terpusat tanpa memperhatikan

keragaman karakteristik biofisik hutan dan keadaan sosial budaya

masyarakatnya, tidak demokratis dan mengabaikan hak-hak masyarakat

adat dan masyarakat lokal atas sumberdaya hutan, serta kaidah-kaidah

keilmuan yang mengakar pada norma-norma dan nilai-nilai kearifan

budaya lokal, telah menghantarkan hutan Indonesia kepada keadaan hutan

yang sangat memprihatinkan sebagaimana keadaan pada saat ini. Oleh

karena itu, guna mempertahankan keberadaan dan meningkatkan kualitas

hutan, maka perlu adanya paradigma baru dalam pengelolaan hutan yang

berlandaskan kepada : pengakuan terhadap sistem nilai ekosistem hutan

yang bersifat utuh, pendekatan yang bersifat adaptif dengan

memperhatikan karakteristik biofisik hutan, keragaman sosial budaya dan

kepentingan masyarakat di sekitar hutan, serta menggunakan kaidah-

kaidah keilmuan yang mengakar kepada norma-norma dan nilai-nilai

kearifan budaya lokal dan dengan melakukan pengurusan hutan yang

berlandaskan kepada prinsip-prinsip : manfaat dan lestari, kerakyatan,

keadilan termasuk kesetaraan gender, kebersamaan, keterbukaan,

keterpaduan, mengakui, menghormati, dan melindungi hak masyarakat

hukum adat dan terhadap hak-hak azasi manusia (Warsito, 2006).

2. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek

tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah

pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak.

Lebih mudahnya, sikap adalah kecenderungan evaluatif terhadap suatu

obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi, yakni bagaimana

seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap (Hawkins, et al, 1999).

Page 23: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxiii

Attitude are acquired from other persons through social learning. A process that playes a role in many aspect of social comparison. A basic process that influences man aspects of social behavior.

Sikap diperoleh dari tiap-tiap orang melalui proses pembelajaran sosial.

Sikap juga dibentuk dengan perubahan sosial. Proses dasar yang

dipengaruhi oleh banyak aspek perilaku social

(Baron dan Byrne, 1994 : 120).

Sikap adalah pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari

proses motivasi, persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri

individu dalam berhubungan dengan aspek kehidupannya. Sikap individu

ini dapat diketahui dari beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan

proses kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam

berhubungan dengan obyek sikap (Ramdhani, 2008).

Menurut Rahmat (2001), sikap didefinisikan dalam beberapa hal :

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan

merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai sikap bukan

perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara-cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa

benda, orang, tempat, gagasan atau situasi dan kelompok.

2. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.

3. Sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa sikap

politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami

perubahan.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai

menyenangkan, sehingga sikap didefinisikan sebagai attitudes are like

an dislike.

5. Sikap timbul dari pengalaman tidak dibawa dari sejak lahir, tetapi

merupakan hasil belajar sehingga dapat diperteguh atau diubah.

Sikap mental (attitude) biasanya didefinisikan sebagai konsep

evaluatif yang telah dipelajari dan dikaitkan dengan pola pikiran perasaan

dan perilaku kita. Misalkan saja unsur pikiran (kognitif atau intelektual).

Page 24: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxiv

Pikiran seseorang tentang obyek dari sikap. Mereka biasanya terpengaruh

oleh pengalaman dan informasi (Davidoff, 1991). Sedangkan menurut

Kinnear dan Taylor (1995), sikap adalah proses berorientasi tindakan,

evaluatif, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, dan persepsi awet dari

individu yang berkenaan dengan suatu obyek atau fenomena.

Attitude is a mental and neural state of readiness, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individuals response to all object and situations with which it is related.

Sikap adalah suatu mental dan neural status dari kesiap siagaan, yang

diorganisir melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh

dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang terkait

(Sears, et all, 1997).

Menurut Allport (1935) dalam Azwar (1998) sikap merupakan

semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu obyek dengan cara

tertentu. Kesiapan dalam definisi ini sebagai suatu kecenderungan

potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus

yang menghendaki adanya respon. Sedangkan menurut Mar’at (1984),

sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi

sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada

obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut

dipengeruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari

orang tersebut terhadap obyek.

Attitude means an outlook and a tendency, preparedness or readiness to respond in a favourable manner to particular people, onjects concept or situations.

Sikap berarti sebuah pandangan dan kecenderungan, kesiapan atau

ketersediaan untuk merespon baik atau tidak baik kebiasaan seseorang,

obyek, konsep, paham atau situasi (Mates, 1971).

Page 25: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxv

Attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor.

Sikap adalah suatu kecenderungan yang psikologis yang dinyatakan

dengan, mengevaluasi kesatuan tertentu dengan beberapa derajat tingkat

dari kebaikan atau keburukan (Eagly and Chaiken, 1993).

Pengertian sikap menurut Gerungan (1996), diterjemahkan dengan

kata sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap,

pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap dimana disertai oleh

kecenderungan untuk bertindak sesuatu dengan sikap terhadap obyek tadi.

Jadi sikap lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi

terhadap sesuatu hal.

Attitude is a favourable of favourable evaluative reaction to something or someone, exhibited in one’s belief, feelings or intended behaviour.

Sikap adalah suatu reaksi baik atupun tidak baik pada sesuatu atau

seseorang, kepercayaan yang diperlihatkan dalam satu perasaan atau

perilaku yang diharapkan (Myers, 1983).

Attitude is a disposition to respond favourably or unfavourably to on object, person, institution or even.

Sikap adalah suatu disposisi untuk menggapai dengan baik atau tidak baik

terhadap suatu obyek, orang, istitusi atau peristiwa (Azjen, 1988).

Sikap adalah suatu bangun psikologis. Membangun adalah cara-cara

mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah

yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki

keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan-

kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap tidak

dapat diobservasikan atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus

ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueller, 1996).

Menurut Mar’at (1984), menarik beberapa dimensi arti sikap yang

dipandang sebagai karakteristik sikap dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 26: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxvi

1. Sikap didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan dengan obyek

tertentu, menggugah motif untuk bertingkah laku. Ini berarti bahwa

sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif yang tidak sama

dengan motif, akan tetapi menghasilkan motif tertentu. Motif inilah

yang kemudian menentukan tingkah laku nyata dan terbuka (overt

behavior), sedangkan reaksi afektifnya merupakan reaksi tertutup

(cover). Pada konsep evaluasi ini kemampuan afeksi seakan-akan

menentukan arah dan tingkah laku, namun dinamikanya sendiri

terselubung.

2. Sikap digambarkan pula dalam berbagai kualitas dan intensitas yang

berbeda dan bergerak secara kontinyu dari positif, dari areal netral ke

arah negatif. Variasi kualifikasi ini digambarkan sebagai valensi positif

dan negatif sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Intensitas

sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau ekstrim

negatif. Dalam hal ini terlihat bahwa kualitas dan invensitas sikap

menggambarkan konotasi dari komponen afeksi, sehingga terjadi

kecenderungan untuk dapat bertingkah laku berdasarkan kualitas

emosional.

3. Sikap lebih dipandang sebagi hasil belajar daripada sebagi hasil

perkembangan atau sesuatu yang diturunkan. Ini berarti bahwa sikap

diperoleh melalui interaksi dengan obyek sosial atau peristiwa sosial

sebagia hasil belajar sikap dapat diubah, diacuhkan atau dikendalikan

seperti semula, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama.

4. Sikap memiliki sasaran tertentu. Sasaran dalam hal ini tidak perlu

konkrit akan tetapi dapat bersifat abstrak atau dapat bersifat langsung

dan tidak langsung.

5. Tingkat keterpaduan sikap adalah berbeda-beda. Sikap yang sangat

berpautan akan membentuk suatu kelompok (cluster) yang merupakan

subsistem sikap. Tiap subsistem berpautan satu dengan yang lainnya,

sehingga dapat dijumlahkan dan menunjukkan keseluruhan sistem

sikap dari individu yang dapat dinilai.

6. Sikap bersifat relatif menetap dan tidak berubah.

Page 27: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxvii

Menurut Gerungan (1996), menyatakan ciri-ciri sikap sebagai

berikut :

1. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya

dengan obyeknya.

2. Sikap itu dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari orang atau

sebaliknya, sikap-sikap itu dapat berubah pada orang-orang bila

terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu.

3. Sikap itu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung

relasi tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain. Sikap itu

terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu

obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan

dengan satu obyek saja, tetapi juga berkenaan sederetan obyek-obyek

serupa.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat

inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap,

yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku.

Sebagai hasil evaluasi, sikap yang disimpulkan dari berbagai pengamatan

terhadap obyek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, afektif

(emosi), maupun perilaku. Respon evaluatif dalam bentuk kognitif

meliputi keyakinan yang dimiliki individu terhadap obyek sikap dengan

berbagai atributnya. Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk

merespon secara konsisten, baik positif maupun negatif terhadap suatu

obyek. Dalam pandangan ini, respon yang diberikan individu diperoleh

dari proses belajar terhadap berbagai atribut berkaitan dengan obyek.

Sikap adalah tendensi psikologis yang diekspresikan oleh evaluasi

terhadap entitas tertentu dengan derajat suka atau tidak suka

(Ramdhani, 2008).

Page 28: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxviii

Sikap yang terbentuk pada diri seseorang terhadap suatu obyek,

tergantung secara langsung dari informasi yang ada pada diri orang itu

mengenai ciri-ciri dari obyek tersebut. Struktur sikap terdiri atas tiga

komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen

afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif merupakan

representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen

afektif merupakan perasaan yang menyangkut emosional. Komponen

konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki seseorang (Azwar, 1995).

Psycology ofter describe attitudes as having three components what we think or believe about something (the cognitive component), how we feel about it (the emotional component) and how we act to ward it (the behaviord component). Sometimes these three components are consistent with are another.

Psikologi biasanya menggambarkan sikap mempunyai tiga komponen

yaitu apa yang kita pikirkan atau percaya tentang suatu hal (komponen

kognitif), bagaimana kita merasakan tentang hal tersebut (komponen

emosional) dan bagaimana kita bereaksi terhadap hal itu (komponen

perilaku). Sering kali tiga komponen itu berkaitan antara satu dengan yang

lainnya (Wortman, et al, 1999 : 570).

Reaksi tersebut dapat meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati

atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek lingkungan

yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak dan kebijakan

sosial. Sikap sangat terkait dengan kognisi khususnya dengan keyakinan

tentang sifat benda. Lebih lanjut, sikap juga berkaitan dengan tindakan kita

ambil karena sifat benda tadi. Oleh karena itu, para pakar psikologi sosial

khususnya selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari sistem yang

terdiri dari atas tiga bagian. Keyakinan afektif dan tindakan mencerminkan

komponen perilaku (Atkinson, et al, 1991)

Page 29: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxix

A person’s attitude may always be characterized as pro or con for or against the object. The means that attitude scale have region where thesigh changes. Thi is the neutral region of the scale. The one side of this regionh attitudes grow more positive, to the other side they grow more negative. A score falling within this region most indicate the absence of any attitude, since as we said, attitudes are always positive or negative in some degree.

Sikap setiap orang akan selalu ditandai dengan pro atau kontra/mendukung

atau melawan terhadap suatu obyek. Ini berarti bahwa terdapat skala pada

sikap yang mempunyai daerah masing-masing perubahan tanda yang

disebut skala netral. Pada satu sisi skala ini akan menumbuhkan sikap

positif, disisi laian dapat menumbuhkan sikap negatif. Nilai terendah

dalam wilayah ini pasti mengindikasikan tidak adanya sikap selalu positif

ataupun negatif tergantung dari tingkatannya (Krech, et al, 1962 : 155).

Tindakan sosial individu mencerminkan sikapnya, yakni sistem

yang selalu ada mengenai evaluasi, perasaan emosional, dan

kecenderungan tindakan pro dan kontra dalam kaitannya dengan obyek

sosial. Sasaran suatu sikap dapat berupa apa saja, jadi seseorang dapat

mempunyai suatu kumpulan sikap yang banyak sekali terhadap obyek

dalam dunia fisik yang ada disekelilingnya, namun jumlah sikap seseorang

terbatas. Ia dapat mempunyai sikap hanya dalam kaitannya dengan obyek-

obyek yang ada di alam psikologisnya. Sejauh alam psikologisnya terbatas

maka jenis sikap yang dimilikinya terbatas. Untuk menghadapi berbagai

masalah dalam upaya mencoba memenuhi keinginannya, individu

mengembangkan sikapnya. Ia mengembangkan sikap yang menyukai

obyek dan orang yang memuaskan keinginannya. Perubahan sikap

ditimbulkan melalui terpaan informasi tambahan, perubahan dalam afiliasi

kelompok individu. Pengupayaan modifikasi perilaku ke arah sasaran dan

melalui prosedur yang mengubah kepribadian (Rochmah, 1996).

Sax (1980) dalam Azwar (1998) menunjukkan beberapa

karakteristik sikap yang meliputi :

Page 30: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxx

a. Arah

Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui akan tidak

menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah

memihak atau tidak memihak terhadap suatu obyek sikap.

b. Intensitas

Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama.

Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu,

mungkin tidak sama interaksinya dalam arti yang satu bersikap positif

akan tetapi yang lain bersikap lebih positif lagi daripada yang pertama.

Demikian juga sikap negatif mempunyai derajat kekuatan yang

bertingkat-tingkat.

c. Keluasan

Pengertian keluasan sikap menunjuk kepada luas tidaknya cakupan

aspek obyek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang.

Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap obyek sikap

secara menyeluruh, yaitu terhadap semua semua aspek yang ada pada

obyek sikap.

d. Konsistensi

Ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang

dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek sikap

juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.

e. Spontanitas

Yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk menyatakan sikapnya secara

spontan. Sikap dinyatakan mempunyai spontanitas yang tinggi apabila

sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan

agar subyek menyatakan sikapnya.

Faktor-faktor penentu utama dari sikap adalah karakteristik sikap

sebelumnya, kepribadian individu, dan afiliasinya dengan berbagai

kelompok. Lebih mudahnya perubahan kongruen dibanding perubahan

inkongruen adalah karena pengaruh keekstrimannya, multipleksitasnya,

konsistensinya, saling keterkaitannya, konsonansinya, dan pengaruh fungsi

Page 31: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxi

sikap itu dalam memuaskan keinginan serta kaitannya dengan nilai.

Modifiabilitas sebagian tergantung pada tingkat inteligensi individu. Di

samping itu, individu tertentu mempunyai sifat mudah terbujuk, cenderung

mudah terpengaruh oleh segala jenis komunikasi yang persuasif;

sedangkan individu lainnya lebih bersifat resisten terhadap komunikasi

persuasif. Kebutuhan kognitif dan gaya individu mempengaruhi

kesiapannya untuk menerima perubahan. Sikap yang mempunyai

dukungan sosial yang kuat melalui afiliasi individu dengan kelompok sulit

berubah. Jika seorang individu menghargai keanggotaannya dalam

kelompok, dia akan cenderung berpegang pada sikap yang dianut oleh

kelompoknya demi mempertahankan statusnya (Tarsidi, 2008).

Dalam penelitian ini ukuran Sikap masyarakat desa hutan terhadap

program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dimaksud

meliputi :

1. Konsep Program

Konsep rencana program pengelolaan hutan bersama masyarakat

meliputi : menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan

sebaran yang proporsional, mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang

meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk

mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang

seimbang dan lestari, meningkatkan kemampuan untuk

mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara

partisipatif, berkeadilan dan berwawasan lingkungan sehingga

menciptakan ketahan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap

akibat perubahan eksternal (Sabarudi, 2001).

