Si Reaksikimiaorganikdenganmenggunakanmodelmolekul
-
Upload
idha-jhaya -
Category
Documents
-
view
104 -
download
1
description
Transcript of Si Reaksikimiaorganikdenganmenggunakanmodelmolekul
STRUKTUR MOLEKUL DAN REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIKDENGAN MENGGUNAKAN MODEL MOLEKUL
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memberikan pengalaman bekerja dengan menggunakan model molekul.
2. Memberikan pengalaman mengenai visualisasi senyawa-senyawa organik
dalam tiga dimensi.
3. Mengilustrasikan reaksi-reaksi kimia.
B. LANDASAN TEORI
Suatu cincin sikloheksana dapat memiliki banyak bentuk, dan molekul
sikloheksana tinggal mana saja terus menerus pada keadaan membengkok menjadi
aneka ragam, dimana model-model ini sangat berfaedah dalam memperagakan
hubungan berbagai konformasi yang terjadi, dimana sejauh ini baru dikemukakan
sikloheksana dalam bentuk kursi (chair form), dimana terdapat keistimewaan pada
konformasi ini (Fessenden, 1982).
Dalam stereokimia benda tiga dimensi harus digunakan secara dua
dimensional diatas kertas, sehingga diperlukan beberapa aturan untuk menggunakan
molekul yang mempunyai tiga dimensi. Sebuah molekul yang sama mempunyai
proyeksi faktor yang berbeda tergantung arah molekulnya atau kedudukan dari
molekul tersebut (Matsjeh, 1993).
Pemodelan dimulai dengan penataan sequence yang akan dimodelkan (target)
dengan struktur protein tiga dimensi yang telah diketahui (cetakan). Setelah itu
dilakukan penghitungan batasan pada sequence target yang dihitung dari penataannya
dengan struktur tiga dimensi template. Batasan tersebut diperoleh dari analisis
statistik hubungan pasangan-pasangan protein homolog. Analisis ini berdasar pada
database penataan 105 famili yang termasuk 416 protein yang telah diketahui strukrur
tiga dimensinya. Dengan penelusuran database, akan diperoleh tabel mengenai
berbagai korelasi, seperti korelasi antara jarak ekivalen Cα - Cα, atau sudut dihedral
dari dua protein yang berhubungan. Selanjutnya, batasan hubungan dan term energi
CHARM memperkirakan stereokimia yang cocok, dan mengombinasikannya ke
dalam fungsi objektif. Terakhir, model diperoleh dengan mengoptimasi fungsi
objektif dalam ruang kartesian (Sudarko, et al., 2007).
Senyawa sikloheksana (C6H12) juga mempunyai struktur brntuk ruang dan
setiap atom C-nya memiliki orbital sp3 dan sudut ikat setiap atom tetap (109,50). Dari
setiap bentuk isomer konformernya, terdapat dua bentuk yang lazim dan dikenal
betuk perahu (boat form) dan bentuk kursi (chair form). Kedudukan atom-atom H-
nya yang terikat pada atom C mempunyai arah yang berbeda-beda. Satu mempunyai
arah yang vertikal (axsial, sering disingkat ax atau a), dan satu atom H yang memiliki
arah horizontal (equatorial)(Sastrohamidjojo,2001).
C. ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah molimod “darling
models”.
D. PROSEDUR KERJA
1. Penyusunan bentuk molekul
- Disusun dalam bentuk molekul sp3,
sp2, sp, dsp3, dan d2sp3.
- Digambar bentuk molekulnya
2. Menyusun dan menggambar beberapa senyawa
- Disusun dalam bentuk molekul 2-
metil heksana, 2-butanol, 2-butena,
1-propanol, dan metiletileter.
- Digambar bentuk molekulnya
Molimod
Molimod
3. Menyusun dan menggambar senyawa aromatik
- Disusun dalam bentuk senyawa
aromatik benzena dan naftalena
- Digambar bentuk molekulnya
4. Menyusun dan menggambar senyawa siklik
- Disusun dalam bentuk molekul 3 atom C
sp3, 4 atom C sp3, 5 atom C sp3, 6 atom C
sp3, 7 atom C sp3, 8 atom C sp3.
- Digambar bentuk molekulnya
Molimod
Molimod
5. Menyusun dan menggambar struktur etanol dengan proyeksi
- Disusun dalam bentuk proyeksi titik padat,
proyeksi fisher, proyeksi newman, dan
proyeksi sawhorse.
