SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL...

96
SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSY DI DESA SAMUDERA JAYA KECAMATAN TARUMA JAYA BEKASI UTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Disusun Oleh : HALIMAH NIM: 106043201319 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Transcript of SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL...

Page 1: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSY

DI DESA SAMUDERA JAYA KECAMATAN TARUMA JAYA

BEKASI UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu

persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Disusun Oleh :

HALIMAH

NIM: 106043201319

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSY

DI DESA SAMUDERA JAYA KECAMATAN TARUMA JAYA

BEKASI UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu

persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Disusun Oleh :

HALIMAH

NIM: 106043201319

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. KH. Ahad Mukri Aji, MA Fahmi M. Ahmadi, S.Ag., M.Si

NIP : 195703121985031003 NIP: 197412132003121002

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSY DI DESA

SAMUDERA JAYA KECAMATAN TARUMA JAYA BEKASI UTARA, telah diujikan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 April 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum (PMH).

Jakarta, 7 April 2010

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

NIP. 195505051982031021

PANITIA UJIAN

1. Ketua Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP. 196511191998031002

2. Sekretaris Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si

NIP. 197412132003121002

3. Pembimbing I Dr. KH. Ahmad Mukri Adji. MA

NIP. 19570703121985031003

4. Pembimbing II Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si

NIP. 197412132003121002

5. Penguji I Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP. 196511191998031002

6. Penguji II Dr. Euis Nurlaelawati, MA

NIP. 197007041996032002

Page 4: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2011

Halimah

Page 5: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

i

بسم اهلل الرمحن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, tiada kata yang pantas saya ucapkan selain

ungkapan puja dan puji serta rasa syukur atas karunia yang tak terhingga yang

diberikan Allah SWT, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Sesajen Pada Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy di Desa Samudera Jaya

Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara” ini dengan baik walaupun masih banyak

kekurangan diberbagai segi. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada

Baginda Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat dan ummatnya yang

senantiasa mengikuti jejak dan langkah beliau sampai hari akhir nanti, amien.

Setelah perjuangan yang begitu berat dan melelahkan sepenuhnya penulis menyadari,

bahwa suksesnya penulisan skripsi ini bukan semata-mata atas usaha penulis pribadi.

Namun adanya bantuan dan motivasi yang konstruktif dari berbagai pihak. Maka

dengan tulus dan ikhlas penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. Dan bapak Fahmi Muhammad

Ahmadi, S.Ag, M.Si selaku Kepala dan Sekretaris Program Studi

Perbandingan Madzhab Hukum.

Page 6: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

ii

3. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA. Dan bapak Fahmi Muhammad

Ahmadi, S.Ag, M.Si selaku Dosen Pembimbing, yang telah dengan sabar

membimbing dan memotivasi Penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Pimpinan perpustakaan beserta stafnya yang telah memberikan fasilitas

kepada Penulis untuk mengadakan studi pustaka.

5. Kepada Kepala Desa Samudera Jaya beserta jajarannya yang telah membantu

penulis memberikan data, juga kepada bapak Lihan, bapak Makmur, ibu

Rodiah, ibu Jami, dan bapak Muslim yang telah menyempatkan waktunya

untuk di wawancara.

Tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Saran dan kritik penulis sangat harapkan demi perbaikan ke depan.

Jakarta, 18 Maret 2011 M

14 Rabiul Awal 1432 H

Penulis

Page 7: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah............................................. 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

D. Riview Studi Terdahulu ................................................................. 7

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ....................................... 8

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 13

BAB II : SESAJEN DALAM KERANGKA BUDAYA

A. Pengertian Sesajen ......................................................................... 15

B. Sejarah Sesajen Walimahan ........................................................... 16

C. Filosofi Yang Terkandung Dalam Sesajen. ................................... 19

D. Dasar Hukum Sesajen .................................................................... 26

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Page 8: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

iv

A. Geografi Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi

Utara ............................................................................................... 32

B. Kondisi Demografis Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma

Jaya Bekasi Utara ........................................................................... 36

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Samudera Jaya

Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara ........................................ 36

BAB IV : SESAJEN DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT

A. Proses Penggunaan Sesajen Dalam Walimatul ‘Ursy di Desa

Samudera Jaya ................................................................................ 41

B. Faktor Penyebab Penggunaan Sesajen Dalam Walimatul ‘Ursy

Pada Masyarakat Desa Samudera Jaya .......................................... 52

C. Pandangan Ulama Terhadap Tradisi Sesajen Walimatul ‘Ursy di

Desa Samudera Jaya ....................................................................... 56

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 62

B. Saran .............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 65

LAMPIRAN

Page 9: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya begitu banyak unsur-unsur yang terkandung dalam

pelaksanaan perkawinan seperti unsur agama, adat-istiadat, dan budaya

masyarakat setempat. Setiap ada pernikahan selalu dibarengi dengan resepsi

pernikahan atau walimah. Acara semacam ini sudah dianggap lumrah dan telah

membudaya bagi setiap lapisan masyarakat manapun, hanya cara dan sistemnya

yang berbeda. Sedangkan maksud yang terkandung dari mengadakan walimahan

itu tiada lain hanya untuk menunjukan rasa syukur atas pernikahan yang telah

terjadi sebagai rasa bahagia untuk dinikmati bersama handai taulan dan

masyarakat sekitar lingkungannya.1

Dalam arti luas walimah ialah makanan dalam perkawinan, berasal

(pecahan) dari kata walam, yaitu mengumpulkan, karena suami istri berkumpul.

Imam Syafi‟i dan sahabat-sahabatnya berkata bahwa walimah itu berlaku pada

setiap undangan yang diadakan karena kegembiraan yang terjadi: seperti nikah,

sunatan (khitan) maupun lainnya. Yang terkenal kalau dikatakan secara mutlak,

walimah dipergunakan dalam nikah dan terbatas dalam penggunaan lainnya.2

1 Mohammad Asmawi, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), Cet-1, h. 175.

2 Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya :

Bina Iman,1993), h. 144.

Page 10: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

2

Walimahan diadakan ketika acara akad nikah berlangsung atau

sesudahnya, atau ketika hari pernikahan. Walimahan bisa juga diadakan menurut

adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam hukum Islam, jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah

itu hukumnya sunnah mu‟akad. Hal ini berdasarkan hadits Rasulallah SAW:

Artinya: “Dari Anas, ia berkata “Rasulallah SAW. Belum pernah mengadakan

walimah untuk istri-istrinya, seperti beliau mengadakan walimah untuk

Zainab, beliau mengadakan walimah untuknya dengan seekor

kambing.”(HR Bukhory).

Artinya: “Dari Buraidah, ia berkata, “Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulallah

SAW. Bersabda, “Sesungguhnya untuk pesta perkawinan harus ada

walimahnya.”(HR Jalaluddin Al-Shuyuthiy)”.5

Namun setiap ada masyarakat terdapat adat yang tetap berlaku sekalipun

dalam masyarakat yang beragama Islam. Seperti halnya dalam masyarakat

3 Abi Abdillah Muhammad bin Isma‟il Al-Bukhory, Shohih Al-Bukhory, (Beirut: Al-

Maktabah Al-Ishriyyah, 1997), Jilid 3, h. 1664, No. Hadits 5167.

4 Jalaluddin Al-Shuyuthiy, Sunan An-Nasa’i, (Beirut: Daar Al-fikr, 1995), Jilid 6, h. 72, No.

Hadits 3348.

5 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada, 2009), h.132.

Page 11: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

3

Samudera Jaya yang masih mempercayai penggunaan sesajen pada pelaksanaan

walimah terutama walimatul „ursy. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar

masyarakat yang berada disekitar Desa ini adalah keturunan Jawa. Karena seperti

kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal

adat atau kebudayan. Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak mungkin tidak

berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. 6

Seperti diketahui pula isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak

dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam

masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk

atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi,

dan etos kebudayaan.7

Budaya adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk

simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian, musik,

dan kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistimologis dari

sistem pengetahuan masyarakatnya. Sistem simbol dan epistimologi juga tidak

terpisahkan dari sistem sosial yang berupa stratifikasi, gaya hidup, sosialisasi,

agama, mobilitas sosial, organisasi kenegaraan dan seluruh perilaku sosial.8

6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1990), Cet-

31, h. 187.

7 Elly M Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,

(Bandung: Kencana, 2007), Cet-2, h. 30.

8 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), Cet-2, h.

1.

Page 12: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

4

Begitu pula halnya pada saat pelaksanaan pesta perkawinan atau

walimatul ursy, orang-orang cenderung tidak bisa lepas dari unsur budayanya.

Salah satunya budaya atau tradisi sesajen yang tidak pernah tertinggal pada saat

pelaksanaan walimatul „usry di Desa Samudera Jaya.

Memang ada suatu fenomena yang menarik dari hal ini karena tidak lazim

acara walimah disertakan dengan sesajen ketika penyelenggaraannya. Tujuannya

bermacam-macam tergantung yang mempunyai hajat tetapi tujuan utamanya yaitu

meminta berkah dari arwah leluhur. Adapun bentuk sesajiannya bervariasi,

tergantung permintaan atau sesuai bisikan ghaib yang diterima oleh orang pintar

(paranormal), dukun, dan sebagainya.

Banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan

hal biasa bahkan dianggap sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Sehingga

diyakini pula apabila suatu tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji

lalu pada suatu saat tidak diberi sesaji maka yang tidak memberikan sesaji akan

kualat. Anehnya perbuatan yang sebenarnya pengaruh dari ajaran Animisme dan

Dinamisme ini masih marak dilakukan oleh orang-orang pada zaman modernisasi

yang serba canggih ini.9 Seperti masyarakat yang berada disekitar Desa

Samudera Jaya padahal mayoritas agamanya adalah Islam.

Keadaan masyarakat Desa Samudera Jaya mereka meyakini penggunaan

sesajen dalam pelaksanaan walimatul „ursy karena dengan adanya sesajen, maka

pesta perkawinan atau walimatul „ursy yang berlangsung pada saat itu mampu

9 http://blog.re.or.id./sesajen-adakah-dalam-islam-aqidah. Edisi 13/Th. II 420.

Page 13: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

5

mendatangkan berkah seperti: rizkinya bertambah melalui banyaknya tamu yang

hadir, makanannya matang, tidak sampai kehabisan, terhindar dari hujan,

dijauhkan dari mara bahaya, tidak ada gangguan dari roh jahat, dilindungi oleh

para leluhur, dan keluarga yang mengadakan acara walimahan tersebut bisa

menjadi keluarga yang bahagia, rukun dan langgeng.10

Mengenai hal-hal yang diyakini oleh manusia lebih jauh lagi, seorang

sosiolog yaitu Spencer secara tegas berpendapat bahwa semua manusia,

bagaimanapun sederhananya teknologi yang dikembangkan, adalah makhluk

rasional. Menurut Spencer, agama berkembang dari observasi bahwa di dalam

mimpi jiwa bisa meninggalakan raga. Manusia karena itu memiliki aspek ganda,

dan setelah matinya jiwa berlanjut muncul menjadi living descendants di dalam

mimpi-mimpi. Hantu-hantu dari tokoh-tokoh pendahulu tersebut pada akhirnya

memperoleh status dewa.

Praktek menyajikan sesajen yang menyebar luas di gua-gua nenek moyang

dan memberi mereka makanan berkembang menjadi ritual pengorbanan bagi

dewa. Ritual nenek moyang karena itu dianggap sebagai akar dari setiap agama.11

Dari peristiwa tersebut yang semakin tumbuh dan melekat pada

masyarakat Desa Samudera Jaya maka, inilah yang menjadi ketertarikan penulis

untuk mengkaji fenomena dalam skripsi dengan judul: “SESAJEN PADA

PELAKSANAAN WALIMATUL „URSY DI DESA SAMUDERA JAYA

KECAMATAN TARUMA JAYA BEKASI UTARA”

10

http://Gunung Jati Cirebon.com/sesajen-selametan-manten/. Diakses tanggal 21 April 2010. 11

Yusran Razak, Antropologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), Cet-1, h.11.

Page 14: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

6

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan mengenai sesajen maka pada pembahasan

skripsi ini penulis hanya membahas sesajen yang digunakan pada pelaksanaan

walimatul „ursy yang hidup pada masyarakat dan sudah menjadi tradisi di Desa

Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara. Adapun permasalahan

pokok yang akan diteliti dan diuraikan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana proses walimatul „ursy yang menggunakan sesajen pada

masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sesajen yang digunakan pada

pelaksanaan walimatul „ursy di Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya,

Bekasi Utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui proses walimatul „ursy yang menggunakan sesajen yang

dilakukan masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi

Utara.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan sesajen yang

dilakukan pada acara walimatul „ursy di Desa Samudera Jaya Kecamatan

Taruma Jaya, Bekasi Utara.

Page 15: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

7

D. Riview Studi Terdahulu

Penelitian seputar tradisi sesajen belum banyak penelitian yang dilakukan

oleh peneliti sebelumnya, apalagi penelitian tentang sesajen yang dijadikan tradisi

dalam sebuah acara walimatul „ursy. Dari hasil penelusuran, penulis hanya

menemukan tema tentang “AKULTURASI BUDAYA ANTARA TRADISI

SUNDA WIWITAN DENGAN ISLAM DALAM BENTUK RITUAL SESAJEN

DI DESA NARIMBANG, KECAMATAN CONGGEANG, KABUPATEN

SUMEDANG”. Penelitian ini ditulis oleh Pipit Pitriani mahasiswa Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini mengidentifikasikan

penelitiannya pada wilayah kajian ilmu Komunikasi Antar Budaya dan pada

wilayah kajian Ilmu Dakwah, karena penelitian ini erat kaitannya dengan Agama

dan Kemasyarakatan. Isi dari temuan dan analisisnya meliputi: ritual sesajen

bulan keempat, bulan ketujuh dan kelahiran, ritual sesajen sunatan, ritual sesajen

pernikahan, ritual sesajen kematian, ritual sesajen ketika bepergian jauh, ritual

sesajen pada acara-acara keagamaan, ritual sesajen ketika menanam padi atau

menuai (panen) padi, ritual sesajen ketika membangun gedung, dan ritual sesajen

ketika membeli barang yang berharga.

Peneliti ini pun merumuskan masalah utamanya dengan pertanyaan: Apa

makna pada sesajen yang masih dilakukan oleh masyarakat Narimbang sekarang?

Dan Bagaimanakah proses perubahan makna pada sesajen itu terjadi?.

Hasil dari penelitian yang disimpulkan oleh penulis skripsi itu sendiri

menyimpulkan bahwa proses perubahan atau pengalihan makna pada penggunaan

Page 16: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

8

sesajen ini sudah berlangsung lama sekitar tahun 1990-an. Setelah menggunakan

berbagai macam cara, seperti ceramah, pendekatan personal serta pendekatan

melalui tradisi, makna yang terkandung di dalam sesajen sekarang sudah ada

perubahan. Perubahan ini bukan pakem atau bersifat tetap, tapi perubahan ini

adalah siasat agar masyarakat berkenan meninggalkan niat penyajian sesajen

untuk hal-hal yang selain Allah SWT.

Sedangkan dalam skripsi ini, penulis membedakan pembahasan penelitian

dari skripsi yang sudah ada di atas dengan perbedaan, yaitu pada skripsi ini

menjelaskan bagaimana proses walimatul „ursy yang menggunakan sesajen pada

masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara dan

bagaimana pula tinjauan hukum Islam tentang sesajen tersebut. Dalam

kesimpulan yang dihasilkan skripsi ini, sesajen merupakan tradisi yang sudah

melekat pada masyarakat Desa Samudera Jaya dan dijadikan sebagai budaya

dalam acara walimatul „ursy. Skripsi ini juga menjelaskan bagaimana antara

tradisi atau kebiasaan yang sudah berlaku dikaitkan dengan pandangan secara

hukum Islam.

E. Metode Penelitian

1. Sifat dan Pendekatan

Penelitian ini bersifat deskriptif, di mana suatu penelitian yang

bertujuan memberikan gambaran terhadap keadaan seseorang dan masyarakat

sekarang ini, berdasarkan faktor-faktor, latar belakang pendidikan yang

Page 17: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

9

nampak dalam situasi yang diselidiki. Selain itu juga penelitian ini terbatas

pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya,

sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.12

Pendekatan yang peneliti gunakan yaitu metode penelitian hukum

sosiologis yang dinyatakan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di

dalam kehidupan.13

Karena banyak permasalahan yang berkaitan dengan

masalah hukum diantaranya perilaku dalam tradisi sesajen yang dapat dijawab

secara positif dengan cara mempelajari hukum sebagai sesuatu social

phenomena. Berkaitan dengan hal ini, Thimaseff menulis:

“Umumnya norma-norma hukum secara nyata akan menentukan perilaku

manusia di dalam masyarakat”.14

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis yaitu ada dua sumber data:

a. Data Primer

Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap

masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara

yang dilakukan secara langsung dengan pihak yang terkait yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti dan fakta-fakta riil di lapangan.

