Sep Pendidikan Islam Menurut Al

21

Click here to load reader

Transcript of Sep Pendidikan Islam Menurut Al

Page 1: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

sep Pendidikan Islam Menurut Al-Qur’an

oleh : Abu Naufal Alauddin Al-Bughury

Pengertian Pendidikan Islam

Dr. Yusuf Qardawi memberi pengertian pendidikan Islam yaitupendidikan manusia

seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

keterampilannya. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan dalam Islam

merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju

kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi

kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba di hadapan Khaliq-nya dan

sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta. Endang Saefuddin Anshari memberi

pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan

(pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa

(pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan

materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan

dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai

evaluasi sesuai ajaran Islam.

Azyumardi Azra menggariskan, pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan

individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada

Muhammad SAW. Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-

Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan

terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah

mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya

semua ajaran Islam.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada penekanan yang begitu strategis pada nilai-

nilai yang dipindahkan (diajarkan) dalam pendidikan islam. Dalam pendidikan Islam, nilai-

nilai yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan

Ijtihad. Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani

berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim.

Pendidikan dalam Sejarah Islam

Penyelenggaraan pendidikan dalam lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah

saw dan para Khulafa ar-Rasyidin. Rasulullah saw telah menjadikan mengajar baca-tulis

bagi 10 orang penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang

Badar. Pada masa itu nabi Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat

dan pengikutnya  akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari

ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang menjelaskan tentang

urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Khalifah

Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan ‘petugas khusus’ ke berbagai wilayah baru

Islam untuk menjadi guru pengajar bagi masyarakat Islam di wilayah-wilayah tersebut.

A-Ma’mun, salah satu khalifah Daulat Bani Abbasiyah, mendirikan Bait al-Hikmah di

Baghdad pada tahun 815 M, di dalamnya terdapat ruang-ruang kajian, perpustakaan dan

observatorium (laboratorium). Meskipun demikian, Bait al-Hikmah belum dapat dikatakan

sebagai sebuah institusi pendidikan yang ‘cukup sempurna’, karena sistem pendidikan

masih sekedarnya dalam majlis-majlis kajian dan belum terdapat ‘kurikulum pendidikan’

yang diberlakukan di dalamnya.

Institusi pendidikan Islam yang mulai menggunakan sistem pendidikan ‘modern’ baru

muncul dengan berdirinya Perguruan al-Azhar oleh Daulat Bani Fatimiyyah di Kairo pada

tahun 972 M. Pada al-Azhar, selain dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium,

mulai diberlakukan sebuah kurikulum pengajaran. Pada kurikulum al-Azhar diajarkan

disiplin-disiplin ilmu agama dan juga disiplin-disiplin ilmu ‘umum’ (aqliyyah). Ilmu agama

yang ada dalam kurikulum al-Azhar antara lain tafsir, hadits, fiqh, qira’ah, teologi (kalam),

Page 2: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

sedang ilmu akal yang ada dalam kurikulum al-Azhar antara lain filsafat, logika,

kedokteran, matematika, sejarah dan geografi.

Urgensi Pendidikan dalam Islam

Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah yang taat, sebagaimana firman

Allah dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat 56, yang artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan

jin dan manusia melainkan supaya mengabdi (ibadah) kepada-Ku.“ Manusia

diperintah untuk beribadah hanya kepada Allah, karena tidak ada tuhan selain

Dia.“Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selain-Nya”(Q.S. Al-A’raaf:

59).

Dalam rangka menjalani tugasnya tersebut, Allah telah membekali adalah dengan ilmu

pengetahuan, sebagaimana dalam firman-Nya “Dan Dia mengajarkan kepada Adam

nama-nama (benda-benda) seluruhnya…” (Al-Baqarah: 31). Inilah cikal bakal ilmu

pengetahuan yang diajarkan kepada manusia pertama dari Sang Pemilik Ilmu. Selain

kepada nabi Adam AS., Allah SWT juga memberikan hikmah (kenabian, kesempurnaan ilmu

dan ketelitian amal perbuatan) kepada para nabi dan rasulnya. Kepada sebagian rasul

pula, Allah menurunkan kitab suci sebagai sumber ilmu pengetahuan. Firman Allah:

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah

mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami

kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-

Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS.