- Digambar bentuk molekulnya
6. Menyusun dan menggambar proyeksi newman pada konformasi sikloheksana
- Disusun dalam bentuk proyeksi newman,
untuk konformasi sikloheksana bentuk
kursi, setengah perahu, dan bentuk perahu.
- Digambar bentuk molekulnya
Molimod
Molimod
7. Menyusun dan menggambar stereoisomer
- Disusun dalam bentuk isomer dari 2-
butena dan 1,2-diklorosikloheksana.
- Digambar bentuk molekulnya
8. Menyusun dan menggambar reaksi
- Disusun struktur brominasi E-3-metil-2-
pentana dan propanol + Cl2.
- Digambar bentuk molekulnya
Molimod
Molimod
E. HASIL PENGAMATAN
No Nama Senyawa Gambar
1.
sp3
sp2
sp
dsp3
d2sp3
2.
2-metilheksana
2-butanol
2-butena
1-propanol
Metileileter
3.
Benzena
Naftalena
4.
3 atom C sp3
4 atom C sp3
5 atom C sp3
6 atom C sp3
7 atom C sp3
8 atom C sp3
5.
Proyeksi newman
Proyeksi sawhorse
6. Bentuk perahu
7.
Isomer 2-butena Cis 2-butena
Trans 2-butena
Isomer 1,2-diklorosikloheksana Equatorial-equatorial
Equatorial-aksial
Aksial-aksial
Aksial-equatorial
F. PEMBAHASAN
Menggunakan model-model molekul sangat bermanfaat dalam visualisasi
struktur molekul dan reaksi-reaksi dari seuatu senyawa, khsusnya senyawa organik.
Dalam percobaan ini dilakukan penyusunan senyawa-senyawa organik beserta reaksi
didalamnya.
Dalam pembentukan molekul, terdapat proses yang dapat mempengaruhi
struktur baru, apakah dari atom yang bereaksi ataupun dari ikatan diantara atom.
Molekul CH4 misalnya yang memiliki empat ikatan kovalen antara atom C dan empat
atom H. Empat orbital hibrida sp3 mengelilingi inti karbon, sehingga disebut sebagai
atom karbon tetrahedral, karena bentuk geometri dari ikatannya. Tetrahedral memiliki
sudut yang sama (sudut ikatan atom C dengan H) sehingga menghasilkan tolakan
yang sama antar atom. Hal ini disebabkan karena tolakan antara elektron dalam
berbagai orbital, orbital sp3 ini terletak sejauh mungkin yang satu dengan yang
lainnya sambil meluas keluar dari inti karbon yang sama. Artinya, keempat orbital
menghadap pada ujung suatu tetrahedron biasa. Geometri ini memberikan sudut
ikatan ideal sebesar 109,50. sudut ideal ini yang meminimumkan tolakan sterik antara
elektron atom sehingga geometri molekul tetrahedral sangat stabil.
Bila karbon terikat ke atom lain oelh ikatan rangkap dua, maka atom karbon
terhibridisasi sp2. Untuk membentuk orbital sp2, karbon menghibridisasi orbital 2s-
nya hanya dengaan dua orbital 2p-nya. Satu orbital 2p pada atom karbon tetap akan
terhibridisasi. Karena tiga orbital atom digunakan untuk membenuk orbital sp2, maka
dihasilkan tiga orbital sp2. masing-masing orbital sp2 memiliki bentuk yang sama
seperti orbital sp3 dan mengandung satu elektron yang akan digunakan untuk ikatan
tiga orbital sp2 sekeliling inti karbon terletak sejauh mungkin yang satu dengan yang
lainnya, yakni terletak dalam bidang sydut 1200 sehingga dikatakon atom trigonal.
Bila atom karbon dihubungkan hanya terhadap dua atom lain, keadaan
hibridisasinya adalah sp. Satu orbital 2s bercampur dengan hanya satu orbital 2p
untuk membentuk dua orbital hibrida sp. Dalam hal ini, tinggal dua orbital hibrida 2p
yang tidak terhibridisasi, masing-masing dengan satu elektron. Kedua orbital sp
terletak sejauh mungkin, dalam garis lurus dengan sudut 1800 diantaranya. Orbital p
saling tegak lurus terhadap garis orbital sp. Dalam ikatan rangkap tiga kedua atom C
dihubungkan oleh ikatan sigma sp-sp.
Dalam percobaan ini, ikatan rangkap dalam BeCl2 merupakan salah satu
contoh hibridisasi sp. Pada tahap pertama, hibridisasi ini dimulai dari promosi
elektron dari suatu orbital 2s yang terisi ke suatu orbital 2s yang masih kosong.