12

Hermawan Wasito, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama, 1992), h 10 13

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2003), h.76. 14

David N. Schiff, “Hukum Sebagai Suatu Fenomena Sosial”, dalam Adam Podgorecki dan

Christoper J. Whelan, op.cit., hlm. 253

Page 18: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

10

Pihak-pihak yang terkait terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Orang-orang yang mengetahui tentang praktik sesajen dan dianggap

sebagai petua atau sesepuh adat di Desa Samudera Jaya Kecamatan

Taruma Jaya, Bekasi Utara ada 2 orang yaitu: Bpk. Lihan (Selaku

sesepuh Desa Samudera Jaya), Bpk Makmur (Dukun/paranormal di

Desa Samudera Jaya).

2) Orang-orang yang sering melakukan praktik sesajen dan bertugas

sebagai penunggu atau penjaga Ngandang beras (penjaga

pendaringan/dapur) di Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya,

Bekasi Utara ada 2 orang yaitu: Ibu Rodiyah (Penunggu pendaringan/

ngandang beras), dan Ibu Jami (Penunggu pendaringan/ ngandang

beras).

3) Tokoh Agama atau ulama di Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma

Jaya ada 1 orang yaitu: Ust. Muslim S.Ag.

b. Data Sekunder

Data yang bersifat pelengkap atau data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain).

Dan dapat juga diperoleh dari kantor Desa dan Kecamatan, buku, majalah,

internet dan koran yang membahas tentang sesajen dan walimatul „ursy.

Page 19: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

11

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Data Primer

1) Observasi (penelitian lapangan) mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek dari masalah yang akan diteliti. Dengan menggunakan

pedoman observasi.

2) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

penulis atau pewawancara dengan informan dan menggunakan

instrumen pengumpulan data yang dinamakan interview guide

(panduan wawancara).15

Penulis menggunakan teknik ini karena teknik interview

merupakan teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada

pertanyaan terbuka untuk mencari informasi secara detail dan terperinci

dan menggunakan snowbolling proses. Dengan demikian diperoleh

jawaban secara langsung yang sedalam-dalamnya tentang masalah yang

dibahas.

b. Data Sekunder

1) Melakukan pencarian buku-buku yang berkaitan dengan hukum adat

dan sesajen.

2) Melakukan kategorisasi terhadap buku-buku yang telah dikumpulkan.

15

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 234.

Page 20: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

12

3) Menemukan kata kunci dari sumber-sumber buku yang berkaitan

dengan sesajen.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam hal ini yang dimaksud instrumen penelitian adalah perangkat

untuk menggali data primer dari responden sebagai sumber data terpenting

dalam sebuah penelitian survei. Instrumen penelitian ilmu sosial berbentuk

pedoman pertanyaan (interview guide).16

5. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis

secara kualitatif. Analisis data dilakukan setelah data-data di lapangan

terkumpul secara berkesinambungan yang diawali dengan proses klarifikasi

data agar tercapai konsistensi di lapangan. Analisis terhadap informasi

lapangan mempertimbangkan hasil pernyataan-pernyataan yang sangat

memungkinkan dianggap mendasar dan universal. 17

6. Teknik Penulisan Skripsi

Dalam teknik penulisan, penulis mengacu kepada prinsip-prinsip yang

telah diatur dan dibukukan dalam pedoman penulisan skripsi Fakultas

Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

16

Bagong Suyanto dan Sutinah, “Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan”,

(Jakarta: Kencana,2007), Cet-3, h. 59. 17

Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam

Varian Kontemporer), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), Cet ke-3, h. 106-107.

Page 21: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

13

F. Sistematika Penulisan

Adapun untuk mempermudah dan lebih mengarah dalam susunan skripsi

ini maka, penulis menyusun Sistematika Penulisan Skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Perumusan dan

Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan

Teknik Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Pada bab kedua ini penulis akan menguraikan tentang Pengertian

Sesajen, Sejarah Sesajen Walimahan, Filosofi yang Terkandung

Dalam Sesajen, dan Dasar Hukum Sesajen.

BAB III Bab bab ketiga ini penulis menguraikan tentang Gambaran Umum

Lokasi Penelitian yang meliputi: Geografi Desa Samudera Jaya

Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara, Kondisi Demografis Desa

Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara, Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya

Bekasi Utara.

BAB IV Sedangkan pada bab empat ini penulis akan menguraikan tentang

Sesajen dan Pengetahuan Masyarakat yang meliputi: Proses

Penggunaan Sesajen Dalam Walimatul „Ursy Pada Masyarakat Desa

Samudera Jaya, Faktor Penyebab Penggunaan Sesajen Dalam

Walimatul „Ursy Pada Masyarakat Desa Samudera Jaya, dan

Pandangan Seorang Ulama Terhadap Tradisi Sesajen Walimatul „Ursy

di Desa Samudera Jaya.

Page 22: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

14

BAB V Pada bab lima ini merupakan hasil akhir penelitian dan bab ini

meliputi Penutup dan Kesimpulan dari pembahasan bab-bab

sebelumnya.

Page 23: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

15

BAB II

SESAJEN DALAM KERANGKA BUDAYA

A. Pengertian Sesajen

Sajen menurut bahasa adalah makanan (bunga-bungaan) yang disajikan untuk

atau dijamukan kepada makhluk halus. Sedangkan menurut istilah, sajen adalah

mempersembahkan sajian dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara

simbolik dengan tujuan berkomunikasi dengan kekuatan-kekuatan ghaib, dengan

cara mempersembahkan makanan dan benda-benda lain yang melambangkan

maksud dari pada berkomunikasi tersebut.1

Sedangkan secara luas kata sesajian atau sesajen atau yang biasa disingkat

dengan „sajen‟ ini adalah istilah atau ungkapan untuk segala sesuatu yang

disajikan dan dipersembahkan untuk sesuatu yang tidak tampak namun ditakuti

atau diagungkan, seperti roh-roh halus, para penunggu atau penguasa tempat yang

dianggap keramat atau angker, atau para roh orang yang sudah mati. Sesajian ini

bisa berupa makanan, minuman, bunga atau benda-benda lainnya. Bahkan

termasuk diantaranya adalah sesuatu yang bernyawa.2

Namun sesajian atau sesajen dalam arti yang sebenarnya adalah

menyajikan hasil bumi yang telah diolah manusia atas kemurahan Tuhan

penguasa kehidupan dan mengingatkan kita bahwa ini semua adalah milik Tuhan.

1 Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, (Brunei Darussalam:

Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003), h. 2337.

2 Artikel : Ibnuabbaskendari.wordpress.com. Diakses tanggal 06 April 2010.

Page 24: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

16

Karena semuanya sudah ada ketika kita mulai diberi kehidupan, juga

menggambarkan lingkungan biotik dan abiotik yang ada dan terkandung di bumi.

Sesajen hanya berwujud segala sesuatu yang dihasilkan oleh bumi.

Utamanya yang berupa pepohonan, buah-buahan, dan sumber makanan yang lain.

Selain itu, sesajen juga mempunyai arti menurut wujud, rupa warna, dan namanya

sesuai pengertian yang diketahui oleh orang Jawa zaman dahulu.3

Abu Abdillah Ahmad mengartikan bahwa sesajen berarti sesajian atau

hidangan. Sesajen memiliki nilai sakral disebagian besar masyarakat kita. Pada

umumnya acara sakral ini dilakukan untuk memburu dan mendapatkan berkah di

tempat-tempat tertentu yang diyakini keramat atau diberikan kepada benda-benda

yang diyakini memiliki kekuatan ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-

tetuah, semacam keris trisula dan sebagainya untuk tujuan yang bersifat duniawi.

Sedangkan waktu-waktu penyajianya ditentukan pada hari-hari tertentu, temasuk

dalam acara sakral seperti pesta pernikahan.4

B. Sejarah Sesajen Walimahan

Dimasa berjayanya kerajaan Majapahit, agama Hindu tersebar ke seluruh

pelosok daerah, termasuk diantaranya Jawa. Kepercayaan Animisme dan

Dinamisme sangatlah kuat mengakar pada masyarakat Jawa. Dasar agama Jawa

(Javanisme) adalah keyakinan bahwa segala sesuatu pada hakekatnya adalah satu,

3 http://backpackermom17.wordpress.com/2010/04/23/filosofi-sesajen-offerings/. Diakses

tanggal 23 April 2010.

4 http://blog.re.or.id./sesajen-adakah –dalam-islam-aqidah. Edisi 13/Th. II 420.

Page 25: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

17

dan merupakan kesatuan hidup. Maka dari itu Javanisme meliputi lebih banyak

bidang daripada agama-agama formal yang membedakan antara bidang sakral dan

bidang profan. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut dalam

kosmos alam raya dan dengan demikian hidup manusia merupakan semacam

pengalaman religius.5 Melalui lintas sejarah perjalanan agama ini, masyarakat

setempat masih terpengaruh oleh upacara-upacara ritual diantaranya penggunaan

sesajen pada acara walimahan.

Sejarah atau asal-usul sesajen yaitu sesajen atau biasa juga disebut

upakara merupakan warisan budaya hindu dan budha yang biasa dilakukan untuk

memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu

persimpangan, dan tempat-tempat yang diyakini angker) dapat mendatangkan

keberuntungan dan menolak kesialan. Seperti: ritual menjelang panen yang

mereka persembahkan kepada Dewi Sri (Dewi padi dan kesuburan) yang

mungkin masih dipraktekkan di sebagian daerah yang ada di Indonesia misalnya

di Jawa upacara Nglarung (membuang kesialan) ke laut yang masih banyak

dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir pantai selatan Pulau Jawa tepatnya

di tepian Samudera Indonesia yang terkenal dengan mitos Nyi Roro Kidul.6

Dalam agama Hindu, upakara terdapat banyak simbol-simbol dengan

penuh memiliki makna yang tinggi, di mana makna tersebut menyangkut isi alam

5 Neils Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1984), Cet- 5, h. 31.

6 http://www.cyberforums.us/forum/showthead. Diakses pada 01 September 2006.

Page 26: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

18

dan isi permohonan manusia, untuk mencapai keseimbangan dari segala aspek

kehidupan.

Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat

yang masih mempercayainya, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari

berkah yang berasal dari sumber-sumber yang tidak jelas.pemberian sesajen ini

biasanya dilakukan ditempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai

magis yang sangat tinggi. Proses ini terjadi sudah sangat lama, bisa dikatakan

sudah berasal dari nenk moyang kita yang mempercayai adanya pemikiran-

pemikiran yang religious.kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat guna mencapai

sesuatu keinginan atau terkabulnya sesuatu yang bersifat duniawi.7

Dalam lintas sejarah, sesajen walimahan adalah sesajian lengkap yang

meliputi bermacam-macam sesajian dan bersumber dari naskah Jawa Kuno

Purwakara. Pada dasarnya sebuah ajaran kehidupan bagi manusia ada sejak

kelahiran hingga kematian. Namun, ajaran itu tidak diawali dari kelahiran

melainkan saat perkawinan dengan sajen bucalan (tumpeng moncowarno) sebagai

sesaji pertama. Sajen bucalan atau sajen yang berupa tumpeng moncowarno

diartikan sebagai penegasan keberadaan kiblat mata angin dan ditambah dengan

tumpeng megono yang berupa tumpeng (gunung) Meru yang diaduk-aduk dewa,

yang diartikan sebagai simbolisasi usaha manusia memperoleh tirta amerta (air

kehidupan) dan sumber kehidupan itu sendiri.

7 http://Warta Warga (Blog Archive) SESAJEN. Diakses pada tanggal 22/10/2009, 13:59

WIB.

Page 27: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

19

Sedangkan sajen yang kedua dalam pernikahan yang terdapat dari naskah

Jawa Kuno Purwakara yaitu sajen brokolan sajen ini berupa dawet (cendol)

potongan kelapa dan gula jawa, serta telur itik. Ini adalah simbol bersatunya

sperma dan sel telur (kelapa dan gula jawa) yang berubah menjadi benih (dawet)

dan kemudian menjadi bibit di langit (telur itik), hasil dari sebuah proses

perkawinan dan pembuahan.

Sedangkan sajen yang ketiga atau sajen yang terakhir adalah sajen banyu

kendi (air dalam kendi) yang diartikan sebagai pencarian manusia akan Tuhan,

atau pencarian nilai kelanggengan karena hanya dengan pencarian kelanggengan

itu adalah modal manusia menghadap Tuhan.8

Namun dari sejarah yang ada pada saat ini ajaran dari naskah Jawa Kuno

Purwakara tersebut ada yang masih murni mempergunakannya seperti yang

tersebut di atas ada pula yang mengembangkan isi dari sesajiannya dengan

sedemikian rupa dan berbagi macam jenis, tergantung kepada yang memiliki hajat

ketika perkawinan dilangsungkan.

C. Filosofi yang Terkandung Dalam Sesajen

Bagi orang Jawa, cita-cita luhur yang harus diraih selama mengarungi

kehidupan adalah memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Cita-cita itu

sifatnya mutlak dan melekat hampir disetiap hati nurani orang Jawa. Makanya

8 http://kompas.com/kompas.cetak/0202/06/JATENG/sajen19.htm...”Sajen. Diakses tanggal

23 April 2010.

Page 28: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

20

demi mencapai cita-cita tersebut selama menjalani laku kehidupan di dunia, orang

Jawa selalu berusaha menciptakan suasana selaras, harmoni dan sinergi sehingga

tercipta kehidupan yang tenteram dan terasa adem-ayem.

Sikap terhadap hidup dapat sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan

konsep-konsep keagamaan. Pengalaman dan pandangan orang Jawa bersifat

keseluruhan, tidak memisahkan individu daripada lingkungannya, golongnnya,

zamannya, bahkan dari alam adikoderati.

Secara turun menurun, nenek moyang orang Jawa mengajarkan bahwa

bentuk rasa syukur dan terima kasih mesti diikuti dengan tindakan bersedekah

kepada sesama makhluk kehidupan.

Ajaran nenek moyang tersebut sampai saat ini masih melekat dan dijalani.

Salah satu bentuk nyata ajaran mewujudkan rasa syukur dan terima kasih tersebut

adalah menghaturkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada

arwah leluhur dengan disertai selametan atau membuat sesaji.9

Seperti kita ketahui bahwa isi dari sesajen itu berupa hasil bumi seperti

makanan, buah-buahan, minuman, atau benda-benda lainnya. Namun dari

keseluruhan sesajian tersebut sebenarnya memiliki arti tersendiri atau terkandung

filosofi atau unsur-unsur biotik dan abiotik yang berbeda-beda, baik sesajen yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun berasal dari hewan, yaitu sebagai berikut:

9 Wahyana Giri MC, Sajen dan Ritual Orang Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2009), Cet-1, h. 43-

44.

Page 29: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

21

1. Dari tumbuh-tumbuhan

Yang berasal dari tumbuh-tumbuhan umumnya adalah berupa

makanan pokok seperti: beras yang dimasak menjadi nasi tumpeng. Kata

“tumpeng” berasal dari kata “Tumungkulo Sing Mempeng”, artinya kalau kita

ingin selamat, hendaknya kita selalu rajin beribadah. Sedangkan bentuk

kerucut pada tumpeng mengartikan bahwa semakin hari kita harus senantiasa

ingat kepada Tuhan dan tumpeng juga sebagai penjelmaan alam semesta di

mana nasi berwujud gunung dikelilingi oleh hasil bumi berupa tumbuh-

tumbuhan dan hewan darat atau air.10

Ada juga bubur panca warna yaitu bubur abang (merah), bubur putih,

bubur beras merah, ketan hitam, bubur jagung, ketan putih, kacang hijau, yang

ditempatkan di empat penjuru mata angin yang melambangkan sifat atau

elemen alam (air, api, udara, tanah, dan angkasa).

Bubur abang (merah) dan bubur putih menggambarkan bahwa bubur

abang (merah) adalah menyangkut alam nyata yaitu jasmaniah sedangkan

bubur putih menyangkut alam ghaib yaitu bathiniyah. Jadi maksudnya bubur

abang (merah) dan bubur putih dalam sesajen merupakan bentuk permohonan

keselamatan lahir batin, guna dalam menjalani hidup dan kehidupan diberikan

keberkahan di mana secara lahir diberikan rezeki yang cukup dan secara batin

mendapatkan tuntutan yang baik sesuai dengan agama.

