Sifat Aseton, Etanol, Etilen]

download Sifat Aseton, Etanol, Etilen]

of 15

Transcript of Sifat Aseton, Etanol, Etilen]

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Etanol

Nama IUPAC[sembunyikan] Etanol Nama lain[sembunyikan] Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat; alkohol absolut Identifikasi Nomor CAS PubChem Nomor RTECS SMILES InChI Rumus molekul Massa molar Penampilan Densitas Titik leleh Titik didih Kelarutan dalam air Keasaman (pKa) Viskositas Momen dipol Klasifikasi EU NFPA 704 [64-17-5] 702 KQ6300000CCO 1/C2H6O/c1-2-3/h3H,2H2,1H3

Sifat C2H5OH 46,07 g/mol cairan tak berwarna 0,789 g/cm3 114,3 78,4 tercampur penuh 15,9 1,200 cP (20 C) 1,69 D (gas) Bahaya Mudah terbakar (F)

3

1 0Frasa-R Frasa-S Titik nyala Senyawa terkait R11 S2 S7 S16 13 C (55.4 F) Senyawa terkait metanol, propanolSangkalan dan referensi Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25C, 100 kPa)

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.[1] Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

Daftar isi[sembunyikan]

1 Sejarah 2 Sifat-sifat fisika 3 Sifat-sifat kimia

3.1 Reaksi asam-basa 3.2 Halogenasi 3.3 Pembentukan ester 3.4 Dehidrasi 3.5 Oksidasi 3.6 Pembakaran

4 Pembuatan

4.1 Hidrasi etilena 4.2 Fermentasi

5 Sifat Medis 6 Penggunaan 7 Referensi

[sunting] Sejarah

Etanol sering digunakan sebagai bahan bakar Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.[2] Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang. Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure berhasil menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Couper mempublikasikan rumus kimia etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus kimianya.[3] Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara terpisah oleh Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Srullas dari Perancis. Pada tahun 1828, Michael Faraday berhasil

membuat etanol dari hidrasi etilena yang dikatalisis oleh asam. Proses ini mirip dengan proses sintesis etanol industri modern.[4] Etanol telah digunakan sebagai bahan bakar lampu di Amerika Serikat sejak tahun 1840, namun pajak yang dikenakan pada alkohol industri semasa Perang Saudara Amerika membuat penggunaannya tidak ekonomis. Pajak ini dihapuskan pada tahun 1906,[5] dan sejak tahun 1908 otomobil Ford Model T telah dapat dijalankan menggunakan etanol.[6] Namun, dengan adanya pelarangan minuman beralkohol pada tahun 1920, para penjual bahan bakar etanol dituduh berkomplot dengan penghasil minuman alkohol ilegal, dan bahan bakar etanol kemudian ditinggalkan penggunaannya sampai dengan akhir abad ke-20.

[sunting] Sifat-sifat fisikaSifat-sifat termofisika dari campuran antara etanol dengan air dan dodekana

Volume berlebih campuran etanol dengan air (kontraksi volume)

Kalor pencampuran campuran etanol dengan air

Kesetimbangan uap-cair campuran etanol dengan air (termasuk pula azeotrop)

Kesetimbangan padat-cair dari

Celah ketercampuran

campuran etanol dan air (termasuk eutektikum)

(miscibility gap) pada campuran dodekana dan etanol]]

Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena.[7][8] Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.[8] Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal.[7][9] Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K[10]. Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan kira-kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air[11]. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur di bawah 303 K[12].

Ikatan hidrogen pada etanol padat pada 186 C Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis, sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang polar menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida.[8] Natrium klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol.[8] Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak atsiri[13] dan banyak perasa, pewarna, dan obat.

Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air secara drastis. Campuran etanol dengan air yang lebih dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang kurang dari 50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Indeks refraksi etanol adalah 1,36242 (pada =589,3 nm dan 18,35 C).[7]

[sunting] Sifat-sifat kimiaUntuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat Alkohol. Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.

[sunting] Reaksi asam-basaGugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Ia hampir netral dalam air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33, berbanding dengan pH air murni yang sebesar 7,00. Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya, ion etoksida (CH3CH2O), dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti natrium: 2CH3CH2OH + 2Na 2CH3CH2ONa + H2 ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida: CH3CH2OH + NaH CH3CH2ONa + H2. Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air lebih asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan daripada pembentuk etoksida.