Promosi elektron ini terjadi dari keadaan dasar berenergi rendah ke keadaan energi
yang lebih tinggi, sehingga memerlukan energi tambahan. Tahap kedua, melibatkan
pencampuran orbital 2s dengan semua orbital 2p yang sekarang berisi satu elektron,
dimana untuk Be banyaknya orbital 2p sebanyak dua buah, yang akan telibat dalam
hibridisasi. Setelah itu, maka akan terbentuk orbital yang berakhir sebagai s dan p.
dalam proses hibridisasi terjadi ekstasi elektron Cl yang akan berikatan dengan dua
orbital 2p dari Be, yang membentuk BeCl2 dengan model molekul linear.
Bentuk geometri segitiga bipiramida dan oktahedral terjadi bila dihibridisasi
oleh dsp3 dan d2sp3. contoh senyawa yang terbentuk dari hibridisasi dsp3 adalah PF5,
dan d2sp3 memiliki contoh senyawa misalnya SF6. Dalam molekul yang atom-atom
pusatnya mempunyai lebih dari delapan elektron dalam tingkatan valensinya, orbital
s, p, dan d dari atom-atom pusat akan dimanfaatkan dalam ikatan. Dalam PF5 dan
SF6, tahap pertama berisi pembentukan orbital yang setengah terisi yang banyaknya
ikatan sama dengan banyaknya orbital yang harus terbentuk oleh atom pusat itu.
Tahap kedua mencakuphibridisasi orbital-orbital setengah terisi dari atom pusat.
Dalam PF5, ketika fosforus membentuk lima ikatan ke flour, satu orbital 3s dan tiga
orbital 3p fosforus akan dihibridisasikan dengan satu orbital 3d, untuk membentuk
lima ikatan hibrida dsp3. Pada SF6, belerang akan membentuk enam ikatan, orbital 3s
dan 3p dihibridisasikan dengan dua orbital 3d, untuk membentuk enam orbital pada
ikatan hibrida d2sp3.
Pada pembentukan molekul-molekul golongan alkana, terdapat beragam
senyawa yang bergantung pada gugus yang terdapat di dalamnya. Misalnya saja 2-
butanol atau 1-propanol dimana didalamnya terdapat gugus alkohol (OH) yang terikat
pada salah satu atom C butana dan propana. Oleh karena itu, nama senyawa tersebut
turut berubah. Contoh lainnya yaitu metiletileter, dimana senyawa alkana tersebut
mengandung gugus eter (R-O-R). dengan penggunaan model-model molekul,
pembentukan senyawa-senyawa organik memberikan pengetahuan khusus pada
praktikan tentang struktur dan tata nama senyawa organik.
Benzena adalah suatu senyawa organik yang tidak dapat digambarkan scara
teliti oleh rumus ikatan valensi tunggal. Dalam suatu molekul benzena, terdapat enam
atom karbon yang dihubungkan bersama-sama membentuk suatu cincin heksagonal,
dengan satu atom hydrogen terikat pada atom karbon. Struktur ini diusulkan oleh
Fekule, namun pendapatnya masih keliru. Pendapatnya struktur benzena bergeser
maju balik dengan cepat sehingga tak dapat yang dapat diisolasi satu persatu.
struktur benzena ini dikatakan ada dalam resonansi satu sama lain. Dengan alasan
lain, struktur Kekule disebut juga sebagai lambang resonansi atau struktur resonansi.
Dapat dikatakan bahwa benzena adalah hibrida resonansi.
Benzena merupakan salah satu golongan senyawa aromatik. Salah satu
senyawa aromatik turunan benzena adalah naftalena yang kita kenal sebagai obat
pengusir serangga. Struktur naftalena merupakan gabungan struktur resonansi
benzena. Adanya resonansi pada benzena maupun naftalena, tidak lepas dari adannya
delokalisasi elektron. Dalam resonansi, inti-inti atom dalam sebuah molekul tak
dapat bertukar posisi, melainkan hanya elektron (baik elektron pi dan elektron
valensi) menyendiri saja yang terdelokasi, dan biasanya digambarkan dengan panah
lengkung kecil.
Elektron orbital p dari benzena bereaksi dengan lebih dari dua inti atom,
karena itu dalam pembentukan akan terjadi lebih dari satu ikatan. Elektron semacam
itu dikatakan telah didelokalisasikan. Sebagai akibat delokalisasi ini, energi sistem
menjadi lebih rendah daripada seandainya elektron tersebut terelokalisasi. Banyaknya
penurunan energi karena delokalisasi dinamakan energi delokalisasi. Energi
delokalisasi dan energi resonansi adalah istilah yang setara utuk memberi fenomena
yang sama, yakni suatu struktur memiliki energi yang lebih rendah bila mempunyai
elektron dalam orbital-orbital molekul yang terkaitkan pada dua inti atom atau lebih.