2:151). Dalam beberapa ayat-Nya pula, Allah memberi tempat yang istimewa kepada

muslim yang memiliki ilmu.

Sebagai Sang Pemilik, ilmu Allah sangat luas, mencakup bumi dan langit. Sebagian ilmu-

Nya diwahyukan melalui para rasulnya dalam bentuk ayat-ayat qauliyyah (mis.: Al Qur’an,

Hadits). Sebagian lainnya, Allah menggambarkannya dalam bentuk ayat-ayat kauniyyah

(mis.: kejadian alam, penyebab bencana, asal kehidupan manusia, dll). Ibn Taimiyyah

menyatakan bahwa ilmu itu adalah yang bersandar pada dalil, dan yang

bermanfaat darinya adalah apa yang dibawa oleh Rasul. Maka sesuatu yang bisa

kita katakan ilmu itu adalah penukilan yang benar dan penelitian yang akurat. Dengan

definisi ini, Ibn Taimiyyah mengakui dua jenis keilmuan; ilmu keagamaan dan keduniaan.

Ilmu yang pertama mutlak harus bersandar pada apa yang dibawa oleh Rasul, sedangkan

yang kedua tidak harus selalu dirujukkan pada Rasul.

Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa setiap

Muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Banyak nash al-Qur’an

maupun hadits Nabi yang menyebutkan juga keutamaan mencari ilmu dan orang-orang

yang berilmu.  Sesungguhnya motivasi seorang Muslim untuk mencari ilmu adalah

dorongan ruhiyah, bukan untuk mengejar faktor duniawi semata. Seorang Muslim yang giat

belajar karena terdorong oleh keimanannya, bahwa Allah Swt sangat cinta dan

memuliakan orang-orang yang mencari ilmu dan berilmu di dunia dan di akhirat.

Betapa pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah manusia dapat

mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan

potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah. Apabila semua itu dilupakan dengan

mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jatidirinya.

Konsep pendidikan Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi

kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan pada pembentukan

keribadian yang utuh dan bulat. Pendidikan Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan

yang tuntas sesuai dengan firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yang

artinya :”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Page 3: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

Bagi manusia pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan

nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang beriman dan

bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat kemanusiaan sebagai khalifah di atas

bumi.Penghargaan Allah terhadap orang-orang yang berilmu dan berpendidikan dilukiskan

pada ayat berikut. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan

orang-orang yang diberi pengetahuan derajat (yang banyak)” (QS. Al Mujadalah 11). “Maka

bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui” (QS, An-Nahl 43). “Katakanlah :”Adakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui” (QS.Az.Zumar:9).

Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu pertama, yaitu surat Al-

Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan pengajaran dengan

makna luas dan mendalam. Perilaku Nabi Muhammad saw sendiri, selama hayatnya sarat

dengan nilai-nilai pendidikan yang tinggi, seperti firman Allah “Sesungguhnya telah ada

pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. 33:21).

Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Qur’an

Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini,

bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai

Pendidik Yang Maha Agung. Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah

mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan

pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang

berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu, pendidikan

dalam Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada

intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan yang mengarah

kepada pembentukan keribadian yang utuh dan bulat.

Konsep pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran Al-Qur’an, sangat jelas terurai

dalam kisah Luqman. Dr. M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar menukil beberapa ayat Al-Qur’an

dalam Surat Luqman. Beliau mengatakan, ada tiga kaedah asasi pendidikan dalam Islam

menurut Al-Qur’an yang dijalankan oleh Luqman kepada anaknya. Seperti diketahui,

Luqman diberikan keutamaan Allah berupa Hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman

nalar dan kemurnian fitrah. Dengan keistimewaannya tersebut, Luqman ingin mengajari

anaknya hikmah dan membesarkannya dengan metode hikmah itu pula.