2. Program PHBM

Program pengelolaan hutan bersama masyarakat berdasarkan

penggunaan kawasan hutan. Di dalam kawasan hutan meliputi :

pengembangan agroforestri, pengamanan hutan melalui pola berbagi

hak, kewajiban dan tanggung jawab, tambang galian, wisata,

pengembangan flora & fauna, pemanfaatan sumber air. Di luar

Page 32: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxii

kawasan hutan, meliputi : Pembinaan masyarakat desa hutan

(pemberdayaan kelompok tani, pemberdayaan kelembagaan hutan,

pengembangan ekonomi kerakyatan) & perbaikan biofisik desa hutan

(pengembangan hutan rakyat, bantuan sarana-prasarana desa). Ruang

lingkup kegiatan PHBM berdasar objek kegiatan. Usaha produktif

berbasis lahan, meliputi : agroforestry, silvofishery, silvopastural,

agrosilvopastural. Usaha produktif bukan lahan, meliputi : pengelolaan

(wisata, tambang galian, sumber mata air), pengembangan peternakan,

dan industri pengelolaan hasil hutan (Sianturi, 2007).

3. Tujuan Program

Tujuan program pengelolaan hutan bersama masyarakat yaitu :

meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas

ekonomi dan sosial masyarakat, meningkatkan peran dan tanggung

jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang

berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan,

meningkatkan mutu sumberdaya hutan, produktivitas dan keamanan

hutan, mendorong dan menyelaraskan pengelolaan sumberdaya hutan

sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah dan sesuai kondisi

dinamika sosial masyarakat desa hutan, dan menciptakan lapangan

kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan

pendapatan masyarakat dan negara (Perum Perhutani, 2001).

4. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan PHBM di bidang pengelolaan hutan, meliputi program-

program sebagai berikut : penyusunan perencanaan petak hutan

pangkuan secara partisipatif dengan melibatkan semua pihak terkait,

perencanaan disusun oleh LMDH, Perum Perhutani dan para pihak

yang berkepentingan dengan pendekatan desa melalui kajian

sumberdaya yang ada di masing-masing desa, Pembinaan Sumberdaya

Hutan, dan Pertisipasi LMDH dalam pengamanan hasil tebangan dan

pengangkutan kayu dari hutan ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK)

(Anonim, 2007).

Page 33: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxiii

5. Hasil Program

Kegiatan berbagi dalam PHBM ditujukan untuk meningkatkan nilai

dan keberlanjutan fungsi serta manfaat sumberdaya hutan. Nilai dan

proporsi berbagi dalam PHBM ditetapkan sesuai dengan nilai dan

proporsi masukan faktor produksi yang dikontribusikan oleh masing-

masing pihak (Perum Perhutani, masyarakat desa hutan, dan pihak

yang berkepentingan). Nilai dan proporsi berbagi ditetapkan oleh

Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan

masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan pada saat

penyusunan rencana yang dilakukan secara partisipatif. Ketentuan

mengenai nilai dan proporsi berbagi dituangkan dalam perjanjian

PHBM antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum

Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang

berkepentingan (Perum Perhutani, 2001).

6. Manfaat Program

Manfaat Program PHBM adalah : Pola tanaman yang sesuai dengan

karakteristik wilayah akan bermanfaat bagi kelanjutan fungsi dan

manfaat sumber daya hutan itu sendiri, Melalui pemanfaatan berbagi

yang jelas akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat desa

hutan melalui pembagian hasil hutan, dan Memberikan manfaat sosial

khususnya dalam menciptakan lapangan kerja serta peningkatan

tekhnologi bagi masyarakat (Perum Perhutani, 2001).

3. Faktor Pembentuk Sikap

Pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia

dan berkenaan dengan obyek tertentu. Interaksi sosial dalam kelompok

maupun di luar kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk

attitude yang baru. Tapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi di

luar kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan

berubahnya attitude atau terbentuknya attitude baru (Gerungan, 1996).

Page 34: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxiv

Orang tidak dilahirkan dengan membawa sikap tertentu. Kita akan

membentuk sikap melalui proses pengamatan, conditioning operant,

conditioning respondent, dan jenis belajar kognitif. Biasanya pengaruh-

pengaruh yang datang itu tercampur ke dalam pengalaman. Meskipun

manusia selalu berusaha untuk mengubah sikap orang lain, ternyata sikap

itu selalu terbentuk agak sukar dirubah. Sikap mental yang sudah

berkembang dengan sangat baik dalam diri seseorang akan memberikan

bentuk pengalaman orang itu terhadap obyek sikap mereka. Hal tersebut

akan mempengaruhi pemilihan informasi yang ada disekeliling individu

tersebut, mana yang akan diperhatikan dan mana yang akan diabaikan.

Meskipun sikap berubah dengan sangat perlahan, ternyata sikap dapat

berganti-ganti bila orang dihadapkan pada informasi dan pengalaman yang

baru (Davidoff, 1991).

Menurut Ahmadi (2002), sikap tumbuh dan berkembang dalam

basis sosial yang tertentu, misalnya : ekonomi, politik, agama dan

sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh

lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan menyebabkan

perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena

perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan

terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu

obyek. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap meliputi

:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu

sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk

menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar.

Pilihan terdapat pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan

motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat

perhatiannya.

b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.

Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok.

Page 35: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxv

Ramdhani (2008), mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh

proses evaluatif yang dilakukan individu. Oleh karena itu, mempelajari

sikap berarti perlu juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi

proses evaluatif, yaitu:

a. Faktor-faktor Genetik dan fisiologik: Sebagaimana dikemukakan

bahwa sikap dipelajari, namun demikian individu membawa ciri sifat

tertentu yang menentukan arah perkembangan sikap ini.

b. Pengalaman Personal : Faktor lain yang sangat menentukan

pembentukan sikap adalah pengalaman personal atau orang yang

berkaitan dengan sikap tertentu. Pengalaman personal yang langsung

dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat daripada pengalaman

yang tidak langsung.

c. Pengaruh orang tua : Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua akan dijadikan role model

bagi anak-anaknya.

d. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat memberi pengaruh

kepada individu. Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha

untuk sama dengan teman sekelompoknya.

e. Media massa adalah media yang hadir di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Ahmadi (2002), sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia

dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun

dari luar yang bersifat positif dan mengesan. Pembentukan dan perubahan

sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya

dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan

antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar,

buku, poster, radio, televisi dan sebagainya. Lingkungan yang terdekat

dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang

terdiri dari : orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki perasaan yang

penting.

Menurut Azwar (1995) dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi

membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang

Page 36: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxvi

dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap

penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga

agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

a. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah

penghayatan itu kemudian membentuk sikap positif ataukah sikap

negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Pembentukan kesan

atau tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks dalam diri

individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana

tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri obyektif yang

memilki stimulus.

b. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap

penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap

gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita

kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant

others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap

sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu

adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman

sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dll. Pada

umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Menurut

Haryadi (2007), kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL) memiliki

peranan dan dampak yang penting terhadap pengembangan dan

pendayagunaan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam

Page 37: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxvii

yang tersedia dalam tatanan paradigma baru sistem pertanian

berkelanjutan.

c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi

corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota masyarakat

asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah

yang dapat memudarkan domonasi kebudayaan dalam pembentukan

sikap individual.

d. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dll mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru lagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi

tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai

sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tersebut.

e. Pengaruh Tokoh Panutan

Dalam proses perubahan, masyarakat memegang peran utama. Sebagai

sub sistem sosial, masyarakat mempunyai sub sistem sosial perorangan

yang penting untuk menemukan pemuka masyarakat yang diteladani

oleh banyak orang. Di dalam kemajemukan budaya bangsa Indonesia,

karakteristik pemuka masyarakat pun akan beragam dari satu tempat

ke tempat lain. Untuk menentukan strategi diseminasi inovasi yang

patut, prasyarat informasi yang harus diketahui penyuluh ialah

memahami mekanisme sosial dan tatanan budaya setempat. Untuk

mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama islam, figur

Page 38: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxviii

perorangan yang berkemampuan mempengaruhi banyak orang di

antaranya adalah habib, kyai, ustadz, dan ajengan. Selain itu pemuka

agama keyakinan lain pun perlu ditelusuri., misalnya pastur, pendeta

dan sebagainya. Pendidikan masyarakat melalui pemuka agama

dengan menyampaikan berbagai dimensi informasi pembangunan

dapat mempercepat proses penyadaran masyarakat tentang inovasi

pembangunan (Vitalaya, 1992).

f. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Apabila

terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang

akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau

mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam

hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan

atau dari agama seringkali menjadi determinan tinggal yang

menentukan sikap.

1. Pendidikan Formal

Menurut Ahmadi (2002), orang berpendapat bahwa mengajarkan

sikap adalah merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-

lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya lembaga

sekolah pun memilki tugas pula dalam membina sikap ini. Tujuan

pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah

mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar memiliki

sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan

pendidikan. Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam

hal ini sekolah memilki tugas untuk membina dan mengembangkan

sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita harapkan. Pada

Page 39: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xxxix

hakekatnya tujuan pendidikan adalah merubah sikap anak didik ke

arah tujuan pendidikan. Peranan sekolah itu jauh lebih luas di

dalamnya berlangsung beberapa bentuk-bentuk dasar daripada

kelangsungan pendidikan pada umumnya ialah, pembentukan

sikap-sikap dan kebiasaan yang wajar.

2. Pendidikan Non Formal

Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan non

formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau

menjelaskan, tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya

agar memilki pengetahuan pertanian dan berusahatani yang luas,

memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif

terhadap sesuatu (informasi) baru, serta terampil melaksanakan

bebagai kegiatan. Sebagai suatu sistem pendidikan non formal,

penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan bagi orang dewasa

yang lebih mengutamakan terciptanya dialog (Mardikanto, 2006).

4. Masyarakat Desa Hutan

Desa Hutan menurut Surat Keputusan Dewan Pengawasan Perum

Perhutani No 136/KPTS/DIR/2001 adalah wilayah desa yang secara

geografis dan administratif berbatasan dengan kawasan hutan atau di

sekitar kawasan hutan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang

ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah (pemerintah pusat) untuk

dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan Negara adalah

hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

Sedangkan Desa PHBM adalah desa hutan yang minimal telah

melaksanakan salah satu tahapan di lapangan meliputi implementasi

PHBM. Masyarakat desa hutan adalah kelompok orang yang bertempat

tinggal di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan

sumber daya hutan untuk mendukung kehidupannya.

Menurut Mardikanto, et al (1996) masyarakat desa hutan adalah

masyarakat yang memiliki kartakteristik sebagai berikut :

Page 40: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xl

a. Kelompok masyarakat ini tinggal di dalam dan di sekitar kawasan

hutan.

b. Hidup dan kehidupannya menggantungkan dari hasil hutan, baik

meramu (mengambil dan mengumpulkan hasil hutan yang berupa

daun-daunan, buah-buahan atau berburu hewan dan menangkap ikan)

maupun membudidayakan beragam komoditi kayu maupun non kayu.

c. Hidup berkelompok, berpindah-pindah dan sangat teguh memegang

nilai-nilai, norma-norma adapt nenek moyang.

d. Hidup relatif tertutup dan terisolir dari lingkungan masyarakat lain dan

relatif tidak terjangkau informasi dari dunia luar.

Gambaran tentang masyarakat desa hutan seperti yang dikemukakan di

atas memang masih sering dijumpai tetapi sudah banyak yang mengalami

perubahan.

Menurut Surat Keputusan Dewan Pengawasan Perum Perhutani No

136/KPTS/DIR/2001 hutan pangkuan desa adalah kawasan hutan negara

yang berada dalam wilayah administratif desa tertentu dan menjadi

wilayah kerja sama antara Perhutani dan LMDH setempat dalam kerangka

sistem PHBM. Dalam kasus-kasus tertentu, batas hutan pangkuan desa

bisa tidak identik dengan batas administratif. Namun demikian

penetapannya harus didasarkan pada kesepakatan segenap pihak, termasuk

desa-desa yang berbatasan. Penetapan batas hutan pangkuan desa harus

diikuti dengan pemasangan tanda batas dan berita acara pembatasan hutan

pangkuan desa.

Menurut Surat Keputusan Dewan Pengawasan Perum Perhutani No

136/KPTS/DIR/2001 Lembaga desa adalah perkumpulan masyarakat yang

ada di pedesaan yang sudah terstruktur dan mempunyai kepengurusan

seperti pemerintah desa, BPD, LPPMD, kelompok tani hutan, PKK, RT,

RW dan karang taruna. Sedangkan pengertian dari Lembaga Masyarakat

Desa Hutan (LMDH) adalah lembaga masyarakat desa yang

berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan sumber daya hutan bersama

masyarakat, yang anggotanya berasal dari unsur lembaga desa atau unsur

Page 41: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xli

masyarakat yang ada di desa tersebut yang mempunyai kepedulian

terhadap sumber daya hutan.

5. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Sumber daya hutan akan memainkan peranan penting dalam

mendifersivikasi ekonomi pedesaan dan menyediakan komoditas maupun

kebutuhan kultural untuk masyarakat modern khususnya di wilayah

dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Hutan dalam keadaan teratur

baik (Fully-Regulated Forest) dapat menyediakan banyak kemungkinan

untuk pembangunan pedesaan, bermanfaat untuk menahan arus urbanisasi,

mengawali pembangunan industri pedesaan, meningkatkan taraf hidup,

menciptakan lapangan kerja di bidang non pertanian dan menyumbang

pendapatan nasional (Gunawan, et al, 1998).

Menurut surat keputusan dewan pengawas Perum Perhutani No.

136/KPTS/DIR/2001 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah

suatu sistem pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama oleh

Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang

berkepentingan (Stakeholders) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan

bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya

hutan yang diwujudkan secara optimal dan proporsional.

Menurut surat keputusan dewan pengawas Perum Perhutani No.

136/KPTS/DIR/2001 pihak yang berkepentingan (Stakeholders) adalah

pihak-pihak yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses

optimalisasi serta berkembangnya PHBM, selain Perhutani dan

masyarakat desa hutan, yaitu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,

lembaga ekonomi masyarakat, lembaga sosial masyarakat, usaha swasta,

lembaga pendidikan dan lembaga donor.

Visi Perhutani adalah pengelolaan sumber daya hutan sebagai

ekosistem di Pulau Jawa secara adil, demokratis, efisien dan professional

guna menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaatnya untuk kesejahteraan

masyarakat.

Page 42: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xlii

Misi Perhutani adalah :

a. Melestarikan dan meningkatkan mutu sumber daya hutan dan mutu

lingkungan hidup.

b. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan berupa barang dan jasa

guna memupuk keuntungan perusahaan dan memenuhi hajad hidup

orang banyak.

c. Mengelola sumber daya hutan sebagai ekosistem secara partisipatif

sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang

optimal bagi perusahaan dan masyarakat.

d. Memberdayakan sumber daya manusia melalui lembaga perekonomian

masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian.

5.1. Maksud dan tujuan PHBM

Pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat

dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumber daya hutan

dengan memadukan aspek-aspek ekonomi, ekologi dan sosial serta

proporsional guna mencapai visi dan misi perusahaan.

Pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat bertujuan

untuk :

a. Meningkatkan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa

hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan

fungsi dan manfaat sumber daya hutan.

b. Meningkatkan peran Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan

pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumber daya

hutan.

c. Menselaraskan kegiatan pengelolaan sumber daya hutan sesuai

dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai kondisi dan

dinamika sosial masyarakat desa hutan.

d. Meningkatkan mutu sumber daya hutan sesuai karakteristik

wilayah.

e. Meningkatkan pendapatan Perum Perhutani, masyarakat desa hutan

dan pihak yang berkepentingan secara simultan.

