sholat istikharah

of 27 /27
Adalah tabiat manusia manakala dihadapkan pada dua pilihan atau lebih yang sangat sulit atau di luar kemampuan analisanya untuk memilih, maka ia cenderung meminta pertolongan dari kekuatan supra natural atau mencari tanda-tanda dari alam dalam menentukan pilihannya. Ketika datang Islam, kebiasaan itu diluruskan dengan diajarkannya shalat Istikharah. Istikharah artinya meminta pilihan. Sholat istikharah adalah shalat untuk meminta pilihan kepada Allah. Manusia adalah makluq yang dengan kesempurnaannya tetap memiliki kekurangan, terutama dalam menentukan pilihan yang di luar kemampuan analisanya. Ia tidak mampu melihat kegaiban masa depan apakah itu baik atau buruk nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya Istikharah, agar manusia tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan, meminta pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat. Allah berfirman:”Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka (apabila Allah telah menentukan). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dan Tuhamnu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagiNyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagiNyalah segala penentuan dan hanya kepadaNyalah kami dikembalikan (al-Qasas 68-70). Hukum Istikharah Para ulama sepakat mengatakan bahwa shalat istikharah hukumnya sunnah pada saat seorang muslim dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan keputusan untuk memilih. Dalil Shalat Istikharah Dalil shalat Istikharah adalah sbb: 1 . ه ل لول ا س ر ان ك( : ال ا ق م ه عن له ل ا ي ض له ر ل د ا ب ع ن ب ر ب ا ج ن ع، ن( را لق ا ن م ورة س ل ا ا ب م ل ع يا م كا ه كلور م9 الأ ي ف ارة خ ت س الأ ا ب م ل ع ي( @ مُ D ثِ ه@ ض يِ ر@ قْ ل اِ ر ْ غْ نِ مِ نْ ي@ ب@ عْ ك@ رْ ع @ كْ ر@ يْ قِ رْ 9 أْ ال ِ بْ مُ كُ د @ ج@ 9 ا@ م@ ه ا@ ذِ Y ا( : ول ق ي@ [ كِ ت@ رْ د ُ قِ ي@ [ كُ رِ دْ ق@ تْ 9 ا@ و@ [ ك ِ مْ لِ عِ c ي@ [ كُ ر يِ خ@ تْ س@ 9 ا يِ نِ Y ا@ مُ ه@ ل ل اْ ل ُ ق@ تِ لُ م@ لْ ع@ 9 أ ا@ ل@ وُ م@ لْ ي@ وُ رِ د ْ ق@ 9 أ ا@ ل@ وُ رِ دْ ي@ [ تِ Y ا@ ق@ [ كِ لْ ض@ فْ نِ م@ [ كُ ل@ 9 اْ س@ 9 ا@ و

Embed Size (px)

description

CARA SHOLAT ISTIKHARAH

Transcript of sholat istikharah

Adalah tabiat manusia manakala dihadapkan pada dua pilihan atau lebih yang sangat sulit atau di luar kemampuan analisanya untuk memilih, maka ia cenderung meminta pertolongan dari kekuatan supra natural atau mencari tandatanda dari alam dalam menentukan pilihannya. Ketika datang Islam, kebiasaan itu diluruskan dengan diajarkannya shalat Istikharah. Istikharah artinya meminta pilihan. Sholat istikharah adalah shalat untuk meminta pilihan kepada Allah. Manusia adalah makluq yang dengan kesempurnaannya tetap memiliki kekurangan, terutama dalam menentukan pilihan yang di luar kemampuan analisanya. Ia tidak mampu melihat kegaiban masa depan apakah itu baik atau buruk nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya Istikharah, agar manusia tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan, meminta pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat. Allah berfirman:Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka (apabila Allah telah menentukan). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dan Tuhamnu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagiNyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagiNyalah segala penentuan dan hanya kepadaNyalah kami dikembalikan (al-Qasas 68-70). Hukum Istikharah Para ulama sepakat mengatakan bahwa shalat istikharah hukumnya sunnah pada saat seorang muslim dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan keputusan untuk memilih. Dalil Shalat Istikharah Dalil shalat Istikharah adalah sbb:

( ( : .1 (: ) Artinya: Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepada kami istiharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan al-Quran. Beliau bersabda:Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Ya

Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang terjadi, lalu ridlailah ia untukku. (h.r. Ahmad, Bukhari dan Ashabussunan). 2. Dalil lain shalat Istikharah adalah hadist riwayat Muslim yang menceritakan pada saat Zainab ra akan dipersunting leh Rasulullah saw, beliau menjawab Aku belum bisa memberi jawaban hingga aku melakukan istikharah kepada Tuhanku. Lalu beliau memasuki tempat shalatnya dan turunlah al-Quran. Tatacara Shalat Istikharah Para ulama menjelaskan bahwa tatacara shalat istikharah adalah seperti sholat sunnah biasa, dijalankan dalam dua rakaat. Tidak ada waktu khusus untuk melaksanakannya, namun shalat istikharah disunnah serta merta saat seseorang menghadapi masalah. Imam Nawawi, Ibnu Hajar dan Imam Iraqi mengatakan, sah melaksanakan istikharah yang dibarengkan dengan sholat sunnah lainnya asalkan dengan niat. Misalkan seseorang hendak melaksanakan sholat sunnah rawatib lalu ia juga niat untuk istikharah maka itu sah. (Fathul Bari 11/221). Selesai melaksakan shalat lalu membaca doa di atas. Tidak ada bacaan khusus atau surat khusus dalam shalat Istikharah. Beberapa refrensi menyebutkan aada raka'at pertama, setelah membaca al-Fatihah disunatkan membaca surat al-Kaafiruun, dan pada raka'at kedua (setelah al-Fatihah) membaca surat al-Ikhlas. Itu mengikuti shalat hajat karena Istikharah termasuk shalat hajat. Begitu juga diperbolehkan mengulang-ulang shalat Istikharah karena itu termasuk doa dan dalam beberapa riwayatRasulullah saw mengulang doa terkadang sampai tiga kali.

Bagi yang berhalangan melaksanakan shalat, misalnya perempuan yang sedang datang bulan, maka diperbolehkan baginya untuk hanya membaca doa Istikharah. Dalam Istikharah siapakah yang memilih? Allah memberi kita karunia akal dan nalar yang bebas. Dengan akal dan nalar kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan akal dan nalar tersebut kita mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan menentukan pilihan dalam perkara dunia. Selain itu banyak petunjuk agama yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menentukan perkara apakah itu artinya: baik atau buruk. Rasulullah saw bersabda kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang dan mejadikan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan keraguan (h.r. Ahmad dll.) artinya: Dalam masalah jodoh, Rasulullah saw bersabda seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang mempunyai agama niscaya kamu beruntung (h.r. Muslim dll). Kedua hadist tersebut menunjukkan bahwa memilih adalah pekerjaan manusia. Agama memberikan petunjuk ramburambu untuk memilih dengan baik. Rasulullah saw juga mencontohkan dalam sebuah hadist artinya: Rasulullah saw ketika dihadapkan dua pi lihan, beliau selalu memilih yang termudah selama itu tidak mengandung dosa, apabila itu mengandung dosa maka beliau menjauhinya (h.r. Muslim dll). Beliau pun ketika memilih sesuatu menggunakan analisa dan nalar beliau, namun selalu mengutamakan yang mudah. Begitu juga ketika seorang hamba dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit dan kemudian dia melaksanakan shalat istikharah sesuai ajaran Rasulullah, tidak berarti ia lantas menyuruh Allah memilihkan pilihannya dan ia hanya cukup berdoa saja dan menunggu petunjuk dan berpangku tangan. Itu adalah anggapan yang kurang tepat. Ilustrasinya sbb: ketika kita seorang mahasiswa atau murid memasuki ruang ujian biasanya kita selalu berdoa agar bisa mengerjakan dengan baik dan memilih jawaban dengan tepat. Apakah mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut cukup dengan doa tadi? Tentu tidak. Jawaban ujian dan memilih jawaban ujian hanya bisa dilakukan melalui belajar sebelumnya, sedangkan fungsi dia adalah agar ketika mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut kita

diberi kekuatan dan kemampuan sehingga bisa mengerjakan dengan tepat. Begitu juga sholat istikharah adalah doa agar dalam kita memilih, kita diberikan kekuatan oleh Allah dan tidak salah pilih, namun pekerjaan memilih itu sendiri harus kita lakukan dengan baik melalui analisa, kajian, penyelidikan, musyawarah dll. Setelah proses tersebut kita matangkan, maka dengan disertai doa yaitu shalat istikharah mudah-mudahan pilihan kita tidak salah. Yang lebih salah lagi, manakala pilihan itu ternyata kurang sesuai dengan yang diharapkan, ia mulai menyalahkan istikharahnya atau naudzubillah kalau sampai menyalahkan Tuhannya.Pada masalah apa kita disunnahkan shalat istikharah?

