Siaran Pers untuk Aksi Yuk!

2
SIARAN PERS Aksi Budaya “Dari Yogyakarta untuk Indonesia Bineka” Pelataran Gedung Agung, Yogyakarta Minggu, 24 Juni 2012 Pukul 14.30 – selesai Sebagai kota pendidikan dan salah satu pusat kebudayaan Jawa, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki sejarah panjang dalam kemampuannya memberi ruang bagi kebinekaan serta kemerdekaan berfikir dan berpendapat. Sejak dulu Yogyakarta terkenal sebagai kota yang terus merawat dan menjaga nilai-nilai kebudayaan Jawa yang adaptif, toleran, dan terbuka pada perbedaan. Perpaduan ketiga karakter inilah yang membuat Yogyakarta, sejak Republik Indonesia berdiri, menjadi kota yang kerap dipandang sebagai tolok ukur keharmonisan kehidupan berbangsa yang tumbuh di atas kenyataan masyarakat yang beragam, kenyataan yang Bhinneka Tunggal Ika, seperti tertuang di dalam lambang negara Burung Garuda Pancasila. Namun realitas kehidupan berbangsa yang harmonis dalam keberagaman tersebut terancam dan seolah terkoyak, ketika akhir-akhir ini makin marak aksi kekerasan mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh organisasi massa dan kepentingan tertentu di Yogyakarta, dan juga tempat-tempat lain di Indonesia. Penelitian yang dilakukan The Wahid Institute misalnya, mencatat bahwa pada tahun 2011 di Indonesia telah terjadi 92 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, 9 kasus kekerasan dan pemaksaan keyakinan serta 9 penyegelan dan pelarangan rumah ibadah dan kriminalisasi keyakinan tercatat 4 kasus. Tindakan intoleransi dalam beragama dan berkeyakinan tahun 2011 naik 184 kasus (16%) dibandingkan tahun 2010 (134 kasus). Kategori tindakan intoleransi tertinggi adalah intimidasi dan kekerasan atas nama agama (48 kasus), di dalamnya termasuk penyebaran kebencian terhadap kelompok lain (27 kasus), pembakaran dan perusakan properti (26 kasus), serta diskriminasi atas nama agama (26 kasus). Kasus-kasus serupa juga terjadi di Yogyakarta, diantaranya; pembatalan paksa Panggung Keberagaman International Day Against Homophobia (2010), pembubaran paksa Queer Film Festival (2010), penyerangan diskusi Irshad Manji di LKiS (2012), aksi teror dan penolakan keberadaan tempat ibadah di Giri Wening di Gunung Kidul. Kejadian-kejadian seperti itu mestinya tidak terulang di masa mendatang, dan sudah seharusnya pemerintah melindungi hak-hak sipil warga secara penuh, agar Bhinneka Tunggal Ika bisa terus hidup sebagai semangat kehidupan berbangsa. Forum Yogyakarta untuk Keberagaman (YuK!) yang beranggotakan lebih dari seratus organisasi non pemerintah dan elemen masyarakat sipil akan mengadakan Aksi Budaya “Dari Yogyakarta untuk Indonesia Bineka” sebagai wujud keprihatinan terhadap ancaman dan pelanggaran kebinekaan yang sejak lama hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat Yogyakarta. Bersama Sri Sultan Hamengku Buwana X, seluruh peserta aksi akan membacakan “Manifesto Yogyakarta untuk Kebinekaan” dan membunyikan titir kentongan bersama.

description

Siaran pers untuk Aksi Budaya YuK (Yogyakarta untuk Kebinekaan), tanggal 24 Juni 2012, di depan Gedung Agung, Yogyakarta.

Transcript of Siaran Pers untuk Aksi Yuk!

Page 1: Siaran Pers untuk Aksi Yuk!