Page 43: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xliii

5.2. Ruang lingkup kegiatan PHBM

1. Ketentuan Kegiatan

a. Penanaman jenis tanaman pokok hutan disesuaikan dengan

kelas perusahaan dengan memperhatikan fungsi dan ekosistem.

b. Jenis tanaman pagar, sisipan, sela, pengisi dan tanaman tepi

ditetapkan berdasarkan musyawarah.

c. Budidaya dan pengusahaan tanaman semusim dalam kawasan

hutan yang dilaksanakan dengan melibatkan pihak ketiga (yang

dikerjasamakan) harus melibatkan PT. Perhutani (Persero).

d. Penanaman tanaman semusim atau tanaman lain pada lahan

hutan atau lahan di bawah tegakan tidak diperkenankan

mengganggu tanaman kehutanan.

e. Penentuan pola tanam dilaksanakan berdasarkan musyawarah

dengan mempertimbangkan kaidah pembuatan tanaman hutan

dan sosial ekonomi setempat.

2. Obyek dan Jenis Kegiatan

a. Obyek kegiatan pengelolaan sumber daya hutan bersama

masyarakat (PHBM) dapat dilakukan baik di dalam kawasan

hutan yang hak pengelolaannya berada pada Perhutani maupun

di luar kawasan hutan, yaitu sebagai satu kesatuan Daerah

aliran Sungai (DAS) atau Sub Daerah Aliran Sungai (Sub

DAS) beserta isinya melalui pendekatan wilayah administratif

desa.

b. Jenis Kegiatan

1. Dalam kawasan hutan

a) Kegiatan penguasaan hutan yang meliputi bidang

perencanaan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan

dan pemanenan hasil hutan.

Page 44: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xliv

b) Usaha produktif yang berbasis lahan antara lain :

1. Agrisilvikultur

2. Silvofishery

3. Silvopastural

4. Agrosilvopastural

c) Usaha produktif yang berbasis bukan lahan antara lain :

1. Pengelolaan wisata

2. Pengelolaan tambang galian

3. Pengelolaan sumber mata air

4. Pengembangan dan pengusahaan flora

5. Pengembangan dan pengusahaan fauna

6. Pemborongan barang dan jasa

2. Usaha produktif di luar kawasan hutan antara lain :

a. Pengembangan hutan rakyat

b. Pengembangan peternakan

c. Aneka usaha kehutanan seperti perlebahan dan

persuteraan alam

d. Industri pengelolaan hasil hutan

e. Industri kecil/industri rumah tangga

c. Setiap kegiatan pemanfaatan atau penggunaan tanah kawasan

hutan maupun tanah perusahaan dilaksanakan sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Ketentuan kemitraan dalam sistem PHBM pada dasarnya

adalah “kemitraan sejajar” yang masing-masing pihak mempunyai

peran, tanggung jawab dan hak secara proposional, antara lain :

a. Pola kerjasama dalam PHBM adalah :

1. Perhutani bersama lembaga masyarakat desa hutan

2. Perhutani bersama lembaga masyarakat desa hutan serta

pihak lain yang berkepentingan

b. Lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang bekerjasama

dalam pengelolaan hutan diutamakan yang telah berbadan

hukum, dan direkomendasikan serta diajukan oleh

Page 45: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xlv

pemerintahan desa dengan surat permohonan kerjasama kepada

Perhutani.

c. Perjanjian kerjasama ditandatangani oleh Administratur dengan

lembaga MDH, diketahui oleh Kepala Desa atau pejabat

pemerintah yang lebih tinggi dengan dikuatkan oleh Notaris

setempat.

Pihak-pihak yang bekerjasama dalam pengelolaan hutan

bersama masyarakat adalah :

a. Ada 3 (tiga) unsur yang bekerjasama dalam PHBM yaitu :

1. PT. Perhutani (Persero)

2. Lembaga MDH (LMDH)

3. Pihak lain yang berkepentingan (stakeholder), antara lain :

Pemerintah, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga

ekonomi masyarakat, Lembaga sosial masyarakat, Usaha

swasta, Lembaga pendidikan dan Lembaga donor.

b. Pihak lain yang berkepentingan, dapat berperan langsung

(sebagai investor) maupun tidak langsung (sebagai motivator,

dinamisator atau fasilitator) untuk bekerjasama dalam kegiatan

pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat (PHBM).

5.3. Ketentuan Berbagi

Pembagian peran, tanggung jawab dan hasil kegiatan ditetapkan

berdasarkan musyawarah dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan

yang berlaku dan dituangkan dalam perjanjian.

a. Berbagi Peran dan Tanggung Jawab

Berbagi peran dan tanggung jawab masing-masing unsur yang

terlibat dalam kerjasama PHBM diatur dalam hak dan kewajiban

Perhutani, LMDH dan Pihak yang berkepentingan.

b. Berbagi Hasil Kegiatan

1. Hasil hutan kayu

Hasil hutan kayu yang menjadi obyek berbagi adalah kayu

perkakas (jati dan non jati) dan kayu bakar (jati dan non jati)

dari kawasan hutan produksi yang dikelola secara PHBM.

Page 46: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xlvi

Kayu perkakas dan kayu bakar tersebut adalah kayu yang

berasal dari tebangan yang direncanakan meliputi tebang akhir,

tebangan penjarangan, dan tebangan force majeur (tebangan tak

sangka dan tebangan hutan yang dihapuskan).

2. Hasil hutan bukan kayu

Hasil hutan bukan kayu yang menjadi obyek berbagi adalah

getah pinus, kopi, cengkeh, dan getah damar yang dikelola

secara PHBM.

3. Hasil kegiatan produktif

Pembagian hasil usaha produktif dapat berupa barang atau uang

berdasarkan hasil kesepakatan berbagai pihak yang melakukan

kerjasama.

c. Kewajiban Kepada Negara

Kewajiban kepada Negara (PBB, PSDH, Pajak dan retribusi

lainnya) atas pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat

menjadi hak Negara, yang proporsinya untuk Pemerintah Pusat,

Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten/Kota dan lain-lain ditentukan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

5.4. Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

1. Penyusunan, Penilaian dan Pengesahan Rencana

a. Dilakukan secara terintegrasi dan terpadu mulai dari

inventarisasi sumber daya hutan pada penataan ulang, atau pada

saat dilakukan penyusunan rencana tahunan, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

b. Dilakukian bersama-sama antara Perum Perhutani dengan

masyarakat melalui perencanaan partisipatif.

c. Pada saat kegiatan penataan hutan dikoordinasikan oleh Kepala

Seksi Perencanaan Hutan (KPSH) dalam bentuk Rencana

Pengaturan Kelestarian Hutan (RKPH).

d. Diintegrasikan dalam pembangunan wilayah.

Page 47: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xlvii

e. Pada saat penyusunan Rencana Tahunan dikoordinasikan oleh

Administratur/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan

(Adm/KKPH).

f. Dalam kondisi mendesak penyusunan rencana PHBM

disesuaikan dengan kebutuhan. Ketentuan berbagi dalam

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dapat dirumuskan

yaitu :

1. Ditujukan untuk meningkatkan nilai dan keberlanjutan

fungsi serta manfaat sumber daya hutan.

2. Nilai dan proporsinya diterapkan sesuai dengan nilai

proporsi masukan faktor produksi yang dikontribusikan

masing-masing pihak.

3. Nilai dan proporsi ditentukan masing-masing pihak pada

saat penyusunan rencana.

4. Penetapan mengenai nilai dan proporsi berbagi seperti

dimaksud di atas, dituangkan dalam perjanjian PHBM

antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan

pihak yang berkepentingan.

2. Pelaksanaan

a. Tahap pelaksanaan PHBM meliputi :

1. Pengenalan program (sosialisasi internal dan eksternal)

2. Inventarisasi potensi desa (situasi, kondisi dan petak

pangkuan)

3. Persiapan pra kondisi sosial (Dialog multistakeholder,

Pembentukan kelembagaan, Forum komunikasi, dan

Perjanjian kerjasama)

4. Pelaksanaan kegiatan (Renstra)

5. Pemberdayaan masyarakat

6. Pemantauan, penilaian dan pelaporan

b. Tahap pembentukan desa model

1) Pengenalan program (sosialisasi) internal dan eksternal

Page 48: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xlviii

2) Inventarisasi potensi, situasi, dan kondisi desa

3) Inventarisasi potensi petak pangkuan desa

4) Persiapan pra kondisi sosial :

a. Membangun kesepakatan melalui dialog berdasar potret

desa dan potret hutan pangkuannya

b. Pembentukan kelembagaan MDH

c. Pembentukan forum komunikasi PHBM

d. Penyusunan perjanjian kerjasama

5) Pelaksanaan kegiatan

a. Penyusunan rencana kegiatan 5 tahunan

b. Penyusunan rencana tahunan

c. Penilaian dan pengesahan rencana

d. Penerapan rencana kegiatan

6) Pemberdayaan masyarakat

a. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

b. Pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Pemantauan, penilaian, dan pelaporan

5.5. Kelembagaan dan Pemberdayaan

Perusahaan memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada

Kepala Unit untuk mengkoordinasikan PHBM di tingkat Unit dan

Administratur/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (Adm/KKPH)

untuk pelaksanannya di tingkat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).

Guna mendorong proses optimalisasi dan berkembangnya

PHBM dengan menselaraskan kepentingan Perusahaan, Masyarakat

Desa Hutan dan pihak yang berkepentingan dibentuk tim kerja PHBM

dan forum komunikasi PHBM.

Tim kerja PHBM dibentuk di tingkat Unit dan di tingkat

Kesatuan Pemangkuan hutan. Susunan tim kerja PHBM sebagai

berikut :

Page 49: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xlix

A. Tim Kerja PHBM Tingkat Unit

- Penanggung jawab : Kepala Unit

- Ketua : Wakil Kepala Unit

- Sekretaris : Karo Pembinaan SDH

- Anggota : Semua Kepala Biro dan jajarannya

B. Tim Kerja PHBM Tingkat KPH

- Penanggung jawab : Administratur/KKPH

- Ketua : Ajun Administratur/KSKPH

- Sekretaris I : Ajun Adm/KTKU

- Sekretaris II : Asper Penyuluh

- Anggota : Asper/KBKPH beserta jajarannya

C. Forum Komunikasi PHBM Propinsi Jawa Tengah

Ditetapkan oleh Gubernur (berdasar SK Gubernur Jawa Tengah

No. 522/21/2002 tanggal 18 Mei 2002 tentang Pembentukan

Forum Komunikasi Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama

Masyarakat di Jawa Tengah) dengan susunan sebagai berikut :

- Penanggung jawab : Gubernur

- Ketua : Asisten II Sekwilda

- Wakil Ketua : Kepala PT Perhutani (Persero) Unit I

- Wakil Ketua : Kepala Kantor Dinas Kehutanan

- Sekretaris : Kepala Biro Perekonomian Daerah

- Wakil Sekretaris : Kepala Biro Pembinaan SDH

- Anggota : Dinas/Instansi terkait Propinsi

D. Forum Komunikasi PHBM Kabupaten

Ditetapkan oleh Bupati dengan susunan sebagai berikut :

- Penanggung jawab : Bupati

- Ketua : Asisten II Sekwilda

- Sekretaris : PT Perhutani

- Anggota : Dinas/Instansi terkait Tk. II, LSM

Page 50: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

l

E. Forum Komunikasi PHBM Kecamatan

Ditetapkan oleh Camat dengan susunan sebagai berikut :

- Penanggung jawab : Camat

- Ketua : Sekretaris Camat

- Sekretaris : Asper/KBKPH atau KRPH

- Anggota : Instansi terkait dan Lembaga Masyarakat

F. Forum Komunikasi PHBM Desa

Ditetapkan oleh Kepala Desa dengan susunan sebagai berikut :

- Penanggung jawab : Kepala Desa

- Ketua : Sekretaris Desa/Carik

- Sekretaris : KRPH/Mandor

- Anggota : Tokoh dan lembaga masyarakat, Pamong

Desa serta lembaga lain yang ada di desa

tersebut

5.6. Hak dan Kewajiban

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah lembaga

masyarakat desa yang berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan

sumber daya hutan bersama masyarakat, yang anggotanya berasal dari

unsur lembaga desa atau unsur masyarakat yang ada di desa tersebut

yang mempunyai kepedulian terhadap sumber daya hutan.

1. Hak LMDH

a. Bersama Perhutani dan pihak yang berkepentingan menyusun

rencana, melaksanakan, memantau dan menilai pelaksanaan

PHBM.

b. Memperoleh manfaat dari hasil kegiatan sesuai dengan nilai

dan proporsi serta faktor produksi yang dikontribusikan.

2. Kewajiban LMDH

a. Bersama Perhutani dan pihak yang berkepentingan melindungi

dan melestarikan sumber daya hutan untuk keberlanjutan

fungsi dan manfaatnya.

Page 51: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

li

b. Memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan

kemampuannya.

3. Hak Perhutani

a. Memperoleh manfaat dari hasil kegiatan sesuai nilai dan

proporsi faktor produksi yang dikontribusikan.

b. Memperoleh dukungan masyarakat desa hutan dan pihak yang

berkepentingan dalam perlindungan sumber daya hutan untuk

keberlanjutan fungsi dan manfaatnya.

4. Kewajiban Perhutani

a. Bersama LMDH dan pihak yang berkepentingan menyusun

rencana, melaksanakan, memantau dan menilai pelaksanaan

PHBM.

b. Memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan rencana.

c. Mempersiapkan sistem, struktur dan budaya perusahaan yang

kondusif.

d. Bekerjasama dengan Masyarakat Desa Hutan pihak yang

berkepentingan dalam rangka mendorong proses optimalisasi

dan berkembangnya kegiatan.

5. Hak Pihak yang berkepentingan

a. Bersama Perhutani dan pihak yang berkepentingan menyusun

rencana, melaksanakan, memantau dan menilai pelaksanaan

PHBM.

b. Memperoleh manfaat dari hasil kegiatan sesuai dengan nilai

dan proporsi serta faktor produksi yang dikontribusikan.

6. Kewajiban Pihak yang berkepentingan

a. Bersama Perhutani dan pihak yang berkepentingan melindungi

dan melestarikan sumber daya hutan untuk keberlanjutan

fungsi dan manfaatnya.

b. Memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan

kemampuannya.

Page 52: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lii

7. Hak Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota

Memperoleh PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), PSDH (Provisi

Sumber Daya Hutan) pajak dan retribusi lainnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

8. Kewajiban Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota

a. Membimbing dan memberdayakan Masyarakat Desa Hutan

b. Ikut mengamankan sumber daya hutan

c. Memfasilitasi kegiatan PHBM

d. Bersama-sama PT Perhutani (Persero), MDH dan pihak yang

berkepentingan, mendorong proses optimalisasi dan

berkembangnya kegiatan.

5.7. Pemantauan, Penilaian dan Pelaporan

a. Pemantauan proses pelaksanaan PHBM dilakukn oleh Perhutani,

LMDH dan pihak yang berkepentingan dengan PHBM.

b. Penilaian terhadap PHBM dilakukan minimal 6 bulan sekali oleh

tim kerja dan forum komunikasi pada tiap-tiap tingkatan.

c. Sasaran penilaian adalah :

1. Perkembangan penerapan PHBM

2. Mutu sumber daya hutan

3. Pendapatan MDH

4. Kinerja Perhutani

5. Kontribusi terhadap keuangan daerah

6. Peran dan tanggung jawab Perhutani, LMDH dan pihak yang

berkepentingan dalam PHBM.

d. Dari hasi pemantauan dan penilaian disusun pelaporannya yang

akan diatur mekanismenya mengacu pada pedoman pelaporan dan

penilaian PHBM.

