Septic Artritis
-
Upload
hazrati-mochtar -
Category
Documents
-
view
142 -
download
5
Embed Size (px)
Transcript of Septic Artritis

SEPTIC ARTHRITIS
Pendahuluan
Rongga sendi merupakan rongga yang steril berisi cairan sinovial dan bahan selular
termasuk sel darah putih, septik artritis merupakan infeksi pada rongga sendi dan biasanya
merupakan infeksi bakterial. Septik arthriris merupakan bentuk akut arthritis yang paling
berbahaya, dan merupakan kasus kegawatdaruratan pada bidang ortopedi, keterlambatan
dalam mendiagnosa dan memberikan terapi dapat menyebabkan kerusakan sendi yang
menetap bahkan dapat menyebabkan morbiditas yang nyata bahkan kematian.1,2.5.6
.Septik artritis dapat terjadi melalui invasi langsung pada rongga sendi oleh berbagai
mikroorganisme termasuk bakteri, virus, mycobacteria dan jamur. Reaktif artritis terjadi
suatu proses inflamasi steril pada sendi oleh karena suatu proses infeksi ditempat lain dari
tubuh. Penyebab tersering adalah bakteri. 2,4,7,8
Epidemiologi
Kurang lebih 20.000 kasus supuratif artritis/ bakterial arthritis terjadi setiap tahunnya
di Amerika Serikat Angka kejadian bakterial arthritis setiap tahun bervariasi antara 2 – 10
kejadian per 100.000 populasi umum. Pada pasien dengan riwayat Reumathoid Arthritis dan
penggunaan protesis mencapai 30-70 per 100.000 populasi. 25 -50 % mengalami kehilangan
fungsi sendi yang permanen. Meskipun penggunaan antibiotika dan penanganan telah
berkembang lebih baik namun angka mortalitas tidak berubah dalam 25 tahun terakhir, yaitu
mencapai 5 -15%.1,2,3,6
Etiologi
Bakterial atau supuratif artritis dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu, gonokokal dan
non-gonokokal. Neisseria gonorrhoeae merupakan patogen tersering ( 75%) pada pasien
dengan aktifitas seksual yang aktif. Staphylococcus Aureus merupakan patogen tersering
pada bakterial arthritis pada usia anak-anak diatas usia 2 tahun dan dewasa, sedangkan
penyebab tersering ( 80%) infeksi sendi yang dipicu oleh rheumatoid arthritis adalah spesies
1

Streptococcal seperti Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae, dan streptococci
group B. Bakteri gram negatif dapat menjadi penyebab 20- 25% dan terjadi penderita yang
sangat muda atau sangat tua yang mana terjadi gangguan fungsi imunitas, atau pengguna
obat-obat suntikan terlarang.
Pada pasien yang menggunakan sendi buatan / prosthetic joint dapat juga terjadi
septic arthritis, yang berdasarkan waktunya dibagi menjadi tiga jenis infeksi yaitu: 1.
early, infeksi terjadi pada awal, 3 bulan sejak implantasi, biasanya disebabkan ol eh S
aureus. 2. delayed, terjadi 3-24 bulan sejak implantasi, kuman tersering coagulase-negative
Staphylococcus aureus dan gram negatif. Kedua jenis ini didapat dari kuman di kamar
operasi. 3. late, terjadi sekunder dari penyebaran hematogen dari berbagai jenis kuman 6,8,9
Patofisiologi
Organisme dapat masuk ke dalam sendi melalui direct inoculation, melalui
penyebaran dari jaringan periartikular atau melalui aliran darah yang merupakan rute infeksi
tersering Sendi normal mempunyai komponen protektif untuk mencegah terjadinya proses
infeksi, yaitu: sel sinovial memiliki kemampuan untuk memfagositik dan cairan sinovial
memiliki kemampuan bakterisidal. Pada penyakit rheumatoid arthritis dan SLE terjadi
penurunan fungsi imun tersebut.
Gambar 1. patofisiologi terjadinya septic arthritis
Bakteri
dapat
masuk
kedalam ruang sendi melalui beberapa cara yaitu, masuk melalui proses operasi daerah
sendi, melalui tindakan aspirasi sendi, penyuntikan kortikosteroid atau melalui trauma
2