10

http://backpakermom17.wordpress.com/2010/04/23/filosofi-sesajen-offerings/. Diakses

tanggal 23 April 2010.

Page 30: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

22

Terdapat juga makanan tambahan yaitu karak atau rengginang yang

merupakan produk makanan turunan dari padi. Biasanya dalam tumpeng juga

terdapat atau disediakan lauk-pauk sebagai pelengkap isi dari tumpeng yaitu:

orem-orem tempe, tahu, prekedel, dan lainnya hal ini menggambarkan

tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan lauk- pauk.

Cabai merah yang ditusukkan ke sebuah lidi, maksudnya untuk

pelengkap tumpeng sebagai lalaban. Warna merah pada cabai melambangkan

sifat berani, berani berusaha dan berani berjuang. Sifat berani yang positif

akan menuntun seseorang untuk mencapai kehidupan yang makmur dan

bahagia, berani dan memiliki kemauan yang keras untuk menghadapi segala

resiko kehidupan.11

Selanjutnya terdapat sayur-sayuran yang melambangkan tentang

makna hidup. Kita harus sadar di mana kita hidup, apa yang dikerjakan

selama hidup, dan kemanakah tujuan setelah mati. Selama hidup juga, kita

harus mempunyai arti bagi sesama lingkungan, agama, bangsa, dan Negara.

Dalam bermasyarakatpun kita harus bisa berbaur dengan siapa saja.

Ada pula jajanan pasar yang menggambarkan kerukunan walupun ada

perbedaan (tenggang rasa). Pisang raja gandeng juga diartikan lambang

supaya cita-cita yang kita capai senantiasa luhur agar dapat membangun

Bangsa dan Negara. Dan daun pisang sebagai pembungkus kue-kue yang akan

11

http://Gunung Jati Cirebon.com/sesajen-selametan-manten/. Diakses tanggal 21 April

2010.

Page 31: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

23

dibuat ketika acara walimahan, daun pisang dinamakan takir atau tatang pikir

yang artinya bahwa manusia dalam bertindak harus mantap dan tidakk boleh

ragu-ragu. Selain daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus kue, ada

juga yang menggunakan daun jati di mana manfaat dari daun jati itu sendiri

yaitu daunnya lebih kuat dari daun pisang dan berfungsi juga sebagai pewarna

makanan alami.

Dari tumbuh-tumbuhan yang dijadikan sesajen terdapat pula tumbuhan

seperti kelapa, sirih, pinang, tembakau, jambe, rokok, dan tidak tertinggal

yaitu kembang atau bunga setaman. Dari filosofi buah kelapa yaitu diartikan

bahwa kelapa adalah tumbuhan yang seluruh bagiannya mempunyai manfaat

bagi kehidupan manusia. Untuk daun sirih, buah pinang, tembakau, dan jambe

orang-orang Jawa zaman dahulu menggunakan tumbuh-tumbuhan ini untuk

memperkuat gigi dan filosofinya adalah agar kita tidak bertutur kata

sembarangan. Rokok yang berarti melambangkan kebutuhan sekunder

manusia bila ada pertemuan. Tumbuhan yang terakhir yaitu kembang setaman

yang artinya melambangkan raga manusia (lahir, tumbuh, mati) juga

melambangkan kerukunan.12

Kembang setaman atau bunga pada sajen memiliki suatu aroma yang

harum atau sering dihubungkan dengan keharuman. Keharuman di sini adalah

keharuman diri manusia, artinya manusia harus menjaga keharuman namanya

12

http://backpackermom17.wordpress.com/2010/04/23/filosofi-sesajen-offerings/. Diakses

tanggal 23 April 2010.

Page 32: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

24

agar tidak tercemar karena hal-hal yang bersifat sepele. Dalam konteks ini

harus mempertahankan reputasi yang dimilikinya agar ia semakin dihormati.

Bunga juga melambangkan kesucian dan sifat halus, manusia harus memiliki

rasa dan perasaan yang halus, sehingga ia peka terhadap berbagai gejala

disekelilingnya dan juga dapat menimbulkan kesusilaan batin (kesalehan

umat) yang tinggi.13

2. Filosofi yang terdapat dari hewan

Ayam utuh dipanggang (Ingkung): melambangkan pengorbanan

selama hidup, cinta kasih terhadap sesama, juga melambangkan hasil bumi

(hewan darat). Ikan melambangkan hasil bumi (hewan air), biasanya jenis

ikan yang sering dipergunakan dalam sesajen yaitu ikan bandeng di mana

filosofi yang terdapat pada ikan bandeng adalah karena ikan bandeng berduri

banyak maka melambangkann sebagai rizki yang berlimpah, dan telor

melambangkan asal mula kehidupan, dan dalam kehidupan selalu ada dua sisi

kuning-putih, lelaki-perempuan, dan siang-malam.

Hal-hal atau perlengkapan sesajen lainnya yang tidak digolongkan

kepada jenis tumbuh-tumbuhan ataupun hewan adalah air di kendi yang

artinya bahwa supaya kita selalu mempunyai hati suci dan bersih, air juga

sebagai sumber kehidupan. Dengan adanya air, kehidupan menjadi nyaman

(adem), sejahtera, dan makmur. Semua makhluk hidup baik manusia, hewan,

dan tumbuhan membutuhkan air, maka dalam hidup ini air harus selalu ada.

13

http://Gunung Jati Cirebon.com/sesajen-selametan-manten/. Diakses tanggal 21 April

2010.

Page 33: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

25

Dalam sesajen tterdapat berbagai macam air dan semuanya mempunyai

maksud yang sama yaitu memberikan kenyamanan, keselamatan, dan

kesejahteraan. Air di gelas dan bunga melambangkan air minum yang menjadi

kebutuhan hidup manusia. Minuman kopi pahit melambangkan elemen air

namun bukan suatu minuman pokok (kebutuhan sekunder) dan menjadi

minuman “persaudaraan” bila ada perkumpulan atau pertemuan.

Api dalam lampu cempor bertujuan untuk menerangi kehidupan,

sehingga tidak merasakan kegelapan tetapi hidupnya akan terarah dan lurus.

Arang yang dinyalakan melambangkan elemen berupa api yang berguna bagi

kehidupan manusia, dupa kemenyan yang artinya keharuman dan

ketenteraman juga sembah sujud dan penghantar doa kita kepada Tuhan Juga

menunjukkan eksistensi udara yang bergerak.14

Membakar dupa, mustiki setinggi kayu gaharu, kemenyan yang

harum untuk mengharumkan ruangan yang membawa ketenangan suasana

adalah suatu hal yang baik, sama ditinjau dari sudut adat ataupun agama.

Karena Rasulallah SAW menyukai wangi-wangian, baik berupa minyak

wangi, bunga-bungaan ataupun pembakaran dupa pada pendupaan.15

Kain

putih yang artinya hendaknya dalam tindakan dan ucapan harus dilandasi oleh

kebersihan hati dan fikiran.16

14

http://backpackermom17.wordpress.com/2010/04/23/filosofi-sesajen-offerings/. Diakses

tanggal 23 April 2010.

15

Sjafi‟i Hadzani, Seratus Masalah Agama, (Kudus: Menara Kudus, 1982), h. 35.

16

http://lontarindung.wordpress.com/2010/08/24/makna-dan-arti-sesajen/. Diakses tanggal

24 Agustus 2010.

Page 34: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

26

D. Dasar Hukum Sesajen

Munculnya sesaji atau sajen dengan uborampe-nya (perlengkapan sesajen)

ini bagi orang yang tidak memahami terkadang diartikan negatif dan minor.

Padahal asal-muasal sesaji dan uberampe selametan diadakan semata

dimaksudkan sebagai bentuk sedekah kepada seluruh kerabat, keluarga, tetangga,

juga seluruh makhluk Tuhan.

Proses sedekah dilakukan manakala do‟a syukur dan ucapan terima kasih

usai dilakukan, maka sajen dan uborampe-nya (perlengkapan sesajen) akan ditarik

untuk dinikmati bersama atau dibagi-bagikan kepada yang berhak. Tentu saja

niat dalam hati orang melakukan sedekah dalam konteks ini masih dalam rangka

untuk mencipta keselarasan, sinergi, dan harmoni.

Oleh orang Jawa peristiwa menghaturkan do‟a syukur dan terima kasih

disertai dengan memberi sedekah berupa sajen lengkap dengan uborampe-nya itu

disebut dengan memule leluhur. Biasanya memule leluhur ini oleh orang Jawa

diikrarkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Sahabat Nabi, para Wali, tokoh-

tokoh masyarakat, dan Danyang Penguasa Teritorial (sungai ,gunung, pertanian,

laut).17

Pada dasarnya budaya dan ritual ini tidak terlepas dari nuansa dan muatan

kesyirikan. Kesyirikan ini sangat terkait dengan tujuan, maksud atau motifasi

dilakukannya ritual sajenan tersebut.

17

Wahyana Giri MC, Sajen dan Ritual Orang Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2009), Cet-1, h. 44.

Page 35: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

27

Dalam hal ini, lurus berakidah dan bertauhid, serta agama yang toleran

pada sisi amal perbuatan dan pembuatan syari‟at. Lawan dari dua hal ini (agama

yang bertauhid dan toleransi) adalah syirik dan mengharamkan yang halal.

Sebagaimana hadits berikut ini:

Artinya: “Sesungguhnya aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dengan agama

yang lurus. Namun, kemudian datanglah syaithon dan membolehkan

agama mereka, dengan mengharamkan apa yang telah Aku halakan,

dan menyuruh mereka untuk mempersekutukan Aku dengan apa yang

Aku tidak memberikan kepadanya kekuasaan sedikitpun”.(HR.

Ahmad).19

Dalam budaya yang bermuatan syirik tersebut, rinciannya adalah sebagai

berikut:

1. Jika melakukan ritual sajenan ini dengan menyajikan dan mempersembahkan

sesajian apapun bentuk bendanya kepada selain kepada Allah SWT, baik

benda mati ataupun makhluk hidup dengan tujuan untuk penghormatan dan

pengagungan, maka persembahan ini termasuk bentuk taqorrub (ibadah) dan

ibadah ini tidak boleh ditujukkan kepada selain Allah. Seperti, untuk roh-roh

orang sholeh yang telah wafat, makhluk halus penguasa dan penunggu

18

Al-Hafidz Abi Al-Qosim At-Thabrani, Mu’jam Al-Kabir Lithabrani, (Maktabah al-Ulum

wa Hukum,1983), Juz 17, h. 358, no Hadits 987.

19

Yusuf Al-Qaradhawi, Halal Haram dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,

2005), Cet-2, h. 29.

Page 36: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

28

tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat atau angker, maka perbuatan

ini merupakan kesyirikkan dengan derajat syirik akbar yang pelakunya wajib

bertaubat dan meninggalkannya karena ia terancam kafir atau murtad. Allah

SWT berfirman dalam surat Al-An‟am ayat 162-163.

Artinya: “Katakanlah,” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam (Al-An’am: 162).

Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintah dan aku

orang yang pertama-tama berserah diri (muslim) (Al-An’am: 163).

2. Bila ritual ini dilakukan atas dasar rasa takut kepada roh-roh atau makhluk-

makhluk tersebut terhadap gangguan atau kemarahannya, atau takut bahaya

yang akan menimpa karena kuwalat disebabkan menyepelekannya, atau

dengan maksud agar bencana yang sedang terjadi segera berhenti atau

malapetaka yang dikhawatirkan tidak akan terjadi, atau untuk tujuan agar

keberuntungan dan keberhasilan serta kemakmuran segera datang

menghampiri, maka dalam hal ini ada dua hal yang harus dikritisi:

- Rasa takut adalah ibadah hati. Setiap ibadah tidak boleh ditujukan kepada

selain Allah SWT, karena ibadah adalah hak mutlak Allah SWT semata

dan Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 175.

Page 37: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

29

Artinya: “Sesungguhnya mereka itu hanyalah syaithon yang hanya menakut-

nakuti teman-teman setianya. Maka janganlah kamu takut kepada

mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang

yang beriman” (Al-Imran: 175).

- Keyakinan bahwa ada makhluk yang mampu memunculkan marabencana,

bahaya, atau malapetaka serta bisa mendatangkan keberuntungan,

kemakmuran, dan kesejahteraan maka keyakinan seperti ini merupakan

keyakinan syirik, karena meyakini adanya tandingan bagi Allah SWT

dalam hak rububiyyah-Nya berupa hak mutlak Allah dalam memberi dan

menahan suatu manfaat (kebaikan atau keberuntungan) maupun mudhorot

(celaka atau bencana).20

Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat

106-107.

Artinya: “Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan

mereka mempersekutukan-Nya. Apakah mereka merasa aman dari

kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka atau kedatangan kiamat

kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?”.

(QS. Yusuf (12): 106-107).

Keyakinan yang menimbulkan syirik seperti yang dilakukan oleh

kaum Yahudi dijelaskan dalam sebuah hadits yaitu:

20

Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com. Diakses 06 April 2010.

Page 38: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

30

Artinya: “Janganlah kamu melakukan perbuatan sebagaimana kaum Yahudi

lakukan. Dan janganlah kamu menghalalkan larangan-larangan

Allah dengan siasat murahan”. (HR. Abu Daud).22

3. Namun apabila melakukan ritual sajenan ini hanya bertujuan sekedar untuk

menghidangkan santapan bagi para roh tersebut dengan anggapan bahwa para

roh tersebut akan datang kemudian menyantapnya, maka ini merupakan

anggapan yang keliru dari beberapa sisi yaitu:

- Jika meyakini yang datang dan menyantapnya adalah roh-roh orang yang

telah mati (seperti roh para leluhur), maka ini bertentangan dengan dalil-

dalil hadits yang menjelaskan tentang alam barzakh (kubur) bahwa

keadaan para hamba yang dicabut nyawanya ada dua bentuk. Jika ia

termasuk hamba yang baik ban beruntung, maka ia mendapat nikmat

kubur yang cukup dari Tuhan-Nya sehingga tidak perlu keluar dari kubur

untuk mencari nikmat tambahan. Namun, bila ia termasuk hamba yang

celaka lagi berdosa, maka siksa kubur yang akan ia dapatkan dari Allah

sehingga tidak mungkin baginya untuk bisa lari dari siksa-Nya.

- Apabila meyakini bahwa yang datang dan menyantap sajian tersebut

adalah para roh dari kalangan makhluk halus (jin/syaithon), maka

21

Imam Hafidz Sulaiman ibn Al-Sajastaani, Shahih Sunan Abi Daud, (Riyadh: Maktabah Al-

Ma‟arif Linnasyri wa Al-Tauzi‟, 1998), Jilid 2, h. 146.

22

Yusuf Al-Qaradhawi, Halal Haram dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,

2005), Cet-2, h. 39.

Page 39: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

31

perbuatan tersebut merupakan hal yang sia-sia dan mubazir, karena Allah

SWT dan Rosul-Nya tidak pernah memerintahkan demikian dan juga

karena perbedaan jenis makanan manusia dan jin. Dalam hal ini Allah

berfirman dalam surat Al-Isro ayat 26-27.

Artinya: “Dan janganlah engkau berbuat mubazir (Al-Isra: 26).

Sesungguhnya orang yang berbuat mubazir adalah saudara-saudara

syaithon. (Al-Isra: 27)”.23

Jika ada diantara kita mengatakan bahwa sajian dan santapan yang

dihidangkan untuk para roh orang yang telah meninggal benar-benar

berkurang atau bahkan habis, maka ini tidak lepas dari dua kemungkinan.

Pertama, bisa jadi diambil atau dimakan makhluk yang kasat mata dari

kalangan manusia atau hewan. Dan kedua, bisa jadi pula diambil dan dicuri

oleh makhluk yang tidak kasat mata dari kalangan jin.

23

Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com. Diakses 06 April 2010.

Page 40: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

32

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Geografi Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara

Kota Madya Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun

1950 tentang pembentukan dasar-dasar Kabupaten dalam lingkungan Provinsi

Jawa Barat dan tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkan sebagai lahirnya Kota Madya

Bekasi yang cukup pesat, maka berdasarkan PP No. 48 Tahun 1981 dibentuk

Kota Administratif Bekasi yang meliputi 4 wilayah kecamatan, yaitu Bekasi

Barat, Bekasi Timur, Bekasi Selatan dan Bekasi Utara. Dan berdasarkan UU No.

9 Tahun 1996 tanggal 16 Desember 1996 Kota Administratif Bekasi ditinggalkan

statusnya menjadi Kota Madya Bekasi.

