sfad
-
Upload
dwi-tiara-sari -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of sfad
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan studi kasus ini penulis mencoba untuk menyajikan pembahasan dengan
membandingkan antara teori dengan manajemen kebidanan yang diterapkan pada ny. L di bps.Ai
Duriah
A. KEHAMILAN
Sejak usia kehamilan 38 minggu penulis melakukan pemeriksaan kehamilan pada Ny.
S selama melakukan pemeriksaan, penulis tidak menemukan kelainan. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat untuk mendeteksi secara dini berbagai kelainan yang menyertai
kehamilan. Ny. S G2 P1 Ao usia 21 tahun melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 9
kali selama kehamilan di BPS.Ai Duriah yaitu trimester 1 sebanyak 1 kali, trimester 2
sebanyak 4 kali, trimester 3 sebanyak 4 kali. Hal ini sesuai teori Prawirohardjo ( 2009 : 279 )
yang menyatakan kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu
1 kali kunjungan selama trimester pertama, 1 kali kunjungan trimester kedua, 2 kali
kunjungan trimester ketiga. Dalam hal ini, antara teori dengan kenyataan kasus telah sesuai.
Dengan pemeriksaan yag lebih dari 4 kali menunjukkan bahwa ibu sangat memperhatikan
keadaan kesehatan sehingga pengetahuan tentang kehamilan bertambah luas dan dapat
mempersiapkan proses persalinan dengan baik.
Menurut teori Francic Handar (2010) yang menyatakan 14T, yaitu timbang berat badan
(T1), ukur tekanan darah (T2), ukur tinggi fundus uteri (T3), pemberian tablet Fe sebanyak
90 tablet selama kehamilan (T4), pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) (T5),
pemeriksaan Hemoglobin (Hb) (T6), temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T7),
pemeriksaan Vederal Desease Resaurch Laboratory (VDRL) (T8), perawatan payudara,
senam payudara dan pijat tekan payudara (T9), pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam
ibu hamil (T10), pemeriksaan protein urin atau indikasi (T11), pemeriksaan reduksi urin atau
indikasi (T12), pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemi gondok (T13),
pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemi malaria (T14). Hal ini tidak sesuai dengan
asuhan standar Antenatal Care (ANC) yang dilakukan pada Ny. L yaitu timbang berat badan,
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, imunisasi TT1 dan TT2,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan Hemoglobin (Hb), pemeriksaan protein urin
atau indikasi, pemeriksaan reduksi urin atau indikasi, perawatan payudara, temu
wicara,sedangkan pemeriksaan Vederal Desease Resaurch Laboratory (VDRL) (T8),
pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T10), pemberian terapi kapsul
yodium untuk daerah endemi gondok (T13), pemberian terapi anti malaria untuk daerah
endemi malaria (T14)tidak dilakukan karena tidak ada indikasi pada pasien.
Penambahan berat badan Ny. L selama kehamilan naik ± 13 kg, sedangkan menurut
teori kenaikan berat badan dalam kehamilan berkisar antara 6,5 kg – 16,5 kg (Rukiyah,
2009 : 58), maka dalam hal ini antara teori dengan kenyataan telah sesuai. Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu dalam batas normal karena ibu dapat menjaga
pola makan dengan baik. Selama pemeriksaan kehamilan tanda – tanda vital ibu dalam batas
normal. Pada trimester dua ibu melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar
Hemoglobin (Hb), golongan darah. Dari hasil pemeriksaan didapatkan Hb 11 gr%. Hb
normal menurut WHO 11 gr% dan menurut Departemen Kesehatan 10 gr% (Manuaba,
2010 : 29). Maka dalam hal ini sesuai antara teori dengan kenyataan.
Pada pemeriksaan kehamilan Ny. L juga mendapatkan imunisasi TT lengkap sebanyak
2 kali, TT1 pada usia kehamilan 18 minggu dan TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1. Hal
ini sesuai dengan teori Kusmiyati (2009 : 169) yang menyatakan imunisasi TT1 pada
kunjungan antenatal pertama dan TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1.
Selama kehamilan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny.L sesuai dengan standart
pelayanan kebidanan dan kehamilannya terpantau dengan baik sehingga tidak ada masalah
dalam kehamilan.
B. B.PERSALINAN
Pada kala 1 Ny. L mengatakan mulas – mulas yang semakin sering disertai keluar
lendir bercampur darah serta pemeriksaan dalam yang dilakukan pembukaan serviks Ny. L
yaitu 8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa Ny. L sudah dalam masa inpartu, sesuai dengan teori
Asuhan Persalinan Normal (APN) (2008 : 37) menyatakan tanda dan gejala inpartu yaitu
adanya pembukaan serviks, adanya kontraksi uterus (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit), dan keluarnya cairan lendir bercampur darah melalui vagina.
Pada pemantauan persalinan Ny.L menggunakan patograf ketika pembukaan 8 cm, hal
ini sesuai dengan teori saifuddin (2009 : 104) yang menyatakan patograf adalah alat bantu
yang digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan
dalam menetukan keputusan dalam penatalaksanaan. Patograf dipakai pada pembukaan 4 cm
atau pada fase aktif.
Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, pada Ny.
L berlangsung selama 10 menit menit, hal ini sesuai teori Rohani (2011 : 7) yang menyatakan
bahwa kala II berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Persalinan
ditolong dengan teknik 58 langkah APN dan berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama
antara penolong dengan klien. Bayi lahir spontan dan tidak ada komplikasi.
