Serenade of Love

81
Serenade of Love 2011 Naskah Antologi Puisi Irma Garnesia Rindu karena cinta itu lebih dahsyat daripada penyakit yang diderita oleh orang gila. 2011 Irma Garnesia [Type the company name] 1/1/2011

description

Antologi Puisi Irma Garnesia

Transcript of Serenade of Love

Page 1: Serenade of Love

Serenade of Love 2011 Naskah Antologi Puisi Irma Garnesia

“Rindu karena cinta itu lebih dahsyat daripada penyakit yang diderita oleh orang gila.”

2011

Irma Garnesia [Type the company name]

1/1/2011

Page 2: Serenade of Love

Sebuah Cerita Tentang Rindu A : “aku merindukanmu sayang!” B : “Aku juga sangat merindukanmu, seperti bulan yang tak pernah bertemu dengan matahari.” A : “Aku sedang sakit.” B : “Cepatlah mati!” A : “Kenapa begitu??????” B : “Karena mati tak mengharuskan rindu, pun rasa sakit.” 01-04-2011

Page 3: Serenade of Love

Cuma Begitu cuma begitu. aku tak dapat menahan beban waktu. jam berderak patah, suara gergaji di luar. sound system yang menyanyikan lagu, pun air di kamar mandi yang belum kumatikan. cuma begitu, aku tak dapat bertahan. menjadi batu yang tahan terik, sebab matahari selalu akan bersinar kecuali waktu berhenti berdetak. cuma begitu, aku tak dapat membaca, aku tak dapat menulis, dan bernapas. 16032011

Page 4: Serenade of Love

Menjadi Puisi aku bermimpi engkau menjadi puisi, dan aku bisa memainkannya sesuka hati. aku bermimpi tentang engkau, kafe, mobil, dan jalan itu. aku tau segala tentangmu adalah sebuah imajinasi. maafkan karena aku menyimpanmu begitu jauh dalam benakku. aku lupa menaruhmu di mana, sehingga kau selalu hilang dengan mudahnya. begitu juga dengan pengembalianmu, kau datang dan pergi sesukamu. aku berharap aku bisa menjadi imajinasi dan menelusup ke pikiran engkau. merusak saraf pusat, saraf tepi, dan koordinasi. sehingga engkau diam-diam menjadi puisi dan aku menjadi lakonnya. 06-02-2011

Page 5: Serenade of Love

Di Hp ia berharap sebuah nada tanda pesan masuk akan datang. sebab telah berhari-hari ia tidak membeli pulsa elektrik, dan berhutang di warung kopi. listrik juga tak mau kompromi dengan mati dari pagi sampai pagi, membuat signal semakin buruk dan tiada pesan yang masuk. namun ia tetap menanti sampai waktu melapuk, wajah menua dan rasa beringsut padam. ia pegangi dadanya, ada yang hilang, detakkah jantungnya atau hanya getar di hp? 07-04-2011

Page 6: Serenade of Love

Placebo mencintai bukan untuk disakiti. purnama jatuh, kuning telur jadi koloid, kopi jadi suspensi, dan aku jadi heterogen. mencintaimu membutuhkan konsekuensi. bunyi hujan atau air kran kah yang jatuh satu-satu? suara ketukan pintu ataukah suara televisi di luar itu? tapi getar di hp-ku belum juga ada, sementara dadaku bedug magrib yang siap dipukul. dan badanku thermometer 40 derajat celcius. tapi mencintai memberi keberanian. keberanian dari sekedar berlari, berucap, atau menghindar. mencintai pula memberi arti dari : mati. 21052001

Page 7: Serenade of Love

Sedikit Saja sedikit saja kuminta kau mengerti, bahwa bulan mei tidak jauh lebih gurun dari hatimu. daun-daun berguguran, pasir beterbangan, begitupun cinta. rumput dipangkas, awan menghitam, hujan tak pernah turun, dan kamu masih duduk di sampingku. sedikit saja kuminta kau mengerti, matamu memang tak bisa membaca tanda-tanda. aku bukanlah segala, cuma angin yang berada disekitarmu, tapi kau tak tahu. sering aku mencuri pandanganmu, sering aku memperhatikanmu, tapi kau tak peduli. sering aku mati, sering aku luruh, sering aku retak, tapi kau buta, tuli, bisu, punah mata hati. 15-05-2011

Page 8: Serenade of Love

Masa Putus! yang ia ingat hari itu adalah ia berada di ruang akustik. memakai baju batik, dan sedang memainkan musik. tapi dering di telepon sungguh menghancurkan setiap nada yang ada, menghancurkan dentuman dari bass yang sedang ia mainkan. membuat air mukanya menjadi merah padam, dan dirinya jadi naik pitam. tapi ia hanya tertawa pasrah, sebab ia yakin bahwa perasaan hanya masalah mainan, dan ia akan melupakan segenap kejadian, segenap momen hanya dalam waktu sehari. lalu diam-diam ia menuliskan itu dalam diari agar bisa dibaca suatu hari, dan memandangi matanya sendiri yang tengah menelan air mata. 07-04-2011

Page 9: Serenade of Love

Jadi Hantu jika ada masa reinkarnasi kedua, aku ingin sekali menjadi hantu. sebab hantu begitu bebas, tak ada yang mengekang, tak ada yang memburu (kecuali orang-orang tak berilmu yang hanya ingin tahu), tak ada aturan hantu harus memakai apa, makan apa, minum apa. jika aku benar-benar jadi hantu, pasti aku menjagamu. karena aku hantu yang berbudi, setidaknya seperti casper. aku bisa jadi temanmu ya? tapi bahkan kini kau sudah memanggilku ‘hantu’ ya? apa wajahku sudah seperti hantu pula? 220611

Page 10: Serenade of Love

Things, I satu-satunya yang kuingat tentangmu adalah air mata. dan banyak hal yang kusaksikan darimu hanyalah sebuah dusta. aku merindukanmu, dan aku berdusta. aku mencintaimu, dan aku berdusta. kau menatapku sangsi, dan mengalihkan pandangan. dan itu dusta. tahukan kau? aku trauma pada setiap mobil yaris berwarna hitam. sebab aku selalu berharap engkau akan menurunkan kaca mobil dan menyapaku. tapi mobil itu bukan kau. dan sesungguhnya kamu tak pernah berada di sana. aku juga trauma pada jalan, sepatu, mata, dan darah. aku coba membuangmu, jauh. jauh sekali. dan dusta! aku tak pernah melakukannya. 06-02-2011

Page 11: Serenade of Love

Kehilangan Tanpa Pernah Memiliki apa kita bisa kehilangan tanpa pernah memiliki? burung jatuh dari terbangnya, angin bertiup dan menerbangkan gugur daun. aku lupa mematikan televisi dan radio di rumah…………. ………………………………….lupa pula mematikan hatiku yang sepertinya kalut pada setiap kata-katamu, khawatir kehilanganmu yang tak pernah merasa ingin dimiliki. apa kita bisa memiliki setelah kehilangan? foto-fotomu masih kusimpan, suaramu masih terdengar dari telepon di seberang sana…………………….tapi aku telah kehilanganmu lebih jauh dari rumahku ke rumahmu, mataku ke matamu, hatiku ke hatimu. 030711

Page 12: Serenade of Love

Merasa Bersalah tak ada gunanya engkau merasa bersalah atas kejadian yang lalu itu. sebab waktu kian menua, usia melapuk, wajah mulai keriput, dan berusaha menahan penyakit yang kian mengamuk. tak ada gunanya engkau merasa bersalah sebab aku telah melupakanmu, jauh…jauh sebelum engkau membaca surat-surat itu. jauh sebelum toko yang kerap menjajakan mimpi itu tutup. jauh sebelum hatiku membeku dan kubuang entah kemana. tak ada gunanya merasa bersalah, sebab waktu tak akan kembali. sebab doraemon telah mati, tak ada lagi kantong ajaib, ataupun pintu kemana saja yang bisa membawa kita ke masa lalu. membawa hatiku ke hatimu. hatimu! 220611

Page 13: Serenade of Love

Di Tempat Paling Jauh di sana, di tempat paling jauh. aku telah mati layaknya hatimu. tak bisa kompromi dengan hipotermia, menderita hipokondria, dan dilanda gila. dan engkau akan mengigau, di sana, di tempat paling jauh pula, mengigaukan aku yang tak kunjung kembali membawa secangkir kopi untuk diminum berdua. sebab kopi di sana itu, di tempatmu sangat mahal. tapi kopi itu terlalu pahit, sebab aku tak biasa memakan gula. di sana, di tempat paling jauh…aku telah mati, kematianku akan dipampang di surat kabar, televisi lokal dan internasional dengan headline ‘orang gila telah mati sambil menggenggam cangkir kopi.’ lalu kau akan tertawa, menyusulku ke tempat paling jauh sambil mengigaukan namaku dan membawa secangkir kopi. 07-04-2011

Page 14: Serenade of Love

Jarak aku pernah bilang, “jarak harusnya bukanlah jurang yang membuat mata kita saling bertaut, lalu hilang begitu saja.” tetapi tidak kini. matahari terbit selama 96 hari dan semua itu berubah. meskipun bunga Eugenia jambos tetap tumbuh dengan indahnya, dan Banar tetap merambat sesukanya. semua hal bisa berubah. “jarak, pisahkan kami! pisahkan kami dari rasa sakit hati!” doa seorang pendosa yang sangat biasa. jarak seharusnya bisa menghapus segala kesedihan, menghapus nama, wajah, mata, atau bahkan hati? 06-04-2011 pukul 20.42