Setelah terbentuknya Kota Madya Bekasi (sekarang Kota Bekasi), maka

wilayah Administrasi Kabupaten Bekasi menjadi 15 Kecamatan dan 187 Desa

dengan wilayah yang semula 148.437 Ha menjadi 127.388 Ha, dan berdasarkan

Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2001 wilayah Kota Madya Bekasi terbagi

menjadi 23 Kecamatan.1

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bekasi

Lokasi : 1060

4828 – 1070

2729 BT, dan 600 106 – 60306 LS

Suhu rata-rata : 280C – 32

0C

Kelembaban : 80%

1 Google, @-Yahoo.com

Page 41: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

33

Ketinggian : 6- 115 m dpl

Curah Hujan : 1.501 mm/tahun

Hari Hujan : 85 hari

Luas Wilayah : 1.273,88 km2

Jumlah Kecamatan : 23

Jumlah Desa : 187

Jumlah Penduduk : 1.866.791 jiwa

Kepadatan : 1.465 jiwa/km2

Jumlah Keluarga : 457.944.2

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 1981

Kecamatan Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administrasi Bekasi yang

meliputi 4 Kecamatan: Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Bekasi

Utara. Dari keempat Kecamatan itu terdiri dari 18 Kelurahan dan 8 Desa.

Pemekaran itu dilakukan atas tuntutan masyarakat perkotaan yang memerlukan

adanya pelayanan khusus. Pembentukan Kota Administrasi Bekasi digelar pada

tanggal 20 April 1982 yang dihadiri Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Adapun

yang menjabat sebagai Walikota Administrasi Bekasi adalah Drs. Andi R Sukardi

hingga 1988, dan digantikan oleh Drs. H. Kailani AR.

Selain itu, perkembangan yang ada telah menunjukkan bahwa Kota

Administrasi Bekasi mampu memberikan dukungan penggalian potensi di

wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dan untuk mendukung

2 Google, @-Yahoo.com

Page 42: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

34

jalannya roda pemerintahan, maka keluarlah UU Nomor 9 Tahun 1996 yang

mendukung berubahnya Kota Administrasi Bekasi menjadi Kotamadya Daerah

Tingkat II Bekasi.

Sedangkan wilayah kerja Eks Kota Administrasi Bekasi meliputi

Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Timur dan ditambah

wilayah kerja Pondok Gede, Jati Asih, Bantar Gebang serta Kecamatan pembantu

Jati Sampurna. Kesemuanya itu meliputi 23 Desa dan 27 Kelurahan. Pejabat

walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi dijabat oleh Drs. H. Kailani AR

selama 1 tahun. Selanjutnya, dijabat secara difinitif oleh Drs. H. Nonon Sonthanie

yang terhitung sejak tanggal 23 februari 2003.3

Seiring waktu perjalanan Pemko Bekasi mengalami pemekaran kembali.

Itu didukung oleh Perda Pemko Bekasi Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Wilayah Administrasi kecamatan dan kelurahan, maka wilayah

Administrasi Kota Bekasi menjadi 12 Kecamatan dan 56 Kelurahan. Semua itu

ditempuh untuk meningkatkan pelayanan dan mengayomi masyarakat yang ada di

wilayah Administrasi Kota Bekasi. Tak lama kemudian, terbitlah keputusan

DPRD Kota Bekasi Nomor 37-174.2/DPRD/2003 tertanggal 22 Februari 2003

tentang penetapan walikota Bekasi dan wakilnya periode 2003-2008. Yang

dilanjutkan dengan keputusan Mendagri bernomor: 131.32-113 Tahun 2003

tentang Pengesahan Walikota Bekasi, Jawa Barat. Dan Keputusan Mendagri Surat

3 Google, @-Yahoo.com

Page 43: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

35

Keputusan Nomor: 132.32-114 Tahun 2003 tentang Pengesahan Walikota Bekasi,

Jawa Barat, H Akhmad HR, S.Sos., yang didampingi oleh Mochtar Mohamad.4

Pada tahun 2010 diadakan lagi sensus penduduk di kota Bekasi dan

mencatat 2,3 juta penduduk kota Bekasi dengan Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) sebesar 3,4%. Dan hasilnya adalah Kecamatan Bekasi Utara menempati

urutan pertama dalam jumlah penduduk terbanyak, mencapai 304.005 jiwa.5

Adapun gambaran umum Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya

Bekasi Utara dilihat dari hasil data geografis yang diperoleh dari kantor Desa

Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara yaitu Desa Samudera Jaya

mempunyai luas 752 Ha terdiri dari tanah daratan dan perairan dengan batas

wilayah:

Sebelah Utara : berbatasan dengan laut Jawa

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Pantai Setia

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Segera Jaya

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Buni Bakti

Sedangkan letak geografisnya ada pada ketinggian tanah dari permukaan

laut 0,55 m, banyaknya curah hujan 1500mm/Hm, topografi dari daratan rendah

tinggi pantai –mm/Hm dengan suhu udara rata-rata 26cc.

4 Google, @-Yahoo.com

5 Provil Kota Bekasi, http://bataviase.co.id/node/256738. Diakses pada tanggal 19 Januari

2011.

Page 44: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

36

B. Kondisi Demografis Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi

Utara

Untuk keadaan atau kondisi demografis yang terdapat di Desa Samudera

Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara itu sama halnya dengan kondisi

demografis yang terdapat pada wilayah-wilayah lainnya. Setiap tahun selalu

terdapat peningkatan jumlah penduduk, tidak hanya itu pembangunan secara

fisikpun meningkat sesuai dengan perkembangan, baik dari segi tingkat ekonomi

maupun teknologi.

Data yang diperoleh dari kantor Desa Samudera Jaya sampai 2010 yaitu

meningkatnya perkembangan demografis masyarakat Desa Samudera Jaya.

Jumlah penduduk mencapai 4.955 jiwa, terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak

2.466 jiwa, jumlah perempuan 2.489 jiwa ,dan jumlah kepala keluarga sebanyak

1.330 jiwa.

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan

Taruma Jaya Bekasi Utara

Dari data yang diperoleh sepanjang tahun 2010 perkembangan jumlah

penduduk yang ada di Desa Samudera Jaya mencapai: 4.955 jiwa, dan jumlah

kepala keluarga mencapai 1.330 jiwa. Sedangkan kompilasi penduduk

berdasarkan mata pencaharian yaitu:

Page 45: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

37

Tabel 3.1

Kompilasi penduduk berdasarkan matapencaharian

No Pekerjaan Jumlah Pekerja

1 Petani 829 orang

2 Buruh tani 122 orang

3 Pertukangan 37 orang

4 Nelayan 133 orang

5 Wiraswasta 463 orang

6 TNI 4 orang

7 PNS 15 orang

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

Dari data demografis yang ada sepanjang tahun 2010 untuk

matapencaharian penduduk di Desa Samudera Jaya, maka jumlah petani sebanyak

829 orang yang mendominasi jumlah terbanyak matapencaharian masyarakat

Desa Samudera Jaya.

Tabel 3.2

Mutasi penduduk berdasarkan komposisi

Data Jumlah

Lahir 56 orang

Meninggal 5 orang

Datang 74 orang

Pindah 18 orang

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

Page 46: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

38

Masyarakat di Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi

Utara ini mayoritas penduduknya dari keturunan Jawa, di mana masih kental

dengan adat dan budaya. Misalnya, dalam masalah sesajen yang digunakan pada

saat melangsungkan walimatul „ursy. Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk

kehidupan bersama yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu

yang cukup lama, sehingga menghasilkan kebudayaan,6 seperti budaya sesajen di

Desa Samudera Jaya.

Dalam bidang sosial, masyarakat Desa Samudera Jaya termasuk

masyarakat yang masih kompak dalam hal gotong-royong. Karena masyarakat

Desa Samudera Jaya menganut sistem kekerabatan bilateral sebagaimana

masyarakat Jawa pada umumnya. Kelompok kekerabatan bilateral seseorang

ditelusuri melalui garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu. Seluruh kerabat

yang berasal dari keturunan yang sama, baik laki-laki maupun perempuan,

saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sepupu dimasukkan kategori “saudara”

(sedulur).7

1. Bidang Keagamaan

Masyarakat Desa Samudera Jaya adalah pemeluk agama Islam, maka

ada beberapa masjid atau musholah yang dipergunakan sebagai majlis ta‟lim

dari tingkat anak-anak sampai tingkat ibu-ibu. Kehidupan secara agama di

Desa Samudera Jaya juga berjalan dengan cukup baik walaupun adanya

6 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),

Cet-6, h. 91.

7 H. Geert, Keluarga Jawa,(Jakarta: PT. Temprint, 1985) Cet-3, h.28.

Page 47: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

39

tradisi sesajen dalam pelaksanaan walimatul „ursy namun hal itu tidak

menghalangi jalannya peribadatan dan kepercayaan dalam agama Islam.

Untuk mendukung pelaksanaan ibadah di Desa Samudera Jaya tersedia

tempat-tempat ibadah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Samudera Jaya

No Sarana

Peribadatan

Jumlah Keterangan

1 Masjid 3

2 Musholla 7

3 Wihara _

4 Gereja _

5 Pura _

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

2. Bidang Pendidikan

Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Samudera Jaya memang sangat

minim sekali karena hanya tersedia sekolah tingkat PAUD dan SD saja,

namun keterbatasan yang sedemikian tidak menghalangi proses jalannya

pendidikan yang lain. Karena untuk menjalankan atau meneruskan pendidikan

kejenjang SLTP/MTs, SMA/MA, bahkan ke perguruan tinggi bisa keluar dari

Desa Samudera Jaya.

Page 48: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

40

Tabel 3.4

Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Samudera Jaya

No Nama Sekolah Jumlah

1 SDN 4 Unit

2 Diniyah 4 Unit

3 PAUD 2 Unit

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

Jumlah tingkat pendidikan masyarakat Desa Samudera Jaya

1. Lulusan pendidikan umum

TK : 11 orang

SDN : 812 orang

SMP : 671 orang

SMA : 496 orang

Akademi (D1-D3) : 120 orang

Sarjana (S1-S3) : 38 orang

2. Lulusan pendidikan khusus

Pondok Pesantren : 214 orang

Madrasah : 119 orang

Kursus/keterampilan : 93 orang.8

8 Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi.

Page 49: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

41

BAB IV

SESAJEN DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT

A. Proses Penggunaan Sesajen Dalam Walimatul ‘Ursy Pada Masyarakat Desa

Samudera Jaya

1. Pengetahuan Sesajen Pada Masyarakat Desa Samudera Jaya

Masyarakat Desa Samudera Jaya mengartikan bahwa sesajen adalah

berupa suguhan yang tidak diperbolehkan, karena menyuguhkan terhadap hal

yang ghaib dan tidak terlihat secara kasat mata. Tetapi semua itu tergantung

pada niat masing-masing orang yang mempercayai dan menggunakannya,

kalau sekedar untuk menghargai keberadaan makhluk lain maka hal demikian

dibolehkan.1

Sesajen merupakan syarat untuk melengkapi isi pendaringan dan

digunakan pada acara-acara tertentu termasuk pada saat walimahan. Tradisi

sesajen yang dipercayai oleh masyarakat Desa Samudera Jaya sebenarnya

berasal dari Jawa, karena masyarakat yang pertama ada di Desa Samudera

Jaya adalah orang Jawa maka dari itu tradisi ini diabadikan dan dijadikan

ritual adat pada saat mengadakan acara walimatul „ursy.2

1 Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011.

2 Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011.

Page 50: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

42

Namun dilengkapi lagi pengertian sesajen oleh orang yang biasa

bertugas menunggu pendaringan (ngandang beras) pada saat walimatul „ursy,

ibu Rodiah yang memegang peranan penting pada acara walimatul „ursy

mengatakan bahwa sesajen adalah isi sesajian yang terdiri dari nasi tumpeng,

nasi putih, nasi kuning, rokok djinggo atau lisong, kue atau jajanan pasar

sebanyak tujuh rupa, pisang, dan banyak jenis makanan lain yang disediakan

pada waktu-waktu tertentu.3 Dilengkapi lagi makna sesajen oleh ibu Jami

yang mempunyai peranan yang sama dengan ibu Rodiah, yaitu sesajen

diartikan pemberian suguhan berupa makanan dan minuman kepada orang

yang telah meninggal dunia. Kalau zaman dahulu sesajen sering disebut

ancak, tetapi sesajen atau ancak sama saja. Makanan dan minuman yang

disediakan untuk sesajen tergantung kepada yang disukai orang yang sudah

meninggal tersebut.4

Dalam pengetahuan masyarakat Desa Samudera Jaya tentang sesajen

menurut bapak Lihan sebagai petua dan sesepuh Desa Samudera Jaya

menjelaskan bahwa tidak semua masyarakat Desa Samudera Jaya mengetahui

sesajen, terutamanya sesajen yang digunakan pada acara walimatul „ursy.

Karena pada masyarakat Desa Samudera Jaya juga tidak semua berasal dari

keturunan Jawa, kalau diklasifikasikan mungkin hampir 65% masyarakat

3 Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011.

4 Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya,

tgl 18 Februari 2011.

Page 51: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

43

Desa Samudera Jaya yang berasal dari keturunan Jawa dan 35% lagi

masyarakat dari etnis lain betawi misalnya. Dan untuk masyarakat yang

keturunan Jawa sudah pasti semuanya mengetahui tentang tradisi sesajen yang

digunakan pada saat walimatul „ursy. 5

Pengetahuan masyarakat Desa Samudera Jaya tentang sesajen menurut

bapak Makmur selaku petua dan paranormal Desa Samudera Jaya juga

membenarkan bahwa sekarang ini masyarakat yang berada di Desa Samudera

Jaya tidak semua mengetahui, karena tradisi sesajen ini agak sedikit tergeser

keberadaannya. Hal tersebut karena sesuai berkembangnya zaman. Jadi, ada

generasi mudanya yang menganggap hal semacam itu adalah perbuatan yang

mubazir dan hanya membuang-buang biaya saja. Tidak seperti pola fikir

orang-orang tua yang masih hidup pada saat ini, orang tua menganggap tidak

baik kalau kita tidak menghargai peninggalan tradisi sesajen karena sesajen

banyak menjelaskan tentang ajaran-ajaran menghargai sesama makhluk baik

yang nampak ataupun tidak nampak. Namun, masyarakat yang menggunakan

sesajen tetap saja masih dikategorikan mayoritas.

Tidak hanya mengetahui arti dari sesajen saja, masyarakat Desa

Samudera Jaya menjadikan sesajen merupakan sebuah tradisi.6 Menurut bapak

Lihan sesajen memang sudah dijadikan tradisi oleh masyarakat Desa

5 Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011.

6 Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011.

Page 52: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

44

Samudera Jaya terutama untuk acara walimatul „ursy. Alasannya sangat

banyak sekali, diantaranya untuk meminta berkah dan terhindar dari

gangguan-gangguan yang tidak diinginkan pada saat walimahan berlangsung.7

Menurut bapak Makmur bahwa sesajen memang benar sudah

dijadikan tradisi, walaupun pada kenyataanya sekarang ini ada yang tidak

menggunakannya lagi tetapi tetap saja yang menggunakan mempunyai

kedudukan terbanyak karena masih banyak orang tua yang tahu tentang tradisi

sesajen ini yang masih hidup.8

Hal tersebut dipertegas juga oleh bapak Lihan yang berkedudukan

sebagai orang yang benar-benar dituakan oleh masyarakat Desa Samudera

Jaya. Orang-orang tua yang masih hidup mewariskan tradisi sesajen walimatul

„ursy kepada anak cucunya atau keturunan-keturunan selanjutnya.9

Bapak Makmur juga mengatakan ada alasannya mengapa sesajen

sampai dijadikan tradisi yaitu sejak berdirinya Desa Samudera Jaya penduduk

yang ada pada saat itu adalah berasal dari keturunan Jawa, di mana

sebenarnya tidak hanya ketika ada walimatul „ursy saja masyarakat yang ada

di Desa Samudera Jaya menggunakan sesajen tetapi dalam hal lain juga. Hal

tersebut dinyatakan berdasarkan pengetahuan sejarah bapak Makmur tentang

masyarakat yang berada di Desa Samudera Jaya. Seperti ketika menempati

7 Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011. 8 Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011. 9 Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011.

Page 53: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

45

rumah baru biasanya di dalam rumah itu ditaruh sesajen yang terdiri dari

makanan dan minuman yang disukai oleh leluhur yang mereka percayai, tetapi

itu hanya ritual kecil tidak seperti perlengkapan sesajen yang digunakan pada

saat walimatul „ursy.

