Siap Print

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Berdasarkan perkiraan statistik global HIV/AIDS yang diumumkan oleh UNAIDS/WHO pada Juli 2008, jumlah penderita HIV/AIDS di dunia pada akhir tahun 2007 mencapai 33 juta orang. Epidemi HIV/AIDS di Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan. Jika pada tahun 2008 terdapat 16110 kasus HIV/AIDS, akhir tahun 2014 angkanya sudah meningkat tajam menjadi 23745 kasus. Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014, HIV-AIDS tersebar di 381 dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. 1 Sedangkan berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 9796 orang pada akhir tahun 2014. 1 Sedangkan jumlah penderita AIDS di provinsi Bengkulu secara kumulatif tahun 2014 mencapai 160 kasus dan penderita terinfeksi HIV sebanyak 308 kasus dengan jumlah kematian yang dilaporkan sebanyak 211 kasus. 1 1

description

minpro

Transcript of Siap Print

Page 1: Siap Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi

masyarakat dunia. Berdasarkan perkiraan statistik global HIV/AIDS yang

diumumkan oleh UNAIDS/WHO pada Juli 2008, jumlah penderita HIV/AIDS

di dunia pada akhir tahun 2007 mencapai 33 juta orang. Epidemi HIV/AIDS di

Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan. Jika pada tahun 2008 terdapat

16110 kasus HIV/AIDS, akhir tahun 2014 angkanya sudah meningkat tajam

menjadi 23745 kasus. Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan

September 2014, HIV-AIDS tersebar di 381 dari 498 kabupaten/kota di seluruh

provinsi di Indonesia.1 Sedangkan berdasarkan data dari Departemen Kesehatan

RI, jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 9796 orang

pada akhir tahun 2014.1Sedangkan jumlah penderita AIDS di provinsi Bengkulu

secara kumulatif tahun 2014 mencapai 160 kasus dan penderita terinfeksi HIV

sebanyak 308 kasus dengan jumlah kematian yang dilaporkan sebanyak 211

kasus. 1

Upaya penanggulangan penyebaran infeksi HIV telah banyak dilakukan.

Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) setiap tanggal 1 Desember merupakan

salah satu kesempatan khusus dimana negara-negara di dunia, termasuk

Indonesia melakukan evaluasi terhadap perkembangan epidemi HIV dan upaya

penanggulangan yang lebih giat lagi.2

Hari AIDS sedunia telah diperingati sejak tahun 1988 sampai sekarang

dengan mengambil tema-tema kampanye yang dapat meningkatkan

pengetahuan akan HIV/AIDS. Salah satunya adalah pada tahun 2002 dan 2003,

kampanye hari AIDS sedunia mengambil tema stigma dan diskriminasi. Melalui

1

Page 2: Siap Print

Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2002 dan 2003, masyarakat diajak agar tidak

melakukan stigmatisasi (memberi cap buruk) dan diskriminasi (mengasingkan,

mengucilkan, membeda-bedakan) terhadap orang-orang yang hidup dengan

HIV dan AIDS (ODHA) karena menghambat upaya pencegahan dan perawatan

penyakit HIV/AIDS. Stigmatitasi dan diskriminasi pun merupakan perbuatan

melawan hukum dan melanggar HAM (Hak Asasi Manusia).3

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang infeksi HIV/AIDS dan cara

penularannya menjadi salah satu faktor pendukung sikap masyarakat terhadap

penderita HIV/AIDS . Sebagai langkah awal untuk memperbaiki stigma dan

diskriminasi orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) dalam

upaya penanggulanggan HIV/AIDS, perlu diketahui sejauh mana pengetahuan

masyarakat mengenai HIV/AIDS, bagaimana sikap masyarakat terhadap

penderita HIV/AIDS,dan bagaimana upaya pencegahan masyarakat terhadap

penyakit HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan pada masyarakat di Kelurahan Air Bang

Kecamatan Curup Tengah tentang HIV/AIDS?

2. Bagaimana gambaran sikap masyarakat di Kelurahan Air Bang Kecamatan

Curup Tengah terhadap penderita HIV/AIDS?

3. Bagaimana gambaran upaya pencegahan masyarakat di Kelurahan Air Bang

Kecamatan Curup Tengah terhadap penyakit HIV/AIDS.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS, gambaran

sikap, dan upaya pencegahan terhadap penderita HIV/AIDS.

2

Page 3: Siap Print

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Air Bang

Kecamatan Curup Tengah tentang HIV/AIDS.

2. Mengetahui gambaran sikap pada masyarakat di Kelurahan Air Bang

Kecamatan Curup Tengah terhadap penderita HIV/AIDS.

3. Mengetahui gambaran upaya pencegahan masyarakat di Kelurahan Air

Bang Kecamatan Curup Tengah terhadap HIV/AIDS.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

1. Masyarakat paham tentang HIV/AIDS dan cara penularannya.

2. Masyarakat paham dampak dari diskriminasi penderita HIV/AIDS.

1.4.2 Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan yaitu dinas kesehatan, dokter, perawat, fisioterapis,

psikolog dan tenaga kesehatan lainnya mengetahui tingkat pengetahuan

masyarakat tentang HIV/AIDS dan sikap masyarakat terhadap penderita

HIV/AIDS serta dampak diskriminasi tersebut sehingga dapat

merencanakan suatu kebijaksanaan untuk menindaklanjutinya.

1.4.3 Bagi peneliti

1. Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta

mengasah kemampuan analisis peneliti.

2. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan dampak

diskriminasi serta faktor-faktor yang menyebabkan diskriminasi tersebut

sulit ditanggulangi.

3

Page 4: Siap Print

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi HIV (Human Imunnodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndromes)

2.1.1 Definisi

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus HIV

diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara

material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse

trancriptase untuk dapat menginfeksi mamalia, termasuk manusia, dan

menimbulkan kelainan patologi secara lambat.4 AIDS mula-mula didefinisikan

untuk kepentingan survei oleh CDC (the U.S. Centers for Disease Control and

Prevention) sebagai adanya penyakit oportunistik yang setidaknya

mengisyaratkan adanya cacat imunitas seluler tanpa didasari oleh gangguan

kekebalan yang diketahui, misalnya imunosupresi iatrogenik atau keganasan.

Dengan tersedianya uji diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk HIV, definisi

kasus AIDS telah mengalami beberapa perbaikan.5

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang

disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).6 AIDS

singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, dimana acquired

artinya didapat, bukan penyakit turunan, immuno artinya sistem kekebalan

tubuh, deficiency artinya kekurangan, dan syndrome artinya kumpulan gejala.