Page 53: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

liii

B. Kerangka Berpikir

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatau stimulus yang menghendaki

adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang

dinyatakan sebagai timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-

buruk, positif-negatif, menyenagkan-tidak menyenangkan, yang kemudian

mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap (Azwar, 1998).

Dalam penelitian ini, sikap masyarakat desa hutan terhadap Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Desa Hutan di Kabupaten Kebumen

BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa

Tengah didefinisikan sebagai respon masyarakat desa hutan terhadap program

tersebut. Sikap masyarakat desa hutan terhadap Program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat Desa Hutan di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong

Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah dapat dilihat

dari pengetahuan masyarakat desa hutan terhadap program tersebut meliputi :

konsep program, program PHBM, tujuan program, pelaksanaan program, hasil

program dan manfaat program. Hasil akhir dari proses pemikiran masyarakat

desa hutan dalam merespon program tersebut adalah masyarakat desa hutan

akan bersifat sangat positif, positif, netral, negatif dan sangat negatif.

Menurut Azwar (1998), diantara berbagai faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan

lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Adapun variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengalaman pribadi, pengalaman tokoh

panutan, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

media massa, pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Page 54: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

liv

Dari uraian diatas, maka secara sistematis kerangka berpikir dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Mengenai Hubungan Antara Sikap Dengan

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten

Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani

Unit 1 Jawa Tengah.

Sikap Sangat Positif Petani memiliki pengetahuan, tanggapan dan kecenderungan bertindak yang sangat setuju terhadap konsep, program PHBM, tujuan, pelaksanaan, hasil, dan manfaat program

Sikap Negatif Petani memiliki pengetahuan, tanggapan dan kecenderungan bertindak tidak setuju terhadap konsep, program PHBM, tujuan, pelaksanaan, hasil, dan manfaat program

Sikap Sangat Negatif Petani memiliki pengetahuan, tanggapan dan kecenderungan bertindak yang sangat tidak setuju terhadap konsep, program PHBM, tujuan, pelaksanaan, hasil, dan manfaat program

Faktor Pembentuk Sikap : 1. Pengalaman

Pribadi 2. Pengalaman

Tokoh Panutan 3. Pengaruh

Kebudayaan 4. Pengaruh Orang

Lain Yang Di Anggap Penting

5. Media Massa 6. Pendidikan

Formal 7. Pendidikan Non

Formal

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : 1. Konsep Program 2. Program PHBM 3. Tujuan Program 4. Pelaksanaan

Program 5. Hasil Program 6. Manfaat

Program

Sikap Positif Petani memiliki pengetahuan, tanggapan dan kecenderungan bertindak yang setuju terhadap konsep, program PHBM, tujuan, pelaksanaan, hasil, dan manfaat program

Sikap Netral Petani memiliki pengetahuan, tanggapan dan kecenderungan bertindak netral terhadap konsep, program PHBM, tujuan, pelaksanaan, hasil, dan manfaat program

Page 55: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lv

C. Hipotesis

1. Hipotesis Mayor

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Kabupaten Kebumen

BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa

Tengah.

2. Hipotesis Minor

a. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman pribadi

dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM di

Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan

Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

b. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh tokoh

panutan dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM

di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan

Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

c. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh

kebudayaan dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program

PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu

Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

d. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain

yang di anggap penting dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap

program PHBM di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

e. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara media massa dengan

sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM di Kabupaten

Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani

Unit 1 Jawa Tengah.

f. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal

dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM di

Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan

Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

Page 56: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lvi

g. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non

formal dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM

di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan

Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

a. Faktor Pembentuk Sikap (Variabel Bebas)

Merupakan faktor dalam diri responden yang dapat membentuk

sikap responden terhadap Program PHBM di Kabupaten Kebumen

BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1

Jawa Tengah yang meliputi :

1. Pengalaman pribadi adalah pengalaman responden menjadi petani

dan pengalaman responden bekerjasama dengan Perum Perhutani

dalam mengikuti program pengelolaan hutan bersama masyarakat

selama 1-15 tahun diukur dengan skala ordinal.

2. Pengaruh tokoh panutan adalah informasi atau acuan yang

diperoleh dari tokoh panutan (Asper Perhutani dan Pamong Desa)

yang berkaitan dengan program pengelolaan hutan bersama

masyarakat dan dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam 1

bulan diukur dengan skala ordinal.

3. Pengaruh kebudayaan adalah adat istiadat tradisional masyarakat

setempat yang mempengaruhi pola pikir masyarakat desa hutan

dalam hal mengikuti program pengelolaan hutan bersama

masyarakat, diukur dengan skala ordinal.

4. Pengaruh orang lain yang dianggap penting adalah saran atau

perintah dari orang-orang yang dianggap penting seperti PPL,

teman dalam LMDH, suami/istri, dan tetangga mengenai semua hal

yang berkaitan dengan program pengelolaan hutan bersama

masyarakat dalam kurun waktu 1 tahun, diukur dalam skala

ordinal.

Page 57: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lvii

5. Media massa adalah saluran komunikasi (media cetak dan media

elektronik) yang menyampaikan pesan-pesan atau informasi

kepada masyarakat desa hutan tentang program pengelolaan hutan

bersama masyarakat, diukur dengan skala ordinal.

6. Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan dibangku sekolah

yang pernah dicapai oleh responden dari tidak sekolah/tidak tamat

SD sampai dengan perguruan tinggi, diukur dengan skala ordinal.

7. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh

masyarakat desa hutan di luar bangku sekolah (pelatihan,

penyuluhan) dalam 1 tahun, diukur dengan skala ordinal.

b. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program PHBM di Kabupaten

Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani

Unit 1 Jawa Tengah (Variabel Terikat)

Sikap masyarakat desa hutan diukur dengan memberikan

rangsangan berupa pernyataan positif maupun negatif yang disusun

dan dikembangkan dari aspek-aspek Program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat, meliputi konsep program, program PHBM,

tujuan program, pelaksanaan program, hasil program, dan manfaat

program. Selanjutnya responden diminta memberikan respons berupa

sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju atau sangat tidak setuju

terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada responden yang

kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert. Menurut Faisal

(1992), pada skala Likert, subyek penelitian dihadapkan pada

pernyataan positif dan negatif (dalam jumlah yang berimbang) dan

mereka diminta untuk menyatakan apakah sangat setuju, setuju, tidak

punya pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dengan skala

Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Sikap

Page 58: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lviii

masyarakat desa hutan terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah didekati dengan

variabel yaitu :

1. Konsep program adalah pemahaman mengenai program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

2. Program PHBM adalah pemahaman suatu sistem pengelolaan

sumber daya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani

dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan

(Stakeholders) untuk jenis kegiatan dalam program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

3. Tujuan program adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

4. Pelaksanaan program adalah pemahaman terhadap realisasi dari

keseluruhan rencana yang ada dalam program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM).

5. Hasil program adalah pemahaman terhadap sesuatu yang telah

dicapai dari program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM).

6. Manfaat program adalah sesuatu keadaan akhir program yang

dapat dinikmati dan bermanfaat terhadap masyarakat desa hutan.

2. Pengukuran Variabel

Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian No Variabel Indikator Kriteria Skor 1.

Faktor Pembentuk Sikap : a. Pengalaman pribadi b. Pengaruh tokoh panutan

Lamanya responden sebagai petani. Lamanya responden bekerja sama dengan Perum Perhutani. Frekuensi berkomunikasi dengan tokoh panutan (berapa kali/bulan).

> 14 tahun 11 bulan 11 tahun – 14 tahun 11 bulan 6 tahun – 10 tahun 11 bulan 1 tahun – 5 tahun 11 bulan < 1 tahun > 3 tahun 11 bulan 3 tahun 11 bulan 2 tahun 11 bulan 1 tahun 11 bulan < 1 tahun > 3 kali 3 kali 2 kali 1 kali Tidak pernah

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Page 59: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lix

c. Pengaruh kebudayaan d. Pengaruh orang lain yang

dianggap penting : 1. Pengaruh PPL

2. Pengaruh teman dalam lembaga masyarakat desa hutan

3. Pengaruh suami/istri

4. Pengaruh tetangga

e. Media massa

Seberapa besar tokoh panutan memberikan pengaruh dalam program PHBM. Seberapa besar pengaruh kebudayaan setempat. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun. Seberapa besar pengaruh PPL dalam program PHBM. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun. Seberapa besar pengaruh teman dalam lembaga masyarakat desa hutan terhadap program PHBM. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun. Seberapa besar pengaruh suami/isteri dalam program PHBM. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun. Seberapa besar pengaruh tetangga dalam program PHBM.

Jumlah media massa yang dimanfaatkan responden (radio, TV, koran, majalah, jurnal ilmiah) dalam 1 bulan. Frekuensi menyimak tentang informasi yang

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil > 12 kali 9-12 kali 5-8 kali 1-4 kali Tidak pernah Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil > 12 kali 9-12 kali 5-8 kali 1-4 kali Tidak pernah Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil > 9 kali 7-9 kali 4-6 kali 1-3 kali Tidak pernah Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil > 9 kali 7-9 kali 4-6 kali 1-3 kali Tidak pernah Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil > 3 jenis 3 jenis 2 jenis 1 jenis Tidak menggunakan > 9 kali 7-9 kali

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4

Page 60: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lx

2.

f. Pendidikan formal g. Pendidikan non formal Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program PHBM : a. Konsep program b. Program PHBM c. Tujuan program d. Pelaksanaan program e. Hasil program

berkaitan dengan kehutanan dalam 1 bulan. Isi materi yang terkandung dalam informasi yang diakses dari media massa. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh/ditamatkan oleh responden. Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan dalam 1 tahun. Pemahaman responden terhadap konsep.

Pemahaman responden terhadap program. Pemahaman responden terhadap tujuan program. Sikap responden terhadap pelaksanaan program. Sikap responden terhadap hasil program.

4-6 kali 1-3 kali Tidak pernah menyimak Sangat bermanfaat Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat Sangat tidak bermanfaat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak sekolah-Tidak tamat SD > 12 kali 9-12 kali 5-8 kali 1-4 kali Tidak pernah Menjawab dan benar > 2 Menjawab dan benar 2 Menjawab dan benar 1 Menjawab tidak ada yang benar Tidak bisa menjawab Bisa menyebutkan > 5 isi program Bisa menyebutkan 4-5 isi program Bisa menyebutkan 2-3 isi program Bisa menyebutkan 1 isi program Tidak bisa menyebutkan Bisa menyebutkan 5 tujuan Bisa menyebutkan 4 tujuan Bisa menyebutkan 2-3 tujuan Bisa menyebutkan 1 tujuan Tidak bisa menyebutkan Aktif membantu dan melaksanakan seluruh tugas Aktif membantu dan melaksanakan sebagian tugas Kurang aktif membantu dan menjalankan sebagian tugas Kurang aktif membantu dan mengabaikan tugas Tidak aktif dan mengabaikan tugas Jika hasil program sangat sesuai dengan harapan responden Jika hasil program sesuai dengan harapan responden Jika hasil program cukup sesuai dengan harapan responden

3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2

1

5

4

3

2

1

5 4 3 2 1

5

4

3

2

1

5

4

3

Page 61: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxi

f. Manfaat program

Kemanfaatan program bagi responden.

Jika hasil program kurang sesuai dengan harapan responden Jika hasil program tidak sesuai dengan harapan responden Jika program sangat bermanfaat bagi responden Jika program bermanfaat bagi responden Jika program cukup bermanfaat bagi responden Jika program kurang bermanfaat bagi responden Jika program tidak bermanfaat bagi responden

2

1

5

4

3

2

1

E. Pembatasan Masalah

1. Masyarakat desa hutan yang diambil sebagai sampel adalah masyarakat

yang menjadi pengurus dan anggota lembaga masyarakat desa hutan yang

ada di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan

Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

2. Faktor pembentuk sikap yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada

faktor pengalaman pribadi, pengalaman tokoh panutan, pengaruh

kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa,

pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Page 62: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxii

51

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang memusatkan pada

pengumpulan data kuantitatif yang berupa angka-angka untuk kemudian

dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis kuantitatif yang berupa

analisis statistika (deskriptif, parametrik, dan non parametrik) maupun dengan

menggunakan perhitungan matematika (Mardikanto, 2006).

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

survei. Teknik survei adalah penelitian yang dilaksanakan dengan mengambil

sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat

pengumpul data dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel

(Singarimbun dan Effendi, 1995). Sedangkan menurut Daniel, et al (2005),

survei adalah pengamatan yang kritis untuk mendapatkan penjelasan dari

masalah tertentu dalam daerah atau lokasi tertentu.

B. Metode Penentuan Lokasi

Teknik penentuan atau pemilihan lokasi pada penelitian ini dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi,

1995). Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah BKPH Gombong

Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang ada di

Kabupaten Kebumen yang telah membentuk LMDH (Lembaga Masyarakat

Desa Hutan), menandatangani MoU (Kesepakatan Kerjasama) nomor :

223/042.3/SPSDH/Can/I dan telah mengadakan kerjasama dengan pihak

Perhutani. Perjanjian kerjasama LMDH Redisari dilaksanakan pada tanggal 29

September 2005, LMDH Enggal Maju dilaksanakan pada tanggal 26 April

2005, dan perjanjian kerjasama LMDH Ngudi Lestari dilaksanakan pada

tanggal 14 Januari 2004. Ketiga hal tersebut sangat diperlukan dalam

pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Page 63: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxiii

Kabupaten Kebumen ini juga dipilih karena terdapat tiga Resort

Pemangkuan Hutan (RPH) yaitu RPH Sempor, RPH Giyanti dan RPH

Kedungbulus. Sedangkan di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten

Banjarnegara hanya terdapat satu Resort Pemangkuan Hutan (RPH).

Kelebihan dari RPH Sempor, RPH Giyanti dan RPH Kedungbulus

dibandingkan dengan RPH yang lainnya adalah adanya pengelolaan lahan di

bawah tegakan (PLDT) tanaman kapulaga, PLDT tanaman jenitri, PLDT

tanaman kopi luas 15 Ha, PLDT tanaman cengkeh luas 83 Ha, PLDT tanaman

jarak pagar, dan tanaman pinus dijadikan sebagai hutan lindung karena

lokasinya dekat dengan waduk Sempor. Sehingga tanaman pinus yang sudah

tua/sudah tidak berproduksi getahnya tidak boleh ditebang.

Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota LMDH di BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

No Kabupaten RPH LMDH Jumlah Anggota 1. 2. 3.

Banyumas Kebumen Banjarnegara

Bogangin Sempor Giyanti Kedungbulus Kalimandi

Sapto Argo Sekar Sari Wana Guna Wana Mukti Redisari Alam Lestari Enggal Maju Rejeki Agung Rimba Sari Wono Lestari Ngudi Makmur Ngudi Lestari Reksa Wana Makmur Abadi Mulya Wana Cipta Setia Kawan

614 437 599 177 238 145 625 420 431 397 212 345 336 72 163 76

Sumber : Data Administratif Petak BKPH Gombong Utara Tahun 2008

C. Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Mardikanto (2002) populasi adalah keseluruhan individu,

keadaan atau gejala yang dijadikan obyek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh anggota dan pengurus LMDH yang ada di

Page 64: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxiv

Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum

Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

2. Teknik Sampling

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proposional random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak

dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-

sub populasi tersebut (Narbuko dan Achmadi, 2003).