Sebenarnya shalat istikharah disunnahkan ketika kita menghadapi pilihan perkara yang halal, seperti pekerjaan, pernikahan, perdagangan dll. Itu yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang hamba. Rasulullah saw bersabda artinya: termasuk kemuliaan bani Adam adalah ia m au beristikharah kepada Allah, dan termasuk kedurhakaannya adalah manakala ia tidak mau beristikharah kepada Allah (h.r. Hakim). Dalam hadist shalat istikharah di atas juga disebutkan Rasulullah saw mengajarkan istikharah kepada kami dalam semua perkara. Ini menunjukkan pentingnya istikharah dalam semua perkara yang kita hadapi. Maka sebaiknya kita sering melaksanakan shalat ini manakala menghadapi semua masalah dunia. Dan kurang tepat kiranya kalau kita melaksanakan shalat istkhoroh hanya ketika hendak menikah. Ibnu Hajar menuqil ungkapan Abu Jumrah mengatakan bahwa shalat Istikharah tidak dilakukan untuk perkara wajib dan sunnah. Begitu juga istikharah tidak dilakukan untuk memilih perkara makruh dan haram. Kecuali apalagi terjadi dilema anatara dua perkara wajib atau sunnah, misalnya seseorang yang mampu melaksanakan ibadah Haji, ia beristikharah apakah berangkat tahun ini atau tahun depan. Jawaban istikharah Tidak ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah. Ini memperkuat uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan kita dalam memilih. Ulama besar Syafii, Iz bin Abdussalam mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya mengambil keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil keputusan yang sesuai keyakinannya, baik itu sesuai dengan bisikan hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa yang ia yakini, bukan dari apa yang cocok di hatinya. Bisikan hati kadang dipengaruhi oleh perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu. Imam Qurtubi juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya hatinya dibersihkan dari hal-hal yang mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan hati karena biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat istkharah. Itu benar, misalnya seseorang yang sudah dirundung rasa cinta mendalam terhadap seseorang, mana mungkin ketika dia istikharah akan mendapatkan jawaban untuk tidak memilihnya. Setelah memilih dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti sikap tawakkal, bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan mudah-mudahan Allah akan memudahkan semuanya. Banyak orang menanti jawaban istikharah melalui mimpi, atau melalui membuka Quran secara acak lalu mencoba mencari jawabannya melalui ayat yang tak sengaja terbuka, atau dengan butiran-butiran tasbih dan lain-lain. Itu semua tidak mempunyai landasan dalil dan hadist. Disusun oleh Ustadz Muhammad Niam Dari berbagai sumber literatur fiqh dan hadist

Kalau terjadi seperti itu berarti Allah memilihkan hal yang lain yang terbaik bagi kita. Ini sesuai apa yang kita ucapk an dalam doa istiharah itu sendiri.

... ... .Ya Allah sesungguhnya aku meminta petunjuk dengan ilmu -Mu dan meminta ketentuan dengan qodrat-Mu serta memohon dengan keutamaan-Mu yang Agung. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa dan aku tak punya daya upaya apapun, dan Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkau adalah yang Maha Mengetahui segala yang ghaib Ya Allah Bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini menjadik an kebaikan bagiku dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku maka takdirkanlah urusan ini dan mudahkanlah serta berkahilah aku. Dan bila Engkau mengetahui urusan ini akan menjadi buruk dalam agamaku, kehidupanku dan akhir urusanku maka jauhkanlah aku darinya dan jauhkanlah urusan ini dariku serta berikankanlah aku yang terbaik dan Ridhoilah aku

) Artinya: Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepada kami istiharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan al-Quran. Beliau bersabda:Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang terjadi, lalu ridlailah ia untukku.

Dalam istilah fikih, seperti disebut dalam Ensiklopedi Fikih terbitan Kementerian Wakaf Kuwait,istikhrah adalah meminta pilihan, yakni meminta agar keinginan atau tekad kita diarahkan kepada apa yang dipilihkan oleh Allah, dengan cara melaksanakan shalat atau membaca doa. Shalat sunnah istikharah didasarkan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Sahabat Jbir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa hendak melakukan sesuatu (hamma bi al-amr: berkeinginan kuat untuk melakukan sesuatu), hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat selain shalat fardu, kemudian berdoa: Allhumm inn astakhruka bi ilmika wa astaqdiruka bi qudratika. Fa innaka taqdiru wa l aqdir, wa talamu wa l alam, wa anta allm al-ghuyb. Allhumma in

kunta talamu anna hdza al-amr khairun l f dn wa masy wa qibati amri, fa uqdurhu l wa yassirhu l tsumma brik l fh. Wa in kunta talamu anna hdza al-amr syarrun l f dn wa masy wa qibati amri, fa ishrifhu ann wa ishrifn anhu, wa uqdur l al -khaira haitshu kna tsumma ardhin bih. Doa tersebut mengandung arti demikian: Ya Allah, jika dalam pengetahuan-Mu persoalan ini (apa yang menjadi keinginan kita) adalah baik bagiku dalam hal agamaku, kehidupan duniaku, maupun akhiratku, takdirkanlah ia bagiku, mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah aku padanya. Dan jika dalam pengetahuan-Mu persoalan ini adalah buruk bagiku dalam hal agamaku, kehidupan duniaku, maupun akhiratku, palingkanlah ia dariku, palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah bagi yang baik di mana pun ia berada, kemudian jadikanlah aku rela menerimanya. Lalu, jawabannya berupa apa? Jawaban dari shalat istikharah akan tampak pada kemantapan hati pada apa yang hendak kita lakukan. Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Anas r.a., Wahai Anas. Jika kamu hendak melakukan sesuatu, lakukanlah istikharah/ memohon pilihan dari Tuhanmu sebanyak tujuh kali, lalu lihatlah apa yang terasa (mantap) di hatimu karena kebaikan ada di situ. (HR Ibnu as Sunni). Oleh karena itu, apabila kita sudah melakukan shalat istikharah dan membaca doanya sesuai yang disunnahkan, tetapi kemantapan hati tidak kunjung datang, itu pertanda bahwa sebaiknya kita tidak melakukan apa yang kita rencanakan. Jadi, catatan saya, dalam shalat istikharah kita bukan meminta jawaban terhadap apa yang kita inginkan, tetapi meminta pilihan terbaik dari Allah. Boleh jadi yang dipilih oleh Allah itu sama dengan yang kita inginkan, boleh jadi juga tidak sama. Sedangkan shalat hajat adalah adalah shalat sunnah untuk meminta suatu keinginan atau kebutuhan tertentu. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa mempunyai suatu hajat (keinginan, kebutuhan) dari Allah maupun dari sesama manusia, hendaklah ia berwudhu dengan baik, kemudian melakukan shalat dua rakaat. Setelah itu memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi saw. dan berdoa: L ilha ill Allh al-Halm, al-Karm. Subhnallh rabb al-arsy al-azhm, al-hamdu lillhi rabb al-lamn. Asaluka mjibti rahmatik wa azima maghfiratik wa al-ghanmata min kulli birr wa as-salmata min kulli itsm. L tada l dzamban ill ghafartah wa l hamman ill farrajtah, wa l hjatan hiya laka ridha ill qadhaitah y arhama ar-rhimn. Arti doa itulah: Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Penyantun, Mahamulia. Mahasuci Allah, Tuhan pemilik singgasana yang agung. Segala puji bagi Allah Pemelihara alam semesta. Aku memohon kepada-Mu apa-apa yang menyebabkan rahmat-Mu, yang membawa ampunan-Mu, apa-apa yang memperoleh keuntungan pada setiap kebajikan, dan keselamatan dari setiap dosa. Janganlah Engkau biarkan bagiku dosa kecuali Engkau ampuni, tidak pula suatu persoalan kecuali Engkau berikan jalan keluarnya, dan tidak pula suatu hajat yang Engkau ridhai kecuali Engkau kabulkan, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Persoalannya sekarang berpulang kepada Anda sendiri. Apakah Anda ingin melakukan sesuatu (misalnya: merantau untuk menuntut ilmu, menikah dengan seseorang, memilih suatu pekerjaan tetapi menghadapi keraguan, atau apa saja), lalu Anda ingin dimantapkan pada keinginan itu? Atau, apakah Anda punya keinginan (hajat) tertentu (seperti ingin lulus tes/ seleksi, atau ingin terlepas dari suatu masalah)? Dari uraian singkat Anda, tampaknya Anda menginginkan suatu keinginan (hajat) tertentu. Jika benar demikian, lakukanlah shalat hajat. Sebagai catatan, dalam memohon kepada Allah sebaiknya kita jangan terburu-buru meminta dikabulkan. Rasulullah saw. bersabda, Doa seseorang pasti dikabulkan selama ia

tidak minta disegerakan. (HR Bukhari dan Muslim). Jangan baru sekali-dua kali memohon lalu kita putus asa karena Allah tidak kunjung mengabulkan permohonan kita. Allah pasti akan mengabulkan permohonan kita. Cepat atau lambat. Sesuai dengan keinginan kita, atau malah lebih baik dari yang kita inginkan. Demikian, wallahu alam. [Muhammad Arifin, Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]Beberapa butir penting dari risalah ini saya susun dalam catatan pengantar ini.

1. 2.

Istikharah adalah memohon kepada Allah manakah yang terbaik dari urusan yang mesti dipilih salah satunya. Doa shalat Istikharah: Allahumma inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as -aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta talamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa maaasyi wa aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta talamu annahu syarrun lii fii diini wa maaasyi wa aqibati amrii (fii aajili amri wa aajilih) fash-rifnii anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.

3.

Istikhoroh dilakukan bukan dalam kondisi ragu-ragu dalam satu perkara karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu. Keadaan ragu-ragu adalah keadaan di mana kita tidak memiliki satu pilihan apapun terhadap suatu perkara. Oleh karena itu, jika ada beberapa pilihan, hendaklah dipilih, lalu lakukanlah istikhoroh. Setelah istikhoroh, lakukanlah sesuai yang dipilih tadi. Jika memang pilihan itu baik, maka pasti Allah mudahkan. Jika itu jelek, maka nanti akan dipersulit

4.

Seusai shalat Istikharah tidak perlu menunggu mimpi atau bisikan dalam hati. Yang jadi pilihan dan sudah jadi tekad untuk dilakukan, maka itulah yang dilakukan. Terserah apa yang ia pilih tadi, mantap bagi hatinya atau pun tidak, maka itulah yang ia lakukan karena tidak dipersyaratkan dalam hadits bahwa ia harus mantap dalam hati.

5. 6. 7.

