SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN...
Transcript of SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN...
i
SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI
TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
M A R D I A N I P00324014058
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2017
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “sikap ibu
hamil trimester III tentang persiapan persalinan di Puskesmas Puuwatu
Kota Kendari tahun 2017”.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak
yang membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan
segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima
kasih sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes
selaku Pembimbing I dan Ibu Farming, SST, M.Keb selaku Pembimbing II
yang telah banyak membimbing sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kendari.
3. Kepala Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
4. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, Ibu Hendra Yulita, SKM, MPH, Ibu
Yustiari, SST, M.Kes selaku penguji dalam proposal karya tulis ilmiah
ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
vi
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku.
7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
BIODATA.......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ ix
Abstrak............................................................................................. X
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8
B. Landasan Teori.......................................................................... 43
C. Kerangka Teori.......................................................................... 43
D. Kerangka Konsep...................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 45
A. Jenis Penelitian......................................................................... 45
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 45
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 45
D. Variabel Penelitian..................................................................... 46
E. Definisi Operasional.................................................................. 46
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 47
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 47
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 49
viii
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 49
B. Pembahasan............................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 65
A. Kesimpulan................................................................................ 65
B. Saran......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 67
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk wilayah Puskesmas Puuwatu Tahun
2016....................................................................................
50
Tabel 2. Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan Tahun 2016............. 52
Tabel 3. Sarana Prasarana Puskesmas Puuwatu Tahun 2016........ 52
Tabel 4. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas
Puuwatu Tahun 2016..........................................................
53
Tabel 5. Karakteristik Responden...................................................... 54
Tabel 6. Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang
Persiapan Persalinan di Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari Tahun 2017...........................................................
55
Tabel 7. Distribusi Sikap Hamil Trimester III Tentang Persiapan
Persalinan Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017....................................
56
Tabel 8. Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang
Persiapan Persalinan Berdasarkan Pendidikan Ibu di
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017................
57
Tabel 9. Distribusi Sikap Hamil Trimester III Tentang Persiapan
Persalinan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017....................................
58
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes
Kemenkes kendari
Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 5. Surat keterangan melakukan penelitian dari Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari
Lampiran 6. Master tabel
Lampiran 7. Output analisis data
Lampiran 8. Dokumentasi penelitian
xi
ABSTRAK
SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI
TAHUN 2017
Mardiani 1 Kartini2 Farming2
Latar belakang: Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah, namun seringkali dapat terjadi komplikasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya kematian adalah melakukan persiapan persalinan. Ibu hamil diharapkan dapat mempersiapkan persalinannya dengan aman. Persiapan persalinan dapat dilakukan pada trimester III kehamilan. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan persalinan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif. Sampel penelitian adalah ibu hamil bulan Juni tahun 2017 yang berjumlah 36 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner mengenai sikap tentang persiapan persalinan. Data dianalisis dengan uji deskriptif. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu yang memiliki sikap positif tentang persiapan persalinan berumur 20-35 tahun, berpendidikan tinggi, bekerja. Sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu yang memiliki sikap negatif tentang persiapan persalinan berumur 20-35 tahun, berpendidikan dasar dan menengah, tidak bekerja
Kata kunci : sikap, persiapan persalinan
1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah.
Walaupun merupakan peristiwa alamiah, kadangkala kehamilan dan
persalinan disertai risiko berupa komplikasi baik untuk ibu maupun
bayinya. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan postpartum,
eklamsia dan infeksi (WHO, 2013). Komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita,
karena merupakan penyebab terbesar kematian ibu dan bayi.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
merupakan indikator utama dalam pelayanan kesehatan dan salah satu
tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI di Indonesia
diperkirakan tidak akan mencapai target MDGs yaitu 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan AKI di Indonesia. Hasil survey demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan AKI dari
tahun sebelumnya 2007. AKI Indonesia pada tahun 2007 sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup.
Hal ini berbanding terbalik dengan angka kematian bayi (AKB),
hasil survei demografi dan kesehatan 2012 menjelaskan bahwa AKB
2
mengalami penurunan namun walaupun mengalami penurunan tak
berbeda jauh dengan hasil SDKI 2007, yaitu masing-masing 32 dan 34
kematian per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).
Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu propinsi yang
menunjukkan adanya penurunan jumlah kematian ibu, dimana pada tahun
2011 jumlah kematian ibu sebesar 97 kasus menurun 84 kasus pada
tahun 2012 dan menurun lagi menjadi 79 kasus pada tahun 2013 (Dinkes
Propinsi Sultra, 2013). Namun, tidak demikian dengan Kota Kendari.
Terjadi peningkatan angka kematian ibu, dimana pada tahun 2012 angka
kematian ibu sebesar 53 per 100.000 kelahiran hidup meningkat menjadi
104 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 (Dinkes Kota Kendari,
2013).
Penyebab utama kematian ibu adalah keracunan kehamilan dan
infeksi. Kondisi ini diperparah lagi dengan status gizi yang buruk,
persalinan terlalu muda, paritas tinggi, anemia dalam kehamilan,
pengetahuan yang kurang tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan,
sebagian ibu hamil terlambat mendapat pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan, pertolongan persalinan oleh dukun (Dinkes Sultra, 2013).
Kematian ibu di Indonesia sebagian besar terjadi pada saat
kehamilan, persalinan dan nifas sebesar 90% pada tahun 2009. Penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan sebesar 28%, eklamsia
sebesar 24%, infeksi sebesar 11%. Penyebab tidak langsung adalah
kurang energi kronik selama kehamilan sebesar 37% dan anemia
3
kehamilan sebesar 40% (Depkes RI, 2010). Faktor lain yang
melatarbelakangi kematian ibu adalah kondisi tiga terlambat, yakni
terlambat dalam memeriksakan kehamilan, mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat dalam memperoleh pelayanan
persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas
kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi (Kemenkes RI, 2011). Di
Kota Kendari pada tahun 2013 jumlah ibu hamil yang mengalami
komplikasi sebanyak 1301 kasus (20,0%) dari 6503 ibu hamil dan yang
mendapatkan penanganan sebanyak 1012 kasus (77,81%) (Dinkes Kota
Kendari, 2013). Oleh karena itu perlu adanya pencegahan, deteksi dan
penanganan komplikasi secara dini, sebelum komplikasi menjadi
kedaruratan yang mengancam jiwa ibu dan bayinya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan
mencegah terjadinya kematian adalah melakukan persiapan persalinan.
Ibu hamil diharapkan dapat mempersiapkan persalinannya dengan aman.
Persiapan persalinan dapat dilakukan pada trimester III kehamilan
(Kusmiati, dkk, 2009). Kehamilan trimester III sering kali disebut periode
menunggu dan waspada karena ibu sudah merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya dan mulai khawatir dengan diri dan bayinya
pada saat melahirkan. Pada saat itu juga merupakan saat persiapan aktif
untuk menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Sofie, 2015).
Persiapan persalinan merupakan bagian terpenting dari proses persalinan
4
yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan optimal menjelang
persalinan dan segera dapat memberikan laktasi (Manuaba, 2012).
Persiapan persalinan meliputi persiapan fisik, psikologis dan
materi. Persiapan fisik merupakan persiapan yang berhubungan dengan
aspek persiapan tubuh untuk mempermudah persalinan dan laktasi,
persiapan psikologis adalah persiapan yang berhubungan dengan
ketahanan mental terhadap rasa takut dan kecemasan serta aspek
kognitif tentang persalinan sedangkan persiapan materi merupakan
persiapan ibu dan keluarga untuk mendukung kelancaran persalinan
dari aspek finansial (Christina, 2012). Persalinan merupakan hal yang
paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil,sebuah waktu yang
menyenangkan namun disisi lain merupakan hal yang paling menebarkan.
Persalinan terasa akan menyenangkan namun disisi lain merupakan hal
yang paling mendebarkan. Persaliana terasa akan menyenangkan karena
sikecil yang selama sembilan bulan bersembunyi didalam perut anda
akan muncul terlahir kedunia.
Disisi lain persalinan menjadi mendebarkan khusus bagi calon ibu
baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan,
mengeluarkan energi yang begitu banyak dan sebuah perjuangan yang
cukup melelahkan. Munculnya perilaku untuk melakukan persiapan
persalinan didukung oleh adanya motivasi untuk melakukan persiapan
persalinan, yaitu alasan atau dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Sunaryo, 2014). Sikap ibu
5
tentang persiapan persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur
ibu, pengalaman, pengetahuan, emosional, pendidikan, budaya, informasi
yang diperoleh (Azwar, 2014; Ma’shum dkk, 2014).