Jadi, alasan yang paling mendasarnya yaitu karena pada saat

mengadakan walimatul „ursy biasanya sama seperti orang yang mengadakan

pesta atau syukuran dan banyak sekali terdapat makanan-makanan, dan dari

hal tersebut orang yang mengadakan walimahan merasa sedih kalau orang tua

yang sudah meninggal tidak turut menikmati kebahagiaan tersebut. Dan

akhirnya dengan suguhan sesajenlah mereka percaya kalau orang-orang

tuanya juga ikut menikmati syukuran dalam walimahan tersebut.10

2. Persiapan Untuk Pelaksanaan Sesajen Walimatul ‘Ursy

Bagi orang Jawa upacara tradisi, ritual selametan ataupun gelar sajen

(sesaji) adalah peristiwa yang sudah diakrabi sejak lahir. Setiap orang Jawa

yang lahir sudah diperkenalkan dengan ritual selametan kelahiran dengan

segala ubo rampe (perlengkapannya).11

Seperti halnya dengan sesajen yang

disiapkan untuk acara walimatul „ursy pada masyarakat Desa Samudera Jaya.

Menurut ibu Rodiah, untuk persiapan sesajen biasanya sudah

diserahkan kepada orang yang akan menunggu pendaringan (ngandang beras).

10

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011.

11

Wahyana Giri MC, Sajen dan Ritual Orang Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2009), Cet- 1, h.

49.

Page 54: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

46

Dan ada syarat khusus untuk orang yang akan menunggu pendaringan

(ngandang beras) yaitu menguasai doa-doa yang akan dipanjatkan, dan puasa

dari hari H (dimulainya hajatan) sampai acara selesai. Orang yang mempunyai

hajat biasanya hanya menyerahkan uang sesuai yang akan dibutuhkan atau

dibelanjakan oleh yang akan menunggu pendaringan (ngandang beras). Dan

ibu Rodiah yang bertugas menunggu pendaringan tersebut akan

membelanjakannya 1 atau 2 hari sebelum hari H (dimulainya hajatan).12

Sama halnya dengan ibu Jami yang mempunyai tugas yang sama

dengan ibu Rodiah ketika ada acara walimatul „ursy. Menurut ibu Jami selain

persiapan yang telah dijelaskan oleh ibu Rodiah banyak sekali persiapan yang

lebih spesifik yang harus dibelanjakan untuk perlengkapan sesajen yaitu

makanan dan minuman yang disediakan untuk sesajen berupa jajanan warna

pitu (roti, bolu, rengginang, kupat atau kupat lepet, pisang raja, pisang ambon,

pisang emas), serutu dan kinangan untuk merokok dan nginang, tumpeng

iwak (ikan) lengkap dengan bekakak ayam, bubur merah putih dalam takir

terbuat dari daun pisang, cabai merah dan bawang merah ditusuk pada sebuah

lidi pelengkap lalaban.

Ada beberapa perlengkapan lagi yang biasa disiapkan oleh penunggu

pendaringan yaitu ibu Jami meracik jenis minuman yang biasa disebut

wedang lima yang isinya (air kopi manis dan kopi pahit, teh manis dan teh

pahit, dan air putih), rujak pisang (campuran gula merah dan pisang diiris dan

12

Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011.

Page 55: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

47

diberi air panas), air putih dalam kendi dan kendinya ditutup telur yang

bermaksud biar adem, lampu atau cempor (lampu dari kaleng yang diberi

minyak tanah dan sumbu atau kapas), dupa (ukup berisi areng yang menyala

dan diberi menyan), dan yang terakhir adalah kembang tujuh rupa (seperti

kembang kingkong, kembang melati, kembang mawar merah dan putih,

kembang kantil, kembang kenanga, dan kembang sepatu.13

Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli perlengkapan sesajen

pada saat walimatul „ursy menurut ibu Rodiah dan ibu Jami yang biasa

bertugas sebagai penjaga pendaringan (ngandang beras), biasanya minimal

Rp.350.000 sampai mencapai Rp.500.000. Biasanya untuk perlengkapan

pendaringan lainnya itu buah apel, jeruk, pisang ambon, nanas, pepaya,

bekakak ayam, ikan bandeng sepasang, rujakan (gula batu atau gula jawa,

pisang emas, pisang raja), kue onde, kekoleh (wajik muda), teh manis, teh

pahit, dan beras 1 gantang (10 liter). Biaya tersebut sudah termasuk upah

untuk orang yang akan menunggu pendaringan (ngandang beras).

Setelah semua perlengkapan tersebut dibeli dan dipersiapkan tugas

selanjutnya untuk penunggu pendaringan (ngandang beras) yaitu meracik

sesajen. Untuk penjaga pendaringan tidak boleh sembarangan orang dan

penjaga pendaringan adalah orang yang telah dituakan oleh masyarakat Desa

Samudera Jaya. Orang yang dituakan tersebut adalah orang yang betul-betul

13

Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya,

tgl 18 Februari 2011.

Page 56: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

48

memahami bagaimana tata cara dalam sesajenan dan mengerti doa-doa dalam

sesajenan, karena tugasnya berat yaitu menunggu api yang ada pada sesajen

atau pendaringan tidak padam, api pada lampu harus nyala terus dan

pendaringan harus ditutup rapat dengan kain putih (lawon).14

Ibu Jami biasa meracik sesajen pada hari H (dimulainya hajatan) atau

ada juga yang meminta meraciknya satu hari sebelum hari H, tergantung

kemauan yang punya hajat. Setelah diracik atau disiapkan maka sesajen

tersebut langsung ditaruh di empat tempat yaitu: dapur, pendaringan

(ngandang beras), jalanan atau perempatan yang dianggap angker, dan tarub

(tenda yang dipasang ketika ada acara hajatan).15

Begitu halnya dengan ibu Rodiah, meracik sesajen tergantung niatan

yang punya hajat. Ada yang meracik sesajen 2 hari atau 1 hari sebelum hari H

(dimulainya hajatan) dan ada juga yang meraciknya ketika hari H-nya atau pas

hajatan dimulai. Tetapi kebanyakan 1 hari sebelum acara walimahan dimulai

sesajen sudah diracik.

Dalam meracik sesajen sebenarnya ada persiapan khusus, menurut ibu

Jami persiapannya itu puasa setelah belanja keperluan sesajen, sambil

disiapkan dan memisah-misahkan itu dianjurkan sudah mulai puasa. Puasanya

sama seperti puasa sunnah lainnya hanya niatnya yang berbeda, dan niat

14

Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011. 15

Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya,

tgl 18 Februari 2011.

Page 57: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

49

tersebut dipersembahkan kepada yang mempunyai hajat, puasa tersebut juga

dilakukan 2 sampai 3 hari.

Ibu Rodiah memperjelas tentang persiapan meracik sesajen tersebut

yaitu puasa untuk penjaga pendaringan dan ada doa-doa khusus yang

dipanjatkan dan doa tersebut hanya bertujuan supaya orang-orang yang

diundang ingat kepada yang mengundang. Salah satu doanya adalah sebagai

berikut: “sing ujung putra ginggih, sing girang putra ganggah, sing tengah

pancuran putra dewata….”, maksudnya adalah semua orang mengalir

bagaikan air dari segala penjuru menghadiri acara selametan (walimatul „ursy)

dan membawa sumbangan sehingga rezeki mengalir banyak, dan makanan

selalu siap tidak kehabisan.16

Setelah semua sesajen disiapkan kemudian tibalah saatnya

pelaksanaan, proses pelaksanaan sesajen berlangsungnya ketika hajatan

dimulai, sore hari sebelum mangkat atau hajatan semua barang-barang dan

kebutuhan sesajen yang sudah dibeli dipersiapkan untuk dipisah-pisahkan dan

diberi doa kemudian ditaruh diempat tempat yang disebut sebagai penjuru

angin. Dan biasanya prosesnya sampai 2 atau 3 hari semenjak mulai mangkat

disebut juga hari H sampai hajatan selesai.17

16

Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011.

17

Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya,

tgl 18 Februari 2011.

Page 58: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

50

Untuk persiapan secara teknisnya dalam pelaksanaan walimatul „ursy

ibu Rodiah biasanya menempatkan sesajen dinampan atau teblok atau

menggunakan bakul anyaman yang isinya: tujuh macam jenis makanan,

pisang, kelapa, rokok, beras, cabai merah, dan lain-lain sesuai yang

mempunyai hajat. Untuk waktu yang dibutuhkan dalam menyuguhkan sesajen

masyarakat Desa Samudera Jaya biasanya 3 hari 2 malam.

Dalam penempatan sesajen ketika walimatul „ursy berlangsung

menurut ibu Rodiah sajen ditempatkan diempat penjuru yaitu dapur,

pendaringan (ngandang beras), tarub, dan kali atau perempatan jalan. Tujuan

secara umumnya yaitu supaya makhluk selain manusia yang ada ditempat-

tempat tersebut tidak mengganggu orang yang sedang mengadakan

walimahan, dan karena kita meyakini manusia juga bersahabat dengan alam

maka ditaruhnya sesajen juga sebagai wujud terima kasih terhadap alam

sekitar.18

Tempat-tempat tersebut adalah dapur yang diartikan sebagai simbol

keselamatan dan kelancaran dalam mengolah makanan dan bertujuan supaya

makanannya matang dan tidak akan kehabisan. Kedua, pendaringan atau

ngandang beras tempat untuk ditaruhnya beras untuk dimasak. Ketiga, tarub

yang bertujuan untuk mengundang rezeki, ngundang welas asih (orang-orang

akan kasihan dan akhirnya banyak yang datang mendoakan dan memberi

18

Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011.

Page 59: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

51

sumbangan). Sajen yang terakhir yaitu di kali atau jalanan yang bertujuan

supaya terhindar dari gangguan-gangguan makhluk lain.19

Sesajen khusus pengantin biasanya sudah dipisahkan dan ditaruh di

kamar pengantin. Sesajennya hampir sama dengan yang ada di dapur dan

sesajennya terdiri dari dupa pengantin yang harum, kembang setaman untuk

mandi, beras secukupnya untuk bubur sengkolo sebanyak lima piring, satu

buah kelapa gundul, gula jawa secukupnya, pisang raja setangkep, benang

lawe, kaca kecil dan bedak, bumbu kinang, bumbu pawon, jajanan pasar tujuh

rupa, kembang tujuh rupa, telur ayam, tikar sembahyangan, beras 1 gantang

(10 liter), kain putih setengah meter untuk tutup sesajian tersebut.20

Sama halnya yang dikatakan oleh ibu Jami dan sesajen khusus yang

diletakkan di kamar pengantin tersebut kemudian diserahakan kepada perias

atau orang yang merias pengantin setelah acara walimatul „ursy selesai.21

19

Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya,

tgl 18 Februari 2011.

20

Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011.

21

Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya,

tgl 18 Februari 2011.

Page 60: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

52

B. Faktor Penyebab Penggunaan Sesajen Dalam Walimatul ‘Ursy Pada

Masyarakat Desa Samudera Jaya

1. Faktor Budaya Masyarakat Desa Samudera Jaya

Masyarakat senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas

internalnya. Ditingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, dan kultur.

Ditingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi,

ditingkatt mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual.

Masyarakat bukan sebuah kesatuan fisik (entiry), tetapi seperangkat proses

yang saling terkait bertingkat ganda. Hal ini seperti dinyatakan Edward Shils.

Masyarakat adalah fenomena antar waktu. Masyarakat terjelma bukan

karena keberadaannya disatu saat dalam perjalanan waktu. Tetapi ia hanya ada

melalui waktu. Ia adalah jelmaan waktu (1981: 327).

Dalam hal ini yaitu bahwa kaitan antara keadaan masyarakat kini dan

sejarah sebelumnya. Kaitan masyarakat dengan masa lalunya tak pernah mati

sama sekali. Kaitannya itu melekat dalam masyarakat itu. Masyarakat takkan

pernah menjadi masyarakat bila kaitan dengan masa lalunya tidak ada (Shils,

1983: 328). Kaitan antara masa kini dan masa lalu adalah basis tradisi.

Masalah tradisi takkan muncul bila berbagai keadaan masyarakat

dalam rentetan proses terputus, dalam arti bila rentetan proses itu berakhir

sama sekali sebelum proses yang baru dimulai. Kata Shils: “Masyarakat ada

selamanya” (1981: 168). Masa lalu masyarakat bukan lenyap sama sekali.

Page 61: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

53

Serpihan masa lalunya masih tersisa. Serpihan masa lalunya itu menyediakan

semacam lingkungan bagi fase pengganti untuk melanjutkan proses.22

Budaya sesajen yang tumbuh pada masyarakat Desa Samudera Jaya

diakibatkan karena adanya generasi yang disebut juga generasi penerus.

Seperti tradisi sesajen yang sampai dengan sendirinya, karena nenek moyang

yang pertama ada di Desa Samudera Jaya adalah berasal dari Jawa. Jadi,

keturunan yang selanjutnya hanya mengikuti ajaran tersebut yang sudah ada,

selagi mereka anggap baik dan positif dari tradisi sesajen itu maka dari situ

pula tradisi sesajen ini diikuti.

Ritual sesajen yang ada di Desa Samudera Jaya sampai dianggap

penting karena memang sudah dijadikan tradisi. Jadi, rasanya masih ada yang

kurang kalau ada walimahan yang tidak dilengkapi dengan sesajenan apalagi

tradisi ini juga sudah ada secara turun-temurun.23

Namun, menurut bapak Makmur penting atau tidaknya ritual sesajen

pada acara walimatul „ursy sebenarnya tergantung pada niat orang yang akan

mempunyai hajat nantinya. Tetapi biasanya ritual ini penting bagi orang yang

mempercayainya, karena terkadang ada sesajen yang masih kurang saja akan

terjadi kesurupan apalagi kalau tidak ada sesajennya pasti yang mempunyai

22

Piotr Sztomka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2007), Cet-3, h. 65-66.

23

Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011.

Page 62: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

54

hajat akan mendapat musibah. Makanya, sesajen dianggap penting sebagai

pelengkap acara walimatul „ursy.24

2. Faktor Keyakinan Masyarakat Desa Samudera Jaya

Walaupun tidak diketahui kapan sejarah pastinya ritual sesajen

diterapkan karena memang tidak ada penetapan tanggal ataupun tahun yang

pasti. Namun, dari pengetahuan yang ada yaitu pembicaraan dari mulut ke

mulut. Tradisi tersebut sudah diterapkan pada saat Bapak Mirin (orang tua

pertama di Desa Samudera Jaya dan bapak Lihan mempunyai keturunan

langsung dari bapak Mirin) menginjakkan kaki di Desa Samudera Jaya.

Maka hal demikian yang mempengaruhi begitu pentingnya peranan

bapak Lihan dalam pelaksanaan ritual sesajen yang dipercayai oleh

masyarakat Desa Samudera Jaya. Alasannya karena memang bapak Lihan

adalah keturunan langsung dari bapak Mirin yang dahulunya menjadi orang

pertama yang membawa tradisi sesajen di Desa Samudera Jaya dan bapak

Lihan mengetahui semua ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk sesajenan.25

Masalah keturunan juga merupakan bagian dari penyebab tradisi

sesajen masih bertahan, karena sesajen adalah merupakan warisan adat yang

masih dipercayai dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat ketika

digunakan saat walimahan.

24

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011.

25

Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011.

Page 63: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

55

Jadi, para keturunan yang masih hidup takut kualat jika adat sesajen

ini ditinggalkan begitu saja. Begitu halnya dengan bapak Makmur,

menurutnya keyakinan terhadap tradisi sesajen terutama dalam acara

walimatul „ursy adalah keyakinan yang sudah begitu melekat sebagai warisan

dari nenek moyang yang sudah dikerjakan secara turun-temurun dan apabila

ditinggalkan takut terjadi karma dari leluhur.26

3. Faktor Pendidikan Masyarakat Desa Samudera Jaya

Dalam hal apapun faktor pendidikan memang sangat berpengaruh,

tingkat pendidikan masyarakat Desa Samudera Jaya yang masih tergolong

rendah menjadi pemicu proses berkembangnya pola fikir, masyarakat yang

mempunayi pendidikan tinggi bisa terhitung dengan jari. Dan hasilnya

masyarakat hanya menerima dan manerapkan saja apa yang diwariskan para

leluhur yang menurutnya baik.27

Rendahnya tingkat pendidikan dikarenakan Desa Samudera Jaya jauh

dari pusat Kota, sehingga akibat dari tidak majunya pola fikir adalah

penduduk Desa Samudera Jaya mempunyai rasa khawatir yang berlebihan

tentang keberadaan Desa yang berada di wilayah yang dahulunya adalah

tempat yang begitu angker karena wilayah Samudera Jaya memang dekat

26

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011.