Tata cara shalat Istikharah: Memilih salah satu diantara pilihan-pilihan yang ada, shalat 2 rakaat, doa, kemudian lakukan pilihan di awal tadi. Istikharah dilakukan untuk segala urusan baik penting maupun sepele kecuali sesuatu yang wajib atau haram hukumnya. Kebanyakan orang memahami bahwa mesti muncul perasaan lapang dada untuk melakukan apa yang kita inginkan, setelah dilaksanakannya istikharah. Ini tidak ada dalilnya. Karena istikharah pada dasarnya adalah memasrahkan urusan kepada Allah, termasuk ketika seseorang kurang sena ng dengan urusan tersebut (sepanjang ia sudah menetapkannya sebagai pilihan).

8.

Sebagian orang juga mengatakan bahwa berhasilnya istikharah adalah jika muncul perasaan plong (yang diartikan persetujuan dari Allah) atau perasaan mengganjal (yang diartikan ketidaksetujuan Allah). Ini juga tidak benar, maksudnya tidak harus.

9.

Dengan istikharah Allah akan memudahkan dan menyampaikan seseorang pada pilihannya (jika Allah memandang pilihan tersebut baik baginya) atau Allah memalingkan dan menjauhkan seseorang dari pilihannya (jika Allah memandang pilihan tersebut tidak baik baginya).

10.

Sesudah melakukan istikharah, sebaiknya seseorang langsung bergegas menunaikan pilihannya sambil memasrahkan diri kepada Al lah. Adapun jika seseorang mendapatkan mimpi yang benar, yang memberikan isyarat bahwa pilihannya itu benar, maka itu adalah karunia dan petunjuk yang datang dari Allah. Namun jika ia tidak mendapatkan mimpi, tidak selayaknya ia urung menunaikan pilihannya dengan alasan menunggu mimpi.

11.

Dalam kaitannya dengan menikah, seusai meminang, shalat Istikharah dilakukan untuk meminta ditetapkannya pilihan kepada calon yang baik, bukan untuk memutuskan jadi atau tidaknya menikah. Karena, asal dari pernikahan adalah dianjurkan.

12.

Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan bahwa hasil dari shalat istikharah berupa sebuah mimpi. Sejumlah ulama di antaranya Imam An-Nawawi menyatakan bahwa pilihan akan diberikan kepada orang yang melaksanakan shalat tersebut adalah dengan dibukakan hatinya untuk menerima atau melakukan suatu hal. Tetapi pendapat ini ditentang oleh sejumlah ulama di antaranya Al-Iz ibn Abdis-Salam, Al-Iraqi dan Ibnu Hajar. Bahwasanya orang yang telah melaksanakan shalat istikharah hendaklah melaksanakan apa yang telah diazamkannya, baik hatinya menjadi terbuka maupun tidak.

Ibnu Az-Zamlakani berkata bahwa bila seseorang melaksanakan shalat istikharah dua rakaat karena sesuatu hal, maka hendaklah ia mengerjakan apa yang memungkinkan baginya, baik hatinya menjadi terbuka untuk melakukannya atau tidak. Karena sesungguhnya kebaikan ada pada apa yang dia lakukan meskipun hatinya tidak menjadi terbuka. Beliau berpendapat demikian karena dalam hadits Jabir tidak dijelaskan adanya hal tersebut. Untuk lebih jelasnya masalah ini silahkan rujuk kitab Thabaqat Asy-Syafiiyah oleh Ibnu As-Subki pada jilid 9 halaman 206. Sedangkan hadis Anas bin Malik yang dijadikan landasan oleh Imam An-Nawawi didhaifkan oleh sejumlah ulama, sebagaimana disebutkan di dalam kitab penjelasan shahih Bukhari, yaitu kitab Fathul Bari jilid 11 halaman 187. 13. Shalat istikharah itu bukan shalat yang melepaskan diri kita dari segala bentuk pertimbangan manusiawi. Seolah-olah kita hanya memejamkan mata, biar Allah SWT saja yang memilihkan. Lalu hasil pilihan Allah SWT akan diwahyukan lewat mimpi. Tidak!! Tidak demikian. Sebab mimpi itu bisa bersumber dari ilham, akan tetapi seringkali juga datang dari syetan. Dan seseorang tidak pernah bisa memastikan, dari mana datangnya mimpi itu. Maka pertimbangan nalar dan logika harus lebih didahulukan, sebagai Rasulullah SAW telah mengajarkannya. 14. Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar menyatakan hendaklah orang tersebut memilih sesuai dengan pilihan hatinya. Maksudnya, hatinya menjadi condong terhadap suatu pilihan setelah sholat. Tetapi pendapat tersebut kurang disetujui oleh sejumlah ulama lainnya. Berhubung hadits yang menjadi rujukan dianggap hadits yang lemah secara periwayatan. 15. Indikator jawaban shalat istikharah, bila pilihan tersebut adalah pilihan yang terbaik, maka Allah akan memudahkannya bagi orang tersebut dan akan memberkahinya. Tetapi jika hal tersebut adalah sebaliknya maka Allah akan memalingkannya dan memudahkan orang tersebut kepada kebaikan dengan idzinNya. Demikian disebutkan dalam kitab Bughyatul Mutathowwi Fi Sholat At-Tathowwu halaman 105. 16. Sangat tidak patut dan kurang adab kepada Rabbul 'Alamin, apabila setelah mengerjakan istikharah, kita masih terus saja menunggu nunggu kemantapan hati dengan menunda nunda pekerjaan padahal kita telah menyerahkan pilihan dan ketentuannya kepada Rabbul 'alamin! Pantaskah kita berada di dalam keraguan setelah kita menyerahkan pilihan dan ketentuannya kepada Allah Tabaaraka wa Ta'alaa?? Adapun yang biasa beredar dari mulut ke mulut di masyarakat - dan dikatakan oleh sebagian ulama seperti An Nawawi di kitabnya Al Adzkar - bahwa setelah shalat istikharah akan datang kemantapan hati, pada hakikatnya tidak ada asalnya, karena Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits di atas tidak mensyaratkan kemantapan atau kesenangan hati. Demikian juga yang biasa beredar di masyarakat, bahwa setelah shalat istikharah akan datang mimpi yang menetapkan pilihannya, lebih tidak ada asalnya lagi dari Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam." 17. Tidak ada keterangan bahwa seeorang apabila sudah sholat akan bermimpi, melihat sesuatu, atau lapang dadanya. Ini semua adalah dusta belaka yang tidak berlandaskan dalil.

Saya akan bahagia jika saya keliru dalam menghimpun risalah ini dan kemudian ada yang mengingatkan saya. Semoga risalah ini bermanfaat. Amin. Syaban-Ramadhan 1431 /Juli-Agustus 2010

Shalat Istikharah ( Kapan & Bagaimana ) 28032009 Hari ini seorang sahabat mengingatkan saya, karena saya secara tergesa gesa mengambil suatu pilihan tanpa shalat istikharah. Bagi seorang muslim, jalan terbaik saat digamangkan oleh beberapa pilihan, adalah dengan melaksanakanan sholat istikharah. Sholat yang tidak mengapa jika hanya 2 rakaat, dan tidak masalah jika kita melaksanakannya, baik di waktu sepertiga malam terakhir maupun di siang hari. Sejujurnya, saya sendiri merasa kurang pantas untuk menuliskan panjang lebar perihal sholat ini, oleh karena itu cukuplah sebuah tanya jawab antara ustadz Ahmad Sarwat dengan seorang penanya berikut sebagai penjelasannya, kutipannya tanya jawab tersebut adalah sebagai berikut: Assalamualaikum wr wb

Ustadz Ahmad Sarwat Lc, yang insya Allah dimuliakan oleh Allah SWT, saya mau tanya kapankah kita seharusnya melakukan shalat istikharah dan dari segi waktunya apakah shalat Istikharoh ada batasan waktu? Seperti hanya dikerjakan pada waktu qiyyamullail dan sebagainya. Dan apakah jawabannya selalu lewat mimpi? Xda Jawaban:

Sholat istikharah boleh dilaksanakan kapan saja, baik siang maupun malam. Kalau dilakukan malam hari pada saat shalat tahajjud karena memang waktu seperti itu sangat utama. Namun intinya adalah ketika kita menghadapi persoalan yang berat maupun yang ringan. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang diantar kalian berniat melakukan suatu urusan, hendaklah dia sholat dua rakaat yang bukan fardhu kemudian hendaklah dia berdoa , Allahumma (HR Bukhari) Dalam hadits tersebut dijelaskan waktunya adalah kapan saja dan tidak terikat. Oleh karena itu Imam An-Nawawi berkata, Istikharah disunnahkan dilaksanakan di segala kondisi sebagaimana dijelaskan oleh nash hadis di atas. (Al-Adzkar) hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani (Fathul Bari 11/184) Dalam hadis tidak dijelaskan bagaimana jawaban akan diberikan, meskipun Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar menyatakan hendaklah orang tersebut memilih sesuai dengan pilihan hatinya (hatinya menjadi contong terhadap suatu pilihan setelah sholat). Tetapi pendapat tersebut ditentang oleh sejumlah ulama karena hadis yang menjadi rujukan Imam Nawawi adalah hadis dhoif. Para ulama hanya menegaskan bahwa jangan memilih pilihan yang ada sebelumnya yang hanya berdasarkan kepada hawa nafsu (Fathul bari 11/187) Jadi yang seharus dilakukan adalah, setelah kita melaksanakan sholat istikharah kita pilih mana yang terbaik (berazam) dan meyerahkan segala urusannya pada Allah. Karena kalau pilhan tersebut adalah pilihan yang terbaik, maka Allah akan memudahkannya bagi orang tersebut dan akan memberkahinya. Tetapi jika hal tersebut adalah sebaliknya maka Allah akan memalingkannya dan memudahkan orang tersebut kepada kebaikan dengan idzin-Nya. (Bughyatul Mutathowwi Fi Sholat At-Tathowwu hal 105) Kami tidak mendapatkan dalil shohih yang menjelaskan tentang batasan minimum maupun maksimum pelaksanaan sholat istikharah. Sedangkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu sunni dari Anas r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, apabila engkau berniat melaksanakan suatu urusan, maka minta pilihan pada tuhanmu mengenai urusan tersebut tujuh kali, kemudian perhatikan mana urusan yang pertama dipilih oleh hatimu, karena kebikan ada padanya.

