Sepsis Neonatorum

30
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA LONGCASE ILMU KESEHATAN ANAK ANAMNESIS Nama : Bayi M.M Ruang : Perinatologi Umur : 5 hari Nama : Bayi M.M Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal lahir : 05 Januari 2015 Umur : 5 hari Nama Ayah : Tn. A Umur : 20 tahun Pekerjaan Ayah : wiraswasta Pendidikan Ayah : SMA Nama Ibu : Ny. M Umur : 24 tahun Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan Ibu : SMA Alamat : Kliwonan 02/02 banyuurip Purworejo Masuk RS Tanggal : 05 Januari 2015 Jam : 05.40 WIB Diagnosis Masuk : BBLR, KB, SMK, Spontan gemeli I Cephal hematoma Dokter yang merawat : dr. Rr. Sri Wijayanti, Sp.A Co-asisten: Eka Fitri Maharani Keluhan Utama : ekstremitas bawah pasien bengkak dan keras. Riwayat Penyakit Sekarang: Bayi mengalami oedema pada kedua ekstremitas. Menangis aktif, gerak aktif. BAB +, BAK +. Demam -, tidak ada sianosis, bayi menangis +, batuk -, pilek -. A. Riwayat Penyakit Dahulu Anak: - Anak tidak memiliki riwayat batuk, pilek sebelumnya - Riwayat kelahiran kurang bulan (+) Long case Cephal hematoma – SMF bagian Ilmu Kesehatan Anak 1

description

Sepsis Neonatorum

Transcript of Sepsis Neonatorum

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LONGCASE ILMU KESEHATAN ANAK

ANAMNESISNama : Bayi M.MRuang : Perinatologi

Umur : 5 hari

Nama

: Bayi M.M

Jenis Kelamin

: Laki-laki Tanggal lahir

: 05 Januari 2015

Umur

: 5 hariNama Ayah

: Tn. A

Umur

: 20 tahunPekerjaan Ayah

: wiraswasta

Pendidikan Ayah: SMANama Ibu

: Ny. M

Umur

: 24 tahunPekerjaan Ibu

: Ibu rumah tangga

Pendidikan Ibu: SMAAlamat

: Kliwonan 02/02 banyuurip Purworejo

Masuk RS Tanggal

: 05 Januari 2015

Jam : 05.40 WIB

Diagnosis Masuk: BBLR, KB, SMK, Spontan gemeli ICephal hematoma

Dokter yang merawat: dr. Rr. Sri Wijayanti, Sp.A Co-asisten: Eka Fitri MaharaniKeluhan Utama

: ekstremitas bawah pasien bengkak dan keras.Riwayat Penyakit Sekarang: Bayi mengalami oedema pada kedua ekstremitas. Menangis aktif, gerak aktif. BAB +, BAK +. Demam -, tidak ada sianosis, bayi menangis +, batuk -, pilek -.A. Riwayat Penyakit Dahulu Anak: Anak tidak memiliki riwayat batuk, pilek sebelumnya Riwayat kelahiran kurang bulan (+) Riwayat distress pernapasan saat dalam kandungan (-)

Anak lahir gemeli (+)B. Riwayat penyakit Keluarga

Ayah dan Ibu anak tidak memiliki riwayat penyakit asthma, hipertensi, penyakit jantung.

Riwayat DM pada anggota keluarga (+)

Ikhtisar Keturunan:

C. Riwayat Personal Sosial Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Sosial Anak sejak lahir masih di ruang perinatologi. Ibu dirawat di ruang melati RSUD dalam perawatan pasca persalinan. Ekonomi Penghasilan pokok keluarga berasal dari ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, dan ibu anak sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan yang didapatkan dirasakan sudah cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lingkungan Anak dirawat di ruang perinatologi di dalam inkubator.Kesan: keadaan sosial, ekonomi dan lingkungan cukup baik.D. Riwayat Pribadi

Riwayat Kehamilan

Ibu merupakan G1P0A0, selama hamil ibu kontrol teratur setiap bulan ke bidan dan mendapat tablet tambah darah dan vitamin. Selama hamil dinyatakan sehat, perdarahan pervaginam (-). Ibu tidak pernah mengkosumsi jamu-jamuan, tidak merokok, maupun mengkosumsi obat-obatan terlarang. Pada saat hamil ibu adanya penyakit hipertensi, DM, dan asma disangkal. Ketupihan selama kehamilan diakui ibu tidak berlebihan, tidak berbau amis dan tidak berwarna kehijauan atau kecoklatan. Riwayat Persalinan

