Sidharta Gautama

3
Reaksi terhadap masyarakat berkasta-kasta itu datang dari pemikir besar Sidharta Gautama, putera mahkota dari raja Kapilawastu. Sidharta Gautama atau Budha membantah keras pembagian manusia ke dalam beberapa kasta itu dan mempropagandakan bahwa bukan anggota Brahmana saja yang dapat memasuki Nirwana sesudah mati, tetapi siapa saja yang menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh. Proses untuk mendemokratisasi masyarakat Hindu yang dimulai pada kurang lebih 500 tauhn sebelum Masehi itu berakhir dengan kemenangan Agama Budha pada kurang lebih 500 tahun pula sesudahnya Nabi Isa, yakni dibawah pemerintah Ashoka. Tetapi aksi yang dilakukan oleh Sidahrta Gautama beserta para pengikutnya yang berakhir dengan kemenangan sesudahnya 500 tahun itu diikuti pula oleh reaksi dari pihak Hindu. Reaksi itupun memperoleh kemenangan penuh dan sampai sekarang Hinduisme masih bersimaharajalela di dalam masyarakat Hindu. pangeran Siddharta Gotama, melalui pengalaman-pengalamannya sendiri telah menemukan jalan tengah yang telah menghasilkan pandangan dan pengetahuan yang membawa beliau ke keterangan. Pengertian benar, kesadaran Agung dan Nibbana. Pada hakekatnya seluruh ajaran YMS Buddha Gotama, dengan yang disiarkan nya sendiri untuk 45 tahun lamanya, dalam satu dan lain cara ada hubungannya dengan jalan ini. [2] Hal ini dilakukan oleh Buddha Gotama dan beliau hanya tidur satu jam setiap harinya. Selama 45 tahun menyampaikan Dhamma kepada setiap orang setiap orang dengan penuh rasa kasih sayang. Setiap pagi beliau melihat sekeliling alam, memberikan berkah cinta kasih dan kasih sayang yang sempurna; membawa kebahagiaan dan membimbing berjuta-juta umat manusia untuk maju menuju pembebasan mutlak ialah Nibbana.[3] Beliau telah menerangkan dalam berbagai cara, dengan memakai aneka perkataan kepada bermacam-macam orang, sesuai dengan tingkatan pengetahuan masing-masing dan kesanggupan mereka untuk mengerti dalam mengikuti beliau. Sari dari ribuan sutta dalam kitab suci agama buddha adalah mengenai delapan ruas jalan utama Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.

description

Tokoh

Transcript of Sidharta Gautama

Page 1: Sidharta Gautama

Reaksi terhadap masyarakat berkasta-kasta itu datang dari pemikir besar Sidharta Gautama, putera mahkota dari raja Kapilawastu. Sidharta Gautama atau Budha membantah keras pembagian manusia ke dalam beberapa kasta itu dan mempropagandakan bahwa bukan anggota Brahmana saja yang dapat memasuki Nirwana sesudah mati, tetapi siapa saja yang menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh.

Proses untuk mendemokratisasi masyarakat Hindu yang dimulai pada kurang lebih 500 tauhn sebelum Masehi itu berakhir dengan kemenangan Agama Budha pada kurang lebih 500 tahun pula sesudahnya Nabi Isa, yakni dibawah pemerintah Ashoka. Tetapi aksi yang dilakukan oleh Sidahrta Gautama beserta para pengikutnya yang berakhir dengan kemenangan sesudahnya 500 tahun itu diikuti pula oleh reaksi dari pihak Hindu. Reaksi itupun memperoleh kemenangan penuh dan sampai sekarang Hinduisme masih bersimaharajalela di dalam masyarakat Hindu.

pangeran Siddharta Gotama, melalui pengalaman-pengalamannya sendiri telah menemukan jalan tengah yang telah menghasilkan pandangan dan pengetahuan yang membawa beliau ke keterangan. Pengertian benar, kesadaran Agung dan Nibbana. Pada hakekatnya seluruh ajaran YMS Buddha Gotama, dengan yang disiarkan nya sendiri untuk 45 tahun lamanya, dalam satu dan lain cara ada hubungannya dengan jalan ini.[2] Hal ini dilakukan oleh Buddha Gotama dan beliau hanya tidur satu jam setiap harinya. Selama 45 tahun menyampaikan Dhamma kepada setiap orang setiap orang dengan penuh rasa kasih sayang. Setiap pagi beliau melihat sekeliling alam, memberikan berkah cinta kasih dan kasih sayang yang sempurna; membawa kebahagiaan dan membimbing berjuta-juta umat manusia untuk maju menuju pembebasan mutlak ialah Nibbana.[3] Beliau telah menerangkan dalam berbagai cara, dengan memakai aneka perkataan kepada bermacam-macam orang, sesuai dengan tingkatan pengetahuan masing-masing dan kesanggupan mereka untuk mengerti dalam mengikuti beliau. Sari dari ribuan sutta dalam kitab suci agama buddha adalah mengenai delapan ruas jalan utama

Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.

Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana)

Sebagai Buddha yang abadi, Beliau telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara Beliau telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakekat dunia, namun Beliau tidak pernah mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Ia hanya menunjukkan tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Ia tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan. Meskipun bentuk fisik tubuh-Nya tidak ada akhirnya, namun dalam mengajar umat manusia yang mendambakan hidup abadi, Beliau menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan perhatian mereka.

Page 2: Sidharta Gautama

Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai masalah di dalam berbagai kesempatan yang pada hakekatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakekat yang hakiki dari seorang Buddha. Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Ia dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendaki-Nya. Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.

Sidharta Gautama dengan pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan tujuan mulia, secara total terhadap kemanusiaan, alam, dan keharmonisan.

Realisasi spiritualitas keterbangunan nurani Sidharta bukanlah suatu capaian yang berangkat dari ketakutan atau penolakan sepihak terhadap penderitaan pribadi ataupun yang bersifat kebetulan karena sudah dipilih dan ditakdirkan, melainkan berangkat dari observasi langsung terhadap realitas kehidupan diiringi kepedulian terhadap derita semua agregat kehidupan yang tidak kekal, kemudian diperjuangkan dengan sepenuh hati tanpa kenal lelah.

Maaf, Langsung ke Sidharta Gautama misalnya. Bagaimana ia terlahir dan dibesarkan di lingkungan “agamawan”. Akan tetapi, konstruksi kaum agamawan saat itu yang hanya sebagai kaum “taqlid buta” atau primordial mendorong Sidharta Gautama untuk mencari makna sesungguhnya. Sehingga dari postulat serta perenungan yang ia lakukan melahirkan sebuah agama baru dan menjadikan ia sebagai tuhan. Dari situ dapat lihat, bagaimana ia akhirnya teralienasi dengan diri sendiri. Alienasi ini merupakan anitesis dari Nietzsche yang teralineasi dari tuhan.

Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.

Karakter bijak dan penuh kepedulian terhadap derita makhluk lain merupakan denyut nadi spiritualitas yang sesungguhnya. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dua karakter ini merupakan modal dasar untuk membentuk masyarakat, bangsa dan negara yang maju, harmonis, bermartabat.