Hadis di atas dihoif sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Hajar, Sanadnya dhoif sekali. (Fathul Bari 11/187). Al-Iroqi berkata, Mereka (para rowi) memang terkenal tetapi di antara mereka ada rowi yang terkenal dengan kedhoifannya (bahkan sangat dhoif) yaitu Ibrohim bin Al-Baro (Kitab Al-Adzkar An-Nawawi dan Tuhfatul Abror As-Suyuthi hal 162-163) Apakah Jawabannya Selalu Lewat Mimpi? Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan bahwa hasil dari sholat istikharah akan ada pada mimpi. Sejumlah ulama di antaranya Imam An-Nawawi menyatakan bahwa pilihan akan diberikan kepada orang yang melaksanakan sholat tersebut dengan dibukakan hatinya untuk menerima atau melakukan suatu hal. Tetapi pendapat ini ditentang oleh sejumlah ulama diantaranya Al-Iz bin Abdis-Salam, Al-Iroqi dan Ibnu Hajar. Bahwasanya orang yang telah melaksanakan sholat istikharah hendaklah melaksanakan apa yang telah diazamkannya, baik hatinya menjadi terbuka maupun tidak tidak. Ibnu Az-Zamlakani berkata, Apabila seseorang melaksanakan sholat istikharah dua rakaat karena sesuatu hal, maka hendaklah ia mengerjakan apa yang memungkinkan baginya, baik hatinya menjadi terbuka untuk melakukannya atau tidak, karena sesungguhnya kebaikan ada pada apa yang dia lakukan meskipun hatinya tidak menjadi terbuka. Beliau berpendapat karena dalam hadis Jabir tidak dijelaskan adanya hal tersebut (Thobaqot Asy-Syafiiyah/ Ibnu As-Subki 9/206). Sedangkan hadis Anas bin Malik yang dijadikan alasan oleh Imam Nawawi didhoifkan oleh sejumlah ulama (Fathul Bari 11/187) Wallahu alam update: doa setelah shalat istikharah (diriwayatkan oleh Jabir ibn Abdillah r.a dalam Sahih Bukhari)

(( . - : - - : - )).

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi Shallallahualaihi wasallam bersabda: di dunia atau akhirat- sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.

CARA, WAKTU, NIAT & DOA/BACAAN SHOLAT ISTIKHARAH YANG BENAR : Sholat Istikhoroh untuk jodoh maupun urusan lain | Bolehkan doa Istikharah dengan bahasa Indonesia? | Bolehkah doa Istikhoroh tanpa Sholat dulu? | Apakah hasil sholat Istikharah harus dalam bentuk mimpi atau hati yang mantap? Posted 27 March, 2012 by dr.Abu Hana | | in Kajian Islam (). Tagged: bacaan shalat istikharah, cara sholat istikhoroh, doa shalat istikharah, doa sholatistikharah, iskitharah tanda jawaban dari istikharah,isthikarah, istikharah, istikharah menurut sunnah, istikhoroh menurut salafy, jawaban shalat istikharah, jawaban sholat istikhoroh, jawaban solat istikharah, Kesimpulan jawaban dari Shalat istikharah, memilih jodoh, niat shalat istikharah,panduan shalat istikharah, sesuai sunnah, shalat istikharah jodoh, sholat istikhoroh untuk jodoh, ustad menjawab,ustad mimpi jawaban istikharah, waktu shalat istikharah. 85 Comments

71 Votes

(lengkap) PANDUAN,CARA & DOA SHOLAT ISTIKHARAH YANG BENAR : Sholat Istikhoroh untuk jodoh maupun urusan lain | Bolehkan doa Istikharah dengan bahasa Indonesia? | Bolehkah doa Istikhoroh tanpa Sholat dulu? | Apakah jawaban & hasil sholat Istikharah harus dalam bentuk mimpi atau hati yang mantap? Shalat Istikharah

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajari kami istikharah dalam setiap urusan yan kami hadapi sebagaimana beliau men gajarkan kami suatu surah dari AlQuran. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jika seorang dari kalian menghadapi masalah maka rukulah (shalat) dua rakaat yang bukan shalat wajib kemudian berdoalah: Allahumma inniy astakhiiruka bi ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as -aluka min fadhlikal azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa talamu wa laa Abdullahlamu wa anta allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta talamu anna haadzal amru khairul liy fiy diiniy wa maaasyiy wa aaqibati amriy atau; Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta talamu an na haadzal amru syarrul liy fiy diiniy wa maaasyiy wa aaqibati amriy aw qaola; fiy aajili amriy wa aajilihi fashrifhu anniy washrifniy anh u waqdurliyl khaira haitsu kaana tsummar dhiniy. (Ya Allah aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmuMu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon karunia-Mu yang Agung. Karena Engkau Maha Mampu sedang aku tidak mampu, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini -atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nantimaka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini -atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti- maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya. Dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja dimanapun adanya kemudian jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu. Beliau bersabda: Dia sebutkan urusan yang sedang diminta pilihannya itu. (HR. Al-Bukhari no. 1162) Cara menyebutkan urusannya misalnya: Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa safar ini atau pernikahan ini atau usaha ini atau mobil ini baik bagiku , dan seterusnya. Penjelasan ringkas: Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah, mereka sangat membutuhkan bantuan dari Allah Taala dalam semua urusan mereka. Hal itu karena dia tidak mengetahui hal yang ghaib sehingga dia tidak bisa mengetahui mana amalan yang akan mendatangkan kebaikan dan mana yang akan mendatangkan kejelekan bagi dirinya. Karenanya, terkadang seseorang hendak mengerjakan suatu perkara dalam keadaan dia tidak mengetahui akibat yang akan lahir dari perkara tersebut atau hasilnya mungkin akan meleset dari perkiraannya. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mensyariatkan adanya istikharah, yaitu permintaan kepada Allah agar Dia berkenan memberikan hidayah kepadanya menuju kepada kebaikan. Yang mana doa istikharah ini dipanjatkan kepada Allah setelah dia mengerjakan shalat sunnah dua rakaat. Allah Taala berfirman:

. .

Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan

(yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (QS. Al-Qashash: 68-70) Imam Muhammad bin Ahmad Al-Qurthuby rahimahullah berkata, Sebagian ulama mengatakan: Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk mengerjakan suatu urusan da ri urusan-urusan dunia kecuali setelah dia meminta pilihan kepada Allah dalam urusan tersebut. Yaitu dengan dia shalat dua rak aat shalat istikharah. (Al-Jami li Ahkam AlQur`an: 13/202) Shalat istikharah termasuk dari shalat-shalat sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Al-Hafizh Al-Iraqi berkata -sebagaimana dalam Fath Al-Bari (11/221-222), Saya tidak mengetahui ada ulama yang berpendapat wajibnya shalat istikharah. Faidah: Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (11/220), Ibnu Abi Hamzah berkata: Amalan yang wajib dan yang sunnah tidak perlu melakukan istikharah dalam melakukannya, sebagaimana yang haram dan makruh tidak perlu melakukan istikharah dalam meninggalkannya. Maka urusan yang butuh istikharah hanya terbatas pada perkara yang mubah dan dalam urusan yang sunnah jika di depannya ada dua amalan sunnah yang hanya bisa dikerjakan salah satunya, mana yang dia kerj akan lebih dahulu dan yang dia mencukupkan diri dengannya. Maka janganlah sekali-kali kamu meremehkan suatu urusan, akan tetapi hendaknya kamu beristikharah kepada Allah dalam urusan yang kecil dan yang besar, yang mulia atau yang rendah, dan pada semua amalan yang disyariatkan istikharah padanya. Karena terkadang ada amalan yang dianggap remeh akan tetapi lahir darinya perkara yang mulia. Berikut beberapa permasalahan yang sering ditanyakan berkenaan dengan istikharah: 1. Apakah boleh istikharah dengan doa selain doa di atas atau dengan bahasa Indonesia? Jawab: Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajari kami istikharah dalam setiap urusan yang k ami hadapi sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah dari Al-Quran. Ucapan ini menunjukkan bahwa dalam istikharah seseorang hanya boleh membaca doa di atas sesuai dengan konteks aslinya, tidak boleh ada penambahan dan tidak boleh juga ada pengurangan. Hal itu karena Nabi shallallahu alaihi wasallam menyerupakan pengajaran istikharah seperti pengajaran surah Al-Qur`an. Maka sebagaimana suatu ayat dalam Al-Qur`an tidak boleh ditambah atau dikurangi atau dirubah maka demikian halnya dengan doa istikharah. Karenanya tidak boleh berdoa dengan membaca terjemahannya semata, tapi dia harus membacanya sebagaimana Nabi mengajarkannya. Barangsiapa yang berdoa dengan terjemahannya maka dia tidak teranggap melakukan istikharah, akan tetapi dia hanya dianggap sedang berdoa kepada Allah. Hal ini telah diisyaratkan oleh Muhammad bin Abdillah bin Al-Haaj Al-Maliki rahimahullah dalam Al-Madkhal (4/37-38) 2. Apakah boleh langsung berdoa dengan doa di atas tanpa melakukan shalat sebelumnya? Jawab: Wallahu alam, yang nampak bahwa 2 rakaat dengan doa ini merupakan satu kesatuan dalam istikharah. Karenanya barangsiapa yang hanya berdoa tanpa mengerjakan shalat maka dia tidak dianggap mengerjakan istikharah yang tersebut dalam hadits ini. Walaupun dia tetap dianggap sebagai orang yang berdoa kepada Allah. Akan tetapi jika dia ada uzur dalam mengerjakan shalat -misalnya wanita yang tengah haid atau nifas-, maka dia boleh langsung berdoa dan itu sudah dianggap sebagai istikharah karenanya adanya uzur untuk tidak mengerjakan shalat. Ini merupakan mazhab Al-Hanafiah, Al-Malikiah, dan Asy-Syafiiyah. Imam An-Nawawi berkata dalam Al-Adzkar hal. 112, Jika dia tidak bisa mengerjakan shalat karena ada uzur, maka hendaknya dia cukup beristikharah dengan doa. 3. Apakah dua rakaat ini merupakan shalat khusus, ataukah berlaku untuk semua shalat sunnah dua rakaat? Jawab: Lahiriah hadits menunjukkan ini merupakan shalat dua rakaat khusus dengan niat untuk istikharah. Hanya saja jika seseorang shalat sunnah rawatib dengan niat rawatib sekaligus niat istikharah (menggabungkan niat), maka itu sudah cukup baginya dan dia sudah boleh langsung berdoa setelahnya. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, Jika dia meniatkan shalat itu dengan niatnya dan dengan niat shalat istikharah s ecara bersamaan (menggabungkan niatnya, pent.) maka shalatnya itu sudah syah dianggap sebagai istikharah, berbeda halnya jika dia tidak meniatkannya (sebagai shalat istikharah). (Fath Al-Bari: 11/221) Sekedar menguatkan isi hadits, bahwa dua rakaat yang dimaksud haruslah merupakan shalat sunnah. Karenanya shalat subuh tidak bisa diniatkan sebagai shalat istikharah karena dia merupakan shalat wajib. 4. Adakah surah khusus yang disunnahkan untuk dibaca dalam shalat istikharah? Jawab: Al-Hafizh Al-Iraqi rahimahullah berkata, Saya tidak menemukan sedikitpun dalam jalan -jalan hadits istikharah adanya penentuan surah tertentu yang dibaca di dalamnya. (Umdah Al-Qari`: 7/235) Inilah pendapat yang benar karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan adanya surah tertentu yang lebih utama dibaca dalam shalat istikharah. Sementara tidak boleh menentukan lebih utamanya suatu surah dibandingkan yang lainnya dari sisi bacaan kecuali dengan dalil yang shahih. 5. Bagi yang tidak menghafal doanya, apakah dia bisa membacanya dari sebuah buku? Jawab: Yang jelas, yang pertama kita katakan: Hendaknya dia berusaha semaksimal mungkin untuk menghafalnya. Jika dia tidak sanggup, maka Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Dalam keadaan seperti ini dia diperbolehkan membaca doa ini dengan melihat kepada kitab atau catatannya. Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab ketika diajukan pertanyaan yang senada dengan di atas, Jika engkau menghafal doa istikharah atau engkau membacanya dari kitab, maka tidak ada masalah. Hanya saja kamu wajib bersungguh-sungguh dalam berkonsentrasi dan khusyu kepada Allah serta jujur dalam berdoa. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah: 8/161) 6. Bolehkah shalat istikharah pada waktu yang terlarang shalat? Jawab: Jika shalat istikharahnya masih bisa ditunda hingga keluar dari waktu yang terlarang maka inilah yang lebih utama dia kerjakan. Akan tetapi shalat istikharah ini jika tidak bisa diundur atau dia butuhkan saat itu juga, maka dia boleh mengerjakannya saat itu juga walaupun pada waktu yang terlarang. Karena jika shalat istikharah itu dibutuhkan secepatnya, maka jadilah dia shalat sunnah yang disyariatkan karena adanya sebab, sementara sudah dimaklumi bahwa waktu-waktu terlarang shalat ini tidak berlaku pada shalat-shalat sunnah yang mempunyai sebab, seperti tahiyatul masjid, shalat sunnah wudhu, dan semacamnya. Bolehnya shalat sunnah yang mempunyai sebab dikerjakan pada waktu-waktu terlarang merupakan mazhab Imam Asy-Syafii dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad, serta pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah. (Lihat Majmu Al-Fatawa: 23/210-215) 7. Apa yang dia lakukan setelah istikharah? Jawab: Sebelumnya butuh diingatkan bahwa sebelum melakukan istikharah hendaknya dia mengosongkan hatinya dari kecondongan kepada salah satu urusan dari dua urusan yang dia akan mintai pilihan (tidak berpihak kepada satu pilihan). Akan tetapi hendaknya dia melepaskan diri dari semua pilihan tersebut dan betul-betul pasrah menyerahkan nasibnya dan pilihannya kepada Allah Taala. Imam Al-Qurthuby berkata, Para ulama menyatakan: Hendaknya dia mengosongkan hatinya dari semua pikiran (berkenaan dengan urusan yang akan d ia hadapi) agar hatinya tidak condong kepada salah satu urusan (sebelum dia istikharah). (Al-Jami li Ahkam Al-Qur`an: 13/206) Kemudian, setelah dia melakukan istikharah, maka hendaknya dia memilih untuk mengerjakan apa yang hendak dia lakukan dari urusan yang tadinya dia minta pilihan padanya. Jika urusan itu merupakan kebaikan maka insya Allah Allah akan memudahkannya dan jika itu merupakan kejelekan maka insya Allah Allah akan memalingkannya dari urusan tersebut. Muhammad bin Ali Az-Zamlakani rahimahullah berkata, Jika seseorang sudah shalat istikharah dua rakaat untuk suatu urusan, maka setelah itu hendaknya dia mengerjakan urusa n yang dia ingin kerjakan, baik hatinya lapang/tenang dalam mengerjakan urusan itu ataukah tidak, karena pada urusan tersebut terdapat kebaikan walaupun mungkin hatinya tidak tenang dalam mengerjakannya. Dan beliau juga berkata, Karena dalam hadits (Jabir) tersebut tidak disebutkan adanya kelapangan/ketenangan jiwa. (Thabaqat Asy -Syafiiah AlKubra: 9/206) Maksudnya: Dalam hadits Jabir di atas tidak disebutkan bahwa hendaknya dia mengerjakan apa yang hatinya tenang dalam mengerjakannya, wallahu alam. Karenanya, termasuk khurafat adalah apa yang diyakini oleh sebagian orang bahwa: Siapa yang sudah melakukan istikharah maka dia tidak melakukan apaapa hingga mendapatkan mimpi yang baik atau mimpi yang akan mengarahkannya dan seterusnya. Ini sungguh merupakan perbuatan orang yang jahil tatkala dia menyandarkan urusannya pada sebuah mimpi, wallahul mustaan. 8. Jika hatinya masih ragu-ragu atau hatinya belum mantap dalam mengerjakan urusan yang tadinya dia sudah beristikharah untuknya. Apakah dia boleh mengulangi shalat istikharahnya? Jawab: Boleh berdasarkan beberapa dalil di antaranya: 1. Istikharah merupakan doa, dan di antara kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam berdoa adalah mengulanginya sebanyak tiga kali. Hadits ini kami bawakan bukan untuk menunjukkan shalat istikharah diulang sebanyak tiga kali, akan tetapi hanya untuk menunjukkan bolehnya mengulangi doa. 2. Shalat istikharah adalah shalat yang disyariatkan karena adanya sebab. Karenanya, selama sebab itu masih ada dan belum hilang maka tetap disyariatkan mengerjakan shalat ini. Inilah yang dipilih oleh sejumlah ulama di antanya: Imam Badruddin Al-Aini dalam Umdah Al-Qari` (7/235), Ali Al-Qari dalam Mirqah Al-Mafatih (3/406), dan Imam AsySyaukani dalam Nailul Authar (3/89). 9. Haruskah shalat istikharah dikerjakan di malam hari? Jawab: Dalam hadits di atas tidak ada keterangan waktu pengerjaannya. Karena shalat ini bisa dikerjakan kapan saja baik siang maupun malam hari. Barangsiapa yang meyakini shalat ini hanya bisa dikerjakan di malam hari maka keyakinannya ini keliru. Walaupun tentunya jika dia mengerjakannya pada waktu-waktu dimana doa mustajabah -seperti antara azan dan iqamah, sepertiga malam terakhir, dan seterusnya-, maka itu lebih utama. Demikian beberapa pertanyaan yang sempat hadir dalam ingatan kami, jika ada pertanyaan lain silakan dituliskan pada kolom komentar. [Rujukan utama: Kasyf As-Sitarah 'an Shalah Al-Istikharah]

Adalah tabiat manusia manakala dihadapkan pada dua pilihan atau lebih yang sangat sulit atau di luar kemampuan analisanya untuk memilih ( istikharah ), maka ia cenderung meminta pertolongan dari kekuatan supra natural atau mencari tanda-tanda dari alam dalam menentukan pilihannya. Ketika datang Islam, kebiasaan itu diluruskan dengan diajarkannya shalat Istikharah. Istikharahartinya meminta pilihan. Sholat istikharah adalah shalat untuk meminta pilihan kepada Allah. Manusia adalah makluq yang dengan kesempurnaannya tetap memiliki kekurangan, terutama dalam menentukan pilihan yang di luar kemampuan analisanya. Ia tidak mampu melihat kegaiban masa depan apakah itu baik atau buruk nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya Istikharah, agar manusia tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan, meminta pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat. Allah berfirman:Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka (apabila Allah telah menentukan). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dan Tuhamnu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagiNyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagiNyalah segala penentuan dan hanya kepadaNyalah kami dikembalikan (al-Qasas 68-70).