[sunting] HalogenasiEtanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti etil klorida dan etil bromida: CH3CH2OH + HCl CH3CH2Cl + H2O Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida.[14] Hidrogen klorida dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.[15][14] CH3CH2OH + HBr CH3CH2Br + H2O Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat.[14] Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida, ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.[15][14] CH3CH2OH + SOCl2 CH3CH2Cl + SO2 + HCl

[sunting] Pembentukan esterDengan kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat dan menghasilkan senyawa etil eter dan air: RCOOH + HOCH2CH3 RCOOCH2CH3 + H2O. Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.

Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam anorganik. Dietil sulfat dan trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam sulfat dan asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna sebagai agen etilasi dalam sintesis organik.

[sunting] DehidrasiAsam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter: 2 CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120'C) CH3CH2OH H2C=CH2 + H2O (pada 180'C)

[sunting] OksidasiEtanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang kemudian dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini dikatalisis oleh enzim tubuh. Pada laboratorium, larutan akuatik oksidator seperti asam kromat ataupun kalium permanganat digunakan untuk mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. Proses ini akan sangat sulit menghasilkan asetaldehida oleh karena terjadinya overoksidasi. Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida tanpa oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat menggunakan piridinium kloro kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).[14] C2H5OH + 2[O] CH3COOH + H2O Produk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh manusia sebagai asetil-koA.

[sunting] PembakaranPembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air: C2H5OH(g) + 3 O2(g) 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(Hr = 1409 kJ/mol[16])

[sunting] Pembuatan

94% etanol terdenaturasi dalam sebuah botol untuk kegunaan rumah tangga

Etanol dapat diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilena ataupun secara biologis melalaui fermentasi gula dengan ragi.[17]

[sunting] Hidrasi etilenaEtanol yang digunakan untuk kebutuhan industri sering kali dibuat dari senyawa petrokimia, utamanya adalah melalui hidrasi etilena: C2H4(g) + H2O(g) CH3CH2OH(l). Katalisa yang digunakan umumnya adalah asam fosfat[18]. Katalis ini digunakan pertama kali untuk produksi skala besar etanol oleh Shell Oil Company pada tahun 1947.[19] Reaksi ini dijalankan dengan tekanan uap berlebih pada suhu 300 C. Proses lama yang pernah digunakan pada tahun 1930 oleh Union Carbide[20] adalah dengan menghidrasi etilena secara tidak langsung dengan mereaksikannya dengan asam sulfat pekat untuk mendapatkan etil sulfat. Etil sulfat kemudian dihidrolisis dan menghasilkan etanol:[14] C2H4 + H2SO4 CH3CH2SO4H CH3CH2SO4H + H2O CH3CH2OH + H2SO4

[sunting] FermentasiEtanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi. Spesies ragi tertentu (misalnya Saccharomyces cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan karbon dioksida: C6H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2. Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai fermentasi. Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15% etanol berdasarkan volume.[21] Untuk menghasilkan etanol dari bahan-bahan pati, misalnya serealia, pati tersebut haruslah diubah terlebih dahulu menjadi gula. Dalam pembuatan bir, ini dapat dilakukan dengan merendam biji gandum dalam air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang beru berkecambah tersebut akan menghasilkan enzim amilase. Biji kecambah gandum ditumbuk, dan amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula. Untuk etanol bahan bakar, hidrolisis pati menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan asam sulfat encer, menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua cara tersebut.[22]

[sunting] Sifat MedisEtanol telah banyak dibukti menyebabkan kelainan pada metabolisme lipoprotein, sintesis kolesterol dan penurunan sintesis asam empedu, asam kolat, fosfolipid, serta penurunan aktivitas enzim 12 alpha-hydroxylase.[23]

[sunting] Penggunaan Pelarut Campuran minuman (intoxicant) Sintesis bahan kimia lain

Etanol juga dapat diminum sedikit dengan campuran air dan dapat membantu proses metabolisme.

[sunting] Referensi1. ^ Myers, Richard L.; Myers, Rusty L. (2007). The 100 most important chemical

compounds: a reference guide. Westport, Conn.: Greenwood Press. hlm. 122. ISBN 0313337586.2. ^ Roach, J. (18 Juli 2005) "9,000-Year-Old Beer Re-Created From Chinese Recipe."