Jadi AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem

kekebalan tubuh manusia, sehingga mudah diserang penyakit-penyakit lain

4

Page 5: Siap Print

yang dapat berakibat fatal padahal penyakit tersebut tidak akan menyebabkan

gangguan yang sangat berarti pada orang-orang dengan sistem kekebalan

normal.

2.1.2 Epidemiologi

Epidemiologi AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun

1981 ketika CDC (the U.S. Centers for Disease Control and Prevention)

mengumumkan penemuan aneh dari Pneumocystis carini pneumonia pada 5

laki- laki homoseksual yang di Los Angeles dan Kaposi’s Sarkoma pada 26

laki-laki homoseksual yang sehat di New York dan Los Angeles. Pada tahun

1983, HIV (Human Immunodeficiency Virus) diisolasi dari seorang penderita

limfadenopati dan pada tahun 1984, HIV didemonstrasikan sebagai penyebab

dari penyakit AIDS.5 Dalam catatan literatur di Indonesia, kasus infeksi HIV

pertama kali ditemukan pada tahun 1985 di Jakarta pada seorang wanita yang

menderita anemia hemolitik autoimun yang kerap mendapat transfusi darah.

Diduga kuat transmisi virus HIV melalui transfusi.7 Kasus AIDS yang pertama

di Indonesia ditemukan pada bulan April 1987, ketika seorang turis Belanda

pengidap AIDS meninggal di Bali.8 Di Indonesia pada tahun 2014,jumlah

penderita AIDS secara kumulatif mencapai 22869 kasus dan penderita yang

terinfeksi HIV sebanyak 1876 kasus.1Sedangkan jumlah penderita AIDS di

provinsi Bengkulu secara kumulatif tahun 2014 mencapai 160 kasus dan

penderita terinfeksi HIV sebanyak 308 kasus dengan jumlah kematian yang

dilaporkan sebanyak 211 kasus.

2.1.3 Faktor risiko

Orang yang mempunyai risiko besar untuk mendapat infeksi HIV adalah

pasangan seksual pengidap HIV, pecandu narkoba suntik dan pasangan

seksualnya, wanita pekerja seksual (WPS) dan pelanggannya serta pasangan

pelanggannya, waria sebagai pekerja seks dan pelanggannya serta pasangan

5

Page 6: Siap Print

pelanggannya, petugas kesehatan yang berhubungan dengan darah dan sekret

penderita infeksi HIV, penerima transfusi darah dan produk darah, serta janin

yang dikandung pengidap HIV.4

2.1.4 Penularan

Penularan Infeksi HIV/AIDS HIV dapat masuk ke tubuh manusia terutama

melalui darah, semen (cairan sperma) dan sekret vagina, serta transmisi dari ibu

ke anak.6 Transmisi dari retrovirus RNA yang disebarkan melalui darah terjadi

terutama oleh mekanisme, yaitu homoseksual atau heteroseksual, terinfeksi

darah penderita HIV/AIDS, penyalahgunaan obat intravena, transfusi produk-

produk darah dan transmisi dari ibu ke anak.9 Penularan infeksi HIV dari ibu

kepada anaknya terjadi selama kehamilan, proses persalinan dan dengan

pemberian ASI oleh ibu penderita HIV/AIDS.5 Peluang untuk tertular HIV

melalui hubungan seks adalah 1%, melalui transfusi darah 90%, melalui jarum

suntik 90% dan ibu hamil kepada bayinya 30%. Meskipun penularan HIV

melalui hubungan seks mempunyai peluang paling kecil, ternyata lebih dari

90% kasus HIV dan AIDS yang ada sekarang ini terjadi karena hubungan

seks.10 HIV tidak dapat menular melalui air liur, keringat ataupun air mata

pengidap HIV/AIDS. Walaupun HIV dapat diisolasi jumlah dari ludah

penderita HIV/AIDS dalam jumlah sedikit, tetapi tidak terdapat bukti yang pasti

bahwa ludah dapat menularkan infeksi HIV baik melalui ciuman atau paparan

lainnya.5

Menurut Ashari, AIDS tidak menular melalui:11

a. Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan

hubungan seksual)

b. Bersenggolan dengan penderita

c. Berjabatan tangan

d. Penderita AIDS bersin atau batuk di dekat kita

6

Page 7: Siap Print

e. Berciuman

f. Berpelukan

g. Menggunakan alat makan bersama

h. Gigitan nyamuk dan serangga lain

i. Memakai pakaian secara bergantian

j. Berenang di kolam renang yang sama

2.1.5 Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dan Patogenesis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap

sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termasuk dalam retrovirus anggota

subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya

nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3

gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, dan env. Terdapat

lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam

patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat,

berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi

transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien

untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk

ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang

terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi kemokin oleh

makrofag, yang dapat mengaktivasikan sel T, sehingga memungkinkan

terjadinya infeksi HIV yang produktif. 12

Limfosit CD4 merupakan target utama infeksi HIV karena virus

mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4 berfungsi

mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Virus memasuki

sel dengan berikatan pada molekul CD4 dan reseptor kemokin, kemudian

bereplikasi dan mengintegrasikan dirinya dengan DNA penjamu. Kemudian

terjadi infeksi laten atau produksi virus. Sebanyak 1010- 1011 virion terbentuk

7

Page 8: Siap Print

setiap hari dengan turnover sel-sel yang terinfeksi oleh HIV. Pada akhirnya,

hilangnya sel-sel CD4 secara progresif dan beberapa mekanisme lain akan

menyebabkan gangguan fungsi sistem imun.9

2.1.6 Gejala Klinis

Gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase, yaitu:

1. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan

tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu

seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam, dan

pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai

gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada

orang lain.

2. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas gejala infeksi selama 8 atau 9

tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan

penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai

memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah

bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan

menurun, demam, batuk, dan pernafasan dangkal.

3. Fase akhir Pada fase akhir dari infeksi HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun

atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan

infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Pada

saat AIDS timbul, sistem imun akan sangat menurun, yang

memungkinkan penderita untuk mendapat infeksi oportunistik. Pada

fase ini juga akan timbul gejala-gejala berupa keringat malam,

menggigil, demam diatas 38˚C selama beberapa minggu, diare kronis,

batuk kering, dan nafas dangkal serta bintik-bintik putih di sekitar lidah

dan mulut.

8

Page 9: Siap Print

2.1.7 Penatalaksanaan

Secara umum, penatalaksanaan penderita HIV/AIDS terdiri dari beberapa

jenis, yaitu: 7

a. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat anti

retroviral (ARV). Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti

nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse

transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase inhibitor

dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat

replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah

berkembang. Tidak semua ARV tersedia di Indonesia.

b. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang

menyertai infeksi HIV/AIDS.

c. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang

lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial

dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga

kebersihan.

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total.

Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang sangat

meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (obat

anti retroviral, disingkat obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan

mortilitas dini akibat infeksi HIV.7 Terapi anti retroviral gabungan untuk infeksi

HIV telah menandai revolusi pengobatan HIV dan AIDS. Pengobatan tersebut,

yang biasanya melibatkan dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan

setidaknya satu inhibitor protease atau satu nonnucleoside reverse transcriptase

inhibitor disebut terapi anti retroviral yang sangat aktif (highly active

antiretroviral therapy/ HAART).13

9

Page 10: Siap Print

2.1.8 Pencegahan Infeksi

HIV/AIDS Pencegahan AIDS difokuskan pada tiga cara penularan yang

utama, yaitu: 14

(1) kontak seksual

(2) penggunaan jarum suntik

(3) transfusi darah

Pengendalian diri untuk tidak berperilaku resiko tertular virus AIDS adalah

kunci pencegahan yang jika dikembangkan secara konsisten akan cukup efektif

untuk menyelamatkan masyarakat dari wabah penularan virus AIDS ini.

Pengendalian diri dapat diterapkan melalui tiga cara, yaitu puasa (P) seks

(abstinensia), artinya tidak melakukan hubungan seks, setia (S) pada pasangan

seks yang sah, artinya tidak berganti-ganti pasangan seks dan penggunaan

kondom pada setiap melakukan hubungan seksual yang beresiko tertular virus

AIDS atau penyakit menular seksual (PMS).8 Saat ini perkembangan vaksin

HIV sangat ditekankan. Vaksin digunakan untuk menginduksi imunitas

tambahan pada tiap imunitas yang menurun akibat infeksi alamiah pada pasien.

Sebagian besar vaksin yang kini tersedia didasarkan pada protein selubung

ekstraselular gp 120 atau protein prekusor selubung gp 160. Salah satu faktor

yang mungkin membatasi keberhasilan vaksin ini adalah banyaknya jenis

protein selubung antara galur HIV berbeda.

2.1.9 Penanggulangan HIV/AIDS

Sejalan dengan meningkatnya jumlah kasus HIV, maka jumlah kasus AIDS

juga meningkat cepat yang menyebabkan upaya penanggulangan memerlukan

bukan saja pada upaya pencegahan, tetapi juga upaya pengobatan, perawatan

dan dukungan. Berdasarkan kajian dalam strategi nasional penanggulangan

HIV/AIDS 2003-2007, terdapat tujuh area program prioritas sebagai berikut:

10

Page 11: Siap Print

1. Pencegahan HIV/AIDS

Upaya pencegahan pada masyarakat luas dilakukan dengan melalui

peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang cara penularan,

pencegahan, dan akibat yang ditimbulkannya sesuai dengan norma-

norma agama dan budaya masyarakat. Upaya pencegahan pada populasi

beresiko tinggi seperti Penjaja Seks (PS) dan pelanggannya, ODHA dan

pasangannya, penyalahguna Napza, dan petugas yang karena

pekerjaannya beresiko terhadap penularan HIV/AIDS melalui

pencegahan yang efektif seperti penggunaan kondom, penerapan

pengurangan dampak buruk (harm reduction), penerapan kewaspadaan

umum (universal precautions), dan sebagainya.

2. Perawatan, Pengobatan dan Dukungan terhadap ODHA

Salah satu keputusan penting dalam sidang PBB yang khusus

membahas HIV/AIDS (UNGASS) pada tahun 2001 adalah perlunya

memperluas pelayanan, perawatan, dan dukungan terhadap ODHA serta

melindungi hak- hak azasi mereka (mencegah, mengurangi, dan

menghilangkan stigma dan diskriminasi). Upaya pelayanan perawatan,

pengobatan, dan dukungan terhadap ODHA dilakukan baik melalui

pendekatan klinis maupun pendekatan berbasis masyarakat dan keluarga

(community and home-based care) serta dukungan pembentukan

persahabatan ODHA.

3. Surveilans HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Salah satu kegiatan yang penting dalam penanggulangan HIV/AIDS

adalah mengumpulkan data melalui kegiatan surveilans yang sistematis

dan terus menerus agar dapat diketahui distribusi dan kecenderungan

infeksi HIV, distribusi kasus AIDS serta faktor-faktor yang

mempengaruhi persebaran HIV di masyarakat. Selain untuk mengetahui

besarnya kecenderungan dan distribusi dari persebaran HIV/AIDS,

11

Page 12: Siap Print

surveilans epidemologi dan perilaku akan memberikan informasi yang

sangat penting untuk perencanaan penanggulangan meliputi kegiatan

pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA,

peningkatan kapasitas (capacity building), penelitian, pengembangan

peraturan dan perundang-undangan serta kegiatan lain.

4. Penelitian

Penelitian dan riset operasional diperlukan untuk menentukan dasar

kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sehubungan dengan perubahan

epidemi dan dampaknya.

5. Lingkungan Kondusif

UNGASS (United Nations General Assembly Special Session) 2001

mendeklarasikan bahwa pada tahun 2003 mengesahkan, mendukung

atau menegakkan peraturan dan ketentuan lainnya sebagai perundang-

undangan yang tepat untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi

dan memastikan pemilikan hak-hak azasi dan kemerdekaan secara

sepenuhnya oleh ODHA dan anggota kelompok rentan. Upaya KIE

(komunikasi, informasi, dan edukasi) dalam penanggulangan HIV/AIDS

telah dilakukan namun stigmatisasi, diskriminasi, dan pelanggaran hak

azasi, masih terjadi. Masih banyak aspek penanggulangan HIV/AIDS

yang belum didukung oleh peraturan yang memadai sehingga beberapa

upaya penanggulangan menghadapi hambatan. Lingkungan kondusif

untuk mengurangi stigma, diskriminasi dan pelanggaran hak azasi serta

menghilangkan hambatan pada pelaksanaan kegiatan penanggulangan

HIV/AIDS sangat diperlukan.

6. Koordinasi Multipihak

Masalah HIV/AIDS harus ditangani secara terkoordinasi oleh sektor

pemerintah, sektor swasta/dunia usaha dan LSM. Koordinasi tersebut

12

Page 13: Siap Print

mencakup aspek perencanaan, pembiayaan, penyelenggaraan,

monitoring dan evaluasi.

7. Kesinambungan Penanggulangan

Pada masa mendatang Indonesia akan menghadapi masalah

HIV/AIDS yang semakin besar dan kompleks. Oleh karena itu upaya

penanggulangan harus ditingkatkan dan dijamin kesinambungannya

(sustainable response) agar tujuan penanggulangan HIV/AIDS dapat

dicapai. Kelemahan dalam bidang organisasi dan kemampuan individu

dari mereka yang terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS harus

ditingkatkan melalui upaya peningkatan kemampuan (capacity

building).

