SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL …ftp.gunadarma.ac.id/presentations/Thesis/ANALISIS RASIO...

30
SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC Oleh : SANIGAR, SKom. http://www.gunadarma.ac.id/

Transcript of SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL …ftp.gunadarma.ac.id/presentations/Thesis/ANALISIS RASIO...

SIDANG PASCA SARJANA

ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO

PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC

Oleh :SANIGAR, SKom.

http://www.gunadarma.ac.id/

Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Dalam seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain :

• Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan• Dampak likuidasi bank-bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah sehingga memicu penarikan dana besar-besaran• Semakin turunnnya permodalan bank-bank• Banyak bank-bank yang tidak mampu kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah• Manajemen yang tidak profesional

Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang tersebut diatas, tesis ini berkeinginan menyajikan informasi tentang :

Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap aktiva produktif, pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank umum swasta nasional devisa go public dan tidak go public pada periode 2004 -2006

Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap aktiva produktif, pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) digunakan untuk memprediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional devisa go public dan tidak go public pada periode 2004 -2006

Batasan Masalah

Dalam melakukan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan batasan-batasan berikut :

Data yang digunakan berdasarkan perbandingan laporan keuangan selama tiga periode yaitu tahun 2004 – 2006

Bank yang diteliti adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Pembahasan berhubungan dengan penilaian kinerja keuangan

bank pada aspek finansialnya (keuangannya)

Tujuan Penelitian Menjelasakan perbedaan rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP,

tehadap Aktiva Produktif, pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR) memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank umum swasta nasional go public dan belum go public

Menentukan pengaruh dari masing-masing variabel bebas (Rasio keuangan CAMEL, menurut Bank Indonesia)

Kegunaan Penelitian

Pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan perbankan sehingga dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia perbankan dalam upaya

menghadapi pasar yang kompetitif dalam percaturan perbankan nasional

Deposan, investor, kreditor dan masyarakat luas dapat menjadi acuan pelengkap dalam mengevaluasi bank-bank umum yang beroperasi guna melindungi kepentingannya

Dunia akademis dalam rangka memperluas wacana dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan dunia perbankan nasional

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pengertian BankPengertian  bank  terdapat  pada  pasal  1  Undang­Undang  No  10  Tahun  1998 

tentang Perbankan tentang perubahan Undang­Undang no. 7 tahun 1992 adalah 

sebagai berikut:

Perbankan adalah segala sesuatu yg menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya

    Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam       bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk       kredit dan atau bentuk­bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup       rakyat banyak. 

Fungsi dan Tujuan Bank

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur 

dana masyarakat. Fungsi penghimpun dana dari masyarakat dapat berupa giro, 

deposito, tabungan, sertifikat depositi, dan simpanan lainnya. Sedangkan 

fungsinya  sebagai penyalur dana kepada masyarakat dapat berupa kredit atau 

pinjaman yang diberikan.

Tujuan bank adalah untuk menunjang pelaksanaan pembagunan nasional 

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas 

nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Pengertian dan Ruang Lingkup Bank UmumPengertian bank umum terdapat pada pasal 1 Undang­Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tentang perubahan Undang­Undang no. 7 tahun 1992 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.  “ Bank Umum Pemerintah ( BUMN )“Bank Umum Swasta Nasional ( BUSN ) adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang     sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan atau badan    hukum Indonesia.           Dilihat dari lingkup usahanya BUSN  ada dua, bank devisa dan bank non devisa.

“Bank devisa ( foreign exchange bank ) adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa – jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing, misalnya letter of credit, travelers check. 

 “Bank Nondevisa ( nonforeign exchange bank ) adalah bank yang dalam kegiatan usahanya tidak dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dalam penghimpunan dan penyaluran dananya serta dalam pemberian jasa – jasa keuangan”.