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari merupakan salah satu
puskesmas yang mengalami peningkatan jumlah ibu hamil. Jumlah ibu
hamil pada tahun 2014 sebanyak 734 ibu hamil, pada tahun 2015 jumlah
ibu hamil meningkat menjadi 747 ibu, sedangkan pada tahun 2016 jumlah
ibu hamil sebanyak 775 ibu. Hasil wawancara pada 10 ibu hamil diperoleh
data bahwa dari 10 ibu hamil trimester III terdapat 6 ibu hamil yang masih
kurang atau tidak memperdulikan tentang persiapan persalinan, persiapan
persalinan yang disiapkan hanya persiapan kebutuhan bayi baru lahir.
Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan
persalinan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagimanakah sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan
persalinan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan
persalinan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
6
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang
persiapan persalinan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
b. Untuk mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang
persiapan persalinan berdasarkan umur ibu di Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari.
c. Untuk mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang
persiapan persalinan berdasarkan pendidikan ibu di
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
d. Untuk mengetahui sikap ibu hamil trimester III tentang
persiapan persalinan berdasarkan pekerjaan ibu di
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan ibu hamil trimester III tentang
persiapan persalinan.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Untuk dapat meningkatkan peran petugas dalam memberikan
asuhan kebidanan masa hamil tentang persiapan persalinan.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
7
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Guslena (2011) dengan judul “faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil trimester III dengan sikap persiapan
persalinan di Bidan Praktet Swasta Sinarti Lambaro SKep Banda Aceh
Provinsi Nanggro Aceh Darusalam”, metode yang digunakan yaitu analitik
dengan pendekatan cross sectional, sampel berjumlah 36 ibu hamil,
dengan teknik Sampling menggunakan Quata sampling teknik
pengumpulan data primer yaitu dengan wawancara hasil yang diperoleh
yaitu dengan 10 responden (27%) tingkat pendidikan ibu hamil tinggi, 18
responden (50%) dengan tingkat pendidikan menengah, dan 8
responden (22,2%) dengan tingkat pendidikan dasar. Hasil penelitian
analitik: ada pengaruh antara pendidikan ibu hamil trimester III dengan
sikap persiapan persalinan.
Perbedaan penelitian Guslena dengan penelitian ini adalah jenis
penelitian dan variabel penelitian. Jenis penelitian ini adalah deskriptif,
variabel penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Sikap
a) Pengertian Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang
atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi
sikap tidak sama dengan perilaku. Menurut Fishbein dalam Ali
(2015) “Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk
merespons secara konsisten terhadap suatu objek”. Menurut
Secord dan Backman dalam Azwar (2014) “Sikap adalah
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.
Menurut Randi dalam Imam (2011) mengungkapkan bahwa
“Sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia
terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau
respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan
yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan objeknya”.
Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013) “Orang yang memiliki
sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like)
atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang
9
dikatakan memiliki sikap negative terhadap objek psikologi bila
tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek
psikologi”.
Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian
terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan
individu terhadap sesuatu. Menurut Azwar (2014) struktur sikap
dibedakan atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif
berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama
apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversal.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah
yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen
sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
10
bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya
adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang
adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
b) Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013) adalah:
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat
motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari
dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain
sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat
juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
11
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi
perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan
kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki orang.
c) Fungsi Sikap
Daniel Katz dalam Rina (2013) membagi fungsi sikap
dalam 4 kategori sebagai berikut:
1. Fungsi utilitarian
Melalui instrumen suka dan tidak suka, sikap positif
atau kepuasan dan menolak yang memberikan hasil positif
atau kepuasan.
2. Fungsi ego defensive
Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu
untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi
psikologi bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja.
Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak
menyenangkan ini, orang tersebut membuat rasionalisasi
dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup
yang santai.
3. Fungsi value expensive
Mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungsi itu
memungkinkan untuk mengkspresikan secara jelas citra
dirinya dan juga nilai-nilai inti yang dianutnaya.
12
4. Fungsi knowledge-organization
Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam
memproses informasi, maka orang cendrung untuk
bergantung pada pengetahuan yang didapat dari pengalaman
dan informasi dari lingkungan. Sikap merupakan suatu
kebiasaan atau tingkah laku dari seseorang untuk dapat
mengekspresikan sesuatu hal atau perasaan melalui
perbuatan baik yang sesuai dengan norma yang berlaku,
sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang.
d) Pembentukkan sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang
dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih
daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar
individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial,
terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang
satu dengan yang lainnya.
e) Perubahan Sikap
Menurut Kelman dalam Azwar (2014) ada tiga proses yang
berperan dalam proses perubahan sikap yaitu :
1) Kesedihan (Compliance)
Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah ketika
individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau
kelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh
13
reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan
semacamnya sambil menghindari hal–hal yang dianggap
negatif.
2) Identifikasi (Identification)
Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku
tau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang
dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang
dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara
lain dengan pihak yang dimaksud.
3) Internalisasi (Internalization)
Internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh
dan bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap
tersebut sesuai dengan apa yang dipercaya dan sesuai
dengan system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka
isi dan hakekat sikap yang diterima itu sendiri dianggap
memuaskan oleh individu.
2. Persiapan Persalinan
a. Pengertian Persiapan Persalinan
Persalian adalah kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusun dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Sujiyatini et al, 2011). Persiapan persalinan adalah
rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarga, dan
14
bidan, rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan
biasanya memang tidak terlulis. Rencana ini lebih hanya
sekedar diskusi untuk memastikan bahwa ibu menerirma
asuhan yang ia perlukan.dengan adanya rencana persalinan
akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat
persalinan, serta meningkatkan kemungkinan ibu akan
menerima asuhan yang sesuai dan tepat waktu (Dewi &
Surnarsih, 2011).
Ibu hamil yang dalam waktu dekat akan menjalani
proses persalinan memang sebaiknya mengetahui hal-hal
apa yang akan dihadapi. Hal ini lebih kepada untuk
mempersiapkan diri secara mental (psikologis), apalagi jika
proses persalinan nanti adalah pengalaman yang pertama.
Sebuah survey membuktikan bahwa ibu hamil yang
mempersiapkan diri biasanya akan mengalami lebih sedikit
stress dan hasil persalinannya pun relatif lebih baik
(Gunawan, 2011).
b. Persiapan Yang Harus Disediakan Sebelum Persalinan
(Depkes RI 2012)
(1) Mempersiapkan ruang untuk persallinan dan kelahiran
bayi.
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi dirumah
(rumah ibu maupun kerabat) ditempat bidan puskesmas,
15
polindes atau rumah sakit, pastikan ketersedian bahan-
bahan dan saranan yang memadai. Laksanakan upaya PI
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (JNPK-KR,
2012). Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi,
diperlukan hal-hal pokok seperti bentuk: ruangan yang
hangat dan bersih memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terlindung dari tiupan angin, sumber air bersih dan
mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah malahirkan.
(2) Persiapan perlengkapan bahan-bahan dan obat-
obatan yang diperlukan.
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-
bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai
pada setiap persalinan dan kalahiran bayi. Jika tempat
persalinan dan kelahiran bayi jauh dari fasilitas kesehatan,
bawahlah semua keperluan tersebut kelokasi persalinan.
Ketidakmampuan untuk menyediakan semua
perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada
saat diperlukan akan meningkat resiko terjadinya
penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan
ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka
(Rukiyah dkk, 20011).
16
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi: periksa
semua peralatan sebelum dan setelah memberikan
asuhan. Segera ganti peralatan sebelum dan setelah
memberikan asuhan, segera ganti peralatan yang hilang
atau rusak, periksa semua obat-obatan dan bahan setelah
menolong persalinan dan melahirkan bayi. Menurut
Sujiyatini et al (2011) Untuk mengingat hal-hal penting
dalam mempersiapkan rujukan, maka singkatan
BAKSOKUDA dapat digunakan :
a). B (bidan)
Pastikan bahwa ibu dan atau bayi baru lahir
didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten
untuk melaksanakan gawatdarurat obstetri dan bayi
baru lahir untuk dibawa kefasilitas rujukan.
b). A (alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut
mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam
perjalanan menuju fasilitas rujukan.
c). K (keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terahkir
ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk.