2.1.10 Sikap Masyarakat Terhadap Penderita HIV/AIDS

Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya bahwa salah satu strategi

penanggulangan HIV/AIDS adalah menciptakan lingkungan yang konduksif,

yaitu dengan menghilangkan segala bentuk diskriminasi terhadap penderita

HIV/AIDS. Stigma sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pada

gilirannya akan mendorong munculnya pelanggaran HAM (Hak Asasi

Manusia) bagi ODHA (orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS) dan

keluarganya. Stigma dan diskriminasi memperparah epidemi HIV/AIDS.

Mereka menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan memelihara

kebisuan dan penyangkalan tentang HIV/AIDS seperti juga mendorong

keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV.

Mengingat HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba

dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut

terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat.3 Pelaku

diskriminasi bisa terjadi di keluarga, masyarakat, pers, rumah sakit, dokter,

dan paramedis, serta lembaga swadaya masyarakat. Bentuk diskriminasi di

keluarga dan masyarakat misalnya dikucilkan, ditempatkan dalam ruang atau

13

Page 14: Siap Print

rumah khusus, diberi makanan secara terpisah, bahkan ada yang diborgol.

Pengaduan juga terjadi di masyarakat. Sementara pers memuat foto, nama,

dan alamat tanpa izin. Diskriminasi yang dilakukan perusahaan misalnya

pemutusan hubungan kerja, mutasi atau pelarangan kerja ke luar negeri.

Bentuk diskriminasi oleh rumah sakit dan tenaga kesehatan adalah penolakan

untuk merawat, mengoperasi atau menolong persalinan, diskriminasi dalam

pemberian perawatan, dan penolakan untuk memandikan jenazah.7 Selain itu,

banyak orang percaya bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan melalui gigitan

nyamuk, minum dari gelas yang sama dengan orang dengan AIDS, bergaul

sehari-hari dengan orang dengan AIDS yang batuk, dan berpeluk atau

mencium orang dengan AIDS. Hal ini juga menyebabkan terjadinya stigma

dan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS. Merupakan kenyataan yang tak

bisa ditolak bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnis,

budaya, agama dan lain-lain sehingga bangsa Indonesia secara sederhana

dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Setiap etnis, budaya, agama

dan lain-lain tentu saja memiliki pandangan, sikap, tindakan yang berbeda-

beda terhadap suatu persoalan. Perbedaan budaya merupakan sebuah

konduksi dalam hubungan interpersonal. Sebagai contoh ada yang orang yang

bila diajak bicara (pendengar) dalam mengungkapkan perhatiannya cukup

dengan mengangguk-anggukan kepala sambil berkata “uh. huh”. Namun

dalam kelompok lain untuk menyatakan persetujuan cukup dengan

mengedipkan kedua matanya. Dalam beberapa budaya, individu-individu

yang berstatus tinggi biasanya yang memprakarsai, sementara individu yang

statusnya rendah hanya menerima saja sementara dalam budaya lain justru

sebaliknya. Dilihat dari contoh lain, ada kolompok yang bisa merasa simpati

atau peduli terhadap orang lain sedangkan kelompok lain lebih bersifat

individualistik dan acuh tak acuh terhadap perkara orang lain. Beberapa

psikolog menyatakan bahwa budaya menunjukkan tingkat intelegensi

14

Page 15: Siap Print

masyarakat. Oleh karena kemampuannya untuk menguasai hal itu merupakan

ciri dari tingkat intelligensinya. Sementara manipulasi dan rekayasa kata dan

angka menjadi penting dalam masyarakat Barat. Oleh karenanya “keahlian”

yang dimiliki seseorang itu menunjukkan kepada kemampuan intelligensinya.

Sebenarnya sangat sulit untuk membicarakan tentang stigma dan diskriminasi

HIV/AIDS yang terjadi di dunia. Bahkan reaksi dalam suatu negara terhadap

HIV/AIDS akan beraneka ragam antara kelompok yang satu dengan yang lain

dan individu yang satu dengan yang lain. Agama, umur, dan tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut dapat mempengaruhi

bagaimana seseorang menyikapi penyakit tersebut. Stigma terhadap penderita

HIV/AIDS tidak bersifat statis. Ini akan berubah seiring dengan berjalannya

waktu dimana pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan pengobatannya telah

berkembang.15 Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa jika HIV/AIDS

sudah menjadi penyakit yang bisa dicegah dan diobati, sikap masyarakat akan

berubah dimana penolakan, stigma, dan diskriminasi akan dengan cepat

berkurang. Salah satu hal yang menyebabkan orang menstigma dan

mendiskriminasi ODHA karena mereka tidak paham akan HIV/AIDS dan

cara penularannya. Berbagai upaya telah dijalankan untuk mengurangi stigma

dan diskriminasi terhadap ODHA dan keluarganya, namun hal ini masih terus

berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan

pemahaman mengenai HIV/AIDS dikalangan masyarakat termasuk mereka

yang bekerja di unit-unit pelayanan kesehatan.

2.2 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

2.2.1 Pengetahuan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan (knowledge)

didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

15

Page 16: Siap Print

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.16 Menurut Meliono,17 pengetahuan

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita

kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2) Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Contoh dari media massa adalah televisi, radio, koran,

dan majalah.

3) Keterpaparan informasi

2.2.2 Sikap Masyarakat

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap (attitude) adalah

perbuatan, pendapat atau keyakinan yang berdasarkan pada pendirian. Sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

1. kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Pengukuran sikap dapat

16

Page 17: Siap Print

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat

ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu

objek, sedangkan pengukuran sikap secara tidak langsung dapat dilakukan

dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden.16,18,19

17

Page 18: Siap Print

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui masyarakat awam tentang

pengertian dan cara penularan HIV/AIDS. Penilaian terhadap pengetahuan

masyarakat tentang HIV/AIDS yang berupa 7 pertanyaan yang diajukan kepada

responden dengan skoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban

yang salah adalah sebagai berikut :

1. Baik : apabila skor 6-7 2.

2. Sedang : apabila skor 4-5 3.

18

Variable Dependen

HIV/AIDS

Page 19: Siap Print

3. Kurang : apabila skor <4

3.2.2 Sikap

Sikap adalah tanggapan atau respon masyarakat awam terhadap penderita

HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap masyarakat teehadap penderita HIV/AIDS

yang berupa 7 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skoring 1

untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah adalah sebagai

berikut :

1. Baik : apabila skor 6-7

2. Kurang baik : apabila skor 4-5

3. Tidak baik : apabila skor <4

3.2.3. Upaya pencegahan HIV/AIDS

Penilaian terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan oleh

masyarakat berupa 7 petanyaan yang diajukan kepada responden dengan

scoring 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah adalah sebagai

berikut:

1. Baik : apabila skor 6-7

2. Sedang : apabila skor 4-5

3. Kurang : apabila skor <4

19

Page 20: Siap Print

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS .

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah pada

tanggal 19 Maret 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 21-65

tahun. Populasi terjangkau adalah masyarakat yang berusia 21-65 tahun yang

sedang berada di Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah ketika

penelitian ini berlangsung.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh dari populasi terjangkau yang berada

di Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah selama penelitian

berlangsung.

20

Page 21: Siap Print

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman

pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh

peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat

Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang

berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dan

tanggapan sikap masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.

4.5 Metode Analisis

Data Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan software SPSS versi 12.0. Analisis statistik untuk data deskriptif

dilakukan dengan rerata (data numerik) dan persentase (data kategorik).

21

Page 22: Siap Print

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Air Bang, Kecamatan Curup

Tengah. Kelurahan Air Bang memiliki luas wilayah kurang lebih 3899 km2.

Letaknya berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Air Meles Bawah

b. Sebelah Selatan : Kelurahan Air Merah

c. Sebelah Barat : Kelurahan Batu Galing

d. Sebelah Timur : Kelurahan Air Meles Atas

Jumlah penduduk di wilayah kelurahan Air Bang pada tahun 2014 berjumlah

6845 jiwa dengan 1907 kepala keluarga. Penduduk kelurahan Air Bang

terdiri atas 3356 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 3489 jiwa berjenis

kelamin perempuan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang terpilih sebanyak 27 subjek. Dari

keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati

meliputi: usia, jenis kelamin dan tingkat pengetahuan.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

usia

Usia Frekuensi (f) %< 25 2 7,4

25-35 2 7,435-45 10 37,0˃45 13 48,2

22

Page 23: Siap Print

Berdasarkan data pada tabel 5.1, ditinjau dari segi usia, kelompok terbesar

pada usia di atas 45 tahun yaitu sebanyak 13 orang (48,2%) dan terendah pada

kelompok usia di bawah 25 tahun dan kelompok usia antara 25-35 tahun yaitu

masing-masing sebanyak 2 orang (7,4%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (f) %Laki-laki 5 18,5

Perempuan 22 81,5

Pada karakteristik jenis kelamin, kelompok terbesar adalah pada perempuan

yaitu 22 orang (81,5%) dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu 5 orang

(18,5%).

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan terakhir

Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) %Tidak sekolah 0 0

SD 0 0SMP 9 33,3SMA 12 44,4

Perguruan tinggi 6 22.2

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan, dimana kelompok terbesar adalah pada

kelompok SMA yaitu 12 orang (44,4%) dan terendah adalah pada kelompok

tidak bersekolah dan SD yaitu sebesar 0%.

5.1.3 Hasil Analisa Data

23

Page 24: Siap Print

Data lengkap distribusi jawaban kuesioner responden pada variabel

pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No. Pertanyaan/PernyataanJawaban Responden

Benar Salah Tidak tahuf % f % f %

1 Penderita HIV bisa tampak sehat 17 63,0 4 14,8 6 22,22 HIV/AIDS dapat disembuhkan 12 44,4 8 29,6 7 26,03 Penularan HIV/AIDS dengan

bekerja dekat dengan penderita HIV/AIDS

15 55,6 3 11,1 9 33,3

4 Penularan HIV/AIDS melalui rahim

24 88,9 0 0 3 11,7

5 Penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik

25 92,6 0 0 2 7,4

6 Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual

27 100 0 0 0 0

7 HIV/AIDS dapat dicegah 25 92,6 1 3,7 1 3,7

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan/ pernyataan yang paling banyak

dijawab benar adalah pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS melalui

hubungan seksual yaitu sebesar 100%. Sedangkan pertanyaan yang paling

banyak dijawab salah adalah pertanyaan tentang penyembuhan HIV/AIDS yaitu

sebesar 29,6%. Selain itu, pertanyaan yang paling banyak dijawab tidak tahu

adalah pertanyaaan tentang penularan HIV/AIDS dengan bekerja dekat dengan

penderita HIV/AIDS yaitu sebesar 33,3%.

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan responden tentang

HIV/AIDS dapat diketegorikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

24

Page 25: Siap Print

Tingkat pengetahuan Frekuensi (f) %Baik 15 55,6

Sedang 11 40,7Kurang 1 3,7

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori

baik memiliki paling besar yaitu 55,6%. Tingkat pengetahuan yang dikategori

sedang sebesar 40,7% dan tingkat pengetahuan yang dikategori kurang sebesar

3,7%.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada

variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap

No. Pertanyaan/PernyataanJawaban Responden

Sikap Benar

Sikap Salah

Tidak tahu

F % f % F %1 Bersedia merawat saudara laki-

laki yang menderita HIV/AIDS 19 70,4 4 14,8 4 14,8

2 Mengizinkan anak yang menderita HIV/AIDS untuk terus mengikuti pelajaran sekolah

23 85,2 2 7,4 2 7,4

3 Mengizinkan guru yang menderita HIV/AIDS untuk terus mengajar di sekolah

19 70,4 4 14,8 4 14,8

4 Mau membeli makanan dari penderita HIV/AIDS

3 11,1 13 48,1 11 40,7

5 Menjauhi tetangga yang menderita HIV/AIDS

22 81,5 4 14,8 1 3,7

6 Menghindari makanan atau menggunakan alat makan bersama dengan penderita HIV/AIDS

6 22,2 15 55,5 6 22,2

7 HIV/AIDS harus dikarantina 19 70,4 6 22,2 2 7,4

25

Page 26: Siap Print

Dari tabel di atas terlihat bahwa pertanyaan/pernyataan yang paling

banyak dijawab dengan memberikan sikap yang benar adalah sikap responden

untuk mengizinkan anak yang menderita HIV/AIDS untuk terus mengikuti

pelajaran sekolah yaitu sebesar 85,2%. Pertanyaan/pernyataan yang paling

sedikit dijawab dengan memberikan sikap yang benar adalah sikap untuk mau

membeli makanan dari penderita HIV/AIDS yaitu sebesar 11,1%. Selain itu,

pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab tidak tahu adalah sikap

responden untuk mau membeli makanan dari penderita HIV/AIDS yaitu sebesar

40,7%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap responden terhadap penderita

HIV/AIDS dapat dikategorikan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi sikap

Sikap Frekuensi (f) %Baik 2 7,4

Kurang Baik 18 66,6Tidak Baik 7 25,9

Dari tabel 5.7 dapat dilihat sikap responden terhadap penderita HIV/AIDS

yang dikategorikan kurang baik memiliki persentase yang paling besar yaitu

66,6%. Sikap responden yang dikategori baik sebesar 7,4% dan yang

dikategorikan tidak baik sebesar 25,9%.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada

variabel upaya pencegahan dapat dilihat pada tabel 5.8.