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 60 orang masyarakat desa hutan yang diambil dari LMDH yang

ada di masing-masing RPH yaitu LMDH Redisari (RPH Sempor), LMDH

Enggal Maju (RPH Giyanti) dan LMDH Ngudi Lestari (RPH

Kedungbulus) karena LMDH tersebut jumlah masyarakat desa hutan yang

mengikuti program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

lebih banyak dibandingkan dengan LMDH yang lainnya. Untuk penentuan

jumlah sampel dari masing-masing LMDH tersebut dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

xnNnk

ni =

Dimana, ni : Jumlah sampel dari masing-masing LMDH

nk : Jumlah anggota LMDH dari masing-masing LMDH

N : Jumlah anggota LMDH dari seluruh sampel

n : Jumlah sampel yang diambil

Tabel 3. Sampel Penelitian di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

No RPH LMDH Jumlah Anggota Jumlah Responden

1.

2.

3.

Sempor

Giyanti

Kedungbulus

Redisari

Enggal Maju

Ngudi Lestari

238

625

345

12

31

17

Jumlah 1208 60

Sumber : Analisis Data Sekunder Tahun 2008

Page 65: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxv

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data pokok dan data

pendukung. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data Yang Digunakan Sifat Data No Data Yang Digunakan

Pr Sk Kn Kl Sumber Data

1. 2. 3.

Data Pokok Identitas Responden a. Nama Responden b. Umur Faktor Pembentuk Sikap a. Pengalaman Pribadi b. Pengaruh Tokoh Panutan c. Pengaruh Kebudayaan d. Media Massa e. Pendidikan Formal f. Pendidikan Non Formal Sikap Petani Terhadap Program PHBM a. Konsep Program b. Program PHBM c. Tujuan Program d. Pelaksanaan Program e. Hasil Program f. Manfaat Program g. Korbanan Masyarakat Data Pendukung 1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian

X X

X X X X X X

X X X X X X X

X X X

X

X X X

X X X

X X

X X

X X X X X X X

X X X

Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan Masyarakat Desa Hutan BKPH Gombong Utara Kecamatan Sempor Kecamatan Sempor

Keterangan : Pr = Primer Kn = Kuantitatif Sk = Sekunder Kl = Kualitatif

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti di lapangan yang meliputi pengamatan daerah

penelitian dan pencatatan informasi di daerah penelitian tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung dengan

menggunakan kuisioner sebagai panduannya.

Page 66: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxvi

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen dari instansi terkait. Dari metode ini diperoleh

data mengenai jumlah penduduk sebagai masyarakat desa hutan,

pendidikan, umur dan hal-hal yang berhubungan dengan responden.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk dapat mengetahui sikap dari masyarakat desa hutan terhadap

program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) digunakan

skala Likert. Menurut Faisal (1992), pada skala Likert, subyek penelitian

dihadapkan pada pernyataan positif dan negatif (dalam jumlah yang

berimbang) dan mereka diminta untuk menyatakan apakah sangat setuju,

setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk

menganalisis sikap masyarakat desa hutan terhadap program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menggunakan metode tabulasi

silang. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), analisa tabulasi silang

atau teknik elaborasi adalah metode analisa yang paling sederhana tetapi

memiliki daya menerangkan cukup kuat untuk menjelaskan hubungan

antar variabel.

2. Skala yang digunakan adalah skala ordinal sehingga untuk mengetahui

pusat-pusat kecenderungan adalah pada nilai tengah atau median

(Mardikanto, 2006). Dengan demikian faktor-faktor pembentuk sikap

diperoleh dari nilai tengah (median) jawaban-jawaban dari setiap

pertanyaan.

3. Sedangkan untuk mengetahui derajat hubungan antara faktor pembentuk

sikap dengan sikap petani terhadap program Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah digunakan uji korelasi

Rank Spearman (Rs) dengan rumus Siegel (1997) sebagai berikut:

NN

dirs

N

i

--=å=3

1

261

Page 67: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxvii

Dimana : rs = koefisien korelasi rank spearman

N = banyaknya sampel

di = selisih antara ranking dari variabel

Jika N besar (lebih dari 10), uji signifikansi terhadap nilai yang diperoleh

dengan menggunakan besarannya nilai t dengan taraf signifikansi 95%

dengan rumus:

21

2

rs

Nrst

--

=

Kriteria uji :

1. Apabila t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak, berarti ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan program Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara

KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

2. Apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara sikap dengan program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) di Kabupaten Kebumen BKPH

Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa

Tengah.

Page 68: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxviii

57

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Toppgrafis

Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Giyanti, RPH Sempor dan RPH

Kedungbulus merupakan wilayah dari bagian kesatuan pemangkuan hutan

(BKPH) Gombong Utara yang termasuk ke dalam wilayah Kesatuan

Pamangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan, Perum Perhutani Unit 1 Jawa

Tengah. Secara administrativ BKPH Gombong Utara Terletak di wilayah

Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara.

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gombong Utara

merupakan salah satu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan

di bawah PT. Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Secara administrasi bagian

kesatuan pemangkuan hutan Gombong Utara berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : BKPH Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara

- Sebelah Selatan : BKPH Gombong Selatan Kabupaten Kebumen

- Sebelah Timur : BKPH Karanganyar Kabupaten Kebumen

- Sebelah Barat : BKPH Banyumas Kabupaten Banyumas

BKPH Gombong Utara mempunyai ketinggian tempat di atas 2000

m dpl keadaan topografi secara umum adalah terjal, curam, berbatu dan

berbukit sehingga dapat diklasifikasikan dalam kelas kelerengan terjal

(>40%). Jenis tanah di BKPH Gombong Utara meliputi Grumusol, latusol

dan aluvial. Kepekaan terhadap erosi cukup tinggi, kesuburan tanah tinggi.

Lembaga masyarakat Desa Hutan (LMDH) Enggal Maju, LMDH

Ngudi Lestari, dan LMDH Redisari terletak di kecamatan Sempor dengan

keadaan tanah berbukit-bukit atau pegunungan mempunyai batas wilayah

sebagai berikut:

- Sebelah Barat : Kecamatan Buayan, Kecamatan Rowokele

- Sebelah Timur : Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Karanggayam

- Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kuwarasan, Kecamatan Gombong

Page 69: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxix

Wilayah kecamatan Sempor terletak antara 7o-8o Lintang Selatan

dan 109o—110o Bujur Timur. Dengan luas wilayah 10.244 Ha. Menurut

penggungannya terdiri dari tanah sawah 1.244 Ha, tanah kering 4.838 Ha

dan 3.933 Ha hutan Negara. Kecamatan Sempor terbagi menjadi 16 desa,

terdiri dari 6 desa wilayah pegunungan, 4 desa pegunungan dan daratan, 5

desa dataran atau perkotaan, dan 1 desa dataran atau pedesaan.letak desa

yang ada di kecamatan Sempor ini dikelilingi hutan dan jauh dari pusat

pemerintahan. Mengenai jarak desa tersebut dengan kota kecamatan yaitu

± 15 Km dan jarak desa dengan kota kabupaten ± 45 Km.

2. Keadaan Iklim

Wilayah BKPH Gombong Utara pada kecamatan Sempor

mempunyai suhu minimum 24,6oC dan suhu maximumnya 27,2oC, dengan

curah hujan 2.589 mm/tahun dan jumlah hari hujan 112 mm/hari. Tekanan

udara rata-rata tiap tahunnya 1.019,3 mm, rata-rata tiap tahun lembab nisbi

83% dan rata-rata tiap tahun kecepatan angin 1,35.

3. Luas dan Panggunaan Hutan

Luas wilayah hutan BKPH Gombong Utara adalah 6.945,8 Ha. Dari

luas wilayah hutan tersebut, BKPH Gombong Utara terdiri dari 5 resort

pemangkuan hutan dan 16 lembaga masyarakat desa hutan. Wilayah

binaan BKPH Gombong Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Luas Wilayah LMDH binaan BKPH Gombong Utara Wilayah Administratif No RPH LMDH

Desa Kecamatan Kabupaten

Akta Notaris

Luas (Ha)

1 Bogangin Sapto Argo Banjar Panepen Sumpyuh Banyumas 27-11-2002 943 2 Bogangin Sekar Sari Bogangin Sumpyuh Banyumas 27-02-2007 506,9 3 Bogangin Wana Guna Watu Agung Tambak Banyumas 27-02-2007 1.014,4 4 Bogangin Wana Mukti Kemawi Somogede Banyumas 10-10-2003 311,6 5 Sempor Redisari Bonosari Sempor Kebumen 28-09-2005 311,2 6 Sempor Alam Lestari Sempor Sempor Kebumen 15-12-2007 246,1 7 Giyanti Enggal maju Sampang Sempor Kebumen 07-04-2005 495,4 8 Giyanti Rejeki Agung Wonoharjo Rowokele Kebumen 28-09-2005 244,2 9 Giyanti Rimba sari Giyanti Rowokele Kebumen 28-09-2005 222,8 10 Giyanti Wono lestari Wagirpandan Rowokele Kebumen 28-09-2005 164,5 11 Kedungbulus Ngudi Makmur Semali Sempor Kebumen 13-01-2004 469,3 12 Kedungbulus Ngudi Lestari Kedung Wringin Sempor Kebumen 13-01-2004 519,1 13 Kedungbulus Reksa Wana Donorejo Sempor Kebumen 13-01-2004 1.067,5 14 Kalimandi Makmur Abadi Kebenaran Mandiraja Banjarnegara 15-12-2007 117,1 15 Kalimandi Mulya Wana Cipta Kaliwungu Mandiraja Banjarnegara 15-12-2007 122,4 16 Kalimandi Setia Kawan Somowangi Mandiraja Banjarnegara 28-05-2008 19,9

Jumlah 6.495,8

Sumber: Data Administratif Petak BKPH Gombong Utara tahun 2009

Page 70: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxx

Penggunaan lahan hutan di BKPH Gombong Utara dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 6. Jenis dan Luas Tanaman di BKPH Gombong Utara No Jenis Tanaman Luas (Ha) 1. Pinus 5996,2 2. RBC 120,6 3. Mahoni 113,3 4. Jati 153,1 5. Sengon 65,8 6. Albasia 37,8 7. Lapangan dengan tujuan istimewa (LDTI) 9

Jumlah 6.495,8

Sumber: Laporan Kemajuan Pekerjaan BKPH Gombong Utara tahun 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa jenis tanaman yang ada di BKPH Gombong

Utara paling banyak adalah tanaman pinus luas 5996,2 Ha. Sedangkan untuk

tanaman RBC, mahoni, jati, sengon, albasia dan LDTI merupakan tanaman sela

dan pengisi. Tanaman pinus yang ada di BKPH Gombong Utara merupakan

tanaman pokok yang dapat menghasilkan getah.

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk menurut umur di kecamatan Sempor dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Sempor pada tahun 2008

No Kelompok umur Jumlah penduduk (Orang) Prosentase (%) 1. 0-14 18719 28,45 2. 15-64 42194 64,13 3. >65 4879 7,42

Jumlah 65792 100

Sumber: BPS Kecamatan Sempor Dalam Angka Tahun 2008

Pada tabel 7 menunjukan bahwa banyaknya penduduk yang

tergolong belum produktif 18.719 jiwa dan penduduk produktif sebesar

42.194 jiwa sedangkan penduduk tidak produktif sebesar 4.879 jiwa.

Dengan melihat angka tersebut maka Angka Beban Tanggungan (ABT)

atau Dependency Ratio dengan rumus sebagai berikut :

Page 71: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxi

Dependency Ratio = x 100% (usia 0-14 tahun) + (usia ≥65 tahun)

(usia 15-64 tahun)

= x 100%

(18.719) + (4.879)

(42.194)

= 55,93%

Dari angka beban tanggungan sebesar 55,93% berarti bahwa 100 orang

produktif menanggung beban 56 orang penduduk non produktif. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Sempor berusia

produktif yang merupakan penopang penyelenggaran kegiatan

perekonomian di kecamatan tersebut. Dengan banyaknya penduduk di

Kecamatan Sempor yang termasuk kelompok penduduk berusia produktif

akan sangat berdampak pada kegiatan perekonomian di kecamatan

tersebut. Hal ini dikarenakan penduduk termasuk golongan produktif

merupakan tenaga kerja yang potensial dalam penyelenggaraan kegiatan

ekonomi dalam bidang pertanian maupun bidang yang lainnya.

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Sempor

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Sempor tahun 2008

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) 1. Laki-laki 33.283 2. Perempuan 32.509

Jumlah 65.792

Sumber: BPS Kecamatan Sempor Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di

Kecamatan Sempor pada tahun 2008 adalah 33.283 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan adalah sebesar 32.509 jiwa. Dari data tersebut dapat

dicari sex ratio yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk

laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

Page 72: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxii

Sex Ratio = Jumlah penduduk perempuan x 100% Jumlah penduduk laki-laki

= 33.283 x 100% 32.509

= 102,38% Dari sex ratio di Kecamatan Sempor yaitu 102,38% mempunyai arti bahwa

dalam 100 perempuan terdapat 102 laki-laki, berarti jumlah penduduk

laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan. Dengan

melihat keadaan penduduk menurut sex ratio diatas, penduduk Kecamatan

Sempor mempunyai perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan cukup berimbang sehingga ketersediaan tenaga kerja laki-laki

sebanding dengan tenaga kerja perempuan. Dengan keadaan tersebut,

diharapkan kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat lebih

produktif, karena kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat banyak

menggunakan tenaga kerja laki-laki

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Sempor

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sempor tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Prosentase (%) 1. PNS 553 3,6 2. ABRI 108 0,6 3. Swasta 1.572 10,1 4. Pensiunan 321 2,1 5. Pertanian Tanaman Pangan 9.405 60,5 6. Perkebunan 185 1,2 7. Perikanan 19 0,1 8. Perhutanan 47 0,3 9. Peternakan 6 0,1 10. Pertanian Lainnya 3.255 21 11. Penggilingan padi 25 0,2 12. Traktor 37 0,2

Jumlah 15.533 100

Sumber: BPS Kecamatan Sempor Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 9 menunjukkan bahwa mata pencaharian terbesar penduduk di

Kecamatan Sempor adalah pertanian tanaman pangan yaitu 60,5% atau

Page 73: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxiii

9.405 jiwa, pertanian lainnya 21% atau 3.255 jiwa dan swaata 10,1% atau

1.572 jiwa. Sedangkan untuk mata pencaharian yang lain menyebar secara

merata. Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian disebabkan

karena adanya sumberdaya alam yang potensial, yang mampu mendukung

pelaksanaan kegiatan usahatani wilayah kecamatan tersebut. Selain itu

juga disebabkan oleh adanya budaya dan sikap mental penduduk yang

menganggap bahwa petani adalah mata pencaharian yang sudah lama

mereka lakukan dan mereka tidak mempunyai keahlian selain bercocok

tanam. Sedangkan mata pencaharian sebagai swasta (pedagang, tukang

kayu, dan tukang batu) yang dimiliki oleh sebagian penduduk sangat

dipengaruhi oleh ketrampilan dan modal yang dimiliki. Jadi tanpa modal

atau ketrampilan yang memadai akan sulit untuk menjalani profesi ini.

4. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar pada

pembangunan dan usaha peningkatan sumber daya manusia yang

merupakan pelancar pembangunan. Keadaan penduduk menurut

pendidikan di Kecamatan Sempor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 10. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Sempor tahun 2008

No. Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%) 1. Tidak tamat SD-belum sekolah 18.924 28,8 2. Tamat SD 29,008 44,1 3. Tamat SLTP 10.216 15,5 4. Tamat SLTA 6.758 10,3 5. Tamat DI/DII 411 0,6 6. Tamat DIII 195 0,3 7. Tamat DIV/SI 280 9,4

Jumlah 65.792 100

Sumber: BPS Kecamatan Sempor Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 10 menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Sempor

berdasarkan pendidikannya terbesar adalah tamat SD yaitu sebanyak 29.008

jiwa atau 44,1% kemudian tidak tamat SD - belum sekolah sebanyak 18.924

jiwa atau 28,8%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat

pendidikan yang pernah dicapai oleh penduduk Kecamatan Sempor

tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan karena kesadaran penduduk

Page 74: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxiv

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masih kurang

dan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Dengan tingkat

pendidikan yang masih rendah tersebut, sebagian besar penduduk

Kecamatan sempor banyak bekerja di sektor informal yang tidak

memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan kondisi alam

lingkungannya. Sektor pekerjaan informal tersebut seperti : petani dan

swasta (pedagang, tukang kayu, dan tukang batu). Pekerjaan tersebut lebih

lebih banyak mencurahkan tenaga dibandingkan dengan pikirannya.