lainnya. Bakteri yang berhasil masuk kedalam rongga sendi dalam beberapa jam
menimbulkan reaksi inflamasi pada membran sinovial berupa hiperplasi dan proliferasi dan
terjadi pelepasan faktor-faktor inflamasi seperti cytokines dan proteases yang menyebabkan
degradasi dari kartilago sendi.
Pada Rheumatoid arthritis telah terjadi kerusakan sendi, hal ini mempermudah
terjadinya suatu infeksi membran sinovial, pada sendi ini terjadi neovaskularisasi dan
terjadi peningkatan faktor munculnya adhesi yang kemudian menyebabkan terjadinya
bakterimia dan berlanjut menjadi infeksi sendi. Konsekuensi dari infesi sendi adalah
kerusakan articular cartilage. Pada S aureus chondrocyte proteases kuman tersebut dapat
bereaksi dengan polymorphonuclear leukocytes host yang kemudian megaktifkan sintesis
sitokins dan berbagai produk inflamasi lainnya yang menyebabkan hidrolisa dari kolagen dan
oteoglycans.
Pada infeksi Karena N. Gonorrhoeae terjadi influks dari sel-sel darah putih ke
dalam sendi yang hanya menyebabkan kerusakan sendi yang minimal dibandingkan dengan
S aureus Kerusakan yang terus terjadi menyebabkan erosi kartilago pada lateral margins
dari sendi, kemudian dapat terjadi efusi yang cukup banyak yang kemudian menyebabkan
gangguan pada aliran pembuluh darah dan menyebabkan aseptik nekrosis tulang. Proses
kerusakan ini dapat terjadi dalam 3 hari awal pada pasien yang mengalami infeksi sendi tanpa
pengobatan
Infeksi virus dapat terjadi melalui cara invasi langsung (rubella) atau melalui produk
antigen antibodi kompleks contohnya pada infeksi virus hepatitis B, parvorvirus B19 dan
lymphocytic choriomeningitis viruses. Selain itu septic arthritis dapat juga terjadi oleh karena
proses ditempat lain, paling sering di gastrointestinal, dengan kuman-kuman tersering yaitu:
Salmonella enteritidis, Salmonella typhimurium, Yersinia enterocolitica, Campylobacter
jejuni, Clostridium difficile, Shigella sonnei, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium.
Tersering kedua adalah infeksi pada genitourinaria adalah Chlamydia trachomatis
Morbiditas yang dapat terjadi berupa disfungsi sendi dan kejadian mortalitas terjadi
tergantung kuman penyebabnya, pada N gonorrhoeae angka mortlitas rendah , sedangkan
pada A aureus dapat mencapai 50 %. 56% terjadi pada pria, 45 % septic arthritis terjadi pada
usia diatas 65 . 5,7,9,10,12,13,
3

Gejala klinis
Gejala yang paling sering muncul adalah trias yaitu: nyeri (75%), demam ( 40-60%),
dan keterbatasan gerak sendi, gejala ini dapat terjadi dalam bebeapa hari sampai beberapa
minggu, demam biasanya tidak tinggi. Gejala yang paling utama adalah nyeri pada sendi,
yang harus dievaluasi pada nyeri sendi adalah seberapa akut nyeri terdebut terjadi, ataukah
nyeri tersebut merupakan superimposed chronic pain, adakah riwayat trauma ataukah riwayat
operasi sebelumya, apakah nyeri tersebut monoartikular ataukah poliartikular.
Selain itu harus digali riwayat rheumatoid arthritis, riwayat suntikan pada daerah
sendi, riwayat diare Adakah gejala-gejala ekstra artikuler atau adakah riwayat penggunaan
obat terlarang intravena atau riwayat kateterisasi pembuluh darah. Adakah riwayat penyakit–
penyakit kelamin, adakah penyakit penyakit lain yang menyebabkan penurunan system imun
seperti penyakit liver, diabetes mellitus limfoma, penggunaan obat obat imunosupresive
Pada infeksi non gonokokal gejala timbul mendadak dengan terjadinya
pembengkakan sendi, teraba hangat dan sangat nyeri, paling sering terjadi pada sendi lutut
( 50% kasus ), sedangkan pada anak-anak paling sering terjadi pada sendi pinggul, sendi
pinggul biasanya dalam posisi fleksi dan eksternal rotasi dan sangat nyeri bila digerakkan.
Kurang lebih 10-20 % terjadi infeksi poliartikular, biasanya 2 atau 3 sendi. Poliartikular
septik arthtritis biasanya terjadi pada pasien dengan reumatoid arthritis, pasien dengan infeksi
jaringan lunak atau pada pasien dengan sepsis berat.
Gambar 2 : (kiri)Gonokokal infeksi pada pasien usia muda dengan gambaran septic arthritis pada ankle
kiri, tampak gambaran petecie, odema, (Kanan) septic arthritis pada pergelangan tangan
4