Hukum IstikharahPara ulama sepakat mengatakan bahwa shalat istikharah hukumnya sunnah pada saat seorang muslim dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan keputusan untuk memilih.

Dalil shalat Istikharah1.Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepada kami istiharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan al-Quran. Beliau bersabda: Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudi an hendaknya ia berdoa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang terjadi, lal u ridlailah ia untukku. (h.r. Ahmad, Bukhari dan Ashabussunan). 2. Dalil lain shalat Istikharah adalah hadist riwayat Muslim yang menceritakan pada saat Zainab ra akan dipersunting leh Rasulullah saw, beliau menjawab Aku belum bisa memberi jawaban hingga aku melakukan istikharah kepada Tuhanku. Lalu beliau memasuki tempat shalatnya dan turunlah al-Quran.

Tatacara Shalat IstikharahPara ulama menjelaskan bahwa tatacara shalat istikharah adalah seperti sholat sunnah biasa, dijalankan dalam dua rakaat. Tidak ada waktu khusus untuk melaksanakannya, namun shalat istikharah disunnah serta merta saat seseorang menghadapi masalah. Imam Nawawi, Ibnu Hajar dan Imam Iraqi mengatakan, sah melaksanakan istikharah yang dibarengkan dengan sholat sunnah lainnya asalkan dengan niat. Misalkan seseorang hendak melaksanakan sholat sunnah rawatib lalu ia juga niat untuk istikharah maka itu sah. (Fathul Bari 11/221). Selesai melaksakan shalat lalu membaca doa di atas. Tidak ada bacaan khusus atau surat khusus dalam shalat Istik harah. Beberapa refrensi menyebutkan aada rakaat pertama, setelah membaca al-Fatihah disunatkan membaca surat al-Kaafiruun, dan pada rakaat kedua (setelah al -Fatihah) membaca surat al-Ikhlas. Itu mengikuti shalat hajat karena Istikharah termasuk shalat hajat. Begitu juga diperbolehkan mengulang-ulang shalat Istikharah karena itu termasuk doa dan dalam beberapa riwayat Rasulullah saw mengulang doa terkadang sampai tiga kali. Bagi yang berhalangan melaksanakan shalat, misalnya perempuan yang sedang datang bulan, maka diperbolehkan baginya untuk hanya membaca doa Istikharah.

Dalam Istikharah Siapakah Yang Memilih?Allah memberi kita karunia akal dan nalar yang bebas. Dengan akal dan nalar kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan akal dan nalar tersebut kita mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan menentukan pilihan dalam perkara dunia. Selain itu banyak petunjuk agama yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menentukan perkara apakah itu baik atau buruk. Rasulullah saw bersabda yang artinya: kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang dan mejadikan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan m enimbulkan keraguan (h.r. Ahmad dll.) Dalam masalah jodoh, Rasulullah saw bersabda seorang perempuan dinikahi karena e mpat perkara, yaitu karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang mempunyai agama niscaya kamu beruntung (h.r. Muslim dll). Kedua hadist tersebut menunjukkan bahwa memilih adalah pekerjaan manusia. Agama memberikan petunjuk rambu-rambu untuk memilih dengan baik. Rasulullah saw juga mencontohkan dalam sebuah hadist : Rasulullah saw ketika dihadapkan dua pilihan, beliau selalu memilih yang termudah selama itu tidak mengandung dosa, apabila itu mengandung dosa maka beliau menjauhinya (h.r. Muslim dll). Beliau pun ketika memilih sesuatu menggunakan a nalisa dan nalar beliau, namun selalu mengutamakan yang mudah. Begitu juga ketika seorang hamba dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit dan kemudian dia melaksanakan shalat istikharah sesuai ajaran Rasulullah, tidak berarti ia lantas menyuruh Allah memilihkan pilihannya dan ia hanya cukup berdoa saja dan menunggu petunjuk dan berpangku tangan. Itu adalah anggapan yang kurang tepat. Ilustrasinya sbb: ketika kita seorang mahasiswa atau murid memasuki ruang ujian biasanya kita selalu berdoa agar bisa mengerjakan dengan baik dan memilih jawaban dengan tepat. Apakah mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut cukup dengan doa tadi? Tentu tidak. Jawaban ujian dan memilih jawaban ujian hanya bisa dilakukan melalui belajar sebelumnya, sedangkan fungsi dia adalah agar ketika mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut kita diberi kekuatan dan kemampuan sehingga bisa mengerjakan dengan tepat. Begitu juga sholat istikharah adalah doa agar dalam kita memilih, kita diberikan kekuatan oleh Allah dan tidak salah pilih, namun pekerjaan memilih itu sendiri harus kita lakukan dengan baik melalui analisa, kajian, penyelidikan, musyawarah dll. Setelah proses tersebut kita matangkan, maka dengan disertai doa yaitu shalat istikharah mudah-mudahan pilihan kita tidak salah. Yang lebih salah lagi, manakala pilihan itu ternyata kurang sesuai dengan yang diharapkan, ia mulai menyalahkan istikharahnya atau naudzubillah kalau sampai menyalahkan Tuhannya.

Pada Masalah Apa Kita Disunnahkan Shalat Istikharah?

Sebenarnya shalat istikharah disunnahkan ketika kita menghadapi pilihan perkara yang halal, seperti pekerjaan, pernikahan, perdagangan dll. Itu yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang hamba. Rasulullah saw bersabda : termasuk kemuliaan bani Adam adalah ia mau beristikharah kepada A llah, dan termasuk kedurhakaannya adalah manakala ia tidak mau beristikharah kepada Allah (h.r. Hakim). Dalam hadist shalat istikharah di atas juga disebutkan Rasulullah saw mengajarkan istikharah kepada kami dalam semua perkara. Ini menunjukkan pentingnya istikharah dalam semua perkara yang kita hadapi. Maka sebaiknya kita sering melaksanakan shalat ini manakala menghadapi semua masalah dunia. Dan kurang tepat kiranya kalau kita melaksanakan shalat istkhoroh hanya ketika hendak menikah. Ibnu Hajar menuqil ungkapan Abu Jumrah mengatakan bahwa shalat Istikharah tidak dilakukan untuk perkara wajib dan sunnah. Begitu juga istikharah tidak dilakukan untuk memilih perkara makruh dan haram. Kecuali apalagi terjadi dilema anatara dua perkara wajib atau sunnah, misalnya seseorang yang mampu melaksanakan ibadah Haji, ia beristikharah apakah berangkat tahun ini atau tahun depan.

Jawaban istikharahTidak ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah. Ini memperkuat uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan kita dalam memilih. Ulama besar Syafii, Iz bin Abdussalam mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya mengambil keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil keputusan yang sesuai keyakinannya, baik itu sesuai dengan bisikan hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa yang ia yakini, bukan dari apa yang cocok di hatinya. Bisikan hati kadang dipengaruhi oleh perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu. Imam Qurtubi juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya hatinya dibersihkan dari hal-hal yang mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan hati karena biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat istkharah. Itu benar, misalnya seseorang yang sudah dirundung rasa cinta mendalam terhadap seseorang, mana mungkin ketika dia istikharah akan mendapatkan jawaban untuk tidak memilihnya. Setelah memilih dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti sikap tawakkal, bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan mudah-mudahan Allah akan memudahkan semuanya. Banyak orang menanti jawaban istikharah melalui mimpi, atau melalui membuka Quran secara acak lalu mencoba mencari jawabannya melalui ayat yang tak sengaja terbuka, atau dengan butiran-butiran tasbih dan lain-lain. Itu semua tidak mempunyai landasan dalil dan hadist untuk istikharah.

Tata cara dan doa dalam melakukan sholat istikharah ( menurut haryobayu.web.id dan wongalus.wordpress.com)

1.

NIAT SHOLAT:

niat shalat sunnat Istikharah itu adalah sebagaimana berikut :

Ushalli sunnatal istikhaarati rakataini lillaahi taaalaa. Allahu Akbar.

Artinya : Saya berniat shalat sunnat Istikharah dua rakaat karena Allah Taala. ALLAHU AKBAR.

1.

2. TAKBIRATUL IHRAM (BACA ALLAHU AKBAR).

3. MEMBACA AL FATIHAH DAN AYAT KURSI DI RAKAAT PERTAMA. DI RAKAAT KEDUA BACA AL FATIHAH DAN SURAH AL-IKHLAAS.

4. SESUDAH MEMBERI SALAM, SEBELUM BERPINDAH TEMPAT LAKUKAN SUJUD SEKALI SERTA BACA DOA KEMUDIAN SAMPAIKAN KEINGINAN HAJAT ANDA.