C. Keadaan Pertanian

Kegiatan pertanian yang diusahakan di wilayah Kecamatan Sempor

meliputi pertanian dan dibidang perternakan. Tanaman pertanian yang

diusahakan meliputi: padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan ketela pohon.

Secara rinci keadaan pertanian di Kecamatan Sempor dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 11. Keadaan Tanaman, Luas Panen, Hasil Ubinan, dan Hasil Produksi di Wilayah Kecamatan Sempor tahun 2008

No Tanaman Luas Panen (Ha)

Hasil Ubinan (Kw/Ha)

Hasil Produksi (ton)

1. Padi sawah dan padi ladang 2459 170,32 15.489,76 2. Jagung 148 42,91 605,57 3. Kedelai 10 11,72 11,72 4. Kacang hijau 397 42,91 258,66 5. Ketela pohon 1309 112.04 14.666,26

Sumber: BPS Kecamatan Sempor Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 11 menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan tananam yang

mempunyai areal panen terluas yaitu 2.459 Ha dengan hasil produksi

15.489,76 ton. Selanjutnya ketela pohon luas panen 1309 Ha dengan hasil

produksi 14.666,26 ton. Kemudian tanaman kacang hijau luas panen 397 Ha

dengan hasil prosuksi 268,66 ton. Tanaman jagung luas panen 148 Ha dengan

hasil produksi 605,57 Ton. Tanaman kedelai luas panen 10 Ha dengan hasil

produksi 11,72 ton. Pada musim kemarau banyak lahan sawah yang tidak

memungkinkan untuk ditanami padi karena ketersediaan airnya terbatas dan

merupakan sawah tadah hujan. Dengan demikian petani beralih menanam

Page 75: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxv

tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang hijau dan ketela pohon.

Tanaman palawija ini lebih tahan oleh keadaan kering.

Keadaan peternakan yang diusahakan di wilayah Kecamatan Sempor

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Jenis Dan Jumlah Ternak Yang Diusahakan di Kecamatan Sempor tahun 2008

No Jenis Ternak Jumlah (ekor) 1. Sapi 743 2. Kerbau 279 3. Kambing 6.670 4. Ayam buras 46.868 5. Itik 2.072 6. Angsa 90

Sumber: BPS Kecamatan Sempor Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 12 menunjukkan bahwa ayam buras merupakan jenis ternak

terbanyak yang ada di wilayah kecamatan Sempor selanjutnya kambing, itik,

sapi, kerbau dan angsa juga merupakan jenis ternak yang diusahakan di

Kecamatan Sempor. Jumlah ternak kerbau 279 ekor lebih sedikit

dibandingkan dengan jumlah ternak sapi 743 ekor karena ternak sapi lebih

menguntungkan dan lebih cepat menghasilkan daripada ternak kerbau.

Page 76: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxvi

65

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Pembentuk Sikap

Faktor pembentuk sikap masyarakat desa hutan terhadap pengelolaan

hutan bersama masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara

KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah : pengalaman pribadi, pengaruh tokoh panutan,

pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media

massa, pendidikan formal dan pendidikan non formal.

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dalam penelitian ini adalah pengalaman

responden menjadi petani dan bekerjasama dengan Perum Perhutani dalam

mengikuti program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk

mengetahui pengalaman pribadi dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 13. Pengalaman Pribadi Responden sebagai Petani dan Pengalaman Pribadi Responden Bekerjasama dengan Perum Perhutani

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Lamanya responden sebagai petani

>14thn 11bln 11thn-14thn 11bln 6thn-10thn 11bln 1thn-5thn 11bln

<1thn

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

46 2

10 2 -

76,7 3,3

16,7 3,3 0

5

Jumlah 60 100 2. Lamanya

responden kerjasama dengan Perhutani

>3thn 11bln 3thn 11bln 2thn 11bln 1thn 11bln

<1thn

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

29 18 13 - -

48,3 30

21,7 0 0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa pengalaman responden sebagai

petani termasuk dalam median skor 5 dengan kategori sangat tinggi

sebanyak 46 orang (76.7%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar

responden sejak dari kecil sudah belajar dari orang tua mereka menjadi

petani. Pengalaman responden sebagai petani dalam kategori tinggi

sebanyak 2 orang (3,3%), kategori sedang sebanyak 10 orang (16,7%) dan

pengalaman responden sebagai petani dalam kategori rendah sebanyak 2

orang (3,3%). Pengalaman responden sebagai petani dalam kategori

Page 77: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxvii

rendah karena responden bekerja sebagai non petani maka dengan adanya

program PHBM responden beralih pekerjaan/mencari pekerjaan

sampingan dengan mengelola lahan hutan dan belajar sebagai petani.

Tabel 13 dapat dilihat bahwa pengalaman responden bekerjasama

dengan Perum Perhutani termasuk dalam median skor 4 dengan kategori

tinggi sebanyak 18 orang (30%). Hal ini disebabkan karena dengan

dibentuknya LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang bekerjasama

dengan Perum Perhutani kehidupan keseharian responden akan lebih

terjamin, karena responden beranggapan bahwa dengan adanya LMDH

tersebut responden dapat memperoleh lapangan pekerjaan yang baru atau

juga mendapatkan pekerjaan sampingan dengan mengelola dan

memanfaatkan hasil hutan misalnya : mengelola lahan hutan dan

menyadap getah pinus.

2. Pengaruh Tokoh Panutan

Pengaruh tokoh panutan dalam penelitian ini adalah informasi atau

acuan yang diperoleh dari tokoh panutan (Asper Perhutani dan Pamong

Desa) yang berkaitan dengan program pengelolaan hutan bersama

masyarakat dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Untuk

mengetahui pengaruh tokoh panutan dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 14. Frekuensi berkomunikasi dengan tokoh panutan dan pengaruh tokoh panutan dalam program PHBM

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Frekuensi berkomunikasi dengan tokoh panutan dalam 1 bulan

>3 kali 3 kali 2 kali 1 kali

Tidak pernah

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

6 - 3

22 29

10 0 5

36,67 48,33

2

Jumlah 60 100 2. Seberapa besar pengaruh

tokoh panutan memberikan pengaruh dalam program PHBM

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

10 21 - -

29

16,67 35 0 0

48,33

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa frekuensi berkomunikasi dengan

tokoh panutan dalam 1 bulan termasuk dalam median skor 2 dengan

kategori rendah sebanyak 22 orang (36,67%). Hal ini disebabkan karena

Page 78: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxviii

pertemuan/rapat rutin Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang

diadakan 35 hari sekali anggota sering tidak hadir dan tokoh panutan yang

di undang juga sering tidak hadir, ini disebabkan pengaruh tempat atau

lokasi serta jarak yang kurang mendukung untuk mengadakan komunikasi

antara masyarakat desa hutan dengan tokoh panutan.

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa tokoh panutan memberikan

pengaruh dalam program PHBM termasuk dalam median skor 4 dengan

kategori tinggi sebanyak 21 orang (35%). Hal ini disebabkan karena

masyarakat desa hutan dapat mengambil keputusan untuk mengikuti

program PHBM yang bekerjasama dengan pihak Perhutani. Dengan

adanya informasi dan pengaruh dari tokoh panutan, maka masyarakat desa

hutan mengetahui program PHBM tersebut. Sehingga dapat menciptakan

lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat desa hutan, menjaga

kelestarian hutan dan memanfaatkan lahan hutan yang ada.

3. Pengaruh Kebudayaan

Pengaruh kebudayaan dalam penelitian ini adalah adat istiadat

tradisional masyarakat setempat yang mempengaruhi pola pikir

masyarakat desa hutan dalam mengikuti program PHBM. Untuk

mengetahui pengaruh kebudayaan dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 15. Pengaruh Kebudayaan Setempat No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Seberapa besar pengaruh kebudayaan setempat

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

43 17 - - -

71,67 28,33

0 0 0

5

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa pengaruh kebudayaan dalam

mengikuti program PHBM termasuk dalam median skor 5 dengan kategori

sangat tinggi sebanyak 43 orang (71,67%). Hal ini disebabkan karena

kebudayaan yang melekat pada masyarakat desa hutan seperti kegiatan

Berkah Bumi dapat membantu keselamatan masyarakat desa hutan dalam

mengikuti program PHBM dan meningkatkan hasil hutan. Kegiatan

Page 79: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxix

Berkah Bumi dilakukan dengan cara memberikan sebagian hasil bumi

mereka untuk mengadakan syukuran yang diadakan setiap Rojab dan Suro.

Dengan adanya kegiatan tersebut maka masyarakat desa hutan akan

percaya bahwa kegiatan Berkah Bumi ini merupakan kegiatan positif dan

tidak merugikan bagi masyarakat desa hutan. Selain kegiatan Berkah

Bumi, terdapat kegiatan kebudayaan yang lainnya seperti karawitan,

wayang, qosidahan, tayub dan kuda lumping sebagai sarana hiburan bagi

masyarakat desa hutan.

4. Pengaruh Orang Lain Yang Di Anggap Penting

Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam penelitian ini

adalah saran atau perintah dari orang-orang yang dianggap penting seperti

PPL, teman dalam LMDH, suami/istri, dan tetangga mengenai semua hal

yang berkaitan dengan program PHBM.

a) Pengaruh PPL

Pengaruh PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) adalah saran atau

perintah dari PPL untuk mendapatkan informasi, petunjuk, serta

nasehat mengenai program pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Untuk mengetahui pengaruh dari PPL dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 16. Frekuensi memperoleh informasi dan Pengaruh PPL dalam program PHBM

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

>12 kali 9-12 kali 5-8 kali 1-4 kali

Tidak pernah

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

- - 6

22 32

0 0

10 36,67 53,33

1

Jumlah 60 100 2. Seberapa besar

pengaruh PPL dalam program PHBM

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

- - 6

22 32

0 0

10 36,67 53,33

1

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa frekuensi memperoleh

informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1

tahun termasuk dalam median skor 1 dengan kategori sangat rendah

sebanyak 32 orang (53,33%). Hal ini disebabkan karena masyarakat

Page 80: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxx

desa hutan kurang aktif untuk datang ke acara rapat rutin LMDH dan

datang ke kecamatan untuk mendapatkan informasi-informasi seputar

pertanian dalam arti luas, ini disebabkan pengaruh tempat atau lokasi

serta jarak yang kurang mendukung untuk mengadakan komunikasi

antara masyarakat desa hutan dengan PPL (Penyuluh Pertanian

Lapang).

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa pengaruh PPL (Penyuluh

Pertanian Lapang) dalam program PHBM termasuk dalam median skor

1 dengan kategori sangat rendah sebanyak 32 orang (53,33%). Hal ini

disebabkan karena masyarakat desa hutan jarang bertemu dengan PPL

bahkan tidak pernah bertemu dengan PPL. Ini disebabkan karena pihak

Perhutani juga tidak menyediakan PPL. Pihak Perhutani hanya

menyediakan mandor produksi, mandor transportasi, mandor tanam,

dan mandor sadap. Sehingga masyarakat desa hutan lebih sering

mendapatkan informasi, petunjuk, serta nasehat dari mandor produksi,

mandor transportasi, mandor tanam, dan mandor sadap.

b) Pengaruh Teman Dalam LMDH

Pengaruh teman dalam LMDH adalah saran atau perintah dari

teman dalam LMDH untuk mendapatkan informasi, petunjuk, serta

nasehat mengenai program pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Untuk mengetahui pengaruh dari teman dalam LMDH dapat dilihat

tabel di bawah ini :

Tabel 17. Frekuensi memperoleh informasi dan Pengaruh teman LMDH dalam program PHBM

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

>12 kali 9-12 kali 5-8 kali 1-4 kali

Tidak pernah

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

- 13 -

47 -

0 21,67

0 78,33

0

2

Jumlah 60 100 2. Seberapa besar

pengaruh teman dalam LMDH terhadap program PHBM

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

12 48 - - -

20 80 0 0 0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Page 81: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxi

Tabel 17 dapat dilihat bahwa frekuensi memperoleh informasi,

petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

termasuk dalam median skor 2 dengan kategori rendah sebanyak 47

orang (78,33%). Hal ini disebabkan karena masyarakat desa hutan

kurang aktif menghadiri pertemuan/rapat rutin LMDH yang diadakan

setiap 35 hari sekali. Anggota LMDH lebih menggantungkan atau

mengandalkan pengurus LMDH saja sehingga pada waktu

pertemuan/rapat rutin yang hadir paling banyak pengurus LMDH.

Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa pengaruh teman dalam LMDH

terhadap program PHBM termasuk dalam median skor 4 dengan

kategori tinggi sebanyak 48 orang (80%). Hal ini disebabkan karena

dengan adanya LMDH dan pengaruh teman LMDH maka informasi,

petunjuk serta nasehat dari teman LMDH dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan program PHBM

ini juga merupakan kegiatan positif serta tidak merugikan bagi

masyarakat desa hutan.

c) Pengaruh Suami/Istri

Pengaruh suami/istri adalah saran atau perintah dari suami/istri

untuk mendapatkan informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai

program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk mengetahui

pengaruh dari suami/istri dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 18. Frekuensi memperoleh informasi dan Pengaruh suami/istri dalam program PHBM

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

>9 kali 7-9 kali 4-6 kali 1-3 kali

Tidak pernah

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

19 3

10 -

28

31,66 5

16,67 0

46,67

3

Jumlah 60 100 2. Seberapa besar

pengaruh suami/istri dalam program PHBM

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

- 32 - -

28

0 53,33

0 0

46,67

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Page 82: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxii

Tabel 18 dapat dilihat bahwa frekuensi memperoleh informasi,

petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

termasuk dalam median skor 3 dengan kategori sedang sebanyak 10

orang (16,67%). Hal ini disebabkan karena suami/istri jarang

berkomunikasi mengenai program PHBM, mereka lebih sering

berkomunikasi tentang kebutuhan atau kehidupan sehari-hari

keluarganya. Kadang-kadang suami/istri juga sempat memberikan

petunjuk atau nasehat mengenai program PHBM, misalnya : menjaga

kelestarian hutan dan memanfaatkan hasil hutan.

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa pengaruh suami/istri terhadap

program PHBM termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi

sebanyak 32 orang (53,33%). Hal ini disebabkan karena suami/istri

saling membantu dan mendukung adanya program PHBM ini,

sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi

mereka. Program PHBM ini juga dapat menambah pengahasilan bagi

keluarganya.

d) Pengaruh Tetangga

Pengaruh tetangga adalah saran atau perintah dari tetangga untuk

mendapatkan informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program

pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk mengetahui pengaruh

dari tetangga dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 19. Frekuensi memperoleh informasi dan Pengaruh tetangga dalam program PHBM

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Frekuensi memperoleh informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

>9 kali 7-9 kali 4-6 kali 1-3 kali

Tidak pernah

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

43 - 9 5 3

71,67 0

15 8,33

5

5

Jumlah 60 100 2. Seberapa besar

pengaruh tetangga dalam program PHBM

Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

4 53 - - 3

6,67 88,33

0 0 5

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 19 dapat dilihat bahwa frekuensi memperoleh informasi,

petunjuk serta nasehat mengenai program PHBM dalam 1 tahun

Page 83: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxiii

termasuk dalam median skor 5 dengan kategori sangat tinggi sebanyak

43 orang (71,67%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar tetangga

responden juga ikut anggota LMDH. Walaupun tetangga dan

responden jarang/kadang-kadang mengikuti rapat rutin anggota

LMDH, mereka lebih sering berkomunikasi dan bertukar pendapat di

rumah maupun di lahan atau di hutan.

Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa pengaruh tetangga terhadap

program PHBM termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi

sebanyak 53 orang (88,33%). Hal ini disebabkan karena dengan

adanya program PHBM ini, sehingga dapat menciptakan lapangan

pekerjaan yang baru bagi mereka. Program PHBM ini dapat

menambah pengahasilan bagi masyarakat desa hutan dan program

PHBM ini juga merupakan kegiatan positif serta tidak merugikan bagi

masyarakat desa hutan.

5. Media Massa

Media massa dalam penelitian ini adalah saluran komunikasi yang

menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada masyarakat desa hutan

tentang program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk

mengetahui media massa yang digunakan responden dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 20. Jumlah media massa, Frekuensi menyimak informasi, dan Isi materi yang terkandung dalam program PHBM

No Uraian Kriteria Kategori Skor S (orang)

Prosentase (%)

Me

1. Jumlah media massa yang dimanfaatkan responden (radio, TV, koran, majalah, jurnal ilmiah) dalam 1 bulan

> 3 jenis 3 jenis 2 jenis 1 jenis

Tidak menggunakan

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

6 4

20 17 13

10 6,67 33,33 28,33 21,67

2

Jumlah 60 100 2. Frekuensi menyimak

tentang informasi yang berkaitan dengan kehutanan dalam 1 bulan

> 9 kali 7-9 kali 4-6 kali 1-3 kali

Tidak pernah menyimak

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

- -

14 33 13

0 0

23,33 55

21,67

2

Jumlah 60 100 3. Isi materi yang

terkandung dalam informasi yang diakses dari media massa

Sangat bermanfaat Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat Sangat tidak bermanfaat

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

6 41 13 - -

10 68,33 21,67

0 0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Page 84: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxiv

Tabel 20 dapat dilihat bahwa jumlah media massa yang

dimanfaatkan masyarakat desa hutan (radio, TV, koran, majalah, jurnal

ilmiah) dalam 1 bulan termasuk dalam median skor 2 dengan kategori

rendah sebanyak 17 orang (28,33%). Hal ini disebabkan karena

masyarakat desa hutan menganggap media massa yang digunakan

hanya berfungsi sebagai sarana hiburan. Untuk memperoleh informasi

tentang kehutanan melalui media massa sangat jarang/kadang-kadang.

Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa frekuensi menyimak tentang

informasi yang berkaitan dengan kehutanan dalam 1 bulan termasuk

dalam median skor 2 dengan kategori rendah sebanyak 33 orang

(55%). Hal ini disebabkan karena masyarakat desa hutan tidak

mempunyai waktu luang untuk mengakses media massa dan

jarang/kadang-kadang memperoleh informasi tentang kehutanan atau

program PHBM.

Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa isi materi yang terkandung

dalam informasi yang diakses dari media massa termasuk dalam

median skor 4 dengan kategori tinggi sebanyak 41 orang (68,33%).

Hal ini disebabkan karena masyarakat desa hutan mengaku bahwa

walaupun jarang memanfaatkan media massa, sekali mendapatkan

informasi tentang kehutanan atau program PHBM yang didapatkan

dari media massa dapat menambah pengetahuan. Sehingga informasi

yang didapat oleh masyarakat desa hutan dapat diterapkan di lapang/di

hutan, misalnya : pencegahan kebakaran hutan, longsor, illegal loging

(pencurian kayu), pelatihan pembibitan tanaman, sistem tanam, sistem

sadap, dan sistem tumpang sari.

6. Pendidikan Formal

Pendidikan formal dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan

dibangku sekolah yang pernah dicapai oleh masyarakat desa hutan dari

tidak sekolah/tidak tamat SD sampai dengan perguruan tinggi. Untuk

mengetahui pendidikan formal dari masyarakat desa hutan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Page 85: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxv

Tabel 21. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh atau ditamatkan No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh atau ditamatkan oleh responden

Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak sekolah-Tidak tamat SD

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

2 6 8

27 17

3,33 10

13,34 45

28,33

2

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 21 dapat dilihat bahwa pendidikan formal masyarakat desa

hutan termasuk dalam median skor 2 dengan kategori rendah sebanyak 27

orang (45%). Hal ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi rumah

tangga pada jaman dahulu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

masyarakat desa hutan hanya dapat mengenyam pendidikan pada tingkat

SD/sederajat. Untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi diperlukan

pengorbanan biaya yang cukup besar.

7. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah pendidikan yang

diperoleh masyarakat desa hutan di luar bangku sekolah (pelatihan,

penyuluhan). Untuk mengetahui pendidikan non formal dari masyarakat

desa hutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 22. Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan/ pelatihan dalam 1 tahun

> 12 kali 9-12 kali 5-8 kali 1-4 kali Tidak pernah

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

- - 2

27 31

0 0

3,33 45

51,67

1

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 22 dapat dilihat bahwa pendidikan non formal masyarakat

desa hutan termasuk dalam median skor 1 dengan kategori sangat rendah

sebanyak 31 orang (51,67%). Hal ini disebabkan karena responden kurang

aktif bahkan tidak hadir dalam mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan

yang diadakan bersamaan dengan rapat rutin LMDH setiap 35 hari sekali.

Ketidakhadiran responden tersebut disebabkan oleh kondisi geografis,

topografis, jarak tempuh ke lokasi cukup jauh, sarana transportasi tidak

Page 86: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxvi

ada, dan waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan waktu luang yang dimiliki

responden.

B. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat

Sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan

bersama masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah : konsep program, program PHBM, tujuan program,

pelaksanaan program, hasil program, dan manfaat program.

1. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Konsep Program

Konsep program dalam penelitian ini adalah pemahaman mengenai

program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk mengetahui

konsep program dari masyarakat desa hutan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 23. Pemahaman responden terhadap konsep program No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Pemahaman responden terhadap konsep program

Menjawab dan benar > 2 Menjawab dan benar 2 Menjawab dan benar 1 Menjawab tidak ada yang benar Tidak bisa menjawab

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2

1

23 12 9 7

9

38,33 20 15

11,77

15

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 23 dapat dilihat bahwa pemahaman responden terhadap konsep

program termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi sebanyak

12 orang (20%). Hal ini berarti bahwa responden bersikap positif terhadap

konsep program PHBM yang telah disosialisasikan dari pihak BKPH dan

Perum Perhutani. Responden yang aktif mengikuti rapat rutin LMDH,

sering berkomunikasi dengan mandor tanam serta mandor sadap, dan

sering berkomunikasi/tukar pendapat dengan tetangga/teman LMDH maka

responden mampu memahami, mengerti, dan tanggapan yang menyetujui

tentang konsep program PHBM tersebut. Pemahaman responden terhadap

konsep program dalam kategori sangat rendah disebabkan karena

Page 87: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxvii

responden kurang aktif mengikuti rapat rutin LMDH, jarang

berkomunikasi dengan mandor sadap serta mandor tanam, dan jarang

berkomunikasi dengan tetangga/teman LMDH.

2. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program PHBM

Program PHBM dalam penelitian ini adalah pemahaman suatu

sistem pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama oleh

Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang

berkepentingan (Stakeholders) untuk jenis kegiatan dalam program

pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk mengetahui program

PHBM dari masyarakat desa hutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 24. Pemahaman responden terhadap program PHBM No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Pemahaman responden terhadap program PHBM

Bisa menyebutkan > 5 isi program Bisa menyebutkan 4-5 isi program Bisa menyebutkan 2-3 isi program Bisa menyebutkan 1 isi program Tidak bisa menyebutkan

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5

4

3

2

1

28

10

22 - -

46,67

16,66

36,67

0

0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 24 dapat dilihat bahwa pemahaman responden terhadap

program PHBM termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi

sebanyak 22 orang (36,67%). Hal ini berarti bahwa responden bersikap

positif terhadap program PHBM. Responden mampu memahami dan

melaksanakan jenis kegiatan program PHBM. Jenis kegiatan yang

dilakukan responden seperti : penananaman tanaman pokok (pinus),

tanaman pagar (secang), tanaman tepi (salam dan johar), tanaman sela

(kaliandra dan rumput gajah), tanaman di bawah tegakan (kapulaga,

jenitri, kopi, dan cengkeh), tanaman semusim (padi, jagung, dan

budin/singkong), serta penyadapan getah pinus.

Page 88: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxviii

3. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Tujuan Program

Tujuan program dalam penelitian ini adalah sesuatu yang ingin

dicapai dalam program PHBM. Untuk mengetahui tujuan program dari

masyarakat desa hutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 25. Pemahaman responden terhadap tujuan program No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Pemahaman responden terhadap tujuan program

Bisa menyebutkan 5 tujuan Bisa menyebutkan 4 tujuan Bisa menyebutkan 2-3 tujuan Bisa menyebutkan 1 tujuan Tidak bisa menyebutkan

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5

4

3

2

1

15

5

21

14

5

25

8,33

35

23,34

8,33

3

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 25 dapat dilihat bahwa pemahaman responden terhadap tujuan

program termasuk dalam median skor 3 dengan kategori sedang sebanyak

21 orang (35%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden bersikap netral

terhadap tujuan program. Mereka mengungkapkan bahwa program PHBM

ini penting untuk dapat melestarikan kelangsungan hutan dan masyarakat

yang ada di dalamnya. Mereka menyadari bahwa program PHBM mampu

memberikan imbal balik yang baik bagi masyarakat desa hutan.

Peningkatan kesejahteraan tampaknya ditanggapi secara berlebihan

dengan berharap mereka dapat langsung melihat dampaknya secara nyata.

Padahal pada kenyataannya tidaklah demikian. Peningkatan kesejahteraan

pada program PHBM sesungguhnya dibutuhkan kesadaran penuh

masyarakat tentang fungsi dan manfaatnya dalam jangka panjang.

4. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program dalam penelitian ini adalah pemahaman

terhadap realisasi dari keseluruhan rencana yang ada dalam program

pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk mengetahui pelaksanaan

program dari masyarakat desa hutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 89: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

lxxxix

Tabel 26. Sikap responden terhadap pelaksanaan program No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Sikap responden terhadap pelaksanaan program

Aktif membantu dan melaksanakan seluruh tugas Aktif membantu dan melaksanakan sebagian tugas Kurang aktif membantu dan menjalankan sebagian tugas Kurang aktif membantu dan mengabaikan tugas Tidak aktif dan mengabaikan tugas

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5

4

3

2

1

21

10

23

6 -

35

16,66

38,34

10

0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 26 dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap pelaksanaan

program termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi sebanyak

10 orang (16.66%). Hal ini berarti bahwa responden bersikap positif

terhadap pelaksanaan program. Sebagian besar responden memiliki

pemikiran dan tanggapan yang menyetujui terhadap pelaksanaan program

PHBM. Responden juga mendukung dan mau dilibatkan secara aktif

dalam program PHBM tersebut walaupun hanya melaksanakan sebagian

tugas saja. Ini disebabkan karena responden mempunyai keperluan lain

yang tidak bisa mereka tinggalkan, misalnya mereka harus membantu

tetangga yang punya kerja dan mendapatkan pekerjaan yang lainnya.

Pelaksanaan program PHBM tersebut meliputi : pengenalan

program/sosialisasi, pembentukan kelembagaan masyarakat desa hutan,

perjanjian kerjasama, penyusunan rencana srategis, pembentukan desa

model, dan pemberdayaan masyarakat.

5. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Hasil Program

Hasil program adalah pemahaman terhadap sesuatu yang telah

dicapai dari program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Untuk

mengetahui hasil program dari masyarakat desa hutan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Page 90: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xc

Tabel 27. Sikap responden terhadap hasil program No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Sikap responden terhadap hasil program

Jika hasil program sangat sesuai dengan harapan responden Jika hasil program sesuai dengan harapan responden Jika hasil program cukup sesuai dengan harapan responden Jika hasil program kurang sesuai dengan harapan responden Jika hasil program tidak sesuai dengan harapan responden

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5

4

3

2

1

22

26

12 - -

36,67

43,33

20

0

0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 27 dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap hasil program

termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi sebanyak 26 orang

(43,33%). Hal ini berarti bahwa responden bersikap positif terhadap hasil

program. Sebagian besar responden mengatakan bahwa hasil program

PHBM sesuai dengan harapan mereka. Hasil yang dapat dirasakan dari

responden misalnya : mendapatkan hasil kegiatan usaha produktif dalam

bentuk uang atau barang berdasarkan hasil kesepakatan, selama mengikuti

program PHBM ini relasi dengan pemerintah maupun swasta menjadi

dekat karena sering dilibatkan dalam kerjasama, ikut melindungi dan

menjaga kelestarian sumber daya hutan. Hasil dari program PHBM ini

akan berguna apabila masyarakat desa hutan dapat mengelola dengan baik.

6. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Manfaat Program

Manfaat program adalah sesuatu keadaan akhir program yang dapat

dinikmati dan bermanfaat terhadap masyarakat desa hutan. Untuk

mengetahui manfaat program dari masyarakat desa hutan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Page 91: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xci

Tabel 28. Kemanfaatan program bagi responden No Uraian Kriteria Kategori Skor S

(orang) Prosentase

(%) Me

1. Kemanfaatan program bagi responden

Jika program sangat bermanfaat bagi responden Jika program bermanfaat bagi responden Jika program cukup bermanfaat bagi responden Jika program kurang bermanfaat bagi responden Jika program tidak bermanfaat bagi responden

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5

4

3

2

1

23

28

9

-

-

38,33

46,67

15

0

0

4

Jumlah 60 100

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Tabel 28 dapat dilihat bahwa manfaat program bagi responden

termasuk dalam median skor 4 dengan kategori tinggi sebanyak 28 orang

(46,67%). Hal ini berarti bahwa responden bersikap positif terhadap

manfaat program. Sebagaian besar responden mengatakan bahwa program

PHBM bermanfaat bagi kehidupan mereka. Manfaat yang dirasakan

responden dalam mengikuti program PHBM ini misalnya : mampu

menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa hutan, pendapatan

serta kesejahteraan keluarga responden meningkat, dan setiap usaha yang

responden lakukan untuk mengembangkan program PHBM ini malah

menguntungkan bagi masyarakat desa hutan.

C. Hubungan Antara Sikap Masyarakat Desa Hutan Dengan Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Hasil analisis hubungan sikap masyarakat desa hutan dengan program

pengelolaan hutan bersama masyarakat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 29. Hubungan Antara Sikap Masyarakat Desa Hutan Dengan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Program PHBM (Y) Faktor Pembentuk Sikap (X) rs t hitung t tabel Keterangan

a. Pengalaman Pribadi (X1) b. Pengaruh Tokoh Panutan (X2) c. Pengaruh Kebudayaan (X3) d. Pengaruh Orang Lain (X4) e. Media Massa (X5) f. Pendidikan Formal (X6) g. Pendidikan Non Formal (X7)

0,071 0,749** 0,338** 0,729** 0,863** 0,694** 0,796**

0,542 8,609 2,735 8,304 13,015 7,344 10,02

2,001 2,001 2,001 2,001 2,001 2,001 2,001

NS SS SS SS SS SS SS

Sumber : Analisis Data Primer 2009

Page 92: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xcii

Keterangan :

NS : tidak signifikan SS : sangat signifikan α : 0,01

1. Hubungan Antara Pengalaman Pribadi Dengan Sikap Masyarakat Desa

Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

tidak signifikan antara pengalaman pribadi dengan sikap masyarakat desa

hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Hal ini

dilihat dari nilai t hitung < t tabel (0,542<2,001) pada taraf signifikansi

95% dengan α=0,01 dengan nilai rs sebesar 0,071. Hal ini berarti bahwa

sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama

masyarakat tidak sepenuhnya ditentukan oleh tinggi rendahnya

pengalaman responden mengikuti program PHBM.