Pada infeksi oleh karena gonokokal (DGI) Disseminated GonococcalI Infection gejala yang
muncul berupa migratory polyarthralgia, tenosynovitis, dermatitis dan demam. Kurang dari
separuhnya mengalami efusi sendi purulenta.
Tabel 1, Perbedaan bakterial arthtritis pada Gonokokal dan Non Gonokokal
Pemeriksaan fisik
Sendi paling sering terkena adalah sendi lutut (50%), hip (20%), shoulder (8%) ankle
(7%), and wrists (7%). elbow, interphalangeal, sternoclavicular, dan sacroiliac masing-
masing kurang lebih 1- 4 %. Eritema dan odema ( 90%), teraba hangat dan kaku, infeksi
sendi biasanya menyebabkan efusi pada sendi yang mengkibatkan keterbatasan gerakan aktif
maupun pasif.
Gejala-gejala dari infeksi bisa tidak muncul pada orang-orang yang mengalami
gangguan imunitas khususnya pada pasien rheumatoid arthritis dan pengguna obat suntikan
terlarang. Pada non-gonokokal arthritis, 85-90% monoartikuler, bila mengenai lebih dari 1
sendi biasanya ada keterlibatan S aureus. Bila mengenai poliartikuler biasanya disebabkan
oleh gonokokal , virus, lyme disease, reactif arthritis. Group B streptokokus biasanya
menyerang sacroiliac dan sternoclavicular joints.
Laboratorium
Untuk menegakkan diagnosa secara definitif diperlukan bukti adanya bakteri pada
cairan sinovial baik dengan pengecatan gram atau kultur, begitu ada kecurigaan suatu septic
5

arthritis harus dilakukan aspirasi cairan sinovial, bila perlu dengan guiding imaging terutama
pada sendi-sendi yang sulit dilakukan aspirasi, contohnya hip, shoulder dan sacroiliac. Bila
perlu dilakukan surgical anthrotomy untuk mendapatkan cairan dan jaringan sinovial
Pada kasus non gonokokal hasil kultur pada cairan sinovial 90% positif, namun pada
pengecatan gram hanya memberikan hasil positif 50 %, kebanyakan infeksi sendi terjadi
efusi cairan sendi yang purulen, dengan jumlah leukosit 50-150 x 10 9 /L terutama sel PMN,
kadar glukosa menurun, kadar asam laktat dan laktat dehidrogenase meningkat, namun
tidak spesifik untuk septic arthtritis. Pada kasus Gonokokal hasil kultur hanya positif 50%,
pengecatan gram positif 25 %.
• Pemeriksaan Laboratorium kultur cairan sinovial dan jaringan sinovial merupakan
diagnostik definitif. Namun terapi harus segera diberikan tanpa menunggu hasil kultur
• Pemeriksaan dengan polarizing microscopy untuk melihat adanya Kristal didalam
cairan dan untuk melihat adanya kuman dengan pengecatan gram. Bila hasil
kristal positip, hasil pengecatan gram negatif maka pasien diterapi sebagai crystal-
associated arthritis,kecuali ada sumber infeksi ditempat lain seperti pneumonia atau
pielonefritis
• Apabila secara mikroskopis tidak ditemukan kristal, pasien tetap diberikan terapi
dengan tetap dianggap ada proses infeksi walaupun hasil pengecatan gram negatif,
oleh karena pengecatan gram hanya memberikan angka sensitifitas sebesar 60 %
untuk mendeteksi adanya bakteri didalam cairan sinovial, cairan sinovial harus
dikultur untuk melihat myobacteria atau jamur
• Apabila kondisi pasien tidak membaik setelah 5 hari perawatan, cairan sendi harus
di aspirasi dan diperiksa, sebagian besar septic arthritis terjadi peningkatan sel
darah putih lebih dari 50.000, dengan 75 % merupakan polimorfonuklear, namun
proses inflamasi steril juga dapat memberikan gambaran yang serupa, peningkatan
kadar glukosa dan protein di cairan sinovial tidak spesifik oleh sebab itu tidak rutin
dikerjakan
• Apabila kita mencurigai suatu infeksi gonokokal, maka harus diambil kultur dari
6