Jelaskan alasan dan tujuan rujukan merujukan ibu
17
kefasilitas rujukan tersebut. Suami dan anggota
keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi
hingga ke fasilitas rujukan.
d). S (surat)
Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus
memberikan identifikasi mengenai ibu dan bayi baru
lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima
ibu dan bayi baru lahir. Sertakan juga patograf yang
dipakai untuk membuat keputusan klinik.
e). O (obat)
Bawa obat-obatan esensia pada saat mengantar ibu
ke fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin
diperlukan selama perjalanan.
f). K (kendaraan)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu
pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
g). U (uang)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang
18
perlukan dan bahan-bahan yang diperlukan selama
ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.
h). D (darah)
Siapkan orang yang akan menjadi pendonor darah
jika transfusi diperlukan.
c. Komponen penting persiapan persalinan
1). Pemilahan tempat persalinan ditentukan oleh nilai risiko
kehamilan dan jenis persalinan yang direncanakan.
Persalinanberisiko rendah dapat dilakukan di puskesmas,
polindes, atau rumah bersalin, sedangkan persalinan
berisiko tinggi harus dilakukan di rumah sakit yang
memiliki fasilitas kamar operasi, tranfusi darah, dan
perawatan bayi risiko tinggi.
2).Persalinan dianjurkan dilaksanakan dirumah sakit
umum/rumah sakit ibu dan anak, lengkap dengan tenaga
terlatih dan peralatan yang memandai. Sarana
tranportasi serta tenga kesehatan yang masih terbatas
membuat persalinan di beberapa daerah sebagai besar
masih ditolong oleh dukun bersalin dan berlangsung di
rumah. Kondisi tersebut merupakan kendala tersendiri
yang masih sulit diatasi sampai saat ini.
3). Di luar negeri (misalnya di Amerika dan Belanda),
persalinan dapat dilakukan dirumah karena memiliki
19
kelebihan dibangdingkan persalinan dirumah sakit.
Suasanan rumah membuat ibu lebih nyaman sehingga
proses persalinan lebih lancar dan peran serta suami
tampak nyata diraskan. Walaupun demikian, persalinan
dirumah memerlukan dukungan infrastruktur yang baik,
serta kesiapan tenaga penolong untuk menghadapi
segala kemungkinan yang terjadi pada saat persalinan
maupun pasca persalinan.
4) Memilih tenaga kesehatan terlatih
(1) Tenaga kesehatan yang diperolehkan menolong
persalinan adalah dokter umum, bidan, serta dokter
kebidanan dan kandungan. Dinegara kita masih
banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin,
baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih,. Hal ini
masih menjadi kendala dimana merupakan salah satu
sebab tingginya angka kematian bayi.
(2) Pemilihan tenaga penolongan persalin ditentukan
oleh pasien, nilai risiko kahamilan, dan jenis
persalinan yang akan direncanakan bagi masing-
masing pasien.
(3) Pemilihan pasien berdasar risiko dimaksudkan agar
penaganan kasus lebih terarah dan ditangani oleh
tenaga yang kopeten. Pada saat persalinan,
20
penanganan kasus dilakukan lebih cermat lagi
dengan memperhatikan karekteristik kasus.
Sebaiknya semua kasus dianggap memiliki resiko
tinggi karena tidak ada satu cara pun yang dapat
meramal bahwa persalinan tersebut pasti berjalan
normal sehingga setiap penolong persalinan akan
selalu berhati-hati dan mempersiapan segala
sesuatunya untuk mengatasi penyulit yang mungkin
terjadi.
(4) Selain itu faktor ekonomi, agama, sosial, dan
budaya kadang-kadang juga mempengaruhi
pemilihan tenaga penolong persalinan:
(a) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan
jika terjadi kegawatdaruratan pada saat
pengambilan keputusan utama tidak ada.
(1) Siapa pembuat keputusan utama dalam
keluarga?
(2) Siapa yang akan membuat keputusan jika
pembuatan keputusan utama tidak ada saat
terjadi kegawatdarutan?
(b) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi
kegawatdaruratan
21
d. Membuat Rencana Persalinan
Hal-hal mengenai pembuatan rencana persalinan adalah
sebagai berikut :
1. Tempat persalinan
a) Pemilihan tempat persalinan ditentukan oleh nilai risiko
kehamilan dan jenis persalinan yang direncanakan.
Persalinan berisiko rendah dapat dilakukan di
puskesmas, polindes, atau rumah bersalin, sedangkan
persalinan berisiko tinggi harus dilakukan di rumah
sakit yang memiliki fasilitas kamar operasi, tranfusi
darah, dan perawatan bayi berisiko tinggi.
b) Persalinan dianjurkan dilaksanakan di rumah sakit
umum/rumah sakit ibu dan anak, lengkap dengan
tenaga terlatih dan peralatan yang memadai. Sarana
transportasi serta tenaga kesehatan yang masih
terbatas membuat persalinan dibeberapa daerah
sebagian besar masih ditolong oleh dukun bersalin
dan berlangsung dirumah. Kondisi tersebut merupakan
kendala tersendiri yang masih sulit diatasi sampai saat
ini.
c) Diluar negri (misalnya di Amerika dan Belanda),
persalinan dapat dilakukan di rumah karena memiliki
kelebihan dibandingkan persalinan di rumah sakit.
22
Suasana rumah membuat ibu lebih nyaman sehingga
proses persalinan lebih lancar dan peran serta
suami tampak nyata dirasakan. Walaupun demikian,
persalinan dirumah memerlukan dukungan infrastruktur
yang baik, serta kesiapan tenaga penolong untuk
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi pada
saat persalinan maupun pascapersalinan (Sunarsih,
2011).
2. Memilih penolong persalinan
a) Tenaga kesehatan
(1) Pengertian tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Sarana kesehatan adalah tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan (Sularsono, 2005).
(2) Definisi Bidan
Menurut Sofyan et al (2008) yang mengatakan
bahwa Bidan adalah seorang perempuan yang lulus
dari pendidikan Bidan yang terakreditasi dan
23
memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi untuk praktik
kebidana, bidan diakui sebagai seorang profesional
yang bertanggung jawab dan akuntabel, bermitra
dengan perempuan dalam memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat yang diperlukan selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi
kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan
anak.
Bidan adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register),
di beri izin secara sah untuk menjalankan
praktek (Sofyan et al, 2008).
b) Tenaga Non Kesehatan
(1) Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan Non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak,
dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun
bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan
24
masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan
yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau
keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40
tahun ke atas (Saifuddin, 2012).
Menurut Niken et al (2009) yang menjelaskan
bahwa Dukun bayi adalah seorang anggota
masyarakat yang pada umumnya adalah seorang
wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki
keterampilan menolong persalinan secar
tradisional. Keterampilan tersebut diperoleh secara
turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah peningkatan keterampilan
serta melalui tenaga kesehatan. Dukun bayi juga
merupakan seseorang yang dianggap terampil
dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong
persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Pendidikan Dukun umumnya adalah kejar
paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan
kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu
tentang cara pertolongan persalinan secara teori di
bangku kuliah, tetapi mereka hanya berdasarkan
pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya
25
hanya seadanya seperti memotong tali pusat
menggunakan bambu, untuk mengikat tali pusat
menggunakan tali naken, dan untuk alasnya
menggunakan daun pisang (Gerungan, 2010).
(2) Cara-cara Pertolongan Oleh Tenaga Non Kesehatan
Didalam Simolol (2010) juga dijelaskan
bahwa tak berbeda dengan seorang Bidan, dukun
beranak juga melakukan pemeriksaan kehamilan
melalui indra raba (palpasi). Biasanya perempuan
yang mengandung, sejak mengidam sampai
melahirkan selalu berkonsultasi dengan dukun,
bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah
yang datang ketempat praktek bidan untuk
berkonsultasi. Dukun sendiri yang berkeliling dari
pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia
kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering.
Dukun menjaga jika ada gangguan, baik fisik
maupan non fisik terhadap ibu dan janinnya, agar
janin lahir normal dukun biasanya melakukan
perubahan posisi janin dalam kandungan dengan
cara pemutaran perut (diurut-urut), disertai doa
ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan
upacara tasyakuran katanya janin mulai memiliki
26
roh, hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada
gerakan halus.
c) Memilih Tenaga Kesehatan Terlatih
(1) Tenaga kesehatan yang diperbolehkan menolong
persalinan adalah dokter umum, bidan, serta dokter
kebidanan dan kandungan. Dinegara Indonesia masih
banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin,
baik yang terlatih maupun yang tidak terlaih. Hal ini
masih menjadi kendala dan merupakan salah satu
sebab tingginya angka kematian bayi.
(2) Pemilihan tenaga penolong persalianan ditentukan
oleh pasien, nilai risiko kehamilan, dan jenis
persalinan yang akan direncanakan bagi masing-
masing pasien.