National Geographic News., diakses 14 November 2005.3. ^ Couper, A.S. (1858). "On a new chemical theory." Philosophical magazine 16, 104

116. Online reprint4. ^ Hennell, H. (1828). "On the mutual action of sulfuric acid and alcohol, and on the

nature of the process by which ether is formed". Philosophical Transactions 118 (365 71): 365. doi:10.1098/rstl.1828.0021.5. ^ Robert Siegel. "Ethanol, Once Bypassed, Now Surging Ahead", NPR, 15 Februari

2007. Diakses pada 22 September 2007.6. ^ Joseph DiPardo. "Outlook for Biomass Ethanol Production and Demand" (PDF).

United States Department of Energy. http://tonto.eia.doe.gov/FTPROOT/features/biomass.pdf. Diakses pada 22 September 2007.7. ^ a b c CRC Handbook of Chemistry, 44th ed. 8. ^ a b c d Windholz, Martha (1976). The Merck index: an encyclopedia of chemicals and

drugs (edisi ke-9th). Rahway, N.J., U.S.A: Merck. ISBN 0-911910-26-3.9. ^ "Encyclopedia of chemical technology". 9. (1991). 813. 10. ^ Costigan MJ, Hodges LJ, Marsh KN, Stokes RH, Tuxford CW (1980). "The Isothermal

Displacement Calorimeter: Design Modifications for Measuring Exothermic Enthalpies of Mixing". Aust J Chem. 33 (10): 210319. doi:10.1071/CH9802103. http://www.publish.csiro.au/nid/51/paper/CH9802103.htm.11. ^ Lei Z, Wang H, Zhou R, Duan Z (2002). "Influence of salt added to solvent on

extractive distillation". Chem Eng J. 87: 14956. doi:10.1016/S1385-8947(01)00211-X.12. ^ Pemberton RC, Mash CJ (September 1978). "Thermodynamic properties of aqueous

non-electrolyte mixtures II. Vapour pressures and excess Gibbs energies for water + ethanol at 303.15 to 363.15 K determined by an accurate static method". J Chem Thermodyn. 10 (9): 86788. doi:10.1016/0021-9614(78)90160-X.13. ^ Merck Index of Chemicals and Drugs, 9th ed.; monographs 6575 through 6669 14. ^ a b c d e f Streitweiser, Andrew Jr.; Heathcock, Clayton H. (1976). Introduction to

Organic Chemistry. MacMillan. ISBN 0-02-418010-6.15. ^ Kesalahan pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref

bernama m_and_b16. ^ Frederick D. Rossini (1937). "Heats of Formation of Simple Organic Molecules". Ind.

Eng. Chem. 29 (12): 14241430. doi:10.1021/ie50336a024.17. ^ Mills, G.A.; Ecklund, E.E. "Mills GA, Ecklund EE (1987). "Alcohols as Components

of Transportation Fuels". Annual Review of Energy 12: 4780. doi:10.1146/annurev.eg.12.110187.000403.

http://arjournals.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.eg.12.110187.000403? journalCode=energy.18. ^ Roberts, John D.; Caserio, Marjorie C. (1977). Basic Principles of Organic Chemistry.

W. A. Benjamin, Inc. ISBN 0-8053-8329-8.19. ^ "Encyclopedia of chemical technology". 9. (1991). 82-. 20. ^ Lodgsdon, J.E. (1994). p. 817 21. ^ Morais PB, Rosa CA, Linardi VR, Carazza F, Nonato EA (November 1996).

"Production of fuel alcohol by Saccharomyces strains from tropical habitats". Biotechnology Letters 18 (11): 13516. doi:10.1007/BF00129969. http://www.springerlink.com/content/h32k825756g41318/.22. ^ Badger, P.C. "Ethanol From Cellulose: A General Review." p. 1721. In: J. Janick and

A. Whipkey (eds.), Trends in new crops and new uses. ASHS Press, 2002, Alexandria, VA. Retrieved on September 2, 2007.23. ^ (Inggris)"Effects of acute and chronic ethanol intake on bile acid metabolism". Monroe

P, Vlahcevic ZR, Swell L.. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7013554. Diakses pada 18 November 2010.

Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan -ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.