27

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011.

Page 64: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

56

dengan laut. Jadi, masyarakat Desa Samudera Jaya takut mendapat musibah

jika tidak menghargai makhluk-makhluk yang tidak terlihat.

Atau sering diistilahkan takut kena karma, karma adalah buah

perbuatan dan keinginan-keinginan leluhurnya, dan buah kelakuan sendiri

pada masa lampau maupun masa sekarang. Selain itu, karmanya dipengaruhi

pula oleh nasib, yaitu kehendak Tuhan. Kekuasaannya terhadap karma adalah

terbatas dan tidak jelas, karena karma itu bukan buah dari perbuatan sendiri

saja.28

C. Pandangan Ulama Terhadap Tradisi Sesajen Walimatul ‘Ursy di Desa

Samudera Jaya

Sesajen memang memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan

masyarakat yang mempercayainya. Seorang Ulama Desa Samudera Jaya yaitu

bapak Muslim juga mengetahui tentang adanya tradisi sesajen yang digunakan

oleh masyarakat Desa Samudera Jaya sebagai pelengkap acara walimatul „ursy.

Proses ini terjadi sudah sangat lama, bisa dikatakan sudah berasal dari nenek

moyang kita yang mempercayai adanya pemikiran-pemikiran yang religius.

Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat guna mencapai sesuatu keinginan atau

terkabulnya sesuatu yang bersifat duniawi.

28

Neils Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1984), Cet- 5, h. 33.

Page 65: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

57

Menurut bapak Muslim sebagai seorang ulama di Desa Samudera Jaya

mengatakan bahwa sebenarnya kalau hanya bicara tentang tradisi mengenai

praktek sesajen yang digunakan pada saat walimatul „ursy itu adalah salah satu

tradisi yang baik. Namun, berbeda halnya dengan keyakinan, sangat

dikhawatirkan sekali kalau tujuan dari sesajen tersebut menjadi faktor utama

untuk meminta keberkahan.29

Tidak dapat dipungkiri bahwa bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas

Islam, peran adat sebagai sebuah hukum sudah tidak diragukan lagi. Hal ini

terbukti dengan banyaknya permasalahan-permasalahan muamalah dalam

masyarakat yang mana adat lebih memegang peranan penting dibanding dengan

“hukum Islam”.

Masalah kolerasi antara hukum Islam dengan perkembangan masyarakat

adalah salah satu isu keagamaan yang tambah menarik, mengingat suatu

kenyataan, bahwa bagaimanapun lengkapnya nash-nash Qur‟aniyyah (dalil-dalil

yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‟an) maupun sunnah Nabawiyah (dalil-dalil

yang tercakup dalam sunnah Nabi) tidak mungkin secara terinci menjelaskan

segala persoalan kemasyarakatan yang terus berubah dan berkembang, dari zaman

ke zaman, dari satu daerah ke daerah lain, dari satu tingkat peradaban ke tingkat

yang lain. Tetapi semua perubahan tersebut tetap membutuhkan kejelasan dan

kepastian hukum.30

29

Muslim, Ulama Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, 20

Februari 2011. 30

Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, (Jakarta: Lantabora

Press, 2005), Cet-3, h. 103.

Page 66: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

58

Bapak Muslim juga menjelaskan bahwa budaya dan adat kebiasaan yang

bertentangan dengan agama Allah itu dilarang. Contohnya seperti budaya syirik

yang diantaranya menjadikan makhluk-makhluk yang sholeh sebagai perantara

dalam beribadah, memberi kurban atau sesajian untuk para roh yang ditakuti dan

diagungkan, bersumpah dengan selain nama Allah dan seterusnya. Budaya dan

ritual orang-orang musyrik baik zaman dahulu maupun zaman sekarang. Dalam

hal ini Allah berfirman dalam surat Al-An‟am ayat 136.

Artinya: “Dan mereka menyediakan sebagian hasil tanaman dan hewan (bagian)

untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan mereka, “Ini untuk

Allah dan yang ini untuk berhala-berhala kami”. Bagian yang untuk

berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan bagian

yang untuk Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Sangat

buruk ketetapan mereka itu.” (Q.S Al-An’am (8): 136).

Untuk di Desa Samudera Jaya pengaruh tradisi sesajen terhadap adat

masyarakat sangat kuat sekali. Karena memang arti yang sesungguhnya dari

tradisi sesajen ini adalah untuk mengukuhkan rasa kekeluargaan dan sebagai

wujud bakti juga terhadap orang-orang tua yang telah mendahuluinya. Namun,

jika sesajen diartikan dan dipraktekkan sebagai shodaqoh, karena memang

sekarang ini sudah ada beberapa masyarakat yang mengubah teknis tersebut

seperti makanan-makanan yang awalnya hanya murni untuk sesajen yang akan

Page 67: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

59

diletakkan di tempat-tempat tertentu mulai agak dirubah yaitu sesajen yang akan

dipersembahkan diberi doa kemudian setelah itu bisa dinikmati bersama-sama

oleh sanak-saudara, tetangga, dan para undangan.

Alasan masyarakat Samudera Jaya menjadikan sesajen sebagai tradisi

mungkin untuk menyampaikan rasa syukur atau sebagai ungkapan rasa bahagia

karena dimana kita ketahui untuk mengadakan walimatul „ursy itu memerlukan

biaya, jadi ketika semua terlaksana biasanya ada rasa bahagia dan sesajen adalah

salah satu bentuk nyata yang bisa dilakukan oleh shohibul hajat.31

Dampak tradisi sesajen terhadap masyarakat Desa Samudera Jaya,

menurut ulama Desa Samudera Jaya yaitu bapak Muslim, menerangkan bahwa

dampak yang pasti akan terjadi adalah masalah keyakinan terutama bagi

masyarakat Desa Samudera Jaya yang awam (tidak mengerti akan pendidikan

baik pendidikan formal atau non formal). Menyajikan sesajen adalah suatu

kemusyrikan, walaupun sebenarnya ada suatu simbol atau siloka di dalam sesajen

yang harus kita pelajari. Siloka, adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian

atau gambaran yang berbeda (aphorisma). Dan walaupun kearifan lokal yang

disimbolkan dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan karena itu adalah

kearifan budaya lokal yang diturunkan oleh leluhur kita.32

31

Muslim, ulama masyarakat Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 20 Februari 2011.

32

Neils Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1984), Cet-5,h. 24.

Page 68: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

60

Namun, hal demikian tetap dikhawatirkan karena masyarakat terkadang

tidak melihat makna yang ada dalam sesajen melainkan tujuan yang hendak

mereka capai ketika mengadakan acara walimatul „ursy.33

Melihat masyarakat Desa Samudera Jaya, bagaimana budaya yang aneh

dan primitif ini begitu melekat dalam diri mereka dan menjadi adat ritual dalam

keseharian mereka, maka menimbulkan suatu pertanyaan siapa saja yang akan

terkena dampak dari tradisi sesajen yang tumbuh pada masyarakat Desa

Samudera Jaya. Mengenai hal demikian, jika ditelaah dari apa yang dilakukan

olah masyarakat Desa Samudera Jaya maka kemungkinan besar generasi-generasi

penerus masyarakat Desa Samudera Jaya akan terus melangsungkan adat sesajen

dalam walimatul „ursy tersebut. Karena, keyakinan tentang adat sesajen tersebut

sudah melekat dalam diri masyarakat Desa Samudera Jaya, mereka meyakini

bahwa pemberian sesajen adalah sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur

terhadap semua yang terjadi di masyarakat.34

Walimatul „ursy merupakan perayaan dan peresmian untuk diberitahu

kepada khalayak ramai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, dan

memohon doa kepada Allah agar diberi berkah, keridhoan dan keselamatan.

Namun, jika rasa syukur yang dilakukan dengan sesajen sebagai ungkapan

selametan yang melambangkan kesatuan mistis dan sosial dari penganutnya atau

orang-orang yang mempercayainya, maka hal demikian benar-benar merupakan

34

Muslim, ulama masyarakat Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 20 Februari 2011.

Page 69: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

61

pergeseran aqidah karena meyakini tradisi kemusyrikan yang tumbuh melalui

upacara-upacara sesajen. Walaupun sesajen sebagai simbol selametan yang

dilakukan untuk memenuhi hajat manusia sehubungan dengan suatu kejadian

yang ingin diperingati, tetapi semua itu tetap saja merupakan larangan dalam

ajaran agama Islam.35

Berdasarkan keterangan di atas yang telah dijelaskan oleh seorang ulama

tentang tradisi sesajen yang dinyatakan sebagai perbuatan musyrik namun tetap

dibudayakan. Menurut hemat penulis, praktek sesajen yang dilakukan pada

masyarakat Desa Samudera Jaya ketika mengadakan acara walimatul „ursy adalah

merupakan suatu kemusyrikan (perbuatan syirik) dan menyesatkan keyakinan

karena dalam tradisi tersebut secara tidak langsung memang mengandung unsur

kemusyrikan yang begitu tinggi. Hal tersebut dapat ditelaah dari tujuan-tujuan

yang hendak dicapai ketika menyajikan sesajen, dengan tujuan yang bervariasi

seperti meminta keberkahan, keselamatan, dan rizki yang melimpah. Maka hal

tersebut adalah perbuatan mempersekutukan Allah karena percaya dengan

kekuasaan selain Allah SWT.

35

Yusuf Al-Qaradhawi, Halal Haram Dalam Islam, (Jakarta: Akbar MediaEka Sarana, 2005),

Cet-2, h. 22.

Page 70: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dari hasil wawancara dengan sesepuh Desa,

paranormal, penunggu pendaringan, dan salah seorang ulama masyarakat Desa

Samudera Jaya, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang

masih mempercayai, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah.

Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap

keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi.

Sesajen juga merupakan suatu keharusan dan akan mempengaruhi

lancar atau tidaknya acara walimatul ‘ursy, dan ternyata sebagian pelaku

sesajen mengatakan bahwa sesajen harus ada dengan bagaimanapun caranya

termasuk dengan berhutang. Bukankah dengan sesajen kita meminta berkah,

keselamatan, banyak rezeki, tamu datang bagaikan air mengalir, maka hutang

tersebut nanti akan dibayar ketika acara hajatan selesai.

Pada prakteknya sesajen sudah disiapkan 2 atau 1 hari sebelum

dimulainya hajatan, ada 4 sesajen yang harus dipersiapkan dan keempat

sesajen tersebut dikatakan sebagai simbol empat penjuru angin. Orang yang

menunggu pendaringan adalah nenek tua yang sudah biasa berperan sebagai

Page 71: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

63

penunggu pendaringan dan ritual sesajen berakhir sampai acara walimatul

‘ursy selesai.

2. Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa tradisi sesajen ini

masih digunakan oleh masyarakat Desa Samudera Jaya yaitu faktor adat atau

budaya yang tumbuh dari generasi ke generasi. Karena dalam hal ini yaitu

bahwa kaitan antara keadaan masyarakat kini dan sejarah sebelumnya, kaitan

masyarakat dengan masa lalunya tak pernah mati sama sekali. Jadi, masalah

tradisi muncul berbagai keadaan masyarakat dalam rentetan proses tidak

terputus. Kedua yaitu fator keyakinan, karena sudah ada sejak nenek moyang

secara turun temurun dan hal itu sudah menjadi keyakinan, mereka takut

terhadap arwah leluhur, rezekinya sedikit, makanannya mentah, dan lain-lain.

Terakhir yaitu fator pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah

mempengaruhi pola fikir mereka.

3. Dampak terhadap keyakinan masyarakat memang terjadi walaupun para

ulama setempat sudah sering memberi pengertian dengan bahasa agama

secara persuasif, bahwa perbuatan tersebut mendekati syirik dan harus

dihindari, tetapi masyarakat setempat sebagai penduduk asli Desa Samudera

Jaya menganggap bahwa tanah atau wilayah yang mereka tempati adalah

salah satu wilayah yang masih banyak menyimpan mistis dan pemberian

sesajen juga merupakan ajaran dari nenek moyang, maka apa yang mereka

lakukan adalah sebagai bentuk melestarikan apa yang telah pendahulu mereka

lakukan dan mereka menganggap itu semua adalah warisan.

Page 72: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

64

B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada pemerintah desa atau pemuka (tokoh masyarakat) Desa

Samudera Jaya agar dapat selalu memberikan pemahaman-pemahaman yang

lebih mendalam lagi mengenai tradisi sesajen yang sudah berlangsung

tersebut. Agar jangan sampai generasi-generasi penerus Desa Samudera Jaya

mengagung-agungkan sesajen sebagai pemberi berkah selamat ketika

mengadakan suatu acara dan supaya masyarakat juga bisa menjalani syari’at

Islam secara baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam.

2. Kepada masyarakat khususnya masyarakat Desa Samudera Jaya seharusnya

lebih dapat menyaring lagi tentang kebiasaan yang ditanamkan dalam

kehidupan. Tradisi sesajen yang berdampak negatif terhadap keyakinan

meminta perlindungan dan keberkahan selain kepada Allah seharusnya harus

digeser dan agar terhindar dari dampak negatif tersebut sebaiknya masyarakat

lebih dapat mengkaji apa sesungguhnya makna dan tujuan tradisi sesajen.

Page 73: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

65

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Hadits.

Abubakar bin Muhammad Al-Husaini, Imam Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar,

Surabaya: Bina Iman, 1993.

Ahmad bin Kadi, Dato Paduka Haji, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Brunei

Darussalam: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003.

Akbar, Muhammad Ali, Perbandingan Hidup Secara Islami Dengan Tradisi Pulau

Jawa, Bandung: Al-Ma’arif, 1980.

Al-Shuyuthiy, Jalaluddin, Sunan An-Nasa’i, Beirut: Daar Al-Fikr, 1995.

Al-Qaradhawi, Yusuf, Fikih Peradaban (Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu

Pengetahuan), Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.

Al-Qaradhawi, Yusuf, Halal Haram Dalam Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,

2005.

Asmawi, Mohammad, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, Yogyakarta:

Darussalam, 2004.

As-Shabagh, Mahmud, Keluarga Bahagia Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka

Mantiq, 1993.

Artikel: Ibnuabbaskendari.wordpress.com.

Aziz bin Muhammad Al-Musnad, Syeikh Abdul, Perkawinan dan Masalahnnya,

Pustaka Al-Kautsar, 1993.

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2000.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah

Ragam Varian Kontemporer), Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2004.

Giri, Wahyana, Sajen dan Ritual Orang Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2010.

[email protected].

Hadzani, Sjafi’i, Seratus Masalah Agama, Kudus: Menara Kudus, 1982.

Page 74: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

66

Hasan, Muhammad Tholhah, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta:

Lantabora Press, 2005.

H. Geert, Keluarga Jawa, Jakarta: PT. Temprint, 1985.

http://blog.re.or.id./sesajen-adakah-dalam-islam-aqidah. edisi 13/ Th.11 420.

http://backpackermom 17.wordpress.com/2010/04/23/filosofi-sesajen-offerings.

http://www.cyberforums.us/forum/showthead.

http://kompas.com/kompas.cetak/0202/06/JATENG/sajen19.htm....sajen

http://lontarindung wordpress.com/2010/08/24/makna-dan-arti-sesajen.

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999.

Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori, Abi Abdillah, Shohih Al-Bukhoriy, Beirut: Al-

Maktabah Al-Ishriyyah, 1997.

Mulder, Neils, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 1984.

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Profil Kota Bekasi, http://bataviase.co.id/node/256738.

Razak, Yusran dan Murtawab, Ervan, Antropologi Agama, Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007.

Setiadi, Elly M, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Bandung: Kencana, 2007.

Soekanto, Soerjono, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UII Press, 2008.

Soekanto, soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

1990.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2003.

Suyanto, Bagong, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2007.

Page 75: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

67

Tihami dan Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada, 2009.

Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2003.

Wawancara Pribadi dengan Jami. Bekasi 18 Februari 2011.

Wawancara Pribadi dengan Lihan. Bekasi 11 Februari 2011.

Wawancara Pribadi dengan Makmur. Bekasi 15 Februari 2011.

Wawancara Pribadi dengan Musllim. Bekasi 20 Februari 2011.

Wawancara Pribadi dengan Rodiah. Bekasi 17 Februari 2011.

Page 76: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Pedoman Wawancara Untuk Petua/Sesepuh Desa Samudera Jaya

1. Adat apa yang digunakan pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

2. Apa yang bapak ketahui tentang sesajen? Dari mana tradisi sesajen ini berasal?

3. Apakah semua masyarakat Desa Samudera Jaya mengetahui tentang sesajen,

terutama sesajen yang digunakan pada acara walimatul ‘ursy?