(3) Pemilihan pasien berdasarkan risiko dimaksudkan
agar penanganan kasus lebih terarah dan ditangani
oleh tenaga yang kompenten. Pada saat persalinan,
penanganan kasus dilakukan lebih cermat lagi
dengan memperhatikan karekteristik kasus.
Sebaiknya semua kasus dianggap memiliki risiko
tingggi karena tidak ada satu cara pun yang dapat
meramalkan bahwa persalinan tersebut pasti
berjalan normal sehingga setiap penolong persalinan
27
akan selalu berhati-hati dan mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mengatasi penyulit yang mungkin
terjadi (Sunarsih, 2011).
d) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan diskusi dengan
pasangan pada saat awal memasuki trimester III. Karena
proses persalinan merupakan hal yang unik (dan baru
bagi pasangan yang baru pertama kali mengalaminya)
Hal ini penting untuk meminimalisasi kemungkinan konflik
(Gunawan, 2010). Membuat rencana untuk pengambilan
keputusan jika terjadi kegawat daruratan pada saat
pengambil keputusan utama tidak ada.
e) Transportasi
Direncanakan sejak awal memasuki trimester III
kehamilan. Karena untuk mempersiapkan sistem
transportasi jika terjadi kegawatdaruratan.
1) Banyak ibu yang meninggal karena mengalami
komplikasi yang serius selama kehamilan, persalinan
atau pascapersalianan dan tidak mempunyai
jangkauan transportasi yang dapat membawa
mereka ketingkat asuhan menangani masalah.
2) Setiap keluarga seharusnya mempunyai suatu
rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami
28
komplikasi dan perlu segera dirujuk ke tingkat asuhan
yang lebih tinggi (Sunarsih, 2011).
f) Mempersiapkan rujukan
(1) Pengertian
Rencana rujukan harus dikaji ulang pada ibu
dan keluarganya, kesepakatan ini dilakukan selama
kunjungan antenatal atau awal persalinan. Jika ibu
belum membuat rencana rujukan selama
kehamilannya, penting untuk dapat mendiskusikan
rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya awal
persalinan. Jika timbul masalah pada saat persalinan
dan rencana rujukan belum dibicarakan, maka sering
kali sulit melakukan semua persiapan secara cepat
(Sujiatini, 2010).
Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk
merujuk kefasilitas yang sesuai dapat
membahayakan jiwa ibu atau bayinya. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis
semua asuhan/perawatan yang telah diberikan dan
semua hasil penilaian (termasuk patograf) untuk
dibawa kefasilitas rujukan. Jika ibu datang hanya
untuk mendapatkan asuhan persalinan dan
kelahiran bayi dan tidak siap untuk mendapatkan
29
asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak
siap atau kurang memahami bahwa kondisinya
memerlukan upaya rujukan maka lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarga nyan tentang perlunya
memiliki rencana rujukan. Bantu mengembangkan
rencana rujukan pada saat awal persalinan (Rukiyah,
2009).
3. Kehamilan Trimester III
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Kehamilan trimester III yaitu periode 3
bulan terakhir kehamilan yang dimulai pada minggu ke-28
sampai minggu ke-40. Pada wanita hamil trimester III akan
mengalami perubahan Fisiologis dan psikologis yang disebut
sebagai periode penantian. Menanti kehadiran bayinya sebagai
bagian dari dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera
melihat bayinya. Saat ini juga merupakan waktu untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua
seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ke tiga,
wanita mungkin merasa cemas terhadap kehidupan bayi dan
kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti bayinya lahir
abnormal, membayangkan nyeri, kehilangan kendali saat
persalinan, apakah dapat bersalin normal, apakah akan
30
mengalami cedera pada vagina saat persalinan. Ibu juga
mengalami proses duka lain ketika ibu mengantisipasi
hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus yang dirasakan
selama hamil, perpisahan terhadap janin dalam kandungan
yang tidak dapat dihindari, perasaan kehilangan karena
uterusnya akan menjadi kosong secara tiba-tiba. Umumnya
ibu dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain dan lebih
menutup diri karena perasaan rentannya yang merupakan gejala
depresi ringan.
Menjelang akhir kehamilan ibu akan semakin mengalami
ketidaknyamanan fisik seperti rasa canggung, jelek,
berantakan dan memerlukan dukungan yang kuat dan
konsisten dari suami dan keluarga. Dan pada pertengahan
trimester ketiga, hasrat seksual ibu menurun, dan perlu adanya
komunikasi jujur yang dengan suaminya terutama dalam
menentukan posisi dan kenyamanan dalam hubungan sek.
Perubahan fisiologis pada kehamilan trimester terjadi pada :
a. Uterus. Uterus mulai menekan kearah tulang belakang,
menekan vena kava dan aorta sehingga aliran darah
tertekan. Pada akhir kehamilan sering terjadi kontraksi
uterus yang disebut his palsu (braxton hicks). Itmus uteri
menjadi bagian korpus dan berkembang menjadi segmen
bawah rahim yang lebih lebar dan tipis, servik menjadi
31
lunak sekali dan lebih mudah dimasuki dengan satu jari pada
akhir kehamilan.
b. Sirlukasi Darah dan Sistem Respirasi Volume darah
meningkat 25% dengan puncak pada kehamilan 32 minggu
diikuti pompa jantung meningkat 30%. Ibu hamil sering
mengeluh sesak nafas akibat pembesaran uterus yang
semakin mendesak kearah diafragma.
c. Traktus digestivus. Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati
dan regurgitasi karena terjadi tekanan keatas uterus,
sedangkan pelebaran pembuluh darah pada rectum, bisa
terjadi.
d. Traktus urinarius. Bila kepala janin mulai turun ke PAP,
maka ibu hamil akan kembali mengeluh sering kencing.
e. Sistem muskulus skeletal. Membesarnya uterus sendi
pelvik pada saat hamil sedikit bergerak untuk
mengkompensasi perubahan bahu lebih tertarik kebelakang,
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur
sehingga mengakibatnya nyeri punggung.
f. Kulit. Terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar
sebacea lebih aktif. Berat badan akan mengalami kenaikan
sekitar 5,5 kg
g. Metabolisme
32
Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan
metabolisme basal sebesar 15-20% dari semula, terutama
pada trimester ketiga, penurunan keseimbangan asam basa
dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter akibat
hemodelusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan
janin. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan
organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan
diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau
sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapat dari
karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan zat mineral
untuk ibu hamil seperti : kalsium 1,5 gram setiap hari dan
30-40 gram untuk pembentukan tulang janin, Fosfor rata-
rata 2 gram dalam sehari, Zat besi 800 mg atau 30-50 mg
per hari dan a ir yang cukup.
h. Perubahan Kardiovaskuler. Volume darah total ibu hamil
meningkat 30-50%, yaitu kombinasi antara plasma 75%
dan sel darah merah 33% dari nilai sebelum hamil.
Peningkatan volume darah mengalami puncaknya pada
pertenahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32
minggu, setelah itu relative stabil.
Pada kehamilan trimester III juga terjadi
ketidaknyamanan, seperti
33
a. Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis) dan konstipasi.
b. Edema devenden dan Varises
c . Nyeri Ligemen.
4. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Sikap Ibu Hamil Tentang
Persiapan Persalinan
a. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca
kemampuan intelektual.
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuanya, tidak dapat mengajarkan kepandaian
baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran
baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperi misalnya kosa kata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
34
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia.
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi
indikator dalam kedewasaan dalm setiap pengambilan
keputusan yang mengacu pada setiap pengalaman. Usia yang
cukup dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan dan
kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan
dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini
menghadapi kehamilan dan perubahan selama hamil. Demikian
sebaliknya dengan usia kurang dari 16 tahun maka kemungkinan
kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadap
perubahan dan adaptasi selama kehamilan.
Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan usia sangat
berpengaruh terhadap perhatian dalam proses persalinan, dimana
semakin muda umur ibu maka semakin kurang perhatian serta
pengalaman yang dimiliki ibu hamil karena ketiksiapan ibu dalam
menerima sebuah kehamilan, selain itu usia yang masih muda
sistem reproduksi yang belum matang, sehingga akan berisiko
terjadi gangguan selama kehamilan. Hal ini akan berdampak
pada persiapan persalinan yang minim dan dapat berdampak
buruk selama proses persalinan berlangsung (Manuaba, 2012).