rectum, serviks, uretra dan pharing dan dari setiap lesi pada kulit
7

• Pemeriksaan PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA bakteri di cairan sinovial
khususnya untuk untuk kuman Yersinia species, B burgdorferi, Chlamydia species, N
gonorrhoeae dan Ureaplasma species
• Pada infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis terjadi leukositosis cairan sinovial,
hasil pengecatan asam biasanya negative, hasil kultur positif pada 80 % kasus 13,14
Pemeriksaan Radiologis
• Pemeriksaan foto polos sendi sangat terbatas dalam menilai infeksi sendi
• Gambaran yang paling sering adalah Periarticular soft tissue swelling
o Pemeriksaan radiologis lebih banyak bermanfaat untuk menyingkirkan adanya
osteomielitis atau periartikular osteomielitis sebagai akibat dari infeksi sendi
tersebut
o Penumpukan calsium pyrophosphat dapat dideteksi dengan foto ini
• Ultrasonograpi dapat digunakan untuk mendiagnosa efusi pada kasus kerusakan sendi
yang kronis (sekunder dari trauma atau rheumatoid arthritis)
• CT Scan dan MRI lebih sensitive untuk membedakan antara osteomielitis,
periartikular abses dan infeksi sendi. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk infeksi
sendi di sacroiliac atau sternoclavicular untuk menyingkirkan penyebaran infeksi ke
mediastinum atau ke pelvis
Gambar 3. (kiri): Foto pelvis AP Tampak proses
destruksi pada permukaan sendi hip kiri. (kanan) : MRI
potongan sagital pasien septic arthritis pada sendi lutut
kiri, tampak efusi sendi, synovial thickening dan
subcutaneous edem
8

• Radionuclide scans (technetium Tc 99m, gallium Ga 67, indium In 111 leukocyte
scans), kelemahannya tidak dapat membedakan antara suatu proses infeksi atau
proses steril.
• Pada PJI pemeriksaan foto polos dapat memberikan gambaran pertumbuhan
subperiosteal baru dan sinus transcortical yang mana menggambarkan suatu infeksi
Terapi
Non operatif
Prinsip terapi pada septic arthritis adalah drainase cairan sinovial yang terinfeksi secara
adekuat, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, kombinasi Beta-lactam dengan
aminoglikosida atau generasi kedua golongan kuinolon. imobilisasi sendi untuk mengurangi
nyeri. Pada akut PJI ( prosthetic joint infection ) kurang dari 3 minggu (tipe early) atau
sekunder dari penyebaran hematogen tanpa keterlibatan jaringan sekitar sendi atau tidak
terjadi joint instability, dapat diterapi dengan obat-obatan Antibiotik intravena diberikan
selama 3-4 minggu13,15
Drainage dapat berupa perkutaneus atau pembedahan, aspirasi dengan menggunakan
jarum secara berulang untuk mencegah pengumpulan cairan di dalam sendi, aspirasi dapat
dilakukan 2-3 kali sehari pada hari-hari awal, apabila drainage lebih sering diperlukan maka
pertimbangan untuk operasi Apabila dalam 5 hari perawatan, sendi mengalami perbaikan
maka dapat diberikan obat-obat antiiflamasi, apabila tidak membaik setelah 5 hari, klinis
febris yang menetap, cairan sinovial tetap purulen, hasil kultur tetap positip, maka perlu
dilakukan reevaluasi terhadap terapi :
1. lakukan kultur ulang cairan sinovial
2. periksa serologis untuk diagnosa lyme disease
3. jika dicurigai adanya jamur atau mikobakterial perlu dilakukan sinovial biopsy
4. pertimbangakan kemungkinan reactive arthritis
5. periksa foto polos ataupun MRI untuk menyingkirkan periarticular osteomyelitis.
9