26

Page 27: Siap Print

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel

upaya pencegahan

No. Pertanyaan/PernyataanJawaban Responden

Benar Salah Tidak tahuf % f % f %

1 Menghindari berhubungan seks dengan pekerja seks komersial

26 96,3 0 0 1 3,7

2 Memeriksakan diri setiap tahun untuk deteksi dini dan pencegahan HIV/AIDS

21 77,8 1 3,7 5 18,5

3 Menghindari transfusi darah yang tidak jelas asalnya

27 100 0 0 0 0

4 Menghindari mentatto tubuh dan menggunakan jarum suntik bergantian pada kelompok pecandu narkoba suntik.

26 96,3 0 0 1 3,7

5 Memiliki hanya satu pasangan seksual yang saling setia

25 92,6 0 0 2 7,4

6 Mencari informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan membagi informasi yang didapat kepada keluarga terdekat

23 85,2 4 14,8 0 0

7 Menghindari seks bebas sebelum menikah

27 100 0 0 0 0

Dari tabel di atas terlihat bahwa pertanyaan/pernyataan yang paling

banyak dijawab dengan benar tentang upaya pencegahan adalah menghindari

transfusi darah yang tidak jelas asalnya dan menghindari seks bebas sebelum

menikah yaitu sebesar 100%. Pertanyaan/pernyataan yang paling banyak

dijawab salah tentang upaya pencegahan HIV/AIDS adalah mencari informasi

yang benar tentang HIV/AIDS dan membagi informasi yang didapat kepada

keluarga terdekat yaitu sebesar 14,8%. Selain itu, pertanyaan/pernyataan yang

paling banyak dijawab tidak tahu adalah memeriksakan diri setiap tahun untuk

deteksi dini dan pencegahan HIV/AIDS yaitu sebesar 18,5%.

27

Page 28: Siap Print

Berdasarkan hasil uji tersebut maka upaya pencegahan responden

terhadap HIV/AIDS dapat dikategorikan pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi upaya pencegahan

Sikap Frekuensi (f) %Baik 25 92,6

Sedang 2 7,4Kurang 0 0

Dari tabel 5.9. dapat dilihat upaya pencegahan responden terhadap

penderita HIV/AIDS yang dikategorikan baik memiliki persentase yang paling

besar yaitu 92,6%. Upaya pencegahan responden yang dikategori sedang

sebesar 7,4% dan yang dikategorikan kurang sebesar 0%.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.16 Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa

tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Air Bang mengenai HIV/AIDS

berada dalam kategori baik, hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor usia

yang dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia

UsiaTingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Totalf % f % f %

<25 2 13,3 0 0 0 0 225-35 0 0 2 18,2 0 0 235-45 3 20 3 27,3 1 0 7˃45 10 66,7 6 54,4 0 0 16

Total 15 100 11 100 1 100 27

28

Page 29: Siap Print

Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan

baik paling banyak terdapat pada kelompok usia di atas 45 tahun (66,7%),

tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang paling banyak pada kelompok

usia di atas 45 tahun (54,4%). Sedangkan tingkat pengetahuan yang

dikategorikan kurang paling banyak terdapat pada usia 35-45 tahun (100%).

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa kelompok usia menunjukkan

tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini mungkin karena salah satu hal yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS adalah usia.18

Dikatakan bahwa pada kelompok usia yang lebih besar akan memiliki tingkat

pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang kecil.

Pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

objek tertentu.16

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat PengetahuanBaik Sedang Kurang Total

f % f % f %

Laki-laki 3 20 2 18,2 0 0 5Perempuan 12 80 9 81,8 1 100 22

Total 15 100 11 100 1 100 27

Menurut Prihyugiarto dalam penelitiannya berjudul “Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja di

Indonesia”, jenis kelamin berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai

HIV/AIDS.18 Hal ini sesuai dengan penelitian ini, dimana berdasarkan tabel 5.11,

dapat dilihat tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak pada

jenis kelamin perempuan (80%), tingkat pengetahuan sedang pada jenis kelamin

perempuan (81,8%), dan tingkat pengetahuan kurang pada jenis kelamin

perempuan (100%). Ini berarti bahwa perbedaan jenis kelamin menggambarkan

tingkat pengetahuan.

29

Page 30: Siap Print

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

Tingkat Pendidikan

Tingkat PengetahuanBaik Sedang Kurang Total

F % f % F %

Tidak sekolah 0 0 0 0 0 0 0SD 0 0 0 0 0 0 0

SMP 0 0 8 72,7 1 100 9SMA 12 80 0 0 0 0 12

Perguruan tinggi

3 20 3 27,3 0 0 6

Total 15 100 11 100 1 100 27

Dari tabel 5.12 Dari hasil penelitian Prihyugiarto , faktor lain yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS adalah tingkat

pendidikan.18 Dikatakan bahwa pada kelompok yang berpendidikan tinggi akan

memberikan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang lebih baik

dibandingkan dengan kelompok dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan

yang tinggi akan meningkatkan cara seseorang memahami dan mengolah

informasi HIV/AIDS yang diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti

media cetak, media elektronik dan penyuluhan dari petugas kesehatan.

Banyaknya informasi yang diperoleh seseorang dari sumber-sumber informasi

juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Penelitian ini kurang sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prihyugiarto. Pada table 5.12 dapat dilihat tingkat pengetahuan yang baik paling

banyak terdapat pada tingkat pendidikan terakhir pada jenjang SMA yaitu sebesar

80% kemudian disusul tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi 20%. Hal ini

mungkin terjadi karena semakin banyak dan mudah bagi masyarakat untuk

memperoleh informasi dari sumber-sumber informasi melalui media informasi

sehingga belum tentu seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

akan memberikat tingkat pengetahuan yang lebih baik mengenai HIV/AIDS.

30

Page 31: Siap Print

5.2.2 Sikap

Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat sikap masyarakat

Kelurahan Air Bang terhadap penderita HIV/AIDS berada dalam kategori baik,

hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor usia yang dapat dilihat pada tabel

5.13.

