Sepatu Merah Nayla 2

2
"Ma, pokoknya Nay pengen sepatu yang itu." "Nay, sepatu kamu kan masih bagus. Baru aja ganti bulan kemarin, masa sekarang ganti lagi." "Tapi, Ma, temen temen Nay pake sepatu kayak itu semua. Nay maunya ganti sepatu yang itu. Sepatu yang ini udah jelek. Nay gak suka." "Sabar dulu, Nay. Pakai sepatu yang itu dulu ya. Masih bagus kok, Nay." "Enggak, pokoknya Nay harus ganti sepatu sekarang. Kalau gak, Nay benci sama mama." Brakkkk. Nayla membanting pintu kamarnya. Mamanya hanya terdiam sambil memandangi gambar sepatu yang ada di dalam majalah. Barusan anaknya, Nayla, membawakan majalah itu sambil merengek rengek meminta sepatu persis seperti di dalam majalah tersebut. "Nay, mengertilah mama." gumam sang ibu sendiri sambil meneteskan air matanya. ***** Semenjak hari itu, Nayla terus terusan membenci sepatu merahnya. Ingin dibuangnya dan mengganti dengan sepatu baru kesukaannya. Tapi mamanya tetap tidak membelikan sepatu buatnya. Terlebih kali ini di sekolah dia melihat teman temannya memakai sepatu baru seperti yang diinginkannya. Nayla semakin membenci sepatu merahnya. Kenapa mesti sepatu merah ini yang aku beli, gumam Nayla. Teng.teng.teng... Jam istirahat sudah habis. Nayla pun segera kembali ke kelas. ****** "Ma, mama. Nayla sudah pulang." "Iya. Nay cepat ganti baju sama cuci kaki tangan, ya. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu." "Iya, ma." Nayla menghabiskan makanannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan ia bergegas masuk ke kamarnya dengan alasan mengerjakan pr dari sekolahnya. Mama terlihat sedih karena sikap Nayla yang ketus terhadapnya. *****

description

gfdgdgdg

Transcript of Sepatu Merah Nayla 2

"Ma, pokoknya Nay pengen sepatu yang itu."

"Nay, sepatu kamu kan masih bagus. Baru aja ganti bulan kemarin, masa sekarang ganti lagi."

"Tapi, Ma, temen temen Nay pake sepatu kayak itu semua. Nay maunya ganti sepatu yang itu. Sepatu yang ini udah jelek. Nay gak suka."

"Sabar dulu, Nay. Pakai sepatu yang itu dulu ya. Masih bagus kok, Nay."

"Enggak, pokoknya Nay harus ganti sepatu sekarang. Kalau gak, Nay benci sama mama."

Brakkkk. Nayla membanting pintu kamarnya. Mamanya hanya terdiam sambil memandangi gambar sepatu yang ada di dalam majalah. Barusan anaknya, Nayla, membawakan majalah itu sambil merengek rengek meminta sepatu persis seperti di dalam majalah tersebut.

"Nay, mengertilah mama." gumam sang ibu sendiri sambil meneteskan air matanya.

*****

Semenjak hari itu, Nayla terus terusan membenci sepatu merahnya. Ingin dibuangnya dan mengganti dengan sepatu baru kesukaannya. Tapi mamanya tetap tidak membelikan sepatu buatnya.

Terlebih kali ini di sekolah dia melihat teman temannya memakai sepatu baru seperti yang diinginkannya. Nayla semakin membenci sepatu merahnya. Kenapa mesti sepatu merah ini yang aku beli, gumam Nayla.

Teng.teng.teng... Jam istirahat sudah habis. Nayla pun segera kembali ke kelas.

******

"Ma, mama. Nayla sudah pulang."

"Iya. Nay cepat ganti baju sama cuci kaki tangan, ya. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu."

"Iya, ma."

Nayla menghabiskan makanannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan ia bergegas masuk ke kamarnya dengan alasan mengerjakan pr dari sekolahnya. Mama terlihat sedih karena sikap Nayla yang ketus terhadapnya.

*****

"Nayla, kamu Nayla, bukan?"

"Iya. Siapa kamu?"

"Namaku Afrain. Aku peri