Pada kenyataannya lamanya responden sebagai petani dan lamanya

responden bekerjasama dengan Perum Perhutani dalam kategori tinggi,

tetapi apabila responden jarang aktif dan kurang aktif dalam mengikuti

program PHBM maka responden kurang mendapatkan informasi,

petunjuk, serta nasehat tentang program PHBM. Meskipun responden

jarang dan kurang aktif mengikuti program PHBM mereka tetap berpikir

positif terhadap program PHBM tersebut.

2. Hubungan Antara Pengaruh Tokoh Panutan Dengan Sikap Masyarakat

Desa Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pengaruh tokoh panutan dengan sikap masyarakat

desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Hal

ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (8,609>2,001) pada taraf signifikansi

95%, α=0,01 dengan nilai rs sebesar 0,749 serta arah hubungan yang

positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh tokoh panutan

maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan sikap

Page 93: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xciii

masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama

masyarakat.

Dengan adanya informasi dan pengaruh dari tokoh panutan, maka

masyarakat desa hutan dapat mengetahui program PHBM tersebut.

Sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi

masyarakat desa hutan, menjaga kelestarian hutan dan memanfaatkan

lahan hutan yang ada. Semakin sering tokoh panutan memberikan

informasi tentang program PHBM kepada responden maka responden

akan lebih bersikap positif terhadap program PHBM tersebut.

3. Hubungan Antara Pengaruh Kebudayaan Dengan Sikap Masyarakat Desa

Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pengaruh kebudayaan dengan sikap masyarakat

desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Hal

ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (2,735>2,001) pada taraf signifikansi

95%, α=0,01 dengan nilai rs sebesar 0,354 serta arah hubungan yang

positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh kebudayaan maka

semakin dapat menentukan arah pembentukan sikap masyarakat desa

hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Responden menganggap pengaruh dari kebudayaan yang melekat

pada masyarakat desa hutan seperti kegiatan Berkah Bumi dapat

membantu keselamatan masyarakat desa hutan dalam mengikuti program

PHBM dan meningkatkan hasil hutan. Dengan adanya kegiatan tersebut

maka masyarakat desa hutan akan percaya bahwa kegiatan Berkah Bumi

ini merupakan kegiatan positif dan tidak merugikan bagi masyarakat desa

hutan. Semakin tinggi pengaruh kebudayaan maka responden akan

bersikap positif terhadap program PHBM tersebut.

Page 94: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xciv

4. Hubungan Antara Pengaruh Orang Lain Yang Di Anggap Penting Dengan

Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pengaruh orang lain yang di anggap penting

dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan

bersama masyarakat. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel

(8,304>2,001) pada taraf signifikansi 95%, α= 0,01 dengan nilai rs sebesar

0,729 serta arah hubungan yang positif.

Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh orang lain yang di

anggap penting maka mereka semakin dapat menentukan arah

pembentukan sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan

hutan bersama masyarakat. Orang-orang yang di anggap penting meliputi:

PPL, teman dalam LMDH, suami/isteri, dan tetangga. Semakin sering

orang-orang yang di anggap penting memberikan informasi tentang

program PHBM kepada responden maka responden akan lebih bersikap

positif terhadap program PHBM tersebut.

5. Hubungan Antara Media Massa Dengan Sikap Masyarakat Desa Hutan

Terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara media massa dengan sikap masyarakat desa hutan

terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Hal ini dilihat

dari nilai t hitung > t tabel (13,015>2,001) pada taraf signifikansi 95%,

α=0,01 dengan nilai rs sebesar 0,863 serta arah hubungan yang positif. Hal

ini berarti bahwa semakin banyak responden mengakses media massa yang

digunakan maka semakin banyak juga informasi, petunjuk, serta nasehat

tentang program PHBM yang didapatkan oleh responden.

Mayoritas responden mengaku bahwa jumlah media massa dan

frekuensi menyimak informasi tentang kehutanan atau program PHBM

yang diakses rendah. Meskipun demikian informasi tentang kehutanan

Page 95: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xcv

atau program PHBM yang didapatkan dari media massa dapat menambah

pengetahuan. Sehingga informasi yang didapat oleh responden dapat

diterapkan di lapang/di hutan, misalnya : pencegahan kebakaran hutan,

longsor, illegal loging (pencurian kayu), pelatihan pembibitan tanaman,

sistem tanam, sistem sadap, dan sistem tumpang sari. Hal ini menunjukkan

bahwa meskipun jumlah media massa dan frekuensi menyimak informasi

tentang kehutanan atau program PHBM yang diakses rendah tetapi

responden bersikap positif terhadap program PHBM tersebut.

6. Hubungan Antara Pendidikan Formal Dengan Sikap Masyarakat Desa

Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pendidikan formal dengan sikap masyarakat desa

hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Hal ini

dilihat dari nilai t hitung > t tabel (7,344>2,001) pada taraf signifikansi

95%, α=0,01 dengan nilai rs sebesar 0,694 serta arah hubungan yang

positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan formal responden

maka semakin positif pula sikap responden terhadap program PHBM.

Mayoritas responden mengaku bahwa pendidikan formal responden

adalah tamat SD. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi rumah

tangga pada jaman dahulu merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan masyarakat desa hutan hanya dapat mengenyam pendidikan

pada tingkat SD/sederajat. Untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi

diperlukan pengorbanan biaya yang cukup besar. Namun demikian,

mereka mempunyai respon ataupun sikap yang sangat setuju atau sangat

positif terhadap program PHBM. Dengan bantuan pengaruh dari tokoh

panutan dan pengaruh orang lain yang di anggap penting maka mereka

dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan bahwa program

PHBM ini merupakan kegiatan positif dan tidak merugikan bagi

masyarakat desa hutan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan

Page 96: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xcvi

formal rendah tetapi responden bersikap positif terhadap program PHBM

tersebut.

7. Hubungan Antara Pendidikan Non Formal Dengan Sikap Masyarakat

Desa Hutan Terhadap Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap masyarakat

desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Hal

ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (10,02>2,001) pada taraf signifikansi

95%, α=0,01 dengan nilai rs sebesar 0,796 serta arah hubungan yang

positif. Hal ini berarti bahwa semakin sering responden menghadiri

penyuluhan atau pelatihan maka semakin positif pula sikap responden

terhadap program PHBM.

Mayoritas responden mengaku bahwa pendidikan non formal

responden sangat rendah. Hal ini disebabkan karena responden kurang

aktif bahkan tidak hadir dalam mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan

yang diadakan bersamaan dengan rapat rutin LMDH setiap 35 hari sekali.

Ketidakhadiran responden tersebut disebabkan oleh kondisi geografis,

topografis, jarak tempuh ke lokasi cukup jauh, sarana transportasi tidak

ada, dan waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan waktu luang yang

dimiliki responden. Walaupun responden kurang aktif bahkan tidak hadir

dalam mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan, responden di lapang atau

di hutan lebih sering bertemu, bertanya dan mencari informasi dari

mandor tanam, mandor sadap, dan teman LMDH. Waktu di rumah pun

responden juga bertanya dan mencari informasi dari tetangganya yang

mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa

meskipun pendidikan non formal sangat rendah rendah tetapi responden

berusaha bersikap positif terhadap program PHBM tersebut.

Page 97: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xcvii

86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian tentang Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Di Kabupaten Kebumen BKPH

Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor pembentuk sikap masyarakat desa hutan terhadap program

pengelolaan hutan bersama masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH

Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

termasuk dalam median gabungan skor 3 dengan kategori sedang. Hal ini

berarti bahwa informasi, petunjuk, serta nasehat yang didapat dari

masyarakat desa hutan mengenai program pengelolaan hutan bersama

masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan mengikuti program PHBM.

2. Sikap masyarakat desa hutan terhadap program pengelolaan hutan bersama

masyarakat di Kabupaten Kebumen BKPH Gombong Utara KPH Kedu

Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah termasuk dalam median

gabungan skor 4 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa masyarakat

desa hutan bersikap positif terhadap program pengelolaan hutan bersama

masyarakat. Mereka mengungkapkan bahwa program PHBM ini penting

untuk dapat melestarikan kelangsungan hutan dan mampu memberikan

imbal balik yang baik bagi masyarakat desa hutan.

3. Hubungan Antara Sikap Masyarakat Desa Hutan Dengan Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman pribadi

dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap program PHBM.

b. Terdapat hubungan yang signifikan serta arah hubungan yang positif

antara pengaruh tokoh panutan, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang

lain yang di anggap penting, media massa, pendidikan formal dan

Page 98: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xcviii

pendidikan non formal dengan sikap masyarakat desa hutan terhadap

program PHBM.

B. Saran

1. Diharapkan intensitas pengaruh tokoh panutan, pengaruh orang lain yang

di anggap penting, dan pihak Perhutani dalam memberikan informasi lebih

ditingkatkan lagi. Selain itu, masyarakat desa hutan juga diharapkan untuk

mengakses media massa sehingga dapat memperoleh informasi, petunjuk,

serta nasehat lebih banyak lagi mengenai program PHBM.

2. Sikap masyarakat desa hutan terhadap pelaksanaan program pengelolaan

hutan bersama masyarakat hendaknya lebih ditingkatkan agar masyarakat

semakin sadar dengan tujuan program yang ingin dicapai sehingga

masyarakat desa hutan dapat terlibat secara aktif dan melaksanakan

seluruh tugas dalam program PHBM.

3. Hubungan antara sikap masyarakat desa hutan dengan program PHBM

sangat signifikan, maka perlu ditingkatkan lagi agar pengaruh tokoh

panutan dan pengaruh orang lain yang di anggap penting lebih aktif lagi

dalam memberikan informasi, petunjuk, serta nasehat mengenai program

PHBM sehingga masyarakat desa hutan dapat mengambil keputusan untuk

mengikuti program PHBM yang bekerjasama dengan pihak Perhutani.

Page 99: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

xcix

88

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial. Rieneke Cipta. Jakarta. Anonim. 2007. Kolaborasi Antara Masyarakat Desa Hutan dengan Perum

Perhutani dalam Pengelolaan Sumber daya Hutan di Jawa. http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf.. Diakses pada Senin, 30 November 2009 Pukul 08.14.

Anoraga. 1992. Psikologi Sosial. Rieneke Cipta. Bandung.

Arief, A. 1994. Hutan, Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Atkinson, R.L, et al. 2005. Pengantar Psikologi. Erlangga. Jakarta.

Azjen, I. 1988. Attitudes, Personality and Behavior. Chicago. Dorssey.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Palajar. Yogyakarta.

------------. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Palajar. Yogyakarta.

Baron, R. A dan Byrne, D. 1994. Social Psycology. Viacom Company. America.

Daniel, M, et al. 2005. PRA (Participatory Rural Appraisal) : Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Davidoff, L.L. 1991. Psikologi Sosial. Suatu Pengantar Erlangga. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2003. Paradigma Penyuluhan Kehutanan. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Jakarta.

Eagly, A. H. & Chaiken, S. 1993. The Psycology Of Attitudes. Javanovich College. Ny. Pub.

Faisal, S. 1992. Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Gerungan, P. 1996. Psikologi Sosial. PT. Eresco Bandung. Bandung.

Gunawan, Rimbo, Juni Thamrin dan Endang Suhendar. 1998. Industrialisasi Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Adat. Yayasan AKATIGA. Bandung.

Hariyadi, R. 2007. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian. http://ppsub.ub.ac.id/perpustakaan/abstraksi/tesis/ribut-haryadi-pengaruh-motivasi-terhadap-kinerja-penyuluh-pertanian-di-kabupaten-musi-banyuasin.pdf. Diakses pada Rabu, 26 Mei 2010 Pukul 20.14.

Hawkins, H.S. dan A. W. Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Page 100: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

c

Kinnear, T.C dan Taylor, J.R. 1995. Riset Pemasaran. Erlangga. Jakarta.

Krech, D, et al. 1962. Individual In Society. Mc-Grow Hill Book Company, Inc. New York.

Mar’at. 1984. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Mardikanto, T., E. Lestari., A. Sudrajat., Supanggyo., Sutarto dan S. Anantanyu. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan RI dan Fakultas Pertanian UNS Surakarta. Jakarta.

-----------------. 2002. Perhutanan Sosial : Konsep Penerapan. Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Perhutanan Sosial. Surakarta.

-----------------. 2006. Prosedur Penelitian : Untuk Kegiatan Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Prima Theresia Pressindo. Surakarta.

Mates, B. 1971. Psycology. Monarch Press. Columbia.

Mueller, D. 1996. Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Myers, D. G. 1983. Social Psycology. Ny. Mc Grow Hill.

Narbuko, C dan Achmadi, A. 2003. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

Pambudiarto. 2005. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan. http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=815. Diakses pada Kamis, 19 Maret 2009 Pukul 16.47.

Pamulardi, B. 1999. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Perum Perhutani. 2001. Surat Keputusan Dewan Pengurus Nomor 136/KPTS/DIR/2001.

Rahmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Ramdan, H. 2001. Model Agroforestry dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Dalam Duta Rimba 2500/XXV.

Ramdhani, Neila. 2008. Sikap dan Beberapa definisi Untuk Memahaminya. http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content. Diakses pada Jumat, 03 Maret 2009 Pukul 19.22.

Rochmah, S. 1996. Sikap Sosial. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sabarudi. 2001. Konsep Rencana Social Forestry : Kunci Sukses Menuju Sistem Pengelolaan Hutan Lestari. http://puslitsosekhut.web.id/download.php? Diakses pada Kamis, 30 Maret 2009 Pukul 12.14.

Page 101: SIKAP MASYARAKAT DESA HUTAN TERHADAP ......vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Variabel, Indikator, Kriteria dan Skor Penelitian .... 47 Tabel 2. Nama RPH, LMDH dan Jumlah Anggota

ci

Sagala, P. 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Santoso, Hery. 2002. PHBM Dalam Konstelasi Pembangunan Kehutanan. http://www.fkkm.org/PusatData/index.php?action=sosialForestry&lang. Diakses pada Jumat, 27 Maret 2009 Pukul 18.58.

Sears. 1997. Social Psycology. University Of California. Loss Angeles.

Sianturi. 2007. Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. http://agrokaltim.blogspot.com/2007/05/phbm-poliagro-kalimantan-timur.html. Diakses pada Kamis, 15 Mei 2008 Pukul 12.33.

Siegel. 1997. Statistik Non Parametrik. Gramedia Utama. Jakarta.

Simon, H. 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran. Aditya Media. Yogyakarta.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES Indonesia. Jakarta.

Suwarno, Eno. 2007. Alternatif Sistem Pengelolaan Indonesia. http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com./ Diakses pada Kamis, 19 Maret 2009 Pukul 17.38.

Tarsidi, Didi. 2008. Perubahan Sikap. http://d-tarsidi.blogspot.com. Diakses pada Jumat, 03 Maret 2009 Pukul 19.17.

Vitalaya, Aida. 1992. Penyuluhan Pembangunan Di Indonesia Menyongsong Abad XXI. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.

Warsito, Sofyan. 2006. Kesepahaman Tentang Hutan Indonesia. http://www.perumperhutani.com/index.php?Itemid=&option=com_search&searchword=phbm. Diakses pada Jumat, 27 Maret 2009 Pukul 19.24.

Wortman, Camille, et al. 1999. Psychology. The Mc-Grow Hill Companiees. The United States.