Page 15: Serenade of Love

Di Masa SMP Yang di ingatnya di masa putih biru ini hanyalah buku yang bertumpuk-tumpuk, tas yang berat, dan wajahmu. satu-satunya alasan ia tak pernah menyapamu adalah karena ketakutannya. segala yang ia sembunyikan dibalik matanya adalah kenangan tentangmu. tentang angkot yang lewat pagi itu, tentang coklat, bakso, tas, jam tangan, dan puisi. Bertahun-tahun ia belajar menulis tentangmu, tapi tak pernah berhasil. Kini ia hanya takut, ia takut pada segala hal. takut pada matamu, bibirmu, dadamu, tanganmu, wajahmu, dan hatimu. 23-01-2011

Page 16: Serenade of Love

Hipokondria aku menderita hipokondria. tidak sama dengan mitokondria. tidak sama dengan sitoplasma, atau hal lainnya yang berhubungan dengan sel. aku cemas pada setiap gerakanmu, pada setiap tingkah laku, dan detak jantungmu. aku sedih, kelabu, murung dan gila tanpa alasan yang jelas. aku bukan orang pesimis yang selalu bersedih dan gundah, sebab kesedihan yang kualami hanya akan dialami beberapa orang dan kesedihanku itu sangat menyakitkan. aku tidak akan ceritakan di sini, karena siapapun tak boleh tahu (definisi dosakah?) aku hipokondria. dan aku bukan mitokondria. aku cemas pada kesedihan ini. cemas suatu saat ini aku akan tenggelam ditimpa lautan kesedihan ini dan berujung pada kamar segi empat bercat putih. 06-04-2011 pukul 20.34

Page 17: Serenade of Love

Curcoll: Galau aku ingin mengutuk telepon genggam, facebook, dan twitter. aku ingin menghapus diari, puisi, dan hati. jarum jam berdetak tapi tak ada dering di hape, tidak ada mention di twitter, dan tak ada notification di facebook. Mengapa dunia begitu singkat sehingga setiap pertemuan hanya menyajikan satu tatapan? kita terpisah di antara rak makanan di kantin, aku tidak dapat menjangkaumu, sementara makanan ini belum kubayar. segerombolan orang menyeruduk, menyerbu, dan mengusik kegelisahan. sementara mata kita belum bertatapan, tangan kita belum bergenggaman. lima belas menitku habis untuk menunggumu di antara rak makanan itu, sementara perut mulai berbunyi sampai ke ulu hati. dan aku tak pernah menemukanmu di antara rak makanan itu. 30-05-2011

Page 18: Serenade of Love

Suatu Hari Di Koridor seseorang tengah menatapi rasa gelisahmu. semalam kau menangis karena tak ada dering di telepon, drama korea, dan surat yang tak sempat kau baca. seseorang tengah menatapimu yang tiba-tiba menjadi batu. tapi kau tak pernah membaca tanda-tanda. angin, kertas, pena, dan lantai hanya menjadi sesuatu yang tak berharga. kupu-kupu, jangkrik, dan bunga sepatu hanya menjadi benda mati di matamu, begitu juga dia. tapi kau tak akan pernah tahu, bagaimana dia memandangimu, memikirkanmu, memimpikanmu, mencintaimu, dan telah melupakanmu. 23-01-2011

Page 19: Serenade of Love

Tentang Mimpiku Semalam “semalam aku bermimpi bertemu dengan dirinya…” aku tidak akan melanjutkan lagu ini, sebab semalam hanya sekelebat cahaya darimu yang tampak. remang-remang, sebutir cahaya datang. menusuk mataku! aku terbangun dan tiba-tiba tak ada dirimu. padahal baru saja kamu tersenyum di sana, mengenang aku yang sudah berguguran bersama daun di musim ini. melihat aku yang terbang disapu debu jalanan, basah dimandikan hujan semalam, dan hanyut terbawa arus. sejatinya mimpi tak akan pernah terjadi. aku tak akan mongering laiknya daun yang rapuh itu, aku tak pula menjadi debu, diterbangkan bayu, pun hanyut terbawa arus. pun kau! tak akan pernah menjadi sekelebat cahaya dalam mimpiku. 16-03-2011

Page 20: Serenade of Love

Rindu dan April Mop aku merindukanmu, dan kau bilang itu bohong. sebab sekarang sedang april mop. setiap orang bebas berbohong, karena bohong adalah gaya hidup. tetapi aku tidak begitu, aku merindukanmu seperti kemarau yang kering yang merindukan air, seperti daun Maple yang pucat, pohoh Ek yang merindukan tupainya, dan seperti-seperti hal lain yang tak kau percaya. sebab aku tak pernah percaya pada april mop yang pernah membunuh itu. karena april selalu menyisakan tanya tentang senja yang selalu pergi tanpa dirimu, tentang mata hari yang terbit tanpa dirimu, pun tentang hujan yang turun tanpamu. tetapi aku hanya percaya pada bibirmu yang katanya merindukanku. “hei, april mop sudah habis bukan?” 01-04-2011

Page 21: Serenade of Love

Sedikit Saja, Kuminta Kau Mengerti! sedikit saja, kubiarkan kau mengerti. angin tak mungkin menyampaikan pesan, mentari akan selalu terbit dan terbenam di jam yang sama, hujan bulan juni yang tua dan keriput yang turun seperti biasa. hanya akulah sesuatu yang tidak biasa. yang menunggumu sampai seharian. menunggu pesan-pesanmu selama tiga hari, dan menunggu telepon darimu selama satu minggu. hanya aku yang menunggu wajahmu selama dua bulan, dan membisu menghancurkan semua itu. semua kebodohan adalah biasa. tiba-tiba aku sudah berada di ujung jurang yang menghadapkan pada pilihan, hidup atau kehilangan? salah satu pilihan menimbulkan suatu konsekuensi. aku tak siap. aku tak siap. 06-04-2011 pukul 20.13

Page 22: Serenade of Love

Kepada Siapa? kepada siapa aku hendak mengadu? aku tak tahu namamu, dari mana kau, dan apa tujuanmu. tetapi mata kita menyatu, bukan? kenapa engkau tersenyum? bahkan waktu tetap berjalan, AC tetap menyala, dan orang-orang hilir mudik. cinta yang datang padaku rabun, bukan buta. aku masih bisa melihatmu dari jauh, senyummu, matamu, caramu menatap, dan kacamatamu. bahkan kita sama-sama memakai baju hitam dan kacamata ya? tapi cinta masih juga rabun, waktu berjalan, dan aku tak tahu siapa dirimu. mengapa engkau melihatku dan tersenyum? apa engkau percaya cinta pada pandangan pertama? tapi tiba-tiba engkau pergi dan meninggalkan pertanyaan tentang bagaimana matamu bisa jatuh di mataku. meskipun aku masih berharap mata kita dapat bertaut lagi dalam tanda tanya. 05-06-2011

Page 23: Serenade of Love

Sebait Rindu dan kubuka laptop, hp, dan buku. pesanmu diam-diam kubaca, dan akun facebook-mu diam-diam kubuka. ternyata kamu sedang berulang tahun. kutulisi sebentuk kalimat yang tak kumengerti, dan kuusir segenap keangkuhan, kesombongan, dan rasa curiga. selama ini kita telah hidup dalam kebohongan. aku tulis sajak ini, berharap kamu membacanya. dan tahu seberapa pengecut dan bodohnya aku. sebab di antara banyak puisi aku tak pernah menciptakan yang indah untukmu. ah, aku merindukanmu dengan berbagai mimpi yang tersajikan, dengan berbagai kata yang pernah kutorehkan, dan dengan segala kesalahan dan dosa yang pernah kulakukan. 23-01-2011

Page 24: Serenade of Love

Tepat Berakhir di 6 April tepat dimulai di bulan berakhiran ber, ternyata cinta yang dimulai di bulan yang berakhiran ber akan sangat menyedihkan. sesedih dirimu yang selalu menghitung cicak yang merayap, di malam-malam yang dingin, dinding yang putih, sendirian. kesepian. aku pun bukan pelampiasanmu, aku cuma tupai bodoh yang selalu terjatuh jika melompat, sebab perhitunganku menuju hatimu memang selalu salah. mekanika, velocity, akselarasi, dan segala macam itu tak berlaku di dunia fiksi. semua yang berlaku di sini tidak pernah berjalan sesuai eksakta. aku tumbuh di bulan berakhiran ber, dan meledak di bulan ini. langit tak runtuh, senja tetap memerah, dan pohon Maple tetap berwarna merah tua, pun mentari yang tak kunjung terbit dari barat. ‘aku beranjak dari hidupmu’ bunyi sound system yang seakan tahu isi hatiku yang siap meledak sebelum malam-malam yang gelap pekat membawa kesunyian, membawa kesepian, dan belasungkawa. TIDAK! aku tidak meledak, tapi kempis. sebab ledakan hanya akan menghamburkan isi sebanyak-banyaknya. dan aku tak ingin semuanya berhamburan. mari kita membuka pengait ini dan mengempis perlahan. 06-04-2011 pukul 19.55