Dalam usia reproduksi sehat dikenal usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20 sampai 30 tahun. Kematian
35
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20
tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada usia 20
sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah
usia 30 sampai 35 tahun (Saifuddin, 2012). Menurut teori
Notoadmajo (2010), menemukan bahwa makin tua umur seseorang
maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,
akan tetapi pada umur tertentu, bertambanhnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun. Selain itu memang daya ingat seseorng dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya,
akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan adalah jenjang
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar berbentuk sekolah
dasar dan madrasah ibtidayah atau bentuk lain yang sederajat,
serta sekolah menengah pertama dan madrasah sanawiyah atau
bentuk lain sederajat, pendidikan menengah terdiri dari pendidikan
36
menengah umum dan pendidikan tinggi terdiri dari diploma,
sarjana, magister, spesialis dan dokter yang di selengarakan
perguruan tinggi (Sisdiknas, 2013).
Pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan
tentang persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh
(Kodyat, 2015). Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri
amat diperlukan seorang lebih tanggap adanya persalinan yang
bermasalah atau terjadi insiden selama proses persalinan terjadi
dan keluarga dapat segera mengambil tindakan secepatnya.
Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang
menyerap dan memakai pengetahuan) demikian halnya dengan
persiapan menghadapi persalinan yang diperoleh (Notoadmodjo,
2010).
c. Pendapatan
Penghasilan adalah pendapatan yang didapatkan oleh
seorang dalam sebulan yang kemudian dibagikan berdasarkan
jumlah anggota keluarga (Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut
Soetjiningsih (2014), Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau
posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah
gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat
yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat
pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi
37
kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.
Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik primer maupun skunder (Suparyanto, 2010).
Menurut Kartono (2014), Status ekonomi adalah kedudukan
seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan
per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang
disesuaikan dengan harga barang pokok (Suparyanto, 2010).
Tingkat perekonomian adalah perolehan uang yang diterima oleh
orang tua selama satu bulan yang berasal dari berbagai
sumber dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung.
Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi gaya hidup
seseorang dan cara memperoleh pelayanan kesehatan bila ada
anggota keluarga yang sakit (Asmiadi, 2013).
Seseorang yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi
cenderung lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan
informasi tentang kesehatan, dibandingkan dengan orang yang
berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah. Keluarga
dengan penghasilan tinggi cenderung mendapatkan kesempatan
yang lebih tinggi untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi
tentang arti kesehatan dan manfaat pelayanan kesehatan
(Asmiadi, 2013).
38
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian
besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers
(1974) mrngungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yang disebut AIETA (Awareness,Interest,
Evaluation, Trial, Adaption) yaitu:
1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
39
3) Evaluation (menimbang–nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2010).
e. Pengalaman
f. Orang yang dianggap penting
g. Budaya
h. Media Massa
i. Lembaga pendidikan
j. Faktor emosional (Ma’shum dkk, 2014)
40
B. Landasan Teori
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah.
Walaupun merupakan peristiwa alamiah, kadangkala kehamilan dan
persalinan disertai risiko berupa komplikasi baik untuk ibu maupun
bayinya. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan postpartum,
eklamsia dan infeksi (WHO, 2013). Komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita,
karena merupakan penyebab terbesar kematian ibu dan bayi. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah
terjadinya kematian saat persalinan adalah melakukan persiapan
persalinan. Ibu hamil diharapkan dapat mempersiapkan persalinannya
dengan aman.
Persiapan persalinan dapat dilakukan pada trimester III kehamilan
(Kusmiati, dkk, 2009). Kehamilan trimester III sering kali disebut periode
menunggu dan waspada karena ibu sudah merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya dan mulai khawatir dengan diri dan bayinya
pada saat melahirkan. Pada saat itu juga merupakan saat persiapan aktif
untuk menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Sofie, 2015).
Persiapan persalinan meliputi persiapan fisik, psikologis dan materi.
Persiapan fisik merupakan persiapan yang berhubungan dengan aspek
persiapan tubuh untuk mempermudah persalinan dan laktasi, persiapan
psikologis adalah persiapan yang berhubungan dengan ketahanan mental
terhadap rasa takut dan kecemasan serta aspek kognitif tentang
41
persalinan sedangkan persiapan materi merupakan persiapan ibu dan
keluarga untuk mendukung kelancaran persalinan dari aspek finansial
(Christina, 2012).
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para
ibu hamil,sebuah waktu yang menyenangkan namun disisi lain merupakan
hal yang paling menebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan
namun disisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persaliana
terasa akan menyenangkan karena sikecil yang selama sembilan bulan
bersembunyi didalam perut anda akan muncul terlahir kedunia. Disisi
lain persalinan menjadi mendebarkan khusus bagi calon ibu baru, dimana
terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi
yang begitu banyak dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Munculnya perilaku untuk melakukan persiapan persalinan didukung oleh
adanya motivasi untuk melakukan persiapan persalinan, yaitu alasan atau
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat
sesuatu (Sunaryo, 2014).
Azwar (2014) “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Menurut Azwar
(2014) struktur sikap dibedakan atas 3 komponen yang saling menunjang,
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap ibu tentang
aktivitas seksual selama kehamilan, meliputi faktor internal dan eksternal.
42
Faktor internal adalah usia dan paritas, sedangkan faktor eksternal adalah
ekonomi, social budaya, geografis, dukungan orang terdekat, pekerjaan,
pendidikan (Azwar, 2014; Ma’shum dkk, 2014). Menurut Wawan & Dewi
(2014), beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor Internal
terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak. Faktor eksternal
terdiri dari lingkungan, sosial budaya, sumber informasi.
43
C. Kerangka Teori
Sikap Ibu Hamil Trimester III
Tentang Persiapan Persalinan Kehamilan
Gambar 2. Kerangka Teori dimodifikasi dari Notoadmojo (2012); Azwar (2014); (Manuaba, 2012); Ma’shum (2014)
Faktor Internal a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Jumlah kehamilan
Faktor Eksternal
a. Lingkungan b. Sosial Budaya c. Sumber Informasi
44
D. Kerangka konsep
Keterangan
Variabel bebas: umur, pendidikan, pekerjaan
Variable terikat: sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan persalinan
Umur
Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan
Persalinan
Pendidikan
Pekerjaan
Gambar 3.Kerangka Konsep Penelitian
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang pengetahuan
ibu hamil tentang aktivitas seksual selama kehamilan (Nursalam, 2013).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Puuwatu
Kota Kota Kendari pada bulan Juni tahun 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III
yang datang memeriksakan kehamilannya di poli KIA Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari bulan Juni tahun 2017 yang berjumlah 36
ibu hamil.
2. Sampel dalam penelitian adalah semua ibu hamil trimester III yang
datang memeriksakan kehamilannya di poli KIA Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari bulan Juni tahun 2017 yang berjumlah 36
ibu hamil. Teknik pengambilan sampel secara total sampling, yaitu
semua ibu hamil trimester III di Poli KIA Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari pada waktu penelitian dijadikan sampel penelitian.
46
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu sikap tentang persiapan
persalinan.
2. Variabel bebas (independent) yaitu umur, pendidikan, pekerjaan.
E. Definisi Operasional
1. Sikap tentang persiapan persalinan adalah reaksi atau respon dari
responden tentang persiapan persalinan. Skala ukur adalah
ordinal.
Kriteria objektif
a. Sikap positif: jika skor jawaban >50%
b. Sikap negatif: jika skor jawaban ≤50%
(Azwar, 2014)
2. Umur adalah lamanya seseorang hidup, yang dihitung dari lahir
hingga saat penelitian. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Berisiko: umur < 20 tahun dan >35 tahun
b. Tidak berisiko: umur 20-35 tahun
(Nursalam, 2013)
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang
ditamatkan oleh ibu balita. Skala ukur adalah ordinal.
47
Kriteria objektif
a. Pendidikan dasar dan menengah: SD, SMP, SMU
b. Pendidikan tinggi: D-III, D-IV, S1, S2, S3
(Diknas, 2003)
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner yang
dibagikan pada ibu hamil trimester III di Poli KIA Puskesmas Puuwatu
Kota Kendari.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
mengenai pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan, umur,
pendidikan. Kuesioner sikap terdiri dari 20 pernyataan sikap dengan
pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu (TT), tidak
setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pernyataan sikap terdiri dari 10
pernyataan favorable dan 10 pernyataan unfavorable tentang
persiapan persalinan. Total skor tertinggi adalah 80.
H. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
48
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan uraikan
dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
Kxn
fX
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan persalinan
telah dilaksanakan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari pada bulan Juni
tahun 2017. Sampel penelitian adalah ibu hamil trimester III di Poli KIA
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari yang berjumlah 36 ibu. Data yang
telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24. Data
yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang disertai
penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian,
karakteristik responden, sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan,
sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan. Hasil penelitian akan ditampilkan sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Puuwatu berlokasi di Jln. Prof. Muh. Yamin No. 64 Kel.
Puuwatu, Kecamatan Puuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Kode Pos 93114, dan E-mail [email protected]. Luas
wilayah kerja Puskesmas Puuwatu yaitu 21,56 km2 dengan batas-batas
administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Wawombalata
Kecamatan Mandonga (Wilayah Kerja Puskesmas
Labibia)
50
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Lepo-lepo Kecamatan
Baruga (Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-lepo)
Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Mandonga
Kecamatan Mandonga (Wilayah Kerja Puskesmas
Labibia)
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Abeli Sawah Kecamatan
Anggalomoare (Wilayah Kerja Puskesmas
Anggalomoare)Kabupaten Konawe.
Wilayah kerja Puskesmas Puuwatu meliputi 6 kelurahan
diantaranya Kelurahan Puuwatu, Kelurahan Watulondo, Kelurahan
Tobuuha, Kelurahan Punggolaka, Kelurahan Lalodati, Kelurahan Abeli
Dalam. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu dapat di
lihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Jumlah Penduduk wilayah Puskesmas Puuwatu Tahun 2016
Nama Kelurahan
Jml Rt
Jml Rw
Jml KK
Jml Pddk
Laki-laki
Jml Pddk
Perempuan
Jml pddk
Puuwatu 27 9 1422 3053 2974 7485
Watulondo 26 8 1560 3168 3063 7825
Punggolaka 26 8 1493 4249 3614 9390
Lalodati 12 4 776 1585 1596 3973
Tobuuha 24 8 1117 2313 2214 5676
Abeli dalam 6 2 157 306 285 756
Jumlah 121 39 6525 14674 13746 35105 Sumber: Profil Kecamatan Puuwatu tahun 2016
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Puuwatu yang terdiri dari 6
kelurahan mempunyai penduduk 35105 Jiwa dengan bermacam-macam
51
suku diantaranya suku Tolaki, Muna, Buton, Jawa, Bugis / Makassar, Bali
dan Toraja. Dari jumlah penduduk tersebut menganut agama Islam,
Kristen, Hindu dan Budha. Perilaku masyarakat Sangat dipengaruhi oleh
adat istiadat setempat, seperti persatuan yang diwujudkan dalam sikap
kegotong royongan yang kokoh. Ini terlihat pada acara-acara seperti
selamatan, pernikahan dan masih banyak lagi acara-acara lain yang
sangat mencerminkan budaya atau adat istiadat setempat.
Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah pedagang,dan
Penyedia Jasa serta PNS/TNI/Polri. Sarana transportasi yang digunakan
adalah Taksi, angkutan umum (pete-pete), Bis Trans lulo dan ojek.
Puskesmas Puuwatu terbagi atas Ruang Rawat Jalan, Ruang Rawat
Inap dan Ruang Persalinan, dengan luas bangunan 1 Ha.
a. Ruang Rawat Jalan, terdiri dari Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
Tata Usaha, Ruang Loket Kartu/Pendaftaran, Ruang Poli Umum,
Ruang Poli Anak, Ruang Poli Gigi, Ruang Farmasi, Ruang Kesling,
Promkes, Imunisasi, P2M, Ruang KIA / KB, Ruang Laboratorium.
b. Ruang Rawat Inap, terdiri dari 6 Kamar, Bangsal dewasa dan Bangsal
Anak, Kapasitas tempat tidur sebanyak 10 buah, Kamar mandi/ WC 4
buah, Ruang Jaga, Kamar tidur Perawat Jaga, Ruang Instalasi Gizi.
c. Ruang Persalinan, terdiri dari Ruang Tamu, Ruang Jaga, Ruang
Tindakan Persalinan, Ruang Bayi, Kamar mandi/ WC 2 buah.
Berikut distribusi jenis sarana kesehatan yang ada di puskesmas
puuwatu pada tahun 2016 dapat terlihat pada tabel berikut ini
52
Tabel 2 Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan Tahun 2016
Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
Sarana kesehatan pemerintah a. Puskesmas Induk b. Puskesmas Pembantu c. Rumah Sakit Pemerintah
1 1 1
Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat a. Posyandu Balita b. Posyandu Lansia c. Pos Kesehatan Kelurahan d. Bidan Praktek Swasta e. Klinik Pratama
17 4 2 2 3
Sumber: Puskesmas Puuwatu Tahun 2016.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah dan jenis sarana kesehatan
tahun 2016 untuk sarana kesehatan pemerintah sebanyak 2 sarana,
diantaranya Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu dan Rumah Sakit
Pemerintah masing-masing 1 sarana. Sedangkan sarana kesehatan
bersumber daya masyarakat diantaranya Posyandu Balita sebanyak 17
sarana, Posyandu Lansia sebanyak 4 sarana, Pos Kesehatan Kelurahan
dan Bidan Praktek Swasta masing-masing 2 sarana, dan Klinik Pratama 3
sarana. Sarana prasarana yang ada di Puskesmas Puuwatu yaitu sebagai
berikut
Tabel 3 Sarana Prasarana Puskesmas Puuwatu Tahun 2016
Jenis Sarana Jumlah
Mobil Ambulans 1 Buah Mobil Operasional 1 Buah Motor 14 Buah
Sumber: Puskesmas Puuwatu Tahun 2016
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Puuwatu dapat di lihat pada tabel
sebagai berikut
53
Tabel 4 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Puuwatu Tahun 2016
Jenis Tenaga Status Ketenagaan
Jumlah PNS PTT Honorer Sukarela
Dokter Umum. 2 - 1 - 3
Dokter Gigi. 2 - - - 2
Sarjana Farmasi,
Apoteker
1 - - 1 2
Asisten Apoteker 2 - - - 2
Sarjana Keperawatan 7 - - 9 16
Sarjana Gizi 1 - - - 1
Sarjana Kesmas 11 - 2 4 17
S2. Kespro 2 - - - 2
D IV Kebidanan 1 - - 1
D III Keperawatan. 9 - 5 26 40
D III Kebidanan. 5 - - 24 29
D III Kesling 3 - - 1 4
D III Gizi 7 - - 1 8
D III Komputer - - 1 - 1
D III Gigi - - - - 0
DIII Analis - - - 1 1
D III Farmasi 1 - - - 1
SPK 8 - - - 8
D I Bidan. 2 - - - 2
SPPM 1 - - - 1
Pekarya 2 - - - 2
SPAG 2 - - - 2
SPPH 1 - - - 1
SMF 1 - - - 1
SPRG 3 - - - 3
SMA 2 - 4 3 9
J U M L A H 76 - 13 70 159
Sumber: Puskesmas Puuwatu Tahun 2016
2. Karakteristik Responden
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang
54
lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur,
pendidikan, pekerjaan. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
n %
Umur
Berisiko
Tidak Berisiko
6
30
16,7
83,3
Pendidikan
Dasar dan Menengah
Tinggi
20
16
55,6
44,4
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
15
21
41,7
58,3
Sumber: Data Primer
Setelah dilakukan analisis data, dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yang berada pada umur tidak berisiko (20-35 tahun) sebanyak
30 ibu (83,3%), berpendidikan dasar dan menengah sebanyak 20 ibu
(55,6%), tidak bekerja sebanyak 21 ibu (58,3%). Kesimpulan dari
karakteristik responden adalah sebagian besar ibu hamil berada pada
umur reproduksi sehat, berpendidikan rendah dan merupakan ibu rumah
tangga.
3. Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan di
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
Sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan adalah reaksi atau
respon dari ibu hamil tentang persiapan persalinan. Sikap dalam
55
penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sikap positif (persentase
jawaban benar >50%) dan sikap negatif (persentase jawaban benar
≤50%). Hasil penelitian tentang sikap dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan
di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017
Sikap Jumlah
n %
Positif
Negatif
14
22
38,9
61,1
Total 36 100
Sumber: Data Primer
Sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan sebagian besar dalam
kategori negatif sebanyak 22 orang (61,1%). Hal ini berarti ibu hamil di
Puskesmas Puuwatu memiliki sikap yang negatif tentang persiapan
persalinan.
4. Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan
Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
Sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan berdasarkan umur ibu
adalah reaksi atau respon dari responden tentang persiapan persalinan
berdasarkan umur ibu. Umur ibu dibagi menjadi dua, yaitu umur berisiko
(<20 tahun dan >35 tahun) dan tidak berisiko (20-35 tahun). Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel 7.