Daftar isi[sembunyikan]

1 Produksi 2 Biosintesis 3 Penggunaan

3.1 Cairan pembersih 3.2 Pelarut 3.3 Stok umpan

4 Referensi 5 Pranala luar

[sunting] Produksi

Aseton dibuat secara langsung maupun tidak langsung dari propena. Secara umum, melalui proses kumena, benzena dialkilasi dengan propena dan produk proses kumena(isopropilbenzena) dioksidasi untuk menghasilkan fenol dan Aseton: C6H5CH(CH3)2 + O2 C6H5OH + OC(CH3)2 Konversi di atas terjadi melalui zat antara kumena hidroperoksida, C6H5C(OOH)(CH3)2. Aseton juga diproduksi melalui propena yang dioksidasi langsung dengan menggunakan katalis Pd(II)/Cu(II), mirip seperti 'proses wacker'. Dahulu, aseton diproduksi dari distilasi kering senyawa asetat, misalnya kalsium asetat. Selama perang dunia I, sebuah proses produksi aseton dari fermentasi bakteri dikembangkan oleh Chaim Weizmann dalam rangka membantu Britania dalam usaha perang. Proses ini kemudian ditinggalkan karena rendahnya aseton butanol yang dihasilkan.

[sunting] BiosintesisLihat pula: ketosis Sejumlah kecil aseton diproduksi dalam tubuh melalui dekarboksilasi jasad keton.

[sunting] Penggunaan[sunting] Cairan pembersihAseton sering kali merupakan komponen utama (atau tunggal) dari cairan pelepas cat kuku. Etil asetat, pelarut organik lainnya, kadang-kadang juga digunakan. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem super. Ia juga dapat digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi. Ia dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis. Ia sangat baik digunakan untuk mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca gelas, dan melarutkan resin epoksi dan lem super sebelum mengeras. Selain itu, aseton sangatlah efektif ketika digunakan sebagai cairan pembersih dalam mengatasi tinta permanen.

[sunting] PelarutAseton dapat melarutkan berbagai macam plastik, melipuri botol Nalgene yang dibuat dari polistirena, polikarbonat, dan beberapa jenis poliprolilena.[2] dalam laboratorium, aseton digunakan sebagai pelarut aportik polar dalam kebanyakan reaksi organik, seperti reaksi SN2. Penggunaan pelarut aseton juga berperan penting pada oksidasi Jones. Oleh karena polaritas aseton yang menengah, ia melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya ditampung dalam botol cuci dan digunakan sebagai untuk membilas peralatan gelas laboratorium. Walaupun mudah terbakar, aseton digunakan secara ekstensif pada proses penyimpanan dan transpor asetilena dalam industri pertambangan. Bejana yang mengandung bahan berpori pertama-tama diisi dengan aseton, kemudian asetilena, yang akan larut dalam aseton. Satu liter aseton dapat melarutkan sekitas 250 liter asetilena.[3][4]

[sunting] Stok umpanDalam bidang industri, aseton direaksi dengan fenol untuk memproduksi bisfenol A. Bisfenol A adalah komponen penting dalam berbagai polimer, misalnya polikarbonat, poliuretana, dan resin epoksi. Aseton juga digunakan dalam manufaktur kordit.

[sunting] Referensi1. ^ Merck Index, 11th Edition, 58. 2. ^ NALGENE Labware - Technical Data 3. ^ Mine Safety and Health Administration (MSHA) - Safety Hazard Information - Special

Hazards of Acetylene4. ^ History - Acetylene dissolved in acetone

1. Etilen ( C2H4 )

1. Sifat fisis BM : 28,054 Titik didih : 103, 71 0C Temperatur kritis : 283,06 0K Tekanan kritis : 50,497 atm Volume kritis : 129 ml/grmol Density cairan : 568 kg/liter Viskositas : 1,61 . 10-4 Pa.s Panas pembakaran : 1,411 kJ/mol Kompresibilitas kritis : 0,276 1. 1. Sifat kimia 1. Oksidasi etilen pada tekanan 10 30 atm suhu 200 300 0C dengan katalis Ag menghasilkan etilen oksida dengan hasil samping CO2 dan H2O C2H4 + O2 C2H4O C2H4 + 3 O2 2 CO2 + H2O 2. Oksidasi etilen pada 0,4 10 atm pada suhu 175 200 0C dengan katalisator PdCl2 menghasilkan asetaldehid. C2H4 + O2 CH3CHO