Operatif
Surgical drainage diindikasikan apabila satu atau lebih kriteria dibawah ini :
1. Penggunaan antibiotik yang sesuai dan perkutan drainage yang aktif selama
5-7 hari tetap gagal
2. Sendi yang terkena sulit untuk diaspirasi ( hip )
3. Adanya infeksi pada jaringan sekitar
Infeksi gonokokal jarang memerlukan surgikal drainasePada kasus PJI (prothease joint
infection) terapi dengan memberikan antibiotik yang adekuat dan pengangkatan protesis,
meskipun penggunaan antibiotik telah adekuat angka keberhasilan hanya 20 % bila protesis
tetap ditinggalkan, teknik dengan 2 tahap merupakan teknik yang paling efektif
1. Angkat protesis diikuti pemberian antibiotik selama 6 minggu
2 Ganti sendi yang baru dengan methylmethacrylate cement dengan antibiotik (
gentamicin, tobramycin ). Difusi antibiotik ke jaringan sekitar merupakan tujuan
terapi. Angka keberhasilan rata-rata 95%
Cara lain dengan intermediate method, dengan mengganti sendi terinfeksi dengan
sendi baru dalam 1 tahap operasi disertai pemberian antibiotik, metode ini memberikan
angka keberhasilan 70-90%. Apabila kondisi penderita membaik dalam 5 hari perawatan,
dapat dimulai mobilisasi ringan pada sendi yang terinfeksi, kebanyakan penderita
memerlukan rehabilitasi medik umtuk mengembalikan fungsi sendi secara maksimal.9,10,11,13
10

Gambar 4: Alogaritma penanganan Septik Arthritis
Daftar Pustaka
1. Paresh D Sonsale,1 Mark R. Philipson, Septic Arthritis of the Knee Due to
Fusobacterium necrophorum. Jourclinmycro. July 2004, p. 3369–3370
2. Randall et all. Septic Arthritis Due to Streptococcus sanguis. Mayo Clin Proc.
2002;77:709-710
3. Ayoub EM, Majeed HA. Poststreptococcal reactive arthritis. Curr Opin Rheumatol.
2000 Jul;12(4):306-10
4. Don L Goldenberg. Septic arthritis. THE LANCET. Vol 351. January 17, 1998
5. Kaandorp CJE, van Schaardenburg D, Krijnen P, Habbema JDF,van de Laae MAFJ. Risk factors for septic arthritis in patients with oint disease: a prospective study. Arthritis Rheum 1995; 38: 1819–25.
6 Goldenberg DL, Reed JI. Bacterial arthritis. N Engl J Med 1985; 312:
764–71.
7 Ross JJ, Shamsuddin H. Sternoclavicular septic arthritis: review of 180
cases. Medicine (Baltimore). May 2004;83(3):139-48.
8 Berbari EF, Marculescu C, Sia I, Lahr BD, Hanssen AD, Steckelberg
JM, et al. Culture-negative prosthetic joint infection. Clin Infect Dis. Nov
1 2007;45(9):1113-9.
9 Cucurull E, Espinoza LR. Gonococcal arthritis. Rheum Dis Clin North
Am. May 1998;24(2):305-22.
10 Goldenberg DL, Cohen AS. Acute infectious arthritis. A review of patients with
nongonococcal joint infections (with emphasis on therapy and prognosis). Am J
Med. Mar 1976;60(3):369-77. .
11 Broy SB, Schmid FR. A comparison of medical drainage (needle aspiration) and
surgical drainage (arthrotomy or arthroscopy) in the initial treatment of infected
joints. Clin Rheum Dis. Aug 1986;12(2):501-22
12McGuire NM, Kauffman CA. Septic arthritis in the elderly. J Am Geriatr
Soc. Mar 1985;33(3):170-4.
11

13 Smith JW, Piercy EA. Infectious arthritis. Clin Infect Dis. Feb 1995;20(2):225-30;
quiz 231.
14 Baraboutis I, Skoutelis A. Streptococcus pneumoniae septic arthritis in adults. Clin
Microbiol Infect. Dec 2004;10(12):1037-9.
15Raad J, Peacock JE Jr. Septic arthritis in the adult caused by Streptococcus
pneumoniae: a report of 4 cases and review of the literature. Semin Arthritis
Rheum. Oct 2004;34(2):559-69.
16 Margaretten ME, Kohlwes J, Moore D, Bent S. Does this adult patient have septic
arthritis?. JAMA. Apr 4 2007;297(13):1478-88.
12