Senyawa-senyawa siklik yang terdiri dari tiga atom C sp3 cenderung memiliki
posisi yang tidak stabil. Hal ini disebabkan jarak yang minim pada masing-masing
atom sehingga tidak dapat membentuk ikatan yang stabil. Senyawa siklik yang
mengandung empat atom C sp3 lebih stabil dibandingkan dengan tiga atom C sp3
karena sudah mampu membentuk siklobutana. Hal yang sama juga terjadi pada
senyawa dengan lima atom C sp3 karena telah membentuk ikatan siklopentana,
namun karena sudut tidak sama besarnya, maka tolakan sterik pada masing-masing
atom tidak akan sama yang menimbulkan perbedaan tolakan sterik, sehingga struktur
siklopentana kurang stabil. Enam atom C sp3 dalam suatu senyawa siklik merupakan
struktur yang paling stabil dari semua senyawa lainnya. Hal ini disebabkan sudut
tolakan antar atom sama besar satu sama lain, sehingga regangan sudutnya stabil.
Selain itu, sikloheksana mampu membentuk konformasi kursi (chair form). Pada
senyawa siklik dengan tujuh atom C sp3 maupun delapan atom C sp3, tegangan sudut
pada masing-masing atom. Dengan menurut pada kaidah behwa atom selalu mencari
posisi yang stabil, maka struktur 7 atom C sp3 dan 8 atom C sp3 merupakan struktur
yang kurang stabil, sebab tolakan sterik antar atom cukup besar. Senyawa yang
memiliki banyak atom C, memiliki energi yang cukup banyak.
Suatu senyawa dapat digambarkan menurut berbagai macam proyeksi, antara
lain: proyeksi garis titik dan taji padat (rumus dimensional), proyeksi Newman,
proyaksi Sawhorse (bola dan pasak) serta proyeksi Fisher. Proyeksi garis titik dan taji
padat serta proyeksi Sawhorse adalah representasi dari suatu molekul senyawa dalam
bentuk tiga dimensi. Proyeksi Newman adalah pandangan ujung ke ujung dari atom
karbon dalam suatu molekul, dimana ikatan yang menghubungkan kedua atom ini
tersembunyi. Ketiga atom yang terlihat pada atom karbon depan tampak menuju
pusat proyeksi, dan ketiga ikatan karbon belakang hanya tampak sebagian. Peroyeksi
newman ini dapat menggambarkan bagaimana posisi tolakan dan bentuknya, apakah
berbentuk eclips, stagger, gauche maupun anti stagger, serta rotasi atom yang ada
didalamnya.
Proyeksi Fisher semata-mata merupakan cara untuk menyatakan representasi
suat rumus dimensional ataupun rumus bola dan pasak. Dalam menggambarkan
proyeksi Fisher, diandaikan bahwa molekul itu diukur (streched) sepenuhnya dengan
semua subtituennya eclips, tanpa mempedulikan konformasinya. Tiap titik potong
horizontal melambangkan suatu ikatan yang mengarah ke pembaca, sementara garis
vertikal melambangkan ikatan menjauhi pembaca. Proyeksi ini adalah suatu cara
singkat dan mudah untuk memaparkan molekul kiral. Keterbatasan proyeksi ini
seperti dalam hal rotasi, proyeksi Fisher tidak dapat diterapkan.
Suatu cincin sikloheksana dapat memiliki banyak bentuk dan molekul
sikloheksana tunggal dapat berada pada keadaan yang terus menerus membengkok
menjadi aneka ragam bentuk. Sejauh ini, bentuk sikloheksana yang dikemukakan
mencakup bentuk kursi (chair-form) dan bentuk perahu (boat form). Kedua
konformasi ini memiliki perbedaan dalam hal tingkat energi dan sudut yang terbentuk
pada masing-masing ikatan terhadap atom pusat. Pada bentuk perahu, atom-atom
hidrogen membentuk posisi eclips dengan tegangan sudut 00, sehingga energi atom
untuk melakukan rotasi (tolakan sterik) sangat besar. Bentuk perahu ini bukanlah
posisi yang stabil pada siloheksana. Posisi atom yang stabil dapat dilihat pada
konformasi anti stagger yang dibentuk oleh konformasi kursi. Pada bentuk kursi
tegangan sudut yang terbentuk sama besar karena tiap atom C memiliki posisi ideal
yakni tetrahedral (sudut ikatan 109,50).