Jenis dan Kegiatan Usaha Bank

Menurut Widjanarko (2003) Klafikasi Bank berdasarkan hal­hal sebagai berikut

•Jenis Bank Menurut FungsinyaBank SentralBank UmumBank Perkreditan RakyatBank Umum Mengkhususkan diri untuk melakasanakan kegiatan tertentu •Jenis Bank Menurut KepemilikannyaBank Umum Milik NegaraBank Umum SwastaBank CampuranBank Milik Pemerintah Daerah

Konsep CAMELDalam Pasal 29 (2) Perbankan Nomor 10 tahun 1998 disebutkan bahwa 

bank  wajib  memelihara  tingkat  kesehatan  bank  sesuai  dengan kecukupan  modal,  kualitas  asset,  kualitas  manajemen,  likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank  dan  wajib  melakukan  kegiatan  usaha  bank  sesuai  dengan  prinsip kehati­hatian

Laporan Keuangan

Laporan  Keuangan  sangat  perlu  untuk  mengetahui  kondisi  keuangan perusahaan.  Pada  mulanya  laporan  keuangan  bagi  suatu  perusahaan hanyalah  sebagai  alat  penguji  dari  pekerjaan  pembukuan,  tetapi selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan  tersebut,  dimana  dengan  hasil  analisa  tersebut  pihak­pihak yang berkepentingan mengambil keputusan.

Penelitian Sebelumnya

Mas’ud  Machfud  (1994)  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menguji  manfaat  rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang.   Hasil  uji  statistik  menunjukkan  bahwa  rasio  keuangan  yang  digunakan  dalam model  bermanfaat  untuk  memprediksi  laba  satu  tahun  ke  depan,  namun  tidak bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini juga menunjukkan  bahwa  perusahaan  besar  mempunyai  komponen  rasio  yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila  rasio  tersebut akan digunakan untuk memprediksi laba masa mendatang.Payamta  dan  Machfoedz  (1999)  Untuk  mengevaluasi  kinerja  perusahaan perbankan  digunakan  rasio  CAMEL.  Hasil  Pengujian  hipotesis  baik  yang menunjukkan  bahwa  tidak  ada  perbedaan  kinerja  bank  yang  signifikan  untuk tahun sebelum dan sesudah IPO.Ni  Ketut  Lely  Aryani  Merkusiwati  (2007)  mengevaluasi  pengaruh  CAMEL terhadap  kinerja  perusahaan  perbankan  pada  tahun  1997  –  2001.  Dari  hasil penelitian  diperoleh  bahwa  Capital,  Asset  Quality,  management,  Earning  dan Liquidity  (CAMEL)  pada  tahun  1997  –  2001  berpengaruh  signifikan  terhadap Return On Assets (ROA) terhadap tahun 1997 – 2001

Data Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka), Data  sekunder  yaitu    data  yang  telah  dikumpulkan  oleh pengumpul  data  dan  dipublikasikan  kepada  masyarakat pengguna dataData  tersebut  berupa  laporan  tahunan  dari  bank­bank  umum swasta nasional devisa

Pengumpulan DataData  sekunder  berupa  laporan  keuangan  tahunan  dari  bank­bank 

umum swasta nasional devisa  terhadap bank go public  dan belum bank belum go public  pada periode 2004 – 2006 yang  terdaftar di direktori Bank Indonesia.

Variabel Operasional

•Variabel    dependen  (terikat)  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini adalah, 0 untuk bank belum go public dan 1  untuk bank go public.

•Variabel  independen  (bebas)  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini adalah rasio keuangan CAMEL yaitu:

 CAR (Capital Adequancy Ratio) 

 NPL (Non Performing Loan)

 Rasio PPAPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif)

 Rasio Pemenuhan PPAP (PPPAP)

 ROA (Return on Assets)

 BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional).