Page 25: Serenade of Love

Melayang Di Udara apa aku gila jika aku sangat ingin melayang di udara? mungkin aku akan terbang bersama karbon monoksida, nitrogen, helium, ataupun karbon dioksida yang kerap kali bikin kamu sesak napas. andai aku bisa melayang pastilah aku terkenal dan masuk koran. tentu pula aku bisa menggantikan Jackie Chan main film action, atau jadi bintang iklan rokok tiap malam. andai pula aku bisa melayang, tentulah aku akan terbang bersama udara, tak perlu naik angkot, tak ikut kemacetan, tak ketemu demo di jalanan, atau menabrak tiang listrik. jika saja aku bisa melayang, tentulah aku sering mangkal di TV atau surat kabar, muncul di gosip selebritis, jadi perbincangan di kedai kopi, muncul di meja DPR, dituding sebagai alien, makhluk planet, atau dikira tubuhku terisi oleh udara dan dilapisi parasut. tentulah semua orang menganggapku bukan manusia, pun kau! 220611

Page 26: Serenade of Love

Sajak Malam Pertama Ramadhan Tarawih “Allahuakbar!” “Hoaaaaammm!” Sedekah Seorang anak bertanya pada ibunya, “Ibu, untuk apa bersedekah sebanyak itu?” sang ibu menjawab, “Supaya tenar, Nak!” Sendal Tidak hanya pahala berlipat ganda, pintu surga yang terbuka, pintu neraka yang tertutup, setan yang dibelenggu, dosa yang diampuni, rahmat yang berlipat ganda, tapi juga parade sandal setiap malam. Mencatat malam-malam panas, tenggorokan yang kering, dan bibir yang keriput. anak-anak seusia sekolah sudah duduk manis mencatat isi cermamah, sementara si udztad belum juga bicara. “Pak, kami ingin mencatat! cepatlah mulai!” “Baiklah, silahkan keluarkan hatimu dan catat ceramahku ini di hatimu!” 310711

Page 27: Serenade of Love

Skenario Tukang Sate ah…tukang sate pasti tahu anak-anak muda yang lemah iman dan hobi main petasan akan mampir membeli makanan saat ceramah disampaikan. dan remaja dengan nafsu menggebu dan badan ranum akan lebih menikmati skenario pacaran ketimbang ceramahan. ah mungkin tukang sate itu sutradara terkenal yang terampil membuat cerita drama macam ini. sebelum adzan isya berkumandang ia telah mengibas-ngibaskan bawang goreng yang dibakar. dan sambil imam bilang amin, mereka juga bilang WANGIII atau mungkin juga dia setan yang menyamar dan lepas dari penjara, sebab puasamu batal tadi pagi, batal tadi pagi, karena tak kuat menjaga mata. menjaga MATA. Undatable

Page 28: Serenade of Love

Melayang di Udara aku ingin terbang seperti Icarus dan Daedalus, lari dari labirin hidupnya menuju kehidupan yang sebebas-bebasnya. aku ingin melayang di udara, terbang di atas danau, mencapai atmosfer terluar, berpacu dengan jet dan pesawat. aku ingin bikin rekor muri yang sering kamu ragukan, seperti St. Joseph dari Copertino, meskipun aku bukan orang tersuci abad ini. mengalahkan tradisi Vedic kuno, mengalahkan Firaun kalau perlu, ah sayang tapi rekor muri hanya mengurusi orang dengan alis terpanjang, orang paling pendek, dan orang paling tinggi. ah…aku ingin dapat novel. kira-kira dalam hal apakah mereka akan memberiku penghargaan? mungkin saja begini, penghargaan diberikan pada ‘anak kecil yang telah berhalusinasi’. 010711

Page 29: Serenade of Love

Sedikit Saja Sedikit saja kuminta kau mengerti, bahwa hujan bulan November tak bisa membuatku berenang dalam angan-angan, dan kemarau bulan April tak akan membuatku menderita oleh kepanasan. kita sama-sama tahu, kita manusia dan hanya hidup sekali. sedikit saja kuminta kau mengerti, bahwa kehidupan tak pernah menawarkan hal yang benar-benar kita impikan kecuali cinta. dan haruskah cinta itu kubuang dipinggir jalan dan aku sendiri mengerang kelaparan? sedikit saja, mengertilah bahwa malaikat tak lama lagi akan menjemput kita. akankah kita kembali tanpa membawa cerita untuk mereka? atau kita hanya daging yang bernama dan tak punya mimpi? 091111

Page 30: Serenade of Love

Sajak untuk Rindu baru saja rindu keluar dari kubur mencari dirimu yang kini sedang makan kuaci dan memakai baju yang belum dicuci. ah ah rindu pun kini telah serupa dengan mayat yang mencari mangsanya seperti di film-film horor itu. tetapi kau malah acuh. tak peduli pada rindu yang telah busuk dan lapuk ini. kau malah bertanya, “untuk apa rindu yang telah membusuk dan tertimbun menahun?” hujan tiba-tiba jatuh satu-satu, dan hati mendadak mati. aku ingin bertanya, “setelah rindu mati untuk kedua kali, siapa yang akan men-starter hatiku?” 01-04-2011

Page 31: Serenade of Love

Kembali Berpikir! aku menulis puisi dan kembali berpikir, tidakkah kamu tahu, angin yang menusuk, suara desingan mobil, suara telepon, suara air wudhu selalu mengiringi perjalanan kita. tapi kita belum juga bersapaan, tangan kita belum juga bergenggaman, dan mata kita belum juga bertaut. sementara ice cream yang kupegang telah tandas dimakan udara yang rakus akan oksigen. langit memerah, mentari akan terbenam sementara kamu belum juga menampakkan mata, telinga, kerudung, dan kaki. aku kembali menulis puisi dan berpikir, tidakkan suara hujan, suara televisi, deringan telepon, suara peluru, atau bahkan suaramu akan membangunkanku dari mimpi penantian ini? Undatable

Page 32: Serenade of Love

Nostalgia Foto kubuka foto lama, dan secercah kenangan melesat-lesat menerpaku. betapa aku telah banyak mencintai objek dan melupakannya dengan mudah. seperti sebuah daur hidup: jatuh cinta—jatuh dari cinta—melupakan. terkadang singkat dan seringkali bertahun-tahun, tapi semua hanya tergantung waktu. kulihat lagi foto dan di sana terdapat letupan hati yang gosong, terlalu lama terpanggang di perasaannya sendiri. aku tahu, kamu pun tidak bisa membaca mata, hati, dan perlakuan. tapi apa kamu juga tak bisa membaca puisi? 02-06-2011

Page 33: Serenade of Love

Menjauh aku sangat ingin meneleponmu saat ini, atau mungkin mengirim sebuah pesan yang berisi: “aku akan menjauhimu.” tapi ini tidak etis, sebab kau hanya debu yang beterbangan di jalan, ban mobil yang terbakar, bau parfum di angkot itu, dan ayam goreng di warteg itu. aku pun tak tak ingin bilang “aku ingin menjauhimu,” karena memang aku tak sanggup. sebab kamu selalu menggambar diriku di salah satu koordinat di hatimu, dan seringkali kamu menghapusnya. aku ingin menjauhimu karena ternyata aku tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku telah memiliki dan kehilanganmu secara bersamaan. 030711

Page 34: Serenade of Love

Jam Dinding dan Aku jam dinding itu memelototiku, kenapa masih di sini? seseorang telah menunggu dengan tangisnya. lalu? aku tak tahu berapa banyak jam dinding yang terpajang di rumah ini, mungkin biar selalu mengawasiku. dan berkata, “waktu bukan sekedar uang”. aku tak perlu uang untuk hidup, ini bukan kajian filosofis sialan, aku pernah berpikir bagaimana jika uang dimusnahkan dan manusia bebas mendapat apa yang ia mau. tapi aku bilang, manusia perlu cinta untuk tetap hidup. persetan ia megantropus paleo javanicus, atau sekedar rhizopus, atau hanya wiring bittarae. mengapa jam dinding tertawa? karena aku dan setumpuk buku-buku yang tak kunjung bikin pintar atau karena aku begitu mencintai kesunyian? sepertinya jam dinding akan tertawa dan menjawab, “aku bisa bikin kamu tua lalu mati!” Undatable

Page 35: Serenade of Love

Suatu Hari Di Kelas 104

Ia nyalakan LCD dan memutar film horror. ia menggigit

bibir, dan menutup mata. takut seakan-akan hantu itu akan

keluar dan memeluknya. ia memeluk tas, dan menutup mata

tiap ada bercak darah. perlahan air matanya mulai menetes,

di dalam ketakutannya. ia takut pada ketukan pintu, langkah kaki,

bayangan, dan gumam suara. ia memelankan volume,

dan berjalan keluar, menembus pintu dan menangis.