Suatu senyawa hidrokarbon dapat memiliki bentuk lainnya walaupun
memiliki rumus molekul yang sama. Molekul yang terbentuk ini dinamakan isomer.
Seperti contoh pada 2-butena yang memiliki isomer cis-2-butena dan trans-2-butena.
Isomer ini termasuk dalam isomer geometri yang diakibatkan heterogen ikatan dalam
molekul. Isomer ini hanya dijumpai pada senyawa golongan alkana dan senyawa
siklik.
Molekul bukanlah partikel yang statik, mkolekul-molekul akan bergerak
memutar atau membengkokkan diri. Atom dan gugus yang terikat dapat berputar
sehingga bentuk keseluruhan molekul selalu berubah. Karena kekuatan dari ikatan
rangkap inilah gugus-gugus berikatan terletak tetap dalam ruang serta relatif satu
sama lain. Saat terjadi rotasi, akan terjadi perpindahan gugus yang bisa mengubah
atom-atom yang terikat. Dua gugus yang terikat pada satu sisi ikatan dinamakan cis
(latin :”pada sisi yang sama”), dan pada sisi yang berlawanan dinamakan trans
(“berseberangan”). Dengan perbedaan gugus ini, maka antara cis-2-butena dan trans-
2-butena memiliki perbedaan sifat baik secara fisik maupun kestabilannya. Jika
dibandingkan kestabilannya, trans lebih stabil dibandingkan cis, sebab mengikuti
pada berat jenis atom yang terikat.
Pada isomer 1,2-diklorosikloheksana, posisi cis- dan trans- sangat berperan,
dimana dalam hal ini 1,2-diklorosikloheksana sebagai senyawa siklik berbentuk
konformasi kursi, cincin-cincin yang terdisubstitusi tak dapat saling diubah satu
dengan lainnya. Meskipun demikian masing-masing isomer dapat memiliki aneka
ragam konformasi. Sebagai contoh diperhatikan bentuk kursi dari 1,2-
diklorosikloheksana, cis- isomer mencerminkan posisi yang aksial, dan trans-
mencerminkan posisi equatorial. Hal ini disebabkan adanya rotasi dari gugus yang
terikat sehingga terjadi perubahan gugus.
Suatu gugus klor dalam ikatan lebih menyukai posisi equatorial pada suatu
cincin sikloheksana. Dalam trans 1,2-diklorosikloheksana konformer e,e merupakan
konformasi ideal dan stabil dibandingkan konformer a,a sebab konformasi e,e
memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan a,a . dalam gugus (a,a),
konformasi cincin akan serupa dengan konformasi butana dengan gugus dalam posisi
gauche, sedangkan pada posisi equatorial, konformasi cincin serupa dengan
konformasi bukan dalam posisi ideal (anti stagger).
Dalam reaksi senyawa organik, dikenal adanya tiga macam reaksi yakni reaksi
eliminasi, reaksi adisi dan reaksi substitusi kedua macam reaksi yang berlangsung
antara lain brominasi E-3-metil-2-pentena serta propana + HCl merupakan reaksi
adisi atau perubahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Pada reaksi brominasi,
terdapat tata nama khusus yakni adanya huruf E (entgegen = berseberangan). Artinya
ikatan pada rreaksi ini berupa posisi trans- tetapi mengikat atom lain (gugus lain)
yakni brom.
G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Hibridisasi orbital menentukan bentuk geometri suatu molekul
2. Posisi anti stagger merupakan posisi yang stabil dalam hal tolakan sterik antar
atom. Posisi ini terdapat pada konformasi kursi, sehingga konformasi kursi
lebih stabil dibandingkan konformasi lainnya.
3. Reaksi-reaksi yang berlangsung dalam senyawa organik antara lain reaksi
eliminasi (reaksi pembentukan ikatan), reaksi adisi (reaksi pemutusan ikatan)
serta reaksi substitusi (penggantian gugus). Dalam percobaan ini, reaksi yang
terjadi adalah reaksi adisi.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Matsjeh, S., 1993. Kimia Dasar Organik I. FMIPA UGM. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H., 1996. Sintesis Bahan Alam. UGM. Yogyakarta.
Sudarko, Devit S., dan A.A.I. Ratnadewi, 2007. “Modifikasi Asetilkolinesterase dengan Mutasi Kombinasi Secara In Silico Untuk Biosensor Organofosfat”. Jurnal Kimia Indonesia. Vol. 2 (1).