56
Tabel 7 Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan
Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017
Umur Ibu
Sikap Total
Positif Negatif
n % n % n %
Berisiko
Tidak berisiko
4
10
11,1
27,8
2
20
5,5
55,6
6
30
16,6
83,4
Total 14 38,9 22 61,1 36 100
Sumber: Data Primer
Tabel 7 menyatakan bahwa responden yang memiliki sikap positif
sebagian besar umurnya dalam kategori tidak berisiko (20-35 tahun)
sebanyak 10 orang (27,8%), demikian pula yang memiliki sikap negatif
sebagian besar umurnya dalam kategori tidak berisiko (20-35 tahun)
sebanyak 20 orang (55,6%). Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian
besar ibu hamil yang memiliki sikap positif dan negatif berada pada usia
tidak berisiko.
5. Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari
Sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan berdasarkan
pendidikan ibu adalah reaksi atau respon dari responden tentang
persiapan persalinan berdasarkan pendidikan formal yang pernah
ditempuh ibu. Pendidikan ibu dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan dasar
57
dan menengah dan pendidikan tinggi. Hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 8 Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017
Pendidikan
Sikap Total
Positif Negatif
n % n % n %
Dasar dan
menengah
Tinggi
5
9
13,9
25,0
15
7
41,7
19,4
20
16
55,6
44,4
Total 14 38,9 22 61,1 36 100
Sumber: Data Primer
Tabel 8 menyatakan bahwa responden yang memiliki sikap positif
berpendidikan tinggi sebanyak 9 orang (25,0%), sedangkan yang memiliki
sikap negatif sebagian besar berpendidikan dasar dan menengah
sebanyak 15 orang (41,7%). Kesimpulannya adalah sebagian besar ibu
hamil di Puskesmas Puuwatu yang memiliki sikap positif berpendidikan
tinggi, sedangkan yang memiliki sikap negatif berpendidikan dasar dan
menengah.
6. Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang persiapan Persalinan
Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
Sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan persalinan
berdasarkan pekerjaan ibu adalah reaksi atau respon dari responden
tentang persiapan persalinan berdasarkan aktivitas yang dilakukan ibu.
58
Pekerjaan ibu dibagi menjadi dua, yaitu bekerja dan tidak bekerja. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 Distribusi Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Persiapan Persalinan
Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017
Pekerjaan
Sikap Total
Positif Negatif
n % n % n %
Bekerja
Tidak bekerja
10
4
27,8
11,1
5
17
13,9
47,2
15
21
41,7
58,3
Total 14 38,9 22 61,1 36 100
Sumber: Data Primer
Tabel 9 menyatakan bahwa responden yang memiliki sikap positif
sebagian besar bekerja sebanyak 10 orang (27,8%), sedangkan yang
memiliki sikap negatif sebagian besar tidak bekerja sebanyak 17 orang
(47,2%). Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
ibu hamil yang memiliki sikap yang positif memiliki pekerjaan sedangkan
yang memiliki sikap negatif tidak bekerja.
B. Pembahasan
Penelitian sikap ibu hamil trimester III tentang persiapan persalinan
telah dilaksanakan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari pada bulan Juni
tahun 2017. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar sikap ibu
hamil trimester III tentang persiapan persalinan dalam kategori negatif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fitria (2013) tentang
gambaran sikap ibu primigravida trimester III tentang persiapan persalinan
59
di BPS Linulia Sri Sujati Banjarsari Surakarta. Hasil penelitan Fitria
menyatakan bahwa sebagian besar sikap ibu hamil dalam kategori
kurang.
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah.
Walaupun merupakan peristiwa alamiah, kadangkala kehamilan dan
persalinan disertai risiko berupa komplikasi baik untuk ibu maupun
bayinya. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan postpartum,
eklamsia dan infeksi (WHO, 2013). Komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita,
karena merupakan penyebab terbesar kematian ibu dan bayi. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah
terjadinya kematian saat persalinan adalah melakukan persiapan
persalinan. Ibu hamil diharapkan dapat mempersiapkan persalinannya
dengan aman.
Persiapan persalinan dapat dilakukan pada trimester III kehamilan
(Kusmiati, dkk, 2009). Kehamilan trimester III sering kali disebut periode
menunggu dan waspada karena ibu sudah merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya dan mulai khawatir dengan diri dan bayinya
pada saat melahirkan. Pada saat itu juga merupakan saat persiapan aktif
untuk menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Sofie, 2015).
Persiapan persalinan meliputi persiapan fisik, psikologis dan materi.
Persiapan fisik merupakan persiapan yang berhubungan dengan aspek
persiapan tubuh untuk mempermudah persalinan dan laktasi, persiapan
60
psikologis adalah persiapan yang berhubungan dengan ketahanan mental
terhadap rasa takut dan kecemasan serta aspek kognitif tentang
persalinan sedangkan persiapan materi merupakan persiapan ibu dan
keluarga untuk mendukung kelancaran persalinan dari aspek finansial
(Christina, 2012).
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para
ibu hamil,sebuah waktu yang menyenangkan namun disisi lain merupakan
hal yang paling menebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan
namun disisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persaliana
terasa akan menyenangkan karena sikecil yang selama sembilan bulan
bersembunyi didalam perut anda akan muncul terlahir kedunia. Disisi
lain persalinan menjadi mendebarkan khusus bagi calon ibu baru, dimana
terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi
yang begitu banyak dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Munculnya perilaku untuk melakukan persiapan persalinan didukung oleh
adanya motivasi untuk melakukan persiapan persalinan, yaitu alasan atau
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat
sesuatu (Sunaryo, 2014).
Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk
merespons secara konsisten terhadap suatu objek” (Ali, 2015). Menurut
Secord dan Backman dalam Azwar (2014) “Sikap adalah keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
61
lingkungan sekitarnya”. Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif,
penilaian terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan
individu terhadap sesuatu. Menurut Azwar (2014) struktur sikap dibedakan
atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif yang
merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,
komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional, komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya
kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok
sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman,
orang yang dianggap penting, budaya, media massa, lembaga
pendidikan, faktor emosional (Azwar, 2014; Ma’shum dkk, 2014).
Sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan dapat dipengaruhi
oleh kurangnya informasi dan adanya kepercayaan mengenai apa yang
berlaku (mitos) sehingga ibu hamil memiliki sikap yang negatif (Azwar,
2014). Faktor internal adalah usia dan paritas, sedangkan faktor eksternal
adalah ekonomi, social budaya, geografis, dukungan orang terdekat,
pekerjaan, pendidikan (Azwar, 2014; Ma’shum dkk, 2014). Menurut
Wawan & Dewi (2014), beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu
62
faktor Internal terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak.
Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, sosial budaya, sumber informasi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian ibu hamil yang
memiliki sikap positif maupun negatif berada pada usia tidak berisiko (20-
35 tahun). Hal ini berarti bahwa umur tidak berpengaruh pada sikap ibu
hamil. Ibu hamil di Puskesmas Puuwatu hamil pada usia reproduksi sehat.
Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2012) bahwa usia ibu yang
disarankan untuk hamil adalah pada usia reproduksi sehat (20-35 tahun).
Manfaat hamil diusia reproduksi sehat adalah kehamilan ibu bisa berjalan
dengan baik sehingga bayi yang dilahirkan sehat.
Hasil penelitian juga menyatakan bahwa sebagian ibu hamil di
Puskesmas Puuwatu yang memiliki sikap positif berpendidikan tinggi,
sedangkan yang memiliki sikap negatif berpendidikan dasar dan
menengah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Restiyanti (2013)
bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan sikap tentang persiapan
persalinan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan seseorang
melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik di sekolah ataupun di luar
sekolah. Makin tinggi pendidikan, makin mudah seseorang menerima
pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan
teknologi baru. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
63
mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang
untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak (Irmayanti,
2014).
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan
persalinan. Pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih
tanggap adanya persalinan yang bermasalah atau terjadi insiden selama
proses persalinan terjadi dan keluarga dapat segera mengambil tindakan
secepatnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu
mempengaruhi sikap tentang persiapan persalinan.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin baik
pula perencanaan persalinannya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Kabakyenga di Uganda, yang menunjukkan adanya hubungan pendidikan
ibu dengan sikap tentang persiapan persalinan. Penelitian ini menyatakan
bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan yang tinggi lebih cenderung
memilih tenaga penolong terlatih dibandingkan ibu hamil yang memiliki
pendidikan rendah. Pendidikan memegang peranan penting bagi
pasangan suami isteri dalam merencanakan pemilihan penolong
persalinan.