23-01-2011

Page 36: Serenade of Love

Puncak Rantai Makanan aku akan menjadi puncak rantai makanan, menjadi konsumen tingkat akhir yang paling buas, menjadi predator paling ganas, dan menjadi omnivore yang tiada puas. aku berada pada urutan teratas, menindas yang di bawah, dan membiarkan mereka mati menyedihkan. lalu meneror siapa pun yang memendam ketakutan, dan berkuasa selama musim kemarau dan penghujan. tetapi aku memiliki ketakutan di akhir. aku takut pada akhir yang selalu membawa tanda tanya besar, membawa kemungkinan antara iya dan tidak. aku membenci akhir yang membawa kita para ‘konsumen tingkat akhir’ ini pada sebuah seleksi alam. 06-04-2011 pukul 20.06

Page 37: Serenade of Love

Intro setiap dentuman kubiarkan berlalu. tak ingin kudengar, tak ingin kurasakan. musim ini begitu tak beraturan. semua hal bertubrukan dan memiliki momen inersia. tapi memang cuma kamu yang memiliki sejuta rahasia dan keanehan. aku tandas dalam air mata yang tiada mengalir. aku mampus dalam tiap bait sajak yang hanya mengalir. aku tenggelam dalam tiap buku yang kubaca. pun dalam setiap dentuman piano, dentuman kesedihan, dan ketukan kenangan. setiap intro adalah detak jantung, setiap puisi adalah aliran darah, dan setiap intro kehilangan adalah kematian. 06-04-2011 pukul 20.27

Page 38: Serenade of Love

FK FK fk fk, berhentilah menghantuiku dengan senyummu, suaramu, dan matamu. karena hari-hari yang kita lalui tak lagi selucu dahulu. Mr Bean telah minggat dari dunia komedi, begitupun aku yang akan minggat dari hidupmu. fk, setahun sudah awan menggumpal tak kunjung menjadi hujan, kemarau masih panjang, dan kau masih sendirian. akankah kau terus berenang dalam gelas air mata? aku tahu kelopak matamu selalu sayu, kantung mata membesar, dan wajah selalu murung. fk, berhentilah menderita. harus berapa kali kukatakan, dewasa itu pilihan. kapan kau berhenti menangis? jika aku meninggalkanmu, akankah kau membuka produksi berlian dari air matamu itu? ah nanti kau tenar dan melupakanku pula. fk…fk kehidupan tak pernah menjajakan sesuatu dengan murah meriah, sudahkah uangmu cukup membeli kebahagiaan? 24112011

Page 39: Serenade of Love

Di Depan Masjid aku pergi ke masjid. tuhan-kah yang kutunggu? atau diri-Mu? yang bahkan belum tentu datang. aku menahan lapar, rindu, dan mata yang memerah menahan kantuk karena semalam tidak tidur dalam mimpi yang menayangkan-Mu, seperti televisi hitam putih di rumahku yang mulai reot dimakan umur. aku sudah di rumah-Nya, tapi tak melihat-Mu. dimana Kamu sebenarnya? apakah Kamu lelaki atau perempuan? memakai selendang atau celana panjang? 29-05-2011

Page 40: Serenade of Love

Beberapa Sajak Tentang Kumpulan Soal Bahasa Indonesia Sintaksis “aku tidak mencintaimu kecuali karena aku mencintaimu” apakah kalimat ini efetif? kecuali sintaksis telah mempengaruhi cara berpikir, cara merasakan kalimat, dan bertutur kata. apakah kamu hanya akan menggunakan logika tanpa perasaan? sama seperti angka-angka tak berperasaan di papan tulis itu. karena itu pula ia membutuhkan padanan dengan kata-kata. lalu jika angka dan kata-kata adalah pasangan yang efektif, tidak dapat dipisahkan, maka bagaimana aku denganmu? efektifkah? Semantik ‘hidup itu amfoter’. apakah kau akan menyangkalnya? hari ini lakmus kehidupan berwarna merah, dan esok menjadi biru. lusa mungkin saja abu-abu. tapi cuma hatimu yang netral tidak pernah berubah oleh asam atau basa, sehingga PH meter itu tidak pernah berubah dan tetap dalam sedia kala. lalu hatikukah yang bisa menghidrolisisnya? Undatable

Page 41: Serenade of Love

Beberapa Sajak Pendek di Depan Televisi William bolehkah aku bermimpi jadi ia menciptakan rekor pernikahan baru? Televisi di televisi, ada kamu. aku menontonmu dan tiba-tiba kamu seperti nyata. menjulurkan tangan keluar. Hantu bolehkah aku menjadi hantu menjaga dirimu dari setan yang terkutuk? Amfoter kaukah yang asam atau basa? atau garam? tapi darahmu hambar. Kabut seperti rindu yang kabur, gampang dihapus oleh pembersih kaca. akukah yang rindu lalu dihapus kembali? 21052011

Page 42: Serenade of Love

Kota ini merindukanmu : SOW kota ini merindukanmu, lewat jalan-jalan yang basah, lewat dedaunan yang terbang ditiup angin, lewat jejak yang kau tinggalkan dan dihapus waktu. aku sepotong kenangan yang tak kau bawa, sepotong daging yang coba menemukan engkau di antara serpihan masa lalu, sebuah mainan anak-anak yang mencari engkau lewat album foto. dimana kau? kota ini menanyakan kabarmu, aku harus menjawab apa? sebab mulutku lebih bisu daripada bibirmu, bibir yang belah dan pasrah. bibir yang bergerak-gerak pasrah jika aku menatapnya. bibir yang bicara tentang hujan, dan bibir yang sedih ketika hujan tak lagi mengunjunginya. bukan aku yang merindukanmu, tapi kota ini. kota yang telah sempat hancur, namun (masih) merekam wajahmu didalamnya. *SOW everything about you would be done and die.

Page 43: Serenade of Love

Sebuah Angkot aku masuki dirimu seperti menaiki angkot jurusan belimbing tabing ini. aku sekardus boneka Pinokio, dan kau sebuah boneka Barbie yang sangat imut dan selalu tersenyum. aku tahu Pinokio manapun pasti menyukaimu dan selalu berbohong tentang dirinya yang miskin padamu, ah tapi hidungnya tak menjadi panjang. seseorang, mungkin sopir angkot ini mengerti isyarat hati dan memutar lagu patah hati. aku tahu tuhan telah menetapkan pertemuan kita ini hanya sekali beberapa bulan dan tak teratur jadwalnya, tak seperti jadwal ujian tengah semester. mungkin tuhan tahu, Pinokio gampang tergila-gila pada wajahmu. “it’s gotta be you” ah lagu ini tak menyadarkanku bahwa angkot ini telah sampai pada tujuan. dan tujuanku adalah dirimu. namun dimana kau? sepertinya turun duluan karena memang Barbie tak pernah jatuh hati pada Pinokio. 24112011

Page 44: Serenade of Love

Suatu Hari Di Tengah Hujan yang diingatnya di tengah hujan itu hanyalah wajahmu. ia pikir hujan sore itu adalah dirimu. yang jatuh satu-satu membasahi genting, tanah, bunga, jalan, dan wajahku. yang ada di matanya adalah dirimu. duduk diam dan melamun menunggu sebuah mobil mewah berwarna hitam. dalam hati ia ingin menyapamu, melihatmu tersenyum, dan tertawa. ah tapi kau selalu saja menyembunyikan wajahmu, suaramu, dan matamu. ia tengadahkan wajahnya ke hujan, berharap kau akan melihatnya dan menjadikan segalanya mudah. ia buka mulutnya dan meminum bulir-bulir hujan yang ia percaya sebagai dirimu. 25-01-2011

Page 45: Serenade of Love

Pagi Hari Di Suatu Jalan Tanpa Nama ia ingin sekali hujan terjadi hari itu, menghapus bau kematian, gundah gulana, nestapa, dan belasungkawa. sebab hari itu seseorang telah mati dari hatinya, beranjak pergi dengan membawa dua buah koper bau dan bulukan. ia ingin sekali kemarau bulan april ini berubah menjadi bulan berakhiran –ber yang membawa hujan lebat, atau hujan bulan juni yang tabah dan tua. sebab ia ingin sekali berlari di tengah hujan dan tak ingin menangis apalagi melempar seseorang dari lantai 3 atau berteriak seperti orang gila. ia ingin hujan terjadi selamanya sehingga semua debu akan takhluk dan beringsut pergi mengikuti arah sungai, tenggelam, mengendap, dan terbawa arus ke laut, samudera biru, dan berpisah menjadi bulir-bulir halus yang tak punya arti. 07-04-2011

Page 46: Serenade of Love

Mungkin ini kejujuran? sepi adalah pembunuh paling kejam. dor! film horror di televisi memakan korban. dan hatiku salah satunya. jam berdetak, kran menyanyikan lagu using, jangkrik ikut paduan suara, dan aku termangu di depan bungkus pop mie. …………………………………………sepi……………sepi…sepi…. sepi adalah sumber penyakit gila nomor satu. tetapi cuma sepiku yang tidak kau hiraukan, tidak kau acuhkan. jarum jam tetap berdetak, jangkrik tetap bernyanyi, kran mulai berhenti berganti hujan satu-satu, pop mie menjadi basi. dor! satu korban. aku tergeletak, dada dan kepala memerah. 21052011

Page 47: Serenade of Love

Andai Mata Bisa Ngomong andai mataku bisa bicara, tentulah dia tak pernah bohong. pasti dia bilang kau yang terbaik yang pernah ia lihat. kau yang bibirnya merah dan terbelah, yang tahi lalatnya di dekat mata, dan kulitnya bengkuang masak. andai mataku bisa bicara, pastilah ia mengutarakan cinta. seperti banyak orang bilang, tak di bibir saja. lantas apakah mata tak cukup bicara, setelah semua orang berbohong dengan bibirnya, dan memiliki mulut yang sama besar dengan perutnya, biarlah mata yang berkata. biar tak satu setan pun menggodanya, menyuruhnya berbohong. andai mata bisa bicara, tentulah pandangan kita beradu, berbisik, tak ingin diusik. 24112011

Page 48: Serenade of Love

Suatu Pagi Di Jalan Pemuda

Ia merasa tubuhnya di dalam tong sampah. dan

orang lain sedang menertawai ketakutannya. Ia sering

dibodohi oleh orang-orang yang dicintainya. tentang coklat, puisi,

surat-surat di dalam laci meja itu. ia sering rindu dan sendirian,

makan sendiri, dan berbicara sendiri.