4. Apakah sesajen memang dijadikan tradisi dalam acara walimatul ‘ursy? Adakah

alasan mendasar kenapa sesajen harus dijadikan tradisi untuk acara walimatul

‘ursy?

5. Apakah benar ritual sesajen ini sangat penting untuk acara-acara sakral seperti

ketika adanya walimatul ‘ursy?

6. Apa tujuan yang hendak dicapai dari adanya sesajen untuk acara walimatul ‘ursy?

7. Bagaimana tradisi sesajen ini bisa sampai kepada masyarakat Desa Samudera

Jaya?

8. Sejak kapan ritual sesajen diterapkan di Desa Samudera Jaya?

9. Seberapa besar peran bapak dalam pelaksanaan ritual sesajen yang dipercayai

pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

10. Apa faktor penyebab berjalannya tradisi sesajen walimatul ‘ursy di Desa

Samudera Jaya?

Page 77: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Pedoman Wawancara Untuk Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras)

1. Apa yang ibu ketahui tentang sesajen?

2. Bagaimana proses pelaksanaan sesajen berlangsung ketika walimatul ‘ursy? Dan

berapa lama proses sesajen berjalan selama acara walimatul ‘ursy?

3. Apakah ada syarat khusus untuk orang yang akan bertugas menunggu

dapur/sebagai penunggu pendaringan (ngandang beras)?

4. Berapa banyak biaya yang harus dikelurkan untuk seluruh sesajen yang

digunakan?

5. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk perlengkapan sesajen?

6. Kapan sesajen harus mulai diracik?

7. Apakah ada persiapan khusus dalam meracik sesajen? Seperti apa persiapan

tersebut dilaksanakan?

8. Dimana saja sesajen ditempatkan atau diletakkan ketika acara walimatul ‘ursy

berjalan? Apa tujuannya?

9. Bagaimana dengan sesajen untuk pengantin? Apakah sama sesajennya dengan

sesajen yang ditempatkan ditempat-tempat lain?

Page 78: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Pedoman Wawancara Untuk Ulama/Tokoh Agama Desa Samudera Jaya

1. Apakah bapak mengetahui adanya tradisi sesajen ketika acara walimatul ‘ursy di

Desa Samudera Jaya?

2. Apakah bapak mengetahui dari mana tradisi sesajen di Desa Samudera Jaya

berasal?

3. Apakah bapak mengetahui sejak kapan tradisi sesajen sampai kepada masyarakat

Desa Samudera Jaya? Mengapa bisa sampai kepada masyarakat Desa Samudera

Jaya?

4. Apa dalil dan argumentasi bapak tentang tradisi sesajen ini yang sudah tumbuh

dan melekat pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

5. Bagaimana pendapat bapak tentang praktek sesajen yang digunakan ketika acara

walimatul ‘ursy?

6. Bagaimana pengaruh terhadap adat setempat dengan adanya tradisi sesajen di

Desa Samudera Jaya?

7. Apakah bapak mengetahui siapa saja yang mempraktekkan tradisi sesajen yang

ada di Desa Samudera Jaya?

8. Mengapa masyarakat Desa Samudera Jaya harus menjadikan sesajen sebagai

tradisi dalam acara walimatul’ursy?

9. Berdasarkan pengamatan bapak, dampak apa yang terjadi dengan adanya tradisi

sesajen?

10. Siapa saja yang akan terkena dampak dari tradisi sesajen yang tumbuh pada

masyarakat Desa Sammudera Jaya?

Page 79: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Hasil Wawancara Dengan Petua atau Sesepuh Desa Samudera Jaya

Nama : Lihan

Usia : 78 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Samudera Jaya

1. Adat apa yang digunakan pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

Adat Jawa

2. Apa yang bapak ketahui tentang sesajen? Dari mana tradisi sesajen

tersebut berasal?

Sesajen adalah syarat untuk melengkapi isi pendaringan dan digunakan pada

acara-acara tertentu termasuk pada saat walimahan. Tradisi sesajen asalnya

dari daerah Jawa, karena di Desa Samudera Jaya adalah mayoritasnya

pendatang dari Jawa maka dari itu sesajen selalu dipakai pada acara

walimahan.

3. Apakah semua masyarakat Desa Samudera Jaya mengetahui tentang

sesajen, terutama sesajen yang digunakan pada acara walimatul’ursy?

Tidak semua. Karena pada masyarakat Desa Samudera Jaya juga tidak semua

berasal dari keturunan Jawa, kalau diklasifikasikan mungkin hampir 65%

masyarakat Desa Samudera Jaya yang berasal dari keturunan Jawa dan 35%

lagi masyarakat dari etnis lain betawi misalnya. Dan untuk masyarakat yang

keturunan Jawa sudah pasti semuanya mengetahui tentang tradisi sesajen

terutamanya yang digunakan saat walimahan terutama walimatul „ursy.

Page 80: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

4. Apakah sesajen memang dijadikan tradisi untuk acara walimatul ‘ursy?

Adakah alasan mendasar kenapa sesajen harus dijadikan tradisi untuk

acara walimatul ‘ursy?

Ya, sesajen memang sudah dijadikan tradisi masyarakat Desa Samudera Jaya

terutama untuk walimatul „ursy.

Alasannya sangat banyak sekali, diantaranya untuk meminta berkah dan

terhindar dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan pada saat acara

walimahan berlangsung.

5. Apakah benar ritual sesajen ini sangat penting untuk acara-acara sakral

seperti ketika adanya walimatul’ursy?

Ya, karena memang sudah dijadikan tradisi jadi rasanya masih ada yang

kurang kalau ada walimahan yang tidak dilengkapi dengan sesajenan, apalagi

tradisi ini juga sudah secara turun-temurun dipakai.

6. Apa tujuan yang hendak dicapai dari adanya sesajen untuk acara

walimatul ‘ursy?

Untuk tujuannya itu sangat beragam tergantung yang mempunyai hajat. Ada

yang bertujuan supaya diberi kelancaran pada saat mengadakan walimatul

„ursy dan ada juga supaya tamunya banyak yang datang.

7. Bagaimana tradisi sesajen ini bisa sampai kepada masyarakat Desa

Samudera Jaya?

Tradisi sesajen sampai dengan sendirinya Karena nenek moyang yang

pertama ada di Desa Samudera Jaya adalah berasal dari Jawa. Jadi keturunan-

keturunan yang selanjutnya mengikuti hanya mengikuti ajaran tersebut yang

sudah ada, selagi mereka anggap baik dan positif dari tradisi sesajen itu maka

dari situ pula tradisi sesajen ini diikuti.

Page 81: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

8. Sejak kapan ritual sesajen diterapkan di Desa Samudera Jaya?

Untuk sejarah tentang waktunya memang tidak terlalu jelas karena tidak ada

penetapan tanggal ataupun tahun yang pasti. Namun dari pengetahuan yang

ada yaitu pembicaraan dari mulut ke mulut, tradisi tersebut sudah diterapkan

pada saat Bpk Mirin (orang tua pertama di Desa Samudera Jaya) menginjakan

kaki di Desa samudera Jaya.

9. Seberapa besar peran bapak dalam pelaksanaan ritual sesajen yang

dipercayai pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

Peran saya sangat berpengaruh di Desa Samudera Jaya, karena saya adalah

orang yang dituakan di Desa Samudera Jaya. Alasannya karena saya adalah

keturunan langsung dari Bpk Mirin yang dahulunya menjadi orang pertama

yang membawa tradisi sesajen di Desa ini dan saya juga mengetahui semua

ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk sesajenan.

10. Apa faktor penyebab berjalannya tradisi sesajen walimatul ‘ursy di Desa

Samudera Jaya?

Faktornya banyak sekali diantaranya: faktor budaya karena sesajen adalah

merupakan warisan adat yang masih dipercayai mempunyai pengaruh yang

sangat kuat ketika digunakan saat walimahan jadi para keturunan yang masih

hidup takut kualat jika adat sesajen ini ditinggalkan begitu saja, faktor lain

yaitu pendidikan yang ada pada masyarakat Desa Samudera Jaya itu sangat

minim. Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi bisa terhitung dengan

jari maka dari itu pola fikir masyarakat Desa Samudera Jaya kurang

berkembang dan hasilnya mereka hanya menerima dan menerapkan saja apa

yang diwariskan para leluhur yang menurutnya baik.

Bekasi……………2011

( )

NARASUMBER

Page 82: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Hasil Wawancara Dengan Petua atau Sesepuh Desa Samudera Jaya

Nama : Makmur

Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Samudera Jaya

1. Adat apa yang digunakan pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

Masyarakat Desa Samudera Jaya kebanyakan menggunakan adat Jawa.

2. Apa yang bapak ketahui tentang sesajen? Dari mana tradisi sesajen ini

berasal?

Sebenarnya sesajen itu berupa suguan yang tidak diperbolehkan, karena

menyuguhkan terhadap hal yang ghaib dan tidak terlihat secara kasat mata.

Tetapi semua itu tegantung pada niat masing-masing orang yang mempercayai

dan menggunakannya, kalau sekedar untuk menghargai keberadaan makhluk

lain maka hal demikian dibolehkan.

Tradisi sesajen ini sebenarnya berasal dari Jawa, karena masyarakat yang

pertama ada di Desa Samudera Jaya adalah orang Jawa maka dari itu tradisi

ini diabadikan atau dijadikan ritual adat pada saat mengadakan acara

walimatul „ursy.

3. Apakah semua masyarakat Desa Samudera Jaya mengetahui tentang

sesajen, terutama sesajen yang digunakan pada acara walimatul ‘ursy?

Kalau untuk sekarang ini masyarakat yang berada di Desa Samudera Jaya

tidak semuanya mengetahui, karena tradisi sesajen ini agak sedikit tergeser

keberadaannya. Hal tersebut karena sesuai berkembangnya zaman. Jadi, ada

generasi mudanya yang menganggap hal semacam itu adalah perbuatan yang

mubazir dan hanya membuang-buang biaya saja. Tidak seperti pola fikir

Page 83: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

orang-orang tua yang masih hidup pada saat ini menganggap tidak baik kalau

kita tidak menghargai peninggalan tradisi sesajen karena sesajen banyak

menjelaskan tentang ajaran-ajaran menghargai sesama makhluk baik yang

nampak ataupun tidak nampak.

4. Apakah sesajen memang dijadikan tradisi dalam acara walimatul ‘ursy?

Adakah alasan mendasar kenapa sesajen harus dijadikan tradisi untuk

acara walimatul ‘ursy?

Iya, walaupun pada kenyataannya sekarang ini ada yang tidak

menggunakannya lagi tetapi tetap saja yang menggunakan mempunyai

kedudukan terbanyak karena masih banyak orang tua yang tahu tentang tradisi

sesajen ini masih hidup.

Ada, alasannya yaitu karena sejak berdirinya Desa Samudera Jaya penduduk

yang ada pada saat itu adalah berasal dari keturunan Jawa, di mana

sebenarnya tidak hanya ketika ada walimatul „ursy saja masyarakat yang ada

di Desa Samudera Jaya menggunakan sesajen tetapi dalam hal lain juga.

Seperti ketika menempati rumah baru biasanya di dalam rumah itu ditaruh

sesajen yang terdiri dari makanan dan minuman yang disukai leluhur yang

mereka percayai, tetapi itu hanya ritual kecil. Tidak seperti perlengkapan

sesajen yang digunakan pada saat walimatul „ursy. Jadi alasan yang paling

mendasarnya yaitu karena pada saat mengadakan walimatul „ursy biasanya

sama seperti orang yang mengadakan pesta atau syukuran dan banyak sekali

terdapat makanan-makanan dan dari hal tersebut orang yang mengadakan

walimahan merasa sedih kalau orang tua yang sudah meninggal tidak turut

merasakan kebahagiaan, dan akhirnya dengan suguhan sesajenlah mereka

percaya kalau orang-orang tuanya juga ikut menikmati syukuran dalam

walimahan tersebut.

Page 84: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

5. Apakah benar ritual sesajen ini sangat penting untuk acara-acara sakral

seperti ketika adanya walimatul ‘ursy?

Penting atau tidaknya sebenarnya tergantung pada niat orang yang akan

mempunyai hajat nantinya. Tetapi biasanya memang ritual ini penting bagi

orang-orang yang mempercayainya, karena terkadang ada sesajen yang masih

kurang saja akan terjadi kesurupan apalagi kalau tidak ada sesajennya pasti

yang mempunyai hajat akan mendapat musibah. Makanya, sesajen dianggap

penting sebagai pelengkap acara walimatul „ursy.

6. Apa tujuan yang hendak dicapai dari adanya sesajen untuk acara

walimatul ‘ursy?

Tujuannya melindungi dari terjadinya hujan, supaya mendapat berkah atau

selamat terhadap orang yang memiliki hajat, tidak ada halangan dan mendapat

keuntungan, supaya pengantin juga selamat, dan kalau tidak menggunakan

sesajen dikhawatirkan akan ada yang kesurupan karena mengabaikan orang

yang telah meninggal.

7. Bagaimana tradisi sesajen ini bisa sampai kepada masyarakat Desa

Samudera Jaya?

Tradisi sesajen sampai dengan sendirinya karena sudah ada sejak nenek

moyang jadi generasi-generasi pengikut hanya tinggal mengikuti saja apa

yang sudah ada.

8. Sejak kapan ritual sesajen diterapkan di Desa Samudera Jaya?

Sejak pertama terbentuknya Desa Samudera Jaya dan untuk tahunnya tidak

ada yang tahu kapan pastinya. Bahkan tradisi sesajen ini ada sebelum

berdirinya staf-staf Desa dan nenek moyang yang pertama di Desa Samudera

Jaya menggunakan sesajen pada walimatul „ursy awalnya karena dahulunya

Desa Samudera Jaya terkenal dengan keangkerannya.

Page 85: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

9. Seberapa besar peran bapak dalam pelaksanaan ritual sesajen yang

dipercayai pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

Masyarakat Desa Samudera Jaya menganggap saya sangat berperan dalam hal

ini, alasannya karena walaupun usia saya masih tergolong muda jika disebut

sebagai petua tetapi saya adalah generasi yang diturunkan pengetahuan

tentang praktek sesajen karena dulunya kakek saya yang menguasai ilmu-ilmu

tentang sesajen tetapi semeninggalnya beliau akhirnya saya yang

diamanahkan untuk meneruskannya. Dan akhirnya masyarakat menganggap

peran saya begitu penting untuk ritual sesajen yang dilaksanakan pada saat

walimatul „ursy.

10. Apa faktor penyebab berjalannya tradisi sesajen walimatul ‘ursy di Desa

Samudera Jaya?

Yang paling utama sekali karena faktor pendidikan masyarakat Desa

Samudera Jaya yang masih tergolong rendah dan rendahnya pendidikan

setidaknya berpengaruh pula pada pola fikir. Yang kedua yaitu faktor

kepercayaan, keyakinan terhadap tradisi sesajen terutama dalam acara

walimatul „ursy adalah keyakinan yang sudah begitu melekat sebagai warisan

dari nenek moyang yang sudah dikerjakan secara turun-temurun dan apabila

ditinggalkan takut terjadi karma dari leluhur. Dan yang ketiga yaitu fackor

wilayah atau tempat, menurut penduduk Desa Samudera Jaya bahwa tanah

yang ditempati dulunya adalah tempat yang begitu angker karena wilayah

Samudera Jaya memang dekat dengan laut jadi, masyarakat Desa Samudera

Jaya khawatir kalau tidak menghargai makhluk-makhluk yang tidak terlihat

tidak dihargai.

Bekasi……………..2011

( )

NARASUMBER

Page 86: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Hasil Wawancara Dengan Penunggu Ngandang Beras (Dapur)

Nama : Rodiah

Usia : 54 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya

1. Apa yang ibu ketahui tentang sesajen?

Sesajen itu isi sesajian yang terdiri dari nasi tumpeng, nasi putih, nasi kuning,

rokok djinggo/lisong, kue/ jajanan pasar sebanyak tujuh rupa, pisang, dan

banyak makanan-makanan dan minuman-minuman lain yang disediakan pada

waktu-waktu tertentu.

2. Bagaimana proses pelaksanaan sesajen berlangsung ketika walimatul

‘ursy? Dan berapa lama proses sesajen berjalan selama acara walimatul

‘ursy?

Untuk proses sesajen biasanya disiapkan 2 atau 1 hari sebelum hari H.

perlengkapan sesajen sudah harus disiapkan atau dibeli karena sesajen harus

diracik terlebih dahulu. Untuk persiapan secara teknisnya, sesajen

ditempatkan di nampan atau teblok atau menggunakan bakul anyaman yang

isinya: tujuh macam jenis makanan, pisang, kelapa, rokok, beras, cabai merah,

dan lain-lain sesuai dengan yang mempunyai hajat.