Setelah selesai mengerjakan shalat sunnat Istikharah hendaknya memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, dengan memperbanyak membaca istighfar, shalawat atas Nabi Muhammad SAW, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir, agar secepat mungkin mendapat petunjuk dan hidayah dari ALLAH SWT tentang apa yang sedang kita hadapi, baru kemudian kita tutup dengan membaca doa sebagai berikut :

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdu lillahi rabbil aalamiin. Wash shalaatu was sallamu alaa asrafil mur saliina sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihii wa shah bihii ajmaiin. Allahumma innii astakhiruuka biilmika wa astaqdiruka biqud ratika wa as-aluka min fadhlikal azhiimi fa-innaka taqdiru walaa aqdiru wa talamu wa-laa alamu wa anta allaamul ghuyuubi. Allahumma in-kunta talamu anna haadzal amra

( kata haadzal amra diganti dengan perkara yang sedang kita hadapi. Misalnya ketika memilih jodoh, kata haadzal amra diganti dengan nama orang yang kita maksud, misalnya Ahmad atau..(bagi yang perempuan) atau Fathimah atau(bagi yang laki-laki). Jadi bacannya menjadi..In kunta Talamu Anna Ahmad atau.atau In kunta Anna HaaDzan Nikah bila pilihan hanya satu orang untuk menentukan sikap jadi menikah atau tidak)

Khairun lii fii diinii wa maaasyii wa aaqibati amrii faqdirhu lii wa yassir hu lii tsumma baarik lii fiihi wa in kunta talamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa maaasyii wa aaqibati amri fashrifhu annu fashrifnii anhu waqdirliyal khaira haitsu kaana tsumma ardhinii bihi.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Mudah-mudahan shalawat dan salam tetap terlimpahkan atas semulia-mulianya utusan, (yaitu) junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabat beliau semuanya. Wahai Tuhanku, Aku memohon pilihan kepada-Mu mana yang baik menurut pengetahuan-Mu, Aku mohon kepada-Mu dari anugerah-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa dan aku tidak memiliki kekuasaan, dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui serta Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengetahui segala perkara yang ghaib. Wahai Tuhanku, apabila Engkau ketahui bahwa perkara ini (sebutkan perkara yang dimaksud) baik bagiku, dalam agamaku, untuk penghidupanku, dan baik akibatnya, maka tetapkanlah perkara itu untukku, kemudian berilah berkah kebaikan untukku. Dan apabila Engkau ketahui bahwa sesungguhnya perkara ini jelek bagiku, dalam agamaku, untuk penghidupanku dan jelek akibatnya, maka jauhkahnlah aku daripadanya dan tetapkanlah yang baik untukku dimana saja berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya

==============

Do'a Shalat Istikharah

Ya Allah, sesungguhnya aku minta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu, dan aku mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan ke-Maha Kuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (disebutkan masalahnya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau Nabi r bersabda di dunia atau di akhirat- takdirkanlah untukku, mudahkan-lah jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkanlah persoalan tersebut dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaan-Mu kepadaku

. - : - :

==============

Panduan Shalat IstikhorohKategori: Fiqh dan Muamalah 25 Komentar // 6 Januari 2011

Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah dan sangat butuh pada pertolongan Allah dalam setiap urusan-Nya. Yang mesti diyakini bahwa manusia tidak mengetahui perkara yang ghoib. Manusia tidak mengetahui manakah yang baik dan buruk pada kejadian pada masa akan datang. Oleh karena itu, di antara hikmah Allah Taala kepada hamba-Nya, Dia mensyariatkan doa supaya seorang hamba dapat bertawasul pada Rabbnya untuk dihilangkan kesulitan dan diperolehnya kebaikan. Seorang muslim sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikit pun bahwa yang mengatur segala urusan adalah Allah Taala. Dialah yang menakdirkan dan menentukan segala sesuatu sesuai yang Dia kehendaki pada hamba-Nya. Allah Taala berfirman,

)68( )69( 70( ) Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al Qashash: 68-70) Al Allamah Al Qurthubi rahimahullah mengatakan, Sebagian ulama menjelaskan: tidak sepantasnya bagi orang yang ingin menjalankan di antara urusan dunianya sampai ia meminta pada Allah pilihan dalam urusannya tersebut yaitu dengan melaksanakan shalat istikhoroh.[1] Yang dimaksud istikhoroh adalah memohon kepada Allah manakah yang terbaik dari urusan yang mesti dipilih salah satunya.[2] Dalil Disyariatkannya Shalat Istikhoroh Dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Quran. Kemudian beliau bersabda, Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia berdoa: Allahumma inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta talamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa maaasyi wa aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta talamu annahu syarrun lii fii diini wa maaasyi wa aqibati amrii (fii aajili amri wa aajilih) fash-rifnii anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.[3] Faedah Mengenai Shalat Istikhoroh Pertama: Hukum shalat istikhoroh adalah sunnah dan bukan wajib. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah didatangi seseorang, lalu ia bertanya mengenai Islam. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat lima waktu sehari semalam. Lalu ia tanyakan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Apakah aku memiliki kewajiban shalat lainnya? Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun menjawab, Tidak ada, kecuali jika engkau ingin menambah dengan shalat sunnah.[4] Kedua: Dari hadits di atas, shalat istikhoroh boleh dilakukan setelah shalat tahiyatul masjid, setelah shalat rawatib, setelah shalat tahajud, setelah shalat Dhuha dan shalat lainnya.[5] Bahkan jika shalat istikhoroh dilakukan dengan niat shalat sunnah rawatib atau shalat sunnah lainnya, lalu berdoa istikhoroh setelah itu, maka itu juga dibolehkan. Artinya di sini, dia mengerjakan shalat rawatib satu niat dengan shalat istikhoroh karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu. Di sini cuma dikatakan, yang penting lakukan shalat dua rakaat apa saja selain shalat wajib. [6] Al Iroqi mengatakan, Jika ia bertekad melakukan suatu perkara sebelum ia menunaikan shalat rawatib atau shalat sunnah lainnya, lalu ia shalat tanpa niat shalat istikhoroh, lalu setelah shalat dua rakaat tersebut ia membaca doa istikhoroh, maka ini juga dibolehkan. [7] Ketiga: Istikhoroh hanya dilakukan untuk perkara-perkara yang mubah (hukum asalnya boleh), bukan pada perkara yang wajib dan sunnah, begitu pula bukan pada perkara makruh dan haram. Alasannya karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abi Jamroh bahwa yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah khusus walaupun lafazhnya umum.[8] Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, Yang dimaksud dengan hadits tersebut bahwa istikhoroh hanya khusus untuk perkara mubah atau dalam perkara sunnah (mustahab) jika ada dua perkara sunnah yang bertabrakan, lalu memilih manakah yang mesti didahulukan.[9] Contohnya, seseorang tidak perlu istikhoroh untuk melaksanakan shalat Zhuhur, shalat rawatib, puasa Ramadhan, puasa Senin Kamis, atau mungkin dia istikhoroh untuk minum sambil berdiri ataukah tidak, atau mungkin ia ingin istikhoroh untuk mencuri. Semua contoh ini tidak perlu lewat jalan istikhoroh. Begitu pula tidak perlu istikhoroh dalam perkara apakah dia harus menikah ataukah tidak. Karena asal menikah itu diperintahkan sebagaimana dalam firman Allah Taala,

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. (QS. An Nur: 32) Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Wahai para pemuda, jika salah seorang di antara kalian telah mampu untuk memberi nafkah, maka menikahlah.[10] Namun dalam urusan memilih pasangan dan kapan tanggal nikah, maka ini bisa dilakukan dengan istikhoroh. Sedangkan dalam perkara sunnah yang bertabrakan dalam satu waktu, maka boleh dilakukan istikhoroh. Misalnya seseorang ingin melakukan umroh yang sunnah, sedangkan ketika itu ia harus mengajarkan ilmu di negerinya. Maka pada saat ini, ia boleh istikhoroh. Bahkan ada keterangan lain bahwa perkara wajib yang masih longgar waktu untuk menunaikannya, maka ini juga bisa dilakukan istikhoroh. Semacam jika seseorang ingin menunaikan haji dan hendak memilih di tahun manakah ia harus menunaikannya. Ini jika kita memilih pendapat bahwa menunaikan haji adalah wajib tarokhi (perkara wajib yang boleh diakhirkan).[11] Keempat: Istikhoroh boleh dilakukan berulang kali jika kita ingin istikhoroh pada Allah dalam suatu perkara. Karena istikhoroh adala h doa dan tentu saja boleh berulang kali. Ibnu Az Zubair sampai-sampai mengulang istikhorohnya tiga kali. Dalam shahih Muslim, Ibnu Az Zubair mengatakan,

Aku melakukan istikhoroh pada Rabbku sebanyak tiga kali, kemudian aku pun bertekad menjalankan urusanku tersebut.[12] Kelima: Doa shalat istikhoroh yang lebih tepat dibaca setelah shalat dan bukan di dalam shalat. Alasannya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia berdoa: Allahumma inni astakhiruka bi ilmika [13] Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohullah mengatakan, Aku tidak mengetahui dalil yang shahih yang menyatakan bahwa doa istikhoroh dibaca ketika sujud atau setelah tasyahud (sebelum salam) kecuali landasannya adalah dalil yang sifatnya umum yang menyatakan bahwa ketika sujud dan tasyahud akhir adalah tempat terbaik untuk berdoa. Akan tetapi, hadits ini sudah cukup sebagai dalil tegas bahwa doa istikhoroh adalah setelah shalat. [14] Keenam: Istikhoroh dilakukan bukan dalam kondisi ragu-ragu dalam satu perkara karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu. Begitu pula isi doa istikhoroh menunjukkan seperti ini. Oleh karena itu, jika ada beberapa pilihan, hendaklah dipilih, lalu lakukanlah istikhoroh. Setelah istikhoroh, lakukanlah sesuai yang dipilih tadi. Jika memang pilihan itu baik, maka pasti Allah mudahkan. Jika itu jelek, maka nanti akan dipersulit.[15] Ketujuh: Sebagian ulama menganjurkan ketika rakaat pertama setelah Al Fatihah membaca surat Al Kafirun dan di rakaat kedua me mbaca surat Al Ikhlas. Sebenarnya hal semacam ini tidak ada landasannya. Jadi terserah membaca surat apa saja ketika itu, itu diperbolehkan.[16] Kedelepan: Melihat dalam mimpi mengenai pilihannya bukanlah syarat dalam istikhoroh karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal ini. Namun orang-0rang awam masih banyak yang memiliki pemahaman semacam ini. Yang tepat, istikhoroh tidak mesti menunggu mimpi. Yang jadi pilihan dan sudah jadi tekad untuk dilakukan, maka itulah yang dilakukan.[17] Terserah apa yang ia pilih tadi, mantap bagi hatinya atau pun tidak, maka itulah yang ia lakukan karena tidak dipersyaratkan dalam hadits bahwa ia harus mantap dalam hati.[18] Jika memang yang jadi pilihannya tadi dipersulit, maka berarti pilihan tersebut tidak baik untuknya. Namun jika memang pilihannya tadi adalah baik untuknya, pasti akan Allah mudahkan. Tata Cara Istikhoroh Pertama: Ketika ingin melakukan suatu urusan yang mesti dipilih salah satunya, maka terlebih dahulu ia pilih di antara pilihan-pilihan yang ada. Kedua: Jika sudah bertekad melakukan pilihan tersebut, maka kerjakanlah shalat dua rakaat (terserah shalat sunnah apa saja sebagaimana dijelaskan di awal). Ketiga: Setelah shalat dua rakaat, lalu berdoa dengan doa istikhoroh:

Allahumma inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta talamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii aajili amrii wa aajilih (aw fii diini wa maaasyi wa aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta talamu annahu syarrun lii fii diini wa maaasyi wa aqibati amrii (fii aajili amri wa aajilih) fash-rifnii anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih. [Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya] Keempat: Lakukanlah pilihan yang sudah dipilih di awal tadi, terserah ia merasa mantap atau pun tidak dan tanpa harus menunggu mimpi. Jika itu baik baginya, maka pasti Allah mudahkan. Jika itu jelek, maka pasti ia akan palingkan ia dari pilihan tersebut. Demikian penjelasan kami mengenai panduan shalat istikhoroh. Semoga bermanfaat. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Diselesaikan di Pangukan-Sleman, di sore hari menjelang Maghrib, 15 Rabiul Awwal 1431 H (01/03/2010) *** Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel www.muslim.or.id

[1] Al Jaami li Ahkamil Quran (Tafsir Al Qurthubi), Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, 13/306, Mawqi Yasub (sesuai cetakan). [2] Lihat Fathul Baari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 11/184, Darul Marifah, Beirut, 1379. [3] HR. Bukhari no. 7390, dari Jabir bin Abdillah [4] HR. Bukhari no. 2678 dan Muslim no. 11, dari Tholhah bin Ubaidillah. [5] Lihat Fiqhud Duaa, Syaikh Musthofa Al Adawi, hal. 167, Maktabah Makkah, cetakan pertama, tahun 1422 H. [6] Faedah dari penjelasan Syaikh Abu Malik dalam Shahih Fiqh Sunnah, 1/426, Al Maktabah At Taufiqiyah. Begitu pula terdapat penjelasan yang sama dari Syaikh Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul dalam kitab beliau Bughyatul Mutathowwi fii Sholatit Tathowwu (soft file). [7] Lihat Nailul Author, Asy Syaukani, 3/87, Irodatuth Thobah Al Muniroh. [8] Lihat Fathul Baari, 11/184. [9] Idem [10] HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400. [11] Contoh-contoh ini kami peroleh dari Fiqhud Duaa, hal. 167-168. [12] HR. Muslim no. 1333 [13] Lihat Fiqhud Duaa, hal. 168-169. [14] Fiqhud Duaa, hal. 169. [15] Faedah dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul dalam Buhyatul Mutathowwi (soft file). [16] Lihat Fiqhud Duaa, hal. 169. [17] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/427. [18] Lihat penjelasan Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul dalam Buhyatul Mutathowwi (soft file).

Dari artikel 'Panduan Shalat Istikhoroh Muslim.Or.Id'

Sesungguhnya kita umat manusia adalah makhluk yang lemah dan sangat butuh pada pertolongan Allaah dalam setiap urusan, satu hal yang mesti diyakini bahwa manusia tidak mengetahui perkara yang ghoib, selain dari pertolongan Allaah, Manusia tidak mengetahui manakah yang baik dan buruk pada kejadian pada masa akan datang kecuali setelah mendapat petunjuk dari Allaah. Oleh karena itu, di antara hikmah Allah Taala kepada hamba -Nya, Dia mensyariatkan doa supaya seorang hamba dapat memohon pada Rabbnya untuk dihilangkan kesulitan dan diperolehnya kebaikan.

Seorang muslim memiliki pengetahuan dan tidak ada keraguan sedikit pun tentang Al Quran dan perintah - perintah Allaah serta meyakini bahwa yang mengatur segala urusan adalah Allaah Taala. Dialah yang menakdirkan dan menentukan segala sesuatu sesuai yang dia kehendaki pada hamba-Nya.

Shalat Istikharah adalah sholat sunnah yang biasa dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah bagi mereka yang sedang berada di antara beberapa pilihan dan merasa ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal. permasalahan dalam hal ini tidak dibatasi, seseorang dapat sholat istikharah untuk menentukan dimana ia kuliah, s iapa atau jalan mana yang lebih cocok bagi seseorang dan atau jika menyangkut pekerjaan maka perusahaan mana yang lebih baik dipilih. Setelah shalat istikharah dilaksanakan maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan hati dalam hal memilih apa yang terbaik bagi dirinya.

Pada dasarnya shalat istikharah bisa dilaksanakan kapan saja, akan tetapi lebih dianjurkan pada waktu sepertiga malam yang terakhir. Niat yang dibaca pada shalat ini, sebagaimana juga sholat sunnah yang lain cukup diucapkan didalam hati, adapun jika dengan lisan maka cukuplah terdengar oleh diri sendiri saja , yang terpenting adalah dengan disertai niat hanya semata karena Allah Ta'ala dan memohon semata - mata kepada Allaah Subhanahu Wata'ala dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho-Nya.

Sholat istikharah boleh dan atau bisa dikerjakan dengan paling sedikit 2 rakaat atau hingga dua belas rakaat dengan sekali salam pada tiap tiap 2 raka'at.

Setelah membaca Al-Fatihah pada rakaat yang pertama, membaca Surah Al-A'laa (1 kali). Selepas membaca Al-Fatihah pada rakaat yang kedua, baca 1 Surah Al Qadr (1 kali), dan atau jika mengerjakan lebih dari 2 raka'at setelah membaca Al-Fatihah pada rakaat yang pertama, baca ayat Al-Kursi (7 kali). Selepas membaca Al-Fatihah pada rakaat yang kedua, baca Surah AlIkhlas (11 kali). dan surah - surah pendek yang lain.

Setelah salam dilanjutkan dengan berdzikir dengan memohon kepada Allah dengan memperbanyak bacaan Asma'ul husna diantaraya (Ya Shamad , Ya Qadir , Ya Latifu , Ya Khabir, Ya 'Aliyyu, Ya Adzim , Ya Syami'u Ya Bashir) kemudian dilanjutkan dengan bacaan do'a shalat istikharah denga memohon petunjuk dan mengutarakan masalah yang dihadapi.

Ada Sebuah hadits yang menerangkan tentang do'a setelah shalat istikharah dari Jabir r.a mengemukakan bahwa do'a tersebut dalam bahasa Indonesianya adalah sebagai berikut :

"Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu. Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah, seandainya Engkau tahu bahwa masalah ini baik untukku dalam agamaku, kehidupanku dan jalan hidupku, jadikanlah untukku dan mudahkanlah bagi dan berkahilah aku di dalam masalah ini. Namun jika Engkau tahu bahwa masalah ini buruk untukku, agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan masalah itu dariku. Tetapkanlah bagiku kebaikan dimana pun kebaikan itu berada dan Ridhailah aku dengan kebaikan itu". (HR Al Bukhari)

Fadhilah dan atau manfaat serta kegunaan dari shalat istikharoh di samping untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada Allaah Subhanahu Wata'ala sebagai keinginan taqarrub kepada-Nya, sholat sunnah Istikharah juga bermanfaat untuk membebaskan diri dari rasa keragu-raguan dan kebingungan dalam rangka menentukan sebuah pilihan yang paling baik dan paling bagus, baik menurut pandangan hukum agama maupun agar tidak kecewa atau menyesal di kemudian hari setelah menentukan pilihan, terhadap sesuatu yang dipilih.

Shalat istikharah juga sebagai wujud ketidakmampuan seorang hamba dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dalam hidup terutama yang berkenaan dengan permasalahan dalam rangka menetukan sesuatu yang lebih dari satu pilihan, hendaknyalah semuanya kita kembalikan kepada Allaah Subhanahu Wata'ala dengan artian memohon dan merendahkan diri kepada-Nya, karena hanya Dialah yang Maha Mengetahui , Maha Memberi Pertolongan dan Raja Segala Raja yang paling patut untuk dimintai pertolongan dan harapan.

Wallahu A'lam

L ilha ill Allh al-Halm, al-Karm. Subhnallh rabb al-arsy al-azhm, al-hamdu lillhi rabb al-lamn. Asaluka mjibti rahmatik wa azima maghfiratik wa al-ghanmata min kulli birr wa as-salmata min kulli itsm. L tada l dzamban ill ghafartah wa l hamman ill farrajtah, wa l hjatan hiya laka ridha ill qadhaitah y arhama ar-rhimn. Arti doa itulah: Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Penyantun, Mahamulia. Mahasuci Allah, Tuhan pemilik singgasana yang agung. Segala puji bagi Allah Pemelihara alam semesta. Aku memohon kepada-Mu apa-apa yang menyebabkan rahmat-Mu, yang membawa ampunan-Mu, apa-apa yang memperoleh keuntungan pada setiap kebajikan, dan keselamatan dari setiap dosa. Janganlah Engkau biarkan bagiku dosa kecuali Engkau ampuni, tidak pula suatu persoalan kecuali Engkau berikan jalan keluarnya, dan tidak pula suatu hajat yang Engkau ridhai kecuali Engkau kabulkan, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.