Sebagian besar ibu hamil di Puskesmas Puuwatu yang memiliki
sikap yang positif memiliki pekerjaan sedangkan yang memiliki sikap
negatif tidak bekerja. Ibu hamil yang bekerja memiliki kesempatan yang
lebih banyak untuk memperoleh informasi tentang persiapan persalinan.
64
Informasi yang diperoleh dapat diperoleh dari teman kerja, kantor dan
lingkungan disekitarnya (Nursalam, 2013). Adanya informasi yang diterima
dapat mempengaruhi sikap ibu sehingga ibu dapat bersikap positif untuk
mempersiapkan persalinannya.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu
memiliki sikap yang negatif tentang persiapan persalinan.
2. Sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu yang
memiliki sikap positif dan negatif tentang persiapan persalinan
berusia 20-35 tahun.
3. Sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu yang
memiliki sikap positif tentang persiapan persalinan berpendidikan
tinggi, sedangkan ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu
yang memiliki sikap negatif tentang persiapan persalinan
berpendidikan dasar dan menengah.
4. Sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu yang
memiliki sikap yang positif tentang persiapan persalinan memiliki
pekerjaan sedangkan ibu hamil trimester III di Puskesmas Puuwatu
yang memiliki sikap negatif tentang persiapan persalinan tidak
bekerja.
B. Saran
1. Ibu hamil trimester III disarankan untuk selalu memeriksakan
kehamilannya dan mencari informasi tentang persiapan persalinan.
66
2. Bidan khususnya yang bekerja di Puskesmas harus selalu
memberikan informasi pada ibu hamil tentang persalinan dan hal-
hal yang harus disiapkan dalam persalinan.
67
DAFTAR PUSTAKA Azwar, (2014) Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar. Aditama T. J., (2013), Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:
Universitas IndonesiaPress.
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, & Macro International Inc. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.
Bobak,I.M., Lowdermilk,D.L., Jensen,M.D. (2010). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta: EGC. Chapman, L., & Durham, R. (2010). Maternal-newborn nursing: The critical
components of nursing care. Philadelphia: F.A. Davis Company. Christin (2012) Hubungan Keaktifan Mengikuti Kelas Ibu Hamil Dengan
Persiapan Persalinan Pada Ibu Hamil Di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Naskah Publikasi.
Dewi, Sunarsih (2011) Perawatan Persalinan. Yogyakarta: Fitramaya. Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Depkes RI. (2012) Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Depkes. Dinkes Sultra. (2013) Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari. Dinkes Kota Kendari (2013) Profil Kesehatan Kota Kendari. Kendari. Fitria, M. (2013) Gambaran Sikap Ibu Primigravida Trimester Iii Tentang
Persiapan Persalinan di BPS Linulia Sri Sujati Banjarsari Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta: STIK Kusuma Husada.
Gunawan, (2011). Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press. Guslena (2011) Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Imam (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Rihana.
68
Kusmiati, (2009) Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya. Manuaba, I.B.G. ( 2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Ma’shum. (2014) Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta : Mitra
Pustaka Notoatmodjo, S. (2012) Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. ____________ ( 2012) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Nursalam, ( 2013) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Restiyanti, Ansariadi, Wahidudin (2013) Determinan Perencanaan
Persalinan Pada Ibu Bersalin di Daerah Pedesaan Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Makassar: Unhas.
Rina (2013) Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC.
Rukiyah, Yulianti, Lia. (2011) Asuhan Kebidanan 4 Patologi
Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin, A.B. (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo
Sofie (2015) Gambaran Sikap Ibu Primigravida Trimester III Tentang
Persiapan Persalinan Di BPS Finulia Sri Surjati Banjarsari Surakarta. Naskah Publikasi.
Sujiyatini, (2011) Catatan Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Suryono (2014) Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 DAN S2.
Yogyakarta: Nuha Medika. World Health Organization. (2013) Promoting Proper Pregnancy. Geneva:
WHO.
69
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
ibu responden
Di Puskesmas Puuwatu
Nama saya MARDIANI mahasiswa Program D-III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui sikap ibu
hamil trimester III tentang persiapan persalinan di Puskesmas
Puuwatu, yang mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari
Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu
dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak
yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan
lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk
diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan
digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan
partisipasinya disampaikan terima kasih.
Kendari, 2017
Responden Peneliti
……………. (Mardiani)
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)
SIKAP TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN
NO PERNYATAAN SIKAP
SS S TS STS
1 Bidan merupakan penolong persalinan yang profesional
2 Dukun merupakan penolong persalinan profesional
3 Suami dan istri adalah pengambil keputusan dimana ibu akan bersalin
4 Keluarga merupakan pengambil keputusan penentu dimana ibu akan bersalin
5 Menyiapkan darah sebelum bersalin sangat berguna bagi ibu bersalin
6 Menabung saat hamil bermanfaat bagi ibu ketika akan bersalin
7 Dukungan dari bapak atau keluarga terdekat lainnya dalam bentuk perhatian dan kasih sayang akan membantu memberi semangat untuk ibu yang akan melahirkan
8 Dukungan dari petugas pelayanan kesehatan dalam bentuk motivasi akan membantu memberi semangat untuk ibu yang akan melahirkan
9 wanita hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan, telur, daging), zat besi (sayuran hijau) dan minum 8-10 gelas setiap hari
10 Bersalin difasilitas kesehatan lebih aman dibandingkan di rumah
11 Ketika terjadi masalah dalam persalinan yang tidak dapat ditangani penolong persalinan maka ibu bersalin tidak harus dirujuk kefasilitas yang lebih baik
12 kehadiran anak hanya sebagai penerus keluarga dan nilai-nilai
71
budaya
13 Masyarakat tidak diharapkan partisipasinya dalam proses persalinan yang ada
14 Dalam memilih tempat persalinan tidak harus mempertimbangkan jarak tempat bersalin dengan rumah, fasilitas pelayanan yang ada dan ketersediaan tenaga petugas pelayanan kesehatan
15 Persiapan transportasi dan biaya tidak perlu dilakukan disiapkan untuk merujuk jika terjadi hal-hal yang tidak terduga selama persalinan
16 Perlengkapan bayi dalam persalinan dipersiapkan ketika akan bersalin
17 Biaya persalinan tidak perlu dipersiapkan menjelang persalinan
18 Biaya tambahan tidak perlu dipersiapkan jika terjadi hal-hal yang tidak terduga pada persalinan
19 Perlengkapan ibu dalam persalinan dipersiapkan ketika akan bersalin
20 Biaya persalinan tidak perlu dipersiapkan menjelang persalinan
72
73
74
KUESIONER PENELITIAN
SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI
PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2017
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
Karakteristik Responden
1. Umur :
2. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
3. Pekerjaan :
a. PNS
b. Swasta
c. Wiraswasta
d. Tidak Bekerja
4. Hamil Ke :
5. Umur Kehamilan :
75
MASTER TABEL PENELITIAN
SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI
TAHUN 2017
NO NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN SIKAP
1 NY S 21 PT PNS 50
2 NY H 30 PT PNS 85
3 NY N 22 SMU IRT 40
4 NY S 30 SMU IRT 45
5 NY H 27 PT PNS 90
6 NY A 31 PT Swasta 50
7 NY D 34 PT PNS 50
8 NY I 18 SMP IRT 45
9 NY Y 19 SMU IRT 75
10 NY A 37 PT Wiraswasta 65
11 NY R 22 SMU IRT 35
12 NY S 26 SMU IRT 40
13 NY A 29 SMU Wiraswasta 80
14 NY A 19 SMP IRT 40
15 NY I 26 SMU PNS 85
16 NY S 21 SMU IRT 45
17 NY S 27 PT PNS 85
18 NY D 23 SMP IRT 50
19 NY S 19 SMU IRT 75
20 NY A 34 SMU IRT 45
21 NY H 33 PT PNS 80
22 NY D 19 SMU IRT 70
23 NY Y 32 SMP IRT 40
24 NY R 27 SMU IRT 40
25 NY A 29 PT PNS 85
26 NY I 31 PT IRT 75
27 NY F 25 SMU Wiraswasta 50
28 NY F 24 PT IRT 50
29 NY S 29 PT IRT 45
30 NY F 29 PT Wiraswasta 35
31 NY R 30 SMU IRT 45
32 NY I 31 SMU IRT 35
33 NY A 33 PT Swasta 90
34 NY D 28 PT IRT 50
35 NY U 25 SMU IRT 50
36 NY H 25 PT Swasta 75