SIARAN PERS Aksi Budaya “Dari Yogyakarta untuk Indonesia Bineka”

Pelataran Gedung Agung, Yogyakarta Minggu, 24 Juni 2012 Pukul 14.30 – selesai

Sebagai kota pendidikan dan salah satu pusat kebudayaan Jawa, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta memiliki sejarah panjang dalam kemampuannya memberi ruang bagi kebinekaan serta kemerdekaan berfikir dan berpendapat. Sejak dulu Yogyakarta terkenal sebagai kota yang terus merawat dan menjaga nilai-nilai kebudayaan Jawa yang adaptif, toleran, dan terbuka pada perbedaan. Perpaduan ketiga karakter inilah yang membuat Yogyakarta, sejak Republik Indonesia berdiri, menjadi kota yang kerap dipandang sebagai tolok ukur keharmonisan kehidupan berbangsa yang tumbuh di atas kenyataan masyarakat yang beragam, kenyataan yang Bhinneka Tunggal Ika, seperti tertuang di dalam lambang negara Burung Garuda Pancasila.

Namun realitas kehidupan berbangsa yang harmonis dalam keberagaman tersebut terancam dan seolah terkoyak, ketika akhir-akhir ini makin marak aksi kekerasan mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh organisasi massa dan kepentingan tertentu di Yogyakarta, dan juga tempat-tempat lain di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan The Wahid Institute misalnya, mencatat bahwa pada tahun 2011 di Indonesia telah terjadi 92 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, 9 kasus kekerasan dan pemaksaan keyakinan serta 9 penyegelan dan pelarangan rumah ibadah dan kriminalisasi keyakinan tercatat 4 kasus. Tindakan intoleransi dalam beragama dan berkeyakinan tahun 2011 naik 184 kasus (16%) dibandingkan tahun 2010 (134 kasus). Kategori tindakan intoleransi tertinggi adalah intimidasi dan kekerasan atas nama agama (48 kasus), di dalamnya termasuk penyebaran kebencian terhadap kelompok lain (27 kasus), pembakaran dan perusakan properti (26 kasus), serta diskriminasi atas nama agama (26 kasus).

Kasus-kasus serupa juga terjadi di Yogyakarta, diantaranya; pembatalan paksa Panggung Keberagaman International Day Against Homophobia (2010), pembubaran paksa Queer Film Festival (2010), penyerangan diskusi Irshad Manji di LKiS (2012), aksi teror dan penolakan keberadaan tempat ibadah di Giri Wening di Gunung Kidul. Kejadian-kejadian seperti itu mestinya tidak terulang di masa mendatang, dan sudah seharusnya pemerintah melindungi hak-hak sipil warga secara penuh, agar Bhinneka Tunggal Ika bisa terus hidup sebagai semangat kehidupan berbangsa.

Forum Yogyakarta untuk Keberagaman (YuK!) yang beranggotakan lebih dari seratus organisasi non pemerintah dan elemen masyarakat sipil akan mengadakan Aksi Budaya “Dari Yogyakarta untuk Indonesia Bineka” sebagai wujud keprihatinan terhadap ancaman dan pelanggaran kebinekaan yang sejak lama hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat Yogyakarta. Bersama Sri Sultan Hamengku Buwana X, seluruh peserta aksi akan membacakan “Manifesto Yogyakarta untuk Kebinekaan” dan membunyikan titir kentongan bersama.

Page 2: Siaran Pers untuk Aksi Yuk!

Titir kentongan dipilih sebagai simbol peringatan atau tanda bahaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa saat terjadi keadaan bahaya dan keselamatan warga terancam. Aksi-aksi kekerasan yang berulangkali terjadi akhir-akhir ini di Yogyakarta, seharusnya dimaknai sebagai ancaman terhadap sejarah panjang harmoni dan dinamika kebinekaan di Yogyakarta. Melalui aksi budaya ini, Forum YuK! berharap agar seluruh masyarakat, termasuk di dalamnya jajaran pemerintah dan kepolisian, terbangun dan sadar untuk bersikap segala bentuk kekerasan yang mengancam kebinekaan. Aksi ini diharapkan juga dapat menjadi perekat untuk menyatukan kembali kepedulian kita pada kebinekaan yang menjadi milik seluruh warga Yogyakarta dan Indonesia.

Salam Kebinekaan, Forum YuK! (Yogyakarta untuk Keberagaman)

Duta YuK! 1. Butet Kartaradjasa (@masbutet) 2. Alissa Wahid (@alissawahid) 3. M. Imam Aziz 4. Kill the DJ (@killthedj) 5. Meth Kusumahadi 6. Bondan Nusantara Website : http://yogyaberagam.wordpress.com Facebook : http://facebook.com/YogyaBineka Twitter : @YogyaBeragam Email : [email protected]