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

UsiaSikap

Baik Kurang Baik Tidak Baik Totalf % F % f %

<25 0 0 2 11,1 0 0 225-35 0 0 1 5,6 1 14,3 235-45 0 0 7 38,9 3 42,85 10˃45 2 100 8 44,4 3 42,85 13

Total 2 100 18 100 7 100 27

Dari tabel 5.13 terlihat bahwa sikap masyarakat terhadap penderita

HIV/AIDS berdasarkan usia, yang dikategorikan baik paling banyak terdapat

pada kelompok usia di atas 45 tahun (100%), kategori kurang baik terdapat pada

kelompok usia di atas 45 tahun (44,4%) dan kategori tidak baik pada kelompok

umur 35-45 tahun dan di atas usia 45 (42,85%). Menurut pandangan

Notoadmodjo tentang penentuan sikap, dikatakan bahwa semakin sering

seseorang terpapar akan suatu stimulus atau objek, akan semakin

mempengaruhi seseorang menilai ataupun bersikap terhadap stimulus atau

objek tersebut. 16Pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan

perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan

perkembangan social. 19 Pernyataan ini mendukung penelitian ini. Terlihat jelas

bahwa penambahan usia memberikan sikap yang baik dari masyarakat terhadap

penderita HIV/AIDS.

31

Page 32: Siap Print

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Sikap Baik Kurang Baik Tidak Baik Total

f % F % f %

Baik 2 100 11 61,1 2 28,6 15Sedang 0 0 7 38,9 4 57,1 11Kurang 0 0 0 0 1 14,3 1

Total 2 100 18 100 7 100 27

Pada tabel yang disajikan di atas, terlihat bahwa pada tingkat pengetahuan

yang baik akan memberikan sikap yang baik dan tingkat pengetahuan yang

sedang akan memberikan sikap yang baik dan kurang baik. Hal ini dikarenakan

pengetahuan yang baik akan suatu objek atau stimulus memegang peranan

penting dalam penentuan sikap.16 Selain itu, pemahaman ataupun pengetahuan

baik atau buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan sikap

seseorang.20

5.2.3 Upaya Pencegahan

Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan

kesehatan. Perawatan pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan

termasuk program pendidikan kesehatan khusus, yang dibuat untuk membantu

klien menurunkan risiko sakit, mempertahankan fungsi yang maksimal, dan

meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan yang baik.

Tabel 5.15 Distribusi frekuensi upaya pencegahan berdasarkan tingkat pengetahuan

32

Page 33: Siap Print

Tingkat Pengetahuan

Upaya PencegahanBaik Sedang Kurang Total

f % F % f %

Baik 15 60 0 0 0 0 15Sedang 10 40 1 50 0 0 11Kurang 0 0 1 50 0 0 1

Total 25 100 2 100 0 0 27

Pada tabel yang disajikan di atas, terlihat bahwa pada tingkat pengetahuan

yang baik akan memberikan upaya pencegahan yang baik yaitu sebesar 60%

dan tingkat pengetahuan yang sedang juga akan memberikan upaya pencegahan

yang baik yaitu sebesar 40%. Sedangkan upaya pencegahan yang sedang

dilakukan oleh responden dengan tingkat pengetahuan yang sedang dan kurang

yaitu masing-masing sebesar 50%. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang baik

akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam pemahaman

bagaimana upaya pencegahan suatu penyakit.

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi upaya pencegahan berdasarkan sikap

Sikap Upaya Pencegahan

Baik Sedang Kurang Totalf % F % f %

Baik 2 8 0 0 0 0 2Kurang Baik 17 68 1 50 0 0 18Tidak Baik 6 24 1 50 0 0 7

Total 25 100 2 100 0 0 27

Pada tabel yang disajikan di atas, terlihat bahwa pada sikap yang baik akan

memberikan upaya pencegahan yang baik yaitu sebesar 8% , sikap yang kurang

baik akan memberikan upaya pencegahan baik sebesar 68% dan sikap yang

tidak baik akan memberikan upaya pencegahan baik sebesar 24%. Hal ini

menunjukkan bahwa walaupun kita memliki sikap yang baik dalam menghadapi

suatu penyakit belum tentu kita memiliki upaya pencegahan penyakit yang baik

33

Page 34: Siap Print

pula. Hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhi cara kita untuk

mencegah suatu penyakit misalnya, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan

dan usia.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Kurangnya jumlah dan variasi sampel pada penelitian ini sehingga

memperbesar bias dan hasil. Pada penelitian sampel yang digunakan lebih

banyak perempuan dibandingkan laki-laki.

2. Informasi bias pada penelitian ini dapat terjadi pada variabel upaya

pencegahan sebagian besar berdasarkan pada pernyataan yang terdapat pada

kuisoner. Dimana sebaiknya dapat dilakukan selain menggunakan kuisoner

yaitu dengan observasi.

BAB VI

34

Page 35: Siap Print

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Air Bang mengenai HIV/AIDS

secara umum yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 15 orang (55,6%),

pengetahuan sedang sebanyak 11 orang (40,7%) dan pengetahuan kurang

sebanyak 1 orang (3,7%).

2. Sikap masyarakat di Kelurahan Air Bang terhadap penderita HIV/AIDS yang

memiliki sikap yang baik sebanyak 2 orang (7,4%), kurang baik sebanyak 18

orang (66,6%) dan tidak baik sebanyak 7 orang (25,9%).

3. Upaya pencegahan masyarakat di Kelurahan Air Bang terhadap HIV/AIDS

secara umum yang memiliki upaya pencegahan baik sebanayak 25 orang

(92,6%),dan sedang sebanyak 2 orang (7,4%)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat di Kelurahan Air Bang

mengenai HIV/AIDS terutama bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan

rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus infomasi baik

melalui puskesmas, dokter, media cetak, media elektronik maupun melalui

penyuluhan-penyuluhan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk dilakukan

penelitian selanjutnya yang lebih baik dengan memperluas variabel-variabel

lainnya.

3. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbaikan instrument penilaian

untuk meningkatkan kevalidan data.

DAFTAR PUSTAKA

35

Page 36: Siap Print

1. Triana, Nunik, 2009. Jurnal Nasional: HIV/AIDS Kini Jadi Epidemi di

Indonesia, Jakarta. Diperoleh dari:

http://www.aidsindonesia.or.id/news.php?id_kategori=3&id_language=2&id

_pages=54&id_news=227.htm

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. HIV/AIDS Ancaman

Serius Bagi Indonesia. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral

Departemen Kesehatan. Diperoleh dari: http://www.depkes.go.id/index.php?

option=news&task=viewarticle&sid=32 43&Itemid=2

3. Harahap, Syaiful W, 2003. Diskriminasi Terhadap Pengidap HIV, Jakarta.

Diperoleh dari: http://www.kesrepro.info/?q=node/318 Ashari, Muhammad

Dedi, 2000. Hindari AIDS Demi Masa Depan Kita Semua. Dalam: Nasution,

Rizali H, dkk., ed. AIDS: Kita Bisa Kena, Kita Bisa Cegah. Medan: Monora;

17.