Kaidah pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi dasar, yaitu penanaman

keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat

tauhid adalah focus utama pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman. Tak ada pula

akhlak, interaksi social, dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus pulalah

aspek kehidupannya. Mengapa? Sebab iman selalu diikuti oleh perasaan introspeksi diri

dan takut terhadap Allah. Dari sinilah Luqman menegaskan hal itu kepada puteranya

dengan berkata, “”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji

sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan

mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha

Mengetahui.” (QS. 31:16). Seorang mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satu pun

yang bias disembunyikan dari Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam lipatan

hati manusia. Dari sinilah ia akan melakukan seluruh amal dan aktivitasnya semata untuk

mencari ridha Allah tanpa sikap riya atau munafik, dan tanpa menyebut-nyebutnya

ataupun menyakiti orang lain.

Kaidah kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia

memerintahkan anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar,

serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang

Page 4: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh ditinggalkan selama

masih berakal baik.

Amar ma’ruf nahi munkar merupakan istilah untuk kritik konstruktif, rasa cinta dan

perasaan bersaudara yang besar kepada sesame, bukan ditujukan untuk mencari-cari

kesalahan dan ghibah. Ummat islam telah diistimewakan dengan tugas amar ma’ruf nahi

munkar ini melalui firman-Nya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. “ (QS:

3.110).

Sabar itu bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan itu ditunaikan, ada

sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari, dan ada pula sabar atas

kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha dan tenang. Seorang beriman

berada di posisi antara syukur dan sabar. Dalam kemuddahan yang diterimanya, ia pandai

bersyukur. Sedang dalam setiap kesulitan yag dihadapinya, ia mesti bersabar dan

introspeksi diri.

Kaidah ketiga adalah etika social. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab

yang luhur serta keutamaan-keutamaan adiluhung. Luqman menggambarkan hal itu untuk

putranya dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta

perintah untuk tidak terlalu cepat  dan tidak pula terlalu lambat dalam berjalan, dan

merendahkan suara. Seorang muslim perlu diingatkan untuk tidak boleh menghina dan

angkuh. Sebab, semua manusia berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi

bangkai busuk. Dan ketika hidup pun, ia kesakitan jika tertusuk duri dan berkeringat jika

kepanasan.

Sebenarnya, pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya menjaga anak

keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal sempurna dan akhlak paripurna.  

Karena itu, tanpa banyak diketahui, di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk

mendapatkan kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan

belum terlahir. Apa buktinya? Manhaj islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria

dalam memilih pasangan hidup adalah factor agama, bukan karena paras muka dan

kekayaannya.  Sebab, diyakini, calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang

baik tentu akan melahirkan anak-anak yang juga baik.

Di dalam ajaran islam, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya.

Keduanya berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar

dengan pendidikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa :

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan

dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari). Kewajiban ini juga

ditegaskan dalam firman-Nya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat

dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,

Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang

bertakwa”. (QS. 20:132). Dalam ayal lain, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah

dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan. (QS. 66:6)

Dalam Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu,

melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep

belajar/pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat.

Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan

lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar. Seorang peserta didik yang

diberi kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan

Page 5: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin. Firman Allah (QS Al Baqarah

30) menyatakan :”Sesungguhnya Aku jadikan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di atas

bumi”.  Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah berfirman: ”Hendaklah ada

di antara kamu suatu ummat yang mengajak kepada kebajikan dan memerintahkan yang

ma’ruf dan melarang yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS.

3:104).

Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik dan

memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan

satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam doa Rasulullah : “Ya Allah, ajarilah

aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah padaku ilmu yang

bermanfaat”. Dari doa tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam

Islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah : “Iman itu

bagaikan badan yang masih polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa malu

dan buahnya adalah ilmu.”

Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan

dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar

pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama

dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak

yang merusak. Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof dan ilmuwan Islam menjelaskan

bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani, di mana manusia mempunyai

kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat

hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang

merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak manusia pun memiliki kecenderungan

untuk selalu ingin mengetahui dan memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan

untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang merupakan ciri khas

sains).

Al-Qur’an berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal

manusia untuk melihat ke-MahaKuasa-an Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan

tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan langit

bumi. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang kejadian-kejadian di sekitar kita

yang menuntut pemahaman dengan sains/akal manusia. Karena itu, seorang muslim juga

diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah satu pembuktian

kekuasaan Allah, di samping ayat-ayat qauliyah. Karenanya, konsep pendidikan dalam

islam menurut Al-Qur’an pun tidak hanya berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja.