Ia selalu takut untuk bicara pada orang lain, ia takut untuk

menyapa dan di sapa. Ia hanya berdiri dengan baju lusuh di

jalan ini tanpa bicara dan memandang.

23-01-2011

Page 49: Serenade of Love

Tiga sajak untuk rindu I jalan-jalan tanpamu adalah sebuah kesia-siaaan. langit sudah memerah, dan daun-daun Maple bergguran. benar-benar senja yang eksotis. tetapi kau belum juga bangun dari mimpi, sepertinya kau tersesat seperti Alice. perlukah kutolong? II jalan-jalan tanpamu masih sebuah kesia-siaan. penyair-penyair jalanan selalu membacakan rindu yang agung, pengamen menyanyikan rindu, dan pengemis meminta rindu. tetapi memang cuma rindu yang membuatku duduk di kursi lapuk ini, menunggumu mengembalikan rindu yang kemarin kau pinjam. III jalan-jalan tanpamu selalu sebuah kesia-siaan. lampu rumah malam ini tidak dihidupkan karena bulan mengamuk dan menjadi raksasa. tapi aku tak peduli, malah ingin mengajakmu menantang bulan yang katanya sedang rindu itu. tetapi kau katakan kau adalah bulan itu, yang ingin mencabik-cabik rindu dari mulutku, dari mataku, dari dadaku, dan dari segala apa yang pernah aku rindukan. tapi aku tak peduli pada bulan, pun kau. 01-04-2011

Page 50: Serenade of Love

Untitled karena mencintaimu ia jadi paham bahwa mengagumi sama sekali berbeda dengan mencintai. ah siapa yang peduli jika ia bilang cinta, sementara kalian tak (pernah) saling mengenal. kecuali waktu mengendap dan berlubang untuk kalian, dan membiarkan hati yang pudar kembali merah muda, serta hujan di halaman berhenti, dan anggrek kembali berbunga. (dan) darimu pula ia belajar untuk menyamarkan dan menyimpan persediaan perasaan, supaya masih ada cinta saat suhu seperti kutub, dan jiwa mulai membeku, atau seperti air yang menggenangi sawah yang kekeringan, butuh hujan. ah…ia jadi lupa, sebenarnya ia sudah mengendapkan perasaan selama enam tahun. tapi kau tak juga muncul di layar kaca atau di dunia maya. dan ia mengerti, cinta butuh aplikasi, bukan teori. ah…mungkin ia butuh melihatmu setiap waktu, saat menyisir rambut, saat tertawa, memegang sendok, saat dongkol, bersendawa, atau saat kau memerah. halo cinta yang jauh di mata….sebaiknya ia pergi dan meninggalkan cinta yang telah dimakan rayap dan membuatnya tak percaya. Undatable

Page 51: Serenade of Love

Awal-awal awal awal aku mengenalmu, memang seperti sebuah siklus. aku mencari tahu, penasaran, kecewa, dan lupakan. tapi tak ada yang lebih indah dari sebuah awal. meskipun ayat suci kita menyatakan bahwa akhir itu lebih baik dari permulaan. mungkin benar, sebab aku tak akan melupakanmu jika aku tak tahu seluk belukmu, akar tumbuhmu, sampai buah yang kau hasilkan. aku tak bilang menyesal mengenalimu, aku bahagia. seperti sebuah siklus menulis, pencarian yang panjang dan sampai pada tahap publikasi tulisan. sayangnya, perasaan tak untuk dipublikasikan. apakah aku harus bilang bagaimana kau dimataku? “it comes from deep within” bunyi lagu dari headset yang kupakai. bedah saja hatiku dan lihat di bagian mana engkau berada. akankah kau telah didetoksifikasi karena hanya menjadi racun? 24112011

Page 52: Serenade of Love

Mencintaimu Seperti Burger aku ingin mencintaimu seperti burger, ah… seperti beef burger yang sering aku makan itu. seperti tuna, ham, atau mungkin hot dog yang sering aku pesan itu. ah burger…bahkan wajahmu bulat seperti burger, baumu wangi seperti mentega, dan hatimu asin seperti keju. keju yang kabarnya menguatkan gigi itu, ya? aku sangat menyukai keju. karena keju bisa menjaga gigi agar tak goyah. sebenarnya tak apa pula jika gigiku goyah, asal tak hatiku yang goyah padamu. ah burger…aku merindukanmu seperti merindukan burger di toko kue itu. tapi kini toko kue yang sering menjajakan pizza, hot dog, ayam goreng, dan aneka roti itu tutup. bagaimana dengan hatimu? apakah juga masih tutup untukku? 220611

Page 53: Serenade of Love

Suatu Hari di Sebuah Angkot

ia memandangi seseorang yang tak kunjung memandanginya.

dalam hati ia bergumam, aku mencintaimu-aku mencintaimu.

tapi hatimu memang terbuat dari tong sampah, dan matamu

memang buta, tak membaca tanda-tanda.

pohon-pohon melambai, angin menertawai, debu menahan tangis

karena tak kunjung diacuhkan, seekor kucing menertawai kematiannya

yang sadis itu. tapi kau cuma diam, memainkan lakon batu. tak bisa

apa-apa. di matamu dia bisa membaca air mata, film korea, dan surat

yang kau bakar semalam.

dia pun ingin bilang, ‘aku ingin mencintaimu dengan segala luka, diam,

kebohongan, dan segenggam air mata.’ ah! tapi kau telah menjadi batu,

diam dan menunggu musim pelapukan.

23-01-2011

Page 54: Serenade of Love

SELAMAT TINGGAL FK selamat tinggal hati yang sia-sia telah diberikan tuhan padamu. langit runtuh, matahari merah menyala-nyala, angin tiada berembus lagi, dan aku telah menguap dalam udara yang selalu kau hirup, aku telah meleleh dalam lilin yang selalu kau pakai jika listrik PLN itu padam. selamat tinggal. selamat tinggal. kau tak akan menangis, sebab air matamu telah habis untuk menangisi yang lain. aku bukan lagi pelampiasan kesedihanmu, tempatmu menumpahkan air mata, aku bukan orang bodoh dan orang gila. menangislah dan bahkan kau tak bisa mengeluarkan tetes pertama air mata. selamat tinggal sebab aku takkan pernah mengirimimu sms lagi, pulsaku habis dan tak akan kuisi, hutangku melambung, dan belum kubayar. selamat tinggal sebab kita tak akan bertemu, tiap momen bertaut satu sama lain. datanglah pada setiap acara yang ditujukan padaku, aku takkan datang, atau berpura-pura tak datang. aku melupakanmu lewat satu kalimat, aku membencimu lewat satu kalimat, aku memujamu lewat satu kalimat, dan pada kalimat ini aku akan mengakhiri semuanya. selamat tinggal FK! 06-04-2011 pukul 19.44

Page 55: Serenade of Love

Tentang Persiapan Keberangkatannya semula ia tahu, baju, buku, dan kenangan selalu tak muat dalam koper hitam yang ia bawa. sebagian harus ditinggalkan dan tertata rapi di tempat tidur dan meja belajar. dan sejak itu ia tahu, persiapan tak pernah selesai. tiket pesawat, uang, akomodasi, dan nasi tak pernah cukup menjadi bekal di Marlboro, di negeri gajah mada, dan akhirnya melandas di adisucipto. ah semula ia senang memasukkan kenangan dalam kopernya, dan berharap bisa menikmati lagi kenangan di tempat tujuannya. ah…tapi kenangan mana yang hendak ia bawa di lubang hitam? ia memang tak tahu warna apa tanah yang menjadi bantalnya, warna nisannya, dan bau kamboja dan akasia di atasnya. (dan) seharusnya semula ia membawa serta amalnya bersama koper hitam yang akan membawanya dalam perjalanan yang entah. Undatable

Page 56: Serenade of Love

Beberapa Sajak Tentang Pengucilan Di Masjid ia duduk di pojok sambil membaca Al-Quran surat Ar-Rahman. “Nikmat Allah mana yang kau dustakan?” ah sepertinya ia butuh teman, sebab tiap malam duduk di sini ia merasa dikucilkan. bayangkan, ia jadi lupa bicara, lupa tertawa, lupa bercanda. ia lupa cinta, ia lupa kawan, ia lupa kekasih yang tiap malam ia panggil lewat telepon kumuh dan usang. ia ada, tapi seperti hilang ditelan pengajian, tarawehan, dan tadarusan. ia menguap dalam ceramah, asmaul husna, dan shalat dhuha. ia melayang di langit-langit masjid, di antara jiwa-jiwa yang khusyuk, di antara sandal-sendal yang berjejeran, di antara kerumunan pemuda yang ugal-ugalan, pun di deru suara petasan, ataupun bunyi kipas tukang sate depan. ia ada, tapi entah menguap atau hilang dari hatimu. Kiamat dan Kematian “apa perisahan adalah akhir?” kau bilang akhir yang bagaimana? kiamat ataukah kematian? kabarnya kau baru saja menciptakan dua kematian lewat telepon genggam yang kau tekan. tapi kau bilang itu cuma kesalahan, dan kau sendiri tengah mengalami kiamat. kiamat seperti apa yang kau rasakan? aku tak mengalaminya, bumi masih berputar, angin masih berembus, tupai masih melompat, dan anak kecil masih main gundu. enak mana, kiamat atau kematian? jika kita berakhir, siapa yang dapat kiamat, siapa yang dapat kematian? aku memilih untuk tidak memulai. Undatable

