sesungguhnya telah .masuk kedaIam apa yang disebut-sebut...

2
, .-.4, inlt hkoran o Senln Selasl 0 Rabu 0 Kaml$ 0 Jumat 0 Sabtu 0 Mln~gu 2 3 17 18 19 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 21 22 23 @ 25 26 27 28 29 30 31 OJsn OPeb OMsr OApr OMel OJun .Jul OAgsOSep OOktONov ODes amadan di Konsumeris Kebahagiaan Hidup Tidak bisa dipungkiri, tampaknya sernakin banyak saja masyarakat kita dewasa ini yang masuk ke dalam lingkaran dunia konsumsi sekaligus . telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan darinya. Dalamdunia konsumsi, kesenangan,kepuasan,dan kebahagiaan hidup ditentukan oleh seberapa banyak barang yang kita miIiki dan seberapa banyak barang yang kita konsumsi. Dunia konsumsi mengajari kita bahwa hidup ini adalah untuk membeli dan merniliki aneka barang, meski barang-barang itu belum tentu kita butuhkan. Dengan pemahaman seperti ini, prinsip dasar masyarakat dunia konsumsi adalah "saya ada karena apa yang saya miliki dan saya pakai.' Dengan demikian, keberadaan (eksistensi) seseorang itu ditentukan dari apa yang dimiIikinya, dan dari apa yang dipakainya. . Pada masyarakat dunia konsumsi, barang-barang diniIai bukan dari fungsi dan kemanfaatannya, melainkan dari bagaimana barang- barang itu mengatrol citra, status, --------------~~==~~--KKTI~lp~l~n~i~HHUu~m~a~s;Urrn"Dp;ad2D12 -----====-------------- Djoko Subinarto Alumnus Universitas Padjadjaran BULANsuci Ramadan sesunggu hnya merupakan bulan yang tepat untuk menggembleng diri kita agar makin mampu menahan segala nafsu duniawi, termasuk konsumsi secara berlebih, Semcstinya, Ramadan I bisa dijadikall momentum untuk berlaku hernat, yaitu dengan jalan mengonsumsl sebatas apa yang menjadi kebutuhan dasar kita saja. \ an au N amun,yang lazim terjadi di masyarakat kita, tibanya bulan Ramadan -yang kemudian disusul dengan datangnya Idul Fitri- tampaknya malah . menjadikan perilaku masyarakat kita semakin konsumtif. Buktinya, setiap bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri, bukan hanya masjid yang ramai dengan berbagai kegiatan mengisi Ramadan, namun toko-toko dan mal ikut ramai dan disesaki orang. Malah, ironinya, menjelang Ramadan berakhir, yang . semakin penuh sesakjustru adalah toko dan mal dibanding masjid .. Apakah ini . menunjukkan "U~ bahwakita sesungguhnya telah . masuk ke daIam apa yang disebut-sebut sebagai zaman konsumerisme baru (new consumerism)? ( . l. .. !

Transcript of sesungguhnya telah .masuk kedaIam apa yang disebut-sebut...

Page 1: sesungguhnya telah .masuk kedaIam apa yang disebut-sebut ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/...ramadandizamankonsumerismebaru.pdf · dan menjelang Idul Fitri, bukan hanya masjid yang

, .-.4,

inlt hkorano Senln • Selasl 0 Rabu 0 Kaml$ 0 Jumat 0 Sabtu 0 Mln~gu

2 317 18 19

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1520 21 22 23 @ 25 26 27 28 29 30 31

OJsn OPeb OMsr OApr OMel OJun .Jul OAgsOSep OOktONov ODes

amadan diKonsumeris

Kebahagiaan HidupTidak bisa dipungkiri,

tampaknya sernakinbanyak saja masyarakatkita dewasa ini yangmasuk ke dalamlingkaran duniakonsumsi sekaligus

. telah menjadibagian yang tidakterpisahkandarinya.Dalamduniakonsumsi,kesenangan,kepuasan,dankebahagiaan hidup ditentukan olehseberapa banyak barang yang kitamiIiki dan seberapa banyak barangyang kita konsumsi.

Dunia konsumsi mengajarikita bahwa hidup ini adalah untukmembeli dan merniliki aneka barang,meski barang-barang itu belum tentukita butuhkan. Dengan pemahamanseperti ini, prinsip dasar masyarakatdunia konsumsi adalah "saya adakarena apa yang saya miliki dan sayapakai.' Dengan demikian, keberadaan(eksistensi) seseorang itu ditentukandari apa yang dimiIikinya, dan dariapa yang dipakainya. .