Anak lahir gemeli dengan usia kehamilan 34+5 minggu dengan berat badan 2000 gram, panjang badan lahir 43 cm, KPD (-), air ketuban jernih, bayi kemudian pasien dirawat diperinatologi. Anak lahir menangis lemah. Ibu sedang demam ketika melahirkan, suhu 38C. Riwayat Pasca PersalinanSetelah lahir anak dirawat inkubator, tidak biru, tidak kejang, dan tidak sesak nafas, muntah (+), BAB (+), BAK (+).Kesan: riwayat kehamilan terpantau, proses persalinan spontan, pasien lahir BBLR, KB. Vaksinasi

Belum dilakukan vaksinasi

Kesan : tidak bisa disimpulkan.E. Riwayat perkembangan anak a. Motorik halus

Belum bisa dinilai.b. Motorik kasar Menangis : positif Reflek Ketuk Glabelladalam batas normal Reflek Rooting: positif Reflek Sucking: positif. Ada dua tahapan dari reflek ini, yaitu :

Reflek Plantar: positif Reflek Babinsky: positif Reflek Moro: dalam batas normalc. BahasaBelum bisa dinilaid. Personal sosial

Belum bisa dinilaiKesan : status perkembangan anak belum dapat dievaluasi secara keseluruhan.F. Riwayat nutrisi Umur ( bulan)Jenis makanan Jumlah perhari

0-2 hariBayi masih dipuasakan oralParenteral D10%Total parenteral feeding zonde

2-5hariASI + PASIMenggunakan sonde & bertahap

Kesan : riwayat nutrisi anak cukup baikG. Anamnesis Sistema) Sistem saraf pusat

: demam (-), kejang (-), penurunan kesadaran(-)

b) Sistem cardiovascular : pucat (-), dingin (-), takikardi (-)c) Sistem respiratory

: batuk (-), pilek (-)d) Sistem Gastrointestinal: kembung (-), muntah (-), BAB cair (-)

e) Sistem Urinaria

: BAK (+) frekuensi >7x sehari

f) Sistem intugumentum : kulit pucat (-), ikterus (-), sianosis (-)

g) Sistem musculoskeletal : gerakan kurang aktif

PEMERIKSAAN

JASMANINama : Bayi M.MRuang : Perinatologi

Umur : 5hari

1. PEMERIKSAAN

Kesan umum

: menangis lemah, gerakan lemah, refleks hisap lemah, napas baikKesadaran

: composmentisBerat badan

: 2000 grVital Sign

Nadi

: 140x/menit, cukup, kuat, regular

Suhu badan

: 36,5o C

Pernafasan

: 48x/menitPemeriksaan Kulit

Turgor kulit dan elastisitas 38oC) pada masa peripartum akibat korioamnionitis, ISK, kolonisasi vagina, dan komplikasi obstetrik lain.

Cairan ketuban hijau / keruh

Kehamilan multiple

Faktor resiko neonatus

Prematuritas atau berat badan lahir rendah

Resusitasi pada saat kelahiran (bayi mengalami fetal distress, trauma pada proses persalinan)

Asfiksia neonatorum

Cacat bawaan

Tanpa rawat gabung / perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir terlalu lama

Faktor resiko awitan dini maupun lambat ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus terutama bila disertai gejala klinis. Hal ini akan meningkatkan indentifikasi dini dan tatalaksana yang lebih efisien pada sepsis neonatal sehingga memperbaiki mortilitas dan morbiditas pasien.

Etiologi :

Etiologi terjadinya sepsis neonatorum adalah bakteri, virus, jamur dan protozoa. Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan dini adalah streptokokus group B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh streptokokus group B, virus HSV, enterovirus, dan E.coli. pada bayi berat badan lahir rendah, candida dan stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut.