3. Reaksi etilen dengan air pada 7 Mpa suhu 250 300 0C menghasilkan etanol. C2H4 + H2O C2H5OH

1. Monoetilen Glikol 1. Sifat fisis BM : 62,07 Titik didih ( 1 atm ) : 197,6 0C Titik beku : 13 0C Density : 1,11336 gr/ml Temperatur kritis : 645,2 0C Tekanan kritis : 74,295 0C Density kritis : 0,333 gr/ml Panas penguapan, 760 mmHg: 202 kkal/mol Panas pembakaran : -283,1 kkal/mol Panas pembentukan : -108,1 kkal/mol Tegangan permukaan, 20 0C : 48,4 dyne/cm Viskositas, 20 0C : 19,83 cp 1. 1. Sifat kimia 1. Eter dari monoetilen glikol dapat membentuk ester Reaksi : ROC2H4OH + RCOOH ROC2H4OOCR + H2O 2. Dapat mengalami oksidasi membentuk glioksal Reaksi : C2H4(OH)2 + O2 CH2O2 + 2H2O 1.1 Ninhidrin Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan

konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu (Hart dkk, 2003). Ninhidrin merupakan suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam -amino untuk menghasilkan CO2.NH3 dan suatu aldehid dengan satu atom karbon kurang daripada asam amino induknya (Tim Dosen Kimia, 2007). 1.2 Etanol Alkohol larut dalam air, tidak berwarna, C2H5OH; d.r. 0,61 (0oC); titik lebur (-169oC); titik didih (-102oC). Senyawa ini menjadi minuman yang meracuni, dibuat melalui fermentasi gula dengan bantuan khamir C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 Etanol yang dihasilkan membunuh khamir dan fermentasi saja tidak dapat menghasilkan larutan etanol dengan kadar lebih dari 15 % (berdasar volume). Penyulingan dapat menghasilkan campuran didih-tetap yang mengandung 95,6 % etanol dan 4,4 % air. Etanol murni dibuat dengan menyingkirkan air tersebut menggunakan bahan pengering (Daintith, 2005). 1.3 NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318C serta titik didih 1390C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1 molekul air (Daintith, 2005). NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan dkk., 1989). 1.4 Asam asetat Pa Asam asetat termasuk ke dalam golongan asam karboksilat dengan rumus molekuh CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap, dengan bau tajam khas cuka, titik leburnya 16,7 oC, dan titik didihnya 118,5 oC. Senyawa murninya dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat dengan mengoksidasi etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan mangan (II) atau kobalt (II) etanoat larut pada suhu 200 oC. Asam asetat digunakan dalam pembuatan anhidrida etanoat untuk menghasilkan selulosa etanoat (untuk polivinil asetat). Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi alkohol, dijumpai dalam cuka makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur atau air kelapa. Beberapa jenis cuka makan dibuat dengan menambahkan zat warna (Daintith, 2005). 1.5 Aseton Aseton dengan rumus molekul CH3COCH3, memiliki titik lebur -95,4 oC, titik didihnya 56,2 oC. Propanon adalah senyawa keton yang paling sederhana yang dapat bercampur dengan air. Senyawa ini dibuat melalui oksidasi propanadiol atau diperoleh sebagai reaksi sampingan dalam pembuatan fenol dari kumena. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan mentah pembuatan plastik (Daintith, 2005). 1.6 Buffer Pospat Larutan buffer berfungsi menahan perubahan pH bila asam atau basa ditambahkan atau bila larutan diencerkan. Buffer asam terdiri dari asam lemah dengan garam asam. Garam menyediakan A-, yaitu basa konjugat dari asam HA. Contohnya adalah H2PO4- atau HPO42-

(Daintith, 1994). Dalam buffer asam, misalnya molekul HA dan ion A- ada bersama-sama. Bila asam ditambahkan, maka sebagian besar proton diambil oleh basa (Daintith, 2005): A- + H+ HA Bila basa ditambahkan, sebagian besar kelebihan ion hidroksida bereaksi dengan asam yang tak berdissosiasi (Daintith, 2005): OH- + HA A- + H2O Jadi penambahan asam ataupun basa hanya sedikit mengubah pH. Konsentrasi ion Hidrogen dalam buffer dirumuskan dengan: Ka = [H+] = [A-] / [HA] Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1902577-sifat-sifat-bahan-kimia/#ixzz1fh59yTYu