Pada masyarakat dunia konsumsi,barang-barang diniIai bukandari fungsi dan kemanfaatannya,melainkan dari bagaimana barang-barang itu mengatrol citra, status,--------------~~==~~--KKTI~lp~l~n~i~HHUu~m~a~s;Urrn"Dp;ad2D12-----====--------------

Djoko Subinarto

Alumnus Universitas Padjadjaran

BULANsuciRamadan

sesunggu hnyamerupakan bulanyang tepat untuk

menggemblengdiri kita agar

makin mampumenahan segala

nafsu duniawi,termasuk konsumsi

secara berlebih,Semcstinya,

RamadanI

bisa dijadikallmomentum untuk

berlaku hernat,yaitu dengan jalan

mengonsumslsebatas apa yang

menjadi kebutuhandasar kita saja.

\

anau

Namun,yang lazim terjadidi masyarakat kita, tibanyabulan Ramadan -yang

kemudian disusul dengan datangnyaIdul Fitri- tampaknya malah .menjadikan perilaku masyarakat kitasemakin konsumtif.

Buktinya, setiap bulan Ramadandan menjelang Idul Fitri, bukanhanya masjid yang ramai denganberbagai kegiatan mengisi Ramadan,namun toko-toko dan mal ikut ramaidan disesaki orang. Malah, ironinya,menjelang Ramadan berakhir, yang

. semakin penuh sesakjustru adalahtoko dan mal dibanding masjid ..

Apakah ini .

menunjukkan "U~bahwakita •sesungguhnya telah

. masuk ke daIam apayang disebut-sebutsebagai zaman konsumerisme baru(new consumerism)? (

. l... !

Page 2: sesungguhnya telah .masuk kedaIam apa yang disebut-sebut ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/...ramadandizamankonsumerismebaru.pdf · dan menjelang Idul Fitri, bukan hanya masjid yang

dua pilihan saj a:mencari uang danmenghabiskan uang, Hidup akhirnyaseolah hanya untuk mencari uangdan bdgaimana menghabiskannya.Padahal, sesungguhnya tidak semuahal bisa dibeli dengan uang.

Meski demikian, toh semakinbanyak saja orang menempuhberbagai upaya demi mendapatkanuang lebih banyak danmembelanjakannya lebih banyak lagi.Salah satunya adalah dengan can'tberutang kepada bank. Nyatanya,kredit konsumsi perbankan kitasecara nasional memang terbilangbesardan menjadi primadona dalampembiayaan perbankan selama ini.

Dilihat dari kaca mataDU(;! ekonomi maupun medis,

tingginya perilaku

DUG! s:~:~~;~~yasangat tidak

, menguntungkan.

UG I Pertama, secaraekonomi, perilaku

• konsumtif tidakrnendorong .

pertumbuhan ekonomiyang positif karena perilaku initidak menumbuhkan budayainvestasi yang produktif dikalangan masyarakat.

Kedua, secara medis,perilaku konsumtif

dapatmengganggukesehatanjiwa. Pasalnya,perilaku konsumtif

cenderung membuat orangberlomba-lornba mengejar uangdengan berbagai cara hanya untukmemuaskan hasrat memiliki anekabarang. Pad a gilirannya ini akan

Overspent American berpendapat, membuat beban dan tuntutanadagium uang tidak akan mampu hidup semakin meningkat yang,membeli kebahagiaan telah benar- akhirnya dapat memicu lahirnyabenar dilupakan masyarakat 1 sejumlah gangguan jiwa, sepertidunia konsumsi. Menurut stres dan depresi, selainjuga memicuSchorr, konsumerisme baru (new meningkatnya aksi krirninalitas.consumerism), kebahagiaanjustru Datangnya bulan suci Ramadanhanya bisa kita capaijika kita se.tiap tahun seharusnya bisasemakin banyak membelanjakan menjadi ajang pelatihan danuang dan semakin banyak memiliki penyadaran diri ihwal perlunya kitabarang-barang, menjauhkan diri dai:i perilaku boros

Di sisi lain, kesuksesan orang dan berlebih-lebihan. Kendatipunkebanyakan diukur pula dengan begitu, tampaknya makin sulit sajauang dan harta yang dimilikinya. kita dewasa ini melepaskan diriDalam upaya memenuhi pencapaian dari rayuan dunia konsumsi yang

, tersebut, masyarakat dunia melenakan pikiran, jiwa dan hatikonsumsi akhirnya berada pada kita.(*)~~~-~

serta gengsi bagi para pemakainya.Dunia korisumsi tidak

mementingkan substansi, Yangditekankan dunia konsumsi adalahkemasan. Karenanya, yang sangat 'diagungkan oleh masyarakat duniakonsumsi adalah penampilan, bukanisi. Karya, kreativitas, dan budayakerja keras menjadi tidak terlalupenting di dalam dunia konsumsi.

Juliet Schorr, penulis buku The