Bakteri gram positif

Streptokokus group B ( penyebab paling sering

Stafilokokus koagulase negatif ( merupakan penyebab utama bakteri nosokomial

Streptokokus bukan group B

Bakteri gram negatif

E. Coli H. Influenzae

Listeria monositogenes

Pseudomonas

Enterobakter

Salmonella

Bakteri anaerob

Walaupun jarang terjadi, terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatorum. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat merupakn mekanisme infeksi setelah lahir.

Tanda dan Gejala Gambaran klinis atau kecurigaan terbesar terjadinya sepsis neonatorum yakni :

Kategori AKategori B

Kesulitan bernapas (misalnya apnea, napas lebih dari 60 x/m, retraksi dinding dada, sianosis sentralTremor

Letargi atau lunglai

Mengantuk atau aktivitas berkurang

KejangIritabel atau rewel, muntah, perut kembung

Tidak sadarAir ketuban bercampur mekonium

Suhu tubuh tidak normal atau tidak stabil sesudah pengukuran suhu selama tiga kali atau lebihMalas minum, sebelumnya minum dengan baik

Persalinan dilingkungan yang kurang higienis

Kondisi memburuk secara cepat

Bayi umur sampai dengan usia 3 hari

Riwayat ibu dengan infeksi rajim, demam dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini

Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada kategori B

Bayi usia lebih dari 3 hari

Bayi mempunyai dua atau lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih kategori B

2. Patofisiologi Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat dikategorikan dalam sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri pathogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1- 0,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf.

Umumnya terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih. Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur.Lemahnya pertahanan tubuh pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan risiko tinggi disebabkan oleh :

1. Sistem Imunitas Seluler Sel polimorfonuklear mempunyai kemampuan kemotaksis terbatas, menurunnya mobilisasi reseptor permukaan sel, kemampuan bakterisidal yang amat terbatas, dan fagositosis normal.

Semua komponen komplemen kurang, terutama pada bayi kurang bulan juga, disertai kurangnya produksi zat kemotaktik opsonin.

Sel limfosit T yang berfungsi dalam imunitas seluler telah normal pada gestasi muda, tetapi belum dapat memberikan respons terhadap antigen asing yang spesifik, hal ini menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi jamur dan virus, meningkatnya jumlah sel T supresor, dapat mengurangi produksi antibodi sewaktu antenatal.

Sel limfosit B dalam makrofag membelah menjadi sel memori atau menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi.

2. Sistem Imunitas Humoral Kadar IgG pada neonatus tergantung dari transport aktif melalui plasenta oleh karena semua tipe IgG dari ibu dapat ditransport ke janin sedangkan IgM, IgA dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada neonatus jumlahnya kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi pelindung terhadap infeksi spesifik yang pernah diderita ibu sebelumnya. Secara kuantitatif, jumlah IgG jelas kurang pada bayi berat lahir sangat rendah, karena sebagian besar IgG ditransfer melalui plasenta sesudah 32 minggu kehamilan; maka jumlah IgG pada bayi kurang bulan sangat rendah disbanding bayi cukup bulan. Jumlah ini berkurang pada beberapa bulan pertama sesudah lahir, keadaan ini disebut hipoimunoglobinemia fisiologis pascanatal. Hal inilah yang merupakan faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal, terutama untuk bayi berat lahir sangat rendah atau bayi kurang bulan. Kelanjutan Infeksi pada neonatus Manifestasi fetal inflamantory response syndrome (FIRS)

Takipnea (frekuensi napas >60 x/menit) Merintih / retraksi

Iritabilitas suhu (37,9oC)

Waktu pengisian kembali kapiler > 3 detik

Hitung leukosit (leukositosis, leukopenia)

CRP >10 mg/dL

16 sRNA gene PRC positif

Satu atau lebih kriteria FIRS bersama dengan gejala dan tanda infeksi

CRP > 10 mg/dL

Leukosit total (15.000)

Neutrofil absolut (20%)

Sepsis dengan hipotensi atau disfungsi organ tunggal Sepsis berat dengan hipotensi membutuhkan resusitasi cairan

Kegagalan multi organ walau telah diberikan terapi

Diagnosis

Diagnosis dini sepsis neonatorum penting dalam penatalaksanaan dan prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpostensi mengancam kelangsungan hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien. Diagnosis sepsis neonatal sulit karena gambaran klinis pasien tidak spesifik. Tanda dan gejalanya tidak berbeda dengan gejala penyakit non infeksi berat lain pada bayi baru lahir. Dalam menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi dari faktor resiko, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjangnya.