Kala III Ny. L berlangsung selama 5 menit yang dimulai setelah keluarnya bayi dan
berakhirnya dengan keluarnya plasenta dan selaput ketuban. Hal ini sesuai dengan teori
Rohani (2011 : 8) pada kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhirnya dengan lahirnya
plasenta, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Proses
pengeluaran plasenta Ny. L dilakukan manajemen aktif kala III, hal ini sesuai dengan teori
APN (2008 : 101) yang menyatakan manajemen aktif kala III terdiri dari pemberian suntik
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10 IU secara Intra Muskular
(IM), melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15 detik.
Pada kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan 2 jam setelah itu. Selama 2 jam
pasca persalinan, pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Setelah
diobservasi selama 2 jam ternyata tidak ada komplikasi sehingga akhir dari masa persalinan
didapatkan pada Ny. L dalam keadaan baik. Pada Ny. L setelah plasenta lahir dilakukan
masase pada fundus uteri untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat,
Tinggi Fundus Uteri (TFU) setelah plasenta lahir 2 jari di bawah pusat, hal ini sesuai dengan
teori APN (2008 : 114) yang menyatakan setelah plasenta lahir dilakukan rangsangan taktil
(masase) untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat, evaluasi fundus uteri
dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan yaitu fundus
uteri 2 jari di bawah pusat, memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, periksa
kemungkinan perdarahan dari jalan lahir dan evaluasi keadaan umum ibu.
C. BAYI BARU LAHIR
Pada pemeriksaan didapatkan bayi Ny. L lahir spontan pada tanggal 10 April 2013
pada pukul 06.30 WIB pada usia kehamilan 38 minggu berjenis kelamin perempuan dengan
berat badan 2900 gram dan panjang 45 cm, hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2010 : 2)
yang menyatakan Bayi Baru Lahir (BBL) yaitu bayi baru lahir dengan usia kehamilan 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gr sampai 4000 gram. Pada
pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, tanda – tanda vital baik.
Pada bayi Ny. L diberikan vitamin K1 dosis 1 mg secara IM di paha kiri, hal ini sesuai
JNPK-KR (2008 : 139) ynag menyatakan BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi dosis 1 mg
secara IM pada paha kiri segera mungkin untuk mencegah perdarahan intrakranial pada bayi.
Pada bayi Ny. L juga diberikan salep mata tetrasiklin 1 % pada kedua mata, hal ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2008:139) yang menyatakan pemberian salep mata
cloramfenikol 0,5 % atau tetrasiklin 1 % pada BBL untuk mencegah penyakit mata dan
diberikan 1 jam setelah lahir.
Pada bayi Ny. L mendapatkan vaksin HBO pada 6 hari setelah persalinan karena pada
BPS bidan Ai Duriah Hbo diberikan 6 hari setelah lahir atau waktu ibu melakukan control 6
hari postpartum, hal ini tidak sesuai dengan teori JNPK-KR (2008 : 140) yang menyatakan
imunisasi Hepatitis B yang bermanfaat mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu – bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian
vitamin K1, pada bayi baru lahir usia 2 jam.
Pada kunjungan pertama tidak ditemukan masalah pada bayi dan tidak ada tanda –
tanda bahaya pada bayi , hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2010 : 73) yang menyatakan
tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit,
terlalu hangat (> 38º C) atau terlalu dingin ( < 36º C), kulit bayi kering (terutama 24 jam
pertama), biru, pucat, memar, hisapan bayi menyusu lemah, rewel, sering muntah,
mengantuk berlebihan, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah,
tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer ada lendir atau darah,
mengigil, rewel, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus – terusan.
D. NIFAS
Masa nifas pada Ny. L berjalan normal dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali yaitu 2
jam, 6 jam,6 hari dan 14 hari. Hal ini sesuai teori Saleha (2009 : 6) yang menyatakan
kunjungan program dan kebijakan teknis masa nifas yaitu kunjungan nifas dilakukan paling
sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga
untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi.
Pada kunjungan nifas 6 jam pasca persalinan berdasarkan hasil pemeriksaan didapat
data keadaan ibu baik, tanda – tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus baik dan lokhea rubra. Pada kunjungan 6 hari pasca persalinan didapatkan
keadaan umum baik, tanda – tanda vital dalam batas normal, TFU 3 jari di atas simfisis dan
lokhea sanguilenta.
Pada kunjungan 14 hari pasca persalinan pada Ny. L keadaan umum baik, tanda –
tanda vital dalam batas normal, TFU tidak teraba dan lokhea serosa.. Hal ini sesuai dengan
teori Saleha (2009 : 55) yang menyatakan perubahan – perubahan yang terjadi pada uterus
selama pasca persalinan waktu bayi baru lahir TFU 2 jari di bawah pusat, 1 minggu TFU
pertengahan pusat simfisis, 2 minggu TFU sudah tidak teraba di atas simfisis dan 6 minggu
TFU sudah kembali normal.
E. PENDOKUMENTASIAN
Penulis mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ny.L di BPS bidan Ai Duriah
dengan menggunakan 7 langkah Varney dan dokumentasi Subyektif, Obyektif, Analisa,
Penataksanaan ( SOAP ). Hal ini sesuai teori Suryani (2009) yang menyatakan bahwa 7
langkah Varney yaitu pengumpulan data dasar, interpretasi data, identifikasi diagnosa atau
masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera,
merencanakan asuhan yang menyeluruh, melakukan perencanaan dan evaluasi. Selain itu
juga sesuai dengan teori Rukiyah (2009 : 183) yang menyatakan bahwa metode
pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP, yang merupakan
singkatan dari Subyektif, Obyektif, Analisa, Penatalaksanaan.