 GWM (Giro Wajib Minimum)

 LDR (Loan to Deposit Ratio)

CAR  (Capital  Adequancy  Ratio)  CAR  adalah  rasio  yang memperlihatkan  seberapa  besar  jumlah  seluruh  aktiva  bank  yang mengandung  resiko  (kredit,  penyertaan,  surat  berharga,  tagihan  pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana­dana  dari  sumber­sumber  diluar  bank.  Rasio  ini  dapat  dirumuskan sebagai berikut

Modal Bank

CAR = 100 %

Total ATMR

NPL  (Non  Performing  Loan).  Rasio  ini  menunjukkan bahwa  kemampuan  manjemen  bank  dalam  mengelola kredit  bermasalah  yang  diberikan  oleh  bank.  Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit  bank  y  menyebabkan  jumlah  kredit  bermasalah semakin  besar  maka  kemungkinan  suatu  bank  dalam kondisi  bermasalah  semakin  besar.  Kredit  dalam  hal  ini adalah  kredit  yang  diberikan  kepada  pihak  ketiga  tidak termasuk  kredit  kepada  bank  lain.  Kredit  bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancer, diragukan dan macet.  Rasio  ini  dapat  dirumuskan  sebagai  berikut  (SE Bank  Indonesia  No.  3/30  DPNP  tanggal  14  Desember 2001):

Kredit Bermasalah

NPL = 100 %

Total Kredit

Rasio  PPAP  AP  (Penyisihan  Penghapusan  Aktiva  Produktif  terhadap Aktiva  Produktif).  Rasio  PPAP  menunjukkan  kemampuan  manajemen bank dalam menjaga kualitas aktiva produktuf sehingga jumlah PPAP dapat dikelola  dengan  baik.  Semakin  besar  PPAP  maka  semakin  buruk  aktiva produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalahsemakin besar. Cakupan komponen aktiva produktif dan PPAP  yang  telah  dibentuk  sesuai  dengan  ketentuan  Kualitas  aktiva Produktif  yang  berlaku.  Rasio  ini  dirumuskan  sebagai  berikut  (SE  Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

PPAP yang telah dibentuk

PPAP terhadap Aktiva Produktif = x 100 %

Total Aktiva Produktif

Rasio  Pemenuhan  PPAP  (P  PPAP).  Rasio  ini  menujukkan  kemampuan manajemen  bank  dalam  menentukan  besarnya  PPAP  yang  telah  dibentuk terhadap  PPAP  yang  wajib  dibentuk.  Semakin  besar  rasio  ini  maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil karena semakin besar PPAP yang telah dibentuk dari PPAP yang wajib dibentuk. Perhitungan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva Produktif yang berlaku. Rasio  ini  dirumuskan sebagai  beriku  (SE Bank  Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

PPAP yang telah dibentuk

Pemenuhan PPAP = x 100 %

PPAP wajib dibentuk

ROA  (Return  on  Assets).  Rasio  ini  digunakan  untuk  mengukur 

kemampuan  majemen  bank  dalam  memperoleh  keuntungan  (laba 

sebelum  pajak)  yang  dihasilkan  dari  rata­rata  total  asset  bank  yang 

bersangkutan.  Semakin  besar  ROA,  semakin  besar  pula  tingkat 

keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam 

kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih 

dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata­rata total asset 

adalah  rata­rat  volume usaha atau aktiva. Rasio  ini  dirumuskan  sebagai 

berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

Laba Sebelum Pajak

ROA = x 100 %

Rata-rata Total Aset

BOPO  (Biaya  Operasional  terhadap  Pendapatan  Operasional).  Rasio yang  sering  disebut  rasio  efisiensi  ini  digunakan  untuk  memgukur kemampuan  manajemen  bank  dalam  mengendalikan  biaya  operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin  kecil  rasio  ini  berarti  semakin efisien  biaya  operasional.  Semakin  kecil  rasio  ini  berarti  semakin  efisien biaya  operasional  yang  dikeluarkan  bank  yang  bersangkutan  sehingga kemungkinan  suatu  bank  dalam  kondisi  bermasalah  semakin  kecil.  Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari  total beban bunga dan total  beban  operasional  lainnya.  Pendapatan  operasional  adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