1. Anamnesis Riwayat ibu mengalami infeksi intrauterine, demam dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang kurang higienis Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah Riwayat air ketuban keruh atau bercampur mekonium Riwayat bayi malas minum, penyakinya cepat memberat Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk, aktivitas berkurang atau rewel, muntah, perut kembung, tidak sadr, kejang.

2. Pemeriksaan fisik

Pada keadaan umum ditemukan suhu tubuh tidak normal, letargi atau lunglai, mengantuk, aktivitas berkurang, malas minum padahal sebelumnya baik, rewel, kondisi memburuk secara cepat.Kriteria Diagnosis Sepsis Neonatorum

Variable klinis

Suhu tidak stabil

Denyut jantung > 180 x/menit, 60 x/menit ditambah merintih / retraksi atau desaturasi

Penurunan kesadaran

Intoleransi glukosa (glukosa plasma >10 mmol/L)

Intoleranasi minum

Variable hemodinamik

Tekanan darah < 2 SD dibawah nilai normal

Tekanan darah sistolik 3 mmol/L

Variable inflamasi Leukositosis

Leukopenia

Neutrofil imatur >10%

Trombositopenia

CRP >10 mg/dL

Prokalsitonin >8,1 mg/dL

16 s PCR positif

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubahan akibat infeksi, adanya leukositosis atau leucopenia Peningkatan protein fase akut (C-reactive protein), peningkatan IgM Ditemukan kuman pada pemeriksaan kultur dan pengecatan gram pada sampel darah, urin dan cairan serebrospinal serta dilakukan uji kepekaan kuman. Analisis gas darah: hipoksia, asidosis metabolic, asidosis laktat Pada pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan peningkatan jumlah leukosit terutama PMN, jumlah leukosit 20/mL (umur kurang dari 7 hari) atau 10/mL (umur lebih dari 7 hari), peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa serta ditemukan kuman pada pengecatan gram. Gambaran ini sesuai dengan meningitis yang sering terjadi pada sepsis awitan lambat. Gangguan metabolic hipoglikemia atau hiperglikemia, asidosis metabolic Peningkatan kadar bilirubin Radiologi foto thorax dilakukan jika ada gejala distress pernapasan.

3. Penanganan Dasar melakukan pengobatan adalah daftar tabel temuan pada gejala klinis yang berhubungan dengan sepsis. Kecurigaan besar sepsis maka diberikan penanganan : Antibiotik

Antibiotik awal diberikan ampisilin dan gentamicin. Bila organism tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dan beri cefotaxim sedangkan gentamicin tetap dilanjutkan.

Pada sepsis nosokomial pemberian antibiaotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jika disertai dengan meningitis, terapi antibiotic diberikan dengan dosis meningitis selama 14 hari untuk kuman gram positif dan 21 hari untuk kuman gram negatif. Lanjutan terapi dilakukan berdasarkan kultur dan sensitivitas, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serial.

Respirasi

Menjaga jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia. Pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan ventilator mekanik Kardiovaskuler

Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan serta lakukan pemantauan tekanan darah jika tersedia fasilitas dan perfusi jaringan untuk menditeksi dini adanya syok. Pada gangguan perfusi dapat diberikan volume ekspander (NaCl fisiologis darah, atau albumin atau sesuai kebutuhan) sebanyak 10 ml/kgBB dalam waktu setengah jam, dapat diulang 1-2 kali. Jangan lupa untuk melakukan monitor keseimbangan cairan. Pada beberapa mungkin diperlukan obat obat inotropik seperti dopamine atau dobutamin.Diperiksa dan disahkan oleh:

Dokter Pembimbing,

Co-Assisten,

(dr. Rr. Sri Wijayanti, Sp.A)

(Eka Fitri Maharani)

Sepsis

Sepsis berat

Syok sepsis

Sindrom disfungsi multiorgan

FIRS

PAGE Long case Cephal hematoma SMF bagian Ilmu Kesehatan Anak

1

_1460960060.doc