4. Zein, Umar, dkk., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda

Ketahui. Medan: USU press; 1-44.

5. Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency

Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed.

Harrison’s Principles of Internal Medicin 16th edition. United States of

America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390.

6. Mansjoer, Arif, dkk., 2000. AIDS. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi

ke-3 Jilid 2. Jakarta: Medika Aesculapius;162. Mayo Foundation for Medical

Education and Research, 2008. HIV/AIDS. Diperoleh dari:

http://www.mayoclinic.com/health/hiv-aids/DS00005/cause.htm.

7. Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia.

Dalam: Sudoyo, Aru. W, dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV

jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;

1803-1807

36

Page 37: Siap Print

8. Muninjaya, A.A. Gde, 1999. Tiga Cara Untuk Pencegahan AIDS. Dalam:

AIDS di Indonesia: Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 29-32

9. Davey, Patrick, 2006. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: Safitri, Amalai, ed. At a

Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 288-289.

10. Yatim, Danny Irawan, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia; 5 Yayasan Spiritia, 2008. Strategi Nasonal

Penanggulangan HIV/AIDS. Diperoleh dari:

http://spiritia.or.id/art/pdf/a1056.pdfhtm

11. Ashari, Muhammad Dedi, 2000. Hindari AIDS Demi Masa Depan Kita

Semua. Dalam: Nasution, Rizali H, dkk., ed. AIDS: Kita Bisa Kena, Kita Bisa

Cegah. Medan: Monora; 17.

12. Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2005. AIDS dan

Lentivirus. Dalam: Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:

Salemba Medika; 292-300.

13. Rubenstein, David, Wayne, David, dan Bradley, John, 2007. Lecture Notes:

Kedokteran Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 389-391.

14. Hutapea, Ronald, 1995. Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS & PMS dan

Perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta; 92. Kelompok Kerja HIV-AIDS, 2005.

Remaja Dinilai Rentan Tertular HIV. Jakarta: Rumah Sakit Penyakit Infeksi

Prof. Dr. Sulianti Saroso. Diperoleh dari: http://www.aids-rpiss.com

15. AVERT, 2009. HIV & AIDS Discrimination and Stigma. Diperoleh dari:

http://www.avert.org/aids/diskriminasi/stigma

16. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan.

Dalam: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 121,

124- 127. Notoatmodjo, S., 2007. Domain Perilaku. Dalam : Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 139-146.

37

Page 38: Siap Print

17. Meliono, I., dkk., 2007. Pengetahuan. Dalam: MPKT Modul 1. Jakarta:

Lembaga Penerbitan FEUI; 33-35.

18. Prihyugiarto, T.Y., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap

Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam : Jurnal Ilmiah

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2). Diperoleh dari :

www.bkkbn.go.id/Webs/DetailJurnalLitbang.php

19. Hadi, et al., 2008. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta Tentang

Seks Aman dan Faktor yang Berhubungan. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Pembangunan Nasional.

20. Rahayuningsih, S.U., 2008. Sikap (Attitude). Diperoleh dari :

http://nurul_q.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9095/bab1-sikap-1.pdf.

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

38

Page 39: Siap Print

No. Responden : Lokasi Wawancara :Tanggal Wawancara :

Identitas Subjek (wajib diisi)

Usia :

Jenis Kelamin : L/P

Pendidikan terakhir : Tidak sekolah / SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi*

(*) coret yang tidak perlu

I. Pertanyaan Pengetahuan Isi dan jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda ceklis ( √ ) pada kolom Ya, Tidak, Tidak Tahu yang menurut anda benar

No Pertanyaan JawabanYa Tidak Tidak

Tahu1 Apakah seseorang yang menderita HIV bisa tampak

sehat?2 Apakah penderita HIV/AIDS dapat disembuhkan? 3 Apakah seseorang mendapat penyakit HIV/AIDS

dengan bekerja dekat dengan penderita HIV/AIDS? 4 Apakah wanita hamil yang menderita HIV/AIDS

menularkan HIV/AIDS kepada anak dalam rahimnya?

5 Apakah HIV/AIDS ditularkan melalui jarum suntik yang telah digunakan berulang-ulang?

6 Apakah seseorang mendapat penyakit HIV/AIDS melalui hubungan seksual?

7 Apakah penyakit HIV/AIDS dapat dicegah?

II. Pertanyaan Sikap

39

Page 40: Siap Print

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan membubuhkan tanda ceklis ( √ ) pada kolom berikut

No Pertanyaan JawabanYa Tidak Tidak

Tahu1 Jika saudara laki-laki Anda menderita HIV/AIDS,

apakah Anda bersedia merawatnya dalam rumah Anda?2 Jika seorang anak yang menderita HIV/AIDS tapi dia

tidak sakit, apakah dia diizinkan untuk mengikuti pelajaran di sekolah?

3 Jika seorang guru menderita HIV/AIDS tapi dia tidak sedang sakit, apakah dia diizinkan untuk meneruskan mengajar di sekolah?

4 Jika kamu tahu seorang penjual makanan menderita HIV/AIDS, apakah Anda mau membeli makanan dari mereka?

5 Seandainya tetangga Anda menderita HIV/AIDS, apakah Anda akan menjauhinya?

6 Menghindari makanan atau menggunakan alat makan bersama untuk pencegahan penularan HIV/AIDS

7 Apakah penderita HIV/AIDS harus dirawat di ruang khusus (karantina)

40

Page 41: Siap Print

III.Pertanyaan Tentang Upaya Pencegahan HIV/AIDS

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sejujur – jujurnya sesuai dengan yang pernah anda alami dengan membubuhkan tanda cheklist ( √ ) pada kolom Setuju, Tidak Setuju, atau Tidak tahu

No Pertanyaan JawabanSetuju Tidak

SetujuTidak Tahu

1 Menghindari berhubungan seks dengan pekerja seks komersial untuk pencegahan penularan HIV/AIDS

2 Memeriksakan diri setiap tahun untuk deteksi dini dan pencegahan HIV/ AIDS

3 Menghindari tranfusi darah yang tidak jelas asalnya untuk pencegahan penularan HIV/AIDS.

4 Menghindari mentatto tubuh dan menggunakan jarum suntik bergantian pada kelompok pecandu narkoba suntik untuk pencegahan penularan HIV/AIDS

5 Memiliki hanya satu pasangan seksual yang saling setia

6 Mencari informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan membagi informasi yang didapat kepada keluarga terdekat

7 Menghindari seks bebas sebelum menikah untuk pencegahan penularan HIV/AIDS

41

Page 42: Siap Print

LENSA KEGIATAN

42

Page 43: Siap Print

43

Page 44: Siap Print

44