Baiaya Operasional

BOPO = x 100 %

Pendapatan Operasional

GWM (Giro Wajib Minimum) adalah simpanan minimum yang harus dipelihara  oleh  Bank  dalam  bentuk  saldo  rekening  giro  pada  Bank Indonesia  yang  besarnya  ditetapkan  oleh  Bank  Indonesia  sebesar persentase  tertentu  dari  dana  pihak  ketiga.    Rekening  giro  adalah rekening pihak eksternal  tertentu di Bank  Indonesia yang merupakan saran  bagi  penatausahaan  transaksi  dari  simpanan  yang penarikannya  dapat  dilakukan  setiap  saat.  Rekening  giro  dalam Rupiah, yang untuk selanjutnya disebut Rekening Giro Rupiah, adalah rekening  giro  dalam  mata  uang  rupiah  yang  penarikannya  dengan menggunakan  cek  Bank  Indonesia,  bilyet  giro  Bank  Indonesia,  atau sarana  lainnya  sebagaimana  dimaksud  dalam  ketentuan  Bank Indonesia  yang  berlaku  tentang  hubungan  rekening  antara  Bank Indoesia dengan pihak eksteren. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004):

Jumlah Harian Saldo Rekening Giro Bank yang Tercatat

di Bank Indonesia setiap hari dalam satu Masa Laporan

GWM = x 100 %

Rata-rata harian Jumlah Dana Pihak Ketiga dalam satu

Laporan Pada Dua Masa Laporan sebelumnya

LDR  (Loan  to  Deposit  Ratio).  Rasio  digunakan  untuk  menilai 

likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang 

diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio 

ini,  semakin  rendahnya  kemampuan  likuditas  bank  yang 

bersangkutan  sehingga  kemungkinana  suatu  bank  dalam  kondisi 

bermasalah  akan  semakin  besar.  Kredit  yang  diberikan  tidak 

termasuk  kredit  kepada  bank  lain  sedangkan  untuk  dana  pihak 

ketiga  adalah  giro,  tabungan,  simpanan  berjangka,  sertifikat 

deposito. Rasio  ini dirumuskan sebagai berikut  (SE Bank  Indonesia 

No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

Total Kredit

LDR = x 100 %

Total Dana Pihak Ketiga

Hasil Uji Hipotesis I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rasio Status Bank Signifikansi KeteranganCAR Go Public 0.919 Normal

Belum Go Public 0.041 Tidak Normal

NPL Go Public 0.976 NormalBelum Go Public 0.021 Tidak Normal

PPAPAP Go Public 0.191 NormalBelum Go Public 0.664 Normal

PPPAP Go Public 0.399 NormalBelum Go Public 0.332 Normal

ROA Go Public 0.643 NormalBelum Go Public 0.263 Normal

BOPO Go Public 0.667 NormalBelum Go Public 0.037 Tidak Normal

LDR Go Public 0.611 NormalBelum Go Public 0.717 Normal

GWM Rupiah Go Public 0.222 NormalBelum Go Public 0.466 Normal

TabelKolmogorov­Smirnov Bank Go Public dan Belum Go Public

Sumber Data: Output SPSS, diolah

Tabel Uji Beda Independent Sample T­Test

Rasio Signifikansi Hipotesis Null

PPAPAP 0.763 Diterima

PPPAP 0.173 Diterima

ROA 0.145 Diterima

LDR 0.595 Diterima

GWM Rupiah 0.069 Diterima

Rasio Signifikansi Hipotesis Null

CAR 0.477 Diterima

NPL 0.376 Diterima

BOPO 0.903 Diterima

TableUji Beda Mann Whitney U

Hasil Uji Hipotesis II

2LL Blok Number 2LL Blok Number 0 46.662

2LL Blok Number 1 35.268

Cox & Snell R Square Cox & Snell R Square 0.285

Nagelkerke R Square Nagelkerke R Square 0.381

Homer and Lameshow

Test

Chi­Square 5.876

Sig 0.661

TabelMenilai Model Fit

Dari tabel menunjukkan nilai ­2LogL Block 

Number = 0 adalah 46.662 kemudian terjadi 

penurunan nilai 2LogL Block Number = 1 

menjadi 35.268, maka dapat ditarik 

kesimpulan bahwa model tersebut 

menunjukan model regresi yang baik. 

Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.285 dan Nagelkerke R Square sebesar 0.381 dapat menggambarkan bahwa variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabelitas variabel bebas sebesar 38.1 persen, sedangkan 61.9 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Homer and Lemeshow’s Goodness of fit Test menguji bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model, sehingga model dapat dikatakan fit. Dasar pengambilan keputusan tersebut jika nilai probabilitas Hosmer & Lemeshow Test lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05 persen. Nilai Statistik Hosmer & Lemeshow sebesar 5.876 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.661, yang berarti jauh diatas 0.05 sehingga model regresi ini layak digunakan

Hasil Uji Hipotesis IITabel 

Koefisien Regresi Logistik

Variabel B Signifikansi Hipotesis Null

CAR 0.014 0.770 Diterima

NPL 1.002 0.068 Diterima

PPAPAP ­0.893 0.388 Diterima

PPPAP 0.017 0.402 Diterima

ROA ­3.567 0.059 Diterima

BOPO ­0.499 0.038 Ditolak

LDR ­0.029 0.592 Diterima

GWM Rupiah 0.142 0.729 Diterima

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 

rasio BOPO Mempunyai pengaruh negatif 

artinya semakin rendah rasio ini maka 

semakin besar kemungkinan suatu bank 

dalam kondisi bermasalah. Pengaruh rasio 

BOPO terhadap kondisi bermasalah adalah 

signifikansinya di bawah 0.05 yaitu sebesar 

0.038. Rasio CAR, NPL, PPAPAP, PPPAP, 

ROA, LDR dan GWM Rupiah tidak memiliki 

pengaruh yang signifikan terhadap kondisi 

bermasalah suatu bank

Classification Tablea

11 4 73.34 15 78.9

76.5

ObservedBelum Go PublicGo Public

BANK

Overall Percentage

Step 1

Belum GoPublic Go Public

BANKPercentage

Correct

Predicted

The cut value is .500a. 

Tabel Prediksi Kondisi Bermasalah

Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100 %. Hasil menunjukkan pada kolom prediksi  bank  yang  go public  ada 19 bank­bank go  public,  sedangkan pada baris, hasil observasi sesungguhnya yang yang go public hanya 15 bank dan 4  sisanya  belum  go  public.  Jadi  ketepatan  model  ini  untuk  bank  go  public adalah 15/19 atau 78.9%. Prediksi bank yang belum go public ada 15 bank belum go public sedangkan pada baris, hasil obeservasi sesungguhnya yang 11 bank belum go public  dan 4  sisanya go public.  Jadi  ketepatan model  ini untuk  bank  belum  go  public  adalah  11/15  atau  73%.  Untuk  tingkat  akurasi keseluruhan sebesar 76.5%.

KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan analisis regresi logistik ini untuk memprediksi konsisten bermasalah kategori  bank  go  public  dan  tidak  go  public  adalah  correct  yang  ditunjukan dengan 0.05 persen. Rasio  CAR    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah  dan  pengaruhnya  posistif  artinya  semakin  tinggi  rasio  CAR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio  NPL    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah  dan  pengaruhnya  posistif  artinya  semakin  tinggi  rasio  NPL, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio  PPPAP    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah  dan  pengaruhnya  posistif  artinya  semakin  tinggi  rasio  PPPAP, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio  GWM  Rupiah    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin  tinggi  rasio GWM Rupiah, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 

Rasio PPAPAP mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio PPAPAP, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio  ROA  mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah  dan  pengaruhnya  negatif  artinya  semakin  rendah  rasio  ROA, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio  LDR  mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah  dan  pengaruhnya  negatif  artinya  semakin  rendah  rasio  LDR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio  BOPO  mempunyai  pengaruh  yang  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah  dan  pengaruhnya  negatif  artinya  semakin  rendah  rasio  BOPO, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Penelitian ini dapat digunakan untuk kontribusi penelitian dimasa yang  akan  datang  khususnya  yang  menyangkut  industri perbankan  dan  dapat  juga  membedakan  antara  bank konvensional dan bank syariah kemungkinan status bank dapat berpengaruh pada hasil penelitian.

SARAN

SEKIAN

TERIMA KASIH

SANIGAR, SKom.