Penutup

Al-Qur’an menawarkan konseptualisasi pendidikan, yang berintikan ilmu naqliyah yang

melandasi semua ilmu aqliyah, sehingga diharapkan dapat mengintegrasikan antara akal

dan wahyu, ilmu-ilmu syar’iyyah dan ilmu-ilmu ghairu syar’iyyah dalam proses pendidikan.

Sehingga, melalui upaya tersebut dapat merealisasikan proses memanusiakan manusia

sebagai tujuan pendidikan, yaitu mengajarkan, mengasuh, melatih, mengarahkan,

membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam rangka menyiapkan

mereka merealisasikan fungsi dan risalah kemanusiaannya di hadapan Allah SWT, yaitu

mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dan menjalankan misi kekhalifahan di muka

bumi, sebagai makhluk yang berupaya mengiplementasikan nilai-nilai ilahiyah dengan

memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama dengan aman, damai dan

sejahtera

Page 6: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

Teori Belajar Menurut Islam

Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini.

Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini;

“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”

a. Arti Penting Belajar menurut Al-Qur’an1. Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia.2. Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apayang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya.3. Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.

b. Cara Belajar1. Belajar melalui imitasiDi awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-orang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan

Page 7: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

lain-lain.Di dalam Islam, dapat ditemui juga hal yang demikian. Mari kita lihat sepasang saudara kembar, Qabil dan Habil. Banyak juga di dalam Al-Qur’an yang mencoba menerangkan tentang salah satu varian yang seperti demikian. Karena tabiat manusia yang cenderung untuk meniru, maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia.

2. Pengalaman Praktis dan trial and error.Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap terhadapa permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. BerfikirBerfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005). Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling tinggi.

Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S. Al-An’am: 95, Q.S. Al-Anbiya : 66-67. Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.

Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru.

c. Sarana Belajar1. Sarana FisikTerdapat dua panca indera manusia yang membantunya untuk melakukan kegiatan belajar yakni, mata dan telinga. Tidak bisa dipungkiri kedua panca indera ini menjadi sesuatu yang mutlak digunakan ketika belajar. Dua panca indera ini pula sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun demikian, indra peraba, perasa, dan penciuman juga mampu memberikan kontribusi pada saat belajar.

2. Sarana Psikis

Page 8: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

Akal dan qalb merupakan bagian dari saran psikis. Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi (Bastaman, 1997). Akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan rasional. Sedangkan qalb mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah jantung dan dana dalam arti metafisik adalah karunia Tuhan yang halus yang bersifat rohaniah dan ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung.

2. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam1. Al-GhazaliDalam pemahaman beliau, seorang filsuf pendidikan di kalangan Islam, pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia. Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan biasanya menggunakan alat indrawi yang diakui oleh orang yang berakal.Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi. Al Ghazali kemudian membagi abstraksi ini menjadi empat tahap, yakni terjadi pada indra, terjadi pada al-khayal .

2. Al-ZarnujiMenurut al-Zarnuji, belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan kebodohan.

Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain. Inilah buah dari ilmu yang menurut al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak.Dalam konteks ini, para pakar pendidikan Islam termasuk al-Zarnuji mengatakan bahwa para guru harus memiliki perangai yang terpuji. Guru disyaratkan memiliki sifat wara’ (meninggalkan hal-hal yang terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan) dibanding muridnya, dan berumur (lebih tua usianya). Di samping itu, al-Zarnuji menekankan pada “kedewasaan” (baik ilmu maupun umur) seorang guru. Hal ini senada dengan pernyataan Abu Hanifah ketika bertemu Hammad, seraya berkata: “Aku dapati Hammad sudah tua, berwibawa, santun, dan penyabar. Maka aku menetap di sampingnya, dan akupun tumbuh dan berkembang.

Page 9: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

a. teori asosiasi atau behaviorisme

b. teori organismik, gestalt dan teori medan

Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang

merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau

intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang

belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike

dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.

Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan

perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman

dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh

filsafat pendidikan John Dewey.

Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta

didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang

dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :

1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar

akan memberikan kepuasan

2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar

sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.

3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran

adalah analisa pengalaman (experiential learning).

4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri

(self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.

5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh

karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu,

tempat dan kecepatan belajar.

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya

yaitu :

1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.

2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan

“self”nya

3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan

4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta

didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :

1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang

dewasa

2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa

Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun

1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”

Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri

pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience),

kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak

ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.

Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa

digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang

disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk

Page 10: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan

model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.

Page 11: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

Konsep Belajar

Belajar, pada hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.

Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik.

Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.

Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

Konsep pembelajaran

Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974 mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan

Page 12: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.

Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Menurut Meier, 2002 mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampilan hasil (performance).

Page 13: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

. Teori-teori belajarKalau kita membaca literature psikologi, banyak sekali teori belajar akan kita temukan teori-teori bersumber dari teori atau aliran-aliran Psikologi. Adapun teori-teori belajar adalah sebagi berikut :1. Teori Disiplin PlentalSebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah satunya adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif. Namun teori-teori sebelum abad ke-20, seperti teori disiplin mental ini sampai sekarang masih ada pnengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah-sekolah.Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Balajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemempuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaiman proses pengembangan kekuatan-kekuatan tiap aliran atau teori mengemukakan pandanagan yang berbeda. Teori lain dari disiplin mental adalah Herbartisme. Herbart seorang psikologi jerman menyebut teorinya sebagai teori Vorstellungen. Vorstellungen dapat diterjemahkan sebagai tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran.Teori disiplin mental yang lain adalah Naturalisme Romantik dari Rousseau. Menurut Jean Jacgues Rousseau anak memiliki potensi\potensi yang masih terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesematan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri.

2. Teori BehaviorismeRumpun teori ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tinggkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molecular, karena memendang kehidupan individu terdiri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul. Menurut teori ini tinggkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan anatara perangsang jawaban atau Stimulus Raspons. Belajar adalah pembentukan hubungan Stimulus Respons sebanyak-banyaknya. Pembentukan hubungan Stimulus Respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun Behavionisme ini antara lain :a) Teori KoneksionismeKoneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Trhorndike (1874-1949). Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan.Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut :1) Hukum kesiapan ( Low Of Readiness )Diman hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada persiapan dalam diri individu imlikasi praktis dari hukum ini adalah, bahawa keberhasialan belajar seseorang tergantnug dari ada atau tidak adanaya kesiapan.2) Hukum latihan ( Low Of Eserdse )Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungna stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini dalah makin sering pelajaran diulang, maka akan

Page 14: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

semakin dikuasainya pelajaran itu.3) Hukum akibat ( Low Of Effect )Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapakan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.b) Teori Pengkondisian ( conditioning )Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov ( 1849-1936). Ia adalah ahli Psikologi Refleksiologi dari Rusia. Sebagaiman dijelaskan oleh Hendry C Ellis, bahwa dalam prosedur penelitiannya Pavlov menggunakan laboratorium binatang sebagai tempat penelitian. Sama halnya dengan Thorndike, dia juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.c) Teori Penguatan ( Reinforcement )Kalau teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.d) Teori Operant ConditioningTokoh utamanya adalah Skinner. Menurut Skinner tingkah laku bukankah sekedar Respons terhadap Stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau Operant. Ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.3. Teori Kognitive – Gestalt – FieldTeori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalh mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons.Teori Gestalt,berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hunungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut :a. Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitifb. Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang itu sendiri.

D. Manfaat Mempelajari Teori BelajarBelajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil kelompok belajar manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai unutk membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mingkin bernafsu serakah atau mengalami gangguan Psycopaty yang berat watak merusak.

Page 15: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

Sedangkan manfaat dari mempelajari teori belajar adalah dapat menimbulkan tingkah laku organisme dengan adanya hubungan antara Stimulus (rangsangan) dengan Respond an dapat memperkuat hubungan antara Stimulus dan Respon tersebut.