Page 57: Serenade of Love

Suatu Hari Di Lantai Tiga kulihat kau tersenyum siang itu, dan aku menyimpannya lebih dalam dari retina, lebih kecil dari eritrosit, dan lebih kental dari empedu. pemandangan seperti ini takkan kulupakan. bocah-bocah yang berlari, bunyi yang tumpang tindih, dan obrolan yang simpang siur. aku memandangimu sejauh berjalan, sekencang berlari, dan sepanjang kenangan. kecuali mata mengabur, usia melapuk, dan nama terukir di batu nisan. andai waktu tak melekat di tanganku, andai bunyi bel tak menyadarkan lamunanku, dan andai aku bisa memutar momen ini seperti layaknya menyetel volume radio. tentu bumi tak akan berputar, jam dinding tak akan berdetak, dan matahari esok tak akan kembali. tapi ini hanya sebuah lamunan di sebuah lantai. waktu yang melamunkanku, dan ia juga yang membangunkanku. aku harap ini tak akan jadi pertemuan terakhir sebelum namaku terukir di batu nisan. 25-01-2011

Page 58: Serenade of Love

Beberapa Sajak Tentang Kematian ICU beberapa orang keluar masuk seenaknya. seperti sebuah pertunjukan di pasar malam. di pojok sana, seorang kakek tua sedang memperebutkan nyawanya dengan malaikat maut. jangan berharap keluar dengan keadaan hidup setelah masuk ke sini, ucap suster tua itu, seakan bisa memprediksi jadwal kematian seseorang. ah kulihat daftar kematian yang dibuatnya berdasarkan rekaan sementara, ternyata giliranmu hari ini. Telepon trauma macam apa yang kuderita sehingga aku tak mau mengangkat telepon, tak ingin dengar dering telepon malam-malam. sebab telah tiga kali telepon yang datang dan memberitakan kematian. tapi telepon ini seolah tak bosan mengabarkan kematian. jika aku tak mau mengangkat telepon, maka ia memberitakan lewat sms. begitu seterusnya lewat social network, twitter, facebook, email hanya menuliskan kematian. ah barangkali kematian lagi musim. Teror kematian sepertinya tak bosan menerorku lewat telepon. kini televisi juga mempertontonkan kematian, majalah memberitakan kematian. media online menggambarkan kematian. pun buku dan gunjingan tetangga sebelah juga tentang kematian. ah…mengapa kematian selalu mengikutiku kemana pergi? kemana aku harus bersembunyi? bagaimana jika di ladang, sawah, atau kolong tempat tidur? ah…lebih aman di liang kubur. 130811

Page 59: Serenade of Love

Tiga Sajak Terakhir 1 aku harap hujan terjadi hari ini. saat engkau keluar dari sini, meninggalkan tubuh resah dan mata basah. sebab engkau tahu, tak ada memoar yang bisa kami hapus dari memori, dari retina, dari bilik-bilik sukma. sebab engkau seperti hujan, yang menghapus bau kematian, membasahi hati kami yang kemarau panjang, mendinginkan hati yang merah padam. 2 tak bisa kulukiskan sebentuk puisi untuk engkau. sebab engkau memang pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa cenderamata. atau mungkin hatiku yang tak sudi? mataku yang telah ummi? dan telinga yang telah tuli? sebab dari sekian banyak puisi aku tak bisa membuatkan yang indah untukmu. mungkin pena, kertas, debu, kenangan, dan segala yang sudah-sudah itu tak bisa lagi menjalankan fungsinya, sebab semuanya ikut berduka. ikut berbelasungkawa dan memecah air mata. 3 kota ini tanpa dirimu adalah sebuah kesia-siaan. baru saja kulihat sisa senja berguguran, sisa basah hujan, dan lampu jalan yang belum dimatikan. tiba-tiba pula sisa kenangan beterbangan menerpa mataku. ada yang jatuh di mata, di langit, dan di jendela. mungkin kota tanpa dirimu adalah sebuah mata yang basah, hati yang pasrah. tiba tiba pula aku tak peduli pada gerak air di selokan, pada senja yang menghitam, dan pada bulan yang gundul itu. manangislah…menangislah! sebab engkau tak bisa tergantikan. tak bisa terhapuskan oleh senja, musim, gugur daun, dan jarum jam. tak bisa digantikan oleh toko-toko yang menjual kenangan itu, oleh toko-toko yang menjual kenyataan itu! Ditulis oleh Irma Garnesia Padang, 2 Maret 2011

Page 60: Serenade of Love

Beberapa Sajak yang Kutulis Sebelum Buka Puasa Purnama ia bertanya apakah malam ini benar-benar purnama atau bukan. sebab matanya yang juling sebelah itu kerap kali salah mendeteksi purnama. pernah ia bilang purnama sedang kesepian di langit, namun teman-temannya menertawainya karena itu bulan masih setengah. karena ia sangat terobsesi dengan purnama, ia ditertawakan sebagai werewolf. tapi ia berkilah dan bilang bahwa werewolf pasti tak salah mendeteksi purnama, dan tak akan berkelakuan bodoh seperti dirinya. Rumah Sakit kumasuki rumah sakit ini dan segala bau beterbangan ke hidungku. bau darah, bau obat, bau karbol, dan bau keringat. anak-anak berlarian di koridor, dan orang dewasa menggelar tikar di lorong. muka mereka sayu, mata mereka seperti menunggu, dan aku, ah aku lupa dimana di dirawat. ICU 1 kabarnya orang itu dilarikan ke ruang ICU, sebab sudah tujuh hari ia koma dan belum sadar juga. aku hendak melihat, tapi anak kecil dilarang masuk dengan alasan takut tergerus imun. ah padahal aku hanya ingin memakai baju warna hijau dan masker itu. ICU 2 ibu diperbolehkan masuk dan mengenakan baju warna hijau itu. terengah-engah ibu masuk dan melihat sekeliling, ah terlalu banyak pasien di dalam sana. tidak seperti di televisi, ICU satu ini ramai sekali. ibu masuk dan lima menit kemudian keluar lagi. katanya dia sudah mengirimkan doa, tapi tak tahu kepada siapa. ICU 3 aku merasa satu dari sekian orang yang tak pingsan di ICU ini adalah kamu. sebab kamu selalu kuat dan tidak memilih untuk ikut-ikutan pingsan seperti orang-orang yang mengaku lemah itu. kamu sedang ditemani ibumu yang mentransfer kekuatannya

Page 61: Serenade of Love

padamu, sementara di luar keluargamu antri untuk melihatmu. mereka terlihat cemas memikirkanmu sembari komat-kamit membaca mantra. akhirnya adzan berbunyi, dan syukurlah aku bisa melepaskan puasa. tapi mengapa keluargamu terlihat tenang-tenang saja? apa mereka tidak puasa? tidak peduli atau… ah aku tahu jawabannya setelah melihat salib tergantung di leher mereka. Undatable

Page 62: Serenade of Love

Fans enam tahun lalu ia menemukanmu di sebuah serial tivi dan langsung mencintaimu. ia tak mengerti apakah ia hanya menggemarimu atau benar-benar jatuh di mata, dada, rambut, ataupun hatimu. dan ia jadi kecanduan menonton dirimu di tivi itu. setiap acaramu, reality show, talk show. tak hanya itu, setiap minggu ia juga pergi ke 21 untuk menonton film terbarumu. ah ia benar-benar kecanduan. begitu seterusnya sampai akhirnya kau menghilang dari layar kaca, dari layar tancep ataupun dari layar hatinya. mungkinkah kau sudah terlalu kaya? atau sudah bosan berpura-pura? perlahan ia mencoba melupakanmu dari remote-remote yang biasa ia pegang, dari karcis yang biasa ia beli, dan dari pop corn yang biasa ia muntahkan dari perutnya yang alergi pada jagung. enam tahun itu berlalu dan semuanya berubah, tapi tidak hatinya. kemarin ia mengetikkan namamu di google dan menemukan sebuah berita : kau sudah menikah dengan seorang pria sejak empat tahun lalu. di situs lain ia menemukan fotomu bersama pria itu, di sumber lain ia menemukanmu sedang menggendong dua orang anak. ah…matanya seperti berkunang-kunang. ah…ah…memang kau tak tahu siapa dia, apa pekerjaannya…tapi (apakah bahkan) kau tak tahu bahwa dia juga mencintaimu? walaupun dia tak mengenalimu, tak pernah bertemu, tak pernah bicara padamu, walaupun (juga) dia hanya mengenali kepura-puraanmu dari serial tivi yang fiktif belaka itu, dari infotainment (yang kerjanya bohong), dari layar tancep, atau dari majalah. ah…kau bahkan tak tahu bahwa dia seseorang di ujung pulau. seseorang di ujung pulau yang (pernah) (tidak) (menyesal) mencintaimu. 28-08-11