Untuk waktunya itu relatif tergantung yang memiliki hajat, tetapi biasanya

untuk di Desa Samudera Jaya cukup 3 hari dan 2 malam.

3. Apakah ada syarat khusus untuk orang yang akan bertugas menunggu

dapur/ sebagai penunggu pendaringan (ngandang beras)?

Ada. Pertama: menguasai do‟a-do‟a yang akan dipanjatkan, kedua: puasa dari

hari dimulainya hajatan sampai acara walimahan selesai. Dan untuk puasanya

sama dengan puasa-puasa sunnah dalam islam hanya saja puasa untuk penjaga

pendaringan itu tidak dianjurkan untuk sahur.

Page 87: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

4. Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk seluruh sesajen

yang digunakan?

Untuk biayanya biasanya minimal Rp. 350.000 sampai mencapai Rp.

500.000. biasanya untuk perlengkapan pendaringan terdiri dari buah apel,

jeruk, pisang ambon, nanas, papaya, bekakak ayam, ikan bandeng sepasang,

rujakan (gula batu/ gula jawa, pisang emas, pisang raja), kue onde, kekoleh

(wajik muda), teh manis, teh pahit, beras satu gantang (10 liter).

5. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk perlengkapan sesajen?

Persiapannya biasanya sudah diserahkan kepada orang yang akan menjaga

dapur (penunnggu ngandang beras). Orang yang mempunyai hajat biasanya

hanya menyerahkan uang sesuai yang akan dibutuhkan/ dibelanjakan oleh

yang akan menunggu pendaringan (ngandang beras). Dan saya yang bertugas

menjaga pendaringan tersebut akan membelanjakannya satu atau dua hari

sebelum hari H.

6. Kapan sesajen harus mulai diracik?

Tergantung niatan yang punya hajat.. ada yang meracik sasajen 2 hari atau 1

hari sebelum hari H dan ada juga yang meraciknya ketika hari H-nya atau pas

hajatan dimulai. Tetapi kebanyakan 1 hari sebelum acara walimahan dimulai

sesajen sudah diracik.

7. Apakah ada persiapan khusus dalam meracik sesajen? Seperti apa

persiapan tersebut dilaksanakan?

Ada. Seperti puasa khusus untuk penjaga pendaringan dan ada juga do‟a-do‟a

khusus yang dipanjatkan dan do‟a tersebut hanya bertujuan supaya orang-

orang yang diundang ingat kepada yang mengundang. Salah satu do‟anya

adalah sebagai berikut: “Sing ujung putra ginggih, sing girang putra ganggah,

sing tengah pancuran para dewata…”, maksudnya adalah semua orang

Page 88: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

mengalir bagaikan air dari segala penjuru menghadiri acara selametan

(walimatul „ursy) dan membawa sumbangan sehingga rezeki mengalir

banyak, dan makanan selalu siap tidak kehabisan.

8. Dimana saja sesajen ditempatkan atau diletakkan ketika acara walimatul

‘ursy berjalan? Apa tujuannya?

Sajen ditempatkan diempat penjuru, yaitu: di dapur, kali, jalanan, dan

perapatan.

Tujuannnya supaya makhluk selain manusia yang ada ditempat-tempat

tersebut tidak mengganggu orang yang sedang mengadakan walimahan. Dan

karena kita meyakini bahwa manusia juga bersahabat dengan alam maka

ditaruhnya sesajen juga sebagai wujud terima kasih terhadap alam sekitar.

9. Bagaimana sesajen untuk pengantin? Apakah sama sesajennya dengan

sesajen yang ditempatkan ditempat-tempat lain?

Khusus pengantin biasanya sesajennya sudah dipisahkan dan ditaruh dikamar

pengantin.

Sesajennya hampir sama dengan yang ada di dapur dan sesajennya terdiri dari:

kembang setaman untuk mandi, beras satu gantang (10 liter), 1 buah kelapa

gundul, gula jawa secukupnya, pisang raja setangkep, benang lawe, kaca kecil

dan bedak, bumbu kinang, bumbu pawon (dapur), jajanan pasar, kembang

takir, telur ayam, tikar sembahyangan, dan dupa pengantin yang harum.

Bekasi………………..2011

( )

NARASUMBER

Page 89: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Hasil Wawancara Dengan Penunggu Ngandang Beras (Dapur)

Nama : Jami

Usia : 52 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya

1. Apa yang ibu ketahui tentang sesajen?

Sesajen adalah pemberian suguhan berupa makanan dan minuman kepada

orang yang telah meninggal dunia. Kalau zaman dahulu sesajen sering disebut

ancak, tetapi sesajen/ ancak sama saja. Makanan dan minuman yang

disediakan tergantung kepada yang disukai orang yang sudah meninggal

tersebut.

2. Bagaimana proses pelaksanaan sesajen berlangsung ketika walimatul

‘ursy? Dan berapa lama proses sesajen berjalan selama acara walimatul

‘ursy?

Berlangsungnnya ketika hajatan dimulai, sore hari sebelum mangkat/ hajatan

semua barang-barang dan kebutuhan sesajen yang sudah dibeli dipersiapkan

untuk dipisah-pisahkan dan diberi doa kemudian ditaruh di empat tempat yang

disebut sebagai penjuru angin.

Biasanya prosesnya samapi dua atau tiga hari semenjak mulai mangkat

disebut juga hari H sampai hajatan selesai.

3. Apakah ada syarat khusus untuk orang yang akan bertugas menunggu

dapur/ sebagai penunggu pendaringan (ngandang beras)?

Ada. Untuk penjaga pendaringan tidak boleh sembarangan orang, dan penjaga

pendaringan adalah orang telah dituakan oleh masyarakat Desa Samudera

Jaya dan orang yang dituakan tersebut adalah orang yang betul-betul

Page 90: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

memahami bagaimana tata cara dalam sesajenan dan mengerti doa-doa dalam

sesajenan, karena tugasnya berat yaitu menunggu api yang ada pada sesajen

atau pendaringan tidak padam, api pada lampu harus nyala terus dan

pendaringan harus ditutup rapat dengan kain putih (lawon).

4. Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk seluruh sesajen

yang digunakan?

Untuk biaya itu relative dan disesuaikan kemampuan yang mempunyai hajat,

biasanya dari Rp. 350.000 sampai Rp. 500.000 uang yang diperlukan untuk

membeli barang-barang atau perlengkapan untuk sesajen.

5. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk perlengkapan sesajen?

Banyak sekali terutama makanan dan minuman yang disediakan untuk sesajen

berupa jajanan warna pitu (roti, bolu, rengginang, kupat dan kupat lepet,

pisang raja, pisang ambon, pisang emas), serutu dan kinangan untuk merokok

dan nginang, tumpeng iwak lengkap dengan bekakak ayam, bubur merah

putih dalam takir terbuat dari daun pisang, cabai merah dan bawang merah

ditusuk pada sebuah lidi pelengkap lalaban, wedang lima yang isinya (air kopi

manis dan kopi pahit, teh manis dan teh pahit, dan air putih), rujak pisang

(campuran gula merah dan pisang diiris dan diberi air panas), air putih dalam

kendi dan kendinya ditutup telur yang bermaksud biar adem, lampu atau

cempor (lampu dari kaleng yang diberi minyak tanah dan sumbu atau kapas),

dupa (adalah ukup berisiareng menyala diberi menyan), dan yang terakhir

adalah kembang tujuh rupa (seperti kembang kingkong, kembang melati,

kembang mawar warna merah dan putih, kembang kantil, kembang kenanga,

dan kembang sepatu).

Page 91: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

6. Kapan sesajen harus mulai diracik?

Sesajen diracik pada hari H atau ada juga yang meminta meraciknya satu hari

sebelum hari H, tergantung kemauan yang punya hajat. Setelah diracik atau

disiapkan maka sesajen tersebut langsung ditaruh di empat tempat yaitu:

dapur, pendaringan (ngandang beras), jalanan/perempatan yang dianggap

angker, dan tarub.

7. Apakah ada persiapan khusus dalam meracik sesajen? Seperti apa

persiapan tersebut dilaksanakan?

Ada. Persiapannya puasa setelah belanja keperluan sesajen, sambil disiapkan

dan memisah-misahkan sesajen itu dianjurkan sudah mulai puasa. Puasanya

sama seperti puasa sunnah lainnya hanya niatnya yang berbeda, dan niat

tersebut dipersembahkan kepada yang mempunyai hajat, puasa tersebut juga

dilakukan 2 sampai 3 hari.

8. Di mana saja sesajen ditempatkan atau diletakkan ketika acara

walimatul ‘ursy berjalan? Apa tujuannya?

Ada empat tempat yang diletakkan sesajen yang diartikan sebagai empat

penjuru angin. Tempat-tempat tersebut adalah dapur yang diartikan sebagai

simbol keselamatan dan kelancaran dalam mengolah masakan dan bertujuan

supaya makanannya matang dan tidak akan kehabisan. Kedua, pendaringan

atau ngandang beras tempat untuk ditaruhnya beras untuk dimasak. Ketiga,

tarub yang bertujuan untuk mengundang rezeki, ngundang welas asih (orang-

orang akan kasihan dan akhirnya banyak yang datang untuk mendoakan dan

memberi sumbangan), supaya tidak ada yang kesurupan, tidak ada gangguan,

dan tidak hujan. Sajen yang terakhir yaitu di kali atau jalanan yang bertujuan

supaya terhindar dari gangguan-gangguan makhluk lain.

Page 92: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

9. Bagaimana dengan sesajen untuk pengantin? Apakah sama sesajennya

dengan sesajen yang ditempatkan ditempat-tempat lain?

Kalau untuk pengantin ada yang disebut dengan sesajen khusus dan

diletakkannyapun di kamar pengantin. Sebenarnya hampir sama dengan

sesajen-sesajen yang ditempatkan di dapur, pendaringan (ngandang beras),

dan perempatan jalan yaitu beras 1 gantang (liter), kembang setaman untuk

mandi, satu buah kelapa gundul, gula jawa secukupnya, pisang raja, benang,

bumbu dapur, jajanan pasar, kaca kecil dan bedak, bumbu kinangan, telur

ayam, tikar anyaman (tikar sembahyangan).

Bekasi……………2011

( )

NARASUMBER

Page 93: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

Hasil Wawancara Dengan Ulama/ Tokoh Agama Desa Samudera Jaya

Nama : Muslim

Usia : 33 Tahun

Pekerjaan : Guru

Alamat : Kp. Sasak Desa Segera Jaya Taruma Jaya Bekasi

1. Apakah bapak mengetahui adanya tradisi sesajen ketika acara walimatul

‘ursy di Desa Samudera Jaya?

Iya, saya mengetahui tentang adanya tradisi sesajen yang digunakan oleh

masyarakat Desa Samudera Jaya sebagai pelengkap acara walimatul „ursy.

2. Apakah bapak mengetahui dari mana tradisi sesajen di Desa Samudera Jaya

berasal?

Kalau untuk asal atau keberadaan tradisi sesajen saya kurang begitu mengetahui.

Namun sedikit yang saya dengar bahwa dulunya nenek moyang yang tinggal di

Desa Samudera Jaya ini adalah orang-orang Jawa dan mungkin karena hal

demikian sehingga tradisi sesajen ini bisa sampai.

3. Apakah bapak mengetahui sejak kapan tradisi sesajen sampai kepada

masyarakat Desa Samudera Jaya? Mengapa bisa sampai kepada msyarakat

Desa Samudera Jaya?

Proses ini terjadi sudah sangat lama, bisa dikatakan sudah berasal dari nenek

moyang kita yang mempercayai adanya pemikiran-pemikiran yang religius.

Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat guna mencapai sesuatu keinginan atau

terkabulnya sesuatu yang bersifat duniawi.

Page 94: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

4. Apa dalil dan argumentasi bapak tentang tradisi sesajen ini yang sudah

tumbuh dan melekat pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

Budaya dan adat kebiasaan yang bertentangan dengan agama Allah itu dilarang,

contohnya seperti: budaya syirik yang diantaranya menjadikan makhluk-makhluk

yang sholeh sebagai perantara dalam beribadah, memberi kurban atau sesajian

untuk para roh yang ditakuti dan diagungkan, bersumpah dengan selain nama

Allah dan seterusnya. Budaya dan ritual orang-orang musyrik baik zaman dahulu

maupun zaman sekarang. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Al-An‟am

ayat 136.

5. Bagaimana pendapat bapak tentang praktek sesajen yang digunakan ketika

acara walimatul ‘ursy?

Kalau hanya bicara tentang tradisi praktek sesajen yang digunakan pada saat

walimatul „ursy itu adalah salah satu tradisi yang baik. Namun, berbeda halnya

dengan keyakinan, sangat dikhawatirkan sekali kalau tujuan dari sesajen tersebut

menjadi faktor utama untuk meminta keberkahan.

6. Bagaimana pengaruh terhadap adat setempat dengan adanya tradisi sesajen

di Desa Samudera Jaya?

Pengaruhnya sangat kuat sekali terhadap adat masyarakat Desa Samudera Jaya

sendiri. Karena memang makna yang sesungguhnya dari tradisi sesajen ini adalah

untuk mengukuhkan rasa kekeluargaan, sebagai wujud bakti juga terhadap orang-

orang tua yang yang telah mendahului kita. Jika sesajen dimaknai dan

dipraktekkan sebagai shodaqoh maka hal tersebut lebih baik lagi. Karena memang

sekarang ini sudah ada beberapa orang yang mengubah teknis tersebut seperti

makanan-makanan yang awalnya hanya murni untuk sesajen yang akan

diletakkan di tempat-tempat tertentu mulai agak dirubah yaitu sesajen yang akan

dipersembahkan diberi doa kemudian setelah itu bisa dinikmati bersama-sama

oleh sanak-saudara, tetangga, dan para undangan.

Page 95: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

7. Apakah bapak mengetahui siapa saja yang mempraktekkan tradisi sesajen

yang ada di Desa Samudera Jaya?

Yang saya ketahui yang paling tahu tentang praktek sesajen tersebut adalah bapak

Lihan, karena memang bapak Lihan yang sering kali dipercaya oleh masyarakat

Desa Samudera Jaya dalam hal sesajen.

8. Mengapa masyarakat Desa Samudera Jaya harus menjadikan sesajen

sebagai tradisi dalam acara walimatul’ursy?

Mungkin untuk menyampaikan rasa syukur atau sebagai ungkapan rasa bahagia

karena dimana kita ketahui untuk mengadakan walimatul „ursy itu memerlukan

biaya, jadi ketika semua terlaksana biasanya ada rasa bahagia dan sesajen adalah

salah satu bentuk nyata yang bisa dilakukan oleh shohibul hajat.

9. Berdasarkan pengamatan bapak dampak apa yang terjadi dengan adanya

tradisi sesajen? Mengapa bisa terjadi?

Dampak yang pasti akan terjadi adalah masalah keyakinan terutama bagi

masyarakat Desa Samudera Jaya yang awam (tidak mengerti akan pendidikan

baik pendidikan formal atau non formal). Menyajikan sesajen adalah suatu

kemusyrikan, walaupun sebenarnya ada suatu symbol atau siloka di dalam sesajen

yang harus kita pelajari. Siloka adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian

atau gambaran yang berbeda (aphorisma). Dan walaupun kearifan local yang

disimbolkan dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan, karena itu adalah

kearifan budaya local yang diturunkan oleh leluhur kita. Namun, hal demikian

tetap dikhawatirkan karena masyarakat terkadang tidak melihat makna yang ada

dalam sesajen melainkan tujuan yang hendak mereka capai ketika mengadakan

acara walimatul „ursy.

Page 96: SESAJEN PADA PELAKSANAAN WALIMATUL ‘URSYrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18712/1/HALIMAH... · Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

10. Siapa saja yang akan terkena dampak dari tradisi sesajen yang tumbuh

pada masyarakat Desa Samudera Jaya?

Mengenai hal demikian, jika ditelaah dari apa yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Samudera Jaya maka kemungkinan besar generasi-generasi penerus

masyarakat Desa Samudera Jaya akan terus melangsungkan adat sesajen dalam

walimatul „ursy tersebut. Karena, keyakinan tentang adat sesajen tersebut sudah

melekat dalam diri masyarakat Desa Samudera Jaya, mereka meyakini bahwa

pemberian sesajen adalah sebagai tanda pennghormatan atau rasa syukur terhadap

semua yang terjadi di masyarakat.

Bekasi……………2011

( )

NARASUMBER