E. Teori Belajar dalam Perspektif Islam1. Arti penting memori dan ilmu pengetahuanIslam menurut Yusuf Al Qardhawi (1984) adalah akibat yang berdasarkan ilmu pengetahuan bukan berdasarkan penyerahan diri yang membabi buta. Hal ini tersirat dalam firman Allah :

JُهL الَّل LاَّلQ ِإ SُهS Qل ِإ Sاَّل JُهL َّنS َأ VْمS َفSاْعVَّل

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah” (Muhammad : 19)Selanjutnya, berikut ini penyusunan kutipan firman-fiman Allah baik secara Eksplisit maupun Implisit mewajibkan seseorang itu untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan :a. Allah berfirman dalam surat Al-Zumar ayat 9 yang berbunyi :

QاِبS Vَب Sل Vاَأْل Jو Jول َأ JُرL SَذSَّك Sَت َي LَمSا Qَّن ِإ SوَنJَمS SْعVَّل َي Sاَّل SَيَنQَذL وSال SوَنJَمS SْعVَّل َي SَيَنQَذL ال SوQي َت VْسS َي VْلSَه VْلJُق“Katakanlah : apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang berakallah yang mampu menerima pelajaran”b. Surat Al-Isra’ ayat 36 :

nواَّلJ ُئ VْسSَم JُهV ْعSْن SاَنS َّك SَكQ Sُئ Jول َأ sْلJ َّك SاَدSَؤJُفV وSال SُرSَصS Vَب وSال SَعVَم Lالْس LَنQ ِإ yْمV َّل Qْع QُهQ ِب SَكS ل SَسV Sْي ل َمSا JُفVْقS َت SاَّلSو“Dan janganlah kamu membiasakan diri daripada apa yang tidak kamu ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan daya nalar pasti akan ditanya mengenai itu”Perintah belajar diatas, tentu saja harus dilaksanakan melalui proses kognitif dalam hal ini, system memori yang terdiri atas memori sensasi, memori jangka pendek dan memori jangka panjang berperan sangat aktif dan menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam meraih pengetahuan dan keterampilan.2. Alat Psiko- Fisik untuk belajarIslam memendang uman manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tak berilmu pengetahuan, namun Tuhan memberikan potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemaslahatan umat itu sendiri.Adapun alat-alat yang bersifat psikis seperti mata dalam hubungannya dengan kegiatan belajar merupakan subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional sebagaiman firman Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 78 : SَةSَدQ SَفVُئ VاَأْلSو SاَرSَصV Sِب VاَأْلSو SَعVَم Lالْس JْمJ Sُك ل SْلSْعSَجSو nا Vُئ ْي Sَش SوَنJَمS SْعVَّل َت Sاَّل VْمJ Qُك َمLَهSاَت

J َأ QوَنJُطJ ِب VَنQَم VْمJ َجSُك SُرVْخS َأ JُهL وSالَّل Sوَن JُرJ ُك VْشS َت VْمJ Lُك SْعSَّل ل

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur”.Kata Af-idah dalam ayat ini menurut seorang pakar tafsir Al Quran Dr Quraissy Shihab (1992) berarti daya nalar, yaitu potensi atau kemampuan berfikir logis atau kata lain “akal”. Dalam Ibnu Katsir juz 11 halaman 580 Af-idah berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya dijantung (Qalbu). Sedangkan sebagian lainya menyatakan bahwa Af-idah itu terdapat dalam otak (dimagh).

BAB IIIPENUTUP

Page 16: Sep Pendidikan Islam Menurut Al

A. KesimpulanBelajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendididkan. Belajar merupakan suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Teori-teori belajar :1. Teori disiplin mental2. Teori behaviorisme3. Teori cognitive- gestalt- fieldAliran Psikologi yang mendasari teori belajar :a. Behaviorismeb. Kognitifc. Humanismed. Psikoanilisasi

B. SaranDalam pembuatan makalah ini tentu banyak terdapat kekurangannya, oleh karena itu pemakalah mengharapakan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Ilyas. Psikologi Pendidikan. Semarang : Toha Putra. 1996Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2005Nursyamsi. Psikologi Pendidikan. Padang : Baitul Hikmah. 2003Http : // Riwayat. Net /Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. 2005Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003