Page 63: Serenade of Love

Sajak Selama Pesantren Ramadan Ketiding ia duduk di saf paling akhir, sebab malam ke sepuluh ini masih terbilang ramai, sempit, dan panas. dari jauh ia lihat empat ketiding, anak yatim, pembangunan masjid, TPA, dan orang miskin. ia rogoh saku dan menemukan uang seribu bulukan, diberi ibu dari uang arisan. ia duduk di samping pintu dan menanti ketiding dengan harap-harap cemas. sebab ia akan bersedekah di bulan Ramadan, dan ia percaya pahalanya berlipat ganda. tapi malang dikata, belum sampai ketiding padanya, pak tua berperut buncit dan bermata sipit itu melarikannya ke saf wanita. “Anak kecil masih kere!” gumam yang ia dengar, maka ia berjanji tak akan sedekah kecuali tua dan kaya. Membaca Al-Quran dia berharap ada yang akan mengajarinya membaca Quran. sebab dia tiga sma dan ditugasi menghapal An-Naziat dari guru pesantren yang sudah kewalahan. tetapi dia mualaf, seminggu lalu mengucap syahadat. disewanya kawan dengan imbalan buka puasa murahan, dan tak ada yang menginginkan. disewanya udztad dengan imbalan gocengan, si udztad malah bersabda, “Jangan kau jual ayat Allah dengan harga murah!” tapi ia bersikeras tidak membeli ayat, ia hanya membeli ilmu. tapi si udztad yang tua dan keras kepala hanya meninggalkannya bersama Quran merah itu. Asmaul Husna ia buka agenda Ramadan dan menemukan Asmaul Husna. ia harus menghapalnya luar kepala beserta arti dan makna, sementara ia tuna wicara, tak mampu bertutur kata. kabar-kabarnya ia akan ujian lisan esok hari didampingi guru pembimbing yang malas-malasan. maka ia hanya menulis Asmaul Husna hapalannya di lima lembar hvs, lengkap beserta arti dan penjelasan. tetapi si ibu tak mau menerima, sebab malas membaca, dan memahami. maka ia mulai membaca. dalam. dalam sekali maknanya. sebab ia membaca lewat hati, LEWAT HATI.

Page 64: Serenade of Love

Tuhan Cemburu tiap shubuh ia datangi masjid, sekedar salat, dengar ceramah, dan pesantren. malam pun begitu, hanya sekedar shalat isya, tarawih, witir, dan ceramah lagi. selebihnya hatinya tertambat pada wanita bermukena cokelat yang kerap menduduki saf pertama, pun pada suara petasan yang selalu meledak-ledakkan hatinya, pun pada bau kerupuk kuah yang bikin lidahnya basah, pun pada sandal yang dibelinya dari Malaysia. suatu malam udztad berkata, “jangan kau buat tuhan cemburu dengan kelakuanmu.” ia senang tuhan cemburu padanya, sebab dahulu ia juga cemburu pada tuhan yang tak sayang padanya, tak cinta padanya. 10082011

Page 65: Serenade of Love

Sajak Selama Ujian Semester Matematika aku telah belajar menemuimu di separuh waktuku. aku berusaha mempelajari caramu menatap, bicara, mendengar, bahkan aku telah mempelajari gaya tersulit dari dirimu. tetapi waktu begitu singkat, aku tak sempat mengencanimu hingga selesai. tiba-tiba waktu beringsut pergi dan meninggalkan kita. tiba-tiba pula kau harus pergi bersama wanita tua yang mengambil lembar ujian itu, mengingatkanku bahwa arloji telah berhenti berputar. oh bahkan kau telah mengambil tidurku dari bantal-bantal kapuk dan kasur lapuk selama ini. tapi mengapa. mengapa kau berkelebat begitu cepat meninggalkanku di ruang ujian itu? Kimia Mencintaimu adalah segalanya. bahkan saat aku tergoda oleh film India yang ditawarkan tv swasta itu, kau selalu ada untuk menungguku. mengajarkanku betapa nikmatnya bersamamu. hidrolisis, buffer, asam konjugasi, dan koloid itu…terimakasih karena kau membalas cintaku. Biologi Apakah aku menderita pneumonia? apakah pneumonia disebabkan oleh virus? mengapa kamu menanyakan itu? bahkan kamu tidak menanyakan kabarku. ah, hydrosefalus! tiba-tiba pengawas di depanku itu menjadi singa yang mengamuk, aku tak berkutik dan hanya menatapmu yang menyeringai karena lembar ujian ini masih kosong lompong. Fisika “Mencintaimu membutuhkan pengorbanan, Fi” aku tak tahu mengapa tuhan menciptakanmu. aku pun tak ingin bertanya, karena tak ada yang tahu jawabannya. aku tidak mengenali suaramu, tak mengerti apa yang kau ucapkan, dan aku hanya diam. tak tahu harus berbuat. ibu dulu bilang, “jika cinta menjadi masalahmu, diamlah jawabannya.” maka aku hanya diam dan tak ada yang terjadi. kau pun pergi melihatku mematung, tak bereaksi. 150611 Kwatrin

Page 66: Serenade of Love

Kwatrin tentang matamu duduk di angkot itu ia membayangkan matamu. ah matamu itu bisa melihat planet yang besar ini, tapi mengapa cintanya tak jua kau lihat? padahal cintanya ada di planet yang sama. mana yang lebih besar, planet atau cinta? Kwatrin tentang mulut di depanmu mulutnya terkunci, tak bisa mengucap lagi. kunci apa yang hendak kau berikan? seharusnya bisa membuka arus kata yang hendak keluar, “I don’t love you except because I love you,” akankah kau masih mengunci mulutnya? Undatable

Page 67: Serenade of Love

Bicara Pada Orang Lain aku ingin bicara pada orang lain dalam dirimu. yang suatu ketika akan menatap mataku lamat-lamat, lalu pipinya semerah gincu, dan bibirnya tersenyum. aku ingin bicara pada orang lain itu, yang jika kutelpon suaranya sangat lembut, dan aku akan menyetel volume paling besar, yang jika tertawa terdengar lucu, seperti anak kecil baru bertemu. orang lain dalam diriku menginginkanmu. sebab aku sendiri telah lama membohongimu, perihal malam-malam mati lampu dan hati yang sunyi. orang lain itu mengintip dari matamu, menguping dari telingamu, dan bicara lewat hatimu. aku bisa merasakan. mungkin di mataku, telingaku, kulitku, mulutku, kau mengindrai orang lain dalam diriku. ah mungkin orang lain dalam diriku dan dirimu juga menggunjingkan kita. perihal kita yang tak pernah jujur dan saling mencintai seperti mereka. Undatable

Page 68: Serenade of Love

Sebuah Puisi Tak Jadi aku tulis puisi ini, berharap kau akan kagum. ah tapi tiba-tiba tangan mematung dan pikiran membatu, tiba-tiba pula aku ingin kencing. sepertinya kandung kemih ini kecil sekali. saat aku menulis ini, aku berpikir lama sekali hanya untuk merangkai larik awal. berharap kau akan terkesan. tapi ternyata aku masih gugup, kikuk. terlalu terpesona olehmu sehingga tak bisa menulis meski sekedar menyatakan rindu pada matamu dan apa apa yang pernah kau katakan. untuk sementara, hanya sebongkah dua bongkah ini yang dapat kutulis. sebab aku benar-benar ingin kencing dan benar-benar mabuk oleh dirimu. (2011)

Page 69: Serenade of Love

Kepada Perpisahan kenapa kita berpisah di bulan desember? benda-benda belajar bersedih. buku menangis, kursi dan meja seperti ditinggal kekasih. papan tulis bermata sayu, dan AC berwajah kuyu. dari pemandangan itu, cuma kamu yang tersenyum. seolah tak ada apa-apa, masih sibuk berucap tentang kado di bulan februari. masih sibuk bicara tentang coklat, dan orang keparat. kenapa kita berpisah di bulan desember? aku belum sempat menyusun kata selamat tinggal. seperti aku tak pernah mengucapkan selamat datang padamu. kenapa kita berpisah di bulan desember? agar aku waspada menyusun kata-kata, katamu. sebab pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari hidup juga. Undatable

Page 70: Serenade of Love

Nomor 14 saat mengerjakan soal ini, kudapati kau bersenandung. tentang burung-burung yang tak lagi terbang, dan tentang biola yang tak lagi mengiris hati. kau bilang aku pasti bisa mengerjakannya. tapi tanganmu tak lagi menggamitku, mata kita tak pula berpautan. sehingga yang kudapati hanyalah bercak darah di lembaran-lembarannya. lalu aku yang selama ini menunjukimu mengerjakan soal lainnya harus menyerah pada yang satu ini. kecuali aku merasakan mata basahmu di pipiku, bau amis darah di hidungku, dan kematian yang mulai mengintaiku. Undatable

Page 71: Serenade of Love

Dimana Sebaiknya Kita Berpisah? katakan padaku dimana sebaiknya kita berpisah? di sebuah kafe yang pemiliknya memutar lagu patah hatikah? supaya salah seorang diantara kita menangis setelah ditinggal yang lain. supaya orang-orang yang juga patah hati tak lagi melirik dan bertanya. atau di sebuah bangku taman yang hijau dan dilingkupi pepohonan? supaya kita bisa menangis di balik pohon, atau tertawa dan menyamarkan luka? sebab tawa layaknya hujan, ia sangat lihai menyamarkan duka dan keharuan. atau di sebuah tempat belajarkah? supaya kalian tidak mengucapkan perpisahan dan berharap esok akan bertemu. supaya keletihan menyamarkan perasaan, dan senja mengantar ke tempat peristirahatan. ah, tapi kau tak kunjung mengatakan dimana sebaiknya kita berpisah, sebab kau takut pada gundah, gelisah, dan mata basah. ah seharusnya kau menyiapkannya sejak sebelum kita bertemu. (2011)

Page 72: Serenade of Love

Di Hari Kematianmu jika kita berpisah di hari kematianmu aku tak akan mengucapkan selamat tinggal, pun menabur kamboja dan akasia. karena kita tak pernah menghendaki pertemuan maupun perpisahan ini. di hari itu pula aku tak akan menangis dan memakai kacamata hitam untuk menutupi mata yang bengkak dan merah. sebab air mata buaya mereka tak akan membuatmu kembali, dan kamu pun tak pernah menangisi kematianmu sendiri, tuh kamu sendiri tersenyum! ah di hari kematianmu…air mataku mungkin jatuh ke dalam, bibirku ikut-ikutan bisu, dan hujan ikut-ikutan turun menyatakan belasungkawa. aku mungkin tak melakukan apa-apa kecuali meyakinkan diri bahwa kematian adalah fase berbeda dari kehidupan kita. dan kamu mungkin saja hidup di tempat lain entah dimana. entah dimana! (2011)

Page 73: Serenade of Love

Hari perpisahan kita hari perpisahan kita adalah akasia yang mekar, raflesia tiba-tiba tumbuh di halaman rumah, dan hujan membentuk komposisi yang menyenangkan. tidak ada perpisahan seindah ini kan? hari itu, jangan menangis. karena tangis terlalu mudah dihapus dengan sekotak tisu dan sebuah bahu. hari itu, pakailah busana sederhana, seperti kata sederhana yang selalu kuucapkan, kau ucapkan, dan kita tenggelamkan. di hari perpisahan kita aku mungkin hanya akan mengucapkan dua tiga patah kata, sebab makin banyak bicara makin membual, dan makin membuat hati kita runtuh, jatuh, luruh. aku harap hati itu akan menyenangkan, sebab wajahmu yang eksotis akan selalu terbayang di mataku yang tak buta warna, yang tak silendris. di hari itu aku hanya akan mengucapkan, “senang mengenalmu, semoga kita bisa bertemu lagi di masa lalu!” (2011)

Page 74: Serenade of Love

Momentum dapatkah perasaan diibaratkan seperti mekanika? momentum didefinisikan sebagai perkalian massa dan kecepatan sehingga menghasilkan vektor. tapi cinta yang kau sembunyikan di hatimu tak memiliki massa dan kecepatan. akh! cinta tak pula memiliki arah dan satuan, ia tetap diam di hatimu. momentum merupakan ukuran kesulitan untuk mendiamkan benda. lantas dapatkah kuukur momentum yang kau lakukan untuk mendiamkan cinta yang bersarang di kepala pun hatimu? dalam kondisi tertentu, momentum suatu sistem akan selalu kekal hanya jika resultan gaya yang bekerja pada sistem tersebut bernilai nol. akh! nol memang tak bisa ditawar-tawar, andai seseorang datang dan memberikan gaya pada hatimu, mungkinkah momentum itu akan kekal? mungkin tidak, sebab kamu memang mengharapkan gaya. dalam ukuran waktu yang panjang, sebab kamu tak sanggup mendiamkan cinta di hatimu itu lewat momentum. (2011)

Page 75: Serenade of Love

Mi Querido #1 Aku padamu bagai embun di pucuk daun teh yang lenyap dimakan cahaya. dan waktu tak perlu tahu kapan aku harus menembakmu. karena saat ini aku benar-benar ingin melenyapku dari sendi-sendi kehidupan yang tak tahu malu. mi querido. lenyaplah dalam hidupku, karena selain kesedihan, perpisahan, dan hal yang pernah kusesalkan, kaulah salah satunya. karena dari peristiwa meleburnya hujan, kini aku tahu bahwa aku padamu bagai dahan pohon cemara, ditepuk angin, dan benarlah Chairil itu, hidup hanya menunda kekalahan. #2 mi querido, aku ingin mendengar gloomy sunday. setelah itu aku ingin membunuhmu. menambakmu di kepala, seperti membunuh zombie. sebab hidupmu hanya menawarkan kesedihan, menumbuhkan kedurjanaan. ah, tapi aku pun tak punya pistol. tak punya keberanian, sebab mungkin setelah itu aku akan bunuh diri pula. dan aku tak menginginkannya, sebab hidupku lebih berharga dari dirimu! #3 Aku padamu bagai selimut yang tak pernah kumiliki. sebab itu, aku mengenal betul seluk beluk rasa dingin, dan beku. sebab itu pula tangan dan kakiku selalu dingin, seperti yang kerap kutunjukkan, seperti orang mati. sebab itu pula hidupku begitu dingin, sebab aku tak mampu membeli selimut, pun membeli kasih sayang. tapi kali ini aku memang menyesali dirimu. yang seolah menawarkan selimut yang berupa kebekuan juga, kedinginan juga. dan ini lebih dingin dari kota solok, dan puncak lawang. mi querido, aku ingin membuangmu. sebab kedinginan bukan yang kubutuhkan saat ini. Jika cinta tak dapat dimiliki, mungkin memang seharusnya kita membuangnya jauh-jauh. Membuangnya ke tempat yang terdalam. ***

Page 76: Serenade of Love

Gloomy Sunday Sunday is gloomy the hours are slumberless dearest the shadows I live with are numberless Little white flowers will never awaken you, not where the dark coach of sorrow has taken you Angels have no thought of ever returning you would they be angry if I thought of joining you? Gloomy Sunday Gloomy Sunday with shadows I spend it all my heart and I have decided to end it all Soon there'll be prayers and candles are lit, I know let them not weep let them know, that I'm glad to go Death is a dream for in death I'm caressing you with the last breath of my soul I'll be blessing you Gloomy Sunday Dreaming, I was only dreaming I wake and I find you asleep on deep in my heart, dear Darling, I hope that my dream hasn't haunted you my heart is telling you how much I wanted you Gloomy Sunday It's absolutely gloomy sunday Dari cerpen Pringadi Abdi Surya, Mi Querido.

Page 77: Serenade of Love

Omne Vivum Ex Ovo, Omne Ovum Ex Vivo omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo. kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya. lalu bagaimanakah dengan cinta? cinta berasal dari cinta sebelumnya. di buku ini, oh di buku ini. cinta berjalan dengan suaranya yang nyaring. berjalan terseok seperti kekurangan napas dan hampir mati. cinta oh cinta. cinta mencari cinta yang dulu. yang hilang begitu saja. 18-01-2011 ]

Page 78: Serenade of Love

Januari di mataku januari masih sebuah pagi. dua anak kecil yang malu-malu riang. saling melangkah dengan diam. seperti batu yang tak pernah lapuk walaupun ada hujan asam. di bibirku januari masih kamu. duduk diam di angkot itu dan tak berani menatapku. selalu ada yang tersimpan di bibirmu yang mungil itu. seperti ada yang hendak dibuang jauh-jauh dan terbang dibawa angin. dan di mataku januari masih kamu. diam menangis tanpa sebungkus tissu dan bahu. 18-01-2011

Page 79: Serenade of Love

Perempuan di Simpang perempuan di simpang jalan selalu menyisakan senyumnya untuk dicicipi oleh lebah yang lewat. lalu meninggalkan sisa berupa perih di dada. perempuan di simpang jalan selalu memakai wewangingan yang membuat kupu-kupu hinggap di matanya. hingga meninggalkan madu yang dibawanya dari bunga. tapi perempuan itu tak menyisakan apa-apa untukku. sehingga tak pula aku meninggalkan apa-apa untuknya. 18-01-2011

Page 80: Serenade of Love

Bola Mata seseorang tengah memimpikanmu menggenggam tangannya. tapi kau hanya acuh. seperti sedang tuli, dan buta. seperti angin-angin yang terbiasa tak membawa pesan. kemarin kau bilang, kau tak ingin ditatapi. lalu dia ingin mencongkel bola matanya untuk diberikan padamu. supaya tak ada lagi bola lain selain bola matanya yang menatapmu seperti itu. 18-01-2011

Page 81: Serenade of Love

Otobiografi Penulis Irma Garnesia. Ia Lahir di Padang tanggal 2 Agustus 1994. Berdomisili di Padang dari masa

kelahiran hingga kini. Masih menempuh pendidikan tingkat akhir di Sekolah Menengah Atas, dan

menunggu jawaban dari Tuhan untuk jalan selanjutnya. Tercatat sebagai pimred sebuah majalah

sekolah, reporter SMS (Singgalang Masuk Sekolah), dan penulis lepas yang terus mengasah

kemampuannya. Tulisannya terkadang mampir di koran Singgalang, koran Haluan, dan pernah di

majalah Nuansa.

Biodata

Nama : Irma Garnesia

Tempat/tanggal lahir : Padang, 2 Agustus 1994

Anak ke/dari : Anak ke-1 dari 1 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Jalan Apel Raya Nomor 61 Perumnas Belimbing, Padang.

Kewarganegaraan : Indonesia

Nomor telepon : -

Nomor ponsel : 085374365893

Alamat e-mail : [email protected]

[email protected]

[email protected]

Facebook : [email protected]

Twitter : [email protected]

Website : Irma-garnesia.co.nr

Cita-cita : Wartawan, penulis

Hobi : - Membaca artikel, cerpen, puisi, novel

- Menulis artikel, cerpen, puisi, novel, berita

- Jurnalistik & Publistik

Motto : “Going the Extra Miles!” Nama Orang Tua

Ayah : Ir. Syamsir Djamid

Ibu : Dra. Meilisdar

Alamat Orang Tua : Jl. Apel Raya No. 61 Perumnas Belimbing, Padang

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Pensiunan PNS

Ibu : Guru SMP N 1 Padang